Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 7

Dea indiawati
Dini puspita p
Wulan dewi s

PENGERTIAN

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang


membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan
lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal,
yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya
testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan
peritonium mengalir melalui saluran yang terbuka
teersebut dan terperangkap didalam skrotum sehingga
skrotum membengkak. (Pramono, Budi .2008)
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell
(ronggga atau celah). Dapat diartikan secara harfiah
bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada
rongga khususnya pada tunika vaginalis. (Behram.
2000)

ETIOLOGI
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat
disebabkan karena :
1. belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis
sehingga terjadi aliran cairan peritonium ke prosesus
vaginalis atau
2. belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
3. Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara
idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab sekunder
dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya
sistem sekresi atau reabsorbsi cairan dikantong
hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor,
infeksi, atau trauma pada testis atau epididimis.

MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada
jumlah cairan yang tertimbun. Bila timbunan cairan
hanya sedikit, maka testis terlihat seakan akan
sedikit membesar dan teraba lunak. Bila timbunan
cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak
tegang.Pasien mengeluh adanya benjolan dikantong
skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya benjolan dikantong skrotum
dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan
penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum
yang sangat tebal kadang- kadang sulit melakukan
pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi.

KLASIFIKASI
Berdasarkan kapan terjadinya, yaitu :
Hidrokel primer
Hidrokel sekunder
Menurut letak kantong hidrokel dari testis,
yaitu :
Hidrokel testis
Hidrokel unikulus
Hidrokel komunikan

PATOFISIOLOGI
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang
masih terbuka. Kantong hidroke dapat berhubungan melalui saluran
mikroskopis dengan rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong
hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal,
prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang mencapai skrotum. Ujung
bawah kantong ini mengelilingi testis dan disebut tunika vaginalis. Apabila
terjadi atrofil pada ujung proksimal dan tengah sehingga bagian distal
yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka terjadi hidrokeltestiskularis.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus,
Juga dapat ditemukan disekitar testis yang terdapat dalam rongga perut
pada undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang
dalam tahun pertama, Umumnya tidak memerlukan pengobatan, Jika
secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas
ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling berhubungan sepanjang
processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan
kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong
sewaktu anak dalam posisi tegak, tetapi kemudian akan mengecil pada
esok paginya setelah anak tidue semalaman.

LANJUTAN
Pada orang dewaasa hidrokel dapat terjadi
secara idiopatik ( primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan
kelainan pada testis atau epididymis yang
menyebabkan terganggunya system sekresi
atau reabsorpsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi
atau trauma pada testis atau epididymis.
Dalam keadaan normal cairan yang berada
didalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi
dalam system limfatik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi
Transilumisasi Scrotum
Pemeriksaan Urin
Rontgen abdomen

PENATALAKSANAAN MEDIS
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga
anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan
setelah prosesus vaginalis menutup. Hidrokel
akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel
masih tetap ada atau bertambah besar perlu
dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakan
untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan
aspirasi dan operasi.

KOMPLIKASI

Hematom pada jaringan skrotum yang


kendor.
Kalau tidak ditangani segera. Penumpukan
cairan ini bisa mengganggu kesuburan dan
fungsi seksualnya.
Infeksi testis.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien,

Anamnese

Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah


ukuranpembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan
emosional (menangis,ketakutan)

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut
dan tidaknyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna
merah terang, dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan
hernia di lipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia
terdapat suara bising usus.
d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak.

LANJUTAN

Kaji sistem perkemihan


Kaji setelah pembedahan : infeksi,
perdarahan, disuria, dan drainase
Lakukan transluminasi test : ambil senter,
pegang skrotum, sorot dari bawah ; bila sinar
merata pada bagian skrotum maka berarti
isinya cairan ( bila warnanya redup )

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotu
b. Resiko kerusakan integritas kulit : skorotum b.d adanya
gesekan dan peregangan jaringan kulit skrotum.
c. Perubaan body image : citra tubuh b.d perubahan bentuk
skrotum.
d. Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang
pengetahuan merawat anak.
2. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d insisi post op.
b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur
pembedahan, perawatan post op, program penatalaksanaan.
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan,
trauma pembedahan.

Diharapkan setelah dilakukan


a).Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri
intervensi, rasa tidak
yang dialami klien
nyaman berkurang bahkan
hilang dengan Kriteria hasil :
b).Catat petunjuk nonverbal seperti gelisah,
1) Pembengkakan skrotum
menolak untuk bergerak, berhati-hati saat
berkurang
beraktifitas dan meringis
2) Klien merasa nyaman,
- c).Ajarkan pasien untuk memulai posisi
nyeri klien berkurang
bahkan hilang yang nyaman atau tekhnik relaksasi misalnya
duduk dengan kaki agak dibuka dan nafas
3) Skala nyeri 0-3
dalam
d).Berikan tindakan nyaman massage
punggung, mengubah posisi dan aktifitas
senggang

e).Observasi dan catat pembesaran skrotum (


bila perlu ukur tiap hari ), cek adanya
keluhan nyeri.

f).Kolaborasi pemberian analgetik sesuai

Diharapkan setelah dilakukan


intervensi, kerusakan integritas kulit
tidak terjadi, dengan Kriteria hasil :
1) Tidak ada lecet dan
kemerahan di sekitar
area pembesaran.

a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan


kemerahan sekitar area pembesaran ( lipatan paha ).
b) Berikan salep atau pelumas.

c) Kurangi aktifitas klien selama sakit

d) Berikan posisi yang nyaman : abduksi

e) Anjurkan klienmenggunakan pakaian yang longgar


terutama celana.

Diharapkan setelah dilakuakan


f).Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan
intervensi, klien tidak merasa bahwa pengobatan, dan ansietas sehubungan dengan situasi saat ini.
penyakitnya adalah suatu penderitaan,

dan pada bayi, orangtua harus


g). Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak
memahami bahwa penyakit ini dapat
efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang
disembuhkan, dengan Kriteria hasil :
mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan
1) Keluarga sabar
fungsinya.
menghadapi kondisi
anaknya.
h). Anjurkan orang terdekat untuk
memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai
orang cacat
i). Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan
dan tetap sabar menghadapi kondisi anaknya.

Diharapkan setelah
dilakukan intervensi,
orangtua memahami dan
mengerrti tentang
prognosa dan diagnose
penyakit yang dialami
oleh anaknya, dengan
Kriteria hasil :
1) cemas yang dialami
orangtua klien
berkurang bahkan
hilang.

a) Beritahu dan jelaskan tentang


prognosa dan diagnosis penyakit \ yang
dialami oleh anaknya.

b) Jelaskan tindakan yang akan


dilakukan terhadap anaknya sebelum
tindakan dilakukan.

c) Libatkan orangtua dalam perawatan


terhadap anaknya.
d) Berikan informasi bahwa penyakit ini
dapat hilang dengan
sendirinya.

No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil


1

Diharapkan resiko terjadinya


infeksi tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
1) Berkurangnya tanda-tanda
peradangan seperti kemerahamerahan,gatal, panas,
perubahan fungsi,

Intervensi
a) Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas walupun
menggunakan sarung tangan steril.

b) Batasi penggunaan alat


atau prosedur invasive jika memungkinkan.

c) Gunakan teknik steril pada waktu


penggatian
balutan /penghisapan /berikan lokasi
perawatan, misalnyajalur invasive.

d) Gunakan sarung tangan/pakaian pada


waktu merawat luka yang terbuka/antisipasi
dari kontak langsung dengan sekresi ataupun
ekskresi

Diharapkan setelah diberikan


intervensi, klien memahami dan
mengerti tentang prosedur
pembedahan, perawatan setelah
operasi dan pengobatanya dengan
kriteria hasil :
1) klien menyatakan
pemahamannya
proses penyakit,
pengobatan dan
potensial
komplikasi.

a) Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.

Diharapkan setelah diberikan terapi,


nyeri klien berkurang bahkan hilang
dengan kriteria hasil skala nyeri 0-3
dan kllien tidak menangis serta
gelisah.

a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya


(0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri
dengan cepat.

b) Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.

c) Dorong ambulasi dini.

b) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan


periode istirahat periodic
c) Diskusikan perawatan insisi, termasuk
mengganti balutan, pembatasan mandi, dan
kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan /
pengikat.
d). Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi
medic, contoh peningkatan nyeri;
edema/eritema luka, adanya drainase, demam.

d) Berikan aktivita hiburan.

e) Berikan analgeti sesuai indikasi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai