Anda di halaman 1dari 50

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL

BONGGOL NANAS (AnanascomosusL. Merr)TERHADAP


Trichophyton mentaghrophytes

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Ahli Madya Kesehatan

OLEH

FIRDAUS
1713453075

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2020
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL
BONGGOL NANAS (AnanascomosusL. Merr)TERHADAP
Trichophyton mentaghrophytes

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

FIRDAUS
1713453075

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII
Analis Kesehatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab
Pekanbaru.

Nama : Firdaus
NIM : 1713453075
Judul KTI : Uji EfektifitasEkstrak Bonggol Nanas (Ananas Comosus L.
Merr) Terhadap Trichophyton mentaghrophytes

Pekanbaru, Juni 2020

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Siti Juariah, M.Si) (Sri Kartini, S.S, M.Kes)


NIDN. 1010058501 NIDN. 1021017101
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan telah dinyatakan lulus
dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi D-III Analis Kesehatan
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab.

Nama : Firdaus
NIM : 1713453075
Judul KTI : Uji EfektifitasEkstrak Bonggol Nanas (Ananas Comosus L.
Merr) Terhadap Trichophyton mentaghrophytes.

Pekanbaru, Juni 2020

Menyetujui
Ketua Penguji

(Siti Juariah, s.Pi., M.Si)


NIDN.1010058501
Penguji I Penguji II

(Darmadi, SKM, M.Biomed) (Sri Kartini, S.S, M.Kes)


NIDN. 1001058101 NIDN. 1021017101

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma III Analis Kesehatan


Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Univeristas Abdurrab
Pekanbaru

(Alfin Surya, M.Si)


NIK. 134080914051
i

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
ABDURRAB PEKANBARU

FIRDAUS
NIM: 1713453075

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BONGGOL NANAS


(Ananascomosus L. Merr)TERHADAP Trichophyton mentaghrophytes
Vi + 32 Halaman, 3 Tabel, 4 Gambar, 5 Lampiran

ABSTRAK

Trichophyton mentaghrophytes merupakan salah satu mikrofungi yang


menginfeksi kulit dan dapat menyebabkan tinea pedis. Infeksi kulit yang
disebabkan oleh jamur dapat diatasi dengan obat sintetik yang dapat menimbulkan
dampak negatif bagi kesehatan. Oleh karena itu, penelitian mengenai zat
antijamur alami terus dilakukan yakni dengan penggunaan bonggol nanas.
Senyawa aktif yang terkandung dalam buah nanas yaitu enzim bromelin,
flavonoid, tanin, dan saponin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
senyawa yang terkandung dalam ekstrak bonggol nanas dan menentukan zona
hambat pertumbuhan Trichophyton mentaghrophytes dengan menggunakan
metode experimental laboratory secara in vitropada bulan November 2019 sampai
dengan April 2020. Ekstrak bonggol nanas dibuat dengan berbagai konsentrasi
yaitu 20%, 40%, 60%, dan 80%, kemudian dilakukan uji daya hambat
Trichophyton mentaghrophytes dan diinkubasi pada suhu 250C selama 5 hari.
Berdasarkan hasil penelitian ekstrak bonggol nanas di dapatkan persentase uji
daya hambat jamur Trichophyton mentaghrophytes pada konsentrasi 20%, 40%,
60%, dan 80%, berturut-turut yaitu 40%, 44%, 48%, dan 56% di bandingkan
dengan kontrol positif. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak bonggol nanas
mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ekstrak bonggol nanas mampu menghambat Trichophyton
mentaghrophytes yang di tandai dengan terbentuknya zona hambat.

Daftar Pustaka : 33 (2004–2018).


Kata kunci :Trichophyton mentaghrophyte, Tinea pedis, bonggol nanas, zona
hambat, metode difusi.
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
ABDURRAB PEKANBARU

FIRDAUS
NIM: 1713453075

TEST EFFECTIVENESS OFETHANOL EXTRACT OF PINEAPPLE


HUMP (Ananas comosus L. Merr) TO Trichophyton mentaghrophytes
Vi + 32 Pages, 3 Tables, 4 Pictures, 5 Appendixes

ABSTRACT

Trychophyton mentaghrophytes is one of the microfungi that infects the skin and
can cause tinea pedis. Skin infections caused by fungi can be treated with
synthetic drugs that can have a negative impact on health. Therefore, research on
natural antifungal substances continues to be carried out with the use of pineapple
weevils. Active compounds contained in pineapple are enzymes bromelin,
flavonoids, tannins and saponins. The purpose of this study was to determine the
compounds contained in pineapple weevil extracts and determine the
Trychophyton mentaghrophytes growth inhibition zone using experimental
laboratory methods in vitro in November 2019 to April 2020. Pineapple tuber
extract obtained percentage of inhibition test Trychophyton mentaghrophytes at
concentrations 20%, 40%, 60% and 80%, respectively 40%, 44%, 48%, 56%
compared with positive controls. Based on research results, pineapple hump
extract contains flavonoid compounds, tannins and saponins. The results of this
experimental can be concluded that pineapple hump extract can inhibit
Trychophyton mentaghrophytes which is characterized by the formation of
inhibitory zones.

Preference : 33 (2004–2018)
Keywords:Trichophyton mentaghrophyte, Tinea pedis,pineapple, Inhibition zone,
Diffusion method.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
yang telah dilimpahkan-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini, yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Analis Kesehatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab dengan judul“Uji
Efektivitas Ekstrak Etanol Bonggol Nanas (AnanascomosusL. Merr)
Terhadap Trichophyton mentaghrophytes”.

Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya terang kepada kita semua. Pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. BapakProf.Dr.TabraniRabselakupendiriUniversitas Abdurrab.
2. Ibu Mega Pratiwi Irawan, M.Si Selaku Ka Prodi Analis Kesehatan
3. SitiJuariah, S.Pi.,M.SiselakuPembimbingyangtelahmemberikanbimbingan
dan saran dalam penyusunanKaryaTulisIlmiah ini.
4. Sri Kartini, S.SI, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan KaryaTulisIlmiah ini
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik
penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi D-III Analis
kesehatan Universitas Abdurrab.
6. Ayahanda Hamdan Nasution dan Ibunda Siti Mastur Daulay tercinta serta
seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan motivasi, semangat
serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mewujudkan
cita-cita.
7. Teman-teman, mahasiswa-mahasiswi D-III Analis kesehatan Universitas
Abdurrab serta seluruh pihak terkait yang telah turut membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

i
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu penulis

ii
mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita berserah diri semoga karya tulis
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.

Pekanbaru, Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis................................................................ 3
1.4.2 Manfaat Bagi Universitas Abdurrab ........................................ 3
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat......................................................... 3
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5
2.1 Nanas ................................................................................................ 5
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Nanas ................................................... 5
2.1.2 Morfologi Tumbuhan Nanas .................................................... 5
2.1.3 Kandungan Buah Nanas ........................................................... 7
2.2 Enzim Bromelin ................................................................................. 7
2.3 Trichophyton mentagrophytes............................................................ 7
2.3.1 Morfologi dan Karaktristik....................................................... 8
2.3.2 Patologi Trichophyton mentagrophytes.................................... 8
2.4 Antifungi............................................................................................. 9
2.5 Nistatin................................................................................................ 9
2.6 Metode Difusi..................................................................................... 9
2.7 Simplisia ............................................................................................ 9
2.8 Ekstraksi............................................................................................. 10
2.9 Maserasi.............................................................................................. 11
2.10 Fitokimia............................................................................................. 12
2.11 Sterilisasi............................................................................................ 12
BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 13
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 13
3.2 Tempat dan waktu Penelitian.............................................................. 13
3.2.1 Tempat Penelitian...................................................................... 13
3.2.2 Waktu Penelitian........................................................................ 13
3.3 Sampel................................................................................................. 13

iii
3.4 Alat dan Bahan.................................................................................... 13
3.4.1 Alat............................................................................................ 13
3.4.2. Bahan........................................................................................ 13
3.5. Sterilisasi Alat .................................................................................... 14
3.5.1 Desinfektan Tempat Kerja ...................................................... 14
3.5.2 Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland ................................. 14
3.6 Prosedur Kerja ................................................................................... 14
3.6.1 Pembuatan Ekstrak Bonggol Nanas.......................................... 14
3.7 Uji Fotokimia...................................................................................... 14
3.8 Uji Aktifitas Anti Jamur..................................................................... 16
3.8.1 Pembuatan suspensi jamur...................................................... 16
3.9 Penanaman Pada Media Potato Dextrose Agar ................................ 16
3.10 Pembacaan Zona Hambat .................................................................. 17
3.11 Analisa Data....................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 18
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 18
4.1.1 Persiapan Bonggol Nanas dan Ekstra Bonggol Nanas
(Ananas comosusL. Merr)...................................................... 18
4.1.2 Identifikasi Senyawa Fitokimia.............................................. 18
4.1.3 Uji Daya Hambat Ekstra Etanol Bonggol Nanas
Menggunakan Trichophyton mentagrophytes........................ 19
4.2 Pembahasan........................................................................................ 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 22
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
5.2 Saran.................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23
LAMPIRAN................................................................................................ 26

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................... 4


Tabel 4.1 Identifikasi Fitokimia Ekstra Bonggol Nanas ................................. 18
Tabel 4.2 Hasil Diameter Ekstrak Etanol Bonggol Nanas............................... 19
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Tumbuhan buah nanas.................................................................... 6


Gambar 2.2 Kultur jamur dan mikroskopis....................................................... 8
Gambar 2.3 Penyakitkurap................................................................................ 8
Gambar 4.3 Persentase zona hambat................................................................. 19
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Skema Prosedur Kerja................................................................ 26
Lampiran 2. Cara pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)............... 27
Lampiran 3. Cara pembuatan larutan standar Mc. Farland............................. 28
Lampiran 4. Perhitungan dan cara pembuatan konsentrasi ekstrak bonggol
nanas dengan kosentrasi 25%, 20%,15%, dan 10%.................... 29
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian............................................................... 31

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia,
Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang berdebu serta temperatur yang hangat
dan kelembapan yang tinggi.Salah satu jenis mikrofungi yang menginfeksi kulit
adalah Trichophyton mentaghrophytes.Bentuk makroskopisTrichophyton
mentaghrophytes membentuk tenunan lilin, berwarna putih sampai putih
kekuningan. Jamur Trichophyton mentaghrophytes menyerang jaringan kulit dan
menyebabkan beberapa infeksi kulit salah satunya tinea pedis (Amanah dkk.,
2016).
Tinea pedis adalah infeksi jamur dengan gejala klinis yang ditandai
timbulnya rasa gatal diantara jari-jari kaki dengan bercak putih, merah atau hitam
dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan
cairan encer dan merusak lempeng kuku, kuku berubah warna dan bentuk.
Kemudian, menimbulkan peradangan dan iritasi(Tan,2016).Angka kejadian tinea
pedis meningkat seiring bertambahnya usia, selain itu faktor sosial ekonomi serta
kurangnya kebersihan memegang peranan yang penting, karena insiden ini banyak
terjadi pada sosial ekonomi rendah (Karta dan Burhanudin, 2017).
Infeksi jamur dapat diatasi dengan penggunaan senyawa atau obat yang
memiliki aksi penghambatan pertumbuhan jamur salah satunya mikonazol.
Namun, saat ini banyak terjadi pengobatan antijamur yang kurang tepat dan dalam
dosis yang tidak rasional sehingga menyebabkan resistensi. Adanya resistensi
terhadap jamur menimbulkan banyak masalah dalam pengobatan (Adianti, 2016).
Salah satu usaha menemukan antijamur dapat dilakukan secara tradisional yang
sifatnya murah dan mudah diperoleh.Hal inilah yang menarik minat untuk
menemukan alternatif antijamur yang sifatnya alami sehingga mengurangi
dampak negatif bagi pengguna. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan
sebagai antijamur ialah bonggol nanas(Ananas comosus L. Merr).
Nanas merupakan salah satu bahan alam yang digunakan sebagai obat
tradisional. Salah satu limbah tanaman nanas berupa bonggol yang belum

1
2

dimanfaatkan secara optimal, padahal bagian bonggol mengandung beberapa


komponen aktif salah satunya adalah enzim bromelin. Enzim bromelin lebih
banyak terdapat pada bonggol nanas (Umarudin dkk., 2018). menurut
Abdulrahman (2015) enzim bromelin dapat dimanfaatkan sebagai antijamur,
antibakteri dan antiinflamasi.
Beberapa penelitian terkait penggunaan nanas sebagai antijamur telah
banyak dilakukan, diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Juariah (2018)
menggunakanekstra etanol kulit nanas dengan konsentrasi 10% mampu
menghambat pertumbuhanTrichophyton mentaghrophytes. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Brighitasari (2013) menggunakan ekstra etanol bonggol nanas
cayenne pada konsentrasi 15% mampu menghambat pertumbuhan Candida
albicans. Hal ini disebabkan karena bonggol nanas memiliki kandungan enzim
bromelin yang dapat menghambatpertumbuhan jamur.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
uji efektivitas ektrak etanol bonggol nanasterhadap Trichophyton
mentaghrophytessehingga dapat mengurangi angka kejadian penyakit infeksi yang
disebabkan oleh jamur tersebut.

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ Apakah ekstrak etanol bonggol nanas (Ananas comosus L. Merr.)
dapat menghambat pertumbuhan Tricophyton mentagrophytes?”

1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol bonggol nanas (Ananas
comosus L. Merr) terhadap Trichophyton mentaghrophytes.
1.3.2 TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak bonggol nanas
melalui Uji Fitokimia.
2. Untuk menentukan zona hambat pertumbuhan Trichophyton
mentaghrophytes pada ekstrak bongol nanas (Ananas comus L. Merr).
3

1.4 ManfaatPenelitian
1.4.1 BagiPenulis
Menambah ilmu dan wawasan bagi peneliti khususnya di bidang
Bakteriologi tentang uji aktivitas Trichophyton mentaghrophytesmenggunakan
ekstrak etanol bonggol nanas(Ananas comosus L. Merr).
1.4.2 Bagi Universitas
Memberikan informasi serta referensi di bidang Bakteriologi bagi
perpustakaan Universitas Abdurrab Pekanbaru, sehingga dapat memberi
pengetahuan baru dan sebagai tambahan pedoman dalam penyusunan karya tulis
ilmiah berikutnya.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Memberikan
informasikepadamasyarakatuntukmemanfaatkanbahanalamyang aman dan mudah
didapat seperti bonggol buah nanas sebagai obat tradisional infeksi jamur.
4

1.5 KeaslianPenelitian
Judul Proposal :Uji Efektivitas Ekstrak Bonggol Nanas
(AnanasComosusL. Merr ) terhadap Tricophyton
mentagrophytes.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Reverensi Referensi
Juariah, Efektivitas Pada Penelitian Penelitian ini
dkk Ekstrak konsentrasi inimenggunak menggunakan
(2018) Etanol Kulit 10% ekstrak an metode sampel kulit
Nanas etanol kulit difusi cakram nanas
(Ananas nanas dan bahan sedangkan
Comosus mempunyai alam diuji peneliti yang
L.Merr) kemampuan pada akan
terhadapTric menghambat Tricophyton dilakukan
ophyton pertumbuhan mentagrophyt menggunakan
mentagrophy jamur s sampel
tes Tricophyton bonggol
mentagrophytes nanas.

Umarudi Efektifitas Ekstrak etanol Penelitian ini Penelitianinim


n, dkk Daya 96% bonggol menggunakan enggunakanba
(2018) Hambat nanas ekstrak kteriStaphyloc
Ekstrak (Ananascomosu bonggol buah occus
Etanol 96% s (L) nanas. aureussedang
Bonggol Merr)mempuny kanpenelitian
Nanas aipotensiefekan yang akan
(Ananas tibakteriterhada dilakukan
Comosus pStaphylococcu menggunakan
L.Merr) s aureus. jamur
terhadap Tricophyton
Pertumbuhan mentagrophyt
Bakteri es.
Staphylococc
us aureus
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanas
Nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang banyak
digemari masyarakat Indonesia. Rasanya yang manis menyegarkan digemari
anak-anak maupun orang dewasa. Tanaman nanas berasal dari Brazil dan dibawa
ke Indonesia melalui pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599 (Hidayat,
2008). Buah ini banyak digunakan pada beberapa industri olahan pangan seperti
selai, sirup, sari buah, serta buah dalam botol atau kaleng (Widiawati, 2009).
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Nanas
Klasifikasi atau sistematik tumbuhan (Taksonomi) nanas termasuk dari
famili Bromiliaceae. Kerabat dakat spesies nanas cukup banyak, terutama nenas
liar yang bisa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) schultes, A.
Frilzmuelleri.
Menurut  National Center for Biotechnology Information (2017) tumbuhan
nanas diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Viridiplanetae
Phylum : Straptophyta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Bromeliaseae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus L. Merr
2.1.2 Morfologi Tumbuhan Nanas
Tanaman nanas beberapa semak dan hidupnya bersifat tahunan
(perennial).Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, dan tunas-tunas.Akar
nenas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem

5
perkaraan yang terbatas.Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk
berakar serabut.
Perkaraan pada media tumbuhan yang baik tidak lebih dari 50 cm,
sedangkan ditanah bisa jarang mencapai kedalaman 30 cm (Winarti, 2013).
Gambar Nanas bisa dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2. 1 Gambar tumbuhan buah nanas(sumber dok.Pribadi )

Batang tanaman nanas berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih tebal
dengan diameter 2,0-3,5 cm beruas-ruas (buku-buku) pendek. Batang sebagai
tempat melekat akar, daun bunga dan buah.Sehingga secara visual batang tersebut
tidak nampak karena sekalilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah
merupakan perpanjangan batang (Winarti, 2013).
Berdasarkan morfologi tanaman, terutama bentuk daun dan buah,dikenal
dengan empat varietas buah nanas yaitu Cayanne (daun halus tidak berduri, buah
besar, Queen (daun pendek dan berduri tajam, buah lonjong seperti kerucut),
Spanish (daun panjang kecil dan berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan
mata darat), dan Abacaxi (daun panjang dan barduri kasar, buah selindris seperti
piramida). Varietes Spanish banyak berkembang di India Barat, Puerto Rico,
Meksiko, dan malaisyah, sedangkan varieties Abacaxi banyak ditanam di Brazil.
Ada dua varieties yang sudang lama berkembang di Indonesia yang nanas
QueendanCayenne. Nanas Queen memiliki rasa yang lebih manis dari pada nanas
Cayenne dan memiliki daun yang berduri.(Nixon, 2009).

6
7

2.2 Enzim Bromelin


Berbagai jenis varietas nanas (Ananas comosus. L) mengandung enzim
proteolitik (protease) yang disebut bromelin. Enzim bromelin dapat diperoleh dari
tangkai, kulit, daun, bauh, batang tanaman nanas, maupun bongkol atau bagian
tengah buah nanas dalam jumlah yang berbeda.Kandungan enzim beomelin lebih
tertinggi terdapat pada bagian daging bauh masak.Bromelin merupakan unsur
utama dari nanas yang penting dan barguna dalam bidang kesehatan.Enzim
bromelin merupakan suatu enzim proteolitik yang dapat mengkatalisis reaksi
hidrolisis dari protein.Enzim ini menguraikan protein dengan jalan memutuskan
ikatan peptide dan menghasilkan protein yang lebih sederhana.Diantara berbagai
jenis buah yang masak (Wuryanti, 2004).

2.3 Trichophyton mentagrophytes


Jamur ini adalah salah satu penyebab terjadinya mikosis kutan, Mikosis
kutan disebabkan oleh jamur yang hanya menginfeksi jaringan permukaan
berkeratin.Keratin adalah protein utama dalam kulit, rambut dan kuku sebagai
nutrisinya. Kelompok jamur yang menyebabakan mikosis kutan disebut
dermatofita, yaitu genus Microsporum, Trichophyton dan Epydermaphyton dan
infeksi oleh kelompok jamur ini sering disebut dermatofitosis (Jawetzdkk., 2005).
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Euascomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton mentagrophytes
2.3.1 Morfologi dan Karaktristik
Dermatofit diidentifikasi melalui morfologi mikroskopik setelah
pertumbuhan selama 5 hari pada suhu 25°C.Bentuk makroskopik
Trichophytonmentagrophytes seperti tenunan lilin, berwarna putih sampai putih
kekuninganyang agak terang atau berwarna violet merah.Koloninya berwarna
8

putih hingga krem dengan permukaan seperti tumpukan kapas pada media PDA
(tidak berpigmen). Bentuk mikroskopis yaitu mikrokonidia yang bergerombolan,
bentuk bulat meyerupai sekelompok buah anggur pada cabang-cabang
terminalnya dan banyak terdapat hifa berbentuk spiral (Harti, 2015). Kultur jamur
dan mikroskopis dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 kultur jamur dan mikroskopis (sumber: Harti, 2015)

2.3.2 Patologi Trichophyton mentagrophytes


Penyakit kadas atau kurap adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh
Trichophyton mentagrophytes, penyakitnya seperti tinea pedis (kurap pada
kaki),tenia manum (kurap pada tubuh) tinea korporis (kurap pada kulit kepala)
(Soedarto,2015). Gambar penyakit kurap dapat dilihat pada Gambar 2.3

a. Pada kulit kepala (Tinea korponis) b.kurap pada kaki (Tinea pedis)
9

Gambar 2.3penyakit kurap(sumber: soedarto, 2015)

2.4 Antifungi
Antifungi adalah zat yang digunakan untuk penangan penyakit jamur,
umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai zat antifungi apabila seyawa tersebut
mampu menghambat pertumbuhan sel-sel jamur, tidak secara langsung
mematikan sel jamur tersebut. Zat antifungi bekerja menurut salah satu dari
berbagai cara antara lain, menyebabkan kerusakan membran sel, perubahan
permeabilitas sel, perubahan molekul protein atau asam nukleat, penghambat kerja
enzim, atau penghambat sintesis asam nukleat dan protein, kerusakan pada salah
satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju pada
matinya sel tersebut (Franklin dan Snow, 2005).

2.5 Nistatin
Nistatin tergolong dalam antibiotik polien sama seperti amfoteristin B. Aksi
utama nistatin adalah melawan candida spp. Nistatin hanya sensitive untuk
kandidiasis dan di gunakan untuk kulit,vagina, arau oral. Kandidiasis tersebut
termasuk kandidiasis orofaringeal, kandidiasis vagina, dan intertriginous candida
infections.Efek samping yang seskali di rasakan ketika menggunakan nistatin
secara oral adalah mual, muntah dan diare jarang di laporkan terjadi iritasi ketika
penggunaan nistatin secara topical (Adianti, 2016).

2.6 Metode Difusi


Prinsip antibiotic akan terdistribusi ke dalam media disebut juga disk-
diffusion menthod atau Kirby-bauer test. Kirby bauer salah satu uji sensitivitas
dengan metode difusi agar menggunakan teknik disk antibiotik diletakkan pada
permukaan media agar yang telah diinokulasi secara perataan, diinkubasi dan
diamati terbentuknya zona hambat. Efektivitas antibiotik terhadap sifat
mikroorganisme (sensitive, intermediet atau resisten) (Harti, 2015).
10

2.7 Simplisia
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami suatu pengolahan apapun,
kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 oC.
Simplisia segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan. Simplisia dapat
berupa simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa simplisia tanaman utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya. Serbuk simplisa nabati tidak boleh mengandung fragmen jaringan
dan benda asing yang bukan merupakan komponen asli dari simplisia yang
bersangkutan antara lain telur nematoda, bagian dari serangga dan hama serta sisa
tanah(Departemen Kesehatan Republik Indonesi, 2008).
Simplisia merupakan proses awal dalam pembuatan ekstrak. Serbuk
simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan-potongan halus simplisia yang
sudah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa
mengakibatkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan dan
diayak hingga diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu. Derajat
kehalusan simplisia terdiri dari serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus dan
sangat halus. Kecuali dinyatakan lain, derajat kehalusan serbuk simplisia untuk
pembuatan ekstrak merupakan serbuk halus(Departemen Kesehatan Republik
Indonesi, 2008).
11

2.8 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian
tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam bagian tanaman obat tersebut dengan menggunakan pelarut
tertentu yang sesuai. Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan
senyawa dari campurannya atau simplisia. Pemilihan metode ekstraksi
dilakukan dengan memperhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang
digunakan, dan alat tersedia. Struktur untuk setiap senyawa, suhu dan
tekanan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan
ekstraksi(Hanani, 2016)
Ekstrak adalah sedian cair, kental atau kering yang merupakan hasil
proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara
yang sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstraksi yang masih mengandung
sebagian besar cairan penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila
sebagian besar cairan penyari sudah diuapkan, sedangkan ekstrak kering
akan diperoleh jika sudah tidak mengandung cairan penyari(Hanani,
2016).
Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan masa dari
komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut yang
digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding seldan selanjutnya
akan masuk kedalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat
aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk
selanjutnya berdifusi masuk kedalam pelarut. Proses ini terus berulang
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif antara didalam
sel dengan konsentrasi zat di luar sel(Marjoni, 2016).

2.9 Maserasi
Maserasi merupakan salah satu metoda ekstraksi yang dilakukan dengan
cara merendam simplisia menggunakan pelarut tertentu selama waktu tertentu
dengan sesekali dilakukan pengadukan atau pengojokan. Maserasi merupakan
metode sederhana dan paling banyak digunakan karena metoda ini sesuai dan baik
untuk skala kecil maupun skala industri. Prinsip kerja dari maserasi adalah proses
12

melarutnya zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut(Marjoni,


2016).
Ekstraksi zat aktif dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam
pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung
dari cahaya. Pelarut yang digunakan, akan menembus dinding sel dan
kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif.
Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan mengakibatkan terjadinya
proses pelarutan dimana zat aktif akan terlarut dalam pelarut. Pelarut yang
berada di dalam sel mengandung zat aktif sementara pelarut yang berada
di luar sel belum terisi zat aktif, sehingga terjadi ketidak seimbangan
antara konsentrasi zat aktif di dalam dengan konsentrasi zat aktif yang ada
di luar sel. Perbedaan konsentrasi ini akan mengakibatkan terjadinya
proses difusi, dimana larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak ke
luar sel dan digantikan oleh pelarut dengan kosentrasi rendah. Peristiwa ini
terjadi berulang-ulang sampai didapat suatu keseimbangan konsentrasi
larutan antara di dalam sel dengan konsentrasi larutan di luar sel(Marjoni,
2016).

2.10 Fitokimia
Istilah fitokimia mengacu pada kandungan kimia dalam tumbuhan
yang pada dasarnya termasuk dalam kimia bahan alam. Fitokimia semakin
berkembang dan mencakup jenis kandungan kimia, biosintesis,
penyebaran dan efek farmakologi dari bahan alam. Perkembangan
fitokimia didukung dengan makin maraknya maraknya penelitian
publikasi dan gerakan back to nature kembali ke alam. Identifikasi dan
penentapan kadar klandungan senyawa dalam tumbuhan selalu di mulai
dengan proses ekstraksi. Ini bertujuian untuk mendapatkan senyawa yang
diinginkan. Kajian fitokimia meliputi isolasi yang sering di ikuti dengan
penggolongan, bahkan sampai pada penentuan struktur kimia, jenis kimia
hingga kadarnya(Hanani,2014). Kandungan kimia yang terdapat di dalam
tunmbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, dan biji)
terutama kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif
13

alkaloid, antrakuinon, flavonoid, glikosida, seperti alkaloid, flavonoid,


saponin dan tanin(Marjoni, 2016).

2.11 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan
semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme
(protoza, fungi, bakteri mycoplasma, virus) yang terdapat pada atau di
dalam suatu benda. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi
tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung dari
asam nukleat, protein, atau membran mikroorganisme tersebut. Metode
sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode
kimia(Pratiwi, 2008)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian Eksperimental Laboratory,
dengan menggunakan desain penelitian(Action Research) yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mencari suatu pengetahuan praktis guna untuk memperbaiki
suatu situasi atau keadaan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2012)

.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Universitas Abdurrab
Pekanbaru.
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai April
2020.

.3 Sampel
Sampel merupakan salah satu bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sampel dalam
penelitian ini adalah satu petri sub kultur jamur Trichophyton mentaghrophytes.

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu rotary vacum evaporator,
autoclave, mikroskrop, oven, lemari es, timbangan analitik, pipet mikro, cawan
petri, kapas lidi steril, dan beberapa peralatan gelas yang biasa digunakan
dilaboratorium.
3.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak bonggol
nanas, etanol 96%, alkohol 70%, disk Nystatin (kontrol positif), etanol (kontrol

14
15

negatif), larutan Mc. Forland (H2SO4 1% dan BaCl2), strain Trichophyton


mentaghrophytes.

3.5 Strerilisasi Alat


Alat-alat yang telah digunakan terlebih dahulu harus dicuci bersih,
dikeringkan, dan disterilkan bungkus alat tersebut dengan kertas padi, kemudian
alat-alat gelas yang memiliki mulut ditutp dengan kapas yang dibalut dengan
alumunium foil, masukkan kedalam oven pada suhu 170°C, selama 2 jam untuk
distrelikan, setelah cukup waktu keluarkan dari oven kemudian dinginkan.
3.5.1 Desinfektan Tempat Kerja
Bersihkan meja kerja dan tangan dengan alkohol 75% dengan cara
disemprotkan.
3.5.2 Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland
Pipet H2SO4 1% sebanyak 9,5 mL masukkan kedalam tabung reaksi,
tambahkan 0,5 ml BaCl2 17% kemudian lihat kekeruhan dari larutan campuran
tersebut.

3.6 Prosedur Kerja


3.6.1 Pembuatan Ekstrak Bonggol Nanas
Buah nanas yang masih muda yang berumur usia sekitar 3 bulan
dikeringkan dan dihilangkan bagian daging buahnya. Bonggol nanas tersebut
dicuci dengan air mengalir, kemudian ditimbang bonggol sampai 5000 g. Setelah
itu dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam oven simplisia pada suhu 40 –
50 ̊C. Pembuatan ekstrak menggunakan cara maserasi, yaitu dengan merendam
simplisia kedalam etanol 96% selama 2 hari, kemudian saring dan ulang sampai
3x proses maserasi, lalu saring. Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan
menggunakan alat rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak yang kental
(Brigitasari, 2013).

3.7 Uji Fitokimia


Menurut Harborne dalam Lailatul dkk., (2010) uji fitokimia dapat dilakukan
dengan cara sebanyak 5 gram sampel bonggol nanas ditambahkan masing–
16

masing 5 ml air suling dan kloroform lalu dikocok kuat dan dibiarkan selama 8
menit sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan air ekstrak bonggol nanas digunakan
untuk uji senyawa flavonoid, fenolik, dan saponin. Lapisan kloroform ekstrak
bonggol nanas digunakan untuk uji senyawa triterpenoid, dan steroid, sedangkan
untuk uji alkaloid memiliki prosedur tersendiri.
1. Uji flavonoid
Beberapa tetes lapisan air ekstrak bonggol nanas dimasukkan pada plat
tetes lalu ditambahkan 1 – 2 butir logam magnesium dan beberapa asam
klorida pekat. Terbentuknya warna jingga, merah muda sampai merah
menandakan adanya senyawa flavonoid.
2. Uji fenolik
Beberapa tetes lapisan air ekstrak bonggol nanas dimasukkan pada plat
tetes ditambah 1 – 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%. Bila terbentuk warna
biru/ungu, menandakan adanya senyawa fenolik.
3. Uji saponin
Lapisan air ekst-rak bonggol nanas dimasukkan kedalam tabung reaksi
lalu dikocok.Apabila terbentuk busa yang bertahan selama 5 menit,
menandakan positif adanya saponin .
4. Uji Triterpenoid dan Steroid
Lapisan klorofromekstrak bonggol nanas disaring melalui pipet yang
diujungnya diberi kapas. Hasil saringan dipipet 2 – 3 tetes dan di biarkan
mengering pada plat tetes. Setelah kering ditambahkan pereaksi
LibermannBurchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat
pekat).Terbentuknya warna merah jingga menandakan bahwa positif adanya
triterpenoid dan warna hijau biru positif adanya steroid.
5. Uji Alkaloid
Pengujian senyawa alkaloid, menggunakan metode Culvenor-Fizgerald.
2 mg ekstrak ditambahkan 10 mL larutan kloroform beramoniak 0,05 M, di
aduk kemudian disaring dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kedalam
tabung reaksi ditambahkan 1 mL asam sulfat 2 N, dikocok selama 2 menit
dan dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan dan terjadi pemisahan. Lapisan
asam (bagian atas) di ambil dan ditambahkan 1 – 2 tetes pereaksi mayer atau
17

pereaksi Dragendorff, terbentuk endapan putih dengan pereaksi mayer atau


warna merah dengan pereaksi Dragendorff menunjukan hasil yang positif
untuk alkaloid .
6. Uji Tanin
Ekstrak bonggol nanas ditambahkan dengan FeCl3 1%.Jika larutan
berubah warna menjadi hijau kehitaman atau biru tua maka ekstrak tersebut
mengandung tanin.

3.8 Uji Aktifitas Anti Jamur


3.8.1 Pembuatan suspensi jamur
Ambil 1 ose koloni Trichophyton mentaghrophytes dari strain, kemudin
disuspensikan kedalam tabung yang berisi larutan Nacl 0,9 % fisiologis hingga
kekeruhan sama dengan larutan standar mc. Farland.

3.9 Penanaman Pada Media Potato Dextrose Agar


Celupkan kapas lidi steril kedalam suspensi tersebut yang sudah
distandarisasi kekeruhannya, biarkan sampai meresap kedalam kapas, kemudian
kapas lidi diangkat dan diperas dengan menekan pada dinding tabung bagian
dalam diatas cairan.Dipulaskan kapas lidi tersebut pada permukaan media agar
dengan memutae cawan petri sampai merata. Biarkan media Potato Dextrose
Agar plate selama 5 – 15 menit agar suspensi jamur meresap kedalam agar.
Kemudian Penempelan Disk pada media PDA dilakukan secara manual dengan
satu – persatu menggunakan pinset steril. Ambil kertas disk kosong dan celupkan
kedalam ekstrak etanol bonggol nanas pada masing-masing konsentrasi 20%,
40%, 60% dan 80% biarkan kering kemudian letakkan pada permukaan media
PDA yangsudah diolesi suspensi Trichophyton mentaghrophytes dengan sedikit
tekanan. Ambil disk Nystatin dan letakkan pada media PDA sebagai bahan
pembanding (kontrol positif), beri penekanan sedikit pada disk tersebut. Ambil
kertas disk kosong dan celupkan ke etanol 96% steril, kemudian letakkan pada
permukaan media PDA sebagai bahan pembanding (kontrol negatif), beri
penekanan sedikit pada disk tersebut. Jarak antara disk satu dengan yang lainnya
18

tidak kurang dari 15 mm, kemudian inkubasi dalam inkubator selama 5 – 7 hari
pada suhu 25°C .

3.10 Pembacaan Zona Hambat


Amati zona bening yang terdapat sekeliling disk dan ukur panjang
diameternya dalam satuan mm, kemudian jika terjadi zona bening ini menandakan
ekstrak bonggol nanas dapat dijadikan sebagai antijamur terhadap Trichophyton
mentaghrophytes.Jika tidak terjadi zona hambat ini menandakan ekstrak bonggol
nanas tidak dapat dijadikan sebagai anti jamur terhadap Trichophyton
mentaghrophytes.

3.11 Analisa Data


Data yang diperoleh dari penelitian adalah zona hambat uji Trichophyton
mentagrophytesdisajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dibahas secara
deskriptif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Persiapan Bonggol Nanas dan Ekstrak Bonggol Nanas (Ananas
comosusL. Merr).
Sampel bonggol nanas yang diperoleh dari pedagang nanas yang berada di
daerah Rimbo Panjang sebanyak 5000 gram. Bonggol nanas tersebut dikeringkan
di dalam oven pada suhu 400C. Bonggol nanas yang berwarna kuning muda segar
berubah menjadi warna kuning kecoklatan setelah dilakukan proses pengeringan.
Bonggol nanas yang sudah kering di haluskan menggunakan blender, sehingga
didapatkan bonggol nanas sebanyak 512 gram. Bonggol nanas tersebut digunakan
untuk proses maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Filtrat dari pelarut etanol
96% diuapkan dengan menggunakan rotaryvacum evaporator sehingga di
dapatkan ekstra bonggol nanas dengan karakteristik berbentuk kental dan
berwarna kecoklatan.
4.1.2 Identifikasi Senyawa Fitokimia
Hasil ekstraksi bonggol nanas dari pelarut etanol 96% dilakukan uji secara
kualitatif untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada di
dalam ekstra tersebut. Hasil identifikasi kandungan senyawa fitokimia dari ekstra
bonggol nanas dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Identifikasi Fitokimia Ekstra Bonggol Nanas
Senyawa Ekstra Etanol Keterangan
Flavonoid (+) (+) Berwarna jingga sampai merah
(-) Tidak terbentuk warna jingga
Fenolik (-) (+) Berwarna biru atau ungu
(-) Tidak terbentuk warna biru atau ungu
Saponin (+) (+) Busa bertahan selama 5 menit
(-) Busa tidak bertahan selama 5 menit
Steroid (-) (+) Berwarna hijau-biru
(-) Tidak terbentuk warna hijau-biru
Alkaloid    
Reagen mayer (-) (+) Endapan putih
(-) Tidak terbentuk endapan putih
Reagen dragendorff (-) (+) Endapan merah

19
20

(-) Tidak terbentuk endapan merah


Tanin (+) (+) Berwarna hijau kehitaman
(-) Tidak ada warna hijau kehitaman
Hasil identifikasi fitokimia bonggol nanas, menunjukkan ekstra etanol
96% mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, saponin, dan tanin.
4.1.3 Uji Daya Hambat Ekstra Etanol Bonggol Nanas Menggunakan
Trichophyton mentagrophytes.
Berdasarkan penelitan zona hambat ekstra etanol bonggol nanas dalam
pertumbuhan Trichophyton mentaghophytes diperoleh data sebagai berikut dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Diameter Ekstra Etanol Bonggol Nanas Menggunakan
Trichophyton mentagrophytes.

Ekstra Kulit Zona Hambat (mm) Rata-Rata Zona Persentase


Nanas (%) 1 2 3 Hambat (%)
20 9 10 10 10 ± 0,58 mm 40
40 11 11 11 11 ± 0,58 mm 44
60 11 12 12 12 ± 0,58 mm 48
80 13 14 14 14 ± 0,58 mm 56
Kontrol (+) 18 17 18 18 ± 0,58 mm 72
Kontrol (-) 6 6 6 6 0
Keterangan:*Diameter disk 6(mm)
Pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa uji daya hambat Trichophyton
mentaghophytesmenggunakan ekstra etanol bonggol nanas pada masing-masing
konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan Trichophyton mentaghophytesdapat dilihat pada gambar 4.3
80
70
60
50
Persentase %

40
30
20
10
0

Konsentrasi %

Gambar 4.3 Persentase Zona Hambat


21

Diameter zona hambat berbeda disetiap tingkatan konsentrasinya.


Diameter zona hambat paling rendah terdapat pada konsentrasi 20% dengan rata-
rata 10 mm dan tertinggi pada konsentrasi 80% dengan rata-rata 14 mm. Pada
kontrol (positif) nystatin menghasilkan diameter zona hambat lebih besar dengan
diameter rata-rata 18 mm, sedangkan pada kontrol negatif (etanol) tidak
menghasilkan diameter zona hambat dapat dilihat pada lampiran 5.

4.2 Pembahasan
Bonggol nanas dikeringkan di dalam oven pada suhu 40°C selama 1 jam.
Proses pengeringan ini menurut Mamonto dkk., (2014) bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terdapat dalam bonggolnanas, agar dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, menurut Rahayu (2012) penggunaan
suhu 40°C dianggap relatif aman agar tidak terjadi kerusakan pada senyawa
metabolit sekunder yang ada dalam bahan tanaman. Setelah kering bonggol nanas
di haluskan. Bonggol nanas yang telah dihaluskan digunakan untuk maserasi
menurut Istiqomah (2013) proses maserasi dapat menarik zat-zat atau bahan
kandungan dari tanaman untuk larut dalam suatu pelarut tertentu. Filtrat hasil dari
maserasi diuapkan. Pengguapan dengan menggunakan rotary vacum evaporator
menurut Arudhina dkk., (2012) bertujuan untuk memisahkan pelarut dengan
senyawa fitokimia yang terkandung di dalam bonggol nanas tersebut.
Bonggol nanas selanjutnya dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder. Hasil penelitian yang telah dilakukan
secara uji fitokimia menunjukkan pada ekstrak etanol bonggol nanas ditemukan
senyawa flavonoid, saponin, dan tanin. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Juariah (2018), senyawa fitokimia flavonoid, fenolik, saponin,
steroid, alkaloid, dan tanin yang terkandung dalam ekstrak kulit nanas. Senyawa
tersebut merupakan senyawa-senyawa yang dapat menghambat perumbuhan
Trichophyton mentaghophytesdan ada di dalam ekstra etanol bonggol nanas.
Agrawal (2012) menyatakan adanya kandungan flavonoid di dalam ekstrak
etanol bonggol nanas memberikan kemampuan sebagai anti jamur. Mekanisme
kerja flavonoid dalam menghambat pertumbuhan jamur sehingga menyebabkan
kematian pada jamur. Senyawa Saponin menurut Robinson (2008) dapat
22

menghambat sintesis asam nukleat sehingga menghambat perkembangan sel


jamur. Kandungan tanin pada ekstra bonggol nanas juga memberikan kemampuan
sebagai antijamur. Menurut Watson dan Preedy, (2007) tanin merupakan senyawa
yang bersifat lipofilik sehingga mudah terikat pada dinding sel dan
mengakibatkan kerusakan pada dinding sel. Sehingga untuk melakukan pengujian
daya hambat Trichophyton mentaghophytes digunakan Ekstra etanol bonggol
nanas dikarenakan kandungan senyawa fitokimia yang terkandung dalam ekstrak
bonggol nanas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ekstra etanol bonggol nanas
dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% menunjukan aktivitas antifungi
dengan persentase zona hambat 40%, 44%, 48%, dan 56% yang dibandingkan
dengan zona hambat kontrol positif. Pada konsentrasi 80% menunjukkan aktivitas
antifungi lebih besar terlihat dari persentase zona hambat yang terbentuk yaitu
56% . Hal ini menunjukan kemampuan ekstrak etanol bongol nanas memiliki
kemampuan di bawah kontrol positif dengan persentase diameter mencapai 72%.
Kontrol positif yang digunakan adalah Nystatin. Liwa dan Hyasinta (2015)
mengatakan nystatin merupakan antifungi yang langsung bekerja dengan menekan
aktivitas pada membran sitoplasma yang merupakan kompenen penting bagi
jamur. Sedangkan kontrol negatif dengan menggunakan akuadest. Hal ini
disebabkan karena kontrol negatif tidak mengandung senyawa toksik yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat berkembang dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang uji efektifitas ekstrak etanol bonggol
nanas (Ananas comosus L.Merr) terhadap Trichophyton mentaghophytes dapat
disimpulkan:
1. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak bonggol nanas
yaitu senyawa flavonoid, saponin, dan tanin.
2. Zona hambat Trichophyton mentaghophytes setelah pemberian ekstrak
etanol bonggol nanas yaitu pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%
dengan rata-rata zona hambat 10 mm, 11 mm, 12 mm, dan 14 mm
dengan kategori daya hambat sedang.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang uji efektifitas ekstrak etanol bonggol
nanas (Ananas comosus L.Merr) terhadap Trichophyton mentaghophytesmaka
peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :
1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kematangan
bonggol buah nanas dengan efek antijamur yang dimiliki dalam
menghambat pertumbuhan jamur Trichophyton mentaghophytes
2. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar meneliti efektivitas ekstra
etanol bonggol nanas pada jamur lainnya untuk menambah referensi di
perpustakaan Universitas Abdurrab.
3. Bagi masyarakat disarankan untuk menggunakan serta memanfaatkan
bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang berada disekitar
lingkungan untuk dijadikan sebagai pengobatan penyakit kurap pada
kulit.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, A. 2015. Antimicrobial Effects of Crude Bromelain Extracted from


Pineapple Fruit (Ananas comosus (L.) Merr.). Advances in
Biochemistry.Volume 1(3).

Adianti, A. M. 2016. Profil Penggunaan Nistatin Pada Pasien Hiv/Aids Dengan


Kandidiasis. Skripsi. Program Pasca Sarjana FarmasiMalang.

Agrawal, J. K., 2010. Pharmacological Activities of Flavonoids: A Review.


International Journal of Pharmacological Sciences of an Nanotechnology.
Volume 4(2): Halaman 1394-1398.

Amanah, Sutisna, A., dan Alibasjah, R. 2016. Isolasi Dan Identifikasi Mikrofungi
Dermatofita Pada Penderita Tinea Pedis. Jurnal Kesehatan. Volume 32(2):
Halaman 1–10.

Arudhina, E., Soegihardjo, C. J., dan Sidharta, B. R. 2012. Aktivitas Ekstrak


Etanol Daun Alamanda (Allamanda cathartica L.) Sebagai Antijamur
Terhadap Candida albicans Dan Pityrosporum ovale Secara In Vitro.
Jurnal Teknologi Farmasi. Volume 2(1): Halaman 1–15.

Brigitasari, P. 2013. pada plat resin akrilik heat curing Hump extract of cayenne
pineapple inhibit the growth of Candida albicans on heat. Journal of
Dentomaxillofacial Science. Voleme 12(2): Halaman 86–89.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia.


Edisi I. Jakarta.

Franklin, T. J. dan Snow. 2005. Biochemistry and Molecular Biologi of


Antimicrobial Drug Action, 6th Edition. Spinger science and Business
Media. Inc.

Hanani, E. 2016. Analisis Fitokimia. EGC.Jakarta.

Harti, A. S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Cv Andi Offset. Yogyakarta.

Hidayat, P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif


Bahan Baku Tekstil. Teknoin. Volume 13(2): Halaman 31–35.

Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi


Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus).
Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Jawetz., Melnick dan Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba


Medika. Jakarta.
25

Juriah, S., Irawan, M. P., & Yuliana. 2018. KULIT NANAS ( Ananas Comosus
L . Merr ) terhadap Trichophyton. Journal of Pharmacy and Science.Volume
1: Halaman 1–9.

Karta, I. W., & Burhannuddin. 2017. Uji Aktivitas Anti Jamur Ekstrak Akar
Tanaman Bama (Plumbago zeylanica) Terhadap Pertumbuhan Jamur
Trichophyton mentagrophytes Penyebab Kurap Pada Kulit. Jurnal Media
Sains. Volume 1(1): Halaman 23–31.

Marjoni, M. R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Trans


Info Medika. Jawa Timur.

Melnick, J., & Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika.


Jakarta.

Mamonto, S. I., Runtuwene, M. R. J., dan Wehantouw, F. 2014. Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Kulit Biji Buah Pinang Yaki (Areca Vestiaria Giseke)
Yang Di Ekstraksi Secara Soklet. Jurnal Ilmiah Farmasi. Volume (3)3:
Halaman 263–272.

Liwa, C.A., dan Hyasinta Jaka. 2015. Antimicrobial Resistance: Mechanisms of


Action of Antimicrobial. Formatex, hal. 876-885.

Minarno, E. B. 2015. Skrining Fitokimia Dan Kandungan Total Flavanoid Pada


Buah Carica pubescens Lenne & K. Koch Di Kawasan Bromo, Cangar, Dan
Dataran Tinggi Dieng. Skrining Fitokimia. Volume 2(5): Halaman 167–172.

National Center for Biotechnology Information. 2017. Taxonomy.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?id=4615

Notoatmodjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Renika Cipta.Jakarta.

Nixon, T. 2009. Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta.

Rahayu, E. 2012. Aktivitas Gabungan Ekstrak Bakau (Rhizophora apiculata),


Alamanda (Allamanda schottii), Dan Binahong (Anredera cordifolia)
TerhadapEnzim Tirosinase. Skripsi. Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Robinson. 2008. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB Press. Bandung.

Soedarto. 2015. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Sagung Seto.Jakarta.

Tan, T. S. 2016. Ilmu Penyakit Kulit. Sagung Seto. Jakarta.


26

Umarudin, Sari, R. Y., Fal, B., & Syukrianto. 2018. Efektivitas Daya Hambat
Ekstrak Etanol 96% Bonggol Nanas (Ananas Comosus L) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus. Journal of Pharmacy and
Science. Volume 3(2): Halaman 32–36.

Watson, R. R. dan Preedy, V, R., 2007. Bioactive food in promating health:


probioties and prebioties Academic Press. USA.

Widiawati, Y. 2009. Pengaruh Subtitusi Produk Samping Nanas (Ananas comosus


(L). Merr) Pada Pakan Basal Rumput Gajah Dan Kaliandra Terhadap
Ekosistem Rumen Domba. JITV. Volume 4(4): Halaman 253–261.

Winarti. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr)


Untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Politeknik Pertanian
Samarinda. Samarinda.

Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivias Spesifik Enzim Bromelin dari
Buah Nanas (Ananas comosus L.). Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi. Volume
3(7): Halaman 78–82.
27

Lampiran 1. Skema prosedur kerja

Bonggol Nanas

Simplisia Bonggol Nanas

Maserasi dengan etanol 96%

Maserat
Ekstrak Bonggol Nanas

Dikentalkan dengan rotary evaporator

Eksrak kental

Pengenceran

Pembuatan dari konsentrasi dengan cara pengenceran


bertingkat dengan konsentrasi 25%, 20%, 15%, dan 10%.
Sterilisasi Alat, Bahan dan30%.
dan Penyiapan Tempat Kerja

Pembuatan Media

Pembuatan Larutan Standar Mc.Farland

Pembuatan Larutan Suspensi

Pengujian Daya Hambat Ekstrak Bonggol Nanas

Lampiran 2. Cara pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)


28

M1 x V1 = M2 x V2
M1 x 1000 ml = 39 g x 100 mL
3900 g /mL
M1 =
1000 mL
= 3,9 gram
Cara kerja:
Media Potato Dextrose Agar (PDA) di timbang sebanyak 3,9 g di
masukkan ke dalam elenmeyer 250 ml, lalu di larutkan dengan aquadest 100
ml dan di panaskan di atas hot plate sampai mendidih sambil di aduk hingga
terlarut sempurna, lalu di sterilkan ke dalam autoclave pada suhu 121oC
selama 15 menit, pada suhu 5oC masukkan antibiotik Nistatin 0,16 g
homogenkan setelah itu tuangkan ke dalam cawan petri dengan ketebalan 44
mm hingga dingin.

Lampiran 3 Cara pembuatan larutan standar Mc. Farland


29

1. Pembuatan H2SO4 1%
H2SO4 1% dari H2SO4 97%
C1 x V 1 = C2 x V 2
97% x V1 = 1% x 10 mL
1% x 10 mL
V1 =
97 %
= 0,1 mL

Cara kerja : larutan H2SO4 1% dipipet sebanyak 9 mL


dicampurkan dengan larutan BaCl2 1% sebanyak 1 mL dalam tabung
reaksi. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh.
Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan suspensi bakteri uji .

2. Pembuatan Larutan BaCl2.2H2O 1%


1 gram
x 10 mL = 0,1 gram
100 mL

Cara kerja :
BaCl2.2H2O ditimbang sebanyak 0,1 gram dalam beaker
glass dan dilarutkan dengan akuades, kemudian dipindahkan
dalam labu ukur 10 mL ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas dan dihomogenkan.
30

Lampiran 4. Perhitungan dan cara pembuatan konsentrasi ekstrak bonggol


nanas dengan kosentrasi 25%, 20%,15%, dan 10%
1. Konsentrasi 25 % sebanyak 10 mL
25 gram
x 10 mL = 2,5 gram
100 mL
Cara kerja:
Ekstrak bonggol nanas ditimbang sebanyak 2,5 gram
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, lalu
ditambahkan Etanol 96% sampai tanda batas dan
dihomogenkan.
2. konsentrasi 20% sebanyak 10 mL
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 25%
V1 x C1 = V 2 x C2
V1 x 25% = 10 mL x 20%
10 mL X 20 %
V1 =
25 %
V1 = 8 mL
Cara kerja:
Ekstrak bonggol nanas 20% dipipet sebanyak 8 mL,
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, lalu
ditambahkan Etanol 96% sampai tanda batas dan
dihomogenkan.
3. konsentrasi 15% sebanyak 10 mL
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 20%
V1 x C1 = V 2 x C2
V1 x 20% = 10 mLx 15%
10 mLx15 %
V1 =
20 %
V1= 7,5 mL
Cara kerja:
Larutan ekstrak bonggol nanas 15% dipipet sebanyak
7,5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu
31

ditambahkan Etanol 96% sampai tanda batas dan


dihomogenkan.
Lampiran 4 (Lanjutan)
konsentrasi 10% sebanyak 10 mL
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 15%
V1 x C1 = V 2 x C2
V1 x 15% = 10 mLx 10%
10 mLx10 %
V1 =
15 %
V1= 6,6 mL

Cara kerja:
Larutan ekstrak bonggol nanas 15% dipipet sebanyak
7,5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu
ditambahkan Etanol 96% sampai tanda batas dan
dihomogenkan.
32

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

1. Pengambilan Bonggol Nanas (Ananas comosus L. Merr)

Bonggol NanasBonggol Nanas Kering

Bonggol Nanas proses pengeringanBonggolNanas Halus

2. Proses Ekstraksi Bonggol Nanas


33

Proses Penguapan Dengan rotary vacum evaporator


Hasil Ekstak Bonggol Nanas (Ananas comosus L. Merr)

3. Proses Uji Fitokimia

Hasil Uji Senyawa Saponin

Hasil Uji Alkaloid


35

4. Uji Daya Hambat Ekstra Etanol Bonggol Nanas Menggunakan


Trichophyton mentagrophytes.

Pengulangan 20%

Pengulangan 40%
Negatif (-)

Positif (+)

Pengulangan 60%
Pengulangan 80%

Pengulangan 1

Pengulangan 20%

Negatif (-) Pengulangan 40%

Positif (+)

Pengulangan 80% Pengulangan 60%

Pengulangan 2
36

Pengulangan 20%

Negatif (-) Pengulangan 40%

Positif (+)

Pengulangan 60%
Pengulangan 80%

Pengulangan 3

Anda mungkin juga menyukai