Oleh:
MELIZHA HANDAYANI
NPM 01180000019
ii
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam tulisan tugas akhir saya yang
berjudul:
Apabila suatu saat saya terbukti melakukan tindakan plagiat maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya.
Melizha Handayani
iii
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
SKRIPSI, SEPTEMBER 2022
MELIZHA HANDAYANI
NPM 01180000019
ABSTRAK
Kelelahan kerja merupakan keadaan dimana kemampuan performa fisik atau
mental berkurang dan dapat berdampak pada terjadinya kecelakaan. Berdasarkan hasil
wawancara di PT GMF AeroAsia Tbk, terdapat sejumlah personel yang memiliki jam
kerja selama 12 jam sehari dimana hal ini dapat memicu terjadinya kelelahan kerja yang
tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan
faktor pekerjaan dengan tingkat kelelahan yang dialami personel di dinas Wide Body
Base Maintenance (TB) PT GMF AeroAsia Tbk. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif
observasional dengan desain studi cross-sectional. Total sampel sebanyak 45 responden
yang dipilih dengan metode proportionate random sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner IFRC dan analisa data menggunakan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukkan mayoritas personel Dinas Wide Body Base Maintenance
mengalami tingkat kelelahan kerja sedang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa usia
(p= 0,034) dan durasi kerja (p= 0,038) memiliki hubungan dengan tingkat kelelahan
kerja personel. Sementara variabel masa kerja (p= 0,115), durasi tidur (p= 0,227), dan
shift kerja (p= 0,150) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan kerja
pada personel Dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
Dapat disimpulkan bahwa faktor individu yang berhubungan dengan kelelahan kerja
personel adalah usia, sementara faktor pekerjaan yang berhubungan adalah durasi kerja.
Oleh karena itu perusahaan disarankan untuk membatasi jam kerja dalam satu shift
menjadi kurang dari 12 jam dan total waktu lembur maksimal 13 jam dalam seminggu.
iv
UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF INDONESIA MAJU
UNDERGRADUATE THESIS, SEPTEMBER 2022
MELIZHA HANDAYANI
NPM 01180000019
ABSTRACT
Work fatigue is a condition where the ability of physical or mental performance
is reduced and it can be impact on the occurrence of incidents. Based on the interview
results at PT GMF AeroAsia Tbk, there are a number of personnel who work 12 hours
a day which can trigger high work fatigue. The aim of this study was to determine the
correlation between individual factors and work-related factors with work fatigue levels
in Wide Body Base Maintenance (TB) PT GMF AeroAsia Tbk. This study used a cross-
sectional approach of quantitative observations. Total sample was 45 respondents with
sampling method used is proportionate random sampling. Data was collected using a
questionnaire and data analysis was performed using the chi square test. The results
showed that the most personnel of Division A experienced a moderate level of fatigue.
The statistical test results showed there is significant correlation between age (p=
0,034) and duration of work (p=0,038) with work fatigue levels. While the variables of
working period (p=0,115), sleep duration (p=0,227), and work shift (p=0,150) did not
have a significant correlation with fatigue levels on personnel of Wide Body Base
Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk 2022. Individual factor correlated with work
fatigue is age, while the work-related factor is the duration of work. Therefore,
companies are advised to limit working hours in one shift to less than 12 hours and the
total overtime is a maximum of 13 hours a week.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan dengan Tingkat Kelelahan Kerja di Dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk Tahun 2022”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Astrid Novita, SKM. MKM selaku Rektor Universitas Indonesia Maju
(UIMA)
2. Susaldi, S.ST. M.Biomedik selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
Universitas Indonesia Maju (UIMA)
3. Dr. Rindu, SKM. M.Kes selaku Wakil Rektor II Bidang Non Akademik
Universitas Indonesia Maju (UIMA)
4. Nina, SKM. M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia
Maju (UIMA)
5. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep. M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
6. Agustina Sari, S.ST, M. Kes selaku Koordinator Program Studi Sarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Maju (UIMA)
7. Cici Demiyati, SKM. M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan
skripsi.
8. Istiana Kusumastuti, S.ST, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi.
9. Seluruh personel, manajer, dan staff di PT GMF AeroAsia Tbk yang telah
memberikan kesempatan, masukan, dan bantuannya selama pelaksanaan
kegiatan magang hingga penelitian tugas akhir.
10. Seluruh staff dosen pengajar di Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang telah
berkenan membuka wawasan ilmu pengetahuan kepada penulis.
vi
11. Keluarga terutama Mama yang telah banyak memberikan do’a, semangat,
bantuan, dan menjadi motivasi selama kuliah.
12. Teman-teman OTW Halal (Devi, Kila, Firas, Tita, Riris) yang selalu support
satu sama lain sejak awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman ISMKMI Jakarta Raya yang telah membersamai selama
kurang lebih dua tahun dan memberikan banyak insight baru yang tidak
pernah penulis dapatkan di kampus.
14. Teman-teman diluar kampus UIMA lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan
skripsi.
15. Last but not least, I wanna thank me. I wanna thank me for believin’ in me,
for doin’ all this hard work, for having no days off, and never quitting. You
did well, Mel and welcome to the real world!
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas segala kebaikan pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi dan semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi pembangunan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT .......................................................................... 20
3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 20
3.1.1 Tujuan Umum ................................................................................ 20
3.1.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 20
3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 20
3.2.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 20
3.2.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 21
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................... 22
4.1 Jenis Penelitian........................................................................................... 22
4.2 Prosedur Penelitian dan Tahapan Penelitian .............................................. 22
4.2.1 Langkah-Langkah Penelitian ......................................................... 22
4.3.2 Definisi Operasional....................................................................... 24
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 26
4.5.1 Populasi .......................................................................................... 26
4.5.2 Sampel ............................................................................................ 26
4.5.3 Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 27
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 28
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.................................................... 28
4.8 Pengolahan Data ........................................................................................ 28
4.9 Analisis Data .............................................................................................. 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 31
5.1 Uji Instrumen ............................................................................................. 31
5.1.1 Uji Validitas ................................................................................... 31
5.1.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 32
5.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 32
5.2.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 32
5.2.2 Karakteristik Responden ................................................................ 34
5.2.3 Hasil Analisa Univariat .................................................................. 35
5.2.4 Hasil Analisa Bivariat .................................................................... 37
5.3 Pembahasan................................................................................................ 42
5.3.1 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja ....................................... 42
5.3.2 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja ............................ 42
ix
5.3.3 Hubungan Durasi Tidur dengan Kelelahan Kerja .......................... 43
5.3.4 Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja ............................. 43
5.3.5 Hubungan Durasi Kerja dengan Kelelahan Kerja .......................... 44
BAB VI PENUTUP ...................................................................................................... 46
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 46
6.2 Saran .......................................................................................................... 46
6.2.1 Bagi Perusahaan ............................................................................. 46
6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 48
LAMPIRAN.................................................................................................................. 53
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Menurut perkiraan ILO, 2,78 juta pekerja meninggal dunia diakibatkan oleh
kecelakaan kerja (13,7%) dan penyakit akibat kerja (86,3%) setiap tahun (9). Data
BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pada Januari sampai dengan
September 2021, ada sebanyak 82 ribu kasus kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia (10). Rata-rata terdapat 414 kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
setiap hari, 27,8% diantaranya sebabkan oleh tingkat kelelahan yang cukup tinggi
(11). Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat
pada semester II tahun 2021, penyebab utama kecelakaan penerbangan adalah
faktor manusia yaitu sebesar 32,75% (12).
Kelelahan kerja dapat terjadi karena aspek eksternal dan internal. Aspek
internal diantaranya gender, usia, status gizi, kualitas tidur, dan kebiasaan merokok
Sementara aspek eskternal meliputi beban kerja, periode kerja, shift kerja, serta
lingkungan kerja (13). Menurut Kuswana, penyebab kelelahan kerja dapat berkaitan
dengan pekerjaan, gaya hidup, atau gabungan keduanya (14). Sementara itu,
kelelahan kerja di bidang pemeliharaan pesawat dapat terjadi karena faktor individu
maupun faktor terkait pekerjaan. Faktor individu meliputi usia, masa kerja, gender,
durasi tidur, kehidupan sosial dan keluarga, dan lainnya. Sementara faktor terkait
pekerjaan meliputi durasi kerja, waktu istirahat, jenis pekerjaan, beban kerja, dan
lingkungan kerja (15).
Pekerja yang berusia tua (>40 tahun) cenderung lebih cepat lelah
dibandingkan pekerja yang lebih muda. Hal ini dikarenakan adanya penurunan
kekuatan otot akibat akumulasi asam laktat dalam otot (6). Selain itu, masa kerja
seseorang berkaitan dengan terjadinya kelelahan, hal ini disebabkan adanya batas
daya tahan tubuh terhadap proses kerja yang dilakukan sehingga menyebabkan
kelelahan (16). Selain itu kelelahan kerja juga lebih sering dirasakan oleh pekerja
yang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup dari yang dibutuhkan (17).
Beberapa faktor pekerjaan yang menjadi penyebab timbulnya kelelahan
pada pekerja yaitu shift kerja dan durasi kerja. Kondisi tubuh pada saat bekerja tentu
akan berbeda pada shift pagi dengan shift malam. Hal ini berhubungan dengan ritme
sirkadian, dimana saat malam hari umumnya digunakan untuk beristirahat. Namun
saat bekerja, maka memaksa tubuh untuk mengikutinya dan akibatnya pekerja
rentan mengalami kelelahan yang lebih tinggi (16). Bekerja melebihi waktu kerja
yang optimal juga dapat menyebabkan berbagai masalah seperti kelelahan,
3
disebut dengan long shift yang disebabkan adanya jam kerja lembur, dimana hal ini
dapat memicu terjadinya kelelahan pada personel tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian terkait faktor individu
serta faktor pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja personel
perlu untuk dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apa sajakah
faktor individu dan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat kelelahan
kerja pada personel di dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia
Tbk?” Melalui penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor tersebut yang meliputi
faktor individu seperti usia, masa kerja dan durasi tidur, serta faktor pekerjaan
seperti shift kerja dan durasi kerja. Diharapkan melalui penelitian ini dapat
memberikan gambaran bagi perusahaan dalam menentukan upaya mitigasi
terhadap kelelahan kerja pada personel di dinas Wide Body Base Maintenance PT
GMF AeroAsia Tbk.
2 Estu Triana, Ekawati, Kuesioner Uji Chi- Lama tidur dan masa
Ida Wahyuni (2017) IFRC square dan kerja tidak
(International uji alternatif berhubungan dengan
“Hubungan status gizi, Fatigue Fisher kelelahan kerja.
lama tidur, masa kerja, Research probability
dan beban kerja dengan Committee) exact test
kelelahan kerja pada
mekanik di PT X Plant
Jakarta”
3 Gin Gin Yulenda (2018) Kuesioner Uji chi-suare Shift kerja dan lama
kerja tidak
“Hubungan shift kerja berhubungan dengan
dan lama kerja dengan kelelahan petugas
kelelahan petugas air ATC.
traffic controller (ATC)
di Tower ATC Bandara
Soekarno Hatta”
unit Quality, Health and Safety (TUK) pada bulan Mei 2022, terdapat kejadian
kecelakaan kerja di dinas produksi yang menyebabkan luka pada tangan seorang
pekerja. Hal ini disebabkan karena human factor, dimana kelelahan dapat menjadi
salah satu faktor penyebabnya.
Lalu berdasarkan hasil wawancara dengan manajer dan personel lapangan,
terdapat sejumlah personel dengan jam kerja yang panjang yaitu selama 12 jam
dalam sehari. Dimana dengan durasi kerja yang panjang dapat memicu seseorang
untuk mengalami kelelahan kerja yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan masih terbatasnya penelitian
mengenai faktor kelelahan kerja di bidang aviasi khususnya pada personel di PT.
GMF AeroAsia Tbk, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara faktor individu dan faktor pekerjaan dengan tingkat kelelahan
kerja personel di dinas Wide Body Base Maintenance pada tahun 2022.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4) Menguap
5) Tidak fokus
6) Merasa ngantuk
7) Mata terasa berat
8) Terasa kaku saat bergerak
9) Tidak stabil saat berdiri
10) Perasaan ingin berbaring saat bekerja
B. Pelemahan Motivasi
1) Sulit untuk berpikir
2) Merasa lelah untuk bicara
3) Gugup
4) Sulit berkonsentrasi
5) Sulit untuk memusatkan perhatian
6) Mudah melupakan sesuatu
7) Kurangnya kepercayaan diri
8) Cemas
9) Sulit dalam mengontrol sikap
10) Tidak tekun dalam bekerja
C. Gambaran Kelelahan Fisik
1) Sakit kepala
2) Bahu terasa kaku
3) Punggung terasa nyeri
4) Sesak nafas
5) Merasa haus saat bekerja
6) Suara serak
7) Pening
8) Kelopak mata terasa berat
9) Tremor pada anggota badan
10) Perasaan kurang sehat
Selain dengan kuesioner IFRC, pengukuran tingkat atau gejala
kelelahan dapat dilakukan dengan menggunakan skala Samn Perelli Status
Check. Dimana pada skala ini terdapat 7 poin untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif pekerja pada saat dilakukan pengukuran (23).
13
Skala Kondisi
1 Sangat fit dan waspada sepenuhnya
2 Fit, responsif, tapi tidak pada puncaknya
3 Baik, cukup segar
4 Sedikit lelah, kurang segar
5 Cukup lelah
6 Lelah, sulit berkonsentrasi
7 Sangat lelah, sama sekali tidak dapat berkonsentrasi
Sumber: International Association of Oil & Gas Producers, 2019
C. Durasi Kerja
Durasi kerja merupakan lamanya waktu seseorang dalam
melakukan pekerjaan dengan waktu maksimal pada umumnya selama 6-
10 jam. Penambahan durasi kerja yang berlebih dapat berakibat pada
penurunan efektivitas, produktivitas kerja, efisiensi, kelelahan, bahkan
kecelakaan kerja (36). Penelitian yang dilakukan Surbakti menunjukkan
durasi atau lamanya pekerjaan secara signifikan berhubungan dengan
kelelahan kerja pada pekerja inspeksi peralatan angkat dan angkut crane
(39).
1) Usia
2) Jenis Kelamin
Faktor 3) Masa Kerja
Individu 4) Durasi Tidur
5) Status Gizi
6) Riwayat
Penyakit
Kelelahan
Kerja
1) Beban Kerja
Faktor 2) Jenis Pekerjaan
Pekerjaan 3) Durasi Kerja
4) Shift Kerja
pekerjaan yang tidak diteliti yaitu beban kerja dan jenis pekerjaan,
dikarenakan distribusi beban kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan
setiap personel adalah sama.
Variabel yang telah dipilih untuk diteliti selanjutnya dimuat dalam
kerangka konsep pada gambar 2.4 berikut.
Usia
Masa Kerja
Shift Kerja
Durasi Kerja
20
21
22
23
d) Studi Literatur
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menelaah dokumen
perusahaan, artikel ilmiah, skripsi, tesis, serta buku yang berkaitan
dengan topik penelitian.
c. Akhir Penelitian
Pada akhir penelitian ini dilakukan penyajian dan penyusunan
hasil analisis data penelitian.
24
4 Shift Kerja Pergesaran jam kerja Periode waktu kerja untuk Kuesioner Pengisian 1) Shift Pagi Nominal
dari jadwal biasanya setiap kru atau kelompok kuesioner 2) Shift Siang
secara bergiliran antar kerja yang telah ditetapkan 3) Shift Malam
karyawan dalam waktu perusahaan.
24 jam.
5 Durasi Kerja Kurun waktu karyawan Lamanya waktu bekerja Kuesioner Pengisian 1) Normal (≤8 jam perhari) Ordinal
bekerja di suatu tempat responden dalam satu pola kuesioner 2) Tidak Normal (>8 jam
dalam satu hari kerja. kerja. perhari)
(Aziza, 2017)
26
4.5.2 Sampel
Jumlah minimal sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Lemeshow, dikarenakan jumlah populasi yang sangat
besar. Koefisien kepercayaan sebesar 95% dan sampling error 5%, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut (40):
𝛼
𝑍 2 1 − 2 𝑥 (𝑝. 𝑞) 𝑥 𝑁
𝑛= 𝛼
𝑑 2 (𝑁 − 1) + 𝑍 2 1 − 2 𝑥 (𝑝. 𝑞)
0,48 𝑥 505
𝑛=
5,04 + 0,48
242,4
𝑛=
5,52
𝑛 = 43,9
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi (550)
p : estimasi proporsi 50% (0,5)
𝛼
𝑍2 1 − : Z score = 1,96 untuk α=0,05
2
a. Usia:
1 = ≤35 tahun, 2 = >35 tahun
b. Masa kerja:
1 = Baru, 2 = Lama
c. Durasi tidur:
1 = Kurang tidur, 2 = Cukup tidur
d. Shift kerja:
1 = Shift pagi, 2 = Siang, 3 = Shift malam
e. Durasi kerja:
1 = Normal, 2 = Tidak normal
f. Kelelahan kerja:
1 = Rendah, 2 = Sedang
4) Entry
Data yang telah dilakukan scoring dan coding selanjutnya dimasukkan ke
dalam perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS untuk dilakukan pengujian
statistik.
5) Tabulasi
Tahap ini merupakan proses penyusunan atau pengorganisasian data agar
memudahkan dalam penyajian. Selanjutnya dilakukan pengelompokkan data
dalam bentuk tabel untuk memudahkan dalam membaca hasil penelitian.
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Jenis uji ini dipilih karena skala variabel
yang diuji berupa skala kategorik dengan skala kategorik.
a. Jika p value ≤ α (0.05), menunjukkan hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti.
b. Jika p value > α (0.05), menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
32
Dari hasil uji validitas pada tabel 5.1, diketahui bahwa 26 butir
pertanyaan yang berstatus valid dengan nilai r hitung > r tabel. Sementara 4
butir pertanyaan lainnya, yaitu X7 dan X11 memiliki status tidak valid
karena nilai r hitung < r tabel.
Cronbach’s N of items
Alpha
0,877 26
Indonesia. Setelah beberapa kali berpindah lokasi dan berubah nama divisi,
pada tanggal 19 Agustus 2002, Garuda Indonesia melepas Divisi Teknik
Perawatan dan Perbaikan Pesawat dan melembagakannya sebagai PT
Garuda Maintenance Facility AeroAsia. PT GMF AeroAsia didirikan dan
disahkan pada tanggal 25 Juni 2002 (44).
PT GMF AeroAsia mulai mengoperasikan Hangar 4 pada tahun
2015, hangar tersebut menjadi hangar narrowbody terbesar di dunia (14).
Pada bulan Desember tahun 2017, PT GMF AeroAsia resmi merubah nama
menjadi PT GMF AeroAsia Tbk. PT GMF AeroAsia Tbk disertifikasi di
banyak negara termasuk sertifikat European Aviation Safety Agency
(EASA) dan Federal Aviation Administration (FAA). PT GMF AeroAsia
Tbk telah diakui oleh berbagai maskapai penerbangan domestik dan
internasional sebagai sebagai salah satu perusahaan MRO terbaik dan
terbesar.
PT GMF AeroAsia Tbk memiliki luas 115 hektar dengan fasilitas 4
Hangar yang dimanfaatkan untuk kegiatan perawatan pesawat mulai dari A-
check hingga overhaul. Selain itu terdapat fasilitas lainnya seperti
Workshop, Apron, Engine Shop, Taxy Ways, Engine Cell, Run Up Bay,
taman, perkantoran, Central Store, kantin, gudang penyimpanan untuk
material, gedung utility, chemical storage, industrial waste water treatment
facility, training center, dan lainnya (45).
PT GMF AeroAsia Tbk dipimpin oleh seorang direktur utama
(CEO) didukung oleh empat dewan direksi yang terdiri dari Director of
Finance, Director of Line Operation, Director of Business & Base
Operation, dan Director of Human Capital & Corporate Affairs. Masing-
masing dewan direksi tersebut bertanggung jawab pada masing-masing
dinas yang berbeda. Sebagai perusahaan yang ingin bersaing di industri
nasional maupun internasional, PT GMF AeroAsia Tbk memiliki visi “Most
valuable MRO company” dan misi “Integrated and Reliable Maintenance
Solution as a Contribution to the Nation”.
34
B. Jabatan
Tabel 5. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan
Persentase
Jabatan Frekuensi
(%)
Senior Aircraft Maintenance
13 28,9
Technician
Aircraft Maintenance Technician 5 11,1
Aircraft Structure Technician 2 4,4
Manager 7 15,6
Aircraft Cabin Technician 3 6,7
Aircraft Maintenance Engineer 3 6,7
Senior Aircraft Maintenance Engineer 5 11,1
Senior Aircraft Cabin Technician 3 6,7
Senior Aircraft Structure Technician 2 4,4
Senior Aircraft Structure Engineer 1 2,2
Supporting Staff 1 2,2
Total 45 100
C. Gejala Kelelahan
Tabel 5. 5 Distribusi Gejala Kelelahan yang Dialami Responden
Persentase
Gejala Frekuensi
(%)
Sangat fit dan waspada sepenuhnya 5 11,1
Fit, responsif, tapi tidak pada puncaknya 4 8,9
Baik, cukup segar 15 33,3
Sedikit lelah, kurang segar 9 20,0
Cukup lelah 8 17,8
Lelah, sulit berkonsentrasi 3 6,7
Sangat lelah, sama sekali tidak dapat
berkonsentrasi 1 2,2
Total 45 100
B. Masa Kerja
Baru 17 37,8
Masa Kerja
Lama 28 62,2
Total 45 100
C. Durasi Tidur
D. Shift Kerja
Tabel 5. 9 Distribusi Shift Kerja Responden
Pagi 16 37,8
Shift Kerja Siang 16 33,3
Malam 13 28,9
Total 45 100
E. Durasi Kerja
Tabel 5. 10 Distribusi Durasi Kerja Responden
Normal 23 51,1
Durasi Kerja
Tidak Normal 22 48,9
Total 45 100
F. Kelelahan Kerja
Tabel 5. 11 Distribusi Tingkat Kelelahan Kerja Responden
Tingkat Kelelahan
Total p- 95%
Usia Rendah Sedang PR
value CI
n % n % n %
≤35 tahun 11 24,5 9 20,0 20 44,4 1.309-
0,034 2,75
>35 tahun 5 11,1 20 44,4 25 55,6 18.260
Total 16 35,6 29 64,4 45 100
Tingkat Kelelahan
Total p- 95%
Masa Kerja Rendah Sedang PR
value CI
n % n % n %
Baru 9 20,0 8 17,8 19 42,2 0.938-
0,115 0,379
Lama 7 15,6 21 46,6 26 57,8 12.140
Total 16 35,6 29 64,4 45 100
itu dari 26 responden yang tergolong dalam masa kerja lama, sebanyak
7 orang (15,6%) berada pada tingkat kelelahan kerja rendah dan 21
orang (46,6%) berada pada tingkat kelelahan kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p>0,05 yang
artinya tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan tingkat
kelelahan kerja yang dialami personel. Dengan nilai PR<1 dan nilai 1
berada di antara nilai 95% CI yang artinya H0 diterima dan masa kerja
bukanlah faktor risiko kelelahan kerja yang dialami personel.
Tingkat Kelelahan
Durasi Total p- 95%
Rendah Sedang PR
Tidur value CI
n % n % n %
Kurang Tidur 4 8,9 14 31,1 18 40,0 0,093-
0,227 0,5
Cukup Tidur 12 26,7 15 33,3 27 60,0 1,372
Total 16 35,6 29 64,4 45 100
Tingkat Kelelahan p-
Total
Shift Kerja Rendah Sedang value
n % n % n %
Pagi 8 17,8 8 17,8 16 35,5
Siang 6 13,3 10 22,2 16 35,5 0,150
Malam 2 4,5 11 24,4 13 29,0
Total 16 35,6 29 64,4 45 100
Tingkat Kelelahan
Total p- 95%
Durasi Kerja Rendah Sedang PR
value CI
n % n % n %
Normal 12 26,7 11 24,4 23 51,1 1,263-
0,038 2,888
Tidak Normal 4 8,9 18 40,0 22 48,9 19,081
Total 16 35,6 29 64,4 45 100
durasi kerja yang tidak normal (>8 jam) dalam sehari, sebanyak 4 orang
(8,9%) mengalami kelelahan kerja rendah dan 18 orang (40,0%)
mengalami kelelahan kerja sedang.
Berdasarkan hasil uji Chi Square, didapatkan nilai p<0,05 yang
artinya terdapat hubungan antara durasi kerja dengan tingkat kelelahan
kerja yang dialami personel. Dengan nilai PR= 2,888 > 1 menunjukkan
bahwa durasi kerja merupakan faktor risiko terjadinya kelelahan kerja.
Personel yang bekerja dengan durasi yang tidak normal memiliki
peluang risiko 2,888 kali lebih besar mengalami kelelahan kerja sedang.
Kelelahan Kerja
Variabel Rendah Sedang Total p-value
n % n % n %
Usia 0,034
≤35 tahun 11 24,5 9 20,0 20 44,4
>35 tahun 5 11,1 20 44,4 25 55,6
Masa Kerja 0,115
Baru 9 20,0 8 17,8 19 42,2
Lama 7 15,6 21 46,6 26 57,8
Durasi Tidur 0,227
Kurang Tidur 4 8,9 14 31,1 18 40,0
Cukup Tidur 12 26,7 15 33,3 27 60,0
Shift Kerja 0,150
Pagi 8 17,8 8 17,8 16 35,5
Siang 6 13,3 10 22,2 16 35,5
Malam 2 4,5 11 24,4 13 29,0
Durasi Kerja 0,038
Normal 12 26,7 11 24,4 23 51,1
Tidak Normal 4 8,9 18 40,0 22 48,9
Pada tabel 5.17 diatas dapat diketahui bahwa dari lima variabel
independen, hanya 2 variabel yang memiliki hubungan dengan tingkat
kelelahan kerja personel. Adapun variabel-variabel tersebut adalah usia
(p=0,034) dan durasi kerja (p=0,038), sementara variabel masa kerja,
durasi tidur, dan shift kerja tidak memiliki hubungan dengan kelelahan
kerja.
42
5.3 Pembahasan
5.3.1 Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil uji secara statistik diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara usia dengan tingkat kelelahan pada
personel dinas Wide Body Base Maintenance (TB) di PT GMF AeroAsia
Tbk tahun 2022. Pada tingkat kelelahan sedang sebagian besar dialami oleh
personel dengan usia >35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Utami yang menunjukkan usia berhubungan dengan kelelahan
kerja (nilai p=0,033). Dalam penelitian tersebut, pekerja usia dewasa akhir
lebih banyak mengalami kelelahan tinggi daripada pekerja usia dewasa awal
(46).
Jika dilihat dari aktivitas pekerjaan personel di industri perawatan
pesawat dapat dikatakan cukup berat, karena ketika personel melakukan
pekerjaan perawatan, perbaikan, atau pemeriksaan pesawat, dibutuhkan
ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Dalam menjangkau bagian-bagian
pesawat, personel diharuskan naik dan turun dock, membungkuk, atau
menengadah kepala. Aktivitas pekerjaan inilah yang berpotensi membuat
personel berusia lebih tua mengalami kelelahan yang lebih cepat
dibandingkan dengan personel berusia muda.
Berdasarkan teori, usia seseorang akan berpengaruh pada kondisi
tubuh orang tersebut. Individu yang berusia muda akan lebih mampu
melakukan pekerjaan berat, sementara orang yang berusia lanjut atau
termasuk dewasa akhir akan merasa cepat lelah (47). Seiring dengan
bertambahnya usia, kekuatan otot akan menurun dan berdampak pada
terjadinya perasaan lelah ketika melakukan pekerjaan (27).
jam sisanya digunakan untuk istirahat, tidur, kehidupan sosial dan lainnya.
Jam kerja yang lebih panjang biasanya tidak diikuti efisiensi yang tinggi dan
justru mengurangi produktivitas dan cenderung menyebabkan kelelahan,
penyakit, dan kecelakaan kerja (53).
Pengukuran kelelahan kerja dilakukan bersifat subjektif dan hasil
pengukuran didapatkan dari skoring hasil jawaban kuesioner oleh
responden. Hal ini menjadi kekurangan dalam penelitian ini dikarenakan
adanya peluang terjadinya bias informasi akibat jawaban yang diberikan
responden belum sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada personel di dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1) Sebagian besar personel mengalami tingkat kelelahan kerja sedang sebanyak 29
orang.
2) Terdapat hubungan antara usia dengan tingkat kelelahan pada personel dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
3) Tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
personel dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun
2022.
4) Tidak terdapat hubungan antara durasi tidur dengan kelelahan pada personel
dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
5) Tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan kelelahan pada personel
dinas Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
6) Terdapat hubungan antara durasi kerja dengan kelelahan pada personel dinas
Wide Body Base Maintenance PT GMF AeroAsia Tbk tahun 2022.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada personel dinas Wide
Body Base Maintenance di PT GMF AeroAsia Tbk, beberapa rekomendasi yang
diberikan adalah sebagai berikut.
6.2.1 Bagi Perusahaan
1) Melaksanakan training atau sosialisasi kepada setiap pekerja terkait
manajemen kelelahan dan kewaspadaan dalam bekerja, terutama bagi
pekerja dengan usia >35 tahun. Sehingga pekerja dapat meningkatkan
awareness dan memahami cara mengatasi kelelahan.
2) Menyediakan fasilitas yang memadai bagi karyawan untuk digunakan
istirahat atau napping saat jam istirahat. Hal ini ditujukan untuk
memastikan setiap karyawan mendapatkan waktu istirahat dan tidur
yang cukup.
46
47
48
Kecelakaan Transportasi 2021 Semester II. Jakarta; 2021.
13. Safira ED, Pulungan RM, Arbitera C. Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT.
Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP) Priok.
Jurnal Kesehatan. 2020;11(2):265.
14. Hoy C. Kelelahan Kerja pada Operator Air Traffic Controller di Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar. Universitas Hasanuddin; 2020.
15. Transport Canada. Fatigue Risk Management in Aviation Maintenance : Current
Best Practices and Potential Future Countermeasures Federal Aviation
Administration.
16. Maulani HA, Sukismanto, Yuningrum H, Nugroho A. Shift Kerja dan Masa Kerja
Terhadap Kelelahan Kerja pada Pengemudi Angkutan Batu Bara. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2020;1(1).
17. Narpati JR, Ekawati, Ida W. Hubungan Beban Kerja Fisik, Frekuensi Olahraga,
Lama Tidur, Waktu Istirahat dan Waktu Kerja dengan Kelelahan Kerja (Studi
Kasus pada Pekerja Laundry Bagian Produksi di CV.X Tembalang, Semarang).
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2019;7(1):337–44.
18. Sihotang KMS, Amalia R, Hardy FR, Maharani FT. Hubungan Faktor Pekerjaan
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Lapangan Proyek Pembangunan Gedung
PT. X di Jakarta Pusat Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2021;9(5).
19. International Labour Organization. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan
Pekerja Muda. 2018.
20. Presiden RI. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2012.
21. PT GMF AeroAsia Tbk. Pengetahuan dan Informasi Safety: ECAST sebagai
Referensi Budaya Keselamatan. 2018.
22. Hutahaean C. Hubungan Durasi Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Kecamatan Laguboti Tahun 2018.
Universitas Sumatera Utara; 2018.
23. International Civil Aviation Organization. Doc 9966 Manual for the Oversight of
Fatigue Management Approaches. Second Edi. 2016.
24. Ariani H. Manfaat Jus Jeruk Manis (Citrus Sinensis) untuk Menurunkan
Kelelahan Kerja di PT. Aseli Dagadu Djokdja. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta;
2019.
49
25. Prabandari HR. Penilaian Risiko Distal Upper Extremity pada Pekerjaan
Pembuatan Kain Tenun Dengan Metode Job Strain Index (JSI) dan Loading On
The Upper Body Assessment (LUBA). Universitas Muhammadiyah Malang;
2020.
26. National Institute of General Medical Sciences. Circadian Rhythms. 2020.
27. Marselina AS. Hubungan Faktor Individu dan Faktor Pekerjaan dengan Tingkat
Kelelahan Kerja pada Pengemudi Truk Tangki BBM di PT X Jakarta Tahun
2019. Universitas Binawan; 2019.
28. Naimah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Karyawan di
PT. Kondang Buana Asri Tahun 2020. Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al Banjari; 2020.
29. Rahmawati R, Afandi S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Perawat di RSUD Bangkinang Tahun 2019. PREPOTIF Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2019;3(2).
30. S ADL, Batara AS, Mutthalib NU. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Karyawan di PT Sumber Graha Sejahtera Luwu. Window of Public
Health Journal. 2021;2(4).
31. Suryaatmaja A, Pridianata VE. Hubungan antara Masa Kerja, Beban Kerja,
Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja di PT Nobelindo Sidoarjo. Journal
of Health Science and Prevention. 2020;4(1).
32. Malik I, Hardi I, Abbas HH. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) Makassar. Window of Public Health
Journal. 2021;1(5).
33. Dahlan A, Widanarko B. Analisis Kecukupan Tidur, Kualitas Tidur, dan
Olahraga dalam Memulihkan Kelelahan Akut dan Kronis pada Pekerja Migas-X.
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2022;6(1).
34. Amalia I. Analisa Hubungan Status Gizi dan Riwayat Penyakit dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja di PT. X. Medical Technology and Public Health Journal.
2019;3(2).
35. Natizatun, Nurbaeti TS, Sutangi. Hubungan Status Gizi dan Asupan Zat Gizi
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri di Industri Rumah Tangga
Peleburan Alumunium Metal Raya Indramayu Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2018;3(2).
50
36. Rosmalina H. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja pada Pekerja Laundry
di Sepanjang Jalan Dr. Mansyur Medan Tahun 2019. Universitas Sumatera Utara;
2019.
37. Usman S, Yuliani I. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Karyawan Produksi PT Gerbang Sarana Baja Jakarta Utara. Journal
Educational of Nursing. 2019;2(1).
38. Marhaensa BP, Setyaningsih Y, Kurniawan B. Studi Kelelahan Kerja Subyektif
pada Pekerja Sektor Informal: Kajian Pustaka. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2020;8(6).
39. Surbakti AS. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja
Inspeksi Peralatan Pesawat Angkat dan Angkut Crane di PT. Mega Persada
Utama Tahun 2020. 2020.
40. Mukarromah AL. Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Swamedikasi pada Masyarakat Kelurahan Prenggan
Kotagede. Universitas Islam Indonesia; 2019.
41. Seliyanto MH. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Perilaku Tidak Aman
Tenaga Kerja di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2019.
42. Rohmah DA. Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan
Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Magelang. Universitas
Islam Indonesia; 2019.
43. Nurdianawati I. Pengaruh Kebebasan dalam Bekerja dan Toleransi akan Risiko
Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2017-
2018. Universitas Jambi; 2021.
44. Wikipedia. GMF AeroAsia [Internet]. 2022 [cited 2022 Apr 7]. Available from:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/GMF_AeroAsia
45. PT GMF AeroAsia Tbk. Other Facilities [Internet]. Facilities. Available from:
https://www.gmf-aeroasia.co.id/other-facilities
46. Utami NN, Riyanto H, Evendi HA. Hubungan Antara Usia dan Masa Kerja
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Rumah Tangga Peleburan
Alumunium di Desa Eretan Kulon Kabupaten Indramayu. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2018;3(2).
47. Wahyuni D, Indriyani. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
51
pada Pekerja Bagian Produksi di PT. Antam Tbk. UBPP Logam Mulia. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 2019;11(1).
48. Arfan I, Firdaus R. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. 2020;9(4):232–8.
49. Nugroho DSD. Hubungan Jenis Kopi Terhadap Kualitas Tidur pada Mahasiswa
di Universitas Ponorogo. Universitas Muhammadiyah Ponorogo; 2019.
50. Yulenda GG. Hubungan Shift Kerja dan Lama Kerja dengan Kelelahan Petugas
Air Traffic Controller (ATC) di Tower ATC Bandara Soekarno Hatta. Ruwa
Jurai. 2018;12(2).
51. Giswarani A. Hubungan antara Karakteristik Individu, Beban Kerja dan Shift
Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
Pelabuhan Kota Kota Parepare Tahun 2021. Universitas Hasanuddin; 2021.
52. Andriani AE. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada
Pekerja Pembangunan Jembatan Ploso Jombang. Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun; 2021.
53. Maulina N, Syafitri L. Hubungan Usia, Lama Bekerja, dan Durasi Kerja dengan
Keluhan Kelelahan Mata pada Penjahit Sektor Usaha Informal di Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2018. Jurnal Averrous. 2019;5(2).
52