Anda di halaman 1dari 66

SKRIPSI

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN


TINGKAT KELELAHAN KERJA DI DINAS WIDE BODY BASE
MAINTENANCE PT GMF AEROASIA TBK TAHUN 2022

Oleh:
MELIZHA HANDAYANI

NPM 01180000019

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JAKARTA
2022
05

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Melizha Handayani


NPM : 01180000019
Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam tulisan tugas akhir saya yang
berjudul:

“HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN


TINGKAT KELELAHAN KERJA DI DINAS WIDE BODY BASE
MAINTENANCE PT GMF AEROASIA TBK TAHUN 2022”

Apabila suatu saat saya terbukti melakukan tindakan plagiat maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya.

Jakarta, 19 Desember 2022

Melizha Handayani

iii
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
SKRIPSI, SEPTEMBER 2022

MELIZHA HANDAYANI
NPM 01180000019

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN


TINGKAT KELELAHAN KERJA DI DINAS WIDE BODY BASE
MAINTENANCE PT GMF AEROASIA TBK TAHUN 2022

VI BAB + 62 Halaman + 22 Tabel + IV Gambar

ABSTRAK
Kelelahan kerja merupakan keadaan dimana kemampuan performa fisik atau
mental berkurang dan dapat berdampak pada terjadinya kecelakaan. Berdasarkan hasil
wawancara di PT GMF AeroAsia Tbk, terdapat sejumlah personel yang memiliki jam
kerja selama 12 jam sehari dimana hal ini dapat memicu terjadinya kelelahan kerja yang
tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan
faktor pekerjaan dengan tingkat kelelahan yang dialami personel di dinas Wide Body
Base Maintenance (TB) PT GMF AeroAsia Tbk. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif
observasional dengan desain studi cross-sectional. Total sampel sebanyak 45 responden
yang dipilih dengan metode proportionate random sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner IFRC dan analisa data menggunakan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukkan mayoritas personel Dinas Wide Body Base Maintenance
mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa usia
(p= 0,034) dan durasi kerja (p= 0,038) memiliki hubungan dengan tingkat kelelahan
kerja personel. Sementara variabel masa kerja (p= 0,115), durasi tidur (p= 0,227), dan
shift kerja (p= 0,150) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan kerja
pada personel Dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
Dapat disimpulkan bahwa faktor individu yang berhubungan dengan kelelahan kerja
personel adalah usia, sementara faktor pekerjaan yang berhubungan adalah durasi kerja.
Oleh karena itu perusahaan disarankan untuk membatasi jam kerja dalam satu shift
menjadi kurang dari 12 jam dan total waktu lembur maksimal 13 jam dalam seminggu.

Kata Kunci : Faktor Kelelahan Kerja, Personel Perawatan Pesawat, Industri


Aviasi
Kepustakaan : 53 referensi (2016 – 2022)

iv
UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF INDONESIA MAJU
UNDERGRADUATE THESIS, SEPTEMBER 2022

MELIZHA HANDAYANI
NPM 01180000019

CORRELATION BETWEEN INDIVIDUAL AND WORK-RELATED FACTORS


WITH WORK FATIGUE LEVELS IN WIDE BODY BASE MAINTENANCE
DIVISION PT GMF AEROASIA TBK 2022

VI Chapters + 62 Pages + 22 Tables + IV Pictures

ABSTRACT
Work fatigue is a condition where the ability of physical or mental performance
is reduced and it can be impact on the occurrence of incidents. Based on the interview
results at PT GMF AeroAsia Tbk, there are a number of personnel who work 12 hours
a day which can trigger high work fatigue. The aim of this study was to determine the
correlation between individual factors and work-related factors with work fatigue levels
in Wide Body Base Maintenance (TB) PT GMF AeroAsia Tbk. This study used a cross-
sectional approach of quantitative observations. Total sample was 45 respondents with
sampling method used is proportionate random sampling. Data was collected using a
questionnaire and data analysis was performed using the chi square test. The results
showed that the most personnel of Division A experienced a moderate level of fatigue.
The statistical test results showed there is significant correlation between age (p=
0,034) and duration of work (p=0,038) with work fatigue levels. While the variables of
working period (p=0,115), sleep duration (p=0,227), and work shift (p=0,150) did not
have a significant correlation with fatigue levels on personnel of Wide Body Base
Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk 2022. Individual factor correlated with work
fatigue is age, while the work-related factor is the duration of work. Therefore,
companies are advised to limit working hours in one shift to less than 12 hours and the
total overtime is a maximum of 13 hours a week.

Keywords : Work-related Fatigue, Aircraft Maintenance Personnel, Aviation


Industry
References : 53 references (2016 – 2022)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan dengan Tingkat Kelelahan Kerja di Dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk Tahun 2022”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Astrid Novita, SKM. MKM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju
(UIMA)
2. Susaldi, S.ST. M.Biomedik selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju (UIMA)
3. Dr. Rindu, SKM. M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Non Akademik
Universitas Indonesia Maju (UIMA)
4. Nina, SKM. M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia
Maju (UIMA)
5. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep. M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
6. Agustina Sari, S.ST, M. Kes selaku Koordinator Program Studi Sarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Maju (UIMA)
7. Cici Demiyati, SKM. M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan
skripsi.
8. Istiana Kusumastuti, S.ST, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi.
9. Seluruh personel, manajer, dan staff di PT GMF AeroAsia Tbk yang telah
memberikan kesempatan, masukan, dan bantuannya selama pelaksanaan
kegiatan magang hingga penelitian tugas akhir.
10. Seluruh staff dosen pengajar di Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang telah
berkenan membuka wawasan ilmu pengetahuan kepada penulis.

vi
11. Keluarga terutama Mama yang telah banyak memberikan do’a, semangat,
bantuan, dan menjadi motivasi selama kuliah.
12. Teman-teman OTW Halal (Devi, Kila, Firas, Tita, Riris) yang selalu support
satu sama lain sejak awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman ISMKMI Jakarta Raya yang telah membersamai selama
kurang lebih dua tahun dan memberikan banyak insight baru yang tidak
pernah penulis dapatkan di kampus.
14. Teman-teman diluar kampus UIMA lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan
skripsi.
15. Last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believin’ in me,
for doin’ all this hard work, for having no days off, and never quitting. You
did well, Mel and welcome to the real world!
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas segala kebaikan pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi dan semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi pembangunan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta, Agustus 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.


HALAMAN PENGESAHAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ..................................................................................................................... iv
ABSTRACT...................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Road Map Penelitian .................................................................................... 4
1.3 Urgensi Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 7
2.1 Kelelahan Kerja ........................................................................................... 7
2.1.1 Jenis Kelelahan Kerja ....................................................................... 7
2.1.2 Gejala Kelelahan .............................................................................. 7
2.1.3 Penyebab Kelelahan Kerja ............................................................... 8
2.1.4 Dampak Kelelahan Kerja ............................................................... 10
2.1.5 Pengelolaan Risiko Kelelahan ....................................................... 10
2.1.6 Metode Pengukuran Kelelahan Kerja ............................................ 11
2.2 Faktor Penyebab Kelelahan Kerja ............................................................. 14
2.2.1 Faktor Individu ............................................................................... 14
2.2.2 Faktor Pekerjaan............................................................................. 16
2.3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ..................................................... 17
2.3.1 Kerangka Teori............................................................................... 17
2.3.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 17
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 18
2.4.1 Hipotesis Nol (H0) ......................................................................... 18
2.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha) ................................................................ 19

viii
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT .......................................................................... 20
3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 20
3.1.1 Tujuan Umum ................................................................................ 20
3.1.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 20
3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 20
3.2.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 20
3.2.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 21
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................... 22
4.1 Jenis Penelitian........................................................................................... 22
4.2 Prosedur Penelitian dan Tahapan Penelitian .............................................. 22
4.2.1 Langkah-Langkah Penelitian ......................................................... 22
4.3.2 Definisi Operasional....................................................................... 24
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 26
4.5.1 Populasi .......................................................................................... 26
4.5.2 Sampel ............................................................................................ 26
4.5.3 Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 27
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 28
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.................................................... 28
4.8 Pengolahan Data ........................................................................................ 28
4.9 Analisis Data .............................................................................................. 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 31
5.1 Uji Instrumen ............................................................................................. 31
5.1.1 Uji Validitas ................................................................................... 31
5.1.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 32
5.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 32
5.2.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 32
5.2.2 Karakteristik Responden ................................................................ 34
5.2.3 Hasil Analisa Univariat .................................................................. 35
5.2.4 Hasil Analisa Bivariat .................................................................... 37
5.3 Pembahasan................................................................................................ 42
5.3.1 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja ....................................... 42
5.3.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja ............................ 42

ix
5.3.3 Hubungan Durasi Tidur dengan Kelelahan Kerja .......................... 43
5.3.4 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja ............................. 43
5.3.5 Hubungan Durasi Kerja dengan Kelelahan Kerja .......................... 44
BAB VI PENUTUP ...................................................................................................... 46
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 46
6.2 Saran .......................................................................................................... 46
6.2.1 Bagi Perusahaan ............................................................................. 46
6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 48
LAMPIRAN.................................................................................................................. 53

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 4


Tabel 2. 1 Skala Samn Perelli ....................................................................................... 13
Tabel 2. 2 Approved Controls Berdasarkan Samn Perelli ............................................ 13
Tabel 4. 1 Definisi Operasional .................................................................................... 24
Tabel 4. 2 Proporsi dan Jumlah Sampel ....................................................................... 27
Tabel 5. 1 Hasil Uji Validitas Item-Item Variabel Kelelahan Kerja ............................ 31
Tabel 5. 2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Kelelahan Kerja ...................... 32
Tabel 5. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Unit Kerja ............................................ 34
Tabel 5. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan ................................................. 34
Tabel 5. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Kelelahan ................................. 35
Tabel 5. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ..................................................... 35
Tabel 5. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja .......................................... 36
Tabel 5. 8 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Tidur ........................................ 36
Tabel 5. 9 Distribusi Responden Berdasarkan Shift Kerja............................................ 36
Tabel 5. 10 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Kerja ...................................... 37
Tabel 5. 11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kelelahan Kerja ................... 37
Tabel 5. 12 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja ................................................... 38
Tabel 5. 13 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja ....................................... 38
Tabel 5. 14 Hubungan Durasi Tidur dengan Kelelahan Kerja ..................................... 39
Tabel 5. 15 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja ......................................... 40
Tabel 5. 16 Hubungan Durasi Kerja dengan Kelelahan Kerja ..................................... 40
Tabel 5. 17 Hubungan Variabel Penelitian dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada
Personel Dinas Wide Body Base Maintenance .......................................... 41

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Faktor Pekerjaan dan Faktor Individu........................................................ 8


Gambar 2. 2 Faktor-Faktor Kelelahan ............................................................................ 9
Gambar 2. 3 Kerangka Teori ........................................................................................ 17
Gambar 2. 4 Kerangka Konsep Penelitian .................................................................... 18

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Usulan Judul Penelitian Tugas Akhir


Lampiran 2. Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 3. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
Lampiran 5. Lembar Log Book Penelitian
Lampiran 6. Hasil Uji Etik
Lampiran 7. Hasil Olah Data
Lampiran 8. Hasil Analisa Univariat
Lampiran 9. Hasil Analisa Bivariat
Lampiran 10. Hasil Uji Plagiat
Lampiran 11. Artikel Ilmiah
Lampiran 12. Bukti Submit Artikel Ilmiah/LOA
Lampiran 13. Dokumentasi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perluasan industri menjadi salah satu hal yang paling
menonjol diantara perkembangan pesat yang ditujukan untuk memajukan
kehidupan manusia. Industri transportasi menjadi salah satu yang memiliki peran
penting dan strategis dalam menunjang segala aspek kehidupan manusia. Selain
transportasi darat, perkembangan teknologi dan tekanan komersial juga
meningkatkan kebutuhan akan transportasi udara (1). Dengan banyaknya jadwal
keberangkatan dan jumlah pesawat tentunya juga diperlukan perawatan untuk
setiap pesawat tersebut. Namun kapasitas serta kapabilitas perusahaan
Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) masih terbatas di Indonesia (2). Selain
itu jumlah sumber daya manusia atau teknisi ahli pesawat di Indonesia pun masih
terbatas. Perusahaan MRO nasional membutuhkan SDM sebanyak 1000 orang
pertahun, namun saat ini baru mampu mencetak 200-300 SDM pertahun (3).
Kurangnya sumber daya manusia ini dapat meningkatkan beban kerja pada personel
di industri MRO dan kemungkinan pekerja untuk mengalami kelelahan akibat kerja
menjadi lebih besar.
Kelelahan kerja adalah suatu keadaan seorang individu yang tidak mampu
lagi untuk melakukan pekerjaan seperti biasanya (4). Secara garis besar kelelahan
dikategorikan menjadi dua, yaitu kelelahan umum dan kelelahan otot. Kelelahan
otot menyebabkan rasa lelah dan memperlambat seseorang dalam bergerak, hal ini
dikarenakan adanya tekanan secara fisik dalam beberapa waktu. Sedangkan
kelelahan umum ditandai dengan munculnya perasaan lelah dan letih yang akan
menyebabkan rasa bosan dan mengantuk saat bekerja (5). Apabila kelelahan kerja
tidak ditangani segera mungkin maka dampak yang dapat terjadi yaitu motivasi
kerja menurun, produktivitas rendah, stress, dan bahkan dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja (6).
Data International Labour Organization (ILO) menunjukkan setiap
tahunnya kasus kecelakaan kerja menyebabkan dua juta pekerja meninggal dunia,
dimana 32,8% dikarenakan kelelahan akibat kerja (7). Dalam penelitian Maurits &
Widodo, 50% kasus kecelakaan kerja terjadi karena kelelahan pekerja (8).

1
2

Menurut perkiraan ILO, 2,78 juta pekerja meninggal dunia diakibatkan oleh
kecelakaan kerja (13,7%) dan penyakit akibat kerja (86,3%) setiap tahun (9). Data
BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pada Januari sampai dengan
September 2021, ada sebanyak 82 ribu kasus kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia (10). Rata-rata terdapat 414 kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
setiap hari, 27,8% diantaranya sebabkan oleh tingkat kelelahan yang cukup tinggi
(11). Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat
pada semester II tahun 2021, penyebab utama kecelakaan penerbangan adalah
faktor manusia yaitu sebesar 32,75% (12).
Kelelahan kerja dapat terjadi karena aspek eksternal dan internal. Aspek
internal diantaranya gender, usia, status gizi, kualitas tidur, dan kebiasaan merokok
Sementara aspek eskternal meliputi beban kerja, periode kerja, shift kerja, serta
lingkungan kerja (13). Menurut Kuswana, penyebab kelelahan kerja dapat berkaitan
dengan pekerjaan, gaya hidup, atau gabungan keduanya (14). Sementara itu,
kelelahan kerja di bidang pemeliharaan pesawat dapat terjadi karena faktor individu
maupun faktor terkait pekerjaan. Faktor individu meliputi usia, masa kerja, gender,
durasi tidur, kehidupan sosial dan keluarga, dan lainnya. Sementara faktor terkait
pekerjaan meliputi durasi kerja, waktu istirahat, jenis pekerjaan, beban kerja, dan
lingkungan kerja (15).
Pekerja yang berusia tua (>40 tahun) cenderung lebih cepat lelah
dibandingkan pekerja yang lebih muda. Hal ini dikarenakan adanya penurunan
kekuatan otot akibat akumulasi asam laktat dalam otot (6). Selain itu, masa kerja
seseorang berkaitan dengan terjadinya kelelahan, hal ini disebabkan adanya batas
daya tahan tubuh terhadap proses kerja yang dilakukan sehingga menyebabkan
kelelahan (16). Selain itu kelelahan kerja juga lebih sering dirasakan oleh pekerja
yang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup dari yang dibutuhkan (17).
Beberapa faktor pekerjaan yang menjadi penyebab timbulnya kelelahan
pada pekerja yaitu shift kerja dan durasi kerja. Kondisi tubuh pada saat bekerja tentu
akan berbeda pada shift pagi dengan shift malam. Hal ini berhubungan dengan ritme
sirkadian, dimana saat malam hari umumnya digunakan untuk beristirahat. Namun
saat bekerja, maka memaksa tubuh untuk mengikutinya dan akibatnya pekerja
rentan mengalami kelelahan yang lebih tinggi (16). Bekerja melebihi waktu kerja
yang optimal juga dapat menyebabkan berbagai masalah seperti kelelahan,
3

gangguan kesehatan, penurunan kualitas kerja, hingga terjadinya kecelakaan kerja


(18).
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian bukan hanya pada orang itu
sendiri, namun bagi perusahaan dan keluarga. Pada diri sendiri, kecelakaan kerja
dapat mengakibatkan kesakitan, cacat, pemutusan pekerjaan atau bahkan hingga
meninggal dunia yang. Sementara itu bagi perusahaan dapat menimbulkan kerugian
finansial akibat berkurangnya pekerja dan waktu produktivitas untuk memenuhi
target produksi. Selain mengakibatkan penderitaan pada manusia, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja berdampak pada kerugian ekonomi yang meningkat secara
signifikan dengan kerugian tahunan yang diperkirakan sebesar 3,94% dari PDB
global pada tahun 2017 (19).
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja perlu diterapkan secara
komprehensif agar potensi terjadinya kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
Sebagaimana telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012,
bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja wajib diterapkan oleh
setiap perusahaan di lingkungan perusahaannya (20). SMK3 merupakan pondasi
dan menjadi persyaratan dalam mengembangkan budaya keselamatan di industri
penerbangan. Mulai dari maskapai penerbangan, pengontrol lalu lintas udara,
bandara, hingga perawatan pesawat memiliki proses, struktur, dan lingkungan
operasinya masing-masing (21).
Berdasarkan fakta-fakta diatas, dapat dikatakan bahwa faktor kelelahan
memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap kejadian kecelakaan kerja. Oleh
karena itu untuk mencegah terjadinya kerugian yang tidak diinginkan, maka
perusahaan perlu melakukan deteksi dini tingkat kelelahan para pekerja sehingga
dapat disusun upaya pengelolaan kelelahan kerja yang efektif dan efisien. PT GMF
AeroAsia Tbk merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia yang bergerak dalam
bidang perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan pesawat. Dalam meningkatkan
keselamatan dan kesehatan pekerja, PT GMF telah berupaya menerapkan dan
mengembangkan program-program K3 secara berkelanjutan dan sesuai dengan
regulasi di industri penerbangan. Berdasarkan kondisi nyata di dinas Wide Body
Base Maintenance, ada dua pola kerja yang berlaku yaitu office hour dan pola kerja
shift. Terdapat sejumlah personel yang bekerja hingga 12 jam dalam sehari atau
4

disebut dengan long shift yang disebabkan adanya jam kerja lembur, dimana hal ini
dapat memicu terjadinya kelelahan pada personel tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian terkait faktor individu
serta faktor pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja personel
perlu untuk dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apa sajakah
faktor individu dan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat kelelahan
kerja pada personel di dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia
Tbk?” Melalui penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor tersebut yang meliputi
faktor individu seperti usia, masa kerja dan durasi tidur, serta faktor pekerjaan
seperti shift kerja dan durasi kerja. Diharapkan melalui penelitian ini dapat
memberikan gambaran bagi perusahaan dalam menentukan upaya mitigasi
terhadap kelelahan kerja pada personel di dinas Wide Body Base Maintenance PT
GMF AeroAsia Tbk.

1.2 Road Map Penelitian


Pengukuran kelelahan kerja yang dilakukan di Dinas Wide Body Base
Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk pada tahun 2021 menggunakan instrumen
kuesioner yang mengacu pada Fatigue Risk Management System. Pengambilan
sampel pada penelitian tersebut menggunakan simple random sampling, sehingga
jumlah responden belum cukup mewakili keseluruhan unit. Sementara
pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan proportionate random
sampling dengan menggunakan rumus minimal sampel untuk mewakili populasi.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian dan
dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini dimuat dalam tabel 1.1
berikut.

Tabel 1. 1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan Instrumen Teknik


No Hasil Penelitian
Judul Penelitian Penelitian Analisis
1 Chin Hoy (2020) KAUPK2 Uji Pearson Shift kerja dan beban
chi-square kerja berhubungan
“Kelelahan Kerja pada dengan kelelahan
Operator Air Traffic kerja. Sementara
Controller di Bandara variabel jenis kelamin,
Sultan Hasanuddin massa kerja dan IMT
Makassar” tidak berhubungan
dengan kelelahan
kerja.
5

2 Estu Triana, Ekawati, Kuesioner Uji Chi- Lama tidur dan masa
Ida Wahyuni (2017) IFRC square dan kerja tidak
(International uji alternatif berhubungan dengan
“Hubungan status gizi, Fatigue Fisher kelelahan kerja.
lama tidur, masa kerja, Research probability
dan beban kerja dengan Committee) exact test
kelelahan kerja pada
mekanik di PT X Plant
Jakarta”
3 Gin Gin Yulenda (2018) Kuesioner Uji chi-suare Shift kerja dan lama
kerja tidak
“Hubungan shift kerja berhubungan dengan
dan lama kerja dengan kelelahan petugas
kelelahan petugas air ATC.
traffic controller (ATC)
di Tower ATC Bandara
Soekarno Hatta”

4 Sindi Larasati, Suroto, Kuesioner Uji chi- Usia tidak


Ida Wahyuni (2019) IFRC square dan berhubungan dengan
rank kelelahan pekerja
“Hubungan spearman bagian produksi.
Karakteristik Individu,
Beban Kerja Fisik dan
Beban Kerja Mental
dengan Kelelahan Kerja
pada Karyawan Bagian
Produksi di PT. X”
Sumber: Dari berbagai jurnal

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti


sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja
di dinas Wide Body Base Maintenance PT. GMF AeroAsia Tbk belum
pernah dilakukan.
b. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dari
Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) belum pernah digunakan
di lokasi penelitian oleh para peneliti sebelumnya.

1.3 Urgensi Penelitian


Hasil pengukuran yang dilakukan pada saat bulan Mei 2022 menunjukkan
bahwa terdapat 7 orang pekerja dari enam dinas yang berada pada level kelelahan
tidak aman berdasarkan jadwal kerja, dan 51 pekerja dalam kategori kelelahan
signifikan berdasarkan waktu tidur yang diperoleh. Selain itu berdasarkan data dari
6

unit Quality, Health and Safety (TUK) pada bulan Mei 2022, terdapat kejadian
kecelakaan kerja di dinas produksi yang menyebabkan luka pada tangan seorang
pekerja. Hal ini disebabkan karena human factor, dimana kelelahan dapat menjadi
salah satu faktor penyebabnya.
Lalu berdasarkan hasil wawancara dengan manajer dan personel lapangan,
terdapat sejumlah personel dengan jam kerja yang panjang yaitu selama 12 jam
dalam sehari. Dimana dengan durasi kerja yang panjang dapat memicu seseorang
untuk mengalami kelelahan kerja yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan masih terbatasnya penelitian
mengenai faktor kelelahan kerja di bidang aviasi khususnya pada personel di PT.
GMF AeroAsia Tbk, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara faktor individu dan faktor pekerjaan dengan tingkat kelelahan
kerja personel di dinas Wide Body Base Maintenance pada tahun 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan Kerja


Menurut Tarwaka, kelelahan kerja didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan
untuk merespon suatu keadaan akibat aktivitas yang berlebihan secara mental,
emosional, maupun fisik (22). Sementara itu kelelahan kerja dalam dunia
penerbangan didefinisikan sebagai keadaan fisiologis dimana kemampuan
performa fisik atau mental berkurang karena kurang tidur, terjaga dalam waktu
lama, ritme sirkadian, dan beban kerja yang dapat berdampak pada menurunnya
rasa waspada dan kemampuan diri untuk bekerja secara aman (23).
2.1.1 Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu berdasarkan
durasi terjadinya kelelahan dan penyebab kelelahan kerja.
1) Berdasarkan durasi terjadinya kelelahan kerja
a. Kelelahan akut yang terjadi dalam waktu singkat atau pendek dan
umumnya disebabkan oleh waktu tidur yang kurang ataupun karena
beraktivitas. Kelelahan jenis ini dapat dipulihkan dengan istirahat
atau tidur yang cukup.
b. Kelelahan kronis yang dapat berlangsung setiap hari, periode waktu
yang lama, dan dapat terjadi sebelum bekerja (24).
2) Berdasarkan penyebab kelelahan kerja
a. Kelelahan fisiologis, disebabkan lingkungan fisik (suhu, kebisingan)
serta faktor psikologis (pekerjaan monoton, konflik mental, bekerja
karena terpaksa, dan beban pekerjaan).
b. Kelelahan psikologis, disebabkan karena kerja fisik, terjadinya rasa
lelah, penurunan kinerja, serta terdapat hubungan dengan faktor
psikososial (24).

2.1.2 Gejala Kelelahan


Gejala kelelahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu fisik, mental,
serta emosional. Gejala fisik diantaranya menguap, kelopak mata terasa
berat, menggosok mata, kepala terkulai. Gejala mental ditandai dengan sulit
konsentrasi dalam bekerja, kehilangan perhatian, sulit mengingat apa yang
7
8

dikerjakan, gagal mengkomunikasikan informasi penting, hingga tidak


sengaja melakukan hal yang salah. Sementara gejala emosional yaitu lebih
pendiam dari biasanya, kurang energi, kurang motivasi untuk melakukan
tugas dengan baik, dan mudah tersinggung (23). Kelelahan subjektif pada
umumnya terjadi di penghujung hari ketika tenaga kerja menerima beban
kerja hingga 30-40% atau lebih dari tenaga aerobik maksimal (25).

2.1.3 Penyebab Kelelahan Kerja


Menurut Australian National Transport Commission, kondisi yang
menyebabkan kelelahan bukan hanya di tempat kerja, tapi juga di
lingkungan kehidupan pribadi personel maintenance itu sendiri. Adapun
faktor terkait pekerjaan meliputi durasi kerja, jabatan, beban kerja, jenis
pekerjaan, dan ketersediaan waktu istirahat. Sementara faktor individu yang
berisiko menyebabkan kelelahan meliputi kehidupan sosial dan keluarga,
waktu perjalanan, pekerjaan lain, durasi tidur, kualitas tidur, ritme sirkadian
dan riwayat penyakit (15).

Gambar 2. 1 Faktor Pekerjaan dan Faktor Individu


Berkontribusi Terhadap Kelelahan Pekerja

Sumber: Transport Canada, 2012


9

Faktor pekerjaan Ritme sirkadian


Kelelahan
Faktor non-pekerjaan Waktu tidur/bangun

Gambar 2. 2 Faktor-Faktor Kelelahan

Sumber: Transport Canada, 2012

Berdasarkan gambar 2.2, faktor-faktor terpenting yang berdampak


terhadap level kelelahan mental diantaranya:
a) Kuantitas dan kualitas tidur yang tidak memadai.
b) Waktu terbangun, yaitu lamanya seseorang terbangun atau terjaga dari
tidur terakhir kali.
c) Ritme sirkadian, yaitu perubahan fisik, mental, dan perilaku seseorang
dalam siklus 24 jam (26).

Menurut Suma’mur, terjadinya kelelahan pada pekerja disebabkan


oleh beberapa hal berikut (24):
a) Faktor internal, meliputi usia, riwayat kesehatan, jenis kelamin, status
gizi, dan keadaan psikis.
b) Faktor eksternal, meliputi beban kerja dan masa kerja, serta lingkungan
kerja fisik.
Menurut Kuswana, faktor pekerjaan, gaya hidup, atau gabungan
keduanya dapat menjadi penyebab terjadinya kelelahan pada seseorang
(14). Faktor-faktor tersebut antara lain:
a) Waktu kerja
b) Jadwal kerja seperti durasi kerja dan waktu shift
c) Lama waktu terjaga
d) Waktu istirahat yang cukup antar shift
e) Kondisi lingkungan kerja (cahaya, iklim, kebisingan, desain stasiun
kerja)
f) Jenis pekerjaan
g) Tuntutan pekerjaan seperti adanya tenggat waktu
h) Budaya organisasi
10

2.1.4 Dampak Kelelahan Kerja


Dalam buku Developing and Implementing a Fatigue Risk
Management Systems oleh Transport Canada, ada banyak dampak dari
kelelahan yang kemudian digolongkan menjadi tiga kategori utama yaitu:
1) Fisik, seperti tiba-tiba tertidur selama beberapa detik atau tidur
mikro.
2) Mental, seperti penyimpangan dalam perhatian.
3) Emosional, seperti cepat marah terhadap sesuatu hal.
Penurunan kemampuan akibat kelelahan dapat menyebabkan
kesalahan yang mungkin berujung terjadinya insiden atau kecelakaan. Hal
ini didukung oleh data dari investigasi industri dan pemerintah, serta risiko
industri menunjukkan bahwa kelelahan dan rasa kantuk merupakan
kontributor utama dalam insiden dan kecelakaan di industri transportasi
(23).

2.1.5 Pengelolaan Risiko Kelelahan


Intervensi manajemen risiko dapat dikategorikan dalam kegiatan
yang meliputi pendekatan (seperti batas jam layanan dan sistem pelaporan
insiden) serta tujuan dari kegiatan tersebut. Berdasarkan International
Organization for Standardization, pendekatan yang umum digunakan dalam
sistem manajemen risiko dibedakan menjadi pengendalian untuk
pencegahan bahaya dan pengendalian untuk mitigasi risiko. Berdasarkan
perbedaan tersebut ada tiga tujuan manajemen risiko kelelahan, diantaranya
mengurangi kelelahan, mengurangi kesalahan akibat kelelahan,
meminimalkan dampak kerugian akibat kelelahan (15).
Secara konseptual, mengelola kelelahan dapat membantu organisasi
untuk mengidentifikasi bahaya yang terkait dengan kelelahan dan
mengurangi risiko terkait sebelumnya. Berdasarkan ICAO Standards and
Recommended Practices (SARPs), dalam sistem manajemen risiko
kelelahan setidaknya harus ada tiga jenis identifikasi bahaya sebagai berikut
(23):
1. Prediktif, bahaya kelelahan diidentifikasi dengan memeriksa jadwal
kerja yang telah direncanakan (daftar tugas) dengan
11

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur dan


kelelahan.
2. Proaktif, bahaya kelelahan diidentifikasi dengan mengukur tingkat
kelelahan dalam operasi yang sedang berjalan.
3. Reaktif, bahaya kelelahan diidentifikasi dengan menilai kontribusi
kelelahan terhadap laporan keselamatan dan peristiwa yang telah
terjadi.
Sejalan dengan ICAO, Transport Canada menerapkan prinsip
Reason's of hazard identification in Safety Management System kedalam
Fatigue Risk Management System (FRMS). Ada lima tingkat kontrol utama
untuk mengelola risiko kelelahan yang dapat diikuti oleh organisasi (23):
1) Level 1 (organizational): memastikan tersedianya kesempatan tidur
yang cukup bagi pekerja di antara jam kerja.
2) Level 2 (individual): memastikan pekerja mendapatkan tidur yang
cukup.
3) Level 3 (behavioural): memantau gejala yang mengindikasikan
pekerja mengalami kelelahan.
4) Level 4 (error): strategi untuk memastikan bahwa kelelahan tidak
mengakibatkan kesalahan atau insiden di tempat kerja.
5) Level 5 (incident): menentukan peran kelelahan terhadap kesalahan
atau insiden di tempat kerja.

2.1.6 Metode Pengukuran Kelelahan Kerja


Metode pengukuran kelelahan kerja subjektif dapat dilakukan
dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah terstandarisasi oleh
Industrial Fatigue Research Committee. Kuesioner tersebut terdiri dari tiga
jenis penilaian, yaitu pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan
gambaran kelelahan fisik (27).
A. Pelemahan Kegiatan
Adapun pertanyaan terkait dengan pelemahan kegiatan meliputi:
1) Perasaan berat pada kepala
2) Seluruh badan terasa Lelah
3) Kaki terasa berat
12

4) Menguap
5) Tidak fokus
6) Merasa ngantuk
7) Mata terasa berat
8) Terasa kaku saat bergerak
9) Tidak stabil saat berdiri
10) Perasaan ingin berbaring saat bekerja
B. Pelemahan Motivasi
1) Sulit untuk berpikir
2) Merasa lelah untuk bicara
3) Gugup
4) Sulit berkonsentrasi
5) Sulit untuk memusatkan perhatian
6) Mudah melupakan sesuatu
7) Kurangnya kepercayaan diri
8) Cemas
9) Sulit dalam mengontrol sikap
10) Tidak tekun dalam bekerja
C. Gambaran Kelelahan Fisik
1) Sakit kepala
2) Bahu terasa kaku
3) Punggung terasa nyeri
4) Sesak nafas
5) Merasa haus saat bekerja
6) Suara serak
7) Pening
8) Kelopak mata terasa berat
9) Tremor pada anggota badan
10) Perasaan kurang sehat
Selain dengan kuesioner IFRC, pengukuran tingkat atau gejala
kelelahan dapat dilakukan dengan menggunakan skala Samn Perelli Status
Check. Dimana pada skala ini terdapat 7 poin untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif pekerja pada saat dilakukan pengukuran (23).
13

Tabel 2. 1 Skala Samn Perelli

Skala Kondisi
1 Sangat fit dan waspada sepenuhnya
2 Fit, responsif, tapi tidak pada puncaknya
3 Baik, cukup segar
4 Sedikit lelah, kurang segar
5 Cukup lelah
6 Lelah, sulit berkonsentrasi
7 Sangat lelah, sama sekali tidak dapat berkonsentrasi
Sumber: International Association of Oil & Gas Producers, 2019

Selanjutnya untuk mengidentifikasi tingkat kelelahan


responden secara keseluruhan, maka dilakukan pengkategorian hasil
sebagai berikut.

Tabel 2. 2 Approved Controls Berdasarkan Samn Perelli

Skor Level Risiko Approved Controls


1–3 Rendah Tidak ada pengendalian khusus yang
diperlukan kecuali personel menunjukkan
gejala kelelahan, seperti cenderung lupa dan
terdistraksi.
4–5 Sedang Dokumentasikan dan lakukan langkah-
langkah pengurangan risiko yang dapat
dipantau secara mandiri, seperti rotasi tugas,
pemanfaatan kafein secara strategis, dan
rutinitas pemeriksaan mandiri.
6 Tinggi Dokumentasikan dengan supervisor dan
lakukan langkah-langkah kebijakan
pengurangan risiko yang dapat dipantau oleh
pihak eksternal, seperti realokasi tugas, tidur
siang, peningkatan pemantauan supervisi,
rumah aman, dan akomodasi untuk personel
kembali dan/atau ke kantor.
7 Sangat Tinggi Dokumentasikan dan jangan terlibat dalam
tugas yang penting dari perspektif
keselamatan. Jangan memulai kembali
pekerjaan sampai tidur restoratif yang cukup
telah didapatkan. Setiap pengecualian yang
diusulkan akan diteruskan ke supervisor
atau manajer.
Sumber: International Association of Oil & Gas Producers, 2019
14

2.2 Faktor Penyebab Kelelahan Kerja


2.2.1 Faktor Individu
A. Usia
Seiring bertambahnya usia, kemampuan seseorang untuk bekerja
menjadi menurun karena adanya perubahan dalam tubuh, keseimbangan
hormon, serta sistem kardiovaskular (14). Faktor usia memiliki
keterkaitan dan memengaruhi terjadinya kelelahan pada seseorang.
Dimana pekerja dengan usia lebih tua cenderung mengalami kelelahan
lebih cepat, hal ini dikarenakan adanya penurunan kekuatan otot akibat
akumulasi asam laktat dalam otot (6). Gangguan muskuloskeletal
umumnya mulai dirasakan pekerja di usia 35 tahun dan tingkat keluhan
tersebut akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia (27).
Penelitian yang dilakukan oleh Naimah menunjukkan bahwa usia
berhubungan dengan kelelahan kerja karyawan. Namun Sebagian besar
pekerja yang mengalami kelelahan ringan adalah pekerja dengan usia
muda <40 tahun. Hal ini dikarenakan pengalaman kerja karyawan yang
masih kurang, belum mampu menyesuaikan pekerjaan, serta beban kerja
yang diberikan berat dan membuat pekerja mengalami kelelahan (28).
B. Jenis Kelamin
Dalam mekanisme tubuh pekerja wanita, terjadinya siklus
biologi setiap bulan akan berpengaruh pada kondisi fisiknya. Hal inilah
yang menyebabkan tenaga kerja wanita akan mengalami kelelahan yang
lebih besar daripada laki-laki (29). Penelitian yang dilakukan oleh
Lestari menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan dengan
kelelahan kerja pada karyawan, dimana karyawan pria paling banyak
mengalami kelelahan kerja dibandingkan dengan karyawan wanita,
dikarenakan di lokasi penelitian tersebut mayoritas pekerja berjenis
kelamin pria dan pekerjaan lebih dominan dilakukan oleh pria (30).
C. Masa Kerja
Masa kerja didefinisikan sebagai lamanya bekerja dari tahun
pertama sampai dengan penelitian dilakukan (14). Semakin lama waktu
seseorang bekerja, semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh
sehingga orang tersebut dapat meningkatkan keterampilan kerjanya dan
15

mampu memahami faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya


kelelahan (16). Sementara itu menurut Maurits, semakin lama masa
seseorang bekerja, tingkat kelelahan yang berdampak pada munculnya
rasa jenuh akan semakin tinggi (31). Penelitian yang dilakukan Malik
menunjukkan pekerja di divisi produksi yang mengalami kelelahan
merupakan pekerja dengan masa kerja lama (32).
D. Durasi Tidur
Durasi tidur yang pendek atau kurang tidur dalam semalam, atau
bahkan sama sekali tidak tidur dalam waktu 24 jam tidak menunjukkan
dampak negatif pada performa saat esok harinya, hal ini didefinisikan
kurang tidur akut. Namun jika terus dibiarkan dapat menjadi kurang
tidur kronis dan berdampak pada performa pekerja (27). Seseorang
dengan waktu tidur yang tidak cukup yaitu kurang dari 7-9 jam/hari
dapat berpotensi terjadinya gangguan kesehatan seperti insomnia, infark
miokard akut, penyakit kardiovaskular, bahkan dapat berisiko
menyebabkan kematian (33).
Peraturan jam tidur minimal yang dikutip dari Transport Canada
bagi pekerja di bidang aviasi adalah 6 jam dalam periode 24 jam dan 12
jam tidur dalam periode 48 jam. Jika kurang dari durasi tersebut, pekerja
mungkin dapat melanjutkan pekerjaan namun harus dalam pengawasan,
direkomendasikan untuk tidur sejenak, menghindari melakukan
pekerjaan yang berisiko tinggi, dan bahkan pekerja diharuskan untuk
berhenti melakukan pekerjaan (23).
E. Status Gizi
Berdasarkan teori dari Robinson dan Weihley, status gizi adalah
kondisi Kesehatan yang berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi.
Status gizi yang tidak baik dapat berpengaruh terhadap kelelahan,
sehingga menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun. Orang
dengan status Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang akan cenderung lebih
cepat kelelahan, hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan atau
kekurangan zat gizi yang diperlukan tubuh (34). Penelitian yang
dilakukan oleh Natizatun menunjukkan bahwa asupan zat gizi memiliki
hubungan dengan kejadian kelelahan pada pekerja industri, dimana
16

pekerja yang mengalami kelelahan tinggi merupakan pekerja dengan


asupan zat gizi yang kurang (35).
F. Riwayat Penyakit
Kelelahan kerja yang dialami pekerja dapat disebabkan karena
adanya riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami. Adapun
penyakit yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan adalah
penyakit jantung, asma, gangguan ginjal, hipertensi, dan hipotensi (36).
Penelitian yang dilakukan Usman menunjukkan bahwa riwayat penyakit
berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan produksi (37).

2.2.2 Faktor Pekerjaan


A. Beban Kerja
Beban kerja didefinisikan sebagai salah satu faktor ergonomis
selain dari staisun kerja ataupun posisi kerja. Beban kerja dapat
dipengaruhi juga oleh faktor internal dari individu itu sendiri. Seseorang
yang tengah mengalami konflik kerja cenderung lebih mudah mengalami
stres dan lelah (31). Beban kerja yang semakin berat membutuhkan lebih
banyak energi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, serta mengakibatkan
menurunnya kondisi fisik tenaga kerja dan kebutuhan oksigen
meningkat. Kebutuhan oksigen yang meningkat membuat jantung untuk
bekerja lebih cepat sehingga jika terjadi kekurangan oksigen akan
menyebabkan terjadinya akumulasi menjadi asam laktat yang
mempercepat terjadinya kelelahan (38).
B. Shift Kerja
Shift kerja diartikan sebagai jadwal kerja yang tidak normal dan
dihubungkan dengan terjadinya gangguan fisiologis seseorang. Jadwal
kerja shift memaksa pekerja untuk mengabaikan ritme sirkadian tubuh
yaitu ritme yang mengatur aktivitas tubuh manusia pada siang dan
malam hari (27). Pada penelitian yang dilakukan Chin Hoy, diketahui
bahwa shift kerja memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap
kelelahan kerja pada operator air traffic controller (14).
17

C. Durasi Kerja
Durasi kerja merupakan lamanya waktu seseorang dalam
melakukan pekerjaan dengan waktu maksimal pada umumnya selama 6-
10 jam. Penambahan durasi kerja yang berlebih dapat berakibat pada
penurunan efektivitas, produktivitas kerja, efisiensi, kelelahan, bahkan
kecelakaan kerja (36). Penelitian yang dilakukan Surbakti menunjukkan
durasi atau lamanya pekerjaan secara signifikan berhubungan dengan
kelelahan kerja pada pekerja inspeksi peralatan angkat dan angkut crane
(39).

2.3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep


2.3.1 Kerangka Teori

1) Usia
2) Jenis Kelamin
Faktor 3) Masa Kerja
Individu 4) Durasi Tidur
5) Status Gizi
6) Riwayat
Penyakit
Kelelahan
Kerja

1) Beban Kerja
Faktor 2) Jenis Pekerjaan
Pekerjaan 3) Durasi Kerja
4) Shift Kerja

Gambar 2. 3 Kerangka Teori

Sumber: (Marselina, 2019 dan Transport Canada, 2012)

2.3.2 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori pada gambar 2.3 diatas, beberapa faktor
yang dapat diukur dipilih dan diteliti sebagai variabel penelitian. Faktor
jenis kelamin tidak dipilih dikarenakan semua responden berjenis kelamin
laki-laki. Status gizi dan riwayat penyakit tidak diteliti karena adanya
keterbatasan waktu dan tenaga dalam penelitian. Sementara pada faktor
18

pekerjaan yang tidak diteliti yaitu beban kerja dan jenis pekerjaan,
dikarenakan distribusi beban kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan
setiap personel adalah sama.
Variabel yang telah dipilih untuk diteliti selanjutnya dimuat dalam
kerangka konsep pada gambar 2.4 berikut.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Usia

Masa Kerja

Durasi Tidur Kelelahan Kerja

Shift Kerja

Durasi Kerja

Gambar 2. 4 Kerangka Konsep Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta kajian pustaka, maka
dapat ditarik kesimpulan sementara atau hipotesis awal spenelitian ini adalah
sebagai berikut.
2.4.1 Hipotesis Nol (H0)
H01 : Tidak terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kelelahan
personel dinas Wide Body Base Maintenance
H02 : Tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan tingkat
kelelahan kerja pada personel dinas Wide Body Base Maintenance
H03 : Tidak terdapat hubungan antara durasi tidur dengan tingkat
kelelahan personel dinas Wide Body Base Maintenance
H04 : Tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan tingkat
kelelahan personel dinas Wide Body Base Maintenance
H05 : Tidak terdapat hubungan antara durasi kerja dengan tingkat
kelelahan personel dinas Wide Body Base Maintenance
19

2.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha)


Ha1 : Terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kelelahan personel
dinas Wide Body Base Maintenance
Ha2 : Terdapat hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan
kerja personel dinas Wide Body Base Maintenance
Ha3 : Terdapat hubungan antara durasi tidur dengan tingkat kelelahan
personel dinas Wide Body Base Maintenance
Ha4 : Terdapat hubungan antara shift kerja dengan tingkat kelelahan
personel dinas Wide Body Base Maintenance
Ha5 : Terdapat hubungan antara durasi kerja dengan tingkat kelelahan
personel dinas Wide Body Base Maintenance
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan Penelitian


3.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor pekerjaan
dengan tingkat kelelahan yang dialami personel di dinas Wide Body Base
Maintenance (TB) PT GMF AeroAsia Tbk Tahun 2022.

3.1.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui tingkat risiko kelelahan kerja pada personel di dinas Wide
Body Base Maintenance
b. Menganalisis hubungan usia dengan tingkat kelelahan kerja pada
personel dinas Wide Body Base Maintenance
c. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan
pada personel dinas Wide Body Base Maintenance
d. Menganalisis hubungan antara durasi tidur dengan tingkat kelelahan
pada personel dinas Wide Body Base Maintenance
e. Menganalisis hubungan shift kerja dengan tingkat kelelahan pada
personel dinas Wide Body Base Maintenance
f. Menganalisis hubungan antara durasi kerja dengan tingkat kelelahan
pada personel dinas Wide Body Base Maintenance.

3.2 Manfaat Penelitian


3.2.1 Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai tingkat risiko kelelahan para personel
di dinas Wide Body Base Maintenance.
b. Memberikan gambaran terkait distribusi usia, masa kerja, shift kerja,
durasi kerja, dan durasi tidur personel dinas Wide Body Base
Maintenance.
c. Memberikan gambaran hubungan antara faktor individu dan faktor
pekerjaan dengan tingkat kelelahan personel di dinas Wide Body Base
Maintenance.

20
21

3.2.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Instansi Tempat Penelitian
Sebagai bahan informasi dan referensi dalam menetapkan upaya
mitigasi yang diperlukan untuk mengelola kelelahan kerja di dinas Wide
Body Base Maintenance.
b. Bagi Kelompok Responden Penelitian
Dapat menambah wawasan terkait faktor penyebab yang berhubungan
dengan kelelahan kerja yang dialami, sehingga responden lebih aware
dan dapat melakukan pengelolaan faktor kelelahan secara individu.
c. Bagi P.S Sarjana Kesehatan Masyarakat dan UIMA
Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan ilmu tentang
kelelahan kerja di bidang aviasi.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan baru untuk melaksanakan tri dharma perguruan
tinggi dalam pengabdian masyarakat dan meningkatkan rasa kepedulian
kepada lingkungan sekitar.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi referensi atau bahan masukan untuk penelitian yang akan
dilakukan di masa depan. Hasil penelitian ini dapat dikembangkan
menjadi pengetahuan yang lebih beragam serta dapat berdampak lebih
besar bagi pekerja.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional dengan
desain cross-sectional yang mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat yang dilakukan observasi atau pengukuran hanya sekali untuk setiap
variabel dan dilakukan pada waktu yang bersamaan.

4.2 Prosedur Penelitian dan Tahapan Penelitian


4.2.1 Langkah-Langkah Penelitian
a. Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian diawali dengan mengurus surat perizinan
untuk melakukan penelitian atau studi pendahuluan di dinas Wide Body
Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk di bawah bimbingan dan
pengawasan unit Quality, Health, Safety and Environment (TUK).
b. Pelaksanaan Penelitian
a) Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan proses kerja yang
dilaksanakan langsung di lokasi penelitian, yaitu di Hangar 1 PT
GMF AeroAsia Tbk.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada manajer, inspektor,
maupun pekerja lapangan di dinas terkait. Pertanyaan yang diajukan
berkaitan dengan jenis pekerjaan yang berisiko tinggi
mengakibatkan kelelahan pada pekerja, pola kerja, insiden yang
pernah terjadi, dan sebagainya.
c) Kuesioner
Kuesioner dimuat dalam Microsoft Office Forms, kemudian
dibagikan melalui mentor dan penanggung jawab safety (PDCA)
serta manajer di dinas terkait.

22
23

d) Studi Literatur
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menelaah dokumen
perusahaan, artikel ilmiah, skripsi, tesis, serta buku yang berkaitan
dengan topik penelitian.
c. Akhir Penelitian
Pada akhir penelitian ini dilakukan penyajian dan penyusunan
hasil analisis data penelitian.
24

4.3.2 Definisi Operasional


Tabel 4. 1 Definisi Operasional

Alat Cara Skala


No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur Ukur
Variabel Dependent
1 Kelelahan Menurunnya Keadaan yang dialami Kuesioner Pengisian 1) Ringan (skor 31-52) Ordinal
Kerja kemampuan seseorang responden berdasarkan kuesioner 2) Sedang (skor 53-75)
untuk beraktivitas akibat gejala kelelahan subjektif
aktivitas pekerjaan yang melalui pertanyaan dalam (skala Industrial Fatigue
tinggi dan kurangnya kuesioner yang Research Committee)
waktu untuk istirahat. menggambarkan kondisi
responden sejak seminggu
terakhir.
Variabel Independent
Alat Cara Skala
No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur Ukur
1 Usia Lamanya keberadaan Kurun waktu sejak Kuesioner Pengisian 1) ≤35 tahun Ordinal
seseorang sejak lahir lahirnya seseorang dan kuesioner 2) >35 tahun
yang diukur dalam diukur menggunakan
satuan waktu. satuan waktu.
2 Masa Kerja Lamanya waktu yang Kurun waktu responden Kuesioner Pengisian 1) Baru (≤6 tahun) Ordinal
telah dijalani karyawan bekerja di dinas produksi kuesioner 2) Lama (>6 tahun)
mulai pertama kali terhitung mulai masuk
masuk kerja. kerja sampai pada saat (Hoy, 2020)
dilakukan penelitian.
3 Durasi Tidur Lamanya waktu yang Lamanya jam tidur Kuesioner Pengisian 1) Kurang Tidur (<7 jam) Ordinal
dhitung dari saat responden dalam 24 jam kuesioner 2) Cukup Tidur (≥7 jam)
seseorang mulai tidur terakhir.
sampai waktu terbangun. (Marselina, 2019)
25

4 Shift Kerja Pergesaran jam kerja Periode waktu kerja untuk Kuesioner Pengisian 1) Shift Pagi Nominal
dari jadwal biasanya setiap kru atau kelompok kuesioner 2) Shift Siang
secara bergiliran antar kerja yang telah ditetapkan 3) Shift Malam
karyawan dalam waktu perusahaan.
24 jam.
5 Durasi Kerja Kurun waktu karyawan Lamanya waktu bekerja Kuesioner Pengisian 1) Normal (≤8 jam perhari) Ordinal
bekerja di suatu tempat responden dalam satu pola kuesioner 2) Tidak Normal (>8 jam
dalam satu hari kerja. kerja. perhari)

(Aziza, 2017)
26

4.5 Populasi dan Sampel Penelitian


4.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah personel dinas Wide Body Base
Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk, baik jabatan struktural maupun non
struktural sebanyak 505 orang.

4.5.2 Sampel
Jumlah minimal sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Lemeshow, dikarenakan jumlah populasi yang sangat
besar. Koefisien kepercayaan sebesar 95% dan sampling error 5%, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut (40):

𝛼
𝑍 2 1 − 2 𝑥 (𝑝. 𝑞) 𝑥 𝑁
𝑛= 𝛼
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 1 − 2 𝑥 (𝑝. 𝑞)

(1,96)2 (0,5) 𝑥 (0,5 . 0,5) 𝑥 505


𝑛=
0,12 (505 − 1) + (1,96)2 (0,5) 𝑥 (0,5 . 0,5)

0,48 𝑥 505
𝑛=
5,04 + 0,48

242,4
𝑛=
5,52

𝑛 = 43,9

n : jumlah sampel
N : jumlah populasi (550)
p : estimasi proporsi 50% (0,5)
𝛼
𝑍2 1 − : Z score = 1,96 untuk α=0,05
2

d : presisi absolut (10%)


q : 1-p (0,5)

Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan jumlah minimum sampel


yang digunakan. Untuk memudahkan penelitian, jumlah tersebut dibulatkan
menjadi 45 responden.
27

4.5.3 Teknik Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel menggunakan proportionate random
sampling, dikarenakan dalam satu dinas terdiri dari beberapa unit sehingga
digunakan metode tersebut agar sampel yang diambil dapat mewakili
seluruh unit populasi. Jumlah sampel dari setiap unit pada dinas Wide Body
Base Maintenance ditentukan dengan rumus sebagai berikut (41):
𝐽𝑃𝑈
𝐽𝑆𝑈 = 𝑥 𝑇𝑆
𝑇𝑃
Keterangan:
JSU = Jumlah sampel unit
TS = Total sampel
TP = Total populasi
JPU = Jumlah populasi unit

Distribusi sampel secara proporsional dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 2 Proporsi dan Jumlah Sampel

Unit Jumlah Karyawan Proporsi


TBH 175 175/505 x 45 = 16
TBP 88 88/505 x 45 = 8
TBR 157 157/505 x 45 = 14
TBO 85 85/505 x 45 = 7
Proporsi = 505 Jumlah Sampel = 45

Pemilihan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa


kriteria sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
a. Responden merupakan karyawan GMF maupun kontraktor, bukan
peserta magang dari sekolah atau kampus
b. Responden berasal dari dinas Wide Body Base Maintenance
c. Mengisi kuesioner secara lengkap
2) Kriteria Eksklusi
a. Responden merupakan peserta magang
b. Responden tidak berasal dari dinas Wide Body Base Maintenance
c. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap
28

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Subjective
Self Rating Test dengan metode skoring yang dikembangkan oleh Industrial
Fatigue Research Committee (IFRC) dan skala Samn Perelli untuk mengukur gejala
kelelahan yang sedang dialami responden.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir
pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan. Sementara itu uji reliabilitas
dilakukan terhadap item pertanyaan yang telah teruji valid. Pengujian ini dilakukan
agar didapatkan instrumen yang memiliki tingkat konsistensi (42). Pengujian ini
juga dilakukan untuk mengetahui besarnya tingkat validitas dan reliabilitas
kuesioner jika digunakan untuk pengukuran kelelahan kerja di bidang aviasi. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistics for windows versi 25.0.

4.8 Pengolahan Data


Data yang telah diperoleh kuesioner selanjutnya dikumpulkan dan diolah
menggunakan aplikasi perangkat lunak yaitu Microsoft Excel dan SPSS. Adapun
proses pengolahan data dijabarkan sebagai berikut.
1) Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan data terkait kelengkapan dan kejelasan
jawaban kuesioner untuk menyesuaikan jawaban yang tidak valid atau tidak
lengkap, kemudian data yang lengkap dimasukkan ke dalam perangkat lunak
untuk dianalisa.
2) Scoring
Pada tahap ini dilakukan penilaian untuk setiap butir pertanyaan, kemudian
hasil skoring semua pertanyaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor tingkat
kelelahan pekerja.
3) Coding
Data berupa kalimat atau huruf diubah menjadi angka yang kemudian dilakukan
analisa pada program SPSS. Adapun data yang dilakukan pengkodean adalah
sebagai berikut:
29

a. Usia:
1 = ≤35 tahun, 2 = >35 tahun
b. Masa kerja:
1 = Baru, 2 = Lama
c. Durasi tidur:
1 = Kurang tidur, 2 = Cukup tidur
d. Shift kerja:
1 = Shift pagi, 2 = Siang, 3 = Shift malam
e. Durasi kerja:
1 = Normal, 2 = Tidak normal
f. Kelelahan kerja:
1 = Rendah, 2 = Sedang
4) Entry
Data yang telah dilakukan scoring dan coding selanjutnya dimasukkan ke
dalam perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS untuk dilakukan pengujian
statistik.
5) Tabulasi
Tahap ini merupakan proses penyusunan atau pengorganisasian data agar
memudahkan dalam penyajian. Selanjutnya dilakukan pengelompokkan data
dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam membaca hasil penelitian.

4.9 Analisis Data


1) Analisis Univariat
Analisis data univariat merupakan analisa yang hanya melibatkan satu
variabel dependen. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan atau
menjelaskan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Analisis univariat
dalam penelitian ini terdiri dari usia, masa kerja, shift kerja, durasi kerja, durasi
tidur, dan tingkat kelelahan kerja.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas (usia, masa kerja, durasi tidur, shift kerja, durasi kerja) dengan variabel
terikat (kelelahan kerja). Uji Chi-square digunakan sebagai uji statistik dengan
30

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Jenis uji ini dipilih karena skala variabel
yang diuji berupa skala kategorik dengan skala kategorik.
a. Jika p value ≤ α (0.05), menunjukkan hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti.
b. Jika p value > α (0.05), menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Uji Instrumen


5.1.1 Uji Validitas
Pengujian dilakukan terhadap 30 sampel dengan menggunakan uji
dua sisi dengan taraf signifikan 0,05 dan nilai r tabel sebesar 0,361. Hasil
dari uji validitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. 1 Hasil Uji Validitas Item-Item Variabel Kelelahan Kerja

Butir Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


I. Pelemahan Kegiatan
X1 0,416 Valid
X2 0,700 Valid
X3 0,633 Valid
X4 0,751 Valid
X5 0,326 Tidak Valid
X6 0,741 Valid
X7 0,666 Valid
X8 0,492 Valid
X9 0,850 Valid
X10 0,523 Valid
II. Pelemahan Motivasi
X11 0,324 Tidak Valid
X12 0,448 Valid
X13 0,565 Valid
X14 0,606 Valid
X15 0,673 Valid
0,361
X16 0,632 Valid
X17 -0.031 Tidak Valid
X18 0.737 Valid
X19 0.752 Valid
X20 0.580 Valid
III. Gambaran Kelelahan Fisik
X21 0,538 Valid
X22 0,752 Valid
X23 0,709 Valid
X24 0,233 Tidak Valid
X25 0,549 Valid
X26 0,407 Valid
X27 0,469 Valid
X28 0,377 Valid
X29 0,583 Valid
X30 0,484 Valid

31
32

Dari hasil uji validitas pada tabel 5.1, diketahui bahwa 26 butir
pertanyaan yang berstatus valid dengan nilai r hitung > r tabel. Sementara 4
butir pertanyaan lainnya, yaitu X7 dan X11 memiliki status tidak valid
karena nilai r hitung < r tabel.

5.1.2 Uji Reliabilitas


Indeks pengukuran reliabilitas kuesioner menurut Khairinal dalam
penelitian Nurdianawati (43), yaitu:
1. Alpha > 0,90 : reabilitas sempurna
2. Alpha antara 0,70 – 0,90 : reabilitas tinggi
3. Alpha antara 0,50 – 0,70 : reabilitas moderat
4. Alpha < 0,50 : reabilitas rendah
5. Jika alpha rendah maka kemungkinan ada satu atau beberapa item
tidak reliabel.

Adapun hasil pengujian reliabilitas kuesioner kelelahan kerja


sebagai berikut.

Tabel 5. 2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kelelahan Kerja

Cronbach’s N of items
Alpha
0,877 26

Hasil uji reliabilitas pada variabel kelelahan kerja menunjukkan


Cronbach’s Alpha berada diantara 0,70–0,90. Hal ini berarti butir
pertanyaan valid dalam variabel kelelahan kerja berada pada tingkat
reliabilitas tinggi.

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk atau yang disingkat
menjadi PT GMF AeroAsia Tbk adalah anak PT. Garuda Indonesia yang
bergerak dalam jasa perbaikan, perawatan, dan pemeriksaan pesawat serta
penyedia suku cadang yang meliputi kerangka pesawat, komponen, mesin,
serta jasa pendukung lainnya. Sejarah PT GMF AeroAsia dimulai pada
tahun 1949, pada saat itu masih sebagai Direktorat Teknik dari PT Garuda
33

Indonesia. Setelah beberapa kali berpindah lokasi dan berubah nama divisi,
pada tanggal 19 Agustus 2002, Garuda Indonesia melepas Divisi Teknik
Perawatan dan Perbaikan Pesawat dan melembagakannya sebagai PT
Garuda Maintenance Facility AeroAsia. PT GMF AeroAsia didirikan dan
disahkan pada tanggal 25 Juni 2002 (44).
PT GMF AeroAsia mulai mengoperasikan Hangar 4 pada tahun
2015, hangar tersebut menjadi hangar narrowbody terbesar di dunia (14).
Pada bulan Desember tahun 2017, PT GMF AeroAsia resmi merubah nama
menjadi PT GMF AeroAsia Tbk. PT GMF AeroAsia Tbk disertifikasi di
banyak negara termasuk sertifikat European Aviation Safety Agency
(EASA) dan Federal Aviation Administration (FAA). PT GMF AeroAsia
Tbk telah diakui oleh berbagai maskapai penerbangan domestik dan
internasional sebagai sebagai salah satu perusahaan MRO terbaik dan
terbesar.
PT GMF AeroAsia Tbk memiliki luas 115 hektar dengan fasilitas 4
Hangar yang dimanfaatkan untuk kegiatan perawatan pesawat mulai dari A-
check hingga overhaul. Selain itu terdapat fasilitas lainnya seperti
Workshop, Apron, Engine Shop, Taxy Ways, Engine Cell, Run Up Bay,
taman, perkantoran, Central Store, kantin, gudang penyimpanan untuk
material, gedung utility, chemical storage, industrial waste water treatment
facility, training center, dan lainnya (45).
PT GMF AeroAsia Tbk dipimpin oleh seorang direktur utama
(CEO) didukung oleh empat dewan direksi yang terdiri dari Director of
Finance, Director of Line Operation, Director of Business & Base
Operation, dan Director of Human Capital & Corporate Affairs. Masing-
masing dewan direksi tersebut bertanggung jawab pada masing-masing
dinas yang berbeda. Sebagai perusahaan yang ingin bersaing di industri
nasional maupun internasional, PT GMF AeroAsia Tbk memiliki visi “Most
valuable MRO company” dan misi “Integrated and Reliable Maintenance
Solution as a Contribution to the Nation”.
34

5.2.2 Karakteristik Responden


A. Unit Kerja
Karakteristik responden berdasarkan unit kerja di dinas Wide
Body Base Maintenance (TB) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. 3 Distribusi Unit Kerja Responden

Unit Frekuensi Persentase (%)


TBO 7 15,6
TBP 8 17,8
TBR 14 31,1
TBH 16 35,6
Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar merupakan personel dari unit


TBH sebanyak 16 orang (35,6%), diikuti dengan unit TBR sebanyak 14
orang (31,1%), unit TBP sebanyak 8 orang (17,8%), dan TBO sebanyak
7 orang (15,6%).

B. Jabatan
Tabel 5. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan

Persentase
Jabatan Frekuensi
(%)
Senior Aircraft Maintenance
13 28,9
Technician
Aircraft Maintenance Technician 5 11,1
Aircraft Structure Technician 2 4,4
Manager 7 15,6
Aircraft Cabin Technician 3 6,7
Aircraft Maintenance Engineer 3 6,7
Senior Aircraft Maintenance Engineer 5 11,1
Senior Aircraft Cabin Technician 3 6,7
Senior Aircraft Structure Technician 2 4,4
Senior Aircraft Structure Engineer 1 2,2
Supporting Staff 1 2,2
Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar merupakan Senior Aircraft


Maintenance Technician sebanyak 13 orang (28,9%), Manager
sebanyak 7 orang (15,6%), Aircraft Maintenance Technician dan
Senior Aircraft Maintenance Engineer masing-masing sebanyak 5
orang (11,1%).
35

C. Gejala Kelelahan
Tabel 5. 5 Distribusi Gejala Kelelahan yang Dialami Responden

Persentase
Gejala Frekuensi
(%)
Sangat fit dan waspada sepenuhnya 5 11,1
Fit, responsif, tapi tidak pada puncaknya 4 8,9
Baik, cukup segar 15 33,3
Sedikit lelah, kurang segar 9 20,0
Cukup lelah 8 17,8
Lelah, sulit berkonsentrasi 3 6,7
Sangat lelah, sama sekali tidak dapat
berkonsentrasi 1 2,2

Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar merasa “Baik, cukup segar”


dengan persentase 33,3%. Pada kondisi “Cukup lelah” dirasakan 8
responden (17,8%), “Lelah, sulit berkonsentrasi” sebanyak 3 responden
(6,7%), dan “Sangat lelah, sama sekali tidak dapat berkonsentrasi”
sebanyak 1 responden (2,2%).

5.2.3 Hasil Analisa Univariat


Data yang dianalisa adalah data primer yang didapatkan dari hasil
pengisian kuesioner terhadap 45 responden. Data univariat ini terdiri dari
usia, masa kerja, shift kerja, durasi kerja, dan durasi tidur sebagai variabel
bebas, dan kelelahan kerja sebagai variabel terikat.
A. Usia

Tabel 5. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Kategori Frekuensi Persentase (%)

≤35 tahun 20 44,4


Usia
>35 tahun 25 55,6
Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar berusia >35 tahun sebanyak


25 orang (55,6%). Lalu pada kelompok usia ≤35 tahun sebanyak 20
orang (44,4%).
36

B. Masa Kerja

Tabel 5. 7 Distribusi Masa Kerja Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baru 17 37,8
Masa Kerja
Lama 28 62,2

Total 45 100

Dari 45 responden, mayoritas merupakan personel dengan masa


kerja lama yaitu sebanyak 28 orang (62,2%). Sementara 17 responden
lainnya (37,8%) merupakan karyawan dengan masa kerja tergolong
baru.

C. Durasi Tidur

Tabel 5. 8 Distribusi Durasi Tidur Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Kurang Tidur 18 40,0
Durasi Tidur
Cukup Tidur 27 60,0
Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar memiliki waktu tidur yang


cukup sebanyak 27 orang (60,0%) dan 18 responden lainnya (40,0%)
memiliki waktu tidur yang kurang.

D. Shift Kerja
Tabel 5. 9 Distribusi Shift Kerja Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Pagi 16 37,8
Shift Kerja Siang 16 33,3
Malam 13 28,9
Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar merupakan personel pada


shift pagi dan siang masing-masing sebanyak 16 orang (33,3%), lalu
pada shift malam sebanyak 13 orang (28,9%).
37

E. Durasi Kerja
Tabel 5. 10 Distribusi Durasi Kerja Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Normal 23 51,1
Durasi Kerja
Tidak Normal 22 48,9

Total 45 100

Dari 45 responden, sebagian besar personel bekerja dengan


durasi kerja normal (≤8 jam) sebanyak 23 orang (51,1%). Lalu sebanyak
22 orang (48,9%) bekerja dengan durasi kerja yang tidak normal (>8 jam
perhari).

F. Kelelahan Kerja
Tabel 5. 11 Distribusi Tingkat Kelelahan Kerja Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Rendah 16 35,6
Kelelahan
Sedang 29 64,4
Kerja
Tinggi 0 0
Total 45 100

Dari 45 responden, diketahui sebagian besar terdistribusi pada


tingkat kelelahan kerja sedang, yaitu sebanyak 29 orang (64,4%). Lalu
16 responden lainnya (35,6%) berada pada tingkat kelelahan kerja
rendah dan pada tingkat kelelahan tinggi berjumlah 0 orang (0%).

5.2.4 Hasil Analisa Bivariat


Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara variabel bebas yaitu usia, masa kerja, durasi tidur, shift
kerja, dan durasi kerja dengan variabel terikat yaitu kelelahan kerja.
38

A. Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja

Tabel 5. 12 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja Personel

Tingkat Kelelahan
Total p- 95%
Usia Rendah Sedang PR
value CI
n % n % n %
≤35 tahun 11 24,5 9 20,0 20 44,4 1.309-
0,034 2,75
>35 tahun 5 11,1 20 44,4 25 55,6 18.260
Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Tabel 5.12 menunjukkan proporsi hubungan antara variabel usia


dengan tingkat kelelahan kerja. Dari 24 responden yang berusia ≤35
tahun, sebanyak 11 orang (24,5%) mengalami kelelahan kerja rendah
dan 9 orang lainnya (20,0%) mengalami kelelahan kerja sedang.
Sementara itu dari 21 responden yang berusia >35 tahun, sebanyak 5
(11,1%) orang mengalami kelelahan kerja rendah dan 20 orang lainnya
(44,4%) mengalami kelelahan kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p<0,05 yang
berarti terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kelelahan kerja
yang dialami personel. Dengan nilai PR=2,75 > 1 yang artinya bahwa
usia merupakan faktor risiko dari kelelahan yang dialami personel,
dimana personel yang berusia >35 tahun memiliki peluang risiko 2,75
kali lebih besar mengalami kelelahan kerja sedang.

B. Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Tabel 5. 13 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Personel

Tingkat Kelelahan
Total p- 95%
Masa Kerja Rendah Sedang PR
value CI
n % n % n %
Baru 9 20,0 8 17,8 19 42,2 0.938-
0,115 0,379
Lama 7 15,6 21 46,6 26 57,8 12.140
Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Tabel 5.13 menunjukkan proporsi hubungan antara variabel


masa kerja dengan kelelahan kerja. Dari 19 responden yang tergolong
dalam masa kerja baru, sebanyak 9 orang (20,0%) mengalami kelelahan
rendah dan 8 orang (17,8%) mengalami kelelahan sedang. Sementara
39

itu dari 26 responden yang tergolong dalam masa kerja lama, sebanyak
7 orang (15,6%) berada pada tingkat kelelahan kerja rendah dan 21
orang (46,6%) berada pada tingkat kelelahan kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p>0,05 yang
artinya tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan tingkat
kelelahan kerja yang dialami personel. Dengan nilai PR<1 dan nilai 1
berada di antara nilai 95% CI yang artinya H0 diterima dan masa kerja
bukanlah faktor risiko kelelahan kerja yang dialami personel.

C. Hubungan Durasi Tidur dengan Kelelahan Kerja

Tabel 5. 14 Hubungan Durasi Tidur dengan Kelelahan Kerja Personel

Tingkat Kelelahan
Durasi Total p- 95%
Rendah Sedang PR
Tidur value CI
n % n % n %
Kurang Tidur 4 8,9 14 31,1 18 40,0 0,093-
0,227 0,5
Cukup Tidur 12 26,7 15 33,3 27 60,0 1,372
Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Tabel 5.14 menunjukkan proporsi hubungan antara variabel


durasi tidur dengan kelelahan kerja. Dari 18 responden yang memiliki
waktu tidur yang kurang, sebanyak 4 orang (8,9%) mengalami
kelelahan rendah dan 14 orang (31,1%) mengalami kelelahan sedang.
Sementara itu dari 27 responden yang memiliki waktu tidur yang cukup,
sebanyak 12 orang (26,7%) mengalami kelelahan kerja rendah dan 15
orang (33,3%) mengalami kelelahan kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p>0,05 yang
artinya tidak terdapat hubungan antara durasi tidur dengan tingkat
kelelahan kerja yang dialami personel. Dengan nilai PR<1 dan nilai 1
berada di antara nilai 95% CI yang artinya H0 diterima dan durasi tidur
bukanlah faktor risiko kelelahan kerja yang dialami personel.
40

D. Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja

Tabel 5. 15 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja

Tingkat Kelelahan p-
Total
Shift Kerja Rendah Sedang value
n % n % n %
Pagi 8 17,8 8 17,8 16 35,5
Siang 6 13,3 10 22,2 16 35,5 0,150
Malam 2 4,5 11 24,4 13 29,0
Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Tabel 5.15 menunjukkan proporsi hubungan antara variabel shift


kerja dengan kelelahan kerja. Dari 16 responden yang bekerja pada shift
pagi, sebanyak 8 orang (17,8%) mengalami kelelahan rendah dan 8
orang (17,8%) mengalami kelelahan sedang. Dari 16 responden yang
bekerja pada shift siang, sebanyak 6 orang (13,3%) mengalami
kelelahan rendah dan 10 orang (22,2%) mengalami kelelahan sedang.
Sementara itu dari 13 responden yang bekerja pada shift malam,
sebanyak 2 orang (4,5%) mengalami kelelahan rendah dan 11 orang
(24,4%) mengalami kelelahan sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p>0,05 yang
artinya tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan tingkat
kelelahan kerja yang dialami personel.

E. Hubungan Durasi Kerja dengan Kelelahan Kerja

Tabel 5. 16 Hubungan Durasi Kerja dengan Kelelahan Kerja

Tingkat Kelelahan
Total p- 95%
Durasi Kerja Rendah Sedang PR
value CI
n % n % n %
Normal 12 26,7 11 24,4 23 51,1 1,263-
0,038 2,888
Tidak Normal 4 8,9 18 40,0 22 48,9 19,081
Total 16 35,6 29 64,4 45 100

Tabel 5.16 menunjukkan proporsi hubungan antara variabel


durasi kerja dengan kelelahan kerja. Dari 23 responden yang bekerja
dengan waktu normal (≤8 jam) dalam sehari, sebanyak 12 orang
(26,7%) mengalami kelelahan rendah dan 11 orang (24,4%) mengalami
kelelahan sedang. Sementara itu dari 22 responden yang bekerja dengan
41

durasi kerja yang tidak normal (>8 jam) dalam sehari, sebanyak 4 orang
(8,9%) mengalami kelelahan kerja rendah dan 18 orang (40,0%)
mengalami kelelahan kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p<0,05 yang
artinya terdapat hubungan antara durasi kerja dengan tingkat kelelahan
kerja yang dialami personel. Dengan nilai PR= 2,888 > 1 menunjukkan
bahwa durasi kerja merupakan faktor risiko terjadinya kelelahan kerja.
Personel yang bekerja dengan durasi yang tidak normal memiliki
peluang risiko 2,888 kali lebih besar mengalami kelelahan kerja sedang.

F. Hubungan Variabel Penelitian dengan Kelelahan Kerja

Tabel 5. 17 Hubungan Variabel Penelitian dengan Tingkat Kelelahan


Kerja pada Personel Dinas Wide Body Base Maintenance

Kelelahan Kerja
Variabel Rendah Sedang Total p-value
n % n % n %
Usia 0,034
≤35 tahun 11 24,5 9 20,0 20 44,4
>35 tahun 5 11,1 20 44,4 25 55,6
Masa Kerja 0,115
Baru 9 20,0 8 17,8 19 42,2
Lama 7 15,6 21 46,6 26 57,8
Durasi Tidur 0,227
Kurang Tidur 4 8,9 14 31,1 18 40,0
Cukup Tidur 12 26,7 15 33,3 27 60,0
Shift Kerja 0,150
Pagi 8 17,8 8 17,8 16 35,5
Siang 6 13,3 10 22,2 16 35,5
Malam 2 4,5 11 24,4 13 29,0
Durasi Kerja 0,038
Normal 12 26,7 11 24,4 23 51,1
Tidak Normal 4 8,9 18 40,0 22 48,9

Pada tabel 5.17 diatas dapat diketahui bahwa dari lima variabel
independen, hanya 2 variabel yang memiliki hubungan dengan tingkat
kelelahan kerja personel. Adapun variabel-variabel tersebut adalah usia
(p=0,034) dan durasi kerja (p=0,038), sementara variabel masa kerja,
durasi tidur, dan shift kerja tidak memiliki hubungan dengan kelelahan
kerja.
42

5.3 Pembahasan
5.3.1 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara usia dengan tingkat kelelahan pada
personel dinas Wide Body Base Maintenance (TB) di PT GMF AeroAsia
Tbk tahun 2022. Pada tingkat kelelahan sedang sebagian besar dialami oleh
personel dengan usia >35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Utami yang menunjukkan usia berhubungan dengan kelelahan
kerja (nilai p=0,033). Dalam penelitian tersebut, pekerja usia dewasa akhir
lebih banyak mengalami kelelahan tinggi daripada pekerja usia dewasa awal
(46).
Jika dilihat dari aktivitas pekerjaan personel di industri perawatan
pesawat dapat dikatakan cukup berat, karena ketika personel melakukan
pekerjaan perawatan, perbaikan, atau pemeriksaan pesawat, dibutuhkan
ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Dalam menjangkau bagian-bagian
pesawat, personel diharuskan naik dan turun dock, membungkuk, atau
menengadah kepala. Aktivitas pekerjaan inilah yang berpotensi membuat
personel berusia lebih tua mengalami kelelahan yang lebih cepat
dibandingkan dengan personel berusia muda.
Berdasarkan teori, usia seseorang akan berpengaruh pada kondisi
tubuh orang tersebut. Individu yang berusia muda akan lebih mampu
melakukan pekerjaan berat, sementara orang yang berusia lanjut atau
termasuk dewasa akhir akan merasa cepat lelah (47). Seiring dengan
bertambahnya usia, kekuatan otot akan menurun dan berdampak pada
terjadinya perasaan lelah ketika melakukan pekerjaan (27).

5.3.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja


Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada personel dinas
Wide Body Base Maintenance di PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022. Hal
ini sejalan dengan penelitian Chin Hoy yang menunjukkan tidak adanya
hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
operator air traffic controller dengan nilai p=0,055 lebih besar dari nilai
43

α=0,05 dimana sebagian besar responden yang mengalami kelelahan adalah


responden dengan masa kerja lama (14).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji Chi
Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan
kelelahan kerja. Namun kelelahan kerja dialami oleh sebagian besar
personel dengan masa kerja lama. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Kusgiyanto bahwa lamanya masa kerja dapat berdampak positif dan negatif
terhadap pekerja itu sendiri. Semakin lama seseorang bekerja dapat
berpotensi timbulnya rasa lelah dan bosan, terlebih jika aktivitas pekerjaan
yang monoton dan berulang (31). Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Arfan yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara
masa kerja dengan kelelahan pekerja dikarenakan masa kerja hanya
menggambarkan lama kerja seseorang telah bekerja dalam beberapa tahun
(48).

5.3.3 Hubungan Durasi Tidur dengan Kelelahan Kerja


Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara durasi tidur dengan tingkat
kelelahan pada personel. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Marselina yang menunjukkan durasi tidur tidak berhubungan
signifikan dengan kelelahan kerja (nilai p=0,750) (27).
Tidak adanya hubungan antara durasi tidur dengan kelelahan kerja
pada penelitian ini diasumsikan karena personel dengan waktu tidur yang
cukup belum tentu memperoleh kualitas tidur yang baik, begitu juga
sebaliknya. Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa
walaupun jumlah jam tidur normal adalah 6-9 jam sehari, namun individu
dengan jumlah jam tidur 4 jam sehari tetap merasa memiliki kepuasan dan
kualitas tidur yang baik (49). Buruknya kualitas tidur dapat berdampak pada
menurunnya konsentrasi, kelelahan, obesitas, gangguan metabolisme,
menurunnya motivasi dan efisiensi kerja (33).

5.3.4 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja


Berdasarkan hasil uji secara statistik menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada personel dinas
44

TB di PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022. Pada tingkat kelelahan sedang


terdistribusi pada kelompok responden shift malam. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Yulenda yang menunjukkan shift kerja tidak
berhubungan dengan kelelahan pada petugas Air Traffic Controller Bandara
Soekarno Hatta dengan nilai p=0,354 (50).
Tidak adanya hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja
pada penelitian ini diasumsikan karena adanya sistem rolling shift. Jika
personel hari ini bertugas pada shift pagi, maka besok personel bertugas
pada shift siang, dan lusa pada shift malam, kemudian personel
mendapatkan waktu libur 2 hari sebelum masuk kembali berdasarkan shift
awal. Dengan adanya sistem rolling shift yang jelas maka personel dapat
mengelola rasa kelelahan dengan memanfaatkan waktu istirahat dengan
baik. Berdasarkan teori, shift kerja memberikan dampak negatif terhadap
aktivitas pekerjaan seperti berkurangnya waktu tidur, menurunnya aktivitas
fisik akibat kondisi lelah dan mengantuk, nafsu makan berkurang, hingga
gangguan pencernaan (27). Pengaturan shift kerja yang tidak tepat dan
terlalu panjang dapat berakibat pada terjadinya kelelahan kerja (51).

5.3.5 Hubungan Durasi Kerja dengan Kelelahan Kerja


Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara durasi kerja dengan kelelahan kerja pada
personel dinas TB di PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022. Pada tingkat
kelelahan sedang terdistribusi pada kelompok responden dengan durasi
kerja tidak normal (>8 jam sehari). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Narpati yang menunjukkan durasi kerja berhubungan dengan
kelelahan pada pekerja bagian produksi (nilai p=0,003). Pada penelitian
tersebut, mayoritas yang mengalami kelelahan kerja berat adalah pekerja
dengan durasi kerja diatas normal (17).
Berdasarkan teori, durasi kerja dapat berdampak pada kelelahan
kerja terutama kelelahan kronis. Semakin lama individu bekerja di
lingkungan kerja yang kurang nyaman, maka seiring waktu akan semakin
bertambah potensi terjadinya kelelahan pada orang tersebut (52). Pada
umumnya waktu bekerja yang baik dalam sehari adalah 6-8 jam, lalu 16-18
45

jam sisanya digunakan untuk istirahat, tidur, kehidupan sosial dan lainnya.
Jam kerja yang lebih panjang biasanya tidak diikuti efisiensi yang tinggi dan
justru mengurangi produktivitas dan cenderung menyebabkan kelelahan,
penyakit, dan kecelakaan kerja (53).
Pengukuran kelelahan kerja dilakukan bersifat subjektif dan hasil
pengukuran didapatkan dari skoring hasil jawaban kuesioner oleh
responden. Hal ini menjadi kekurangan dalam penelitian ini dikarenakan
adanya peluang terjadinya bias informasi akibat jawaban yang diberikan
responden belum sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada personel di dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1) Sebagian besar personel mengalami tingkat kelelahan kerja sedang sebanyak 29
orang.
2) Terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kelelahan pada personel dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
3) Tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
personel dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun
2022.
4) Tidak terdapat hubungan antara durasi tidur dengan kelelahan pada personel
dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
5) Tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada personel
dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
6) Terdapat hubungan antara durasi kerja dengan kelelahan pada personel dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada personel dinas Wide
Body Base Maintenance di PT GMF AeroAsia Tbk, beberapa rekomendasi yang
diberikan adalah sebagai berikut.
6.2.1 Bagi Perusahaan
1) Melaksanakan training atau sosialisasi kepada setiap pekerja terkait
manajemen kelelahan dan kewaspadaan dalam bekerja, terutama bagi
pekerja dengan usia >35 tahun. Sehingga pekerja dapat meningkatkan
awareness dan memahami cara mengatasi kelelahan.
2) Menyediakan fasilitas yang memadai bagi karyawan untuk digunakan
istirahat atau napping saat jam istirahat. Hal ini ditujukan untuk
memastikan setiap karyawan mendapatkan waktu istirahat dan tidur
yang cukup.

46
47

3) Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui jadwal kerja


yang sebenarnya dari para personel yang tergolong kelelahan tidak aman
dan cukup aman. Hal ini untuk memvalidasi jawaban kuesioner yang
diberikan.
4) Melakukan penyesuaian jadwal kerja bagi personel seperti membatasi
durasi dalam satu shift kerja maksimal selama 12 jam dan total waktu
lembur maksimal 13 jam dalam seminggu.
5) Jika memungkinan, sebaiknya critical task dilakukan pada awal shift,
hindari melakukan critical task pada waktu dimana personel berpotensi
mengalami kelelahan tinggi. Dengan begitu diharapkan dapat
meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan akibat kelelahan.

6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya


1) Melakukan penelitian terkait kelelahan kerja di dinas lain di PT GMF
AeroAsia Tbk, terutama pada saat peak season untuk mengetahui
perbandingan tingkat kelelahan kerja dengan dinas lain.
2) Melakukan penelitian terhadap faktor lingkungan kerja yang mungkin
berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja yang dialami personel.
3) Apabila akan melakukan pengukuran kelelahan kerja di PT GMF
AeroAsia Tbk, akan lebih baik jika menggunakan alat Lakassidaya agar
kemungkinan terjadinya bias data menjadi lebih kecil dibandingkan
menggunakan instrumen kuesioner.
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik. Statistical Yearbook of Indonesia. 2022.


2. Indonesia Aircraft Maintenance Services Association. Member IAMSA
[Internet]. [cited 2022 Apr 24]. Available from:
https://www.iamsa.or.id/member-iamsa/
3. Deny S. Industri Perawatan Pesawat RI Butuh Ribuan SDM Setiap Tahun. 2016
Apr 1;
4. Wahyuni A, Rasman, Khaer A. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja Industri Mebel di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Jurnal
Sulolipu. 2021;21(2):357–60.
5. Suryaatmaja A, Eka Pridianata V. Hubungan antara Masa Kerja, Beban Kerja,
Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja di PT Nobelindo Sidoarjo. Journal
of Health Science and Prevention. 2020;4(1):14–22.
6. Komalig MR, Mamusung N. Hubungan antara Umur dan Shift Kerja dengan
Kelelahan Kerja pada Petugas Karcis Parkir Kawasan Megamas Kota Manado.
The Indonesian Journal of Health Promotion. 2020;3(1).
7. Dewi BM. Hubungan antara Motivasi, Beban Kerja, dan Lingkungan Kerja
dengan Kelelahan Kerja. The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health. 2018;7(1):21.
8. Apriliani, Linda O, Astuti NH. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kelelahan Kerja pada Petugas Pemadam Kebakaran di Suku Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan. ARKESMAS (Arsip Kesehatan
Masyarakat). 2019;4(1):162–7.
9. International Labour Organization. Improving the Safety and Health of Young
Workers. Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional; 2018.
10. International Labour Organization. ILO dan Kementerian Ketenagakerjaan
sambut Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sedunia 2022 dengan
Mendorong Kolaborasi Multi-pihak. Press Release. 2022 Mar 28;
11. Rahayu RP, Effendi L. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
di Department Area Produksi MCD, Plant M, PT “X” Tahun 2017.
Environmental Occupational Health and Safety Journal. 2017;1(1).
12. Komite Nasional Keselamatan Transportasi. Laporan Statistik Investigasi

48
Kecelakaan Transportasi 2021 Semester II. Jakarta; 2021.
13. Safira ED, Pulungan RM, Arbitera C. Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT.
Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) Priok.
Jurnal Kesehatan. 2020;11(2):265.
14. Hoy C. Kelelahan Kerja pada Operator Air Traffic Controller di Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar. Universitas Hasanuddin; 2020.
15. Transport Canada. Fatigue Risk Management in Aviation Maintenance : Current
Best Practices and Potential Future Countermeasures Federal Aviation
Administration.
16. Maulani HA, Sukismanto, Yuningrum H, Nugroho A. Shift Kerja dan Masa Kerja
Terhadap Kelelahan Kerja pada Pengemudi Angkutan Batu Bara. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2020;1(1).
17. Narpati JR, Ekawati, Ida W. Hubungan Beban Kerja Fisik, Frekuensi Olahraga,
Lama Tidur, Waktu Istirahat dan Waktu Kerja dengan Kelelahan Kerja (Studi
Kasus pada Pekerja Laundry Bagian Produksi di CV.X Tembalang, Semarang).
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2019;7(1):337–44.
18. Sihotang KMS, Amalia R, Hardy FR, Maharani FT. Hubungan Faktor Pekerjaan
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Lapangan Proyek Pembangunan Gedung
PT. X di Jakarta Pusat Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2021;9(5).
19. International Labour Organization. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan
Pekerja Muda. 2018.
20. Presiden RI. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2012.
21. PT GMF AeroAsia Tbk. Pengetahuan dan Informasi Safety: ECAST sebagai
Referensi Budaya Keselamatan. 2018.
22. Hutahaean C. Hubungan Durasi Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Kecamatan Laguboti Tahun 2018.
Universitas Sumatera Utara; 2018.
23. International Civil Aviation Organization. Doc 9966 Manual for the Oversight of
Fatigue Management Approaches. Second Edi. 2016.
24. Ariani H. Manfaat Jus Jeruk Manis (Citrus Sinensis) untuk Menurunkan
Kelelahan Kerja di PT. Aseli Dagadu Djokdja. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta;
2019.

49
25. Prabandari HR. Penilaian Risiko Distal Upper Extremity pada Pekerjaan
Pembuatan Kain Tenun Dengan Metode Job Strain Index (JSI) dan Loading On
The Upper Body Assessment (LUBA). Universitas Muhammadiyah Malang;
2020.
26. National Institute of General Medical Sciences. Circadian Rhythms. 2020.
27. Marselina AS. Hubungan Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan dengan Tingkat
Kelelahan Kerja pada Pengemudi Truk Tangki BBM di PT X Jakarta Tahun
2019. Universitas Binawan; 2019.
28. Naimah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Karyawan di
PT. Kondang Buana Asri Tahun 2020. Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al Banjari; 2020.
29. Rahmawati R, Afandi S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Perawat di RSUD Bangkinang Tahun 2019. PREPOTIF Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2019;3(2).
30. S ADL, Batara AS, Mutthalib NU. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Karyawan di PT Sumber Graha Sejahtera Luwu. Window of Public
Health Journal. 2021;2(4).
31. Suryaatmaja A, Pridianata VE. Hubungan antara Masa Kerja, Beban Kerja,
Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja di PT Nobelindo Sidoarjo. Journal
of Health Science and Prevention. 2020;4(1).
32. Malik I, Hardi I, Abbas HH. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) Makassar. Window of Public Health
Journal. 2021;1(5).
33. Dahlan A, Widanarko B. Analisis Kecukupan Tidur, Kualitas Tidur, dan
Olahraga dalam Memulihkan Kelelahan Akut dan Kronis pada Pekerja Migas-X.
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2022;6(1).
34. Amalia I. Analisa Hubungan Status Gizi dan Riwayat Penyakit dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja di PT. X. Medical Technology and Public Health Journal.
2019;3(2).
35. Natizatun, Nurbaeti TS, Sutangi. Hubungan Status Gizi dan Asupan Zat Gizi
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri di Industri Rumah Tangga
Peleburan Alumunium Metal Raya Indramayu Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2018;3(2).

50
36. Rosmalina H. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja pada Pekerja Laundry
di Sepanjang Jalan Dr. Mansyur Medan Tahun 2019. Universitas Sumatera Utara;
2019.
37. Usman S, Yuliani I. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Karyawan Produksi PT Gerbang Sarana Baja Jakarta Utara. Journal
Educational of Nursing. 2019;2(1).
38. Marhaensa BP, Setyaningsih Y, Kurniawan B. Studi Kelelahan Kerja Subyektif
pada Pekerja Sektor Informal: Kajian Pustaka. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2020;8(6).
39. Surbakti AS. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Inspeksi Peralatan Pesawat Angkat dan Angkut Crane di PT. Mega Persada
Utama Tahun 2020. 2020.
40. Mukarromah AL. Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Swamedikasi pada Masyarakat Kelurahan Prenggan
Kotagede. Universitas Islam Indonesia; 2019.
41. Seliyanto MH. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Perilaku Tidak Aman
Tenaga Kerja di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2019.
42. Rohmah DA. Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan
Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Magelang. Universitas
Islam Indonesia; 2019.
43. Nurdianawati I. Pengaruh Kebebasan dalam Bekerja dan Toleransi akan Risiko
Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2017-
2018. Universitas Jambi; 2021.
44. Wikipedia. GMF AeroAsia [Internet]. 2022 [cited 2022 Apr 7]. Available from:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/GMF_AeroAsia
45. PT GMF AeroAsia Tbk. Other Facilities [Internet]. Facilities. Available from:
https://www.gmf-aeroasia.co.id/other-facilities
46. Utami NN, Riyanto H, Evendi HA. Hubungan Antara Usia dan Masa Kerja
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Rumah Tangga Peleburan
Alumunium di Desa Eretan Kulon Kabupaten Indramayu. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2018;3(2).
47. Wahyuni D, Indriyani. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja

51
pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Antam Tbk. UBPP Logam Mulia. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 2019;11(1).
48. Arfan I, Firdaus R. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. 2020;9(4):232–8.
49. Nugroho DSD. Hubungan Jenis Kopi Terhadap Kualitas Tidur pada Mahasiswa
di Universitas Ponorogo. Universitas Muhammadiyah Ponorogo; 2019.
50. Yulenda GG. Hubungan Shift Kerja dan Lama Kerja dengan Kelelahan Petugas
Air Traffic Controller (ATC) di Tower ATC Bandara Soekarno Hatta. Ruwa
Jurai. 2018;12(2).
51. Giswarani A. Hubungan antara Karakteristik Individu, Beban Kerja dan Shift
Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
Pelabuhan Kota Kota Parepare Tahun 2021. Universitas Hasanuddin; 2021.
52. Andriani AE. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pembangunan Jembatan Ploso Jombang. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun; 2021.
53. Maulina N, Syafitri L. Hubungan Usia, Lama Bekerja, dan Durasi Kerja dengan
Keluhan Kelelahan Mata pada Penjahit Sektor Usaha Informal di Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2018. Jurnal Averrous. 2019;5(2).

52

Anda mungkin juga menyukai