PENDAHULUAN
Pada kondisi penis yang terlahir dengan kondisi phimosis pada keadaan tertentu
biasanya ketika ereksi kulit penis yang lentur sering kali karena dorongan yang cukup kuat
bisa kulit kulupnya tersebut bisa tertarik ke arah belakang dan gland penis / kepala penis
terbuka penuh secara sempurna, namun yang menjadi permasalahan lubang kulup penis yang
sempit setelah tertarik kebelakang tersebut tidak bisa di tarik kembali kearah depan. Kondisi
inilah yang dinamakan dengan Paraphimosis.
Di perkampungan atau orang-orang awam, anak-anak yang mengalami
paraphimosis karena kejadian yang secara tiba-tiba atau mendadak yang sering kali timbul
pada saat anak baru bangun tidur, para orang tua sering kali mengistilahkan kondisi tersebut
dengan ?Disunat oleh Jin?.
Kondisi ini sebenarnya harus diwaspadai karena apabila orang tersebut sebelumnya
mengalami kondisi phimosis yang cukup parah sering kali kondisi paraphimosis ini
mengakibatkan jepitan didaerah leher penis yang cukup kuat, sehingga aliran darah balik
kulit dalam penis (mukosa) terhambat dan mengakibatkan edema. Apabila kondisi ini
dibiarkan dan orang tua / si penderita tidak terlalu peduli, edema tersebut bisa makin
membesar dan mencekik leher penisnya dan pada akhirnya bisa saja orang tersebut
mengalami kematian jaringan penis atau nekrotik.
1.2 TUJUAN
Mengetahui definisi paraphiosis
Gejala paraphimosis
Patofisiologi paraphimosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki
dan anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti kulup terjebak di
belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.
Kadang-kadang laki-laki yang tak disunat kulup mereka tertarik ke belakang saat
berhubungan seks, ketika mereka kencing atau ketika mereka membersihkan penis mereka.
Jika kulup yang tersisa di belakang kepala penis terlalu panjang, penis kemungkinan
mengalami pembengkakan sehingga kulup yang terperangkap di belakang kepala penis.
B. Etiologi
1. Akibat pemasangan kateter
2. Menarik Prepusium ke proksimal yang biasanya di lakukan pada
saat bersenggama/masturbasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi tidak dikembalikan
ketempat semula secepatnya.
C. Pathogenesis
Preputium tidak bisa dikembalikan gangguan aliran balik vena dorsalis penis
superfisial udema gland penis eksttravasasi terjadi jeratan suplai darah << terjadi
nekrosis
WOC
Kongengital peradangan edema
Resiko
infeksi
Perdarahan
Kekurangan
volume cairan
D. Manifestasi klinis
1. Udema gland penis
2. Nyeri
3. Jeratan pada penis
G. Penatalaksanaan
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans
selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium
dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada
jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses
inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.
Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau bakteri
dengan air hangat dan sabn mandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan sendiri
berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
3) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta menerpkan prinsip
protektif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat,
semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Identitas penanggung jawab
identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3.1.2 Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang. Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan parafimosis
Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis,pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan yang di
sebut ballonitis,timbul infeksi pada saluran air seni ureter kiri dan kanan kemudian
menimbulkan kerusakan pada ginjal.
2. Riwayat penyakit dahulu
3.2 Pemeriksaan fisik
A. Kaji pola eliminasi
BAK:
2) Jumlah : Menurun.
c) Kaji perdarahan
d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
a) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras.
c) Adanya inflamasi.
3.3 Diagnosa
1. Kurang pengetahuan
2. Kerusakan eliminasi
3. Cemas
4. Nyeri akut
5. Resiko infeksi
6. Kekurangan volume cairan
3.4 Intervevsi
NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Kurang pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan Knowledge: disease Teaching: disease
atau defesiensi process process
informasi kognitif Knowledge: health - Berikan penilaian
yang berkaitan behavior tentang tingkat
dengan topik tertentu Kriteria hasil: pengetahuan
Batasan Pasien dan keluarga pasien tentang
karakteristik : menyatakan process penyakit
Perilaku pemahaman tentang yang spesifik
hiperbola penyakit,kondisi,pro - Jelaskan
Ketidakakura gnosis dan program patofisiologi dai
tan pengobatan penyakit dan
mengikuti Pasien dan keluarga bagaimana hal ini
perintah mampu berhubungan
Perilaku melaksanakan dengan anatomi
tidak prosedur yang di dan
tepat(mis.hist jelaskan secara benar fisiologi,dengan
eria,bermusu Pasien dan keluarga cara yang tepat
han,agitasi,ap mampu menjalankan - Gambarkan
atis) kembali apa yang proses
Faktor yang dijelaskan penyakit,dengan
berhubungan : perawat/tim cara yang tepat
Keterbatasan kesehatan lainya - Sediakan
kognitif informasi pada
Salah pasien tentang
interpretasi kondisi,dengan
informasi cara yang tepat
Kurang - Diskusikan
Tidak mungkin di
dengan mencegah
sumber komplikasi di
n perilaku lokasi,karakteristik,
nyeri secara
verbal
Gangguan tidur
Faktor yang
berhubunga
n:
Agen cedera
(mis.biologis,za
t
kimia,fisik,psik
ologis)
3.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan
pengkajian ulang untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak
tercapai dapat dibuktikan dari perilaku pasien dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langka koreksi terhadap rencana keperawatan semula. Untuk
mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Paraphimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dan
anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Paraphimosis berarti kulup terjebak di belakang
kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah dengan kasus parafimosis pada anak,di harapkan mahasiswa dapat
mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan suatu asuhan
keperawatan yang benar pada anak yang menderita parafimosis.