Anda di halaman 1dari 83

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


TIDAK AMAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI
PT CALPIS INDONESIA TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

FIRDAYANI MUFLIHATIN

20180301174

FAKULTAS ILMU-ILMUKESEHATAN
PROGRAM STUDIKESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Firdayani Muflihatin

NIM : 20180301174

Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Peminatan : K3

Judul Proposal :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT

Calpis Indonesia Tahun 2020

Proposal skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat dan diterima

untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.

Jakarta, September 2020

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Cut Alia Keumala Muda, SKM., M.K.K.K.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas hidayahNya lah,

penulis dapat menyelesaikan dan menyusun Proposal Penelitian yang berjudul

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja

Bagian Produksi Di PT Calpis Indonesia Tahun 2020” dapat diselesaikan dengan

sebaik-baiknya dan dalam tepat waktu.

Dalam penulisan dan penyusunan Proposal Penelitian ini penulis tidak lepas

dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Arif Kusuma Among Praja, MBA. Selaku Rektor Universitas Esa

Unggul Jakarta

2. Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu –

ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

3. Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat

4. Ibu Cut Alia Keumala Muda, S.K.M, M.K.K.K.selaku Dosen pembimbing

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan Proposal Penelitian ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelitian ini masih

terdapat kekurangan, mengingat penulis dalam taraf belajar sehingga masih

terdapat keterbatasan ilmu dan pengalaman. Oleh sebab itu, penulis


mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

Proposal Penelitian ini

Demikian Proposal Penelitian ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi

penulis khusunya dan bagi para pembaca umumnya

Jakarta, 30 Agustus 2020

Firdayani Muflihatin
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTARGAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN .viii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 4
1.3. Pertanyaan Penelitian 4
1.4. Tujuan 4
1.5. Manfaat Penelitian 5
1.6. Ruang Lingkup 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


2.1. Landasan Teori 6
2.2. Kerangka Konsep 16
2.3. Penelitian Terkait 16

BAB III METODE PENELITIAN 19


3.1. Kerangka Konsep 19
3.2. Definisi Operasional 19
3.3. Hipotesis Penelitian 20
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian 20
3.5. Jenis Penelitian 20
3.6. Populasi dan Sampel 20
3.7. Pengumpulan Data 22
3.8. Instrumen Penelitian 23
3.9. Uji Validitas Dan Realiabilitas Kuesioner 24
3.10. Uji Normalitas 24
3.11. Analisis data 24

DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...............................................................................16

Gambar 2.2 Kerangka Konsep...........................................................................19


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Terkait.................................................................................16

Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................16


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan industri di Indonesia semakin bertambah pesat

terlihat darisemakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dalam

berbagai bidang.Hal ini dikarenakan sudah semakin terdepan pula jalan

pemikiran para pengusahabahwa perindustrian lebih menjanjikan daripada

usaha di sektor pertanian yangselama ini telah mengakar di Indonesia.

Seiring banyaknya perkembangan dunia industri bertambah pula dampak

yang akan terjadi, baik dampak yang bersifat positif ataupun yang bersifat

negatif. Dampak positif yang dapat dirasakan yaitu kebutuhan akan barang

dan jasa mudah diproses, sebaliknya dampak negatif yang diperoleh

adalah dalam proses memproduksi suatu barang dan jasa di perusahaan,

salah satunya yaitu adanya kecelakaan kerja(Tarwaka, 2018).

Menurut (Saepudin, 2011), ILO memperkirakan setiap tahun ada

2,78 juta pekerja yang tewas karena kecelakaan di tempat kerja atau

penyakit terkait pekerjaan dan lebih dari 374 juta orang yang cedera atau

luka atau jatuh sakit tiap tahun akibat kecelakaan terkait kerja. Dampaknya

pada ekonomi dunia karena hilangnya hari kerja mendekati 4% dari GDP

global.

Di Indonesia jumlah kasus kecelakaan kerja menunjukan grafik

yang naik dan terbilang tinggi dari tahun 2011 Sampai dengan tahun 2014.

Pada tahun 2011 terdapat 9.891 kasus, tahun 2012 terdapat 21.735 kasus,
tahun 2013 terdapat 35.917 kasus dan tahun 2014 terdapat 24.910 kasus

kecelakaan kerja (Kementrian Kesehatan RI, 2015)

Provinsi Jawa Barat, menurut informasi dari BPJS sepanjang tahun

2018 terdapat 147 ribu kasus, 4.678 atau 3,18 persen di antaranya

mengalami cacat dan 2.575 atau 1,75 persen lainnya meninggal dunia.

Kabupaten Bekasi sendiri ditemukan 38.429 kasus kecelakaan tenaga

kerja, sementara itu Cikarang sendiri ditemukan 5.523 total kasus(BPJS

Ketenagakerjaan, 2020).

Tindakan tidak aman (unsafe action) biasanya disebabkan oleh

sikap, tingkah laku, karakteristik, kondisi fisik dan kurangnya pengetahuan

dan keterampilan tenaga kerja. Heinrich menganalisa kecelakaan, dimana

88% disebabkan oleh tindakan tidak aman, dan 10% disebabkan oleh

konidisi aman, serta 2% disebabkan oleh penyebab yang tidak dapat

dicegah (Syamsuddin, 2009)

Banyaknya kasus kecelakaan tersebut disebabkan oleh karena

adanya perilaku tidak aman pada pekerja pada saat melakukan pekerjaan.

Berdasarkan hasil penelitian Pratamamengatakan bahwa perilaku tidak

aman adalah tindakan yang dilakukan pada saat bekerja yang dapat

memicu terjadinya kecelakaan kerja.Perilaku berbahaya termasuk tindakan

ceroboh dan disengaja yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengenali

dan memutuskan menghindari bahaya secara benar(Pratama, 2015).

Suma’mur menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari tindakan

tidak aman yaitu akibat langsung diantaranya kecelakaan kerja yang dapat

menyebabkan cedera sampai dengan kematian, sedangkan akibat tidak


langsung antara lain penyakit akibat kerja yang dapat memberikan

kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja dan kerusakan

organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja

hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan

kepercayaan konsumen pun akan menurun(Suma’mur, 2014).

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kepentingan pengusaha,

karyawan dan pemerintah diseluruh dunia. Pemerintah telah berupaya

menekan terjadinya kasus kecelakaan pada pekerja yang diatur pada Pasal

87 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

menjabarkan jika selain dalam rangka mendorong terlaksananya

perlindungan K3 yang efektif dan efisien, meningkatkan pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, maka upaya yang paling tepat

adalah dengan menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3)(Widarti IE.,

2015).

Beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman

pada pekerja menurut Green dalam Notoatmodjo (2017) diantaranya yaitu

pengetahuan, sikap, motivasi, masa kerja dan pengawasan. Pengetahuan

yang kurang akan keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) di lingkungan

kerja menyebabkanseseorang sulit untuk mengetahuipotensi bahaya yang

ada disekitarnya, sehingga sulit untukmenentukan tindakan

dalammengendalikan potensi bahayatersebut. Oleh sebab itu seseorang

akan menjadi kurang waspadaterhadap risiko yang dapat timbul

dariperilakunya selama bekerja(Sangaji J, Jayanti S, 2018). Hasil


penelitian (Tulaeka, 2018)ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku tidak aman pada pekerja.

Sikap pekerjaterbentuk dari pemahamanataupun pengetahuannya

mengenaiperilaku tidak aman. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan

dan praktikkerja yang aman bisa menjadi hal yang pentingkarena

ternyatalebih banyak persoalan yangdisebabkan oleh pekerja yang ceroboh

dibandingkandengan mesin-mesin atau karena

ketidakpeduliankaryawan(Endroyono, 2016). Hasil penelitian (Sangaji J,

Jayanti S, 2018)ditemukan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku

tidak aman pada pekerja.

Masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja

dapat mempengaruhi kecelakaan kerja, terutama pengalaman dalam hal

menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja

seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan

memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa &

Singgih, 2015). Hasil penelitian (Saragih F, Halinda SL, 2015)ditemukan

adanya hubungan antara masa kerja dengan perilaku tidak aman pada

pekerja.

Selain masa kerja, pengawasan juga merupakan salah satu tugas

mutlakdiselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan

teknisyang dilakukan oleh pekerja. Bila fungsi pengawasan tidak

dilaksanakan makapenyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang

dapatmengganggu kegiatan perusahaan(Handoko, 2016).Listyandinidalam


penelitiannya menunjukan ada hubungan yang bermakna antara

pengawasan dengan kecelakaan kerja(Listyandini R, Suwandi T, 2019).

PT Calpis Indonesia berdiri pada september 1994 dan mulai

beroperasi tahun 1995. PT Calpis Indonesiamerupakan salah satu

perusahaan terkemuka yang memproduksi susu fermentasi merek

CALPICO terbesar di Indonesia yang memiliki pusat di di kawasan Ejip

Cikarang. Adapun proses produksi susu Calpico di PT Calpis yaitu mulai

dari blending (pencampuran), bottle supply, unscramble (pencucian botol),

filling (pengisian), retort pasteurization (pemasakan), pelabelan (best

before printing), lalu di visual check untuk memastikan produks sesuai

standar, kemudian produk tersebut jalan ke mesin case packer dan masuk

ke proses pemalettan.

Menurut laporan bulanan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) PT Calpis Indonesia, pada tahun2017 telah terjadi

Kecelakaan yang menyebabkan minorinjurysehingga membutuhkan

pertolongan pertama sebanyak 3 kali yaitu saat memindahkan karton

setelah packing manual, pekerja mengangkat beban karton bertumpuk

sehingga menutupi pandangannya lalu menabrak karton yang ada

didepannya hingga terjatuh dan kakinya tertimpa karton tersebut hingga

memar. Kejadian ini membuat karyawan harus mendapatkan pertolongan

pertama berupa kompres dingin di kakinya. Kejadian serupa terjadi pada

pekerja lain, karena ingin cepat selesai sehingga pekerja melakukan short

cut. Kecelakaan minor ketiga saat pekerja tangan terjepit mesin case

packer karena tidak fokus saat bekerja namun hanya menimbulkan luka
memar pada telunjuk. Pada tahun 2018 terjadi 1 kasus kecelakaan

kerjamayor yang menyebahkan pekerja harus absen bekerja yaitu, tangan

terjepit mesin case packerdan menyebabkan robekan kecil sehingga

mendapat 2 jahitan dan pada tahun 2019 terjadi 2 kasus kecelakaan kerja

yang mengakibatkan mayor injury dimana pada kecelakaan ini keryawan

harus mengdapatkan perawatan medis dan kehilangan waktu kerja yaitu

terjatuh di platformsehingga pekerja mengalami terkilir pada kaki

kanannya sehingga harus absen kerja selama 2 bulan dankasus kecelakaan

kerja berikutnya pekerja terjepit di mesin palletesehingga mengalami luka

robek di bagian jempol dan mendapat 2 jahitan.Upaya yang sudah

dilakukan perusahaan terhadap kasus kecelakaan kerja yang terjadi yaitu

dengan mengadakan safety talk setiap sebelum memulai

pekerjaan,sosialisasi dan penyuluhan mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja terhadap seluruh pekerja secara rutin setiap bulan. Hasil dari upaya

yang telah dilakukan didapatkan perubahan perilaku karyawan dari

berperilaku tidak aman menjadi perilaku aman salah satunya yaitu tidak

ada lagi karyawan yang melakukan shortcut seperti mengangkat karton

melebihi batas keamananan supaya pekerjaan lebih cepat selesai serta

angka kecelakaan kerja yang menurun setelah tindakan yang perusahaan

tersebut.

Study pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan HSE

OfficerPT Calpis Indonesia, selama bulan januari hingga april, Unsafe

action yang dilakukan oleh karyawan PT Calpis Indonesia diantaranya

adalah membersihkan mesin saat keadaan menyala, menggunakan mesin


yang rusak, tidak konsentrasi (melamun, mengobrol, bercanda), mencoba

membetulkan mesin sendiri, menggunakan mesin atau alat orang lain,

gagal mengamankan, dan memakai APD yang tidak layak.

Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Tidak Aman pada Pekerja Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia Tahun

2020”.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut laporan bulanan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) PT Calpis, pada tahun 2017 telah terjadi Kecelakaan

minor sebanyak 3 kali yaitu saat memindahkan karton setelah packing

manual, pekerja mengangkat beban karton bertumpuk sehingga menutupi

pandangannya lalu menabrak karton yang ada didepannya hingga terjatuh

dan kakinya tertimpa karton tersebut hingga memar. Kejadian serupa

terjadi pada pekerja lain, karena ingin cepat selesai sehingga pekerja

melakukan short cut. Kecelakaan minor ketiga saat pekerja tangan terjepit

mesin case packer karena tidak fokus saat bekerja namun hanya

menimbulkan luka memar pada telunjuk. Pada tahun 2018 terjadi 1 kasus

kecelakaan kerja mayor yang menyebahkan pekerja harus absen bekerja

yaitu, tangan terjepit mesin case packerdan menyebabkan robekan kecil

sehingga mendapat 2 jahitan dan pada tahun 2019 terjadi 2 kasus

kecelakaan kerja mayor yaitu terjatuh di platformsehingga pekerja

mengalami terkilir pada kaki kanannya sehingga harus absen kerja selama

2 bulan dankasus kecelakaan kerja berikutnya pekerja terjepit di mesin


palletesehingga mengalami luka robek di bagian jempol dan mendapat 2

jahitan..

Berdasarkan latar belakang di atas sebelumnya belum pernah

dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku tidak aman di PT Calpis Indonesia maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis

Indonesia Tahun 2020”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian

produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan pada pekerja bagian produksi di

PT Calpis Indonesia?

3. Bagaimana gambaran sikap pada pekerja bagian produksi di PT Calpis

Indonesia Tahun 2020?

4. Bagaimana gambaran pengawasan pada pekerja bagian produksi di PT

Calpis Indonesia Tahun 2020 ?

5. Adakah hubungan antarapengetahuan dengan perilaku tidak aman

pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?

6. Adakah hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman pada

pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?

7. Adakah hubungan antara pengawsan dengan perilaku tidak aman pada

pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?


1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak

aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran perilaku tidak aman pada pekerja bagian

produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020.

2. Mengetahui gambaran pengetahuan pada pekerja bagian produksi

di PT Calpis Indonesia Tahun 2020.

3. Mengetahui gambaran sikap pada pekerja bagian produksi di PT

Calpis Indonesia Tahun 2020.

4. gambaran pengawasan pada pekerja bagian produksi di PT Calpis

Indonesia Tahun 2020.

5. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak

aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun

2020 ?

6. Mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman

pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ?

7. Mengetahui hubungan antara pengawsan dengan perilaku tidak

aman pada pekerja bagian produksi di PT Calpis Indonesia Tahun

2020 ?
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Universitas

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja dan dapat

dijadikan acuan untuk penelitian selanjtnya.

1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang

diperoleh selama kuliah ke dalam pola pikir dalam bentuk penelitian.

1.5.3 Manfaat Bagi Instansi

Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya untuk

melakukan strategi pencegahan dan pengendalian agar kecelakaan dapat

di minimalisir sehingga kualitas sumber daya manusia meningkat.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di

PT Calpis Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan PT Calpis

Indonesiayang beralamat di Sukaresmi, Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa

barat. Penelitian ini dimulai dari bualn Mei sampai September 2020.

Subjek yang diteliti seluruh pekerja yang ada di bagian produksi di PT

Calpis Indonesiatahun 2020 dengan tehnik pengambilan sampel yaitu

Simple Random sampling. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan

survey pendahuluan didapatkan hasil wawancara dengan HSE OfficerPT


Calpis Indonesia, selama bulan januari hingga april, Unsafe action yang

dilakukan oleh karyawan PT Calpis Indonesia diantaranya adalah

membersihkan mesin saat keadaan menyala, menggunakan mesin yang

rusak, tidak konsentrasi (melamun, mengobrol, bercanda), mencoba

membetulkan mesin sendiri, menggunakan mesin atau alat orang lain,

gagal mengamankan, dan memakai APD yang tidak layak. Metode

penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan teknik penelitian cross

sectional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perilaku Tidak Aman

1. Pengertian Perilaku Tidak Aman

Shiddiqet al berpendapat bahwa perilaku adalah suatu tindakan

yang tunjukkan individu satu dengan individu lain serta

lingkunganya(Shiddiq S, Wahyu A, 2014). Perilaku tidak aman merupakan

salah satu hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja akibat kelalaian

pekerja saat bekerja. (Pratama, 2015)mengatakan bahwa perilaku tidak

aman adalah tindakan yang dilakukan pada saat bekerja yang dapat

memicu terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku yang dilakukan oleh para

pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan sehingga merugikan

perusahaan dan juga pekerja itu sendiri (Maulidhasari, D. N., Yuantari, M.

C., 2016)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa perilaku

tidak aman dalam bekerja adalah perilaku berbahaya yang dilakukan para

pekerja mungkin memicu atau mendorong faktor-faktor untuk terjadinya

kecalakaan atau masalah. Perilaku berbahaya termasuk tindakan ceroboh

dan disengaja yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengenali dan

memutuskan menghindari bahaya secara benar.

2. Aspek-Aspek Perilaku Tidak Aman


(Lawton, R., & Parker, 2018)memberikan pandangan bahwa

perilaku tidak aman dapat terbentuk antara kesalahan dan pelanggaran.

a. Kesalahan (Errors).

Kesalahan mungkin didefinisikan sebagai tindakan terencana yang

gagal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kesalahan dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu slips dan lapes di satu sisi dan mistakes di

sisi lainnya.

1) Slips dan lapes memiliki kesamaan yaitu keduanya merupakan

kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan. Slips adalah suatu

kesalahan tanpa disadari karena tidak sessuai dengan kebiasaan.

Contohnya: menjalankan pekerjaan dan mengoperasikan peralatan

tanpa wewenang dan tidak sesuai keahlian pekerjaan, posisi yang

salah dalam bekerja, membetulkan mesin dalam keadaan

menyala, dan sebaginya. Lapes adalah kesalahan lupa melakukan

suatu pekerjaan. Contohnya: tidak memberi peringatan bahaya,

tidak menggunakan APD yang benar, tidak menemppatkan alat

kerja sesudah selesai bekerja, tidak mengunci peralatan, dan

sebagainya.

2) Mistakes adalah kegagalan dalam memformulasikan maksud-

maksud yang benar, di mana dapat dihasilkan dari kelemahan atau

kekurangan dalam persepsi, memori, dan kognisi. Mistakes ini

dibagi 2, yaitu: knowledge-based mistakes dan rule-based

mistakes. Knowledge based mistakes dihasilkan dari keterbatasan

sumber daya atau karena pengetahuan yang tidak benar atau tidak
lengkap. Rule based mistakes berhubungan dengan salah persepsi

pada tuntutan-tuntutan situasional, atau ingatan yang salah pada

prosedur-prosedur kerja yang seesuai.

b. Pelanggaran (Violations).

Pelanggaran adalah kesalahan yang terjadi karena seseorang

mengetahui apa yang harus dikerjakan tetapi memutuskan untuk tidak

melakukan seperti apa yang diketahuinya itu. Melakukan pelanggaran

seringkali seseorang percaya bahwa pelanggar peraturan adalah

perrbuatan yang sah atau dibolehkan, pada sisi lain pelanggaran sangat

mudah utuk dilakukan. Operator mungkin memutuskan tidak memakai

pakaian pengaman atau manajer memutuskan membiarkan saja

meskipun ada kebocoran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-

aspek perilaku tidak aman ada dua. Kedua aspek perilaku tidak aman

yaitu kesalahan (errors) dan pelanggaran (violations).

3. PenyebabPerilaku Tidak Aman

Menurut (Ramli, 2017)perilaku tidak aman merupakan kesalahan

manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan.Kesalahan manusia

tersebut antara lain :

a. Kesalahan dikarenakan lupa.

Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi sebenarnya

orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat mengerjakan suatu hal

secara benar dan aman dan telah biasa melakukannya. Misalnya

menekan tombol yang salah.


b. Kesalahan dikarenakan tidak tahu.

Kesalahan yang terjadi dikarenakan tidak mengetahui cara

mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi

perhitungan yang salah. Kesalahan ini biasanya dikarenakan

kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi, informasi yang berubah

tidak diberitahukan.

c. Kesalahan dikarenakan tidak mampu.

Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu

melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban fisik

dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas yang

terlalu banyak.

d. Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi.

Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi dikarenakan,

antara lain:

1) Dorongan pribadi Terburu-buru karena ingin cepat selesai,

melalui jalan pintas, ingin merasa nyaman, malas untuk memakai

APD, menarik perhatian dengan mengambil resiko yang

berlebihan.

2) Dorongan lingkungan Lingkungan fisik, sistem manajemen,

(contoh : dari pemimpin, dll).

e. Kesalahan dikarenakan aturan:

Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan pekerjaan yang

seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan

standar dan prosedur yang telah diterapkan, misalnyapekerja yang


tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja yang telah

dibuat.

4. Akibat yang ditimbulkan dari Tindakan Tidak Aman

(Suma’mur, 2014)menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari

tindakan tidak aman yaitu:

a. Akibat langsung (direct lost).

Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak

aman secara langsung antara lain kecelakaan kerja yang dapat

menyebabkan cedera sampai dengan kematian, dan kerugian yang

harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya pengobatan dan perbaikan

sarana produksi yang rusak yang ditimbulkan kecelakaan kerja.

b. Akibat tidak langsung (indirect los)

Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak

aman secara tidak langsung biasanya akan dirasakan dalam kurun

waktu yang relatif lama, antara lain penyakit akibat kerja yang dapat

memberikan kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja

dan kerusakan organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja.

selain itu jam kerja hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta

citra perusahaan dan kepercayaan konsumen pun akan menurun.

5. Indikator Perilaku Tidak Aman

Berikut ini merupakan indikator perilaku tidak aman menurut

(Heinrich, 2016)adalah sebagai berikut:

a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai.

b. Mengoperasikan peralatan yang bukan haknya.


c. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

d. Menggunakan peralatan yang tidak benar.

e. Tidak menjaga peralatan keselamatan

f. Tidak memperingatkan rekan kerja yang bekerja tidak aman

g. Tidak menggunakan APD dengan benar.

h. Mengangkat dengan beban yang tidak seharusnya dan tidak

menempatkannya di tempat yang seharunya.

i. Bekerja dengan posisi yang tidak aman dan benar

Menurut (DNV Modern Safety Management., 2016)yang termasuk

perilaku tidak aman adalah sebagai berikut:

a. Menjalankan peralatan tanpa wewenang

b. Tidak memberi peringatan

c. Tidak mengunci peralatan

d. Menjalankan mesin pada kecepatan yang tidak semestinya

e. Membuat alat keselamatan tidak dapat dioperasikan

f. Menggunakan peralatan yang cacat

g. Menggunakan peralatan tidak sebagaimana mestinya

h. Menggunakan peralatan pelindung diri secara tidak benar

i. Pemuatan yan tidak benar

j. Penempatan yang tidak benar

k. Pengangkatan yang tidak benar

l. Membetulkan mesin dalam keadaan masih nyala

m. Bercanda

n. Dipengaruhi rokok, alkohol dan atau obat obatan


o. Tidak mengikuti prosedur

p. Tidak melakukan pengidentifikasian bahaya

q. Tidak melakukan pengecekan/pemantauan

r. Tidak melakukan tindakan ulang/pembetulan

s. Tidak melakukan komunikasi/koordinasi

6. Pencegahan Kecelakaan Kerja karena Perilaku Tidak Aman

Terjadinya kecelakaan merupakan hasil dari tindakan atau

perbuatan dan kondisi yang tidak aman, kemudian kedua hal tersebut akan

tergantung pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai faktor

inilah yang dalam kaitan urutan tertentu akan mengakibatkan terjadinya

kecelakaan. Menurut (Suma’mur, 2014)kecelakaan kerja dapat dicegah,

dimana pencegahan kecelakaan adalah menjadi tanggungjawab semua

pihak. Pencegahan kecelakaan dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang

sebab-sebab kecelakaan yang dimana pencegahannya ditujukan pada

factor manusia, alat dan mekanik serta lingkungan.(Tarwaka,

2018)menjelaskan bahawa kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

a. Peraturan perundangan: ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya sampai ke

pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi: penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tidak resmi.

c. Pengawasan: pengawasan tentang dipatuhinya ketentuanketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.


d. Penelitian bersifat teknik: meliputi sifat danciri-ciri bahan-bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian tentang

alat-alat pelindung diri dan lain sebagainya.

e. Riset medis : meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis

dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan-

keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian secara statistik : untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan

yang terjadi mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-

sebabnya.

g. Pendidikan : menyangkut pendidikan keselamatan kerja dalam

kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus

pertukangan.

h. Latihan-latihan : latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga

kerja yang baru dalam keselamatan kerja.

i. Penggairahan : penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menumbuhkan sikap selamat.

j. Asuransi : insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan.

k. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan : merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

7. Pengendalian Kecelakaan Kerja

Hierarki pengendalian yang dianjurkan dalam perundangan untuk

mengendalikan resiko menurut (Somad, 2017)yaitu melakukan:


a. Eliminasi yaitu suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk

menghilangkan bahaya secara keseluruhan.

b. Substitusi yaitu mengganti bahan, material atau proses yang beresiko

tinggi terhadap bahan, material atau proses kerja yang berpotensi

resiko rendah.

c. Pengendalian rekayasa yaitu mengubah struktural terhadap lingkungan

kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya

transmisi antara pekerja dan bahaya.

d. Pengendalian administrasi yaitu dengan mengurangi atau

menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau

instruksi. Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku manusia

untuk mencapai keberhasilan.

e. Alat pelindung diri. Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai

upaya pengendalian terakhir yang berfungsi untuk mengurangi

keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.

8. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green dalam (Notoatmojo, 2010), perubahan perilaku itu

sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Presdisposing factor)

Faktor predisposisi yaitu merupakan faktor personal yang mendasari

terjadinya perilaku seseorang. Faktor tersebut yaitu pengetahuan,

sikap, motivasi, nilai-nilai dan budaya, kepercayaan, persepsi,

pelatihan dan karakteristik pekerja (umur, pendidikan, jenis kelamin

dan masa kerja) yang terdapat dalam diri atau kelompok.


b. Faktor Pendukung/Pemungkin (Enabling factor)

Faktor pemungkin berupa ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas yang mendukung terwujudnya suatu perilaku. Dalam hal ini

seperti peraturan keselamatan dan APD.

c. Faktor Penguat/pendorong (Reinforcing)

Faktor penguat/pendorong yaitu berupa pendapat, dukungan, kritik

baik dari keluarga, teman-teman kerja atau lingkugan bahkan juga

dapat berasal dari petugas seperti pengawasan.

9. Pengukuran perilaku

Menurut (Azwar, 2018), pengukuran perilaku yang berisi

pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validasinya

maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok

responden. Kriteria pengukuran perilaku menuut Azwar (2018), yaitu:

a. Perilaku positif (aman) jika nilai T skor yang di peroleh responden

dari kuesioner lebih dari mean atau median

b. Perilaku negatif (tidak aman) jika niali T skor yang diperoleh

responden dari kuesioner kurang atau sama dengan mean atau median

(Kasmadi, 2017)menjelaskan bahwa subyek memberi respon

dengan empat kategori tertentu yaitu selalu, sering, jarang dan tidak

pernah, dengan skor jawaban:

a. Jawaban dari item pernyataan perilaku positif

1) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor empat


2) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner

dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga

3) Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesione skor dua

4) Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu

b. Jawaban dari item pernyataan perilaku negatif

1) Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu

2) Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner

dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor dua

3) Jarang (JR) jika responeden ragu-ragu dalam pernyataan

kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga

4) Tidak pernah (TP) iika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner dan diberikan jawaban kuesioner skor empat

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

(Notoatmojo, 2010)menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, terjadi setelah orang melakukan proses penginderaan

terhadap objek yang diamatinya, melalui penginderaan, pengetahuan

diperoleh dengan cara membaca, melihat, dan mendengar.

b. Tingkat Pengetahuan
(Notoatmojo, 2010), menyebutkan bahwa pengetahuan yang

mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Tahu (know), artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya

mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

2) Memahami (compheresion), artinya kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi secara benar.

3) Aplikasi, artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi nyata yaitu menggunakan hukum-

hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks

situasi yang lain.

4) Analisis, artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

5) Sintesis, artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi, artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada.


c. Pengukuran pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2017)pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang akan diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya.

Adapun jenis pertanyaan yang digunakan untuk pengukuran

pengetahuan dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif, pengunaan pertanyaan subjektif dengan

jenis pertanyaan esay yang digunakan dengan penilaian yang

melibatkan subjek dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda

dari setiap penilai dari waktu ke waktu

2) Pertanyaan objektif, jenis pertanyaan objektif seperti pilihan

ganda (multiple choice), betul salah dan pertanyaan menjodohkan

dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Melihat seberapa jauh

pengetahuan mengenai perilaku tidak aman yang dimiliki

karyawan, pengukuran dapat dilakukan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada karyawan. Bukti atau jawaban

tersebut merupakan reaksi stimulus yang dapat berupa pertanyaan

lisan maupun tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan yang

tinggi apabila mampu mengungkapkan sebagian informasi dari

suatu objek dengan benar.

d. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Tidak aman pada Pekerjaan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor manusia terkait

penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Pengetahuan merupakan

landasan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan. Selain melalui


pendidikan formal, pengetahuan dapat diperoleh melalui cara coba-

coba, pengalaman sendiri, maupun pengalaman orang

lain(Notoatmojo, 2010).

Pengetahuan sangat penting diberikansebelum individu

melakukan suatu Tindakan. Tindakan akan sesuai dengan

pengetahuanapabila individu menerima isyarat yang cukupkuat untuk

memotivasi dia bertindak sesuaidengan pengetahuannya(Shiddiq S,

Wahyu A, 2014)

Pengetahuan yang kurang akanKeselamatan dan Kesehatan

Kerja(K3) di lingkungan kerja menyebabkanseseorang sulit untuk

mengetahuipotensi bahaya yang ada disekitarnya, sehingga sulit

untukmenentukan tindakan dalammengendalikan potensi

bahayatersebut. Oleh sebab itu seseorangkan menjadi kurang

waspadaterhadap risiko yang dapat timbul dariperilakunya selama

bekerja(Sangaji J, Jayanti S, 2018).

Semakin rendah pengetahuan seseorang maka akansemakin

tinggi risiko kecelakaan kerja sebaliknyasemakin tinggi pengetahuan

seseorang maka akansemakin rendah risiko terjadinya kecelakaan

kerja,selanjutnya pekerja yang memiliki pengetahuan tinggiakan

mampu membedakan dan mengetahui bahayadisekitarnya serta dapat

melakukan pekerjaan sesuaidengan prosedur yang ada karena mereka

sadar akanrisiko yang diterimanya, sehingga kecelakaan kerjadapat

dihindari(Siregar, 2011).Hasil penelitian (Tulaeka, 2018) ditemukan


adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman

pada pekerja

2. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah respon yang tidak teramati secara langsung, yang

masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

objek(Notoatmojo, 2010). Sikap menurut (Azwar, 2018)adalah

kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan

berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi

komponen kognitif.

b. Komponen Sikap

Menurut pendapat(Azwar, 2018), menyatakan bahwa struktur

sikap menurut terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan

penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu

atau problem yang kontroversial.

2) Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek

emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah


sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan

yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap

sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek

yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap

seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

c. Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui

proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu

dengan individu- individu lain di sekitarnya.Pembentukan sikap

menurut(Azwar, 2018), memiliki tahapan- tahapan yaitu:

1) Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding).

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas bila diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas daripekerjaan itu

benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.
3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat

atau pertanyaan responden terhadap suatu objek, sedangkan

secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden.

5) Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overtbehavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut (Azwar, 2018)faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.


2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah.

4) Media massa

Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah

mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam


penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

e. Pengukuran Sikap

Pengukuran Sikap dilakukan dengan menggunakan Skala

Likert yaitu Likert Method of Summateds Ratings lebih sederhana lagi

dengan menempatkan pilihan terhadap objek sikap dengan rentang

satu sampai lima yaitu “sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat

tidak setuju” atau disederhanakan menjadi rentang satu sampai empat

yaitu “sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju”.

Sikap seseorang dibagi 2 kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif.

Dikatakan positif jika skor yang didapat responden ≥ mean/median

dan dikatakan negatif jika skor yang didapat responden <mean/median

(Azwar, 2018).

f. Hubungan Sikap dengan Perilaku Tidak Aman

Sikap merupakan faktor predisposisi terhadap suatu perilaku.

Seseorang yang bekerja pada tempat berbahaya akan terlebih dahulu

memahami risiko yang ada sehingga sikap terhadap bahaya akan

berpengaruh pula terhadap pegambilan keputusan dalam berperilaku

atau bertindak(Widarti IE., 2015).

Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktikkerja yang

aman bisa menjadi hal yang pentingkarena ternyata lebih banyak

persoalan yangdisebabkan oleh pekerja yang ceroboh

dibandingkandengan mesin-mesin atau karena

ketidakpeduliankaryawan (Endroyono, 2016).Pembentukan sikap


dapat dipengaruhi olehpengalaman pribadi, pengaruh orang lain

yangdianggap penting, pengaruh kebudayaandan mediainformasi, oleh

karena itu upaya yang dapat dilakukanperusahaan guna mengurangi

kecelakaan adalahmembuat pemodelan dengan

menghadirkanbeberapa pekerja yang berprestasi sebagai modelyang

patut ditiru oleh pekerja lain. Adanyapemodelan tersebut diharapkan

dapatmempengaruhi sikap positif pekerja. Selain itumelaksanakan

safety talk dan penyuluhankeselamatan sebagai salah satu media

informasi bagipekerja(Azwar, 2018).

Sikap pekerjaterbentuk dari pemahamanataupun

pengetahuannya mengenaiperilaku tidak aman. Pengetahuanyang

kurang baik, akan membentukpemikiran yang kurang baik,kemudian

pemikiran yang kurang baikakan membentuk sikap yang kurangbaik

juga. Sikap yang kurang baikakan tidak menerapkan perilaku

amandalam bekerja(Listyandini R, Suwandi T, 2019). Selain itu

untukmewujudkan sikap menjadi suatuperilaku atau tindakan

makadiperlukan faktor pendukung sepertifasilitas dan

lainnya(Notoatmojo, 2010).

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau

to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam

organisme (hal ini manusia) yang mendorong untuk berbuat sesuatu atau

merupakan driving force. Tindakan manusia dipengaruhi faktor dari luar

dan dari dalam. Motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga
penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku

manusia (Hamzah, 2018)

Motivasi adalah bagian dari psikologi yang mengharapkan

seseorang untuk melaksanakan tingkah laku atau tindakan yang

diinginkan. Para pekerja harus diberikan motivasi untuk menggerakkan

implementasi K3 secara nyata di lapangan. Perlu disosialisasikan bahwa

tanggung jawab K3 bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga terhadap

pekerja lainnya. Pekerja harus di motivasi untuk menghentikan pekerjaan

orang lain yang berperilaku tidak aman(Konradus, 2016).

b. Cara Memotivasi Pekerja Berperilaku Aman

Menurut(Notoatmodjo, 2018), ada dua cara untuk meningkatkan

motivasi yakni metode langsung(direct motivasion) yaitu

denganmemberikan materi atau nonmaterikepada orang secara langsung

untukmemenuhi kebutuhan merupakan carayang langsung dapat

meningkatkanmotivasi kerja, dan metode tidaklangsung (indirect

motivasion) yaitumemberikan kepada anggota suatuorganisasi berupa

fasilitas atau sarana-saranakesehatan.

(Gunawan, 2015)menjelaskan bahwa cara untuk memotivasi

pekerja untuk berperilaku aman, yaitu:

1) Memberikan hadiah (reward) bagi perilaku aman melalui bonus,

promosi, tambahan tanggung jawab, skema intensif tertentu dan

penghargaan lain-lain

2) Mendorong keterlibatan dalam kegiatan seperti konsultasi,

penyusunan sistem kerja aman dan lain-lain


3) Menyediakan pelatihan dan membuat lingkungan kerja dengan

kondisi aman Menjelaskan dampak dari perilaku tidak aman dalam

pertemuan-pertemuan K3

4) Menerapkan disiplin secara konsisten

c. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Tidak Aman

Motivasi karyawan untuk bekerja merupakan hal yang rumit

karena melibatkan faktor-faktor individual maupun faktor-faktor

organisasional.Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan

yaitu dengan memberikan perlindungan pada karyawan selama masa

kerja (Tarwaka, 2018). Perlindungan ini diberikan dengan maksud agar

karyawan merasa aman dan nyaman bekerja di lingkungan kerjanya.

Perlindungan kepada karyawan selama menjalankan pekerjaan dengan

mengikutsertakan karyawan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan(Wanodya,

C., 2014).Menurut penelitian Wanodyamotivasi kerja merupakan kondisi

yang mempengaruhi, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara

perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja(Wanodya, C.,

2014).

4. Masa Kerja

a. Pengertian Masa Kerja

Menurut (Siagian, 2015) menyatakan bahwa masa

kerjamerupakan keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang

dariperistiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya.

Masakerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja

padainstansi, kantor, dan sebagainya.Masa kerja seseorang dapat


diakaitkan dengan pengalamanyang didapatkan di tempat kerja.

Semakin lama seseorang bekerjasemakin banyak pengalaman dan

semakin tinggi pengetahuan danketerampilannya.

b. Hubungan Masa Kerja dengan Perilaku Tidak Aman

Masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja

dapat mempengaruhi kecelakaan kerja, terutama pengalaman dalam

hal menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa

kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak

dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa

& Singgih, 2015).

Berdasarkan hasil studi ILO yang dikutip oleh(Dirgagunarsa &

Singgih, 2015), di Amerika menunjukan bahwa kecelakaan kerja yang

terjadi selain karena factor manusia, disebabkan juga karena masih

baru dan kurang pengalaman. Pengalaman merupakan keseluruhan

yang didapat seseorang dari peristiwa yang dilaluinya, artinya bahwa

pengalaman seseorang dapat mempengaruhi perilakunya dalam

kehidupan organisasinya. Semakin lamamasa kerja seseorang maka

pengalaman yang diperolehnya semakin banyak yang memungkinkan

pekerja dapat bekerja lebih aman.

(Geller, 2015)menyebutkanfaktor pengalaman pada tugas yang

sama dan lingkungan sudah dikenal dapatmempengaruhi orang

tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku

karenamenyenangkan, nyamandan menghemat waktu dan perilaku ini

cenderungberulang.Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap


kecelakaan bertambah baiksesuai dengan usia, masa kerja

diperusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerjayang bersangkutan.

Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secaramendalam seluk

beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka

seringmementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan tertentu

yang diberikankepada mereka sehingga keselamatan tidak cukup

mendapat perhatian. Oleh karena itu, masalah keselamatan harus

dijelaskan kepada mereka sebelummelakukan pekerjaan dan

bimbingan pada hari-hari permulaan bekerja adalahsangat penting

dimana dalam suatu perusahaan pekerja-pekerja baru yangkurang

berpengalaman sering mendapatkan kecelakaan, sehingga

diperlukanperhatian khusus.Dalam hal ini, pekerja yang

berpengalaman dapat lebih menekankan keselamatandalam melakukan

pekerjaannya dikarenakan ia telah mengetahui secara mendalamseluk

beluk pekerjaan dan keselamatannya. Sedangkan pekerja yang

belumberpengalaman atau masih baru belum mengenali seluk beluk

pekerjaan dankeselamatannya(Suma’mur, 2014).

5. Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti

mengarahkan yaitumemberikan tugas, menyediakan instruksi,

pelatihan dan nasihat kepada individu juga termasuk mendengarkan

dan memecahkan masalah yang berhubungan denganpekerjaan serta

menanggapi keluhan bawahan.Pengawasan kerja merupakan proses


pengamatan dari seluruh kegiatanorganisasi guna lebih menjamin

bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukansesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya(Siagian, 2015).

b. Tipe-Tipe Pengawasan Kerja

(Handoko, 2016)berpendapat bahwa terdapat beberapa

tipepengawasankerja,diantaranya adalah :

1) Pengawasan Pendahuluan (Freed Forward Control)

Bentuk pengawasan pra kerja ini dirancang untuk

mengantisipasi masalah-masalahatau penyimpangan dari standar

atau tujuan dan memungkinkankorelasi dibuat sebelum tahap

tertentu diselesaikan. Pendekatan pengawasan inilebih aktif dan

agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan

mengambiltindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah

terjadi.

2) Pengawasan selama kegiatan berlangsung (Concurrent Control)

Pengawasan dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.

Pengawasan inimerupakan suatu proses dimana aspek tertentu

dari suatu prosedur disetujuiterlebih dahulu sebelum kegiatan-

kegiatan dilanjutkan atau menjadi semacamperalatan Double

Chek yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatukegiatan.

3) Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control)

Bentuk pengawasan ini untuk mengukur hasil-hasil dari suatu

kegiatan yangtelah diselesaikan, sebab-sebab penyimpangan dari

rencana atau standar yangtelah ditentukan, dan penemuan-


penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatanserupa dimasa yang

akan datang. Pengawasan ini bersifat historis,

pengukurandilakukan setelah kegiatan terjadi.

c. IndikatorPengawasan Kerja

(Heinrich, 2016)menyatakan bahwa ada beberapa indikator

dalamproses pengawasan kerja, diantaranya adalah:

1) Penetapan standar

2) Penentuan pengukuran/penilaian pekerjaan

3) Pengukuran pelaksanaan pekerjaan

4) Perbandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis

penyimpangan

5) Perbaikan atas penyimpangan.

d. Kriteria Pengawasan yang Efektif

(Handoko, 2016), untuk menjadi efektif systempengawasan

harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut antaralain:

1) Mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar

2) Tepat waktu

3) Biaya yang efektif

4) Tepat dan akurat

5) Dapat diterima oleh yang bersangkutan

e. Karakteristik Pengawasan yang Efektif

Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif menurut

(Geller, 2015)dapat diperinci sebagai berikut:

1) Akurat
2) Tepat waktu

3) Objektif dan menyeluruh

4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik

5) Realistik secara ekonomis

6) Realistik secara organisasional

7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

8) Fleksibel

9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

10) Diterima para anggota organisasi

f. Hal yang diidentifikasi saat melakukan pengawasan

(Sutrisno, 2017)menjelaskan beberapa hal yang diidentifikasi

saat melakukan pengawasan diantaranya yaitu:

1) Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak

aman, penataanlokasi kerja yang tidak baik).

2) Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan tidak layak atau

rusak.

3) Letak peralatan pengaman.

4) Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja yang salah,

penggunaan alat yangtidak aman, kesalahan dalam menggunakan

APD).

5) Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya.

6) Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman.

7) Penataan material ecara baik dan benar.

8) Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada.


9) Pengawasan dilakukan sesering mungkin sehingga segera dapat

diketahui dansegera diperbaiki saat terdapat kondisi berbahaya

atau tindakan tidak aman.

g. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja

Menurut(Geller, 2015), pengetahuan dari sisi personal datang

dari ilmu kognitif sedangkan pelaksanaan pengawasan dan safety

meeting datang dari faktor eksternal yaitu pengenalan terhadap cara

kerja aman, komunikasi dan perhatian. Pengawasan bertujuan untuk

mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama proses

bekerja. Ia menyebutkan bahwa adanya peran pengawas dalam

perilaku kerja, keduanya berhubungan langsung dengan target

individu yang sedang berlangsung. Ia juga menyatakan bahwa

pengawasan bertujuan untuk mengetahui bahaya-bahaya yang

mungkin terjadi selama proses bekerja.

Pengawas memiliki peran dalam mempengaruhi pengetahuan,

sikap ketrampilan, dankebiasaan akan keselamatan setiap pekerja

dalam suatu areatanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui

secara baiktentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja,

perbuatandan keterampilan dalam bekerja (Hasibuan, 2016).

Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlakdiselenggarakan

dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknisyang dilakukan oleh

pekerja.Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan makapenyebab

dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapatmengganggu kegiatan

perusahaan(Handoko, 2016).
6. Peraturan Keselamatan

Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mendokumentasikan standar,

norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller, 2015).

Peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku aman yang

mana dapat diterima dan tidak dapat diterima(Sialagan, 2008).

Pelanggaran disisi lain mengacu pada niat untuk mengabaikan petunjuk

atau aturan yang telah ditetapkan untuk melakukan tugas tertentu

(Wiegman, 2007).

Notoatmodjo menyebutkan salah satu strategi perubahan perilaku adalah

dengan menggunakan kekuatan dan kekuasaan misalnya peraturan-

peraturan dan perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota

masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan

tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena

perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran

sendiri(Notoadmojo, 2010).

Suma’mur menyatakan bahwa suatu perusahaan harus memiliki aturan

yang jelas tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan

tersebut harus diketahui oleh setiap perusahaan(Suma’mur, 2014). Salah

satu aturan yang ada diperusahaan adalah SOP. Menurut Utommi,

Standard Operating Procedure (SOP) adalah ukuran layanan tertentu yang

dipakai sebagai patok oleh petugas dalam melaksanakan tugasnya.

Pengusaha wajib menyediakan prosedur operasi tertulis yang berisi tentang

proses operasi secara aman, termasuk langkah-langkah untuk tahapan

operasi, batas operasi, pertimbangan Keselamatan dan sistem keselamatan.


Prosedur harus tersedia bagi karyawan yang memerlukan, di mutkahirkan

secara berkala dan juga mencakup keadaan-keadaaan khusus seperti cara

masuk ke ruang tertutup untuk memperbaiki area tersebut melalui sistem

lockout dan tagout yaitu hanya yang mengunci yang berwewenang untuk

membuka pengaman pada ruang tertutup tersebut(Utommi, 2007).

Berbagai teori memaparkan tentang perilaku. Salah satunya mengenai

perilaku keselamatan atau safety behavior. Seperti yang diungkapkan oleh

Geller, secara sederhana dapat dibedakan bahwa perilaku ditempat kerja

meliputi perilaku berisiko (at-risk behavior) dan perilaku aman (safe

behavior). Dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan kerja, maka

perilaku berisiko dapat dicegah. Tahap kepatuhan dimulai dari patuh

terhadap anjuran/instruksi. Seringkali kepatuhan dilakukan untuk

menghindari hukuman atau untuk memperoleh imbalan jika memenuhi

pedoman. Kepatuhan berikutnya adalah karena tertarik dengan melihat

tokoh idola yang dikenal dengan tahap identifikasi. Perubahan perilaku

tingkat kepatuhan yang baik adalah internalisasi, dimana individu

melakukan sesuatu karena memahami makna, mengetahui pentingnya

tindakan dan keadaaan ini. Hal ini cenderung akan berlangsung lama dan

menetap dalam diri individu(Geller, 2015).

Menurut penelitian Hendrabuwana pada tahun 2007 yang dilakukan pada

pekerja Departemen Cor PT Pindad Persero Bandung, variabel yang

berhubungan dengan perilaku bekerja selamat adalah

peraturan(Hendrabuwana, 2007).

7. Ketersediaan APD
Menurut Notoatmojo, perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor, salah satunya

adalah faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan fasilitas dan sarana

kesehatan. Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk

dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum

terwujud dalam suatu tindakan jika terdapat fasilitas yang mendukung

terbentuknya perilaku tersebut(Notoatmodjo, 2018). Ketersediaan Sarana

dan prasaran yang mendukung tindakan pekerja berperilaku selamat dalam

bekerja (Suma’mur, 2014)

Penggunaan APD merupakan alternatif yang paling terakhir dalam

Hierarki pengendalian bahaya. Lebih baik mendahulukan tempat kerja

yang aman, daripada pekerjaan yang safety karena tempat kerja yang

memenuhi standar keselamatan lebih menjamin terselenggaranya

perlindungan bagi tenaga kerja. Pada pengguanaan APD harus

dipertimbangkan berbagai hal, seperti pemilihan dan penetapan jenis

pelindung diri, standarisasi, pelatihan cara pemakaian dan perawatan APD,

efektivitas penggunaan, pengawasan pemakaian, pemeliharaan dan

penyimpanan(Suma’mur, 2014).

Beberapa pekerja mungkin menolak untuk menggunakan APD karena

APD tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan menambah beban stress

pada tubuh. Stress ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau kesulitan

untuk bekerja. Berdasarkan penelitian Hendrabuwana terdapat hubungan

yang bermakna antara ketersediaan APD dengan perilaku

aman(Hendrabuwana, 2007).

8. Peran Rekan Kerja


Dengan semakin meningkatnya kekompleksitasan akan tuntutan

pencapaian hasil oleh klien dari suatu projek tentunya hal ini akan

melibatkan banyak tenaga ahli didalamnya sehingga membutuhkan suatu

upaya kerja kolektif (team work) dan komunikasi daripada suatu upaya

yang bersifat individual dalam penyelesaian suatu tugas ataupun proyek.

Seringkali pekerja berperilaku tidak aman karena rekannya yang lain juga

berperilaku demikian. Geller juga menyebutkan tekanan rekan kerja

semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku

tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif

kompeten atau berpengalaman(Geller, 2015). Selanjutnya, pada penelitian

Karyani terhadap 113 pekerja di Schlumberger Indonesia tahun 2005

diperoleh bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku aman

setelah peran pengawas/supervisor adalah peran dari rekan kerja. Peran

rekan kerja yang tinggi menujukan peluang pekerja untuk berperilaku

aman sebesar 6,314 kali dibandingkan pekerja yang mempunyai peran

rekan kerja yang rendah(Karyani, 2005).

2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian pada landasan teori di atas, maka kerangka

teori dapat dijelaskan bagan kerangka teori di bawah ini.


Faktor Predisposisi/Predisposing Factors
Pengetahuan
Sikap
Motivasi
Faktor Pemungkin/ Enablings Factors Perilaku Tidak Aman
Ketersediaan APD
Peraturan Keselamatan
Faktor Penguat/ Reinforcing Factors
Pengawasan
Rekan Kerja

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber Suma’mur (2016), Heinrich (2016), DNV Modern Safety Management

(2016), Kavianian dalam Winarsunu (2018), Aksorn dan Hadikusumo (2017),

Green dalam Notoatmodjo (2017)


2.3 Penelitian Terkait

Berikut penelitian terkait mengenai faktor yang berhubungan dengan perilaku

tidak aman:

Tabel 2.1Penelitian Terkait


No Nama Judul Variabel Metode penelitian Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian
1 Selva Faktor-Faktor Pengetahua, Jenis penelitian ini 56,1% responden berperilaku
Prasanti Yang Sikap, adalah penelitian aman, 56,1% responden
(2016) Berhubungan persepsi kuantitatif dengan memiliki pengetahuan
Dengan Perilaku tentang pendekatan cross tentang risiko, bahaya dan
Tidak Aman kondisi sectional unsafe action yang baik,
(Unsafe Action) APD, peran 67,1% responden memiliki
Dalam Bekerja pengawas sikap positif terhadap
Pada Karyawan perilaku aman dalam bekerja,
Factory 5 Di 57,3% responden memiliki
Pt.X Serpong- persepsi positif terhadap
Banten 2016 perilaku aman tentang
( Karyawan kondisi APD, 69,5%
bagian produksi responden menyatakan peran
divisi 5) pengawas mendukung
terjadinya perilaku aman
dalam bekerja. Hasil uji
statistik, variabel sikap (P
value = 0,000), persepsi (P
value = 0,000), dan peran
pengawas (P value = 0,000)
berhubungan dengan perilaku
tidak aman dalam bekerja.
Pengetahuan tidak
berhubungan dengan perilaku
tidak aman dalam bekerja (P
value = 0,558
2 Andini Faktor-Faktor Pengetahuan Jenis penelitian ini Hasil penelitian 54,3%
Puspasari Yang , Sikap, adalah penelitian karyawan berperilaku tidak
(2018) Berhubungan Pengawasan kuantitatif dengan aman, 65,2% memiliki
Dengan Perilaku pendekatan cross pengetahuan tinggi, 56,5%
Tidak Aman sectional memiliki sikap positif, 63%
(Unsafe Action) menyatakan tidak adanya
Pada Karyawan pengawasan yang dilakukan
Di Unit di unit produksi 2. Hasil uji
Produksi 2 Pt statistik variabel sikap (P
Panata Jaya value= 0,030), Pengawasan
Mandiri (P value= 0,022)
Tangerang- berhubungan dengan perilaku
Banten Tahun tidak aman. Pengetahuan
2018 tidak berhubungan dengan
perilaku tidak aman (P
value= 0,262).
3. Alqia Nur Pengaruh Motivasi Jenis penelitian ini Hasil menunjukan terdapat
Affidah, Motivasi dan adalah survei hubungan antara
Vivien Tindakan Tidak analitik dengan motivasidengan perilaku
Dwi Aman Terhadap pendekatan waktu tidak aman.Variabel motivasi
Purnama Kecelakaan penelitian dengan berpengaruh terhadap
Sari Kerja pada cara cross- terjadinya kecelakaan kerja
Karyawan sectional. pada karyawan bagian
Bagian Produksi produksi dalam masa giling
Dalam Masa shift 3.
Giling Shift 3
Pg X Kediri
4. Sholihin Hubugan Masa kerja Jenis penelitian ini Hasil menunjukan terdapat
Shiddiq, Persepsi K3 adalah survei hubungan antara masa
Atjo Karyawan analitik dengan kerjadengan perilaku tidak
Wahyu, dengan Perilaku pendekatan cross- aman. Karyawan baru
Masyitha Tidak Aman di sectional memerlukan perhatian
Muis Bagian Produksi lebih,pelatihan, pengawasan,
(2014) Unit IV PT. dan bimbingan
Semen Tonasa daripadakaryawan lama yang
memiliki pengalaman.
5. Intan Hubungan Pengetahuan Jenis penelitian ini Hasil menunjukan terdapat
Kristianti, Safety adalah penelitian hubungan antara
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian atau kerangka berfikir merupakan suatu uraian

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, uraian tersebut sesuai dengan tujuan

penelitian maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Sikap Perilaku tidak aman
Pengawasan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan cara ukur, alat ukur dan hasil ukur akan dijabarkan dalam tabel di

bawah ini :

No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur Ukur


Dependen
1. Perilaku Tindakan dilakukan Pengisian Kuesioner 0 = Tidak Ordinal

tidak aman responden/pekerja Kuesioner Aman,jika skor

yang tidak sesuai < mean/

dengan prosedur median

kerja yang berlaku 1 = Aman, jika


No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur Ukur


Dependen
seperti melakukan skor≥

pekerjaan yang mean/median

bukan keahliannya,

menggunakan

peralatan mesin

yang tidak benar,

posisi kerja yang

salah, tidak

menggunakan APD,

mengobrol ketika

bekerja, bekerja

dengan kondisi fisik

yang tidak baik, dan

lain-lain.
Independen
1. Pengetahuan Banyaknya Pengisian Kuesioner 0 = Kurang Ordinal

informasi yang Kuesioner baik,jika skor <

dimiliki oleh mean/ median

pekerja/responden 1 = Baik, jika skor

mengenai bahaya, ≥ mean/median

resiko, dan perilaku

tidak aman seperti

faktor resiko

penyebab
No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur Ukur


Dependen
kecelakaan kerja,

jenis dan fungsi

APD, rambu-rambu

K3 dan lain-lain.

1.
2. Sikap Kecenderungan Pengisian Kuesioner 1 = Negatif,jika Ordinal

responden untuk Kuesioner skor < mean/

berfikir dan median

bertindak saat 2 = Positif, jika

bekerja agar dapat skor ≥

melakukan perilaku mean/median

aman dalam bekerja. (Puspasari, 2018)


3. Pengawasan Kegiatan Pengisian Kuesioner 0 = Rendah,jika Ordinal

pemantauan dan Kuesioner skor < mean/

pengarahan pada median

pekerja untuk selalu 1 = Tinggi, jika

berperilaku aman skor ≥

saat bekerja. mean/median


3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan diPT Calpis Indonesia yang berada di

kawasan Ejip Cikarang. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei-

September 2020.

3.4 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif,dimana peneliti ingin

mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang dilihat

berdasarkan hitungan atau angka. Adapun pendekatan yang digunakan dalam

penelitian dengan cara cross sectional, dimana seluruh variabel yang diamati, diukur

dalam waktu bersamaan ketika penelitian berlangsung yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor (pengetahuan, sikap, motivasi, masa kerja dan pengawasan)

yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bagian produksi di PT

Calpis Indonesia.

Jenis data yang dikumpulan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder:

1. Data Primer

Data Primer diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang memuat beberapa

pertanyaan yang meliputi perilaku tidak aman, pengetahuan mengenai K3, sikap,

motivasi, masa kerja dan pengawasan atasan pada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data

sekunder pada penelitian ini diperoleh dari PT Calpis Indonesia mengenai

gambaran umum perusahaan, jumlah pekerja di perusahaan tersebut.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di bagian

produksi di PT Calpis Indonesia. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak

150 responden.

3.5.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan diteliti

dan di anggap mewakili seluruh populasi(Notoatmodjo, 2018). Adanya keterbatasan

waktu dan biaya, maka untuk menentukan sampel dengan menggunakan rumus slovin

sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N ( d)

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

d2 = Tingkat Kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

Besar sampel size pada peneliitian ini adalah:

150
n=
1+150 x 0,12

150
¿
1+150 × 0,01

150
¿
1+1,5

= 60 dibulatkan menjadi 60 orang.

Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Simple random

sampling, Simplerandom sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

langsung dilakukan pada unit sampling. Teknik simple

random sampling memungkinkan setiap unit sampling sebagai unsur populasi

memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel(Margono, 2010).

3.5.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008).


1. Kriteria Inklusi

a. Karyawan yang bekerja di bagian produksi di PT Calpis Indonesia

b. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi yaitu

a. Karyawan yang bekerja di bagian selain bagian produksidi PT Calpis Indonesia

b. Tidak bersediamenjadi responden

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

sebagai berikut:

1. Perilaku tidak aman

Instrumen yang digunakan dalam mengukur perilaku tidak aman

menggunakan kuesioner sebanyak 30 soal. Skala yang digunakan yaitu skala

likert yang terdiri dari 4 jawaban pilihan yang terdiri dari pernyataan positif

maupun pernyataan negatif. Pernyataan positif terdiri dari 18 soal (1, 2, 3, 4, 6, 8,

9, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 29 dan 30) dan pernyataan negatif terdiri dari

12 soal (5, 7, 10, 11, 12, 13, 17, 18, 20, 24, 27 dan 28). Pilihan jawaban tersebut

yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP), dengan skor

jawabandari item pernyataan perilaku positif:

a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan dan diberikan

melalui jawaban kuesioner skor empat

b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga

c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan

diberikan melalui jawaban kuesione skor dua


d. Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner

dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu

Adapun untuk jawaban dari item pernyataan perilaku negatif yaitu:

a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu

b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor dua

c. Jarang (JR) jika responeden ragu-ragu dalam pernyataan kuesioner dan

diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga

d. Tidak pernah (TP) iika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner

dan diberikan jawaban kuesioner skor empat

Perilaku dikatakan aman jika nilai ≥ mean/median, dan dikatakan tidak aman

jika nilai <mean/median.

2. Pengetahuan

Instrumen yang digunakan dalam mengukur pengetahuan tentang K3

menggunakan kuesioner sebanyak 25 soal dengan menggunakan jawaban Ya dan

Tidak. Jawaban responden jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0.

3. Sikap

Instrumen yang digunakan dalam mengukur sikap tentang K3

menggunakan kuesioner sebanyak 25 soal dengan menggunakan jawaban Ya dan

Tidak. Jawaban responden jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0.

Dikatakan sikap responden positif (jika nilai ≥ mean/median) dan dikatakan

negatif (jika nilai <mean/median).


4. Pengawasan

Instrumen yang digunakan dalam mengukur pengawasan menggunakan

kuesioner sebanyak 10 soal. Skala yang digunakan yaitu skala likert yang terdiri

dari 5 jawaban. Bentuk jawaban dalam skala ini yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Pengawasan dikatakan tinggi jika nilai ≥ mean/median, dan dikatakan rendah jika

nilai <mean/median.

3.7 Teknik Pengolahan

Pengelohan data digunakan dengan perangkat lunak dengan menggunakan

program statistik, hasil penelitian diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Sebelum data diolah data tersebuit dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap

isian kuesioner sehingga jika ada belum lengkap bisa dilengkapi

2. Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban yang ada

untukmempermudah dalam proses pengelompokan dan pengolahan

data.Pengkodean jawaban adalah memberi angka pada tiap-tiap jawaban.

Berdasarkan variabel dependen perilaku tidak aman diberi kode 1 jika aman dan 2

jika tidak aman. Variabel independen pengetahuan diberi kode 1 jika baik dan 2

jika kurang baik, sikap diberi kode 1 jika positif dan 2 jika negatif, serta

pengawasan diberi kode 1 jika tinggi dan 2 jika rendah.

3. Tabulating (Tabulasi)

Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi

merupakan langkah memasukkan data ke dalam tabel dengan berbagai kategori


atau kriteria, dalam penelitian ini peneliti membuat tabel induk yang memuat

susunan data penelitian berdasarkan klasifikasi yang sistematik yang berkaitan

dengan faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja.

4. Entry Data

Entry data dalam penelitian ini dimana peneliti melakukan kegiatan

mengumpulkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data

base computer selanjutnya dimasukkan ke dalam program SPSS IBM 25, lalu

membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat table kontigensi. Peneliti

melakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan kode ketidak lengkapan dan sebagainnya.

3.8 Uji Validitas Dan Realibilitas Kuesioner

3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada 30Karyawandi bagian produksi di PT Calpis Indonesia.

yang tidak termasuk dalam responden penelitiandi bagian produksi di PT Calpis

Indonesia . Variabel yang diuji adalah variabel independen yaitu variabel pengetahuan,

sikap, dan pengawasan, serta variabel dependen yaitu perilaku tidak aman.Teknik

pelaksanaan pada uji validitas pada kuesioner dalam format google formulir, dilakukan

dengan melihat r tabel dengan menggunakan df = n-2, maka tingkat kemaknaan 5%

didapat dari angka r tabel, kriteria pengujian adalah bila r dihitung > dari r tabel maka

instrumen atau item-item berkolerasi signitifikan terhadap skor, bila r hitung < r tabel

maka instrumen dan item-item pertanyaan tidak berkorelasi signitifikan terhadap skor

total (dinyatakan tidak valid).

3.8.2. Reabilitas
Uji ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kuesioner dapat dipercaya dan diandalkan.

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran yang

memiliki realibilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang

reliabel. Pengujian realibilitas digunakan dengan rumus realibilitas α dengan Alpha

Cronbach, dengan interpretasi sebagai berikut:

a. Jika nilai α≥ 0.6 artinya variabel reliabel.

b. Jika α≤ 0.6 artinya variabel tidak reliabel

Jadi, semakin α mendekati angka 1 maka realibitas akan semakin tinggi. Angka

kesepatan secara umum dipakai oleh para peneliti adalah 0.6-0.095.

3.9 Uji Normalitas

Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat garis

normal pada grafik histogram atau dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smiirmov

dalam pengambilan keputusan. Dengan melakukan Uji Kolmogorov Smiirnov (Uji

KS) data dikatakan normal, jika nilai signifikan (p-value) uji KS > 0,05. Jika nilai

signifikan (p-value) Uji KS < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. Uji

Normalitas digunakan untuk menentukan penggunaan mean atau median, dimana jika

data terdistribusi nomal menggunakan mean dan jika data tidak terdistribusi normal

menggunakan median.

3.10 Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu univariat dan bivariat

dengan penjelasan sebagai berikut:

3.10.1 Analisis Univariat


Analisi univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil penelitian. Pada

umumnya hasil analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

F
P= x 100%
N

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

100% = Bilangan tetap

(Notoatmodjo, 2018)

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkolerasi yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam analisis ini

menggunakan uji statistik chi-square, dimana merupakan teknik statistik yang

digunakan untuk menguji pengaruh antara 2 variabel apabila skala data variabel

penelitian berupa skala normal dan skala ordinal. Dalam penelitian kesehatan, uji

signitifikan dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan (Alpha>0,05) dan 95%

confidence interval

Pada penelitian crosssectional nilai asosiasi yang digunakan adalah nilai

PrevalensRatio(PR) untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih

besar dibandingkan kelompok lain antara masing-masing variabel independen yang

diteliti terhadap variabel dependen. PR dipakai jika prevalensi kasus besar>10%

Nilai prevelanceratio (PR) = 1 maka tidak ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.


Nilai prevalenceratio (PR) < 1 maka variabel independen merupakan mengurangi

kejadian terhadap variabel dependen.

Nilai prevelanceratio (PR) > 1 maka variabel independen merupakan faktor risiko

terhadap variabel dependen..


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar, S. (2018). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.

BPJS Ketenagakerjaan. (2020). No Title. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/

Dirgagunarsa & Singgih, D. (2015). Pengantar Psikologi. Mutiara Sumber.

DNV Modern Safety Management. (2016). Loss Control Managment Training

(Revised ed).

Endroyono, B. (2016). Keselamatan Kerja untuk Teknik Bangunan. IKIP

Semarang Press.

Geller, E. S. (2015). The Pshychologi Of Safety Handbook. Lewis Publiher.

Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Bumi

Aksara.

Hamzah, B. (2018). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara.

Handoko, T. (2016). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.

Heinrich, H. W. (2016). Industrial Accident Prevention Scientific Approach.

McGraw Hill Book Company.

Hendrabuwana, L. O. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Bekerja Selamat Bagi Pekerja Di Depatemen Cor PT Pindad Persero

Bandung Tahun 2007. Skripsi. Depok : FKM UI.

Karyani. (2005). Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (safe

behavior) di Schlumberger Indonesia tahun 2005. Tesis. FKM UI Depok.

Kasmadi. (2017). Panduan Medern Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Info datin (pusat data dan informasi
kementrian kesehatan RI).

Konradus, D. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT Percetakan Penebar

Swadaya.

Lawton, R., & Parker, D. (2018). Individual differences in accident liability: a

review and integrative approach. The Journal of the Human Factors and

Ergonomics Society, Volume 40 No 4.

Listyandini R, Suwandi T, H. H. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan

Tindakan Tidak Aman pada Pekerja di Pabrik Pupuk NPK. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Vol.7 No.1. Universitas Ibn Khaldun Bogor.

Margono, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia.

Maulidhasari, D. N., Yuantari, M. C., & N. (2016). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Berbahaya (Unsafe Action) Pada Bagian Unit

Intake PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang.

Jurnal Visikes, Volume 10 No 1. Fakultas Kesehatan Universitas Dian

Nuswantoro.

Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian. Rieneka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka

Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Salemba Medika.

Pratama, A. K. (2015). Pekerja dengan Unsafe Action pada Tenaga Kerja

Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. The Indonesian Journal

of Occupational Safety and Health, Volume 4 No 1.Health Safety


Environment (HSE) PT. Petikemas Surabaya.

Puspasari, A. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak

Aman (Unsafe Action) Pada Karyawan Di Unit Produksi 2 Pt Panata Jaya

Mandiri Tangerang- Banten Tahun 2018.

Ramli, S. (2017). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Dian

Rakyat.

Saepudin, D. (2011). Kepatuhan Penggunaan Obat pada Pasien Hipertensi di

Puskesmas. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol 6, No.

Sangaji J, Jayanti S, L. D. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

PerilakuTidak Aman Pekerja Bagian Lambung Galangan KapalPT X. Jurnal

Kesehatan Masyarakat (e-Journal)Volume 6, Nomor 5. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro.

Saragih F, Halinda SL, L. T. (2015). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan

TindakanTidak Aman pada Pekerja Lapangan PT. Telkom Cabang

Sidikalang Kabupaten Dairi. Naskah Publikasi. FKM Universitas Sumatera

Utara.

Shiddiq S, Wahyu A, & M. M. (2014). Hubugan Persepsi K3 Karyawan dengan

Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa. J.

Urnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Volume 10 No 2. Bagian K3

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Siagian. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sialagan, T. R. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Pada Perilaku

Aman di PT EGS Indonesia Tahun 2008. Tesis Depok : FKM UI.

Siregar, R. . (2011). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Berkendara Dengan Aman pada Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2010.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/3671

Somad, I. (2017). Teknik Efektif dalam Membudayakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Dian Rakyat.

Suma’mur. (2014). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT Toko

Gunung Agung.

Sutrisno. (2017). Manajemen SumberDaya manusia. (Kencana. (ed.)).

Syamsuddin, M. S. (2009). Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Sarana Bhakti Persada.

Tarwaka. (2018). Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan

Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Harapan

Press.

Tulaeka, K. I. &. (2018). Hubungan Safety Inspection dan Pengetahuan Dengan

Unsafe Action di Departemen Rolling Mill. Naskah Publikasi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Utommi, S. (2007). Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti

Prosedur Operasi pada Pekerja Operator Dump Truck di PT. Kaltim

Primacoal tahun 2007.

Wanodya, C., et al. (2014). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis Malang

9(1).

Widarti IE. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja

pada Pekerja Maintenance Elektrikal dalam Menerapkan Work Permit di PT.


X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 3 Nomor 3. Universitas

Diponegoro.
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Firdayani Muflihatin

NPM : 20180301174

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, akan melakukan penelitian dengan judul: “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja Bagian

Produksi di PT Calpis Indonesia”.

Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk bersedia

menjadi responden.Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari adalah sukarela atau

tanpa paksaan. Data yang diambil dandisajikan bersifat rahasia, tanpa

menyebutkan nama Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dan disajikan hanya

untukpengembangan ilmu kebidanan. Apabila ibu berkenan menjadi responden,

sayamohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Atasperhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini

saya ucapkan terima kasih.

Bekasi, September 2020

Hormat Saya

Firdayani Muflihatin
SURAT PERNYATAAN

BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan dibawah ini, saya :

Nama (Inisial) :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman pada Pekerja

Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia”.

Surat persetujuan ini dibuat dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak

manapun.

Bekasi, September 2020

Responden

( )
KUESIONER

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman

pada Pekerja Bagian Produksi di PT Calpis Indonesia

Petunjuk Pengisian

1. Kuesioner ini terdiri dari: (I) identitas responden, (II) perilaku tidak aman saat

bekerja, (III) pengetahuan tentang K3, (IV)sikap, (V) pengawasan.

2. Setiap butir pertanyaan serta alternative jawaban dibaca teliti dan mohon

dijawab tanpa ada yang terlewatkan.

3. Untuk bagian (II) sampai (V), daftar pertanyaan diisi dengan cara memberikan

tanda Chec klist (√) pada salah satu alternatif jawaban sesuai dengan pendapat

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari. Jika jawaban yang tersedia ada yang tidak sesuai

dimohon untuk memilih yang paling mendekati sesuai dengan pendapat

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari.

I. Data Diri Responden

1. No responden :

2. Nama (inisial) :

3. Usia :...................... tahun

II. Kuesioner Perilaku Tidak Aman

Petunjuk Umum
1. Berilah tanda ceklist (√) pada kotak jawaban ang anda anggap paling sesuai

dengan pilihan sebagaiberikut :

SL = Selalu (dilakukan secara terus menerus dan setiap hari/tiap saat)

SR = Sering (dilakukan secara terus menerus namun tidak setiap hari/tiap

saat)

JR = Jarang (dilakukan tidak menentu dan terlihat hampir tidak melakukan)

TP = Tidak Pernah (tidak pernah dilakukan)

2. Bila pada pengisian kuesioner kurang jelas, Anda dapat bertanya pada

peneliti

Jawaban
No Pertanyaan
SL SR JR TP

1. Apakah anda selalu mengikuti prosedur kerja

yang telah di tetapkan oleh perusahan?

2. Apakah anda melakukan pekerjaan sesuai dengan

wewenang yang diberikan?

3. Apakah anda selalu berkerja mengoperasikan

peralatan / mesin sesuai dengan wewenang yang

diberikan?

4. Apakah anda bekerja sesuai dengan kecepatan

yang telah ditentukan?

5. Apakah anda pernah bekerja tidak mengikuti


Jawaban
No Pertanyaan
SL SR JR TP

prosedur kerja saat mengoperasikan alat?

6. Dalam melakukan pekerjaan, apakah tubuh dan

anggota tubuh anda selami ini berada dalam posisi

yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut?

7. Dalam mengoperasikan mesin selama ini apakah

anda selalu dalamkeadaan sehat tidak terpengaruh

obat – obatan terlarang atau alkohol?

8. Dalam mengoperasikan mesin selama ini apakah

anda selalu dalam keadaan sehat tidak pernah

dalam keadaan mengantuk?

9. Apakah anda menggunakan APD di area kerja

sesuai standart yang berlaku di perusahaan?

10. Apakah anda pernah menggunakan APD yang

telah rusak saat bekerja?

11. Apakah anda pernah menghilangkan alat

pengaman keselamatan?

12. Apakah anda pernah merusak alat pengaman

keselamatan?

13. Apakah anda pernah tidak menggunakan alat

pengaman saat sedangmengoperasikan alat?


14. Apakah anda pernah menjaga peralatan
Jawaban
No Pertanyaan
SL SR JR TP

keselamatan tetap berfungsi?


15. Apakah anda menggunakan peralatan yang

seharusnya?
16. Apakah anda menggunakan peralatan kerja sesuai

fungsinya?
17. Apakah anda pernah tidak mematikan mesin /

peralatan yang sudahtidak digunakan?


18. Apakah anda pernah merusakan peralatan kerja?

19. Apakah anda pernah menggunakan mesin / peralatan

dengan kecepatanyang sesuai prosedur?


20. Apakah anda pernah berkerja menggunakan

peralatan yang rusak?


21. Apakah anda pernah menjaga peralatan kerja anda

agar tetap berfungsidengan baik?


22. Apakah anda berkerja mengoperasikan peralatan

yang memang sesuaiwewenang / hak anda?


23. Apakah anda pernah berkerja mengoperasikan alat

atau mesin denganperalatan safety pada mesin

yang baik?
24. Apakah anda pernah memperbaiki perlatan dalam

keadaan mesinmasih hidup?


25. Apakah anda pernah mengembalikan perkakas

atau perlengkapan kerjapada tempatnya setelah

bekerja?
26. Apakah anda pernah merapikan pelatan kerja yang
Jawaban
No Pertanyaan
SL SR JR TP

anda gunakansetelah memperbaiki mesin / pelatan

kerja lainnya?
27. Apakah anda pernah meletakan peralatan tidak

pada tempatnya?
28. Apakah anda pernah menjaga kerapiah di area

tempat anda kerja?


29. Apakah anda pernah menjaga kebersihan di area

tempat anda kerja?


30. Apakah anda pernah membuat pencemaran

lingkungan di area kerjaseperti membuang

sampah organik dan non organik di

sembarangtempat?

III. Kuesioner Pengetahuan

Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai!

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Penerapan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja


2. Penerapan manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) dapat mencegah dan mengurangi penyakit akibat kerja


3. Kelengkapan isi kotak Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) sangat penting


4. Pengetahuan K3 sangat diperlukan sebagai acuan dalam

bekerja
Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
5. Kedisiplinan dapat tumbuh dengan menerapkan K3.

6. K3 dapat membuat hasil pekerjaan menjadi lebih optimal

7. Kebisingan mesin dapat menyebabkan tuli permanen

8. Salah satu faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu kelalaian

dari pekerja.
9. Kelelahan dalam bekerja juga dapat menimbulkan sebuah

kecelakaan.
10. Sirkulasi udara yang kurang membuat tidak nyaman ketika

bekerja.
11. Pencahayaan yang redup dapat menimbulkan kecelakaan

kerja
12. Banyaknya debu di tempat kerja dapat mengganggu

pernafasan.
13. Tulisan dan gambar-gambar keselamatan kerja yang

terpasang di perusahaan bagian produksi bermanfaat untuk

mencegah terjadinya kecelakaan.


14. Ventilasi (sirkulasi udara) yang baik sangat diperlukan di

tempat kerja.
15. Keadaan ruang Kerja yang nyaman adalah dengan sirkulasi

udara yang baik


16. Tempat kerja harus memiliki pencahayaan yang cukup agar

tidak mengganggu penglihatan sewaktu bekerja.


17. Kondisi mesin yang baik dapat menghindari terjadinya

kecelakaan kerja
18. Pekerja harus mengetahui arti dari setiap rambu-rambu

mengenai keselamatan (safety sign) yang dipasang di


Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
tempat kerja
19. APD (Alat Pelindung Diri) harus digunakan ketika bekerja

20. APD (Alat Pelindung Diri) dapat membuat rasa aman dan

nyaman ketika bekerja


21. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) harus sesuai

dengan prosedur yang benar


22. Penggunaan APD untuk kepentingan kesehatan dan

keselamatan ketika melakukan praktik.


23. Pakaian kerja yang digunakan harus sesuai dengan standar

yang telah ditentukan.


24. Pakaian kerja tidak boleh kebesaran atau kekecilan.

25. Saat bekerja, pakaian kerja dalam kondisi yang bersih.

IV. Kuesioner Sikap

Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai!

Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Saya yakin tujuan K3 yaitu untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja
2. Saya yakin perlu adanya pengetahuan tentang K3

3. Saya yakin kebisingan dapat merusak pendengaran saya.

4. Saya perlu penerangan yang cukup ketika praktik

5. Saya yakin cara kerja dan posisi kerja yang baik sangat

diperlukan ketika praktik.


6. Sampah – sampah hasil praktik sebaiknya dibuang pada
Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
tempatnya
7. Saya yakin kondisi tubuh yang kurang sehat dapat

menimbulkan peluang untuk mengalami kecelakaan kerja


8. Saya yakin kelelahan membuat saya tidak fokus untuk

menyelesaikan pekerjaan.
9. Saya suka bekerja menggunakan APD (Alat Pelindung

APD).
10. Saya senang dengan adanya poster-poster K3 yang

ditempel di dinding bengkel.


11. Saya lebih senang praktik dengan pencahayaan yang cukup

12. Saya lebih senang apabila tempat kerja memiliki ventilasi

udara yang cukup.


13. Saya lebih senang untuk merapikan peralatan praktik

ketika selesai praktik.


14. Saya senang dengan kondisi tempat dalam keadaan yang

rapi.
15. Saya tidak suka bekerja dengan kondisi tubuh yang sudah

lelah
16. Saya suka praktik dengan penuh konsentrasi.

17. Saya akan menggunakan APD ketika sedang bekerja demi

keamanan bersama.
18. Saya akan lapor kepada tenaga ahli mesin apabila terjadi

kejanggalan/ kerusakan perlatan praktik.


19. Saya akan menyalakan lampu apabila kondisi tempat kerja

saya gelap
20. Saya akan berhati dengan mesin yang masih beroperasi.
Jawaban
No Pernyataan
Ya Tidak
21. Saya akan membuang sampah pada tempatnya.

22. Saya akan menaruh peralatan bekerja sesuai dengan tempat

yang sudah disediakan.


23. Saya akan bekerja dengan posisi yang benar agar tidak

terjadi kecelakaan.
24. Saya akan istirahat terlebih dahulu apabila saya sudah

jenuh.
25. Saya akan bekerja dengan penuh konsentrasi.

V. Kuesioner Pengawasan

Berilah tanda checklist() pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang

dialami Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dengan jawaban sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS STS

1. Pimpinan saya telah melakukan pengawasan

secara langsung kepada pegawainya

2. Pimpinan saya melakukan pengawasan dengan


Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS STS

memberikan bimbingan kepada pegawai

3. Saya diawasi oleh pimpinan secara rutin dan

teratur

4. Pimpinan saya telah memberikan contoh

teladan kepada pegawainya

5. Wewenang dan tanggung jawab di perusahaan

sudah jelas sehingga tidak menimbulkan

keraguan

6. Penentuan prosedur kerja di perusahaan sudah

cukup jelas dan mudah dipahami

7. Prosedur kerja di perusahaan mampu

memudahkan pegawai dalam memperkecil

kesalahan

8. Penetapan anggaran untuk tugas pegawai telah

jelas dan transparan.

9. Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan

oleh pegawai sudah dilakukan dengan objektif

10. Pimpinan saya memberikan tindakan tegas

apabila saya melanggar aturan

Anda mungkin juga menyukai