Anda di halaman 1dari 2

FIMOSIS

Nomor Dokumen : 106/SOP/UKP/DS/2018


Nomor Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 20 Desember 2018
Halaman :1/2
KLINIK
Heny.S.Tr.Keb
AL BAROKAH

1. Pengertian Fimosis adalah kondisi dimana preputium tidak dapat diretraksi melewati
glans penis. Fimosis dapat bersifat fisiologis ataupun patalogis. Umumnya
fimosis fisiologis terdapat pada bayi dan anak-anak. Pada anak usia 3
tahun 90% preputium telah dapat diretraksi tetapi pada sebagian anak
preputium tetap lengket pada glans penis sehingga ujung preputium
mengalami penyempitan dan mengganggu proses berkemih. Fimosis
patologis terjadi akibat peradangan atau cedera pada preputium yang
menimbulkan parut kaku sehingga menghalangi retraksi.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan praktisi kesehatan di Klinik Al Barokah
dalam menangani fimosis tanpa komplkasi di klinik Al Barokah
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Klinik Nomor 01/UKP/DS/2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Klinik Al Barokah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Manifestasi Klinis
Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit
kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya ujung
prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan retensi urine.
Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi
pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau
infeksi pada glans dan prepusium penis (balanopositis).
Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena
ada benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus
smegma yaitu timbunan smegma di dalam sakus prepusium penis.
Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis
yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya.
2. Tata Laksana
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang
dipaksakan pada penderita fimosis, karena akan menimbulkan luka
dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis
sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat
dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau
4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium
dapat retraksi spontan.
Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat
diberikan penatalaksanaan non-operatif, misalnya seperti pemberian
krim steroid topikal yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada
daerah glans penis.
Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi,

1/2
menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis
yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk
dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau postitis harus
diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi.
Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi
bila terdapat obstruksi dan balanopostitis. Bila ada balanopostitis,
sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul
dengan sirkumsisi sempurna setelah radang mereda. Secara singkat
teknik operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Setelah penderita diberi narkose, penderita diletakkan dalam
posisi supine. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan antiseptik
kemudian dipersempit dengan linen steril. Preputium dibersihkan
dengan cairan antiseptik pada sekitar glans penis. Preputium di
klem pada 3 tempat. Prepusium digunting pada sisi dorsal penis
sampai batas corona glandis. Dibuat teugel pada ujung insisi.
Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis. Preputium
kemudian dipotong melingkar sejajar dengan korona glandis.
Kemudian kulit dan mukosa dijahit dengan plain cut gut 4.0
atraumatik interupted.
Hati- hati komplikasi operasi pada sirkumsisi yaitu
perdarahan. Pasca bedah penderita dapat langsung rawat jalan,
diobservasi kemungkinan komplikasi yang membahayakan jiwa
penderita seperti perdarahan. Pemberian antibiotik dan analgetik.
3. Komplikasi :
1. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang
kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk
jaringan parut.
2. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi
dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut
parafimosis.
5. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut
ballonitis.
6. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
7. Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
penis.
1. Bagan alir -
2. Dokumen Terkait -
3. Unit Terkait Ruang Pelayanan Umum

2/2

Anda mungkin juga menyukai