OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITASBORNEO TARAKAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An M. I DENGAN GEADS
DIRUANG ANGGREK B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TARAKAN
Oleh :
NUR FADILLAH INDRA SARI
NPM : 15.701020.046
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Akhir ini yang berjudul “ Asuhan keperawatan pada An. M dengan Fimosis yang
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini berkat bimbingan, bantuan dan dorongan
yang diberikan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
1) Prof. Dr. Drs Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2) Dr. Muhammad Hasbi Hasyim, Sp. PD selaku Direktur Rumah Sakit Umum
4) Yuni Retnowati, S.ST, M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
9) Hasni, S.Kep, Ns, selaku Kepala Ruangan dan penguji ujian praktek beserta
Tarakan.
10) Bapak/Ibu dosen dan staff Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
11) Keluarga klien An. M yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
12) Ibunda, Ayahanda dan saudara-saudaraku tercinta serta keluarga yang dengan
Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih belum
sempurna dan masih banyak membutuhkan perbaikan, oleh karena itu penulis
sangat mengahrapkan kritik dan saran. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat pada umunya dan khususnya bagi perawat dalam
keperawatan.
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xi
DAFTAR BAGAN..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................xiv
BAB 1: PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan.......................................................................................................4
Ruang Lingkup 5
Metode Penulisan......................................................................................................5
Sistematika Penulisan................................................................................................6
Pengertian 8
Etiologi 11
Klasifikasi 12
DAFTAR ISI
Patofisiologi 13
Manifestasi Klinis 14
Komplikasi 14
Pencegahan 15
Penatalaksanaan 15
Pengkajian 16
Diagnosa Keperawatan 21
Perencanaan 23
Implementasi 27
Evaluasi 28
Pengkajian 29
Diagnosa 47
Rencana Keperawatan...............................................................................................47
Implementasi 51
Evaluasi 59
BAB 4: PEMBAHASAN
Pengkajian 62
Diagnosa Keperawatan..............................................................................................63
Perencanaan 65
Implementasi 66
Evaluasi 67
DAFTAR ISI
BAB 5: PENUTUP
Kesimpulan 69
Saran 70
KEPUSTAKAAN................................................................................................72
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
1. Lembar Bimbingan...........................................................................................74
A : Assesment, Achievable
AC : Air Conditioner
Amp : Ampul
An : Anak
BB : Berat Badan
BIL : Bilirubin
BLO : Blood
BT : Masa Perdarahan
C : Celcius
Cm : Centimeter
CT : Masa Pembekuan
E : Eye
GLU : Glukosa
Gr : Gram
HCT : Hematokrit
HGB : Hemoglobin
Jl : Jalan
KET : Keton
Kg : Kilogram
xv
LEU : Leukosit
M : Measureable, Motorik
Mg : Miligram
Ml : Mililiter
N : Nadi
NIT : Nitrit
Ny : Nyonya
O : Obyektif
Op : Operasi
P : Planning
PLT : Platelet
PRO : Protein
RS : Rumah Sakit
S : Spesifik, Subyektif
SG : Specific Gravity
T : Time
TB : Tinggi Badan
Tn : Tuan
TTV : Tanda-tanda Vital
URO : Urobilinogen
V : Verbal
PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat
umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 dan
masyarakat.
perwujudan visi tersebut karena pada hakekatnya hal itu merupakan penegasan
bersama cita-cita seluruh rakyat. Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
Anak usia dini merupakan individu yang berada pada rentang usia 0-8
tahun. Usia ini merupakan pondasi untuk usia-usia selanjutnya. Selain itu pada
usia ini dikenal dengan golden age yaitu sebuah kondisi pada saat anak
2
mengalami perkembangan fisik dan psikis yang sangat pesat. Dalam hal ini
perkembangan yang sangat pesat tersebut, sangat dipengaruhi oleh kesehatan fisik
Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang anak tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak merasa sakit, semua organ tubuh dalam keadaan
terwujud apabila seseorang anak merasa mentalnya dalam keadaan stabil sehingga
mampu berfikir sehat dan mampu mengekspresikan emosi secara baik. Ketika
pun akan terganggu bahkan dalam ksehatan psikisnya pun akan mengalami
Dalam kehidupan nyata tidak sedikit anak usia dini yang mengalami
masalah dalam kesehatannya, artinya suatu keadaan terganggunya fisik dan psikis
anak. Gangguan fisik yang biasa muncul pada anak usia dini contohnya diare,
gangguan psikis yang biasanya muncul pada anak usia dini adalah stress, tantrum,
depresi. Namun, selain gangguan fisik yang biasa muncul pada anak yang telah
disebutkan di atas juga terdapat gangguan fisik yang langka terjadi pada anak
Bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada
saat lahir hanya sekitar 4%, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200
anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
sulkus glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini
meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar
8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun
ballooning maka sisa-sisa urine ini mudah terjebak pada bagian dalam preputium
dan kandungan glukosa pada urine menjadi ladang subur bagi pertumbuhan
disirkumsisi memiliki resiko menderita fimosis 10-20 kali lebih tinggi. Tahun
1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi 12 kali lipat. Dua laporan jurnal
tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi memiliki resiko ISK di bawah
rata-rata.
Fimosis hanya terjadi pada anak laki-laki dan jarang ditemukan kasusnya di
tindakan sirkumsisi atau sunat. Sunat yaitu operasi pembuangan kulup atau kulit
yang menutupi ujung penis. Sunat merupakan praktik yang umum dilakukan
karena faktor agama maupun tradisi. Sementara dari segi medis, sunat dianggap
memiliki manfaat, namun juga memiliki risiko terutama jika dilakukan pada bayi.
Menurut organisasi dokter anak, walaupun sunat pada bayi laki-laki memiliki
risiko, namun manfaatnya secara medis jauh lebih banyak. Oleh karena itu, sunat
bisa dipertimbangkan untuk dilaksanakan, tetapi bukan suatu kewajiban secara
medis.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai pada penulisan Laporan Tugas
2) Membandingkan antara teori dan praktek asuhan keperawatan pada An. “M”
Kota Tarakan.
Kota Tarakan.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahasan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini
adalah pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. “M” yang dirawat dengan
diagnosa medis Fimosis selama 3 hari di ruang perawatan anak Anggrek B Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Tarakan mulai tanggal 25-27 Juni 2018.
Metode Penulisan
Metodologi yang penulis gunakan dalam penyusuna Laporan Tugas Akhir ini
1) Wawancara, percakapan orang tua serta keluarga klien dengan maksud untuk
fisik tergantung pada kondisi klien yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
4) Studi Dokumentasi, data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada
catatan perawat pada klien, catatan medis, serta catatan dari tim kesehatan lain
Sistematika Penulisan
Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab yang tersusun secara sistematis
sebagai berikut :
Bab satu pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan, baik
secara umum maupun khusus, ruang lingkup, metode penulisan serta sistematika
penulisan.
Bab dua berisi tentang landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar
yang telah dilakukan penulis terhadap klien dimulai dari pengkajian, perumusan
kesenjangan antara teori dan penerapan langsung di lapangan yang terdiri dari
Bab lima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-
saran. Lampiran berisi lembar satuan acara pembelajaran, materi yang digunakan
LANDASAN TEORI
Pengertian Fimosis
Sedangkan menurut Purnomo (2000), fimosis adalah prepusium penis yang tidak
(Phymosis) merupakan salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin bayi
laki-laki, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit kepala
tersumbatnya lubang di bagian air seni, sehingga bayi dan anak kesulitan dan
kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi kepala penis
(balantis). Jika keadaan ini dibiarkan dimana muara saluran kencing di ujung
penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunat. Tindakan ini dilakukan
dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka (Rukiyah,
2010).
Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu
sempit (Ramali & Ahmad, 2003). Sedangkan menurut Muslihatun (2010) fimosis
adalah keadaan kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis dan
uretra kiri dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal. Adapun pengertian lain dari fimosis ialah ketidakmampuan
9
kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal dapat
ditarik ke arah pangkal dari kepala penis yang mengakibatkan anak atau bayi
Penis terdiri dari tiga komponen utama : bagian distal (glans atau kepala),
bagian tengah (corpus atau shaft) dan bagian proksimal (root). Pada bagian kepala
terdapat glans dan sulkus koronaria, yang ditutup oleh foreskin (virtualsac),
permukaan bagian dalam dilapisi oleh membran halus. Glans bersifat kenyal, dan
berbentuk konus, serta terdiri dari meatus, corona dan frenulum. Meatus urethralis
vertikal dan berlokasi pada apeks, dimana muncul frenulum, glans corona
merupakan lipatan lingkaran pada dasar glans. Pada permukaan glans terdapat
empat lapisan anatomi: lapisan membran mukosa, termasuk epitelium dan lamina
memisahkan kedua struktur ini, penile atau pendulous urethra terletak ventral
mengelilinginya.
korpus kavernosum. Komponen anatomi utama dari penis adalah korpus, glans
dan preputium. Korpus terdiri dari korpora kavernosa (jaringan rongga vaskular
yang dibungkus oleh tunika albuginea) dan di bagian inferior terdapat korpus
spongiosum sepanjang uretra penis. Seluruh struktur ini dibungkus oleh kulit,
lapisan otot polos yang dikenal sebagai dartos, serta lapisan elastik yang disebut
Buck fascia yang memisahkan penis menjadi dorsal (korpora kavernosa) dan
ventral (korpus spongiosum). Kulit glans penis tersusun oleh pelapis epitel tatah
berlapis tanpa keratin sebanyak lima hingga enam lapis, setelah sirkumsisi bagian
ini akan membentuk keratin. Glans dipisahkan dengan korpus penis oleh
balanopreputial sulcus pada aspek dorsal dan lateral dan oleh frenulum pada regio
ventral. Kelenjar sebaseus pada penis dikenal sebagai kelenjar Tyson dan
Uretra terbagi atas tiga bagian : prostatik (segmen proksimal pendek yang
kutub bawah prostat hingga bulbus korpus spongiosum) dan penil (yang melewati
kelenjar yang berhubungan dengan uretra adalah kelenjar intraepitelial dari lakuna
Cowper (mucous acinar pada profunda membran uretra). Drainase limfatik penis
Etiologi Fimosis
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup
menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.
Penyebabnya, bisa bawaan dari lahir atau didapat, misalnya karena infeksi atau
sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang
orang tua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba
preputium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan
agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik.
Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter, selanjutnya di rumah orang tua
sendiri diminta melakukannya seperti yang dilakukan dokter (pada orang barat
sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ketika baru
Klasifikasi Fimosis
berikut :
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik
lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam
preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu
saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk,
Patofisiologi
Menurut Muslihatun (2010) fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru
lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai
usia 3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel
memisahkan preputium dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa
preputium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di
dalamnya. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi
proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada
sebagian anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung
miksi. Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak menggelembung.
Air kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah
yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap
buang air kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak
karena terjadi perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah
urin pada saat miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis,
Manifestasi Klinis
diantaranya:
seperti balon
5) Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar tidak
lancar
6) Timbul infeksi
Komplikasi
antara lain terjadinya infeksi pada uretra kanan dan kiri akibat terkumpulnya
cairan smegma dan urine yang tidak dapat keluar seluruhnya pada saat berkemih.
Infeksi tersebut akan naik mengikuti saluran urinaria hingga mengenai ginjal dan
Pada 90% laki-laki yang dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik
zakar sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis
untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi.
smegma di buah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan
Pencegahan
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
Penatalaksanaan
pada ujung preputium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder. Fimosis yang
saat miksi, atau infeksi prostitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi.
Fimosis yang disertai balantis atau prostitis harus diberikan antibiotika lebih
air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian
terbagi menjadi dua, yakni secara medis dan secara konservatif. Berikut
preputium).
Pengkajian Keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
(Budiono, 2016).
Dalam mengkaji pasien khususnya anak, sangat penting untuk mengetahui
tahapan tumbuh kembang anak itu sendiri. Salah satu pelopor teori tumbuh
kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan
hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan
pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada
tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral
mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral
kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari
struktur dasar tadi. Anehnya, Freud jarang sekali meneliti anak secara langsung.
Dia mendasari teorinya dari analisis mengeksplorasi jiwa pasien antara lain
tahapan dan tugas perkembangan anak usia 5 tahun 8 bulan menurut teori
psikoseksual Freud masuk dalam tahap laten (usia 5 – awal pubertas). Masa ini
adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak
2009). Tahapan dan tugas perkembangan anak usia 5 tahu 8 bulan menurut teori
Erickson ialah tahap inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun). Anak akan mulai
inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan
dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada
diri anak.
anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu preconventional, conventional dan
tahun 8 bulan masuk dalam tahap preconventional. Dalam tahap ini anak belajar
baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai dasar dalam
pendekatan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu didasari oleh
adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa yang saya
mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang kebaikan,
mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan ketaatan,
baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan. Tahap selanjutnya, yaitu
anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Anak
menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka sendiri, oleh karena
itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan orang tua tidak memberikan
sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa tindakannya bukan merupakan
menggunakan khayalannya untuk menjelaskan hal tersebut. Pada masa anak usia
5 tahun 8 bulan anak memasuki tahap intuitif-proyektif (4-6 tahun), dimana suatu
kombinasi gambaran dan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain yang
teori tersebut dapat digunakan sebagai acuan apakah anak sudah dalam tahapan
tumbuh kembang yang semestinya atau anak sedang terhambat dalam tumbuh
kembangnya. Selain itu, tahap pengkajian terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu
1) Pengumpulan Data
data) diri pasien dan data-data lain dari pasien yang meliputi unsur bio-psiko-
dan data yang relevan, perawat membutuhkan dasar yang kuat dari berbagai
disiplin ilmu.
wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan medis, status klien dan
2) Observasi
perabaan dan alat perasa. Data yang dikumpulkan harus objektif, agar dapat
dimengerti dan digunakan oleh orang lain. Segala sesuatu yang dilihat, dirasa,
Pada klien dengan fimosis hal yang diobservasi ialah pola berkemih pasien.
Dalam pola berkemih yang diobservasi ialah frekuensi, jumlah dan intensitas saat
klien berkemih. Observasi juga adanya tanda-tanda infeksi pada penis klien.
3) Wawancara
pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting diperhatikan adalah data
4) Pemeriksaan Fisik
Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, dan kuantitas. Data
secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data subjektif dan data objektif.
(1) Inspeksi
Kepala penis tertutup oleh kulit penis, penis tampak membesar dan
(2) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada daerah penis, penis teraba seperti benjolan
5) Pengelompokkan Data
Salah satunya menurut teori Abraham Maslow yang berpendapat bahwa semua
manusia mempunyai kebutuhan dasar umum yang terdiri dari beberapa tingkatan.
Tingkatan kebutuhan dasar fisik harus terpenuhi lebih dulu sebelum tingkat yang
lebih tinggi.
rendah.
Diagnosa Keperawatan
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamnnya, perawat secara akuntabilitas dapat
yang diidentifikasi.
rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada
dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala
terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi yang
aktif
6) Penyimpangan KDM
penis
Pre Operasi Post Operasi
(Budiono, 2016). Menurut Budiono (2016), ada tiga tahap dalam fase perencanaan
Tahap ini adalah tahap bagi perawat dan pasien untuk menentukan
untuk mencapai suatu tujuan. Rencana atau intervensi yang terdapat pada
Laporan Tugas Akhir ini pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi klien dan
berikut :
Pre Operasi
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan
(1) Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan
dukungan
(2) Kaji perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi dan penyakit
anak
Intervensi keperawatan
aktif
Intevensi keperawatan
Implementasi Keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam perencanaan juga
sesudah pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan serta menilai data yang
klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah dibuat pada
tahap perencanaan (Budiono, 2016). Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu
evaluasi formatif yang dilakukan setelah selesai tindakan klien, berorientasi pada
etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditetapkan
tercapai, dan evaluasi sumatif yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
sebagai berikut :
1) S : data subjektif yang isinya tentang keluhan klien yang masih dirasakan
3) A : analisis yang isinya interpretasi dari data subjektif dan data objektif.
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan klien yang telah teridentifikasi dari data subjektif dan data
objektif.
lanjut.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil dari pelaksanaan
Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan selama tiga hari dimulai tanggal
keperawatan.
Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 25 Juni 2018 pada klien An.M
dengan Fimosis yang dirawat diruang perawatan Anak Anggrek B Rumah Sakit
Biodata
1) Identitas anak
Nama klien An. M berumur 5 tahun 8 bulan dengan jenis kelamin laki-laki,
agama Islam, alamat Jl. Aji Iskandar, masuk rumah sakit pada tanggal 24 Juni
Nama ayah klien Tn. S dengan umur 42 tahun, pekerjaan petani, pendidikan
terakhir SD, beragama Islam dan alamat Jl. Aji Iskandar. Ibu klien bernama Ny.
30
Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
(1) Saat masuk Rumah Sakit, Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 24
Juni 2018 pada pukul 16.15 WITA dengan keluhan demam sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, tidak ada mual, muntah, batuk maupun
pilek.
(2) Saat mengkaji, Orang tua klien mengatakan anak masih demam.
Ibu klien mengatakan anak masih demam sejak 2 hari lalu, ibu klien
mengatakan badan teraba hangat, ibu klien mengatakan anak sesak dan
demam naik turun terutama pada malam hari, ibu klien mangatakan tidak
trimester awal. Tidak ada riwayat terapi obat atau phototerapy, kenaikan berat
badan selama kehamilan 18 kg. Ibu klien mengatakan lupa kapan saat
spontan, di bantu oleh bidan rumah sakit dengan diberikan obat perangsang,
Ibu klien mengatakan berat badan klien saat lahir 3.200 gram dengan
panjang badan 49 cm. Ibu klien juga mengatakan anak lahir dalam keaadaan
tidak kebiruan dan tidak ada riwayat penyakit kuning, namun terdapat
problem menyusui yakni ASI yang diberikan hanya sampai umur 1 minggu
setelah itu anak diberikan susu formula. Penyakit yang pernah dialami yaitu
batuk, demam, diare, DBD, dan muntah. Keluarga mengatakan klien tidak
Ibu klien mengatakan tidak ada riwayat alergi, asma, hipertensi, DM, jantung
Genogram
? ? ?
? 42 ? ? 29 ? ?
= Laki-laki
= Perempuan
= Hubungan keluarga
= Meninggal
= Pasien
? = Tidak diketahui
= Tinggal Serumah
Riwayat Imunisasi
Reaksi setelah
No Jenis Imunisasi frekuensi
pemberian
1 BCG 1 kali (0 Bulan) Demam
2 DPT ( I,II,III ) 3 kali (2, 4, 6 Bulan) Demam
3 Polio ( I,II,III,IV ) 4 kali (0, 2, 4, 6 Bulan) Demam
4 Campak 1 kali (9 Bulan) Demam
5 Hepatitis B : 3 kali (0, 1, 4 bulan) Demam
A : 2 tahun
1) Pertumbuhan Fisik
Ibu klien mengatakan lupa pada saat umur berapa anaknya bisa berguling,
duduk, merangkak, dan berdiri. Ibu klien mengatakan klien bisa berjalan pada
umur 1 tahun, orang tua klien mengatakan pada umur 4 tahun klien sudah bisa
Riwayat Nutrisi
1) Pemberian ASI
Ibu klien mengatakan klien diberi ASI pertama kali 6 jam setelah klien
dilahirkan. Ibu klien mengatakan memberikan ASI secara terjadwal. Ibu klien
Ibu klien mengatakan alasan pemberian susu formula karena klien menolak
diberikan minum ASI, jumlah pemberian susu 60 ml setiap kali minum dengan
menggunakan dot.
Riwayat Psikososial
Orang tua klien mengatakan klien tinggal di rumah bersama orang tua dan
tidak ada lingkungan yang berbahaya disekitar rumah. Hubungan antar anggota
Riwayat spiritual
Orang tua mengatakan selalu mendukung perilaku baik dari anaknya seperti
berbagi kepada temannya, menolong orang yang lebih tua maupun temannya.
Ayah klien mengatakan terkadang membawa anaknya mengikuti acara keagamaan
di masjid.
Reaksi Hospitalisasi
Ibu membawa anaknya ke RS karena sakit yang tak sembuh selama 2 hari,
dokter menceritakan tentang kondisi anak pada keluarga. Perasaan orang tua
khawatir saat ini. Orang tua mengatakan selalu berkunjung dan yang tinggal
Klien masih belum mampu mengenal tentang penyakitnya dan rawat inap.
Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Sebelum sakit ibu klien mengatakan selera makan klien baik, makan 3 kali
dalam sehari, tidak ada alergi pada makanan, menu makanan di rumah bervariasi
dan klien selalu menghabiskan porsi makan. Sedangkan, saat pengkajian ibu klien
mengatakan selera makan anak menurun, makan tetap 3 kali sehari namun
2) Cairan
Sebelum sakit ibu klien mengatakan banyak minum air putih dengan
jam. Sedangkan, saat pengkajian ibu klien mengatakan anak minum dari air
mineral gelas 220 ml dan minum air mineral botol 600 ml dalam, klien terpasang
infus di tangan sebelah kanan dengan cairan DN ½ + drip novalgin 1 amp 16 tpm
Sebelum sakit ibu klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan tidak ada
kesulitan saat BAB. Ibu klien mengatakan anak sering BAK dan tidak pernah
menghitung berapa kali BAK dalam sehari. Tidak ada kesulitan dalam BAK.
Sedangkan, saat pengkajian ibu klien mengatakan anak belum ada BAB selama di
RS. Klien tetap BAK seperti biasa, warna urine kuning dan tidak ada kesulitan
saat BAK.
4) Istirahat tidur
Sebelum sakit ibu klien mengatakan anak biasa tidur malam pukul 21.00
hingga 06.30 pagi dan terkadang anak tidur siang. Apabila tidur siang biasanya
pukul 14.00 hingga 16.00 sore. Ibu klien mengatakan biasa tidur dengan kondisi
lampu mati dan tidak ada kesulitan tidur. Sedangkan, saat pengkajian ibu klien
mengatakan pola tidur anak jadi tidak teratur namun tidak ada kesulitan tidur,
5) Olahraga
Sebelum sakit ibu klien mengatakan anak tidak memiliki program olahraga
khusus. Sedangkan, saat pengkajian ibu klien mengatakan anak tidak berolahraga
6) Personal hygine
Sebelum sakit ibu klien mengatakan anak biasa mandi 2 kali sehari dan selalu
keramas setiap mandi. Klien biasa menyikat gigi pada pagi hari. Ibu klien biasa
memotong kuku klien apabila tampak panjang. Sedangkan, saat pengkajian ibu
Sebelum sakit ibu klien mengatakan anak biasanya beraktivitas seperti biasa
tanpa alat bantu dan tidak ada kesulitan dalam pergerakan tubuh anak. Sedangkan,
saat pengkajian ibu klien mengatakan anak tidak bisa beraktivitas seperti biasa
8) Rekreasi
Sebelum sakit ibu klien mengatakan biasa mengisi waktu senggang keluarga
dengan jalan-jalan, begitupun pada hari libur. Sedangkan, saat pengkajian ibu
Pemeriksaan fisik
infus di sebelah tangan kanan dengan cairan DN ½ + drip Novalgin 1 amp dengan
16 tpm.
2) Tanda-tanda vital
Suhu klien 36,0ºC, nadi klien 114 kali/menit, dan respirasi klien 24
kali/menit.
3) Antropometri
Berat badan klien saat ini 20 kg, tinggi badan klien 114 cm, lingkar lengan
atas 10 cm, lingkar kaki bawah 48 cm, lingkar dada 55 cm, dan lingkar perut klien
45 cm.
4) Kepala
(1) Rambut, Rambut klien berwarna hitam dan tebal, distribusi rambut merata,
rambut tidak rontok dan rambut lurus, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
(2) Wajah, Bentuk wajah klien simetris, kulit wajah sawo matang, tidak
terdapat edema dan tidak terdapat nyeri tekan serta tidak ada lesi.
(3) Mata, Mata klien simetris, tidak ada kelainan palpebra, distribusi bulu
mata dan alis merata, sclera bewarna putih, tidak ada nyeri tekan,
(4) Hidung, Hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polip, tidak
ada nyeri tekan, tidak mimisan, penciuman kurang baik karena adanya
secret.
(5) Mulut, Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada labioskisis maupun
(6) Telinga, Simetris kiri dan kanan, daun telinga baik, terdapat serumen, tidak
(7) Leher, Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri
2:1, gerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada otot bantu pernapasan,
sonor saat dilakukan perkusi dan saat dilakukan palpasi tidak ada nyeri
rumah sakit.
(10) Genetalia, Gland penis tertutup kulit penis, testis teraba turun, belum
(11) Integumen, Distribusi rambut baik, warna rambut hitam dan tidak mudah
di cabut, warna kulit sawo matang, suhu klien 36,6ºC, kuku bewarna
merah muda, permukaan kuku halus, tidak mudah patah, dan kebersihan
kuku baik.
(12) Tungkai, kekuatan otot klien baik, tungkai kanan atas 5, tungkai kiri atas 5,
tungkai kanan bawah 5, tungkai kiri bawah 5, tidak ada lesi dan tidak ada
pembengkakan.
(13) Punggung, Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi dan
massa/tumor.
(14) Lengan, Terdapat infus di tangan kanan klien, tidak ada lesi, tidak ada
edema, tidak ada kaku pada lengan, dan tidak ada kesulitan bergerak.
(1) Personal/social, klien bisa menyiapkan makanan sendiri dan menyikat gigi
tanpa bantuan.
(2) Motorik kasar, klien mampu meyeimbangkan setiap kaki selama 6 detik.
leukosit (WBC) dan penurunan pada jumlah hematokrit (HCT) di dalam tubuh
klien.
leukosit (WBC) dan penurunan pada jumlah hematokrit (HCT) di dalam tubuh
klien.
3) Hasil pemeriksaan urine 25 Juni 2018
25 Juni 2018
2) Dexamethasone ½ amp/12jam
Data Fokus
4) Ibu klien mengatakan demam naik turun, terutama pada malam hari
5) Ibu mengatakan anak belum pernah di operasi
6) Respirasi 24 kali/menit
3) Ibu klien mengatakan anaknya merasa sakit apabila luka bekas operasi
tersenggol
4) Ibu klien mengatakan anaknya merasa sakit dan menangis selama 5-10 menit
6) Ibu klien mengatakan anaknya telah menjalani operasi pada pukul 08.30
kesakitan
Analisa data
1) Pengelompokkan Data I
Data subyektif :
(3) Ibu klien mengatakan demam anak naik turun, terutama pada malam hari
Data obyektif :
tubuh Penyebab :-
2) Pengelompokkan Data II
Data subyektif
Data subyektif
1) Pengelompokkan Data I
Data subyektif :
(3) Ibu klien mengatakan anaknya merasa sakit apabila luka bekas operasi
tersenggol
(4) Ibu klien mengatakan anaknya merasa sakit dan menangis selama 5-10
menit
(3) Klien berteriak sambil menangis saat dijemput di ruang operasi dan
merintih kesakitan
2) Pengelompokkan Data II
Data subyektif
(2) Ibu klien mengatakan anaknya telah menjalani operasi pada pukul 08.30
WITA
Data obyektif :
(3) Terlihat bercak darah di balutan kassa yang membungkus luka operasi
klien
Penyebab : -
Data subyektif
WITA
Data obyektif :
(3) Terlihat bercak darah di balutan kassa yang membungkus luka operasi
klien
Penyebab : -
Penyimpangan KDM
Inflamasi (peradangan)
Kerusakan sel
Resiko Infeksi
Persepsi nyeri
Merangsang reseptor nyeri
2) Resiko infeksi
3) Resiko perdarahan
Rencana Keperawatan
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tujuan :
keluarga bertambah.
Kriteria hasil :
fimosis Intervensi :
(3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Tujuan :
keluarga menurun.
Kriteria hasil :
(1) Ekspresi wajah tidak tegang
gelisah Intervensi :
(2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
(4) Bantu orang tua untuk tidak memperlihatkan kecemasan mereka dihadapan
anak
Tujuan :
dapat terkontrol
Kriteria hasil :
rewel Intervensi :
Tujuan :
Kriteria hasil :
(1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi (rasa nyeri, panas, bengkak,
kemerahan)
Intervensi :
(2) Insruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
3) Resiko
perdarahan
Tujuan :
perdarahan
Kriteria hasil :
terlihat Intervensi :
Implementasi
S : Ibu klien mengatakan tidak mengetahui tanda dan gejala awal hipertermia
O:-
S :-
anaknya
tubuh
S :-
S :-
S :-
S :-
S :-
bahasanya sendiri
O : Ibu klien tidak bisa menyebutkan penyebab dengan benar dan mengatakan
bahwa penyebab penyakit karena kulit penis yang tidak bisa ditarik yang
S : Ibu klien mengatakan paham tanda dan gejala yang muncul pada penyakit
S :-
Memberikan waktu klien untuk bias bermain bersama ibunya sebelum operasi
S :-
menonton
dihadapan anak
bedah
menangis karena kesakitan, sakit bertambah saat luka operasi tersenggol, ibu
S : Ibu klien mengatakan anak kesakitan saat luka bekas operasi tersenggol
nyeri
S :-
S :-
Memonitor tanda dan gejala infeksi local (nyeri, kemerehan, rasa panas)
S :-
S :-
O : Luka masih tertutup perban/kassa
S :-
S :-
S :-
S :-
S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak mengeluh kesakitan saat tidur malam
O : Klien tampak tenang, namun mulai gelisah saat ingin dilihat luka
operasinya
nyeri
S :-
S :-
Memonitor tanda dan gejala infeksi local (bengkak, kemerahan, nyeri, panas)
S :-
O : Tidak ada nyeri, tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak, tidak panas
3) Pukul 14.15 WITA
S :-
S :-
O : luka tidak berdarah, nadi 90 kali/menit, kulit teraba hangat, bibir pucat
Evaluasi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Selasa, 26 Juni 2018 (sebelum operasi)
sendiri, ibu juga mampu menyebutkan 1 dari 6 tanda dan gejala fimosis
P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2) Resiko infeksi
kemerahan)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3) Resiko perdarahan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang hasil pelaksanaan dan penerapan
Anggrek B RSUD Tarakan tanggal 25 Juni 2018 sampai dengan 27 Juni 2018.
lapangan keperawatan dan penulis menyajikan dalam bentuk analisa pada tiap
Pengkajian
Selama tahap pengkajian klien dan keluarga kooperatif dan bersifat terbuka
untuk setiap hal yang memerlukan keterangan dari pihak An. M maupun keluarga.
Selain itu penulis juga mendapatkan dukungan dan kerjasama yang baik dengan
perawat ruangan yang bertugas. Menurut Rukiyah (2010), ada 6 tanda dan gejala
yang biasa muncul pada anak dengan diagnosa medis fimosis, yaitu sukar
berkemih, kulit preputium menggelembung seperti balon, kulit penis tidak bisa
ditarik ke arah pangkal, penis mengejang pada saat BAK, anak sering menangis
sebelum urine keluar (air seni keluar tidak lancar), dan timbulnya infeksi.
menggelembung seperti balon, penis mengejang saat BAK, anak sering menangis
sebelum urin keluar dan air seni keluar tidak lancar sebagaimana terdapat dalam
63
teori. Alasan mengapa penulis tidak menemukan tanda dan gejala diatas
klien sehingga tidak terdapat keluhan sukar berkemih, nyeri saat berkemih, air
seni yang keluar tidak lancar ataupun penis yang mengejang saat BAK. Dengan
sehingga tidak terjadi penumpukkan urine di kulit penis klien yang bisa
itu, tanda dan gejala yang ditemukan pada klien namun tidak terdapat pada teori
yaitu demam. Ditemukan demam pada klien karena adanya infeksi pada genetalia
termoregulasi di hipotalamus.
Diagnosa Keperawatan
sebagaimana menurut teori Susriyanti (2014), tetapi tidak ditemukan pada klien
adalah :
ditemukan data penunjang seperti keluhan sulit BAK dan nyeri saat BAK.
aktif. Diagnosa keperawatan ini tidak ditegakkan oleh penulis karena pada
saat pengkajian pada klien, klien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
analisa data, menurut Susriyanti (2014) dengan 3 diangnosa Pre Operasi dan 3
diagnosa Post Operasi keperawatan yang ditemukan pada klien tetapi tidak
ditemukan pada teori. Diagnosa yang terdapat pada klien An. M yaitu :
ini karena saat pengkajian awal keluhan utama klien ialah demam yang naik
turun atau tidak stabil. Sebelum masuk rumah sakit orang tua klien juga
mengatakan bahwa klien demam selama 2 hari. Selain itu, menurut NANDA
diagnosis yang sesuai ditambah dengan faktor resiko klien yang terpajan suhu
yang diperoleh dari orang tua klien yang mengatakan bahwa klien belum
darah yang dapat mengganggu kesehatan, salah satu faktor resikonya ialah
hambatan karena orang tua klien turut berpartisipasi dalam merumuskan rencana
keperawatan yang dihadapi klien. Pada tahap ini penulis juga menentukan
prioritas masalah sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan yaitu pada Pre Op
resiko ketidakseimbangan suhu tubuh karena jika tidak diatasi akan beresiko
diagnosa kedua karena jika tidak diatasi akan mempengaruhi proses penyembuhan
dari penyakit klien tersebut dan akan menimbulkan masalah yang lebih serius
lainnya.
diagnosa ketiga karena jika tidak diatasi akan mengakibatkan kecemasan yang
belebih dan berdampak pada perilaku klien dan keluarga yang berdampak pada
Pada Post Op diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan insisi
pasca bedah karena jika hal ini tidak diatasi juga dapat akan mengancam jiwa
proses penyembuhan pada luka menjadi terhambat dan akan menibulkan masalah
yang lebih serius lainnya serta mengarah ke komplikasi penyakit. Terakhir ialah
diagnosa resiko perdarahan menjadi diagnosa ketiga karena jika tidak diatasi klien
beresiko mengalami perdarahan dan akan kehilangan darah yang berakibat fatal
Implementasi
seperti menemani klien bermain agar terhindar dari cemas dan membantu
keperawatan ini selain waktu yang singkat, penulis masih dalam proses
Evaluasi
memastikan bahwa tujuan dan kriteria hasil telah tercapai. Hal-hal yang dievaluasi
adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, masalah klien An. M yang
dan 1 diagnosa yang tidak teratasi pada tahap evaluasi ini. Lima diagnosa yang
1) Diagnosa ketidakseimbangan suhu tubuh diagnosa ini teratasi pada hari kedua
dengan keluarga mengatakan klien sudah tidak demam dan suhu klien
36,6℃.
diagnosa ini teratasi pada hari kedua dengan keluarga mengatakan lega
melihat anaknya sudah bisa tersenyum dan wajah klien tidak tegang dan
gelisah.
3) Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi pasca bedah diagnosa ini
teratasi pada hari ketiga dengan klien mengatakan luka operasi tidak sakit dan
mengatakan luka operasi tidak sakit dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
5) Diagnosa resiko perdarahan diagnosa ini teratasi pada hari ketiga dengan
keluarga klien mengatakan tidak ada darah pada luka dan tidak terlihat
Penulis menemukan 1 diagnosa yang tidak teratasi pada tahap evaluasi ini.
diagnosa ini tidak teratasi pada hari kedua keluarga klien hanya dapat
Adapun rencana tindak lanjut untuk klien dan keluarga klien di rumah.
Discharge planning yang diberikan kepada klien dan keluarga lebih menonjol ke
2) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak
3) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air mengalir serta
PENUTUP
Kesimpulan
fimosis di ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dan kemusian
menerapkan ilmu dan teori yang didapatkan selama proses perkuliahan yang
fimosis. Diagnosa pada teori ada 6 dan diagnosa pada klien ada 6 serta
diagnosa yang terdapat pada teori dan ada pada klien hanya 4 yaitu, defisiensi
asuhan keperawatan ini selain waktu yang singkat, penulis masih dalam
Saran
1) Untuk Mahasiswa
2) Untuk Institusi
keperawatan fimosis.
Untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pada klien fimosis
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat pada penulis selama
terwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akemat, dkk. 2015. Diagnosa Keperawatan 2015-2017 edisi 10. Jakarta : EGC
Anisah, Gina. 2016. Fimosis. Diunduh pada tanggal 7 Juli 2018 dari
https://www.scribd.com/doc/264501916
Gibson, John. 2015. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat edisi 2.
Jakarta : EGC
Heri. 2011. Jurnal Karsinoma Penis. Diunduh tanggal 2 Juli 2018 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43749/Chapter%20II
.pdf?sequence=3
Irianto, Kus. 2010. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya.
Judith, dkk. 2014. Buku Saku Diagnosi Keperawatan edisi 9. Jakarta : EGC
Nurarif, dkk. 2015. NANDA NIC NOC 2015 Jilid 1, 2 & 3. Jogjakarta :
Mediaction
Priharjo, Robert. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan edisi 2. Jakarta : EGC
Rukiyah. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info
Medika