Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PEKERJA DALAM

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA


INDUSTRI INFORMAL PENGELASAN DI KELURAHAN
TANAH BARU KECAMATAN BEJI KOTA DEPOK
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi


Strata Satu (S-1) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh:

ELGA NUR FADILLAH

2015710084

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Elga Nur Fadillah

NPM : 2015710084

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Faktor Perilaku Pekerja dalam


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok
Tahun 2019

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Sidang Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi strata satu di
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM).

Ditetapkan:

Jakarta, 26 Agustus 2019

Ketua Program Studi

(Munaya Fauziah, SKM, M.Kes)

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi di Program Studi


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Pada Hari : Selasa

Tanggal : 19 Agustus 2019

........................................................ Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes

Pembimbing

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Komisi Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari : Selasa


Tanggal : 26 Agustus 2019

.............................................. Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes


Pembimbing

.............................................. Istianah Surury, SKM, M.Epid


Penguji I

.............................................. Nurfadhilah, SKM, M.Kes


Penguji II

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
2) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S-1) Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2019

Elga Nur Fadillah

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Elga Nur Fadillah


NPM : 2015710084
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi yang
berjudul:
“Analisis Faktor Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah
Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di :
Pada tanggal: 26 Agustus, 2019
Yang menyatakan:

( Elga Nur Fadillah)

v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Agustus 2019


Elga Nur Fadillah

Analisis Faktor Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri


(APD) pada Industri Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019
vi + 97 halaman + 25 tabel + 10 gambar + 4 bagan + 9 lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang: Perkembangan sektor informal saat ini sangatlah pesat dan
mampu menjadi tumpuan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data angka
kecelakaan kerja terjadi kenaikan angka kecelakaan kerja di Indonesia dari
tahun 2013 hingga 2017 yaitu sebanyak 25.856 orang. Kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi apabila pekerja selalu menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan benar dan lengkap saat bekerja.
Tujuan penelitian: Mengetahui faktor perilaku pekerja dalam penggunaan
APD pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019 dengan
menggunakan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik
accidental sampling sebanyak 145 sampel.
Hasil: Perilaku penggunaan APD (80,7%), pengetahuan kurang baik
(75,9%), persepsi risiko dengan risiko tinggi (54,5%), persepsi terhadap APD
dengan risiko tinggi (35,2%), ketersediaan APD tidak lengkap (62,8%), tidak
ada pengawasan (85,5%), hukuman (55,9%), penghargaan (42,1%). Dari
hasil uji bivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan perilaku
penggunaan APD (p<0,05) adalah variabel pengetahuan (p=0,020), persepsi
risiko (p=0,045), persepsi terhadap APD (p= 0,005), ketersediaan APD
(p=0,027), pengawasan (p=0,032).Dan variabel yang tidak berhubungan
adalah hukuman dan penghargaan.
Saran: Melakukan edukasi untuk menggali pengetahuan pekerja dan
sosialisasi terkait penggunaan APD yang baik dan benar.
Kata Kunci : APD, Perilaku, Pekerja Informal Pengelasan
Daftar Pustaka : 58 (1987-2018)

vi
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

Skripsi, August 2019


Elga Nur Fadillah

Analysis of Worker Behavior Factors in the Use of Personal Protective


Equipment (PPE) in the Informal Welding Industry in New Land Village
Beji Sub-District Depok City in 2019

vii + 97 pages + 25 tabels + 10 pictures + 4 chart + 9 attachments

ABSTRACT

Background: The development of the informal sector at this time is very rapid
and able to become the economic foundation in Indonesia. based on data on
work accident numbers in Indonesia from 2013 to 2017, amounting to 25.856
people. work accidents can be minimized if workers always use Personal
Protective Equipment (PPE) properly and completely while working.
The object of this study: To determine the factors of worker behavior in the
use of PPE in the informal welding industry in the new land village Beji sub-
district Depok city in 2019.
Methods: This research was conducted in July-August 2019 using a cross
sectional study design. Samples were taken with an accidental sampling
technique of 145 samples.
Results:The behavior of using PPE (80.7%), lack of knowledge (75.9%), risk
perception with high risk (54.5%), perception of PPE with high risk (35.2%),
the availability of PPE is incomplete (62.8%), no supervision (85.5%),
punishment (55.9%), awards (42.1%). From the bivariate test results
obtained variables associated with PPE usage behavior (p <0.05) are
knowledge variables (p = 0.020), risk perception (p = 0.045), perception of
PPE (p = 0.005), PPE availability (p = 0.027), supervision (p = 0.032). And
the unrelated variables are punishment and reward.
Suggestion: Conduct education to explore workers' knowledge and
socialization related to the use of PPE that is good and right.

Keywords : PPE, Behavior, Informal Worker Welding


Bibliography : 58 (1987-2018)

vii
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah,
rakhmat, karunia, kesehatan dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Faktor Perilaku
Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Industri
Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota
Depok Tahun 2019”.
Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai syarat untuk dapat
menyelesaikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah dibantu dan
dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, saran serta
kesabarannya dalam membimbing saya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Ibu Istianah Surury, SKM, M.Epid, selaku dosen penguji 1 dan Ibu
Nurfadhilah, SKM, M.Kes, selaku dosen penguji 2 yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan,
kritikan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bengkel las sektor informal di Kelurahan Tanah Baru yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk diwawancara oleh peneliti.
4. Ibu Dr. Andriyani selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Ibu Munaya Fauziyah, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
6. Dosen-Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

viii
7. Kedua orang tua terkhusus untuk Ibu tersayang, terimakasih atas segala
perhatian, kasih sayang, dukungan moril dan material, upaya untuk
peneliti dapat sampai ditahap ini, serta doa yang selalu dipanjatkan hingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
8. Keluarga besar Baba Keman terkhusus untuk Kak Heinda, terimakasih
atas bantuan dan dukungannya.
9. Teman-teman terkasihku selusin yang bersama-sama dari semester 1
sampai semester 8. Terimakasih terkhusus anggota selusin yang sudah
membantuku mengerjakan skripsi ini. Selusinku ada Dinda Iski Akmalia,
Salma Nida Hafidhoh, Rahmi Firdha Oktaviandy, Hikmah Safitri, Ervina
Dwi Putri, Ketut Afrilia Hartinah, Siska Kusumastuti, Nurulafifah,
Yuliani Kusumah Waty, Aprillia Dewi Anggreini, dan Siti Aisyah Putri
Khasanah.
10. BEM FKK UMJ 2017-2018, khususnya untuk BPH-Koor sudah
memberikan dukungan satu sama lain.
11. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2015, khususnya
peminatan K3, KITA PASTI SUKSES.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dan mambantu peneliti dalam
penyusunan skripsi ini, ku ucapkan terimakasih semoga Allah membalas
kebaikan kalian.
13. Terakhir, ku ucapkan terimakasih untuk diriku sendiri karena sudah
mampu melewati segala tahapan demi tahapan proses pembelajaran
selama masa perkuliahan yang sebelumnya pernah terpikirkan mungkin
tidak akan bisa melanjutkan perkuliahan karena situasi dan kondisi yang
dialami. Sekali lagi ku ucapkan “alhamdulillah”.

Jakarta, 26 Agustus2019

(Elga Nur Fadillah)

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup ......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengelasan ............................................................................................... 10
B. Klasifikasi Pengelasan ............................................................................. 10
C. Jenis-Jenis Pengelasan ............................................................................. 11
D. Bahaya Pengelasan .................................................................................. 13
E. Pencegahan Bahaya Pengelasan .............................................................. 16
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................................................... 17
G. Alat Pelindung Diri ................................................................................. 20
H. Perilaku .................................................................................................... 27
I. Teori Perilaku .......................................................................................... 29
J. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku ............................... 35

x
K. Kerangka Teori ........................................................................................ 44

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep .................................................................................... 45
B. Definisi Operasional ................................................................................ 47
C. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 49

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 50
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 50
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 68
E. Etika Penelitian........................................................................................ 71

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian....................................................................................... 72
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 83
C. Pembahasan Penelitian ........................................................................... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................. 90
B. Saran ....................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian


Terdahulu

Tabel 4.2 Validitas Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 4.3 Validitas Pengetahuan Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada


Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 4.4 Validitas Persepsi Risiko Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada
Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 4.5 Validitas PersepsiAPD Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada


Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 4.6 Validitas Ketersediaan APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD


pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 4.7 Validitas Pengawasan Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada


Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 4.8 Validitas Hukuman Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada


Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 4.9 Validitas Penghargaan Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada


Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 5.1 Gambaran Lembar Observasi Perilaku Penggunaan APD pada


Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada
Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

xii
Tabel 5.3 Gambaran Persepsi Risiko Terhadap Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 5.4 Gambaran Persepsi APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada
Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 5.5 Gambaran Ketersediaan APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD


pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 5.6 Gambaran Pengawasan Terhadap Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019
Tabel 5.7 Gambaran HukumanTerhadap Perilaku Penggunaan APD
Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.8 Gambaran Penghargaan Terhadap Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.10 Hubungan Persepsi Risiko dengan Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.11 Hubungan Persepsi Terhadap APD dengan Perilaku Penggunaan


APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.12 Hubungan Ketersediaan APD dengan Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri
InformalPengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok
Tahun 2019

xiii
Tabel 5.13 Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan APD
Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.14 Hubungan Hukuman dengan Perilaku Penggunaan APD Terhadap


Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 5.15 Hubungan Penghargaan dengan Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.13 Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD Pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

Tabel 5.14 Hubungan Hukuman dengan Perilaku Penggunaan APD Terhadap


Perilaku Penggunaan APD Pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

Tabel 5.15 Hubungan Penghargaan dengan Perilaku Penggunaan APD


Terhadap Perilaku Penggunaan APD Pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Helm Pengaman


Gambar 2. Kacamata Las
Gambar 3. Pelindung Wajah
Gambar 4. Kacamata Bening
Gambar 5. Pelindung Telinga
Gambar 6. Pelindung Hidung
Gambar 7. Pakaian Kerja
Gambar 8. Pelindung Dada
Gambar 9. Sarung Tangan
Gambar 10. Sepatu Kerja

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Teori Health Belief Model


Bagan 2.2 Teori Lawrence Green
Bagan 2.3 Kerangka Teori
Bagan 3.1 Kerangka Konsep

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Artikel Ilmiah (Manuskrip)


Lampiran 2. Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 3. Surat Komisi Etik
Lampiran 4. Surat Izin Turun Lapangan
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Lampiran 6. Informed Consent
Lampiran 7. Kuesioner dan Lembar Observasi Penelitian
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 9. Dokumentasi

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non-
komersial (atau aktivitas ekonomi) yang tidak terdaftar dan secara
umum memiliki ciri-ciri: kegiatan berskala kecil, padat karya, dan
menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber
daya lokal (Aryanti, dkk 2016). Perkembangan sektor informal saat
ini sangatlah pesat dan mampu menjadi tumpuan ekonomi di
Indonesia. Sektor informal memiliki pola kegiatan yang tidak teratur,
baik dalam waktunya, pemodalan, dan penerimaannya tidak terikat
oleh peraturan yang ditetapkan. Kondisi industri informal dalam hal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga masih sangat kurang
memadai dan kurang mendapat perhatian dari instansi terkait. Pekerja
industri informal kurang mendapat promosi kesehatan, tidak
sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur kerja, dan
kurangnya peralatan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja (Yuda,
2018).
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh tubuh atau
sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
kecelakaan kerja pada tempat kerja. Penggunaan alat pelindung diri
sering dianggap tidak penting oleh para pekerja, terutama pada
pekerja yang bekerja pada sektor informal. Padahal penggunaan alat
pelindung diri sangat penting terhadap keselamatan dan kesehatan
pekerja. Kedisiplinan para pekerja dalam menggunakan alat
pelindung diri tergolong masih rendah sehingga risiko terjadinya
kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja cukup besar
(Sari,2016).

1
2

Angka kecelakaan kerja berdasarkan International Labour


Organization (ILO) tahun 2017, sebanyak 2,78 juta pekerja
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3%) dari kematian ini dikarenakan penyakit
akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7%) dikarenakan
kecelakaan kerja. Setiap tahun, ada hampir seribu kali lebih banyak
kecelakaan kerja non-fatal dibandingkan kecelakaan kerja fatal.
Kecelakaan non-fatal diperkirakan dialami 374 juta pekerja setiap
tahun, dan banyak dari kecelakaan ini memiliki konsekuensi yang
serius terhadap kapasitas penghasilan para pekerja (Hamalainen et al.,
2017).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi dari tahun
2013 sampai tahun 2017. Pada Tahun 2013 = 97.144 orang; Tahun
2014 = 40.696 orang (Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Kementerian
Kesehatan, 2014). Sedangkan data kecelakaan kerja pada Tahun 2015
= 110.285 orang; Tahun 2016 = 105.182 orang; 2017= 123.000 orang
(BPJS Ketenagakerjaan, 2018). Berdasarkan data angka kecelakaan
kerja terjadi kenaikan angka kecelakaan kerja di Indonesia dari tahun
2013 hingga 2017 yaitu sebanyak 25.856 orang. Dampak dari
kecelakaan kerja tersebut tidak hanya dihadapi oleh korban
kecelakaan namun juga kepada pihak perusahaan akibat hilangnya
harikerja yang dapat menyebabkan kerugian finansial bagi
perusahaan, sehingga perlunya mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan sebagai upaya penanggulangan
(Disnakertrans, 2017).
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan tahun
2018, data kecelakaan kerja pada triwulan I tahun 2018 yaitu terjadi
5.318 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal dunia
sebanyak 87 pekerja. Sedangkan 52 pekerja mengalami cacat dan
1.361 pekerja lainnya sembuh setelah menjalani perawatan medis
akibat kecelakaan kerja yang dialaminya. Data ini menjadi indikasi
awal bahwa kasus kecelakaan kerja yang terjadi di tahun 2018 ini juga
3

diperkirakan tetap masih tinggi, di atas 100.000 kasus (ISAFETY,


2018).
Perilaku pekerja dalam menggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) telah diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan kerja. Walaupun APD merupakan tahapan pengendalian
kecelakaan kerja paling akhir. Penggunaan APD akan menjadi pilihan
yang harus dilakukan apabila pengendalian secara teknis dan
administratif telah dilakukan secara maksimal namun risiko masih
tergolong tinggi. Kenyataannya telah terbukti bahwa masih terdapat
pekerja yang tidak menggunakan APD, meskipun telah diketahui
manfaat penggunaannya (Firnando, 2018). Sesuai dengan Undang-
Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimana setiap
pekerja harus menjaga keselamatan dan kesehatan dengan memakai
alat-alat pelindung diri. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) saat ini
hanya dilakukan pada sektor pekerja formal, sedangkan pekerja informal
masih belum mendapat perhatian yang mendalam dari segi
keselamatan kerja (Rorimpandey, dkk 2014).

Al-Qur’an Surah Ar Ra'du Ayat 11

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, dimuka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap kaum
maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.“ (QS. Ar Ra’du Ayat 11).
4

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat


merubah suatu keadaan selain dirinya sendiri (manusia). Maka sama
dengan perilaku (manusia) apabila tidak berhati-hati dan tidak
berperilaku baik dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
saat bekerja, sehingga akan menimbulkan suatu bahaya risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Industri sektor informal dengan skala kecil, dengan


permodalan kecil, dan keuntungan yang tidak terlalu besar
menyebabkan pengelola usaha (baik pemilik dan pekerja) lebih
berfokus pada hasil produksi yang didapatkan dibandingkan dengan
perhatian pada kesehatan dan keselamatan kerja. Peralatan dan
perlengkapan keselamatan yang seadanya dapat memperbesar
peluang mereka terkena penyakit akibat kerja maupun kecelakaan
kerja, apalagi jika ditambah dengan kurangnya perhatian dan kehati-
hatian dalam bekerja. Selama proses pengelasan berlangsung sering
menimbulkan bahaya-bahaya misalnya terpapar sinar las, debu, asap
las, dan luka bakar. Untuk menghindari hal tersebut salah satu upaya
pencegahan bahaya industri pengelasan yaitu dengan menggunakan
APD (Laila, 2017).
Bengkel las listrik di kawasan Kelurahan Tanah Baru
merupakan salah satu industri kecil atau usaha sektor informal yang
berada di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
Industri pengelasan merupakan tempat kerja dengan aktivitas yang
berisiko tinggi yang dapat menimbulkan potensi bahaya kecelakaan
kerja. Di Indonesia, bengkel las mudah dijumpai dipinggir jalan.
Beberapa bengkel las berada pada jalan raya yang ramai dilewati oleh
masyarakat umum seperti di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji
Kota Depok. Proses pengelasan merupakan proses menyambungkan
dua bahan atau lebih dengan prinsip proses difusi yang mendasarinya,
sehingga terjadi penyatuan bahan yang disambung. Walaupun
memiliki dampak baik dalam perekonomian masyarakat, pengelasan
5

juga memiiki dampak yang buruk bagi kesehatan apabila proses


pengelasan tidak sesuai standar operasional prosedur yang berlaku.
Berdasarkan observasi secara informal yang telah dilakukan
peneliti di pengelasan sektor informal Kelurahan Tanah Baru
penerapan K3 masih minim diterapkan oleh pekerja. Pekerja
kebanyakan tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat
melakukan pekerjaan pengelasan. Padahal potensi bahaya yang
ditimbulkan dari kegiatan pengelasan dapat memicu terjadinya
kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja. Faktor perilaku
pekerja sangat berpengaruh terhadap penerapan K3 dan penggunaan
alat pelindung diri harus dikaji secara mendalam karena keselamatan
pekerja pengelas pada saat bekerja di bengkel las listrik harus lebih
diutamakan dari pada hasil produksi yang ada. Alat pelindung diri
sangat penting dan akibat yang ditimbulkan apabila para pekerja
pengelas tidak menggunakan alat pelindung diri dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan dirinya sendiri. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Faktor
Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang ada, diketahui
bahwa masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat
melakukan pekerjaan pengelasan sehingga dapat menimbulkan
potensi bahaya kecelakaan kerja ringan sampai dengan berat. Dengan
demikian, maka peneliti ingin menganalisis faktor perilaku pekerja
dalam penggunaan APD pada industri informal pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok tahun 2019.
6

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan perilaku
pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran faktor perilaku pekerja dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
b. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi (pengetahuan,
persepsi risiko, dan persepsi terhadap APD) pekerja dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
c. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin (ketersediaan
APD) pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019.
d. Diketahuinya gambaran faktor penguat (pengawasan,
hukuman, dan penghargaan ) pekerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada industri informal pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019.
e. Diketahuinya hubungan faktor predisposisi (pengetahuan,
pendidikan, persepsi risiko, dan persepsi terhadap APD)
pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019.
7

f. Diketahuinya hubungan faktor pemungkin (ketersediaan


APD) pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019.
g. Diketahuinya hubungan faktor penguat (pengawasan,
hukuman, dan penghargaan ) pekerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada industri informal pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui faktor mengenai perilaku
pekerja las dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok.
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi teman-teman mahasiswa dan mahasiswi
Fakultas Kesehatan Masyarakat berupa informasi terkait
ilmu-ilmu pengetahuan di bidang K3 khususnya dalam hal
menganalisis faktor perilaku penggunaan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada pekerja industri informal
pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok.

2. Manfaat Praktis
a. Pemilik Bengkel Las
Sebagai bahan informasi kepada pemilik bengkel las
agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan pekerja
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
8

Kecamatan Beji Kota Depok serta menyediakan Alat


Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar proses
pengelasan dan menerapkan kedisiplinan pekerja las dalam
penggunaan APD pada saat proses pengelasan.
b. Pekerja Las
Sebagai bahan informasi kepada pekerja industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok agar lebih mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja dengan menggunakan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan proses
pengelasan.
c. Bagi Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Memberi wawasan dan pengetahuan serta sebagai sarana
untuk meningkatkan keterampilan dalam hal menganalisis
faktor perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
pekerja industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah
Baru Kecamatan Beji Kota Depok.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas tentang “Faktor Perilaku
Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019”. Penelitian ini
dilakukan karena masih banyak pekerja yang tidak
menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan
pengelasan, sehingga dapat menimbulkan potensi bahaya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Variabel yang
diteliti terdiri dari pengetahuan, persepsi risiko, persepsi
terhadap APD, ketersediaan APD, pengawasan, hukuman, dan
penghargaan. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan
Juli-Agustus 2019 di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji
Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross
9

sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi pada


penelitian ini adalah pekerja pada industri informal pengelasan
di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
Sampel penelitian sebanyak 145 responden dengan
menggunakan metode accidental sampling dan pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner
secara terstuktur. Selanjutnya dilihat hubungan antara variabel
dengan perilaku pengggunaan APD di tempat kerja
menggunakan uji chi square berdasarkan batas nilai
kemaknaan alpha 5%, maka terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Pengelasan
1. Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih
yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi
penyatuan bagian bahan yang disambung (Djamiko, 2008).
Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair, dari definisi
tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah suatu proses
dimana bahan dan jenis yang sama digabungkan menjadi satu
sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang
dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Deutsche Industrie
Normen, 2008).

B. Klasifikasi Pengelasan
Pengelasan dibedakan pada cara kerja alat tersebut bekerja dan
bentuk pemanasannya. Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara
kerja dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu (Wiryosumarto, 2000):
1. Pengelasan cair
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
atau semburan api yang terbakar
2. Pengelasan tekan
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat
dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.

10
11

C. Jenis-Jenis Pengelasan
Cara pengelasan yang banyak digunakan saat ini adalah pengelasan
cair dengan busur dan dengan gas. Adapun dari kedua jenis tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut (Wiryosumarto, 2000) :
1. Las Busur Listrik
Las busur listrik adalah cara pengelasan dengan
mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair
logam. Klasifikasi las busur listrik yang digunakan hingga saat ini
dalam proses pengelasan adalah las elektroda terbungkus.
2. Busur Logam Gas (Gas Metal Arc Welding)
Proses pengelasan dimana sumber panas berasal dari busur
listrik antara elektroda yang sekaligus berfungsi sebagai logam yang
terumpan (filler) dan logam yang dilas. Las ini disebut juga metal
inert gas welding (MIG) karena menggunakan gas mulia seperti
argon dan helium sebagai pelindung busur dan logam cair.
3. Las Busur Rendam (Submerged Arc Welding/SAW)
Proses pengelasan dimana busur listrik dan logam cair tertutup
oleh lapisan serbuk fluks sedangkan kawat pengisi (filler)
diumpankan secara bertahap. Pengelasan ini dilakukan secara
otomatis dengan arus listrik antara 500-2000 Ampere.
4. Las Busur Elektroda Terbungkus (Shielded Metal Arc
Welding/SMAW)
Proses pengelasan dimana panas dihasilkan dari busur listrik
antara ujung elektroda dengan logam yang dilas. Elektroda terdiri
dari kawat logam sebagai penghantar arus listrik ke busur dan
sekaligus sebagai bahan pengisi (filler).
5. Las Oksi Asetilen (Oxy Acetilene Welding)
Las oksi asetilen adalah salah satu jenis pengelasan gas yang
dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam
induk dan logam pengisi. Bahan bakar yang biasa digunakan adalah
gas asetilen, propan, atau hidrogen. Dari ketiga bahan bakar ini yang
12

paling banyak digunakan adalah gas asetilen, maka dari itu


pengelasan ini biasa disebut dengan las oksi asetilen.
6. Las Busur Tungsten Gas Mulia (Gas Tungsten Arc Welding/GTAW)
Proses pengelasan di mana sumber panas berasal dari loncatan
busur listrik antara elektroda terbuat dari wolfram/tungsten dan
logam yang dilas. Pada pengelasan ini logam induk (logam asal yang
akan disambung dengan metode pengelasan biasanya disebut dengan
istilah logam induk) tidak ikut terumpan (non-consumable
electrode). Untuk melindungi elektroda dan daerah las digunakan
gas mulia (argon atau helium). Sumber arus yang digunakan bisa AC
(arus bolak-balik) maupun DC (arus searah)
7. Las Listrik Terak (Electroslag Welding)
Proses pengelasan di mana energi panas untuk melelehkan
logam dasar (base metal) dan logam pengisi (filler) berasal dari terak
yang berfungsi sebagai tahanan listrik ketika terak tersebut dialiri
arus listrik. Pada awal pengelasan, fluks dipanasi oleh busur listrik
yang mengenai dasar sambungannya. Kemudian logam las terbentuk
pada arah vertikal sebagaihasil dari campuran antara bagian sisi dari
logam induk dengan logam pengisi (filler) cair. Proses pencampuran
ini berlangsung sepanjang alur sambungan las yang dibatasi oleh
pelat yang didinginkan dengan air .
8. Las Metal Inert Gas(MIG)
Dalam las logam gas mulia, kawat las pengisi yang juga
berfungsi sebagai elektroda diumpankan secara terus menerus.
Busur listrik terjadi antara kawat pengisi dan logam induk. Gas
pelindung yang digunakan adalah gas argon, helium atau campuran
dari keduanya. Untuk memantapkan busur kadang-kadang
ditambahkan gas antara 142 sampai 5%, atau CO, antara 5
sampai20%. Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi otomatik
atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara
manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang seluruhnya
13

dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui tangkai


bersama-sama dengan gas pelindung.

D. Bahaya Pengelasan
Dalam melakukan pengelasan terdapat beberapa bahaya yang
berpotensi terjadi, antara lain (Yasari, 2008):
1. Bahaya Cahaya/Sinar
Cahaya dari busur las dapat digolongkan pada sifatnya yaitu
cahaya yang dapat dilihat, ultra violet dan infra merah. Cahaya
tersebut tergolong dalam radiasi bukan pengion (non-ionizing).
Bahaya cahaya (radiasi cahaya) ini dapat menimbulkan luka bakar,
kerusakan mata dan kerusakan kulit.
a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
diserap, terapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh. Bila sinar
ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi
jumlah tertentu, maka pada mata akan terasa seakan-akan ada
benda asing didalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam
kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam.
Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
b. Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan
diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini
terlalu kuat maka mata akan menjadi lelah dan jika terlalu lama
mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya
juga hanya sementara.
c. Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata,
karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak
terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinyal inframerah terhadap
mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan
14

pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea,


presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
2. Bahaya Asap dan Gas Las
Asap las (fume) yang ada selama pengelasan terutama terdiri
dari oksida logam. Asap ini terbentuk ketika uap logam
terkondensasi dan teroksidasi. Komposisi asap ini tergantung pada
jenis logam induk, logam pengisi, flux dalam permukaan atau
kontaminasi pada permukaan logam. Gas-gas berbahaya dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem pernapasan juga bagian tubuh
tertentu. Adapun gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu
pengelasan adalah gas CO,CO2,NO,NO2, dan ozon.
a. Gas Karbon Monoksida
Gas ini mempunyai afinitas tinggi terhadap Hemoglobin
(Hb) yang akan menurunkan daya penyerapan terhadap oksigen.
b. Gas Karbon Dioksida
Gas ini sebenarnya tidak berbahaya terhadap tubuh tetapi
bila konsentrasinya terlalu tinggi dapat membahayakan apabila
operator berada di ruangan tertutup.
c. Gas Nitrogen Monoksida
Ikatan NO dan hemoglobin lebih kuat dari pada CO dan
Hb, bahkan mengikat oksigen yang dibawa hemoglobin. Hal ini
dapat membahayakan sistem syaraf.
d. Gas Nitrogen Dioksida
Gas ini memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata
dan lapisan pernapasan sehingga dapat menyebabkan sakit dan
iritasi mata serta mengalami gangguan pada pernapasan.KM
3. Bahaya Percikan Api
Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan dan
terak las. Percikan dan terak las apabila mengenai kulit dapat
menyebabkan luka bakar. Oleh karena itu, juru las harus dilindungi
agar terhindar dari hal ini terutama apabila harus melakukan
pengelasan tegak dan pengelasan diatas kepala.
15

4. Bahaya Kebakaran
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api
pengelasan dan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar,
bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar.
Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi
panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel
yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang
rusak.
5. Bahaya Ledakan
Dalam mengelas tangki bahan bakar, tangki harus bersih dari
minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang mudah terbakar
sebelum melakukan pengelasan. Apabila dalam hal ini
pembersihannya kurang sempurna maka akan terjadi ledakan yang
cukup membahayakan. Untuk mencegah hal tersebut, sebelum
pengelasan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa tidak akan terjadi ledakan.
6. Bahaya Jatuh
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang
tinggi akan selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini
dapat menimbulkan ruka ringan ataupun berat bahkan kematian
karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan.
7. Bahaya Listrik
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada
besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan
hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja
dan tidak membahayakan.
b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada
otot dan menimbulkan rasa sakit.
c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
16

d. Arus 20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot


sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya
tanpa bantuan orang lain.
e. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.
f. Arus 100 mA dapat menyebabkan kematian.

Adapun bahaya sinar busur las dan nyala api gas menurut
International Labour Organization (2013), yaitu:

a. Temperatur busur las sama tingginya dengan temperatur


permukaan matahari, kira-kira 5000-60000C, sedangkan
temperatur nyala api gas asetilin adalah kirakira 31000C.
b. Keduanya menimbulkan radiasi sinar yang kuat sehingga
berbahaya bagi mata. Sinar-sinar tersebut meliputi, sinar-sinar
yang kasat mata, juga sinar ultraviolet (gelombang
elektromagnetik) dan sinar inframerah (thermal) yang tidak
kasat mata.
c. Sinar yang ada pada las busur listrik kebanyakan adalah sinar
ultraviolet, sedangkan nyala api las memancarkan sinar infrared.
Sinar ultraviolet dan sinar infrared menimbulkan kerusakan
pada mata dan kulit dapat terbakar seperti terbakar sinar mata.

E. Pencegahan Bahaya Pengelasan


Mencegah bahaya kejutan listrik selama pengelasan dengan busur
listrik (International Labour Organization , 2013) :
1. Pencegahan arus listrik mengalir ke seluruh tubuh manusia
a. Pakaian kerja harus kering dan tidak boleh basah oleh keringat
atau air
b. Sarung tangan harus terbuat dari kulit, kering dan tanpa lubang
pada ujung jari
c. Harus memakai sepatu karet yang seluruhnya terisolasi.
d. Mesin las busur listrik AC harus memiliki alat penurun tegangan
otomatis atau mesin las busur listrik DC tegangannya harus
relatif rendah, sekitar 60V.
17

2. Memastikan tidak adanya kebocoran arus listrik


a. Mesin-mesin las busur listrik itu sendiri, meja kerja las dan
lembar kerja yang akan dilas harus benar-benar “membumi”.
b. Jika pembungkus kabel-kabel input atau output sobek dan
kawatnya terbuka, maka tutuplah dengan pita isolasi atau ganti
seluruh kabelnya.
c. Isolasi terminal-terminal kabel pada sisi input/output, kabel
pada gagang elektrode dan sisi gagang elektrode, dan hubungan
pada konektor kabel harus sempurna.
d. Hubungan kabel-kabel yang ada di meja kerja las, lembar kerja
yang akan dilas dan logam dasar dengan benar menggunakan
penjepit-penjepit khusus.
e. Ketika meninggalkan bengkel pengelasan untuk beristirahat,
pastikan bahwa batang elektrode las telah dilepaskan dari
gagang elektrode (holder).

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari
kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja (Irizal, 2016).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tidak
18

dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri


(Kementrian Kesehatan, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah upaya untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan di
tempat kerja dengan memelihara keselamatan dan kesehatan
lingkungan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
kerja serta kesejahteraan pekerja.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengelasan


Bekerja dengan menggunakan media pengelasan semakin
berkembang, sehingga disetiap kesempatan kerja selalu diikuti
dengan potensi terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya
perhatian manusia, cara penggunaan peralatan yang salah atau tidak
semestinya, pemakaian pelindung diri yang kurang baik dan
kesalahan lain yang terjadi dilingkungan kerja bidang pengelasan.
Keselamatan dan kesehatan kerja paling banyak membicarakan
adanya kecelakaan dan perbuatan yang mengarah pada tindakan
yang mengandung bahaya (ILO, 2013).
Untuk menghindari atau mengeliminir terjadinya kecelakaan
perlu penguasaan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dan
mengetahui tindakan tindakan yang harus diambil agar keselamatan
dan kesehatan kerja dapat berperan dengan baik. Untuk membahas
hal tersebut faktor yang paling dominan adalah kecelakaan, perilaku
tidak aman, dan kondisi tidak aman (ILO, 2013).
a. Kecelakaan
Faktor yang paling banyak terjadi di lingkungan kerja
adalah adanya kecelakaan akibat kerja, dimana kecelakaan
merupakan:
1) Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan
cedera fisik seseorang bahkan fatal sampai kematian/cacat
seumur hidup dan kerusakan harta milik.
19

2) Kecelakaan biasanya akibat kontak dengan sumber energi


diatas nilai ambang batas dari badan atau bangunan.
3) Kejadian yang tidak diinginkan yang mungkin dapat
menurunkan efisiensi operasional suatu usaha.
b. Perilaku tidak aman
1) Tidak memakai APD (alat pelindung diri) standard yaitu:
Helm dengan tali, sabuk pengaman, stiwel dan sepatu tahan
pukul, pakaian kerja, sarung tangan kerja dan APD sesuai
kondisi bahaya kerja yang dihadapi saat bekerja
pengelasan.
2) Melakukan tindakan ceroboh atau tidak mengikuti prosedur
kerja yang berlaku dalam bidang pengelasan.
3) Pengetahuan dan keterampilan pelaksana yang tidak sesuai
dengan pekerjaan yang dibebankan padanya.
4) Mental dan fisik yang belum siap ntuk tugas-tugas yang
diembannya.
c. Kondisi tidak aman
1) Lokasi kerja yang kumuh dan kotor.
2) Alokasi pekerja yang tidak terencana dengan baik, sehingga
pada satu lokasi dipenuhi oleh beberapa pekerja, sehingga
sangat berpotensi terjadinya bahaya.
3) Fasilitas/sarana kerja yang tidak memenuhi standard
minimal, seperti scaffolding/perancah tidak aman dan pada
proses pekerjaan dalam tangki tidak tersedia exhaust
blower.
4) Terjadi pencemaran dan polusi pada lingkungan kerja,
seperti debu, tumpahan oli, minyak dan B3 (bahan
berbahaya dan beracun).

G. Alat Pelindung Diri


1. Pengertian Alat Pelindung Diri
20

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai


kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja (Permenakertrans, 2010).
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Equipment (PPE)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya (OSHA, 2007).
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh
atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan
potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Tarwaka, 2008).

2. Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri


Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pasal 3 ayat (1) butir f
yaitu dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD. Pasal 9 ayat (1) butir c menyebutkan bahwa
pengurus diwajibkan menujukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang APD. Pasal 12 butir b yaitu tenaga kerja
diwajibkan untuk memakai APD dan pasal 13 yang menyebutkan
bahwa barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja,
diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan
memakai APD yang diwajibkan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
01/Men/1981 tentang kewajiban melapor Penyakit Akibat Kerja
dalam pasal 5 ayat 2 juga menyebutkan bahwa tenaga kerja juga
harus memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja. Nomor 08/Men/VII/2010 tentang
APD dalam pasal 5 yang menyatakan bahwa pengusaha atau
21

pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang


rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja
dan pasal 6 ayat 1 yang berbunyi bahwa pekerja/buruh dan orang
lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan
APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

3. Kriteria Alat Pelindung Diri


Dalam melakukan pekerjaan yang berisiko bagi keselamatan
dan kesehatan kerja, cara mencegah dan meminimalisir risiko
bahaya yang ada adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD). dalam penggunaan APD, perlu diketahui mengenai kriteria
APD yang baik dan benar agar pekerja dapat selalu bekerja dengan
aman dan nyaman. Menurut Tarwaka (2008) kriteria APD yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan
efektif kepada pekerja atau potensi bahaya yang dihadapi
ditempat kerja.
b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,
nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi
pemakainya.
c. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu
memakainya.
d. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena
jenis bahayanya maupun kenyamanan dan pemakaiannya.
e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan
serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam
waktu yang cukup lama.
g. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-
tanda peringatan.
h. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup
tersedia dipasaran.
22

i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.


j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan.

4. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Pengelasan


Alat pelindung diri (APD) yang digunakan dalam proses
pengelasan meliputi (Sriwindharto, 1987),:
a. Helm Pengaman (Safety Helmet)

Gambar 2.1 Helm Pengaman (Safety Helmet)

Alat pelindung kepala atau helm pengaman memiliki


fungsi untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda
keras dan melindungi kepala dari percikan bahan kimia atau
cairan las yang dapat mengakibatkan terbakarnya daerah
kepala.

b. Kacamata Las (Googles)

Gambar 2.2 Kacamata Las (Googles)

Pelindung mata digunakan untuk menghindari


pengaruh radiasi energi seperti sinar ultra violet, inframerah
dan lain-lain yang dapat merusak mata.Pemaparan sinar
ultraviolet dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat atau
pemaparan sinar ultraviolet intensitas rendah dalam waktu
cukup lama akan merusak kornea mata.
23

Para pekerja yang kemungkinan dapat terkena bahaya


dari sinyal yang menyilaukan, seperti sinar dari las potong
dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang
memijar harus menggunakan pelindung mata khusus.

c. Pelindung Wajah (Face Shield)

Gambar 2.3 Pelindung Wajah (Face Shield)

Pelindung wajah dipakai untuk melindungi seluruh


wajah terhadap kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya
busur, percikan dan lain-lainnya, yang tidak dapat dilindungi
dengan hanya memakai pelindung mata saja. Bentuk dari
pelindung wajah bermacam-macam, dapat berbentuk helm las
(helmet welding) dan kedok las (handshield welding).

d. Kacamata Bening (Safety Spectacles)

Gambar 2.4 Kacamata Bening (Safety Spectacles)

Dalam proses pengelasan, kacamata bening dipakai


pada waktu membersihkan terak, karena terak sangat rapuh
dan keras pada waktu dingin.

e. Pelindung Telinga (Hearing Protection)


24

Gambar 2.5 Pelindung Telinga (Hearing Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk melindungi


telinga dari kebisingan pada waktu meggerinda, meluruskan
benda kerja, persiapan pengelasan dan lain sebagainya.

f. Pelindung Hidung (Respirator)

Gambar 2.6 Pelindung Hidung (Respirator)

Alat pelindung hidung digunakan untuk menjaga asap


dan debu agar tidak langsung masuk ke hidung.

g. Pakaian Kerja (Body Protection)

Gambar 2.7 Pakaian Kerja (Body Protection)

Pakaian kerja pada waktu mengelas berfungsi untuk


melindungi anggota badan dari bahaya-bahaya waktu
mengelas. Syarat-syarat pakaian kerja yaitu:
1) Bahan pakaian kerja harus terbuat dari katun atau kulit,
karena kedua bahan tersebut tidak akan cepat bereaksi
apabila bersentuhan dengan panas.
25

2) Menghindari pakaian kerja yang terbuat dari bahan


polyester atau bahan yang mengandung sintetis, karena
bahan tersebut cepat bereaksi dan mudah menempel di
kulit apabila terkena percikan api.
3) Pakaian kerja tidak terlalu longgar dan tidak terlalu
sempit, karena jika terlalu longgar maka akan menambah
ruang gerak anggota badan dan jika terlalu sempit akan
mengurangi gerak anggota badan.

h. Pelindung Dada (Apron)

Gambar 2.8 Pelindung Dada (Apron)

Pelindung dada adalah alat yang berfungsi untuk


melindungi bagian dada. Bagian dada perlu dilindungi karena
merupakan bagian yang sangat peka terhadap pengaruh panas
dan sinar tajam yang berasal dari las listrik.

i. Sarung Tangan (Safety Glove)

Gambar 2.9 Sarung Tangan (Safety Glove)

Pekerjaan mengelas selalu berhadapan dengan benda-


benda panas dan arus listrik. Untuk melindungi jari-jari
tangan dari benda panas dan sengatan listrik, maka pekerja
26

las harus selalu memakai sarung tangan tahan panas dan


bersifat isolasi pada saat melakukan pekerjaan pengelasan.
Sarung tangan yang digunakan harus berbahan lemas dan
terbuat dari kulit.

j. Sepatu Kerja (Feet Protection)

Gambar 2.10 Sepatu Kerja (Feet Protection)

Sepatu kerja merupakan alat yang berfungsi untuk


melindungi kaki dari benda-benda tajam, kejatuhan benda-
benda tajam, percikan cairan logam dan goresan-goresan
benda tajam pada saat melakukan pekerjaan pengelasan.
Syarat-syarat sepatu kerja yaitu kuat, tahan api, tinggi dengan
penutup ujung sepatu dari baja dan berbahan kulit.

H. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/ interaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan
lingkungan. Nilai-nilai, sifat, kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan
faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku,
27

bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu (Azwar,


2010).
Dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala perbuatan
atau aktivitas manusia dengan perasaan yang disertai kecendrungan
untuk bertindak atau berinteraksi dengan cara tertentu dalam bentuk
pengetahuan, nilai-nilai dan kepribadian.

2. Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan.
Menurut Abraham Harold Maslow dalam Irwan (2017), manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yakni:
a. Kebutuhan Fisiologis/ Biologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling dasar pada
setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik. Jenis kebutuhan
fisiologis yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2,
H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan
fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman diantaranya adalah rasa
aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan
kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang,
terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan
bencana alam.
c. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Kebutuhan akan mencintai dan dicintai akan menjadi
tuntutan apabila kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa
aman telah terpenuhi, maka muncul lah kebutuhan akan cinta,
kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan ini
memiliki dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki
28

pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga


dan kebutuhan antar pribadi.
d. Kebutuhan Harga Diri
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua
kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan
yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah
adalah kebutuhan menghormati orang lain, kebutuhan akan
status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi,
apresiasi, martabat, bahkan dominasi, serta kebutuhan yang
tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan,
keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak
melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang
terus menerus untuk memenuhi potensi. Kebutuhan aktualisasi
diri diantaramya adalah ingin dipuja oleh orang lain, ingin
sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita, dan ingin terlihat
lebih menonjol dalam usaha maupun karier.
3. Jenis-Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Notoatmodjo, 2007) :
a. Perilaku Tertutup (Convert Behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respons atau reaksi
terhadap reaksi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
b. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut
29

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan


mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

I. Teori Perilaku
1. Teori Health Belief Model (Bandura, 1994;Glanz, 2008)
Teori perilaku ini biasa digunakan dalam menjelaskan
perubahan perilaku kesehatan di masyarakat. Beberapa hal yang
dikembangkan dalam model The Health Belief antara lain teori
adopsi tindakan (action). Teori ini menekankan pada sikap dan
kepercayaan individu dalam berperilaku khususnya perilaku
kesehatan. Kepercayaan dan persepsi individu terhadap sesuatu
menumbuhkan rencana tindakan dalam diri individu. Teori perilaku
ini lebih menekankan pada aspek keyakinan dan persepsi individu.
Teori perubahan perilaku kesehatan yang dikembangkan
meletakan adanya keyakinan/persepsi individu terhadap tindakan
medis/kesehatan yang telah didapatkan. Adanya pengalaman
pengobatan dalam diri individu maupun pengalaman orang lain
menumbuhkan persepsi tentang kesehatan. Adanya kepercayaan
yang ada menyebabkan individu mengikuti perilaku sesuai
kepercayaan yang diyakini. Kepercayaan yang dibangun dalam
model perilaku kesehatan dipandang dari 2 aspek penting yaitu
adanya pengalaman dalam diri individu atas adanya pengobatan dan
keyakinan pada individu tentang perilaku sehat. Adapun komponen
Health Belief Model adalah sebagai berikut:
1) Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Kerentanan yang dirasakan mengacu pada keyakinan
tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi.
Sebagai contoh, seorang wanita harus percaya ada kemungkinan
terkena kanker payudara sebelum dia melakukan pemeriksaan
mamografi.
2) Keseriusan yang dirasakan (perceived severity)
30

Perasaan tentang keseriusan tertular penyakit atau tidak


diobati termasuk evaluasi dampak medis dan klinis (misalnya,
kematian, kecacatan, dan rasa sakit) serta kemungkinan dampak
sosial (seperti efek dari kondisi pada pekerjaan, kehidupan
keluarga, dan hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan
tingkat keparahan telah diberi label sebagai ancaman yang
dirasakan.
3) Keuntungan yang dirasakan (perceived benefits)
Persepsi ini mengarah pada perubahan perilaku akan
dipengaruhi oleh keyakinan orang tersebut mengenai manfaat
yang dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk
mengurangi ancaman penyakit. Persepsi yang tidak
berhubungan dengan kesehatan lainnya, seperti tabungan
finansial yang terkait dengan berhenti merokok atau
menyenangkan anggota keluarga dengan memiliki
mammogram, juga dapat memengaruhi keputusan perilaku.
Dengan demikian, individu yang menunjukkan keyakinan
optimal dalam kerentanan dan keparahan tidak diharapkan
untuk menerima tindakan kesehatan yang disarankan kecuali
mereka juga menganggap tindakan tersebut berpotensi
bermanfaat dengan mengurangi ancaman.
4) Hambatan yang dirasakan (perceived barriers)
Aspek negatif potensial dari tindakan kesehatan tertentu
yang dianggap sebagai hambatan dapat bertindak sebagai
penghambat untuk melakukan perilaku yang direkomendasikan.
Semacam analisis biaya-manfaat yang tidak disadari terjadi di
mana individu menimbang manfaat yang diharapkan dari
tindakan tersebut dengan hambatan yang dirasakan. Dengan
demikian, tingkat gabungan kerentanan dan tingkat keparahan
menyediakan energi atau kekuatan untuk bertindak dan persepsi
manfaat (minus hambatan) memberikan jalur tindakan yang
disukai.
31

5) Isyarat untuk bertindak (cues to action)


Kesiapan untuk mengambil tindakan (persepsi kerentanan
dan manfaat yang dirasakan) hanya dapat diperkuat oleh faktor-
faktor lain, terutama dengan isyarat untuk menghasut tindakan,
seperti peristiwa tubuh, atau oleh peristiwa lingkungan, seperti
publikasi media. Isyarat untuk bertindak juga tidak dipelajari
secara sistematis.
6) Keyakinan diri (self efficacy)
Keyakinan diri didefinisikan sebagai keyakinan bahwa
seseorang dapat berhasil melaksanakan perilaku yang
diperlukan untuk menghasilkan hasil. Bandura membedakan
ekspektasi keyakinan diri dari ekspektasi hasil, yang
didefinisikan sebagai taksiran seseorang bahwa perilaku yang
diberikan akan mengarah pada hasil tertentu.
32

Teori HBM tersebut digambarkan pada bagan 2.1 berikut:

Persepsi tentang keseriusan


yang dirasakan

Variabel demografi: Persepsi tentang kerentanan


Usia, jenis kelamin, dan yang dirasakan
latar belakang

Variabel psikologis: Persepsi tentang keuntungan Perilaku Keselamatan


Personality, kelas sosial, yang didapatkan
tekanan sosial

Variabel stuktural: Persepsi tentang hambatan yang Isyarat untuk bertindak:


Pengetahuan, pengalaman, diperoleh Media dan nasihat dari
pendidikan orang lain

Kemampuan diri

Bagan 2.1 Teori Health Beliefe Model


33

2. Teori “Precede-Proceed Model” Lawrence Green (1991)

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green dari teorinya


tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku
manusia dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor diluar
perilaku.
PRECEDE adalah akronim dari 3 faktor yang mempengaruhi
perilaku yaitu Predisposing, Enabling, dan Reinforsing Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation.
Menurut Lawrence Green (1991) faktor-faktor yang
menentukan perilaku sehingga menimbulkan perilaku yang positif
adalah:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi adalah faktor antesenden terhadap
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor
ini meliputi beberapa unsur yaitu unsur pengetahuan,
pendidikan, sikap, umur, jenis kelamin, kepercayaan, nilai
(tradisi, norma, sosial, pengalaman), demografi.
b. Faktor Pemungkin atau Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pemungkin adalah faktor antesenden terhadap
perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi
terlaksana. Faktor ini meliputi sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk kesehatan.
c. Faktor Penguat (Reinforsing Factors)
Faktor penguat adalah faktor penyerta atau yang datang
sesudah perilaku itu ada. Faktor ini meliputi peraturan dan
pengawasan.
34

Teori Lawrence Green (1991) tersebut digambarkan pada bagan 2.2 berikut:

Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sikap
4. Kepercayaan
5. Persepsi
6. Umur
7. Jenis Kelamin

Faktor
Pemungkin/Pendukung
Perilaku Kesehatan
1. Fasilitas Kesehatan

Faktor Penguat
1. Pengawasan
2. Hukuman
3. Penghargaan
Bagan 2.2 Teori Lawrence Green
35

J. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah
yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan yaitu (Irwan, 2017):
a. Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi
yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu
disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya
merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam
pengetahuan faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi
(knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang
label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non
verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur
(knowledge of specific details and element) mencakup
pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain
yang sifatnya sangat spesifik.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukan saling keterkaitan antara
unsur-unsur dasar dalam stuktur yang lebih besar dan semuanya
berfungsi bersama-sama. Pengetahuan konseptual mencakup
skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun
eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu
pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi, serta pengetahuan tentang
teori, model, dan sruktur .
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu,
baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali
36

pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan


yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
d. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang
metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan
perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan
pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan
apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih
baik lagi dalam belajar.
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru
yaitu:
1) Menghafal (Remember)
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses
kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian
belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu
dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan
bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi.
2) Memahami (Understand)
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi
yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau
mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema
yang telah ada dalam pemikiran siswaa. Karena
penyusunan skema adalah konsep, maka pengetahuan
konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori
memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan
(interpreting), memberikan contoh (exemplifying),
mengkelasifikasikan (classifying), meringkas
(summarizing), menarik inferensi (inferring),
37

membandingkan (comparing), dan menjelaskan


(explaining).
3) Mengaplikasikan (Applying)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh
karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa
kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural
saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
menjalankan (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
4) Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling
keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan stuktur besarnya.
Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam
menganalisis: membedakan (differentiating),
mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat
(attributting).
5) Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan
standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang
tercakup dalam kategori ini: memeriksan (checking) dan
mengkritik (critiquing).
6) Membuat (Create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong
dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),
merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
38

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara


atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan penelitian Permatasari, dkk (2016), diketahui dari
24 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat 23
orang (95,8%) yang tidak menggunakan APD dan 1 orang (4,2%)
yang menggunakan APD. Sedangkan pada 16 responden yang
memiliki pengetahuan baik terdapat 7 orang (43,8%) yang tidak
memakai APD dan 9 orang (56,3%) yang menggunakan APD. Hasil
uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,000 (P value <0,05) maka ada
hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung
diri.

2. Persepsi
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah
pandangan seseorang dalam mengartikan dan menilai sesuatu
(Azhari, 2004).
Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian
memproses informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan
pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan)
untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus
(rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan
hidung (Shiddiq, dkk. 2014)
Persepsi orang sangat berpengaruh pada perilakunya.
Seseorang yang memiliki persepsi yang positif umumnya memiliki
perilaku positif. Misalnya, seseorang tenaga kerja yang memiliki
persepsi positif mengenai pekerjaannya akan memiliki disiplin yang
tinggi dalam bekerja. Proses persepsi dapat menambah dan
mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh seseorang
(Handoko et al, 2012).
39

a) Persepsi Risiko
Persepsi Risiko merupakan penelitian subjektif
seseorang terhadap dari kemungkinan mengalami hal-hal yang
tidak diinginkan yang disebabkan oleh paparan sumber risiko
serta emosi yang terkait dengan sumber (Sjoberg et al, 2004).
Persepsi risiko dapat menjadi suatu hambatan untuk membuat
suatu keputusan yang rasional, karena seseorang cenderung
untuk melihat risiko yang akan terjadi. Hal tersebut dapat
berdampak pada perilaku seseorang terhadap keselamatan.
Persepsi risiko adalah pandangan atau penelitian
subjektif pekerja terhadap kemungkinan bahwa sesuatu bahaya
akan muncul dari situasi atau keadaan yang dapat
menyebabkan kerugian. Penilaian tersebut didasarkan dari
ketersediaan informasi tentang risiko di dalam ingata pekerja
(Ristia, 2017).
Berdasarkan penelitian Shiddiq, dkk (2014), diketahui
dari 22 responden yang memiliki persepsi risiko sebanyak 12
orang (54,5%) berperilaku aman dan 10 responden(45,5%)
yang memiliki perilaku tidak aman. Hasil uji Chi Square
diperoleh nilai p = 0,011 (P value<0,05) maka ada hubungan
yang signifikan antara persepsi risiko dengan perilaku
penggunaan alat pelindung diri.

b) Persepsi Terhadap APD


Menurut Geller (2001) dalam teori Behavior Based
Safety¸ persepsi seseorang terhadap risiko terkena bahaya dapat
mempengaruhi perilaku seseorang. Sedangkan menurut Ristia,
(2017), persepsi terhadap APD adalah pandangan pekerja
terhadap APD yang digunakan di tempat kerja.
Tingkat penggunaan APD yang tinggi mencerminkan
bahwa pekerja memiliki rasa aman, nyaman, dan selalu ingin
selamat dalam bekerja, dimana subyek mulai mencoba
40

melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh


stimulus. Pekerja yang menggunakan APD dengan baik berarti
mereka sudah mengerti dan melakukan tindakan dengan benar
karena telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (penerapan K3)
(Notoatmodjo, 2003).
Bersasarkan penelitian Muntiana (2014), diketahui dari
30 responden (100%) memiliki persepsi terhadap APD yang
positif terhadap penerapan K3 di perusahaan. Hasil uji Chi
Square diperoleh nilai p = 0,018 (P value<0,05) maka ada
hubungan antara persepsi risiko dengan perilaku penggunaan
alat pelindung diri.

3. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)


Ketersediaan APD adalah faktor pendukung dalam kepatuhan
menggunakan APD untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
risiko kerja yang terjadi di perusahaan atau tempat kerja. Jika
perusahaan atau tempat kerja tidak menyediakan APD, berarti telah
membuat pekerjanya berisiko terkena bahaya, kecelekaan dan
penyakit yang timbul di lingkungan kerja (Prasetyo, 2015).
Alat pelindung diri harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya
yang ada di tempat kerja. Seperti pada proses pengelasan diantara
banyaknya risiko yang ada, antara lain adalah bahaya infra merah
dan radiasi, maka APD yang harus digunakan adalah face shield dan
goggles untuk perlindungan mata dan wajah (Putra,2012).
Berdasarkan penelitian Nurhayati, dkk (2016), diketahui
bahwa dari 9 (100%) responden yang mempunyai ketersediaan APD
ada tetapi tidak lengkap, terdapat 7 (77,8%) responden yang tidak
menggunakan APD dan 2 (22,2%) responden menggunakan APD.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 21 (100%)
responden yang mempunyai ketersediaan APD ada lengkap, terdapat
1 (4,8%) responden yang tidak menggunakan APD dan 20 (95,2%)
41

responden menggunakan APD. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai


P = 0,001 (P value <0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri.

4. Pengawasan
Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan
menjamin bahwa tugas/ pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Kebijaksanaan yang telah digariskan
dan aturan yang diberikan (Siagian,2003).
Menurut Rughton (2002), ada beberapa tipe individu yang
harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja, yaitu:
a. Pengawas (Supervisor)
Setiap pengawas yanh ditunjuk harus mendapatkan
pelatihan terlebih dahulu mengenai bahaya yang mungkin akan
ditemui dan juga pengendaliannya.
b. Pekerja
Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya
dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari bahaya
tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan
membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan
potensi hazard.
c. Safety Professional
Safety professional harus menyediakan bimbingan dan
petunjuk tentang metode inspeksi. Safety professional dapat
diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau
permasalahan dalam program pencegahan dan pengendalian
bahaya.
Berdasarkan penelitian Yustrianita dan Robiana (2014),
diketahui bahwa responden yang tidak menggunakan APD
menyatakan pengawasan kurang baik yaitu 75% lebih banyak
dibanding responden yang menyatakan pengawasan baik. Hal ini
berbanding terbalik dengan responden yang menggunakan APD
42

menyatakan pengawasan baik yaitu 57,1% lebih banyak daripada


responden yang menyatakan pengawasan kurang baik. Hasil uji Chi
Square diperoleh nilai P = 0,036 (P value <0,05) maka ada hubungan
yang bermakna antara pengawasan dengan perilaku penggunaan alat
pelindung diri.

5. Hukuman
Hukuman adalah ancaman yang bertujuan untuk memperbaiki
karyawan pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan
memberikan pelajaran kepada pelanggar (Mangkunegara, 2000).
Hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau
kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan.
Hukuman dapat menekan dan melemahkan perilaku. Hukuman tidak
hanya berorientasi untuk mneghukum pekerja yang melanggar
peraturan, melainkan sebagai control terhadap lingkungan kerja
sehingga pekerja terlindung dari insiden (Geller, 2001).
Berdasarkan penelitian Noviandry (2013), diketahui bahwa
responden yang bekerja di bengkel las memiliki hukuman dengan
menggunakan APD lebih banyak yaitu 17 orang (70,8%) daripada
responden yang bekerja dibengkel las tidak memiliki hukuman
dengan tidak menggunakan APD yaitu 15 orang (68,2%). Hasil uji
Chi Square diperoleh nilai P = 0,008 (P value <0,05). Hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
proporsi pekerja yang bekerja di bengkel memiliki hukuman dan
pekerja yang bekerja di bengkel tidak memiliki hukuman dalam
menggunakan APD pada industri informal pengelasan. Maka ada
hubungan antara hukuman dengan perilaku penggunaan APD pada
pekerja pengelasan.

6. Penghargaan
Penghargaan adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas
dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan
43

guna mencapai keunggulan yang kompetitif (Simamora, 2004).


Menurut Nawawi (2005), reward adalah usaha menumbuhkan
perasaan diterima (diakui) di lingkungan kerja, yang menyentuh
aspek kompensasi dan aspek hubungan antara para pekerja yang
satu dengan yang lainnya.
Sedangkan menurut Geller (2001), penghargaan adalah
konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau kelompok
dengan tujuan mengembangkan, mendukung dan memelihara
perilaku yang diharapkan.
Berdasarkan penelitian Firnando (2018), diketahui bahwa
responden dengan penilaian kurang terhadap penghargaan memiliki
tingkah laku yang kurang dalam menggunakan APD dengan
persentase 19,2%. Sedangkan responden dengan penilaian baik
terhadap penghargaan memiliki perilaku penggunaan APD yang
baik dengan persentase 3,8%. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai P
= 0,001 (P value <0,05) maka ada hubungan yang signifikan antara
penghargaan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri pada
pekerja pengelasan.

K. Kerangka Teori
Berdasarkan penjelasan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan
sebelumnya maka kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan
mengenai perilaku pada penelitian ini berdasarkan teori “Precede-
Proceed Model” Lawrence Green (1991) dan Health Belief Model
(Bandura, 1994;Glanz, 2008). Teori ini dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan penelitian pada industri informal pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok. Kerangka teori tersebut
digambarkan pada bagan 2.3 berikut:
44

Bagan 2.3 Kerangka Teori


Health Belief Model (Bandura, 1994;Glanz, 2008) dan
Lawrence Green (1991)

Faktor Predisposisi: 1. Kerentanan


yang dirasakan
1. Pengetahuan
2. Keseriusan
2. Pendidikan
3. Sikap yang
4. Kepercayaan dirasakan
5. Nilai (Persepsi
6. Umur tentang risiko)
7. Jenis Kelamin 3. Keuntungan
Lawrence Green (1991) yang
dirasakan
Perilaku (Persepsi
Faktor Pemungkin: Penggunaan terhadap
Alat Pelindung APD)
1. Ketersediaan APD
Diri (APD) 4. Hambatan
Lawrence Green (1991)
yang dirasakan
5. Isyarat untuk
Faktor Penguat: bertindak
6. Keyakinan diri
1. Pengawasan
2. Hukuman
3. Penghargaan Health Belief Model
(Bandura, 1994;Glanz,
2008)
Lawrence Green (1991)

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Latar Belakang
4. Kepribadian
5. Kelas sosial
6. Tekanan Sosial
7. Pengetahuan
8. Pengalaman
9. Pendidikan

Health Belief Model


(Bandura, 1994;Glanz,
2008)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya,


maka didapatkan kerangka konsep untuk mendeskripsikan variabel-
variabel yang akan diteliti. Kerangka konsep terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah perilaku pekerja pada penggunaan APD. Sedangkan variabel
independen terdiri dari pengetahuan pekerja mengenai APD, persepsi
risiko, persepsi terhadap APD, dan ketersediaan APD. Hubungan antar
variabel-variabel tersebut digambarkan pada bagan 3.1 berikut:

Variabel Independen

Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Persepsi Risiko
3. Persepsi Terhadap
APD

Variabel Dependen

Faktor
Pemungkin/Pendukung
Perilaku Penggunaan
1. Ketersediaan APD
APD

Faktor Penguat
1. Pengawasan
2. Hukuman
3. Penghargaan Bagan 3.1 Kerangka Konsep

45
46

Penelitian ini didalamnya terdapat variabel-variabel yang tidak


dapat diikutsertakan. Peneliti tidak meneliti variabel latar belakang
budaya, kepercayaan, dan kepribadian dikarenakan hal-hal tersebut
terbentuk dari nenek moyang seseorang yang diperoleh secara turun
temurun dari lingkungan dimana seseorang tersebut tumbuh dan
dibesarkan, sehingga sulit untuk dilakukan penelitian. Variabel
pengalaman tidak diteliti karena peneliti sudah memasukkan variabel
pengetahuan yang lebih pasti untuk diteliti mengenai pemahaman
pekerja dalam penggunaan APD. Variabel pendidikan tidak diteliti
karena saat melakukan observasi sudah diketahui bahwa pekerja di
industri informal pengelasan tersebut hanya tamatan SD dan SMP
sehingga jarang sekali yang menyelesaikan pendidikannya sampa ke
sekolah menengah atas/ kejuruan.
Variabel kelas sosial dan tekanan sosial juga tidak diteliti karena
penelitian dilakukan pada pekerja yang sama maka tidak ada tingkatan
sosial didalamnya. Variabel usia dan jenis kelamin juga tidak diteliti
karena populasinya homogen dimana semua pekerja lapangan berjenis
kelamin laki-laki. Selain itu variabel isyarat untuk bertindak dapat berupa
media dan nasihat dari orang lain.
Variabel kerentanan yang dirasakan dan hambatan yang dirasakan
tidak dimasukkan dalam penelitian karena peneliti ingin menguatkan
tentang keseriusan dan keuntungan yang dirasakan oleh pekerja yang
dibuat menjadi variabel persepsi risiko dan persepsi terhadap APD.
Variabel isyarat untuk bertindak hanya dapat dipotensialisasi dengan
media dan nasihat dari orang lain. Kemampuan diri juga tidak
dimasukkan dalam penelitian karena variabel ini sulit untuk diukur.
47

B. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur/ Hasil Ukur Skala


Cara Ukur Ukur
Operasional
Dependen

Perilaku/ tindakan 1. Tidak


pekerja dalam Menggunakan
Lembar APD, jika
penggunaan APD
Observasi / nilai skor < 20
1. Perilaku pada setiap
Pengamatan 2. Menggunakan
Penggunaan melakukan
Langsung APD, jika Ordinal
APD pekerjaan di
nilai skor 20
tempat kerja
Independen

Pemahaman 1. Kurang Baik,


pekerja mengenai jika nilai <
Kuesioner / mean 16,8
APD dan
Wawancara 2. Baik, jika nilai
1. Pengetahuan penggunaan APD Ordinal
di tempat kerja ≥ mean16,8

1. Risiko Tinggi,
jika nilai <
Pandangan pekerja mean 11,87
mengenai risiko
2. Persepsi Kuesioner / 2. Risiko Rendah, Ordinal
Risiko
bahaya yang ada di
Wawancara jika nilai ≥
tempat kerja mean 11,87
1. Risiko Tinggi,
jika nilai <
Pandangan pekerja mean 10,48
terhadap 2. Risiko
3. Persepsi Kuesioner /
perubahan perilaku Rendah, jika
Terhadap Wawancara
penggunaan APD nilai ≥ mean Ordinal
APD
di tempat kerja 10,48
Pandangan pekerja
terhadap fasilitas
APD yang tersedia
di tempat kerja
untuk mencegah
risiko bahaya yang
48

timbul di tempat 1. Tidak


kerja seperti helm Lengkap, jika
pengaman, nilai < mean
4. Ketersediaan kacamata las, Kuesioner / 4,8
APD pelindung wajah, Wawancara 2. Lengkap, jika
kacamata bening, nilai ≥ mean Ordinal
4,8
pelindung telinga,
pakaian kerja,
pelindung dada,
sarung tangan, dan
sepatu kerja

Kegiatan
memantau pekerja
dengan
5. Pengawasan pengambilan Kuesioner / 3. Tidak Ada,
tindakan yang Wawancara jika nilai <
dapat mendukung mean 3,37 Ordinal
pencapaian 4. Ada, jika nilai
penggunaan APD ≥ 3,37
dengan proses
kerja yang telah
ditetapkan
Sanksi yang
diterima oleh
pekerja sebagai
6. Hukuman akibat dari Kuesioner / 1. Tidak Ada,
pelanggaran jika Wawancara jika nilai <
terbukti melakukan mean 4,86 Ordinal
pekerjaan secara 2. Ada, jika nilai
tidak benar dan ≥ mean 4,86
tidak aman
Persepsi / 3. Tidak Ada, jika
pandangan pekerja nilai < mean
mengenai risiko 3,96
7. Penghargaan bahaya yang ada di Kuesioner / 4. Ada, jika nilai ≥ Ordinal
tempat kerja Wawancara nmean 3,96
49

C. Hipotesis
1. Ada hubungan yang bermakna antara faktor predisposisi
(pengetahuan, persepsi risiko, dan persepsi terhadap APD) pekerja
dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri informal
pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
2. Ada hubungan yang bermakna antara faktor pemungkin (ketersediaan
APD) pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok.
3. Ada hubungan yang bermakna antara faktor penguat (pengawasan,
hukuman dan penghargaan) pekerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada industri informal pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Disain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan disain studi cross sectional dimana pengukuran variabel
sebab atau risiko (independen) dan variabel akibat atau kasus (dependen)
yang terjadi pada objek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pekerja
pada penggunaan APD. Sedangkan variabel independen terdiri dari
pengetahuan pekerja mengenai APD, persepsi risiko, persepsi terhadap
APD, ketersediaan APD, pengawasan, hukuman, dan penghargaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada industri informal pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok pada bulan Juli
sampai Agustus 2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok.
Adapun pengambilan sampel yaitu dengan melakukan
perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan teori
Lemeshow (1997) dengan rumus uji hipotesis perbedaan 2 proporsi,
dengan rumus sebagai berikut:
2
[𝑍1−𝛼 √2𝑃 (1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 ) ]
2
𝑛 =
(𝑃1 − 𝑃2 )2

50
51

Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
𝑍1−𝛼 = Nilai baku distribusi normal pada derajat
2

kepercayaan 1-α dengan nilai α= 5% (Z-score= 1,96)


𝑍1−𝛽 = Nilai baku distribusi normal pada kekuatan

ᵦ ᵦ
uji 1 - ; nilai sebesar 90%maka Z1-ᵦ= 1,28

P = (P1 + P2)/2
P1 = Proporsi pekerja yang tidak menggunakan
APD
P2 = Proporsi pekerja yang menggunakan APD

Penentuan besar sampel minimal dilihat berdasarkan


perhitungan besar sampel menggunakan bilai P1 dan P2 dan
hasil penelitian sebelumnya. Adapun besar sampel minimal
pada tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian
Terdahulu

No Variabel P1 P2 N Sumber
1. Pesepsi Risiko 0,68 0,333 41 Ristia, 2017
2. Ketersediaan APD 0,361 0,639 66 Yustrianita & Modjo,
2014
3. Pengawasan 0,25 0,75 19 Yustrianita & Modjo,
2014
4. Penghargaan 0,292 0,682 33 Noviandry, 2013

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel diatas,


didapatkan jumlah sampel sebanyak 66 orang, kemudian dikalikan
dua sehingga hasilnya menjadi 132. Untuk mengantisipasi
52

kekurangan sampel akibat kendala yang terjadi dilapangan, peneliti


menambah sampel sebanyak 10% sehingga jumlah sampel menjadi
145 sampel.

2. Pengukuran dan Pengamatan Variabel


a. Lembar Observasi
Lembar observasi (chek list) yaitu pengumpulan data
dengan menggunakan lembaran pertanyaan, agar observasi
terarah dan dapat memperoleh data yang benar-benar
diperlukan, maka sebaiknya didalam melakukan observasi juga
mempergunakan daftar pertanyaan yang disiapkan terlebih
dahulu (Notoatmodjo, 2010).
Lembar observasi digunakan pada saat melakukan
pengamatan langsung di lapangan. Lembar observasi yaitu
berbentuk tabel yang berisi apakah pekerja menggunakan APD
atau tidak pada saat bekerja.

b. Kuesioner
Kuisioner yaitu instrumen pengumpulan data dengan
menggunakan lembaran pertanyaan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah
angket. Angket yaitu kuesioner yang langsung diisi oleh
responden sendiri (Notoatmodjo, 2010).
Kuesioner yang dibuat mencakup beberapa variabel yang
diteliti, antara lain:
1) Perilaku penggunaan APD
Dalam variabel perilaku penggunaan APD terdapat 10
pertanyaan dengan jawaban menggunakan skala guttman
yaitu ya dan tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2
jika menjawab “ya” sedangkan pekerja yang menjawab
“tidak” diberi skor 1. Kemudian skor dari pertanyaan
tersebut dijumlahkan dan dikategorikan menjadi dua, yaitu:
53

a) Tidak Menggunakan
Pekerja dinyatakan tidak menggunakan APD jika nilai
skor pertanyaan < 20.
b) Menggunakan
Pekerja dinyatakan menggunakan APD jika nilai skor
pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
2) Persepsi risiko
Dalam variabel persepsi risiko terdapat sebanyak 8
pertanyaan dengan jawaban menggunakan empat skala
likert. Pada pertanyaan positif maka pembobotan skornya
adalah:
a) Skor 1 bila jawaban sangat tidak setuju
b) Skor 2 bila jawaban tidak setuju
c) Skor 3 bila jawaban setuju
d) Skor 4 bila jawaban sangat setuju
Sedangkan untuk pertanyaan negatif maka
pembobotan skornya adalah:
a) Skor 4 bila jawaban sangat tidak setuju
b) Skor 3 bila jawaban tidak setuju
c) Skor 2 bila jawaban setuju
d) Skor 1 bila jawaban sangat setuju
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
54

3) Persepsi terhadap APD


Dalam variabel persepsi terhadap APD terdapat
sebanyak 5 pertanyaan positif maka pembobotan skornya
adalah:
a) Skor 1 bila jawaban sangat tidak setuju
b) Skor 2 bila jawaban tidak setuju
c) Skor 3 bila jawaban setuju
d) Skor 4 bila jawaban sangat setuju
Sedangkan untuk pertanyaan negatif maka
pembobotan skornya adalah:
a) Skor 4 bila jawaban sangat tidak setuju
b) Skor 3 bila jawaban tidak setuju
c) Skor 2 bila jawaban setuju
d) Skor 1 bila jawaban sangat setuju
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
4) Pengetahuan pekerja terhadap penggunaan APD
Dalam variabelpengetahuan pekerja terhadap APD
terdapat sebanyak 5 pertanyaan denganjawaban
menggunakan skala guttman yaitu ya dan tidak. Setiap
pertanyaan positif diberi skor 2 jika menjawab “ya”
sedangkan pekerja yang menjawab “tidak” diberi skor 1.
Kemudian skor dari pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a) Kurang Baik
Pekerja dinyatakan berpengetahuan kurang baik
terhadap penggunaan APD jika nilai skor pertanyaan <
20.
b) Baik
55

Pekerja dinyatakan berpengetahuan baik terhadap


penggunaan APD jika nilai skor pertanyaan berjumlah
20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
5) Ketersediaan APD
Dalam variabel perilaku ketersediaan APD terdapat
4 pertanyaan dengan jawaban menggunakan skala guttman
yaitu ya dan tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2
jika menjawab “ya” sedangkan pekerja yang menjawab
“tidak” diberi skor 1. Kemudian skor dari pertanyaan
tersebut dijumlahkan dan dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a) Tidak Lengkap
Pekerja dinyatakan tidak memiliki ketersediaan APD
lengkap jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Lengkap
Pekerja dinyatakan memiliki ketersediaan APD lengkap
jika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut dinyatakan
normal, sehingga peneliti menggunakan nilai mean.
6) Pengawasan
Dalam variabel pengawasan terdapat 3 pertanyaan
dengan jawaban menggunakan skala guttman yaitu ya dan
tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2 jika menjawab
“ya” sedangkan pekerja yang menjawab “tidak” diberi skor
1. Kemudian skor dari pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
56

a) Tidak Ada
Pekerja dinyatakan tidak terdapat pengawasan di tempat
kerja jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Ada
Pekerja dinyatakan terdapat pengawasan di tempat
kerjajika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
7) Hukuman
Dalam variabel hukuman terdapat 4 pertanyaan
dengan jawaban menggunakan skala guttman yaitu ya dan
tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2 jika menjawab
“ya” sedangkan pekerja yang menjawab “tidak” diberi skor
1. Kemudian skordari pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a) Tidak Ada
Pekerja dinyatakan tidak terdapat hukuman di tempat
kerja jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Ada
Pekerja dinyatakan terdapat hukuman di tempat kerja
jika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
57

8) Penghargaan
Dalam variabel penghargaan terdapat 3 pertanyaan
dengan jawaban menggunakan skala guttman yaitu ya dan
tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2 jika menjawab
“ya” sedangkan pekerja yang menjawab “tidak” diberi skor
1.Kemudian skor dari pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a) Tidak Ada
Pekerja dinyatakan tidak terdapat penghargaan di
tempat kerja jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Ada
Pekerja dinyatakan terdapat penghargaan di tempat
kerja jika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.

c. Prosedur Wawancara
Peneliti mengamati terlebih dahulu pekerja yang ingin
diwawancarai menjadi responden penelitian, lalu peneliti
menjelaskan mengenai alasan dan tujuan dilakukannya
penelitian, setelah itu peneliti bertanya apakah pekerja
bersedia menjadi responden dan diwawancarai oleh peneliti,
jika pekerja bersedia, maka pertama-tama peneliti akan
mencatat lembar observasi perilaku penggunaan APD dengan
cara melihat kelengkapan atribut APD yang dipakai pekerja di
bengkel las tersebut, kemudian peneliti mulai mewawancarai
pekerja menggunakan kuesioner yang telah disusun secara
bertahap dan terstuktur mengenai variabel Pengetahuan,
58

Persepsi Risiko, Persepsi Terhadap APD, Ketersediaan APD,


Pengawasan, Hukuman, dan Penghargaan.

d. Pengamatan Variabel
Penelitian ini menggunakan pengukuran variabel dengan
jenis pengukuran kuantitatif, yaitu mengidentifikasi besar
kecilnya variasi nilai, mengukur variabilitas suatu ciri subyek
penelitian hingga data tersebut berupa data dari skala ordinal,
nominal dan interval. Variabel yang diamati melalui
pertanyaan dituangkan ke dalam instrumen pengukuran
(Notoatmodjo, 2005).

3. Pengujian Instrument Penelitian


Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka perlu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Adapun hasil dari uji coba yang dilakukan terhadap tiap
pertanyaan diantaranya :
Validitas adalah suatu ukuran untuk melihat seberapa
besar tingkat ketepatan atau kesahihan suatu instrumen
(Arikunto, 2011). Pengujian validitas dilakukan untuk
mengetahui apakah instrumen penelitian (kuesioner) yang
digunakan cukup layak sehingga data yang dihasilkan pun
akurat. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen dapat
mengukur dengan tepat apa yang ingin diukur (Sugiyono, 2006).
Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan terhadap 30 pekerja
di Kelurahan Krukut Kecamatan Limo Kota Depok.
Uji reabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran
dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data
yang sama (Sugiyono, 2012). Pengujian reabilitas untuk
variabel dilakukan menggunakan rumus statistik cronbach
alpha keseluruhan dengan membandingkan nilai r tabel dengan
59

r hasil (nilai alpha). Apabila r alpha> r tabel maka kuesioner


tersebut dinyatakan reliable (Arifin, 2012).
Nilai r tabel dapat dilihat pada tabel r dengan
menggunakan df = n-2 yaitu 30-2=28. Pada tingkat kemaknaan
5%, didapat angka r tabel = 0,306. Nilai r hasil dapat dilihat pada
kolom Corrected item-Total Correlation. Kemudian masing-
masing pertanyaan/variabel dibandingkan nilai r hasil dengan
nilai r tabel, dengan ketentutan bila r hasil > r tabel, maka
pertanyaan tersebut valid.
Setelah semua pertanyaan valid semua, analisis
dilanjutkan dengan uji realiabilitas. Untuk mengetahui
realibilitas caranya adalah dengan membandingkan nilai r hasil
dengan r tabel. Dalam uji realibilitas sebagai r hasil adalah nilai
alpha. Ketentuannya adalah bila r alpha > r tabel,
makapertanyaan tersebut reliabel.
Adapun hasil dari uji coba yang dilakukan terhadap tiap
pertanyaan diantaranya :

1. Terlihat dari 10 pertanyaan variabel perilaku pada lembar


observasi, terdapat 10 pertanyaan yang nilainya lebih tinggi
dari r tabel (r= 0, 306) yaitu I01 (r= 0,898), pertanyaan I02
(r= 0,862), pertanyaan I03 (r= 0,834), pertanyaan I04 (r=
0,806). pertanyaan I05 (r= 0,778), pertanyaan I06 (r=
0,643), pertanyaan H07 (r= 0,692), pertanyaan I08 (r=
0,496) pertanyaan I09 (r= 0,965), dan pertanyaan I10 (r=
0,921). Sehingga dapat disimpulkan bahwa 10 pertanyaan
tersebut valid. Kemudian untuk melihat realibilitas dapat
dilihat pada r alpha (0,949) lebih besar dibanding nilai r
tabel, maka 10 pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.
60

Tabel 4.2
Validitas Perilaku Penggunaan APD

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
I01 Pekerja memakai helm dengan benar saat 0,898
bekerja
I02 Pekerja memakai helm dengan warna 0,862
kuning
I03 Pekerja memakai kacamata las saat bekerja 0,834
I04 Pekerja menggunakan pelindung wajah saat 0,806
bekerja
I05 Pekerja menggunakan pelindung telinga 0,778
saat bekerja
I06 Pekerja menggunakan respirator saat 0,643
0,306
bekerja
I07 Pekerja menggunakan baju berlengan 0,692
panjang dan bercelana panjang
I08 Pekerja menggunakan pakaian kerja / 0,496
pelindung dada saat bekerja
I09 Pekerja menggunakan sarung tangan saat 0,965
bekerja
I10 Pekerja menggunakan safety shoes yang 0,921
tertutup dan penutup ujung sepatu dari baja

2. Terlihat dari 8 pertanyaan pertanyaan pengetahuan pekerja


terhadap APD, terdapat 3 pertanyaan yang nilainya lebih
rendah dari r tabel (r= 0, 306) yaitu D06 (r= -0,020),
pertanyaan D07 (r= -0,416), dan pertanyaan D08 (r= -
0,020). Sehingga pertanyaan D06, D07, dan D08 tidak valid
seperti pada pertanyaan D06 yaitu APD digunakan di area
kerja menjadi tidak valid karena pertanyaan tersebut terlalu
mudah dipahami dan sudah pasti APD digunakan ditempat
dimana pekerja melakukan pekerjaan, kemudian pada
pertanyaan D07 yaitu APD digunakan bila terjadi
61

kecelakaan kerja menjadi tidak valid karena pertanyaan


tersebut terlalu mudah dipahami dan memiliki makna yang
sama dengan pertanyaan yang berbeda pada variabel
persepsi risiko, sedangkan pada pertanyaan D08 yaitu APD
yang digunakan harus selalu dibersihkan dengan baik
menjadi tidak valid karena pertanyaan tersebut terlalu
mudah dipahami oleh pekerja, serta untuk pertanyaan D01,
D02, D03, D04, dan D05 dinyatakan valid. Kemudian untuk
melihat realibilitas dapat dilihat pada r alpha (0,394) lebih
besar dibanding nilai r tabel, maka 5 pertanyaan tersebut
dinyatakan reliabe.
Tabel 4.3
Validitas Pengetahuan

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
D01 APD adalah alat yang digunakan untuk 0,578
melindungi diri pada saat bekerja
D02 APD adalah salah satu cara untuk 0,578
mengendalikan bahaya di tempat kerja
D03 APD berguna untuk menjaga keselamatan 0,622
dan kesehatan pekerja saat bekerja
D04 APD berguna untuk mengurangi dampak 0,449
kecelakaan kerja saat bekerja
0,306
D05 APD digunakan sebelum melakukan 0,476
pekerjaan
D06 APD digunakan di area kerja -0,020

D07 APD digunakan bila terjadi kecelakaan -0,416


kerja
D08 APD yang digunakan harus selalu -0,020
dibersihkan dengan baik
62

3. Terlihat dari 10 pertanyaan persepsi risiko, setelah


dilakukan uji validitas terdapat 2 pertanyaan yang tidak
valid yang nilainya lebih rendah dari r tabel (r= 0,306)
yaitu B01 (r= 0,282) dan pertanyaan B06 (r= -0,88).
Kemudian dilakukan analisis ulang dengan mengeluarkan
pertanyaan yang tidak valid. Setelah dilakukan analisis
ulang dengan mengeluarkan pertanyaan yang tidak valid di
dapatkan r hasil dari delapan pertanyaan lebih besar dari r
tabel (0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa delapam
pertanyaan tersebut valid. Kemudian untuk melihat
realibilitas dapat dilihat pada r alpha (0,819) lebih besar
dibanding nilai r tabel, maka pertanyaan dinyatakan reliabel.

Tabel 4.4
Validitas Persepsi Risko

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
C01 APD yang digunakan dapat melindungi dari 0,828
kecelakaan kerja
C02 APD yang digunakan dapat melindungi dari 0,890
penyakit akibat kerja

C03 APD yang disediakan penting untuk dipakai 0,230


C04 APD yang disediakan sudah lengkap sesuai -0,170
keperluan pekerjaan
0,306
C05 Menggunakan APD saat bekerja dapat 0,890
menjadi contoh atau teladan bagi teman
kerja

C06 APD yang digunakan membuat tidak 0,308


nyaman

C07 APD yang digunakan tarasa berat dan 0,469


membuat pusing
63

4. Terlihat dari 7 pertanyaan persepsi terhadap APD, setelah


dilakukan uji validitas didapatkan 3 pertanyaan yang tidak
valid yang nilainya lebih rendah dari r tabel (r= 0, 306) yaitu
C03 (r= 230), pertanyaan C04 (r= -0,170), dan pertanyaan
C06 (r= 303). Kemudian setelah dihilangkan satu
pertanyaan yang tidak valid (C03) masih terdapat 2
pertanyaan yang tidak valid (C04 dan C06), sehingga
peneliti mengeluarkan 1 pertanyaan lagi yang tidak valid
(C04). Setelah mengeluarkan 2 pertanyaan yang tidak valid,
barulah didapatkan hasil menjadi 5 pertanyaan yang
dinyatakan valid (C01, C02, C05, C06, C07). Kemudian
untuk melihat realibilitas dapat dilihat pada r alpha (0,726)
lebih besar dibanding nilai r tabel, maka 5 pertanyaan
tersebut dinyatakan reliabel.

Tabel 4.5
Validitas Persepsi Terhadap APD

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
B01 Tidak masalah jika meletakkan alat kerja 0,282
dimana saja selama masih jam kerja
walaupun sudah selesai digunakan
B02 Tidak hati-hati menggunakan mesin 0,398
pengelasan dapat terkena aliran listrik
B03 Kabel listrik yang terkelupas dapat 0,384
menyebabkan konsleting sampai kebakaran
B04 Getaran pada mesin yang digunakan dapat 0,306 0,692
mengakibatkan sakit pada otot persendian
B05 Debu dari proses pengelasan dapat 0,570
mengakibatkan gangguan pernapasan
B06 Suhu di tempat kerja yang panas -0,88
mengakibatkan cepat merasa lelah
B07 Kebisingan yang terdengar saat bekerja 0,621
membuat cepat pusing dan cepat marah
64

B08 Kebisingan dari mesin mengganggu 0,493


konsentrasi saat bekerja
B09 Tidak konsentrasi saat melakukan 0,580
pengelasan dapat mengakibatkan bahaya
cidera
B10 Keadaan tempat kerja yang licin dapat 0,646
mengakibatkan terpeleset dan terjatuh

5. Terlihat dari 4 pertanyaan ketersediaan APD, terdapat 4


pertanyaan yang nilainya lebih tinggi dari r tabel (r= 0, 306)
yaitu E01 (r= 0,836), pertanyaan E02 (r= 0,836), pertanyaan
E03 (r= 0,771), dan pertanyaan E04 (r= 0,903). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa 4 pertanyaan tersebut valid.
Kemudian untuk melihat realibilitas dapat dilihat pada r
alpha (0,930) lebih besar dibanding nilai r tabel, maka 4
pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.

Tabel 4.6
Validitas Ketersediaan APD

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
E01 Apakah ditempat Anda bekerja disediakan 0,836
APD untuk bekerja ?
E02 Apakah APD di tempat kerja Anda tersedia 0,836
dengan lengkap?
E03 Apakah APD di tempat kerja tempat Anda 0,306 0,771
bekerja sudah mencukupi dan sesuai dengan
jumlah pekerja?
E04 Jika ada APD yang rusak, apakah APD 0,903
tersebut diganti dengan yang baru
65

6. Terlihat dari 3 pertanyaan pengawasan, terdapat 3


pertanyaan yang nilainya lebih tinggi dari r tabel (r= 0,306)
yaitu F01 (r= 0,574), pertanyaan F02 (r= 0,515), dan
pertanyaan F03 (r= 0,738). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa 3 pertanyaan tersebut valid. Kemudian untuk melihat
realibilitas dapat dilihat pada r alpha (0,771) lebih besar
dibanding nilai r tabel, maka 3 pertanyaan tersebut
dinyatakan reliabel.

Tabel 4.7
Validitas Pengawasan

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
F01 Apakah di tempat kerja Anda dilakukan 0,574
pegawasan dalam penggunaan APD?
F02 Apakah proses pengawasan di tempat kerja 0,515
Anda dilakukan secara rutin? 0,306

F03 Apakah pengawas selalu mengingatkan 0,738


Anda untuk menggunakan APD saat
bekerja?

7. Terlihat dari 4 pertanyaan hukuman, terdapat 4 pertanyaan


yang nilainya lebih tinggi dari r tabel (r= 0, 306) yaitu G01
(r= 0,773), pertanyaan G02 (r= 0,927), pertanyaan G03 (r=
0,865), dan pertanyaan G04 (r= 0,596). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 4 pertanyaan tersebut valid. Kemudian
untuk melihat realibilitas dapat dilihat pada r alpha (0,904)
lebih besar dibanding nilai r tabel, maka 4 pertanyaan
tersebut dinyatakan reliabel.
66

Tabel 4.8
Validitas Hukuman

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
0,773
G01 Apakah ada kebijakan/peraturan dari
pemilik usaha tempat Anda bekerja dalam
penggunaan APD?
0,927
G02 Apakah Anda mematuhi
kebijakan/peraturan yang ada di tempat
Anda bekerja?
0,865
G03 Apakah di tempat Anda bekerja diberikan 0,361
hukuman jika pekerja terbukti melakukan
pelanggaran?

Menurut Anda, apakah pekerja yang tidak 0,596


G04 menggunakan APD pada saat bekerja perlu
diberi hukuman?

8. Terlihat dari 3 pertanyaan penghargaan, terdapat 3


pertanyaan yang nilainya lebih tinggi dari r tabel (r= 0, 306)
yaitu H01 (r= 0,862), pertanyaan H02 (r= 0,701), dan
pertanyaan H03 (r= 0,645). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa 3 pertanyaan tersebut valid. Kemudian untuk melihat
realibilitas dapat dilihat pada r alpha (0,858) lebih besar
dibanding nilai r tabel, maka 3 pertanyaan tersebut
dinyatakan reliabel.
67

Tabel 4.9
Validitas Penghargaan

No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
0,862
H01 Apakah pemilik usaha tempat Anda bekerja
memberikan penghargaan jika para pekerja
melakukan pekerjaan dan menggunakan APD
dengan baik dan benar?
0,701
H02 Apakah Anda sudah bekerja secara baik dan
0,306
benar dengan menggunakan APD, sehingga
anda merasa perlu mendapatkan penghargaan?
0,645
H03 Menurut Anda, apakah pekerja yang
menggunakan APD pada saat bekerja perlu
diberikan penghargaan?

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitaif yang
diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden
dengan menggunakan instrument penelitian yang telah di uji
validitas.

b. Sumber Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari sumber dokumen utama
(Notoatmodjo, 2010). Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diambil oleh peneliti langsung kepada
responden dengan cara wawancara menggunakan kuesioner
terstruktur. Peneliti meminta persetujuan terlebih dahulu ke
pekerja untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan
memberikan informed consent dan menjelaskan ke pekerja
mengenai maksud dan tujuan penelitian. Data yang
68

dikumpulkan berupa pengetahuan, persepsi risiko, persepsi


terhadap APD, ketersediaan APD, pengawasan, hukuman
dan penghargaan.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam
bentuk data yang telah dikumpulkan dari data primer
(Sugiyono, 2010). Dalam hal ini data yang diperoleh dari
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Setelah mempelajari jawaban dari seluruh pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner, perlu dilakukan proses editing, coding,
tabulasi, entry, dan cleaning sehingga lebih memudahkan dalam
pembacaan data dan meningkatkan kredibilitas analisa (Efendi,
2012).
a. Editing
Memastikan kelengkapan dan kejelasan setiap aspek yang
diteliti, yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap kuesioner
untuk memastikan bahwa kuesioner telah lengkap. Proses
editing ini meliputi pemeriksaan isian kuesioner yang dilakukan
selama proses pengumpulan data untuk memastikan semua
variabel, baik variabel dependen dan variabel independen pada
penelitian ini.
b. Coding
Teknik coding ini digunakan untuk memudahkan dalam
proses analisis data. Penggunaan kode yang sudah ditetapkan
atau dirumuskan sebelumnya digunakan untuk mempermudah
dalam melakukan tabulasi dan analisis data. Proses pengkodean
dilakukan terhadap setiap variabel yang ada dalam penelitian ini
untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data.
69

c. Tabulasi
Memasukkan data kedalam diagram atau tabel-tabel
sesuai dengan kriteria. Proses tabulasi ini adalah hasil
pengkodean dimasukan ke dalam tabel yang dilakukan secara
komputerisasi untuk memudahkan dalam analisis data.
d. Entry
Data dari kuesioner diolah dengan menggunakan bantuan
program komputer untuk mempermudah proses analisis data.
Proses entry yaitu proses memasukkan data yang sudah dikode
menggunakan salah satu software pengolahan data statistik
untuk dilakukan analisis data.

e. Cleaning
Cleaning adalah proses pengecekan kembali data yang
sudah di-entry untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam
melakukan entry data. Proses ini dilakukan dengan cara
melakukan tabulasi frekuensi dari setiap variabel.

2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini variabel yang
dianalisis secara deskriptif adalah variabel dependen (perilaku
pekerja terhadap penggunaan APD) dan variabel independen
(pengetahuan, pendidikan, persepsi risiko, persepsi terhadap
APD, ketersediaan APD, pengawasan, hukuman, dan
penghargaan) pada penelitian ini.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
70

Analisis data menggunakan uji chi square untuk melihat


hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen. Dalam penelitian ini dilakukan analisis bivariat
untuk mengetahui adakah hubungan antara perilaku terhadap
penggunaan APD dengan pengetahuan, persepsi risiko, persepsi
terhadap APD, ketersediaan APD, pengawasan, hukuman, dan
penghargaan.
Untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara dua
variabel maka dilihat P value dengan menggunakan α=5%. Jika
p value ≤ 0,05 artinya secara statistik terdapat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan jika
p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan dependen (Lapau, 2013). Pembuktian dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

X2 = Chi Square

O = Nilai Observasi (yang diamati)


E = Nilai Ekspektasi (yang diharapkan)

E. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, pekerja pengelasan diberi penjelasan secara
tertulis dan atau lisan mengenai tujuan dan cara penelitian serta diberi
jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan. Penelitian ini
dijalankan setelah mendapat persetujuan secara sukarela dari pekerja
dengan memberikan keterangan mengenai tujuan dan cara penelitian dan
kesediaan untuk menjadi sampel penelitian (informed consent).
Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan
peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh
71

peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Langkah-langkah yang


diambil peneliti dalam mematuhi etika penelitian adalah sebagai berikut:
a. Menunjukkan surat ijin penelitian
Peneliti datang ke tempat yang akan diteliti dengan
menunjukkan surat ijin penelitian yang berisi permohonan ijin
peneliti dari fakultas untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.
b. Penjelasan tentang peneliti
Responden dalam penelitian ini akan diberi informasi tentang
tujuan penelitian yang akan dilakukan.
c. Pengisian inform consent
Responden diberi lembar persetujuan yang akan
ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Dalam
hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini.
d. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden akan dijamin
oleh peneliti dan semua berkas yang mencantumkan identitas subjek
hanya digunakan untuk keperluan mengelolah data.
e. Kaji Etik
Hasil kaji etik penelitian dengan nomer surat
92/PE/KE/FKM/UMJ/VII/2019 yang dikeluarkan pada tanggal 17
Juli 2019, disusun oleh peneliti dengan jenis penelitian Skripsi yang
berjudul Analisis Faktor Perilaku dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah
Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019 telah disetujui oleh
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Tanah Baru adalah Kelurahan di Kecamatan Beji, Depok,
Jawa Barat, Indonesia. Luas wilayah Kelurahan Tanah Baru adalah
320 hA. Kelurahan Tanah Baru termasuk wilayah strategis dan padat
perumahan, seperti: Perumahan Arroyyan Tanah Baru, Beji Permai,
Depok Mulya III, Griya Sakinah, dll.

Batas-batas
Utara : DKI Jakarta
Selatan : Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok
Timur : Kecamatan Beji, Kota Depok
Barat : Kecamatan Limo, Kota Depok

2. Analisis Univariat
a) Perilaku Penggunaan APD
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran perilaku penggunaan APD yang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini

Tabel 5.1
Gambaran Lembar Observasi Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

72
73

Perilaku Penggunaan n %
APD
Tidak Menggunakan 117 80,7
Menggunakan 28 19,3
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa gambaran


lembar observasi perilaku penggunaan APD pada pekerja
Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru lebih
banyak yang tidak menggunakan APD dibandingkan yang
menggunakan APD. Dari 145 pekerja Industri Informal
Pengelasan di KelurahanTanah Baru sebanyak 117 (80,7%)
pekerja memiliki perilaku yang tidak aman karena tidak
menggunakan APD saat bekerja dengan kategori jika nilai skor
< 20 dan 28 (19,3%) pekerja memiliki perilaku aman karena
menggunakan APD saat bekerja dengan kategori jika nilai skor
berjumlah 20.

b) Pengetahuan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran pengetahuan yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini

Tabel 5.2
Gambaran Pengetahuan pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Pengetahuan n %
Kurang Baik 110 75,9
Baik 35 24,1

Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa gambaran


pengetahuan pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
74

Kelurahan Tanah Baru sebanyak 110 (75,9%) pekerja memiliki


pengetahuan yang kurang baik mengenai perilaku penggunaan
APD, sedangkan 35 (24,1%) pekerja memiliki pengetahuan
yang baik mengenai perilaku penggunaan APD.

c) Persepsi Risiko
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran persepsi risiko yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Tabel 5.3
Gambaran Persepsi Risiko pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Persepsi Risiko n %
Risiko Tinggi 79 54,5
Risiko Rendah 66 45,5
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa gambaran


persepsi risiko pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru sebanyak 79 (54,5%) pekerja memiliki
persepsi risiko dengan risiko tinggi, sedangkan sebanyak 66
(45,5%) pekerja memiliki persepsi terhadap risiko kerja dengan
risiko rendahmengenai perilaku penggunaan APD.

d) Persepsi Terhadap APD


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran persepsi terhadap APD yang dapat dilihat pada tabel
di bawah ini
75

Tabel 5.4
Gambaran Persepsi Terhadap APD pada Pekerja Industri
Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
Persepsi Terhadap n %
APD
Risiko Tinggi 51 35,2
Risiko Rendah 94 64,8
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa gambaran


persepsi terhadap APD pada pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru sebanyak 51 (35,2%)
pekerja memiliki persepsi terhadap APD dengan risiko tinggi,
sedangkan sebanyak 94 (64,8%)pekerja memiliki persepsi
terhadap APD dengan risiko rendah mengenai perilaku
penggunaan APD.

e) Ketersediaan APD
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran ketersediaan APD yang dapat dilihat pada tabel di
bawah in
Tabel 5.5
Gambaran Ketersediaan APD pada Pekerja Industri
Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
Ketersediaan APD n %
Tidak Lengkap 91 62,8
Lengkap 54 37,2
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa gambaran


ketersediaan APD pada pekerja Industri Informal Pengelasan
di Kelurahan Tanah Baru sebanyak 91 (62,8%) pekerja dengan
ketersediaan APD tidak lengkap, sedangkan sebanyak 54
76

(37,2%) pekerja dengan ketersediaan APD lengkap sehingga


minimnya pekerja yang menggunakan APD saat bekerja.

f) Pengawasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran pengawasanyang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5.6
Gambaran Pengawasan pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Pengawasan n %
Tidak Ada 124 85,5
Ada 21 14,5
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa gambaran


pengawasan pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru sebanyak 124 (85,5%) pekerja tidak
terdapat pengawasan di tempat kerja, sedangkan sebanyak 21
(14,5%) pekerja terdapat pengawasan di tempat kerja.

g) Hukuman
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran hukuman yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5.7
Gambaran Hukuman pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji
Kota Depok Tahun 2019
Hukuman n %
Tidak Ada 81 55,9
Ada 64 44,1
Total 145 100
77

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa gambaran


hukuman pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru sebanyak 81 (55,9%) pekerja yang tidak
terdapat hukuman di tempat kerja, sedangkan sebanyak 64
(44,1%) pekerja terdapat hukuman di tempat kerja.

h) Penghargaan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran penghargaanyang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5.8
Gambaran Penghargaan pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Penghargaan n %
Tidak Ada 61 42,1
Ada 84 57,9
Total 145 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa gambaran


penghargaan pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru sebanyak 61 (42,1%) pekerja tidak
terdapat penghargaan di tempat kerja, sedangkan sebanyak 84
(57,9%) pekerja terdapat penghargaan di tempat kerja.

3. Analisis Bivariat
a) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan APD

Tabel 5.9
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019
78

Perilaku Penggunaan APD


Tidak Menggunakan OR
Jumlah P
Pengetahuan Menggunakan APD (95%
value
APD CI)
n % n % N %
Kurang Baik 94 85,5 16 14,5 110 100 3,065
Baik 23 66,7 12 34,3 35 100 (1,276- 0,020
Total 117 80,7 28 19,3 145 100 7,363)

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa responden yang


memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 94 orang (85,5%)
lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 23 orang (66,7%).
Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku
penggunaan APD pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019 dengan p-value 0,020 (p< 0,05) dan Odds sebesar 3,065.

b) Hubungan Persepsi Risiko dengan Perilaku Penggunaan


APD
Tabel 5.10
Hubungan Persepsi Risiko dengan Perilaku Penggunaan
APD pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun
2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan OR
Persepsi Jumlah P
Menggunakan APD (95%
Risiko value
APD CI)
n % n % N %
Risiko 69 87,3 10 12,7 79 100
Tinggi 2,588
Risiko 48 72,7 18 27,3 66 100 (1,099- 0,045
Rendah 6,092)
Total 117 80,7 28 19,3 145 100
79

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa responden yang


memiliki persepsi risiko dengan risiko tinggisebanyak 69 orang
(87,3%)lebih besar dibandingkanresponden yang memiliki
persepsi risiko rendahsebanyak 48 orang (72,7%).
Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara persepsi risiko dengan perilaku
penggunaan APD pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019 dengan p-value 0,045 (p< 0,05) dan Odds sebesar 2,588.

c) Hubungan Persepsi Terhadap APD dengan Perilaku


Penggunaan APD

Tabel 5.11
Hubungan Persepsi Terhadap APD dengan Perilaku
Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Persepsi Tidak Menggunakan OR
Jumlah P
Terhadap Menggunakan APD (95%
value
APD APD CI)
n % n % N %
Risiko 48 94,1 3 5,9 51 100
Tinggi 5,797
Risiko 69 73,4 25 26,6 94 100 (1,656- 0,005
Rendah 20,293)
Total 117 80,7 28 19,3 145 100

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa responden yang


memiliki persepsi terhadap APD dengan risiko tinggisebanyak
48 orang (94,1%)lebih besar dibandingkanresponden yang
memiliki persepsi terhadap APD dengan risiko rendahsebanyak
69 orang (73,4%).
80

Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa ada


hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap APD dengan
perilaku penggunaan APD pada pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019 dengan p-value 0,005 (p< 0,05) dan Odds
sebesar 5,797.

d) Hubungan Ketersediaan APD dengan Perilaku Penggunaan


APD
Tabel 5.12
Hubungan Ketersediaan APD dengan Perilaku Penggunaan
APD pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun
2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan OR
Ketersediaan Jumlah P
Menggunakan APD (95%
APD value
APD CI)
n % n % N %
Tidak 79 86,8 12 13,2 91 100
2,772
Lengkap
(1,194- 0,027
Lengkap 38 70,4 16 29,6 54 100
6,437)
Total 117 80,7 28 19,3 145 100

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa responden yang


tidak memiliki ketersediaan APD lengkap sebanyak 79 orang
(86,8%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki ketersediaan APD lengkap sebanyak 38 orang
(70,4%).
Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara ketersediaan APD dengan
perilaku penggunaan APD pada pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019 dengan p-value 0,027 (p< 0,05) dan Odds
sebesar 2,772.
81

e) Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan APD

Tabel 5.13
Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan OR
Jumlah P
Pengawasan Menggunakan APD (95%
value
APD CI)
n % n % N %
Tidak Ada 104 83,9 20 16,1 124 100 3,200
Ada 13 61,9 8 38,1 21 100 (1,174- 0,032
Total 117 80,7 28 19,3 145 100 8,719)

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa responden yang


tidak mendapat pengawasan lebih banyak tidak menggunakan
APD sebanyak 104 orang (83,9%) dibandingkan dengan
responden yang mendapat pengawasan yaitu sebanyak 13 orang
(61,9%).
Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan perilaku
penggunaan APD pada pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019 dengan p-value 0,032 (p< 0,05) dan Odds sebesar 3,200.
82

f) Hubungan Hukuman dengan Perilaku Penggunaan APD

Tabel 5.14
Hubungan Hukuman dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan
Jumlah P
Hukuman Menggunakan APD
value
APD
n % n % N %
Tidak Ada 63 77,8 18 22,2 81 100
Ada 54 84,4 10 15,6 64 100 0,431
Total 117 80,7 28 19,3 145 100

Berdasarkan Tabel 5.14 diketahui bahwa responden yang


tidak terdapat hukuman ditempat kerja lebih banyak yang tidak
menggunakan APD sebanyak 63 orang (77,8%) dibandingkan
responden yang terdapat hukuman di tempat kerja yaitu
sebanyak 54 (84,4%).
Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara hukuman dengan
perilaku penggunaan APD pada pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019 dengan p-value 0,431 (p < 0,05).
83

g) Hubungan Penghargaan dengan Perilaku Penggunaan APD

Tabel 5.15
Hubungan Penghargaan dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan
Jumlah P
Penghargaan Menggunakan APD
value
APD
n % n % N %
Tidak Ada 47 77,0 14 23,0 61 100
Ada 70 83,3 14 16,7 84 100 0,463
Total 117 80,7 28 19,3 145 100

Berdasarkan Tabel 5.15 diketahui bahwa responden yang


terdapat penghargaan ditempat kerja lebih banyak yang tidak
menggunakan APD sebanyak 70 orang (83,3%) dibandingkan
responden yang tidak terdapat penghargaan di tempat kerja yaitu
sebanyak 47 orang (77,0%).
Hasil analisa statistik uji Chi-Square menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara penghargaan dengan
perilaku penggunaan APD pada pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019 dengan p-value 0,463 (p< 0,05).

B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu terdapat beberapa
responden yang menjawab pertanyaan dengan ketidakseriusan, yang
membuat peneliti sulit memperoleh jawaban yang diinginkan. Maka dari
itu, peneliti menyampaikan kepada responden agar menjawab pertanyaan
sesuai dengan pengetahuannya sendiri. Walaupun demikian, masih saja
ada responden yang tidak serius saat di wawancara.
84

Serta keterbatasan yang lainnya yaitu masih ada responden saat


dilakukan wawancara takut memberikan jawaban yang sebenarnya,
sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi yang ada
karena khawatir memberikan dampak negatif terhadap pekerjaannya.
Sehingga hal ini dapat menyebabkan bias informasi.

C. Pembahasan Penelitiam
1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan
APD
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap
suatu objek yang didapatkan sebagian besar melalui indera
penglihatan dan pendengaran (Geller, 2001). Pengetahuan dalam
penelitian ini diperoleh melalui pernyataan-pernyataan yang
diajukan terkait hal yang wajib diketahui oleh pekerja mengenai
APD. Pengetahuan diduga sebagai salah satu faktor yang dapat
berhubungan dengan perilaku penggunaan APD. Perilaku yang
didasari atas pengetahuan yang cukup akan bersifat lama daripada
tanpa didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase
pengetahuan yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah
pekerja yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 85,5%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan p-
value 0,020 (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Permatasari,
dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan P = 0,000 (P
value <0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
memiliki pengetahuan kurang baik, terdapat banyak pekerja yang
tidak menggunakan APD saat bekerja karena pekerja memiliki
tingkat pengetahuan rendah yang disebabkan oleh tingkat
pendidikan yang rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
85

tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin positif perilaku


yang dilakukan.

2. Hubungan antara Persepsi Risiko dengan Perilaku Penggunaan


APD
Persepsi adalah pandangan atau anggapan seseorang terhadap
sesuatu. Sedangkan risiko adalah kemungkinan atau potensi
terjadinya sesuatu yang menimbulkan kerugian. Persepsi risiko yang
dimaksud dalam penelitian adalah pandangan atau penelitian
subjektif pekerja terhadap kemungkinan bahwa sesuatu bahaya akan
muncul dari situasi atau keadaan yang dapat menyebabkan kerugian.
Penilaian tersebut didasarkan dari ketersediaan informasi tentang
risiko di dalam ingata pekerja (Ristia, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase persepsi
risiko yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah pekerja
yang memiliki persepsi risiko kurang baik yaitu 87,3%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara persepsi risiko dengan perilaku penggunaan APD dengan p-
value 0,045 (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Shiddiq,
dkk. (2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
persepsi risiko dengan perilaku penggunaan APD dengan P = 0,011
(P value <0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
memiliki persepsi risiko dengan risiko tinggi, terdapat banyak
pekerja yang tidak menggunakan APD. Hal ini dapat diartikan
bahwa semakin tinggirisiko terhadap persepsi risiko yang dimiliki,
maka pekerja semakin tidak menggunakan APD saat bekerja.

3. Hubungan antara Persepsi Terhadap APD dengan Perilaku


Penggunaan APD
Persepsi adalah proses pemaknaan seseorang terhadap suatu
hal yang akan membuat seseorang berperilaku (Waidi, 2006). Dalam
86

penelitian ini, persepsi terhadap APD yaitu pandangan pekerja


terhadap keuntungan dan hambatan yang dirasakan saat
menggunakan APD sewaktu bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase persepsi
terhadap APD yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah
pekerja yang memiliki persepsi risiko terhadap APD dengan risiko
tinggi yaitu 94,1%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap APD dengan
perilaku penggunaan APD dengan p-value 0,005 (p< 0,05). Hal ini
sejalan dengan penelitian Muntiana(2014) menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara persepsi terhadap APD dengan
perilaku penggunaan APD dengan P = 0,018 (P value<0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
memiliki persepsi terhadap APD dengan risiko tinggi, terdapat
banyak pekerja yang tidak menggunakan APD. Hal ini dapat
diartikan bahwa semakin tinggi risiko terhadap persepsi APD yang
dimiliki, maka pekerja semakin tidak menggunakan APD saat
bekerja.

4. Hubungan antara Ketersediaan APD dengan Perilaku


Penggunaan APD
Ketersediaan APD adalah faktor pendukung dalam kepatuhan
menggunakan APD untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
risiko kerja yang terjadi di perusahaan atau tempat kerja. Jika
perusahaan atau tempat kerja tidak menyediakan APD, berarti telah
membuat pekerjanya berisiko terkena bahaya, kecelekaan dan
penyakit yang timbul di lingkungan kerja (Prasetyo, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase
ketersediaan APD paling banyak adalah pekerja yang tidak memiliki
ketersediaan APD lengkap yaitu 86,8%. Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
ketersediaan APD dengan perilaku penggunaan APD dengan p-
87

value 0,027 (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhayati,
dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan P = 0,001 (P
value <0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
memiliki ketersediaan APD tidak lengkap, terdapat banyak pekerja
yang tidak menggunakan APD saat bekerja. Hal ini dapat diartikan
apabila pekerja memiliki ketersediaan APD lengkap, kemungkinan
besar pekerja akan berperilaku aman dengan menggunakan APD.

5. Hubungan antara Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan


APD
Pengawasan adalah kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin
bahwa tugas/ pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Kebijaksanaan yang telah digariskan dan aturan
yang diberikan (Siagian,2003).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase
pengawasan yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah
pekerja yang tidak mendapat pengawasan yaitu 83,9%. Hasil analisis
bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengawasan dengan perilaku penggunaan APD dengan p-value
0,032 (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Yustrianita dan
Robiana (2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan P =
0,036 (P value <0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
tidak mendapat pengawasan, terdapat banyak pekerja yang tidak
menggunakan APD karena merasa bebas untuk melakukan
pekerjaan dengan perilaku senyamannya walaupun tidak aman. Hal
ini dapat diartikan apabila banyak pekerja yang mendapat
pengawasan, maka pekerja akan berperilaku aman dengan
menggunakan APD.
88

6. Hubungan antara Hukuman dengan Perilaku Penggunaan APD


Hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau
kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan.
Hukuman dapat menekan dan melemahkan perilaku. Hukuman tidak
hanya berorientasi untuk mneghukum pekerja yang melanggar
peraturan, melainkan sebagai control terhadap lingkungan kerja
sehingga pekerja terlindung dari insiden (Geller, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase
hukuman yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah
pekerja yang tidak terdapat hukuman di tempat kerja yaitu 84,4%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara hukuman dengan perilaku penggunaan APD
dengan p-value 0,431 (p>0,05). Pada penelitian Meyrina (2017)
menyatakan bahwa jika tidak keseimbangan antara pelaksanaan
reward dan pelaksanaan punishment maka tidak akan tercipta
perubahan pada perilaku pekerja, karena hukuman yang merupakan
reinforcement negative artinya penguatan yang berasal dari
pemindahan atau penghindaran suatu kejadian negatif sebagai
konsekuensi dari perilaku belum berjalan seperti mestinya.
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
tidak terdapat hukuman di tempat kerja, terdapat banyak pekerja
yang tidak menggunakan APD saat bekerja. Hal ini menjadi salah
satu alasan mengapa hukuman tidak berpengaruh terhadap pekerja
dikarenakan dalam pekerjaan tersebut tidak ada penghargaan juga
yang diberikan sehingga perubahan perilaku tidak berjalan
semestinya.

7. Hubungan antara Penghargaan dengan Perilaku Penggunaan


APD
Penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan
kepada individu atau kelompok dengan tujuan mengembangkan,
89

mendukung dan memelihara perilaku yang diharapkan (Geller,


2001).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase
penghargaan yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah
pekerja yang terdapat penghargaan di tempat kerja yaitu 83,3%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara hukuman dengan perilaku penggunaan APD
dengan p-value 0,463 (p>0,05). Pada penelitian (Indah & Rasmini,
2013) menyatakan bahwa dalam pemberian penghargaan ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu terbuka, dan adil, serta
reward atau penghargaan yang diberikan tidak berdampak pada hak
perkerja lain agar terjadi perilaku yang etis.
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
mengatakan ada penghargaan, terdapat banyak pekerja yang tidak
menggunakan APD saat bekerja. Pekerja juga mengatakan bahwa
tidak ada pemberian penghargaan yang adil atau berdampak penting
bagi pekerja. Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun ada
penghargaan yang diberikan, namun tetap saja pekerja masih tidak
menggunakan APD.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Faktor Perilaku Pekerja
dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019, dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran perilaku penggunaan APD di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok tahun 2019 masih banyak pekerja yang
tidak menggunakan APD yaitu sebanyak 80,7%.
2. Gambaran faktor predisposisi (Pekerja yang memiliki pengetahuan
kurang baik sebanyak 75,9%, persepsi risiko dengan risiko tinggi
sebanyak 54,5%, dan persepsi terhadap APD dengan risiko tinggi
sebanyak 35,2%).
3. Gambaran faktor pemungkin (Pekerja yang mendapat ketersediaan
APD tidak lengkap yaitu sebanyak 62,8%).
4. Gambaran faktor penguat (Pekerja yang tidak mendapat pengawasan
sebanyak 85,5%, tidak mendapatkan hukuman di tempat kerja
sebanyak 55,9%, dan yang mendapatkan penghargaan di tempat kerja
sebanyak 57,9%).
5. Hubungan antara faktor predisposisi (Terdapat hubungan yang
bermakna dengan perilaku penggunaan APD yaitu Pengetahuan
dengan p-value 0,020, Persepsi Risiko dengan p-value 0,045 , dan
Persepsi Terhadap APD dengan p-value 0,005).
6. Hubungan antara faktor pemungkin (Terdapat hubungan yang
bermakna dengan perilaku penggunaan APD yaitu Ketersediaan
APD dengan p-value 0,027).
7. Hubungan antara faktor penguat (Terdapat hubungan yang bermakna
dengan perilaku penggunaan APD yaitu Pengawasan dengan p-value
0,032 serta Tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan perilaku
penggunaan APD yaitu Hukuman dengan p-value 0,431 dan
Penghargaan dengan p-value 0,463).

90
91

B. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian diatas,
maka peneliti memberikan saran atau masukan sebagai bahan
pertimbangan perbaikan penelitian mengenai penggunaan APD terhadap
pekerja Industri Informal Pengelasan yaitu:
1. Bagi Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
a. Melakukan edukasi kepada pekerja untuk menggali
pengetahuan, wawasan, dan menumbuhkan rasa ingin tahu para
pekerja tentang fungsi dari berbagai jenis APD secara lebih
detail.
b. Melakukan peningkatan intensitas pengawasan yang rutin dan
terstuktur.
c. Memperhatikan perilaku pekerja yang setuju dalam pengguinaan
APD dengan menyediakan peralatan APD yang standar dan
nyaman dipakai.
d. Melakukan sosialisasi bahaya tidak menggunakan APD pada
pekerja bengkel las dengan media cetak seperti poster yang
ditempel di beberapa bagian tempat bekerja agar pekerja lebih
sadar terhadap bahaya tidak menggunakan APD sehingga
pekerja dapat berperilaku aman.
e. Melakukan training secara rutin agar pekerja memiliki wawasan
yang luas sehingga pekerja lebih paham dan berhati-hati saat
melakukan pengelasan.

2. Bagi Pekerja Bengkel Las


a. Menggunakan dan menjaga perlengkapan keselamatan kerja
dengan lengkap dan benar.
b. Saling mengingatkan antar pekerja apabila ada yang terlihat
tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja,
khususnya mengenai APD.
c. Menaati peraturan dan prosedur yang berlaku, bekerja sesuai
dengan tanggung jawabnya, khususnya mengenai APD.
92

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki variabel-
variabel yang diteliti pada penelitian ini yang berhubungan dengan
perilaku penggunaan APD.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2012. Penenlitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.


Bandung: Remaja Rosda Karya.

Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aryanti, O., dkk. 2016. Paper Ketenagakerjaan dan Sektor Informal.


Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
BPJS Ketenagakerjaan. 2018. Profil BPJS Ketenagakerjaan. Dilihat pada
tanggal 17 April 2019. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id.

Disnakertrans. 2017. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi


Teknisi Perusahaan. Yogyakarta: Disnakertrans Yogyakarta.

Deutsche Industrie Normen (DIN). 2008. Pengelasan. Germany: Deutsche


Industrie Normen. Dilihat pada tanggal 20 April 2019.
http://www.din.de/.

Djamiko. 2008. Modul Teori Pengelasan Logam. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta.

Effendi, S. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Firnando, R. A. 2018. ‘Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pekerja Pengelasan
Galangan Kapal’. Journal of Industrial Hygiene and Occupational
Health. Vol. 3 (1): 2541-5727.

Geller, E Scott. 2001. The Psychology of Safety Handbook. New York:


Lewis Publishers.

Handoko, A., Tarigan, L., Kalsum. 2012. Persepsi Pekerja tentang Gema
Daya K3 (Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3) di Bagian
Produksi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan
Tahun 2012. Medan : FKM, USU.

Indah, N.P & Rasmini, N.K. 2013. Pengaruh Pengendalian Intern, Motivasi,
Dan Reward Manajemen Pada Perilaku Etis Konsultan. E-Jurnal
Akutansi Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556.
www.https://ojs.unud.aci.id.

93
Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Cv.Absolute
Media.

ISAFETY. 2018. Rapor K3 Nasional. Edisi Desember 2018. Jakarta:


Yayasan Pengembangan Keselamatan.

International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


di Tempat Kerja (Sarana untuk Produktivitas). Modul 5. Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: ILO.

International Labour Organization. 2018. Meningkatkan Keselamatan dan


Kesehatan Pekerja Muda. Jakarta: ILO.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. INFODATIN (Pusat


Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI): Situasi Kesehatan
Kerja. Jakarta. Dilihat pada tanggal 22 April 2019.
http://www.depkes.go.id.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Direktorat Bina


Kesehatan Kerja: Angka Kecelakaan Akibat Kerja. Jakarta. Dilihat
pada tanggal 19 April 2019. http://www.depkes.go.id.

Laila, N. N. 2017. Keluhan Subjektif Photokeratitis Pada Mata Pekerja Las


Sektor Informal di Kelurahan Cirendeu dan Ciputat Tangerang
Selatan. Jakarta: Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat v
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Lapau, B. 2013. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka


Obor Indonesia.

Lemeshow,s,et al. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan


(Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mangkunegara, A. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Martoyo, S. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


BPFE- Yogyakarta.

Meyrina, Rr. 2017. Pelaksanaan Reward Dan Punishment Terhadap Kinerja


Pegawai Di Lingkungan Kementerian Hukum Dan HAM. JIKH Vol. 11
No. 2 Juli 2017: 139 – 157. www.https://ejournal.balitbangham.go.id

Muntiana, K. (2014). Hubungan Persepsi Karyawan Terhadap Penerapan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada jalur 3 dan 4 PT Wijaya Karya Beton
Boyolali Tbk. Surakarta: Artikel ilmiah S1 Universitas
Muhammadiyah Surakarta: dipublikasikan.

94
Nawawi, H. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Notoadmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Noviandry, I. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang Tahun 2013. Tangerang Selatan: Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nurhayati, S. A., dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Bidan Saat Melakukan
Pertolongan Persalinan Normal Studi Observasional Analitik pada
Bidan Praktik Swasta di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Banjarmasin: Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Lambung Mangkurat.

Occupational Safety and Health Administration (OSHA). 2007. Personal


Protective Equipment (PPE). U.S: U.S. Department of Labor..

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per


8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

Permatasari, G., dkk. 2016. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan


Kenyamanan Pekerja dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
di Bengkel Las Listrik Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten HSU
Tahun 2016. Banjarmasin: Jurnal Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin.

Prasetyo, E. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan Alat


Pelindung Diri (APD) Terhadap Kepatuhan dalam Menggunakan
APD di Unit Coating PT. Pura Barutama Kudus Tahun 2015.
Kudus: Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES
Cendekia Utama Kudus.

Purba, E, Yusnadi. 2014. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.

95
Putra, M. U. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Penggunaan APD pada Mahasiswa Profesi FIK UI.
Depok: Skripsi Keperawatan Universitas Indonesia.

Putri, K. D. S., & Denny, Y. 2014. ‘Analisis Faktor yang Berhubungan


dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri’. The
Indonesian Journal Occupational Safety, Health and Environment.
Vol 1 (1): 24-36.

Rahmat, J. 2005. Psikologi Komunitas. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya

Ristia, E. 2017. Hubungan Persepsi Tentang Risiko dan Alat Pelindung Diri
serta Toleransi Risiko Pekerja dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri di Proyek Konstruksi Mass Rapid Transit Jakarta
Tokyu Wika Joint Operation. Jakarta: Skripsi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Rorimpandey, M., dkk. 2014. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap


dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Pengelasan di Bengkel Las Kota Manado. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

Roughton, J. E., and Mercurio, J.J. 2002. Developing An Effective Safety.


Culture: A Leadership Approach [electronic version]. Woburn,
US:Butterworth-Heinemann.

Sari, T. I. 2016. Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada


Pekerja Industri Pengelasan di Kelurahan Bojong Kulur Kabupaten
Bogor Tahun 2016. Jakarta: Skripsi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Shiddiq, S., dkk. 2013. Hubungan Persepsi Karyawan dengan Perilaku Tidak
Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa Tahun 2013.
Makasar : Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM
UNHAS.

Siagian, S. P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan (cetakan kelima).


Jakarta: Rineka Cipta.

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: STIE


YKPN.

Sjoberg, L., dkk. (2004) Explaining Risk Perception: An Evaluation Of The


Psychometric Paradigm In Risk Perception Research. Norwegian:
Norwegian University of Science and Technology, Departement of
Psychology.

96
Sriwidharto. 1987. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Tarwaka. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surakarta: Harapan


Press.

Wiryosumarto H., Okumura T. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:


Pradya Paramita.

Yasari. 2008. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dan Kejadian


Dermatitis Akibat Kerja Pada Pekerja Pengangkat Sampah di PT.
USB Kota Jambi. Yogyakarta: Thesis Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.

Yuda, N. A. P. 2018. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Keluhan


Fotokeratitis Pada Pekerja Pengelasan. Lampung: Skripsi
Kedokteran Universitas Lampung.

Yustrianita, I., & Modjo, R. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian
Finishing Pt.X Di Proyek Apartemen Serpong Tahun 2014. Depok:
Skripsi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

97
Lampiran 1. Artikel Ilmiah (Manuskrip)

Analisis Faktor Perilaku Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung


Diri (APD) Pada Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah
Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019
Elga Nur Fadillah1, Triana Srisantyorini2
1,2
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. KH Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten
15419
Email: egafadilah93@gmail.com1, trianasrisantyorini@yahoo.co.id2

ABSTRAK
Perkembangan sektor informal saat ini sangatlah pesat dan mampu menjadi
tumpuan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data angka kecelakaan kerja
terjadi kenaikan angka kecelakaan kerja di Indonesia dari tahun 2013 hingga
2017 yaitu sebesar 25.856 orang. Kecelakaan kerja dapat diminimalisasi
apabila pekerja selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar
dan lengkap saat bekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
perilaku pekerja dalam penggunaan APD pada industri informal pengelasan
di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok Tahun 2019.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019 dengan
menggunakan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik
accidental sampling sebanyak 145 sampel. Hasil univariat didapatkan
variabel Perilaku penggunaan APD (80,7%), pengetahuan kurang baik
(75,9%), persepsi risiko kurang baik (54,5%), persepsi terhadap APD kurang
baik (35,2%), ketersediaan APD tidak lengkap (62,8%), tidak ada
pengawasan (85,5%), hukuman (55,9%), penghargaan (42,1%). Dari hasil uji
bivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan perilaku penggunaan
APD (p < 0,05) adalah variabel pengetahuan (p=0,020), persepsi risiko
(p=0,045), persepsi terhadap APD (p=0,005), ketersediaan APD (p=0,027),
pengawasan (p=0,032). Dan variabel yang tidak berhubungan adalah
hukuman dan penghargaan.
Saran: Melakukan edukasi untuk menggali pengetahuan pekerja dan
sosialisasi terkait penggunaan APD yang baik dan benar.

Kata Kunci: APD, Perilaku, Pekerja Informal Pengelasan.


Analysis of Worker Behavior Factors in the Use of Personal Protective
Equipment (PPE) in the Informal Welding Industry in New Land
Village Beji Sub-District Depok City in 2019

ABSTRACT

The development of the informal sector is currently very rapid and able to
become the economic foundation in Indonesia. Based on data from work
accidents, there has been an increase in work accidents in Indonesia from
2013 to 2017, amounting to 25,856 people. Work accidents can be minimized
if workers always use Personal Protective Equipment (PPE) properly and
completely when working. The purpose of this study was to determine the
worker's behavior factors in the use of PPE in the informal welding industry
in Tanah Baru Village, Beji District, Depok City in 2019. This research was
conducted in July-August 2019 using a cross sectional design. Samples were
taken by accidental sampling technique as many as 145 samples. The
univariate results obtained variable Behavioral use of PPE (80.7%), poor
knowledge (75.9%), risk perception is not good (54.5%), perception of PPE
is not good (35.2%), the availability of PPE is not complete (62.8%), no
supervision (85.5%), punishment (55.9%), awards (42.1%). From the
bivariate test results obtained variables associated with PPE usage behavior
(p <0.05) are knowledge variables (p = 0.020), risk perception (p = 0.045),
perception of PPE (p = 0.005), PPE availability (p = 0.027), supervision (p
= 0.032). And the unrelated variables are punishment and reward.
Suggestion: Conduct education to explore workers' knowledge and
socialization related to the use of PPE that is good and right.

Keywords: PPE, Behavior, Informal Worker Welding.


Pendahulan
Sektor informal adalah Alat Pelindung Diri (APD)
semua bisnis komersial dan non- merupakan seperangkat alat yang
komersial (atau aktivitas ekonomi) digunakan oleh tenaga kerja untuk
yang tidak terdaftar dan secara melindungi seluruh tubuh atau
umum memiliki ciri-ciri: kegiatan sebagian tubuhnya terhadap
berskala kecil, padat karya, dan kemungkinan adanya potensi
menggunakan teknologi yang bahaya kecelakaan kerja pada
diadaptasi dan bergantung pada tempat kerja. Penggunaan alat
sumber daya lokal (Aryanti, dkk pelindung diri sering dianggap
2016). Perkembangan sektor tidak penting oleh para pekerja,
informal saat ini sangatlah pesat terutama pada pekerja yang
dan mampu menjadi tumpuan bekerja pada sektor informal.
ekonomi di Indonesia. Sektor Padahal penggunaan alat
informal memiliki pola kegiatan pelindung diri sangat penting
yang tidak teratur, baik dalam terhadap keselamatan dan
waktunya, pemodalan, dan kesehatan pekerja. Kedisiplinan
penerimaannya tidak terikat oleh para pekerja dalam menggunakan
peraturan yang ditetapkan. Kondisi alat pelindung diri tergolong masih
industri informal dalam hal rendah sehingga risiko terjadinya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja kecelakaan kerja yang dapat
(K3) juga masih sangat kurang membahayakan pekerja cukup
memadai dan kurang mendapat besar (Sari, 2016).
perhatian dari instansi terkait. Angka kecelakaan kerja
Pekerja industri informal kurang berdasarkan International Labour
mendapat promosi kesehatan, Organization (ILO) tahun 2017,
tidak sesuainya rancangan tempat sebanyak 2,78 juta pekerja
kerja, kurang baiknya prosedur meninggal setiap tahun karena
kerja, dan kurangnya peralatan kecelakaan kerja dan penyakit
Alat Pelindung Diri (APD) bagi akibat kerja. Sekitar 2,4 juta
pekerja (Yuda, 2018). (86,3%) dari kematian ini
dikarenakan penyakit akibat kerja,
sementara lebih dari 380.000 korban kecelakaan namun juga
(13,7%) dikarenakan kecelakaan kepada pihak perusahaan akibat
kerja. Setiap tahun, ada hampir hilangnya harikerja yang dapat
seribu kali lebih banyak menyebabkan kerugian finansial
kecelakaan kerja non-fatal bagi perusahaan, sehingga
dibandingkan kecelakaan kerja perlunya mengetahui faktor-faktor
fatal. Kecelakaan non-fatal yang menyebabkan terjadinya
diperkirakan dialami 374 juta kecelakaan sebagai upaya
pekerja setiap tahun, dan banyak penanggulangan (Disnakertrans,
dari kecelakaan ini memiliki 2017).
konsekuensi yang serius terhadap Berdasarkan data dari
kapasitas penghasilan para pekerja Kementerian Ketenagakerjaan
(Hamalainen et al., 2017). tahun 2018, data kecelakaan kerja
Angka kecelakaan kerja di pada triwulan I tahun 2018 yaitu
Indonesia masih tinggi dari tahun terjadi 5.318 kasus kecelakaan
2013 sampai tahun 2017. Pada kerja dengan korban meninggal
Tahun 2013 = 97.144 orang; dunia sebanyak 87 pekerja.
Tahun 2014 = 40.696 orang Sedangkan 52 pekerja mengalami
(Direktorat Bina Kesehatan Kerja, cacat dan 1.361 pekerja lainnya
Kementerian Kesehatan, 2014). sembuh setelah menjalani
Sedangkan data kecelakaan kerja perawatan medis akibat
pada Tahun 2015 = 110.285 orang; kecelakaan kerja yang dialaminya.
Tahun 2016 = 105.182 orang; Data ini menjadi indikasi awal
2017= 123.000 orang (BPJS bahwa kasus kecelakaan kerja
Ketenagakerjaan, 2018). yang terjadi di tahun 2018 ini juga
Berdasarkan data angka diperkirakan tetap masih tinggi, di
kecelakaan kerja terjadi kenaikan atas 100.000 kasus (ISAFETY,
angka kecelakaan kerja di 2018).
Indonesia dari tahun 2013 hingga Perilaku pekerja dalam
2017 yaitu sebesar 25.856 orang. menggunaan Alat Pelindung Diri
Dampak dari kecelakaan kerja (APD) telah diidentifikasi sebagai
tersebut tidak hanya dihadapi oleh salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan kerja. Walaupun APD (baik pemilik dan pekerja) lebih
merupakan tahapan pengendalian berfokus pada hasil produksi yang
kecelakaan kerja paling akhir. didapatkan dibandingkan dengan
Penggunaan APD akan menjadi perhatian pada kesehatan dan
pilihan yang harus dilakukan keselamatan kerja. Peralatan dan
apabila pengendalian secara teknis perlengkapan keselamatan yang
dan administratif telah dilakukan seadanya dapat memperbesar
secara maksimal namun risiko peluang mereka terkena penyakit
masih tergolong tinggi. akibat kerja maupun kecelakaan
Kenyataannya telah terbukti kerja, apalagi jika ditambah
bahwa masih terdapat pekerja yang dengan kurangnya perhatian dan
tidak menggunakan APD, kehati-hatian dalam bekerja.
meskipun telah diketahui manfaat Selama proses pengelasan
penggunaannya (Firnando, 2018). berlangsung sering menimbulkan
Sesuai dengan Undang-Undang bahaya-bahaya misalnya terpapar
No.1 Tahun 1970 tentang sinar las, debu, asap las, dan luka
Keselamatan Kerja dimana setiap bakar. Untuk menghindari hal
pekerja harus menjaga tersebut salah satu upaya
keselamatan dan kesehatan dengan pencegahan bahaya industri
memakai alat-alat pelindung diri. pengelasan yaitu dengan
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan APD (Laila, 2017).
(K3) saat ini hanya dilakukan pada Bengkel las listrik di
sektor pekerja formal, sedangkan kawasan Kelurahan Tanah Baru
pekerja informal masih belum merupakan salah satu industri kecil
mendapat perhatian yang atau usaha sektor informal yang
mendalam dari segi keselamatan berada di Kelurahan Tanah Baru
kerja (Rorimpandey, dkk 2014). Kecamatan Beji Kota Depok.
Industri sektor informal Industri pengelasan merupakan
dengan skala kecil, dengan tempat kerja dengan aktivitas yang
permodalan kecil, dan keuntungan berisiko tinggi yang dapat
yang tidak terlalu besar menimbulkan potensi bahaya
menyebabkan pengelola usaha kecelakaan kerja. Di Indonesia,
bengkel las mudah dijumpai bengkel las listrik harus lebih
dipinggir jalan. Beberapa bengkel diutamakan dari pada hasil
las berada pada jalan raya yang produksi yang ada.
ramai dilewati oleh masyarakat
Metode Penelitian
umum seperti di Kelurahan Tanah
Penelitian ini merupakan
Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
penelitian kuantitatif dengan
Walaupun memiliki dampak baik
menggunakan desain studi cross
dalam perekonomian masyarakat,
sectional. Penelitian ini dilakukan
pengelasan juga memiiki dampak
pada industri informal pengelasan
yang buruk bagi kesehatan apabila
di Kelurahan Tanah Baru
proses pengelasan tidak sesuai
Kecamatan Beji Kota Depok pada
standar operasional prosedur yang
bulan Juli-Agustus 2019. Sampel
berlaku.
yang digunakan adalah pekerja
Berdasarkan observasi yang
yang bekerja pada industri
dilakukan peneliti di pengelasan
informal pengelasan dengan
sektor informal Kelurahan Tanah
jumlah sampel minimal adalah
Baru, penerapan K3 masih minim
132, kemudian untuk menghindari
diterapkan oleh pekerja. Pekerja
bias maka ditambah 10% sehingga
kebanyakan tidak menggunakan
sampel penelitian adalah 145.
alat pelindung diri pada saat
Pengambilan sampel dengan
melakukan pekerjaan pengelasan.
teknik accidental sampling. Alat
Padahal potensi bahaya yang
pengumpul data menggunakan
ditimbulkan dari kegiatan
kuesioner.
pengelasan dapat memicu
Analisis pada penelitian ini
terjadinya kecelakaan kerja
dilakukan menggunakan perangkat
ataupun penyakit akibat kerja.
lunak statistik dengan dua tahap,
Faktor perilaku pekerja sangat
yaitu analisis univariat untuk
berpengaruh terhadap penerapan
mengetahui distribusi frekuensi
K3 dan penggunaan alat pelindung
variabel dependen (Perilaku
diri harus dikaji secara mendalam
Penggunaan APD) dan variabel
karena keselamatan pekerja
independen (pengetahuan,
pengelas pada saat bekerja di
persepsi risiko, persesi terhadap
APD, ketersediaan APD, memiliki persepsi risiko dengan
pengawasan, hukuman, dan risiko rendah. Hasil analisis pada
penghargaan), dan yang kedua variabel persepsi terhadap APD
adalah analisis bivariat untuk diketahui sebanyak 35,2% pekerja
megetahui hubungan antar memiliki persepsi terhadap APD
variabel independen terhadap dengan risiko tinggi dan 64,8%
variabel dependen. Analisis pekerja memiliki risiko rendah
bivariat dilakukan dengan uji chi- terhadap APD. Hasil analisis pada
square. Pengukuran variabel variabel ketersediaan APD
dependen (Perilaku Penggunaan diketahui sebanyak 62,8% pekerja
APD) dan variabel independen tidak mendapat ketersediaan APD
(pengetahuan, persepsi risiko, lengkap dan 37,2% pekerja
persesi terhadap APD, mendapat ketersediaan APD
ketersediaan APD, pengawasan, lengkap. Hasil analisis pada
hukuman dan penghargaan) variabel pengawasan diketahui
dilakukan dengan menggunakan sebanyak 85,5% pekerja tidak
kuesioner. mendapat pengawasan dan 14,5%
pekerja mendapat pengawasan.
Hasil Penelitian
Hasil analisis pada variabel
Berdasarkan tabel 1, hasil
hukuman diketahui sebanyak
analisis diketahui sebanyak 80,7%
55,9% pekerja tidak mendapat
pekerja tidak menggunakan APD
hukuman di tempat kerja dan
dan sebanyak 19,3% pekerja
44,1% pekerja mendapat hukuman
menggunakan APD. Hasil analisis
di tempat kerja. Kemudian, hasil
pada variabel pengetahuan
analisis pada variabel penghargaan
diketahui sebanyak 75,9% pekerja
diketahui sebanyak 42,1% pekerja
memiliki pengetahuan kurang baik
tidak mendapat penghargaan di
dan 24,1% pekerja memiliki
tempat kerja dan 57,9% pekerja
pengetahuan baik. Hasil analisis
mendapat penghargaan di tempat
pada variabel persepsi risiko
kerja.
diketahui sebanyak 54,5% pekerja
memiliki persepsi risiko dengan
risiko tinggi dan 45,5% pekerja
Tabel 1.
Gambaran Perilaku Pekerja Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

Frekuensi Persentase
Variabel
(n) (%)
Perilaku Penggunaan
APD
Tidak Menggunakan 117 80,7
Menggunakan 28 19,3

Pengetahuan
Kurang Baik 110 75,9
Baik 35 24,1

Persepsi Risiko
Kurang Baik 79 54,5
Baik 66 45,5

Persepsi Terhadap APD


Kurang Baik 51 35,2
Tidak Bekerja 94 64,8

Ketersediaan APD
Tidak Lengkap 91 62,8
Lengkap 54 32,7

Pengawasan
Tidak Ada 124 85,5
Ada 21 14,5

Hukuman
Tidak Ada 81 55,9
Ada
64 44,1
Penghargaan
Tidak Ada 61 42,1
Ada 84 57,9
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan
bermakna antara pengetahuan APD dengan perilaku penggunaan
dengan perilaku penggunaan APD APD p=0.027 (p>0.05). Dari hasil
p=0.020 (p<0.05). Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa
statistik diketahui bahwa responden yang memiliki
responden yang memiliki ketersediaan APD tidak lengkap
pengetahuan kurang baik tidak dengan tidak menggunakan APD
menggunakan APD sebanyak sebanyak 86,8% dengan Odds
85,5% dengan Odds sebesar 3,065. sebesar 2,772. Pada variabel
Pada variabel persepsi risiko, hasil pengawasan, hasil analisis statistik
analisis statistik menunjukkan ada menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara hubungan yang bermakna antara
persepsi risiko dengan perilaku variabel pengawasan dengan
penggunaan APD p=0.045 perilaku penggunaan APD
(p<0.05). Dari hasil statistik p=0.039 (p<0.05). Dari hasil
diketahui bahwa responden yang analisis statistik diketahui bahwa
memiliki persepsi risiko dengan responden yang tidak mendapat
risiko tinggi sebanyak 87.3% dan pengawasan 83,9% dengan Odds
Odds sebesar 2,588. Pada variabel sebesar 3,200. Pada variabel
persepsi terhadap APD, hasil hukuman, hasil analisis statistik
analisis statistik menunjukkan menunjukkan bahwa tidak ada
adanya hubungan yang bermakna hubungan yang bermakna antara
antara persepsi terhadap APD variabel hukuman dengan perilaku
dengan perilaku penggunaan APD penggunaan APD p=0.431
p=0.005 (p<0.05). Dari hasil (p<0.05). Pada variabel
statistic diketahui bahwa penghargaan, hasil analisis
responden yang memiliki persepsi statistik menunjukkan tidak ada
terhadap APD dengan risiko tinggi hubungan yang bermakna antara
sebanyak 94,3% dan Odds sebesar variabel penghargaan dengan
5,797. Pada variabel ketersediaan perilaku penggunaan APD
APD, hasil analisis statistik p=0.463 (p<0.05).
Tabel 2.
Analisis Faktor Perilaku Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah
Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok Tahun 2019

Perilaku Penggunaan APD Total


Tidak
Menggunak OR (95% P-
Variabel Menggunak Total
an APD CI) value
an APD
n % n % n %
Pengetahu
an
Kurang 3,065 0,020
94 85,5 16 14,5 110 100
Baik (1,276-7,363)
Baik 23 66,7 12 34,3 35 100

Persepsi
Risiko
Kurang 69 87,3 10 12,7 79 100 2,588 0,045
Baik (1,099-6,092)
Baik 48 72,7 18 27,3 66 100

Persepsi
Terhadap
APD
Kurang 48 94,1 3 5,9 51 100 5,797
Baik 0,005
(1,656-20,293)
Baik 69 73,4 25 26,6 94 100

Ketersedia
an APD
Tidak 79 86,8 12 13,2 91 100 2,772
Lengkap (1,194-6,437) 0,027
Lengkap 38 70,4 16 29,6 54 100

Pengawasa
n
Tidak Ada 104 83,9 20 16,1 124 100 0,039
3,200
Ada 13 61,9 8 38,1 21 100 (1,174-8,719)

Hukuman
Tidak Ada 63 77,8 18 22,2 81 100 0,648
0,431
Ada 54 84,4 10 15,6 64 100 (0,276-1,523)

Pengharga
an
Tidak Ada 47 77,0 14 23,0 61 100
0,671 0,463
Ada 70 83,3 14 16,7 84 100 (0,293-1,537)
Pembahasan (p<0.05). Hasil penelitian ini
Berdasarkan penelitian hasil sejalan dengan penelitian
analisis bivariat menunjukkan Muntiana (2014) menyatakan
bahwa ada hubungan yang bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan bermakna antara persepsi terhadap
dengan perilaku penggunaan APD APD dengan perilaku penggunaan
dengan p-value 0,020 (p<0.05). APD dengan P = 0,018 (P value
Hal ini sejalan dengan penelitian <0,05).
Permatasari, dkk (2016) Berdasarkan penelitian hasil
menyatakan bahwa ada hubungan analisis uji statistik menunjukkan
yang bermakna antara bahwa ada hubungan yang
pengetahuan dengan perilaku bermakna antara ketersediaan
penggunaan APD dengan P = APD dengan perilaku penggunaan
0,000 (P value <0,05). APD dengan p-value 0,027
Bedasarkan penelitian hasil (p<0.05). Hal ini sejalan dengan
analisis bivariat menunjukkan penelitian Nurhayati, dkk (2016)
bahwa ada hubungan yang menyatakan bahwa ada hubungan
bermakna antara persepsi risiko yang bermakna antara
dengan perilaku penggunaan APD pengetahuan dengan perilaku
dengan p-value 0,045 (p<0.05). penggunaan APD dengan P =
Hal ini sejalan dengan penelitian 0,001 (P value <0,05).
Shiddiq, dkk. (2013) menyatakan Berdasarkan penelitian hasil
bahwa ada hubungan yang analisis nalisis bivariat
bermakna antara persepsi risiko menunjukkan bahwa ada
dengan perilaku penggunaan APD hubungan yang bermakna antara
dengan P = 0,011 (P value <0,05). pengawasan dengan perilaku
Berdasarkan penelitian hasil penggunaan APD dengan p-value
analisis bivariat menunjukkan 0,039 (p<0.05). Hal ini sejalan
bahwa ada hubungan yang dengan penelitian Yustriana dan
bermakna antara persepsi terhadap Robiana (2014) menyatakan
APD dengan perilaku penggunaan bahwa ada hubungan yang
APD dengan p-value 0,005 bermakna antara pengetahuan
dengan perilaku penggunaan APD dipenuhi yaitu terbuka, dan adil,
dengan P = 0,036 (P value <0,05). serta reward atau penghargaan
Berdasarkan penelitian hasil yang diberikan tidak berdampak
analisis bivariat menunjukkan pada hak perkerja lain agar terjadi
bahwa tidak ada hubungan yang perilaku yang etis.
bermakna antara hukuman dengan
Kesimpulan
perilaku penggunaan APD dengan
Berdasarkan hasil penelitian
p-value 0,431 (p>0.05). Pada
tentang Analisis Faktor Perilaku
penelitian Meyrina (2017)
Pekerja dalam Penggunaan Alat
menyatakan bahwa jika tidak
Pelindung Diri (APD) pada
keseimbangan antara pelaksanaan
Industri Informal Pengelasan di
reward dan pelaksanaan
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
punishment maka tidak akan
Beji Kota Depok Tahun 2019
tercipta perubahan pada perilaku
dapat disimpulkan bahwa:
pekerja, karena hukuman yang
1. Gambaran perilaku
merupakan reinforcement negative
penggunaan APD di
artinya penguatan yang berasal
Kelurahan Tanah Baru
dari pemindahan atau
Kecamatan Beji Kota Depok
penghindaran suatu kejadian
tahun 2019 masih banyak
negatif sebagai konsekuensi dari
pekerja yang tidak
perilaku belum berjalan seperti
menggunakan APD yaitu
mestinya.
sebanyak 80,7%.
Berdasarkan hasil analisis
2. Gambaran faktor predisposisi
bivariat menunjukkan bahwa tidak
(Pekerja yang memiliki
ada hubungan yang bermakna
pengetahuan kurang baik
antara penghargaan dengan
sebanyak 75,9% , persepsi
perilaku penggunaan APD dengan
risiko dengan risiko tinggi
p-value 0,463 (p>0.05). Pada
sebanyak 54,5% , dan persepsi
penelitian (Indah & Rasmini,
terhadap APD dengan risiko
2013) menyatakan bahwa dalam
tinggi sebanyak 35,2%).
pemberian penghargaan ada
3. Gambaran faktor pemungkin
beberapa syarat yang harus
(Pekerja yang mendapat
ketersediaan APD tidak terdapat hubungan yang
lengkap yaitu sebanyak bermakna dengan perilaku
62,8%). penggunaan APD yaitu
4. Gambaran faktor penguat Hukuman dengan p-value
(Pekerja yang tidak mendapat 0,431 dan Penghargaan dengan
pengawasan sebanyak 85,5% , p-value 0,463).
tidak mendapatkan hukuman
di tempat kerja sebanyak Saran
55,9% , dan yang mendapatkan Berdasarkan hasil,
penghargaan di tempat kerja pembahasan, dan kesimpulan
sebanyak 57,9%). penelitian diatas, maka peneliti
5. Hubungan antara faktor memberikan saran atau masukan
predisposisi (Terdapat sebagai bahan pertimbangan
hubungan yang bermakna perbaikan penelitian mengenai
dengan perilaku penggunaan penggunaan APD terhadap pekerja
APD yaitu Pengetahuan Industri Informal Pengelasan
dengan p-value 0,020, Persepsi yaitu:
Risiko dengan p-value 0,045, 1. Bagi Industri Informal
dan Persepsi Terhadap APD Pengelasan di Kelurahan
dengan p-value 0,005). Tanah Baru
6. Hubungan antara faktor a. Melakukan edukasi
pemungkin (Terdapat kepada pekerja untuk
hubungan yang bermakna menggali pengetahuan,
dengan perilaku penggunaan wawasan, dan
APD yaitu Ketersediaan APD menumbuhkan rasa ingin
dengan p-value 0,027). tahu para pekerja tentang
7. Hubungan antara faktor keberadaan dan fungsi
penguat (Terdapat hubungan masing-masing APD
yang bermakna dengan secara lebih detail.
perilaku penggunaan APD b. Melakukan peningkatan
yaitu Pengawasan dengan p- intensitas pengawasan
value 0,032 serta Tidak yang rutin dan terstuktur.
c. Memperhatikan perilaku b. Saling mengingatkan antar
pekerja yang setuju dalam pekerja apabila ada yang
penggunaan APD dengan terlihat tidak mematuhi
menyediakan APD yang peraturan keselamatan dan
standar dan nyaman kesehatan kerja,
dipakai. khususnya mengenai
d. Melakukan sosialisasi APD.
bahaya tidak c. Menaati peraturan dan
menggunakan APD pada prosedur yang berlaku,
pekerja bengkel las bekerja sesuai dengan
dengan media cetak tanggung jawabnya,
seperti poster yang khususnya mengenai
ditempel di beberapa APD.
bagian tempat bekerja 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
agar pekerja lebih sadar Peneliti selanjutnya
terhadap bahaya tidak diharapkan dapat
menggunakan APD memperbaiki variabel-variabel
sehingga pekerja dapat yang sudah diteliti pada
berperilaku aman. penelitian ini yang
e. Melakukan training secara berhubungan dengan perilaku
rutin agar pekerja penggunaan APD.
memiliki wawasan yang
luas sehingga pekerja
Daftar Pustaka
lebih paham dan berhati-
hati saat melakukan BPJS Ketenagakerjaan. 2018.
Profil .BPJS
pengelasan. Ketenagakerjaan. Dilihat
2. Bagi Pekerja Bengkel Las pada tanggal 17 April
2019.
a. Menggunakan dan
https://www.bpjsketenaga.
menjaga perlengkapan ke rjaan.go.id
keselamatan kerja dengan Disnakertrans. 2017. Pelatihan
lengkap dan benar. Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Bagi Teknisi
Perusahaan. Yogyakarta: Jakarta. Dilihat pada
Disnakertrans Yogyakarta. tanggal 19 April 2019.
http://www.depkes.go.id.
Firnando, R. A. 2018. ‘Faktor yang
Berhubungan dengan Laila, N. N. 2017. Keluhan
Perilaku Penggunaan Alat Subjektif Photokeratitis
Pelindung Diri (APD) Pada Mata Pekerja Las
Pekerja Pengelasan Sektor Informal di
Galangan Kapal’. Kelurahan Cirendeu dan
Journal of Industrial Ciputat Tangerang
Hygiene and Selatan. Jakarta: Skripsi
Occupational Health. Vol. Program Studi
3 (1): 2541-5727. Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam
Kementerian Kesehatan Republik Negeri Syarif
Indonesia.2014. Direktorat Hidayatullah Jakarta.
Bina Kesehatan Kerja:
Angka Kecelakaan Akibat Meyrina, Rr. 2017. Pelaksanaan
Kerja. Jakarta. Dilihat Reward Dan Punishment
pada tanggal 19 April Terhadap Kinerja Pegawai
2019. Di Lingkungan Kementerian
http://www.depkes.go.id. Hukum Dan HAM. JIKH
ISAFETY. 2018. Rapor K3 Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 139
Nasional. Edisi – 157.
Desember 2018. Jakarta: www.https://ejournal.balitba
Yayasan Pengembangan ngham.go.id.
Keselamatan.
Muntiana, K. (2014). Hubungan
Indah, N.P & Rasmini, N.K. 2013. Persepsi Karyawan
Pengaruh Pengendalian Terhadap Penerapan
Intern, Motivasi, Dan Keselamatan dan
Reward Manajemen Pada Kesehatan Kerja (K3)
Perilaku Etis Konsultan. E- dengan Penggunaan Alat
Jurnal Akutansi Pelindung Diri (APD).
Universitas Udayana. pada jalur 3 dan 4 PT
ISSN: 2302-8556. Wijaya Karya Beton
www.https://ojs.unud.ac.id Boyolali Tbk. Surakarta:
Artikel ilmiah S1
International Labour Organization. Universitas
2018. Meningkatkan Muhammadiyah
Keselamatan dan Surakarta: dipublikasikan.
Kesehatan Pekerja
Muda. Jakarta: ILO. Nurhayati, S. A., dkk. 2016.
Faktor- Faktor yang
Kementerian Kesehatan Republik
Berhubungan dengan
Indonesia. 2014.
Penggunaan Alat
Direktorat Bina
Pelindung Diri Pada Bidan
Kesehatan Kerja: Angka
Saat Melakukan
Kecelakaan Akibat Kerja.
Pertolongan Persalinan
Normal Studi Muhammadiyah
Observasional Analitik Jakarta.
pada Bidan Praktik
Swasta di Kabupaten Hulu Shiddiq, S., dkk. 2013. Hubungan
Sungai Selatan. Persepsi Karyawan
Banjarmasin: Skripsi dengan Perilak u
Program Studi Tidak Aman di Bagian
Kesehatan Masyarakat Produksi Unit IV PT.
Universitas Lambung Semen Tonasa Tahun
Mangkurat. 2013. Makasar : Bagian
Kesehatan dan
Permatasari, G., dkk. 2016. Keselamatan Kerja FKM
Hubungan Pengetahuan, UNHAS.
Sikap, dan Kenyamanan
Pekerja dengan Sugiyono. 2006. Metode
Pemakaian Alat Penelitian Kuantitatif
Pelindung Diri (APD) Kualitatif dan R&D.
di Bengkel Las Listrik Bandung: Alfabeta.
Kecamatan Amuntai
Tengah Kabupaten Sugiyono. 2010. Metode
HSU Tahun 2016. Penelitian Kuantitatif
Banjarmasin: Jurnal Kualitatif dan R&D.
Kesehatan Lingkungan Bandung: Alfabeta.
Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin. Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif
Rorimpandey, M., dkk. 2014. Kualitatif dan R&D.
Hubungan Antara Bandung: Alfabeta.
Pengetahuan dan Sikap
dengan Tindakan Yuda, N. A. P. 2018. Faktor Risiko
Penggunaan Alat yang Berhubungan dengan
Pelindung Diri (APD) Keluhan Fotokeratitis
Pada Pekerja Pada Pekerja
Pengelasan di Bengkel Las Pengelasan. Lampung:
Kota Manado. Skripsi Kedokteran
Manado: Universitas Sam Universitas Lampung.
Ratulangi.
Yustrianita, I., & Modjo, R. 2014.
Sari, T. I. 2016. Determinan Faktor-Faktor Yang
Penggunaan Alat Berhubungan Dengan
Pelindung Diri (APD) Penggunaan Alat
Pada Pekerja Industri Pelindung Diri Pada
Pengelasan di Pekerja Bagian
Kelurahan Bojong Kulur Finishing Pt.X Di Proyek
Kabupaten Bogor Tahun Apartemen Serpong Tahun
2016. Jakarta: Skripsi 2014. Depok: Skripsi
Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Universitas Universitas Indonesia.
Lampiran 2. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi

114
Lampiran 3. Surat Komisi Etik
Lampiran 4. Surat Izin Turun Lapangan
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya Elga Nur Fadillah, mahasiswa semester 8 dari Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta, saat ini sedang
melakukan suatu penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Perilaku dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019”.
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, kami memohon kesediaan
Pekerja untuk diwawancara terkait dengan Analisis Faktor Perilaku dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Industri Informal Pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok. Hasil wawancara yang
sudah didapatkan rencananya akan dianalisis oleh peneliti untuk
mendapatkan kesimpulan. Tidak ada pemungutan biaya apapun dalam studi
tugas ini. Partisipasi studi tugas ini bersifat bebas tanpa ada paksaan. Pekerja
berhak menolak partisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.
Demikian penjelasan ini peneliti sampaikan, setelah memahami
berbagai hal yang menyangkut wawancara ini, diharapkan Pekerja mengisi
lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) yang telah peneliti siapkan. Atas
partisipasi dan kesediaan Pekerja, peneliti ucapkan terima kasih.
Apabila saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai
penelitian ini, dapat menghubungi:
Nama : Elga Nur Fadillah
Alamat : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

No. HP : 0899-1322-977

Tangerang Selatan, 6 Juli 2019

Peneliti
DESKRIPSI PENELITIAN
Saya, Elga Nur Fadillah dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Faktor Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (pengetahuan,
pendidikan, persepsi risiko, persepsi terhadap APD, ketersediaan APD,
pengawasan, hukuman, dan penghargaan). Peneliti mengajak pekerja
pengelasan untuk ikut serta dalam penelitian. Penelitian ini membutuhkan 73
subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan setiap subyek sekitar
bulan Juni-Juli 2019.

MANFAAT
Penelitian ini akan menghasilkan:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teman-
teman mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat berupa
informasi terkait ilmu-ilmu pengetahuan di bidang K3 khususnya dalam
hal menganalisis faktor perilaku penggunaan penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada pekerja industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah
Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada pemilik bengkel las
agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan pekerja industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok, serta menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi
standar proses pengelasan dan menerapkan kedisiplinan pekerja las dalam
penggunaan APD pada saat proses pengelasan.
3. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada pekerja industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji Kota
Depok agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
menggunakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat
melakukan proses pengelasan.
4. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta
sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan dalam hal menganalisis
faktor perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji
Kota Depok.

PARTISIPASI SUKARELA
Anda bebas menentukan keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Anda bebas untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat
tanpa dikenai denda atau sanksi apapun.

Apabila Anda bersedia berpartisipasi, Anda diminta menandatangani lembar


persetujuan ini. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Anda akan diwawancarai oleh mahasiswa/i Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk menanyakan :
Pengetahuan pekerja mengenai APD, persepsi risiko, persepsi terhadap
APD, ketersediaan APD di tempat kerja, pengawasan, hukuman, dan
penghargaan.

Pekerja berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti


yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, pekerja bisa bertanya
kepada peneliti.

JAMINAN KERAHASIAAN
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan staf penelitian.

KOMPENSASI
Pekerja akan mendapatkan sembako berupa kopi/teh, gula, dan biskuit.
KONTAK
Pekerja diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, pekerja dapat menghubungi Elga Nur Fadillah pada
No. HP 08991322977. Pekerja juga dapat menanyakan tentang penelitian
kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (Telp.081293258630).
Lampiran 6. Informed Consent

Analisis Faktor Perilaku dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri


(APD) pada Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019

INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengetahui


maksud dan tujuan penelitian tentang “Analisis Faktor Perilaku Dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok
Tahun 2019” yang dilaksanakan oleh peneliti dari Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila saya menginginkan, maka saya dapat
mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Depok, ………………. 2019

Responden
Lampiran 7. Kuesioner Penelitian dan Lembar Observasi Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PEKERJA DALAM


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA INDUSTRI
INFORMAL PENGELASAN DI KELURAHAN TANAH BARU
KECAMATAN BEJI KOTA DEPOK TAHUN 2019

A. IDENTITAS RESPONDEN (PEKERJA)


Nama Responden : ____________________
Alamat Responden : Jln:____________________
RT/RW:____/____ No.____ Kel.____
Umur Responden : _______
Tingkat Pendidikan Terakhir : _______

B. Persepsi Risiko
No. Pernyataan STS TS S SS

1 Tidak hati-hati menggunakan mesin pengelasan


dapat terkena aliran listrik
2 Kabel listrik yang terkelupas dapat
menyebabkan konsleting sampai kebakaran
3 Getaran pada mesin yang digunakan dapat
mengakibatkan sakit pada otot persendian
4 Debu dari proses pengelasan dapat
mengakibatkan gangguan pernapasan
5 Kebisingan yang terdengar saat bekerja
membuat cepat pusing dan cepat marah
6 Kebisingan dari mesin mengganggu konsentrasi
saat bekerja
7 Tidak konsentrasi saat melakukan pengelasan
dapat mengakibatkan bahaya cidera
8 Keadaan tempat kerja yang licin dapat
mengakibatkan terpeleset dan terjatuh
C. Persepsi Terhadap APD

No. Pernyataan STS TS S SS


1 APD yang digunakan dapat melindungi diri
dari kecelakaan kerja
2 APD yang digunakan dapat melindungi diri
dari penyakit akibat kerja
3 Menggunakan APD saat bekerja dapat menjadi
contoh atau teladan bagi teman kerja
4 APD yang digunakan membuat tidak nyaman

5 APD yang digunakan tarasa berat dan


membuat pusing

D. Pengetahuan Pekerja Terhadap Penggunaan APD

No. Pernyataan Ya Tidak


1 APD adalah alat yang digunakan untuk melindungi
diri pada saat bekerja
2 APD adalah salah satu cara untuk mengendalikan
bahaya di tempat kerja
3 APD berguna untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan pekerja saat bekerja
4 APD berguna untuk mengurangi dampak
kecelakaan kerja saat bekerja
5 APD digunakan sebelum melakukan pekerjaan

E. Ketersediaan APD

No. Pernyataan Ya Tidak


1 Apakah ditempat Anda bekerja disediakan APD
untuk bekerja ?
2 Apakah APD di tempat kerja Anda tersedia dengan
lengkap?
3 Apakah APD di tempat kerja tempat Anda bekerja
sudah mencukupi dan sesuai dengan jumlah pekerja?
4 Jika ada APD yang rusak, apakah APD tersebut
diganti dengan yang baru?
F. Pengawasan
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah di tempat kerja Anda dilakukan pegawasan
dalam penggunaan APD?
2 Apakah proses pengawasan di tempat kerja Anda
dilakukan secara rutin?
3 Apakah pengawas selalu mengingatkan Anda untuk
menggunakan APD saat bekerja?

G. Hukuman
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah ada kebijakan/peraturan dari pemilik usaha
tempat Anda bekerja dalam penggunaan APD?
2 Apakah Anda mematuhi kebijakan/peraturan yang
ada di tempat Anda bekerja?
3 Apakah di tempat Anda bekerja diberikan hukuman
jika pekerja terbukti melakukan pelanggaran?
4 Menurut Anda, apakah pekerja yang tidak
menggunakan APD pada saat bekerja perlu diberi
hukuman?

H. Penghargaan

No. Pernyataan Ya Tidak


1 Apakah pemilik usaha tempat Anda bekerja
memberikan penghargaan jika para pekerja
melakukan pekerjaan dan menggunakan APD
dengan baik dan benar?
2 Apakah Anda sudah bekerja secara baik dan benar
dengan menggunakan APD, sehingga anda merasa
perlu mendapatkan penghargaan?
3 Menurut Anda, apakah pekerja yang menggunakan
APD pada saat bekerja perlu diberikan
penghargaan?
I. Lembar Observasi No. responden
Nama Responden :
Nama Bengkel Pengelasan :
Pengamatan
No. Indikator Perilaku Penggunaan APD
Ya Tidak Keterangan

1. Pekerja memakai helm dengan benar saat bekerja


2. Pekerja memakai helm dengan warna kuning
3. Pekerja memakai kacamata las saat bekerja
4. Pekerja menggunakan pelindung wajah saat bekerja
5. Pekerja menggunakan pelindung telinga saat bekerja
6. Pekerja menggunakan respirator saat bekerja
7. Pekerja menggunakan baju berlengan panjang dan
bercelana panjang
8. Pekerja menggunakan pakaian kerja / pelindung
dada saat bekerja
9. Pekerja menggunakan sarung tangan saat bekerja
10. Pekerja menggunakan safety shoes yang tertutup dan
penutup ujung sepatu dari baja
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elga Nur Fadillah


Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. R. Sanim No.15 RT 007/ RW 012, Kel.
Tanah Baru, Kec. Beji, Depok 16426

Email : egafadilah93@gmail.com

PENDIDIKAN

1. 2002 – 2003 : TK Islam Fatahillah


2. 2003 – 2009 : SDN 02 Tanah Baru
3. 2009 – 2012 : MTsN 2 Jakarta
4. 2012 – 2015 : SMK Kesehatan Mulia Karya Husada
5. 2015 – sekarang : Universitas Muhammadiyah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2015 – 2016 : Anggota LSO Semesta (Seruan Mahasiswa Peduli


Kesehatan)
2. 2016 – 2017 : Anggota Departemen Kaderisasi BEM FKK UMJ
3. 2016 –2017 : Karang Taruna Unit 012 Kelurahan Tanah Baru
4. 2017 – 2018 : Koordinator Departemen Kaderisasi BEM FKK UMJ
Lampiran 9. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai