Anda di halaman 1dari 32

ASKEP ANAK DENGAN

HYDROCELE
KELOMPOK 3
5 A
1 . S H I N T I A G I TA R ( 1 7 1 4 2 0 1 0 1 6 )
2 . E R I N A DA N I D I T YA P ( 1 7 1 4 2 0 1 0 2 8 )
3. ELIZA MUTIA M (1714201032)
4 . TA S YA F E B R I YA N I P ( 1 7 1 4 2 0 1 0 2 9 )
5 . A M E L I A P U T RYA N T I S ( 1 7 1 4 2 0 1 0 3 9 )
6. KHURIN A (1714201019)
7 . Y U L I TA S A R I ( 1 7 1 4 2 0 1 0 0 1 )
8 . A M E L I A AG H N I ( 1 7 1 4 2 0 1 0 6 )
9 . D E W I VATO N A H ( 1 7 1 4 2 0 1 0 4 0 )
10.RENA F (1714201021)
1 1 . N U R A L F I YA H ( 1 7 1 4 2 0 1 0 1 7 )
12.PUTRI ANDINI (1714201014)
13.ANGGRAINI (1714201013)
PENGERTIAN

• Hidrokel adalah sesuatu yang tidak • Hidrokel adalah pelebaran kantong


nyeri bila ditekan, massa berisi buah zakar karena terkumpulnya
cairan yang dihasilkan dari cairan limfe di dalam tunica
gangguan drainase limfatik dari vaginalis testis. Hidrokel dapat
skrotum dan pembengkakan tunika terjadi pada satu atau dua kantung
vaginalis yang mengelilingi testis buah zakar (Kemenkes RI, 2013).
(Lewis, 2014).
ETIOLOGI
 Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis
dan atau belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum
Ketidakseimbangan antara produksi dan
penyerapan cairan dalam membran serosa
Bisa juga karena trauma, infeksi, atau proses
neoplastik (Parks & Leung, 2013).
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :
• Hidrokel primer Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan
penutupan prosesus vaginalis.
• Hidrokel sekunder Pada orang dewasa
2. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel :
• Hidrokel testis
• Hidrokel funikulus
• Hidrokel komunikan
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang
tertimbun.
• Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan
sedikit membesar dan teraba lunak.
• Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak
tegang.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan dikantong skrotum
dengan konsistensi kistus pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan
adanya transiluminasi.
• Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah – olah mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba.
• Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
• Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak
disebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada
diluar kantong hidrokel.
PENATALAKSANAAN
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan
karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang
kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena
seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat
operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Ultrasonografi
• Transilumisasi Scrotum
• Pemeriksaan Urin
• Rontgen abdomen
KOMPLIKASI
• Hematom pada jaringan skrotum yang kendor.
• Kalau tidak ditangani segera, penumpukan cairan ini bisa mengganggu
kesuburan dan fungsi seksualnya.
• Infeksi testis.
A. PENGKAJIAN
• Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, penanggung jawab
• Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah
ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada
keadaan emosional (menangis,ketakutan).
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat,
lembut dan tidak nyeri tekan.
• Kaji sistem perkemihan
• Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase
• Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari bawah ;
bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila
warnanya redup ).
DIAGNOSA KEPERAWATAN

PRE OPERASI POST OPERASI


• Gangguan rasa nyaman (nyeri) • Resiko infeksi berhubungan
berhubungan dengan pembengkakan
skrotum dengan insisi post op.
• Resiko kerusakan integritas kulit : • Defisit pengetahuan orangtua
skorotum berhubungan dengan
adanya gesekan dan peregangan berhubungan dengan nkondisi
jaringan kulit skrotum. anak : prosedur pembedahan,
• Perubaan body image : citra tubuh perawatan post op,program
berhubungan dengan perubahan
bentuk skrotum. pentalaksanaan.
RENCANA KEPERAWATAN
1.Pre operasi
a. Dx1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
skrotum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri dapat berkurang bahkan hilang
KH :
K : Pasien mengetahui cara mengontrol nyeri
A : Pembengkakan skrotum berkurang
P : Pasien mampu mempraktekkan cara mengatasi nyeri dengan tekhnik
relaksasi distraksi
P : Skala nyeri 0-3, pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL

1.Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri 1.Mengidentifikasi nyeri akibat


yang dialami klien sesuai dengan PQRST
gangguan lain.
2.Catat petunjuk nnonverbal seperti
gelisah, menolak untuk bergerak, berhati- 2.Mendeskripsikan tingkat nyeri
hati saat beraktifitas dan meringis. 3.Mengurangi sensasi nyeri.
3.Ajarkan pasien untuk memulai posisi
4.Mengurangi sensasi nyeri
yang nyaman atau tekhnik relaksasi
misalnya duduk dengan kaki agak dibuka 5.Menjadi acuan dalam
dan nafas dalam. perkembangan terapi yang sudah
4.Berikan tindakan nyaman diberikan.
massage punggung, mengubah posisi dan
6.Mengurangi sensasi nyeri.
aktifitas senggang.
5.Observasi dan cata tpembesaran
skrotum ( bila perlu ukur tiap hari), cek
adanya keluhan nyeri.
6.Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
indikasi.
RENCANA KEPERAWATAN
b. Dx 2 : Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum berhubungan
dengan adanya gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
KH :
K : Pasien dapat mengidentifikasi kerusakan integritas kulit.
A : Pasien Menunjukkan prilaku untuk mempertahankan integritas
kulit agar
tidak terjadi komplikasi.
P : Pasien tidak menggaruk kulitnya
P : Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.
INTERVENSI RASIONAL

1.Kaji adanya tanda kerusakan 1.Mengetahui lebih dini gejala


kulit seperti lecet dan kemerahan kerusakan kulit untuk dilakukan
sekitar area pembesaran ( lipatan intervensi selanjutnya.
paha ). 2.Mencegah kerusakan kulit.
2.Berikan salep atau pelumas. 3.Mencegah kerusakan yang lebih
3.Kurangi aktifitas klien selama parah.
sakit. 4.memberikan sirkulasi bagi aliran
4.Berikan posisi yang nyaman : darah.
abduksi. 5. mencegah iritasi yang lebih
5.Anjurkan klien menggunakan parah.
pakaian yang longgar terutama
celana.
RENCANA KEPERAWATAN
c.Dx 3: Perubaan body image : citra tubuh berhubungan dengan
perubahan bentuk skrotum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien mengerti bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
KH:
K : Pasien dapat mengetahu cara menerima keadaan diri sendiri.
A : Pasien dapat mengutarakan perasaan tentang perubahan
penampilan, fungsi
sexual, dan tingkat aktivitas.
P : Pasien mampu mengungkapkan bahwa perubahan fisik merupakan
akibat dari
proses penyakit.
P : Pasien mau bergaul dengan keluarga dan orang lain
INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang 1.Mengidentifikasi luas masalah dan perlunya
kondisi dan pengobatan, dan ansietas intervensi.
sehubungan dengan situasi saat ini 2.Indicator terjadinya kesulitan menangani stress
terhadap apa yang terjadi.
2.Perhatikan perilaku menarik diri pada
keluarga, tidak efektif menggunakan 3.Identifikasi tahap yang pasien sedang alami
memberikan pedoman untuk mengenal dan
pengingkaran atau perilaku yang
menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama
mengindikasikan terlalu mempermasalahkan menunjukan intervensi lanjut.
tubuh dan fungsinya.
4.Pengenalan perasaan tersebut
3.Tentukan tahap berduka. perhatikan tanda
diharapkan membantu orangtua pasien untuk
depresi berat/lama. menerima perilaku dan mengatasinya secara
4.Akui kenormalan perasaan. efektif.

5.Anjurkan orang terdekat untuk 5.Menyampaikan harapan untuk mengatur situasi


dan membantu perasaan harga diri dan orang
memperlakukan pasien secara normal dan
lain.
bukan sebagai orang cacat.
6. Memperkuat keyakinan keluarga dan
6.Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini memberikan semangat yang mempertahankan
dapat disembuhkan dan tetap sabar harga diri keluarga dan menghindari kecemasan
menghadapi kondisi anaknya. yang berlebihan
RENCANA KEPERAWATAN
d.DX 4 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
Diharapkan, klien memahami, dan mengerrti tentang prognosa dan
diagnose penyakit yang dialaminya.
KH:
K: pasien mengetehui penyebab ansietas
A: pasien mengetahui cara mengetasi ansietas
P: pasien mampu menunjukkan atau melakukan cara mengatasi ansietas
P: - Pasien mengatakan cemas berkuran atau hilang
-Ekspresi wajah tampak tenang
-Pasien tidak banyak bertanya
INTERVENSI RASIONAL

1.Kaji tingkat kcemasan pasien 1.Untuk membantu intevensi


2.Beritahu dan jelaskan tentang selanjutnya
prognosa dan diagnose penyakit 2.Menghilangkan kecemasan klien
yang dialaminya karena ketidaktahuan tentang
3.Jelaskan tindakan yang akan prosedur.
dilakukan terhadap sebelum 3.Menghilangkan kecemasan klien
tindakan dilakukan. karena ketidaktahuan tentang
4.Libatkan keluarga dalam prosedur.
perawatan terhadap klien. 4.mengindari persepsi yang salah
5. Berikan informasi bahwa dan membantu menghilangkan
penyakit ini dapat hilang dengan kecemasan.
sendirinya. 5.menghilangkan kecemasan klien
karena ketidaktahuan tentang
prosedur.
RENCANA KEPERAWATAN
2.Post operasi
a.DX 1: Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post op.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi.
KH:
K : pasien mengetahui apa yg menjadi faktor resiko terjadinya infeksi
A : pasien mengetahui cara yang biasa digunakan untuk mengurangi
resiko
terjadinya infeksi
P : klien menunjukan cara mengurangi resiko terjadinya infeksi
P : - Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi
- TTV dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL

1.Kaji tanda-tanda vital dan tanda 1.Untuk mengetahui agar tidak


terjadinya infeksi terjadi infeksi
2.Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas walupun 2.Mengurangi kontaminasi silang
menggunakan sarung tangan steril. 3.Mengurangi jumlah lokasi yang
3.Batasi penggunaan alat atau dapat menjadi tempat masuk
prosedur invasive jika organisme
memungkinkan
4.Mencegah masuknya bakteri,
4.Gunakan teknik steril pada waktu
penggatian mengurangi risiko infeksi
balutan/penghisapan/berikan lokasi nosocomial
perawatan, misalnya Jalur invasive 5.Mencegah penyebaran infeksi/
5. Gunakan sarung tangan/pakaian kontaminasi silang.
pada waktu merawat luka yang
terbuka/antisipasi dari kontak
langsung dengan sekresi ataupun
ekskresi
RENCANA KEPERAWATAN
b. DX 2 : Defisit pengetahuan klien berhubungan dengan : prosedur
pembedahan, perawatan post op,program pentalaksanaan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Diharapkan klien memahami dan mengerti tentang prosedur
pembedahan, perawatan setelah operasi dan pengobatanya.
KH:
K : klien menyatakan pemahamannya proses pembedahan
A : pasien mengerti tentang prosedur perawatan
P : pasien mampu mengerti prosedur pembedahan
P : - Ekspresi wajah tampak tenang
- Pasien tidak banyak bertanya
INTERVENSI RASIONAL

1.Kaji ulang pembatasan aktivitas 1.Mencegah komplikasi lanjut dari


pascaoperasi. pergerakan dan aktivitas yang
2.Dorong aktivitas sesuai toleransi berlebihan.
dengan periode istirahat periodic
2.Mencegah kelemahan,
3.Diskusikan perawatan insisi,
termasuk mengganti balutan, meningkatkan penyembuhan, dan
pembatasan mandi, dan kembali ke lekas kembali pulih norma
dokter untuk mengangkat jahitan/
3.Pemahaman meningkatkan
pengikat.
kerjasama dengana program
4.Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medic, contoh terapi, meningkatkan
peningkatan nyeri; edema/eritema penyembuhan dan program
luka, Adanya drainase, demam. perbaikan.
4.Upaya intervensi menurunkan
risiko komplikasi serius contoh
lambatnya penyembuhan.
RENCANA KEPERAWATAN
c.Dx 3 : Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma
pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi
KH:
K : Pasien mengetahui cara mengontrol nyeri
A : Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemeraha-
merahan, gatal,
panas, perubahan fungsi
P : Pasien mampu mempraktekkan cara mengatasi nyeri dengan
tekhnik
relaksasi distraksi
P : Skala nyeri 0-3, pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL

1.Kaji nyeri, catat lokasi, 1.Berguna dalam pengawasan


karakteristik, beratnya (0-10). keefektifan obat, kemajuan
Selidiki dan laporkan penyembuhan.
perubahan nyeri dengan 2.Gravitasi melokalisasi eksudat
cepat inflamasi
2.Pertahankan istirahat 3.Meningkatkan normalisasi fungsi
dengan posisi semifowler. organ.
3.Dorong ambulasi dini. 4.focus perhatian kembali,
4.Berikan aktivitas hiburan. meningkatkan relaksasi, dan dapat
5.Berikan analgetik sesuai meningkatkan kemampuan koping.
indikasi. 5.intervensi terapi lain contoh
batuk dan ambulasi.

Anda mungkin juga menyukai