Anda di halaman 1dari 7

MIND MAP

PENGERTIAN ETIOLOGI
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa Phimosis penyebabnya tidak dapat
ditarik ke belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang
karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium dapat menyebabkan terjadinya fimosis
terjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian diantaranya:
ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi Phimosis 1; Kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak
biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan lahir sebenarnya merupakan kondisi normal
tersebut akan kembali seperti normal dengan bertambahnya pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
umur dan produksi hormon. 2; Inflamasi/peradangan
3; Oedema

Gejala Klinis
1. Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
2. Balloning PENATALAKSANAAN
3. Sakit saat berkemih PHIMOSIS 1; Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang
dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka
4. Sulit kencing
dan terbentuk sikatriks pada ujung
5. Pancaran kencing sedikit prepusium sehingga akan terbentuk fimosis
sekunder.
2; Phimosis disertai balanitis xerotica
obliterans dapat diberikan salep
dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4
KOMPLIKASI
kali, dan diharapkan setelah 6 minggu
Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan :
pemberian prepusium dapat diretraksi
1. Infeksi gland penis spontan.
3; Phimosis dengan keluhan miksi,
2. Infeksi prepusium
menggelembungnya ujung prepusium pada
3. Infeksi prepusium & Infeksi gland penis saat miksi atau infeksi postitis merupakan
indikasi untuk dilakukan sirkumsisi, dimana
pada fimosis disertai balanitis/postitis harus
Patway
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Kaji keadaan umum klien. Pre Operasi
- Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau 1; Kerusakan eliminasi urine
peradangan. berhubungan dengan infeksi saluran
- Dapatkan riwayat kesehatan sekarang urinaria.
- Pola eliminasi: Dx. Kerusakan eliminasi urine berhubungan 2; Cemas berhubungan dengan krisis
1; Frekuensi : Jarang karena adanya retensi. dengan infeksi saluran urinaria. situasional.
2; Jumlah : Menurun. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3; Kurang pengetahuan berhubungan
3; Intensitas : Adanya nyeri saat BAK. keperawatan selama 3x24 jam dengan keterbatasan kognitif.
- Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih. diharapkan eliminasi urine lancar. Post Operasi
- Kaji perdarahan Intervensi : Perawatan Retensi Urine 1; Nyeri akut berhubungan nengan agen
- Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada 1; Monitor intake dan out put. cedera fisik.
- Obsevasi adanya manifestasi: 2; Monitor distensi kandung kemih dengan 2; Resiko infeksi berhubungan dengan
1; Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, palpasi dan perkusi. prosedur invasif.
pancaran urine mengecil dan deras. 3; Sediakan perlak dikasur. 3; Kekurangan volume cairan
2; Menggelembungnya ujung prepusium penis saat 4; Gunakan kekuatan dari keinginan untuk berhubungan dengan kehilangan
miksi BAK ditoilet. volume cairan aktif.
3; Adanya inflamasi. 5; Jaga privasi untuk eliminasi.
- Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga 6; Berikan waktu berkemih dengan interval
- Kaji pasien saat pra dan post operasi reguler, jika diperlukan.
Dx. Resiko infeksi b/d malnutrisi
Dx. Cemas berhubungan dengan krisis situasional. Dx. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera Tujuan : Infeksi tidak terjadi. Dengan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fisik. kriteria hasil : Tanda-tanda infeksi
selama 3x24 jam diharapkan kecemasan pasien Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
berkurang. selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang. Intervensi :
Intervensi : Pengurangan Cemas Intervensi : pain management 1; Bersihkan lingkungan setelah
1; Ciptakan suasana yang tenang. 1; Kaji nyeri secara komprehensif. dipakai pasien lain.
2; Dengarkan dengan penuh perhatian. 2; Observasi isyarat-isyarat non verbal dari 2; Batasi jumlah pengunjung.
3; Kuatkan kebiasaan yang mendukung. ketidaknyamanan. 3; Tingkatkan intake nutrisi.
4; Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien 3; Gunakan komunikasi terapeutik. 4; Berikan terapi antibiotik.
dan keluarga. 4; Kaji latar belakang budaya pasien. 5; Pertahankan lingkungan aseptic
5; Identifikasi perubahan tingkat kecemasan 5; Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga. selama pemasangan alat.
6; Temani pasien. 6; Beri informasi tentang nyeri. ;
7; Gunakan pendekatan dan sentuhan. 7; Tingkatkan tidur yang cukup.
8; Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien. 8; Berikan analgetik sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.

Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.

Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta, EGC.

Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.

MC. Closky J dan Bulaceck G. 2002. Nursing Outcome Clasification. (NOC).Mosby. Philadelphia

MC. Closky J dan Bulaceck G. 2002. Nursing interventions Clasification. (NIC).Mosby.


Philadelphia
Nanda (2012-2014), Nursing Diagnosis: prinsip dan Clasification..2005-2006. Philadelphia US
LAPORAN PENDAHULUAN PHIMOSIS
DI RUANG IBS PKU MUHAMMDIYAH BANTUL

Disusun oleh:
SUSRIYANTI

PROGRAM PROFESI NERS-PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai