SKRIPSI
Oleh:
2015710084
1
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI
NPM : 2015710084
Ditetapkan:
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
1) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
2) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu pernyataan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S-1) Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
ABSTRAK
Latar Belakang: Perkembangan sektor informal saat ini sangatlah pesat dan
mampu menjadi tumpuan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data angka
kecelakaan kerja terjadi kenaikan angka kecelakaan kerja di Indonesia dari
tahun 2013 hingga 2017 yaitu sebanyak 25.856 orang. Kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi apabila pekerja selalu menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan benar dan lengkap saat bekerja.
Tujuan penelitian: Mengetahui faktor perilaku pekerja dalam penggunaan
APD pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019 dengan
menggunakan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik
accidental sampling sebanyak 145 sampel.
Hasil: Perilaku penggunaan APD (80,7%), pengetahuan kurang baik
(75,9%), persepsi risiko dengan risiko tinggi (54,5%), persepsi terhadap APD
dengan risiko tinggi (35,2%), ketersediaan APD tidak lengkap (62,8%), tidak
ada pengawasan (85,5%), hukuman (55,9%), penghargaan (42,1%). Dari
hasil uji bivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan perilaku
penggunaan APD (p<0,05) adalah variabel pengetahuan (p=0,020), persepsi
risiko (p=0,045), persepsi terhadap APD (p= 0,005), ketersediaan APD
(p=0,027), pengawasan (p=0,032).Dan variabel yang tidak berhubungan
adalah hukuman dan penghargaan.
Saran: Melakukan edukasi untuk menggali pengetahuan pekerja dan
sosialisasi terkait penggunaan APD yang baik dan benar.
Kata Kunci : APD, Perilaku, Pekerja Informal Pengelasan
Daftar Pustaka : 58 (1987-2018)
vi
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
ABSTRACT
Background: The development of the informal sector at this time is very rapid
and able to become the economic foundation in Indonesia. based on data on
work accident numbers in Indonesia from 2013 to 2017, amounting to 25.856
people. work accidents can be minimized if workers always use Personal
Protective Equipment (PPE) properly and completely while working.
The object of this study: To determine the factors of worker behavior in the
use of PPE in the informal welding industry in the new land village Beji sub-
district Depok city in 2019.
Methods: This research was conducted in July-August 2019 using a cross
sectional study design. Samples were taken with an accidental sampling
technique of 145 samples.
Results:The behavior of using PPE (80.7%), lack of knowledge (75.9%), risk
perception with high risk (54.5%), perception of PPE with high risk (35.2%),
the availability of PPE is incomplete (62.8%), no supervision (85.5%),
punishment (55.9%), awards (42.1%). From the bivariate test results
obtained variables associated with PPE usage behavior (p <0.05) are
knowledge variables (p = 0.020), risk perception (p = 0.045), perception of
PPE (p = 0.005), PPE availability (p = 0.027), supervision (p = 0.032). And
the unrelated variables are punishment and reward.
Suggestion: Conduct education to explore workers' knowledge and
socialization related to the use of PPE that is good and right.
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Kedua orang tua terkhusus untuk Ibu tersayang, terimakasih atas segala
perhatian, kasih sayang, dukungan moril dan material, upaya untuk
peneliti dapat sampai ditahap ini, serta doa yang selalu dipanjatkan hingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
8. Keluarga besar Baba Keman terkhusus untuk Kak Heinda, terimakasih
atas bantuan dan dukungannya.
9. Teman-teman terkasihku selusin yang bersama-sama dari semester 1
sampai semester 8. Terimakasih terkhusus anggota selusin yang sudah
membantuku mengerjakan skripsi ini. Selusinku ada Dinda Iski Akmalia,
Salma Nida Hafidhoh, Rahmi Firdha Oktaviandy, Hikmah Safitri, Ervina
Dwi Putri, Ketut Afrilia Hartinah, Siska Kusumastuti, Nurulafifah,
Yuliani Kusumah Waty, Aprillia Dewi Anggreini, dan Siti Aisyah Putri
Khasanah.
10. BEM FKK UMJ 2017-2018, khususnya untuk BPH-Koor sudah
memberikan dukungan satu sama lain.
11. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2015, khususnya
peminatan K3, KITA PASTI SUKSES.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dan mambantu peneliti dalam
penyusunan skripsi ini, ku ucapkan terimakasih semoga Allah membalas
kebaikan kalian.
13. Terakhir, ku ucapkan terimakasih untuk diriku sendiri karena sudah
mampu melewati segala tahapan demi tahapan proses pembelajaran
selama masa perkuliahan yang sebelumnya pernah terpikirkan mungkin
tidak akan bisa melanjutkan perkuliahan karena situasi dan kondisi yang
dialami. Sekali lagi ku ucapkan “alhamdulillah”.
Jakarta, 26 Agustus2019
ix
DAFTAR ISI
x
K. Kerangka Teori ........................................................................................ 44
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Validitas Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019
Tabel 4.4 Validitas Persepsi Risiko Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada
Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
xii
Tabel 5.3 Gambaran Persepsi Risiko Terhadap Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019
Tabel 5.4 Gambaran Persepsi APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada
Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
xiii
Tabel 5.13 Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan APD
Terhadap Perilaku Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non-
komersial (atau aktivitas ekonomi) yang tidak terdaftar dan secara
umum memiliki ciri-ciri: kegiatan berskala kecil, padat karya, dan
menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber
daya lokal (Aryanti, dkk 2016). Perkembangan sektor informal saat
ini sangatlah pesat dan mampu menjadi tumpuan ekonomi di
Indonesia. Sektor informal memiliki pola kegiatan yang tidak teratur,
baik dalam waktunya, pemodalan, dan penerimaannya tidak terikat
oleh peraturan yang ditetapkan. Kondisi industri informal dalam hal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga masih sangat kurang
memadai dan kurang mendapat perhatian dari instansi terkait. Pekerja
industri informal kurang mendapat promosi kesehatan, tidak
sesuainya rancangan tempat kerja, kurang baiknya prosedur kerja, dan
kurangnya peralatan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja (Yuda,
2018).
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh tubuh atau
sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
kecelakaan kerja pada tempat kerja. Penggunaan alat pelindung diri
sering dianggap tidak penting oleh para pekerja, terutama pada
pekerja yang bekerja pada sektor informal. Padahal penggunaan alat
pelindung diri sangat penting terhadap keselamatan dan kesehatan
pekerja. Kedisiplinan para pekerja dalam menggunakan alat
pelindung diri tergolong masih rendah sehingga risiko terjadinya
kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja cukup besar
(Sari,2016).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang ada, diketahui
bahwa masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat
melakukan pekerjaan pengelasan sehingga dapat menimbulkan
potensi bahaya kecelakaan kerja ringan sampai dengan berat. Dengan
demikian, maka peneliti ingin menganalisis faktor perilaku pekerja
dalam penggunaan APD pada industri informal pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok tahun 2019.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan perilaku
pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran faktor perilaku pekerja dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
b. Diketahuinya gambaran faktor predisposisi (pengetahuan,
persepsi risiko, dan persepsi terhadap APD) pekerja dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019.
c. Diketahuinya gambaran faktor pemungkin (ketersediaan
APD) pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019.
d. Diketahuinya gambaran faktor penguat (pengawasan,
hukuman, dan penghargaan ) pekerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada industri informal pengelasan di
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun
2019.
e. Diketahuinya hubungan faktor predisposisi (pengetahuan,
pendidikan, persepsi risiko, dan persepsi terhadap APD)
pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui faktor mengenai perilaku
pekerja las dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
Kecamatan Beji Kota Depok.
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi teman-teman mahasiswa dan mahasiswi
Fakultas Kesehatan Masyarakat berupa informasi terkait
ilmu-ilmu pengetahuan di bidang K3 khususnya dalam hal
menganalisis faktor perilaku penggunaan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada pekerja industri informal
pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok.
2. Manfaat Praktis
a. Pemilik Bengkel Las
Sebagai bahan informasi kepada pemilik bengkel las
agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan pekerja
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
8
A. Pengelasan
1. Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih
yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi
penyatuan bagian bahan yang disambung (Djamiko, 2008).
Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair, dari definisi
tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah suatu proses
dimana bahan dan jenis yang sama digabungkan menjadi satu
sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang
dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Deutsche Industrie
Normen, 2008).
B. Klasifikasi Pengelasan
Pengelasan dibedakan pada cara kerja alat tersebut bekerja dan
bentuk pemanasannya. Pengklasifikasian pengelasan berdasarkan cara
kerja dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu (Wiryosumarto, 2000):
1. Pengelasan cair
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik
atau semburan api yang terbakar
2. Pengelasan tekan
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian
Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat
dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
10
11
C. Jenis-Jenis Pengelasan
Cara pengelasan yang banyak digunakan saat ini adalah pengelasan
cair dengan busur dan dengan gas. Adapun dari kedua jenis tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut (Wiryosumarto, 2000) :
1. Las Busur Listrik
Las busur listrik adalah cara pengelasan dengan
mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair
logam. Klasifikasi las busur listrik yang digunakan hingga saat ini
dalam proses pengelasan adalah las elektroda terbungkus.
2. Busur Logam Gas (Gas Metal Arc Welding)
Proses pengelasan dimana sumber panas berasal dari busur
listrik antara elektroda yang sekaligus berfungsi sebagai logam yang
terumpan (filler) dan logam yang dilas. Las ini disebut juga metal
inert gas welding (MIG) karena menggunakan gas mulia seperti
argon dan helium sebagai pelindung busur dan logam cair.
3. Las Busur Rendam (Submerged Arc Welding/SAW)
Proses pengelasan dimana busur listrik dan logam cair tertutup
oleh lapisan serbuk fluks sedangkan kawat pengisi (filler)
diumpankan secara bertahap. Pengelasan ini dilakukan secara
otomatis dengan arus listrik antara 500-2000 Ampere.
4. Las Busur Elektroda Terbungkus (Shielded Metal Arc
Welding/SMAW)
Proses pengelasan dimana panas dihasilkan dari busur listrik
antara ujung elektroda dengan logam yang dilas. Elektroda terdiri
dari kawat logam sebagai penghantar arus listrik ke busur dan
sekaligus sebagai bahan pengisi (filler).
5. Las Oksi Asetilen (Oxy Acetilene Welding)
Las oksi asetilen adalah salah satu jenis pengelasan gas yang
dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam
induk dan logam pengisi. Bahan bakar yang biasa digunakan adalah
gas asetilen, propan, atau hidrogen. Dari ketiga bahan bakar ini yang
12
D. Bahaya Pengelasan
Dalam melakukan pengelasan terdapat beberapa bahaya yang
berpotensi terjadi, antara lain (Yasari, 2008):
1. Bahaya Cahaya/Sinar
Cahaya dari busur las dapat digolongkan pada sifatnya yaitu
cahaya yang dapat dilihat, ultra violet dan infra merah. Cahaya
tersebut tergolong dalam radiasi bukan pengion (non-ionizing).
Bahaya cahaya (radiasi cahaya) ini dapat menimbulkan luka bakar,
kerusakan mata dan kerusakan kulit.
a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
diserap, terapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh. Bila sinar
ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi
jumlah tertentu, maka pada mata akan terasa seakan-akan ada
benda asing didalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam
kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam.
Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
b. Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan
diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini
terlalu kuat maka mata akan menjadi lelah dan jika terlalu lama
mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya
juga hanya sementara.
c. Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata,
karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak
terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinyal inframerah terhadap
mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan
14
4. Bahaya Kebakaran
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api
pengelasan dan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar,
bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar.
Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi
panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel
yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang
rusak.
5. Bahaya Ledakan
Dalam mengelas tangki bahan bakar, tangki harus bersih dari
minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang mudah terbakar
sebelum melakukan pengelasan. Apabila dalam hal ini
pembersihannya kurang sempurna maka akan terjadi ledakan yang
cukup membahayakan. Untuk mencegah hal tersebut, sebelum
pengelasan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa tidak akan terjadi ledakan.
6. Bahaya Jatuh
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang
tinggi akan selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini
dapat menimbulkan ruka ringan ataupun berat bahkan kematian
karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan.
7. Bahaya Listrik
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada
besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan
hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja
dan tidak membahayakan.
b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada
otot dan menimbulkan rasa sakit.
c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
16
Adapun bahaya sinar busur las dan nyala api gas menurut
International Labour Organization (2013), yaitu:
H. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/ interaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan
lingkungan. Nilai-nilai, sifat, kepribadian, dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan
faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku,
27
2. Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan.
Menurut Abraham Harold Maslow dalam Irwan (2017), manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yakni:
a. Kebutuhan Fisiologis/ Biologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling dasar pada
setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik. Jenis kebutuhan
fisiologis yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2,
H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan
fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman diantaranya adalah rasa
aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan
kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang,
terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan
bencana alam.
c. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Kebutuhan akan mencintai dan dicintai akan menjadi
tuntutan apabila kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa
aman telah terpenuhi, maka muncul lah kebutuhan akan cinta,
kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan ini
memiliki dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki
28
I. Teori Perilaku
1. Teori Health Belief Model (Bandura, 1994;Glanz, 2008)
Teori perilaku ini biasa digunakan dalam menjelaskan
perubahan perilaku kesehatan di masyarakat. Beberapa hal yang
dikembangkan dalam model The Health Belief antara lain teori
adopsi tindakan (action). Teori ini menekankan pada sikap dan
kepercayaan individu dalam berperilaku khususnya perilaku
kesehatan. Kepercayaan dan persepsi individu terhadap sesuatu
menumbuhkan rencana tindakan dalam diri individu. Teori perilaku
ini lebih menekankan pada aspek keyakinan dan persepsi individu.
Teori perubahan perilaku kesehatan yang dikembangkan
meletakan adanya keyakinan/persepsi individu terhadap tindakan
medis/kesehatan yang telah didapatkan. Adanya pengalaman
pengobatan dalam diri individu maupun pengalaman orang lain
menumbuhkan persepsi tentang kesehatan. Adanya kepercayaan
yang ada menyebabkan individu mengikuti perilaku sesuai
kepercayaan yang diyakini. Kepercayaan yang dibangun dalam
model perilaku kesehatan dipandang dari 2 aspek penting yaitu
adanya pengalaman dalam diri individu atas adanya pengobatan dan
keyakinan pada individu tentang perilaku sehat. Adapun komponen
Health Belief Model adalah sebagai berikut:
1) Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Kerentanan yang dirasakan mengacu pada keyakinan
tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi.
Sebagai contoh, seorang wanita harus percaya ada kemungkinan
terkena kanker payudara sebelum dia melakukan pemeriksaan
mamografi.
2) Keseriusan yang dirasakan (perceived severity)
30
Kemampuan diri
Teori Lawrence Green (1991) tersebut digambarkan pada bagan 2.2 berikut:
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sikap
4. Kepercayaan
5. Persepsi
6. Umur
7. Jenis Kelamin
Faktor
Pemungkin/Pendukung
Perilaku Kesehatan
1. Fasilitas Kesehatan
Faktor Penguat
1. Pengawasan
2. Hukuman
3. Penghargaan
Bagan 2.2 Teori Lawrence Green
35
2. Persepsi
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana
cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah
pandangan seseorang dalam mengartikan dan menilai sesuatu
(Azhari, 2004).
Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian
memproses informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan
pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan)
untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus
(rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan
hidung (Shiddiq, dkk. 2014)
Persepsi orang sangat berpengaruh pada perilakunya.
Seseorang yang memiliki persepsi yang positif umumnya memiliki
perilaku positif. Misalnya, seseorang tenaga kerja yang memiliki
persepsi positif mengenai pekerjaannya akan memiliki disiplin yang
tinggi dalam bekerja. Proses persepsi dapat menambah dan
mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh seseorang
(Handoko et al, 2012).
39
a) Persepsi Risiko
Persepsi Risiko merupakan penelitian subjektif
seseorang terhadap dari kemungkinan mengalami hal-hal yang
tidak diinginkan yang disebabkan oleh paparan sumber risiko
serta emosi yang terkait dengan sumber (Sjoberg et al, 2004).
Persepsi risiko dapat menjadi suatu hambatan untuk membuat
suatu keputusan yang rasional, karena seseorang cenderung
untuk melihat risiko yang akan terjadi. Hal tersebut dapat
berdampak pada perilaku seseorang terhadap keselamatan.
Persepsi risiko adalah pandangan atau penelitian
subjektif pekerja terhadap kemungkinan bahwa sesuatu bahaya
akan muncul dari situasi atau keadaan yang dapat
menyebabkan kerugian. Penilaian tersebut didasarkan dari
ketersediaan informasi tentang risiko di dalam ingata pekerja
(Ristia, 2017).
Berdasarkan penelitian Shiddiq, dkk (2014), diketahui
dari 22 responden yang memiliki persepsi risiko sebanyak 12
orang (54,5%) berperilaku aman dan 10 responden(45,5%)
yang memiliki perilaku tidak aman. Hasil uji Chi Square
diperoleh nilai p = 0,011 (P value<0,05) maka ada hubungan
yang signifikan antara persepsi risiko dengan perilaku
penggunaan alat pelindung diri.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan
menjamin bahwa tugas/ pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Kebijaksanaan yang telah digariskan
dan aturan yang diberikan (Siagian,2003).
Menurut Rughton (2002), ada beberapa tipe individu yang
harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja, yaitu:
a. Pengawas (Supervisor)
Setiap pengawas yanh ditunjuk harus mendapatkan
pelatihan terlebih dahulu mengenai bahaya yang mungkin akan
ditemui dan juga pengendaliannya.
b. Pekerja
Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya
dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari bahaya
tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan
membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan
potensi hazard.
c. Safety Professional
Safety professional harus menyediakan bimbingan dan
petunjuk tentang metode inspeksi. Safety professional dapat
diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau
permasalahan dalam program pencegahan dan pengendalian
bahaya.
Berdasarkan penelitian Yustrianita dan Robiana (2014),
diketahui bahwa responden yang tidak menggunakan APD
menyatakan pengawasan kurang baik yaitu 75% lebih banyak
dibanding responden yang menyatakan pengawasan baik. Hal ini
berbanding terbalik dengan responden yang menggunakan APD
42
5. Hukuman
Hukuman adalah ancaman yang bertujuan untuk memperbaiki
karyawan pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan
memberikan pelajaran kepada pelanggar (Mangkunegara, 2000).
Hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau
kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak diharapkan.
Hukuman dapat menekan dan melemahkan perilaku. Hukuman tidak
hanya berorientasi untuk mneghukum pekerja yang melanggar
peraturan, melainkan sebagai control terhadap lingkungan kerja
sehingga pekerja terlindung dari insiden (Geller, 2001).
Berdasarkan penelitian Noviandry (2013), diketahui bahwa
responden yang bekerja di bengkel las memiliki hukuman dengan
menggunakan APD lebih banyak yaitu 17 orang (70,8%) daripada
responden yang bekerja dibengkel las tidak memiliki hukuman
dengan tidak menggunakan APD yaitu 15 orang (68,2%). Hasil uji
Chi Square diperoleh nilai P = 0,008 (P value <0,05). Hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
proporsi pekerja yang bekerja di bengkel memiliki hukuman dan
pekerja yang bekerja di bengkel tidak memiliki hukuman dalam
menggunakan APD pada industri informal pengelasan. Maka ada
hubungan antara hukuman dengan perilaku penggunaan APD pada
pekerja pengelasan.
6. Penghargaan
Penghargaan adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas
dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan
43
K. Kerangka Teori
Berdasarkan penjelasan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan
sebelumnya maka kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan
mengenai perilaku pada penelitian ini berdasarkan teori “Precede-
Proceed Model” Lawrence Green (1991) dan Health Belief Model
(Bandura, 1994;Glanz, 2008). Teori ini dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan penelitian pada industri informal pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok. Kerangka teori tersebut
digambarkan pada bagan 2.3 berikut:
44
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Latar Belakang
4. Kepribadian
5. Kelas sosial
6. Tekanan Sosial
7. Pengetahuan
8. Pengalaman
9. Pendidikan
A. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Persepsi Risiko
3. Persepsi Terhadap
APD
Variabel Dependen
Faktor
Pemungkin/Pendukung
Perilaku Penggunaan
1. Ketersediaan APD
APD
Faktor Penguat
1. Pengawasan
2. Hukuman
3. Penghargaan Bagan 3.1 Kerangka Konsep
45
46
B. Definisi Operasional
1. Risiko Tinggi,
jika nilai <
Pandangan pekerja mean 11,87
mengenai risiko
2. Persepsi Kuesioner / 2. Risiko Rendah, Ordinal
Risiko
bahaya yang ada di
Wawancara jika nilai ≥
tempat kerja mean 11,87
1. Risiko Tinggi,
jika nilai <
Pandangan pekerja mean 10,48
terhadap 2. Risiko
3. Persepsi Kuesioner /
perubahan perilaku Rendah, jika
Terhadap Wawancara
penggunaan APD nilai ≥ mean Ordinal
APD
di tempat kerja 10,48
Pandangan pekerja
terhadap fasilitas
APD yang tersedia
di tempat kerja
untuk mencegah
risiko bahaya yang
48
Kegiatan
memantau pekerja
dengan
5. Pengawasan pengambilan Kuesioner / 3. Tidak Ada,
tindakan yang Wawancara jika nilai <
dapat mendukung mean 3,37 Ordinal
pencapaian 4. Ada, jika nilai
penggunaan APD ≥ 3,37
dengan proses
kerja yang telah
ditetapkan
Sanksi yang
diterima oleh
pekerja sebagai
6. Hukuman akibat dari Kuesioner / 1. Tidak Ada,
pelanggaran jika Wawancara jika nilai <
terbukti melakukan mean 4,86 Ordinal
pekerjaan secara 2. Ada, jika nilai
tidak benar dan ≥ mean 4,86
tidak aman
Persepsi / 3. Tidak Ada, jika
pandangan pekerja nilai < mean
mengenai risiko 3,96
7. Penghargaan bahaya yang ada di Kuesioner / 4. Ada, jika nilai ≥ Ordinal
tempat kerja Wawancara nmean 3,96
49
C. Hipotesis
1. Ada hubungan yang bermakna antara faktor predisposisi
(pengetahuan, persepsi risiko, dan persepsi terhadap APD) pekerja
dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri informal
pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
2. Ada hubungan yang bermakna antara faktor pemungkin (ketersediaan
APD) pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok.
3. Ada hubungan yang bermakna antara faktor penguat (pengawasan,
hukuman dan penghargaan) pekerja dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada industri informal pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
BAB IV
METODE PENELITIAN
50
51
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
𝑍1−𝛼 = Nilai baku distribusi normal pada derajat
2
ᵦ ᵦ
uji 1 - ; nilai sebesar 90%maka Z1-ᵦ= 1,28
P = (P1 + P2)/2
P1 = Proporsi pekerja yang tidak menggunakan
APD
P2 = Proporsi pekerja yang menggunakan APD
Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Berdasarkan Hasil Penelitian
Terdahulu
No Variabel P1 P2 N Sumber
1. Pesepsi Risiko 0,68 0,333 41 Ristia, 2017
2. Ketersediaan APD 0,361 0,639 66 Yustrianita & Modjo,
2014
3. Pengawasan 0,25 0,75 19 Yustrianita & Modjo,
2014
4. Penghargaan 0,292 0,682 33 Noviandry, 2013
b. Kuesioner
Kuisioner yaitu instrumen pengumpulan data dengan
menggunakan lembaran pertanyaan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah
angket. Angket yaitu kuesioner yang langsung diisi oleh
responden sendiri (Notoatmodjo, 2010).
Kuesioner yang dibuat mencakup beberapa variabel yang
diteliti, antara lain:
1) Perilaku penggunaan APD
Dalam variabel perilaku penggunaan APD terdapat 10
pertanyaan dengan jawaban menggunakan skala guttman
yaitu ya dan tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2
jika menjawab “ya” sedangkan pekerja yang menjawab
“tidak” diberi skor 1. Kemudian skor dari pertanyaan
tersebut dijumlahkan dan dikategorikan menjadi dua, yaitu:
53
a) Tidak Menggunakan
Pekerja dinyatakan tidak menggunakan APD jika nilai
skor pertanyaan < 20.
b) Menggunakan
Pekerja dinyatakan menggunakan APD jika nilai skor
pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
2) Persepsi risiko
Dalam variabel persepsi risiko terdapat sebanyak 8
pertanyaan dengan jawaban menggunakan empat skala
likert. Pada pertanyaan positif maka pembobotan skornya
adalah:
a) Skor 1 bila jawaban sangat tidak setuju
b) Skor 2 bila jawaban tidak setuju
c) Skor 3 bila jawaban setuju
d) Skor 4 bila jawaban sangat setuju
Sedangkan untuk pertanyaan negatif maka
pembobotan skornya adalah:
a) Skor 4 bila jawaban sangat tidak setuju
b) Skor 3 bila jawaban tidak setuju
c) Skor 2 bila jawaban setuju
d) Skor 1 bila jawaban sangat setuju
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
54
a) Tidak Ada
Pekerja dinyatakan tidak terdapat pengawasan di tempat
kerja jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Ada
Pekerja dinyatakan terdapat pengawasan di tempat
kerjajika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
7) Hukuman
Dalam variabel hukuman terdapat 4 pertanyaan
dengan jawaban menggunakan skala guttman yaitu ya dan
tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2 jika menjawab
“ya” sedangkan pekerja yang menjawab “tidak” diberi skor
1. Kemudian skordari pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a) Tidak Ada
Pekerja dinyatakan tidak terdapat hukuman di tempat
kerja jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Ada
Pekerja dinyatakan terdapat hukuman di tempat kerja
jika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
57
8) Penghargaan
Dalam variabel penghargaan terdapat 3 pertanyaan
dengan jawaban menggunakan skala guttman yaitu ya dan
tidak. Setiap pertanyaan positif diberi skor 2 jika menjawab
“ya” sedangkan pekerja yang menjawab “tidak” diberi skor
1.Kemudian skor dari pertanyaan tersebut dijumlahkan dan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a) Tidak Ada
Pekerja dinyatakan tidak terdapat penghargaan di
tempat kerja jika nilai skor pertanyaan < 20.
b) Ada
Pekerja dinyatakan terdapat penghargaan di tempat
kerja jika nilai skor pertanyaan berjumlah 20.
Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan
dilihat nilai pembagian antara nilai skewness dibagi standar
error dan didapatkan hasil < 2 maka data tersebut
dinyatakan normal, sehingga peneliti menggunakan nilai
mean.
c. Prosedur Wawancara
Peneliti mengamati terlebih dahulu pekerja yang ingin
diwawancarai menjadi responden penelitian, lalu peneliti
menjelaskan mengenai alasan dan tujuan dilakukannya
penelitian, setelah itu peneliti bertanya apakah pekerja
bersedia menjadi responden dan diwawancarai oleh peneliti,
jika pekerja bersedia, maka pertama-tama peneliti akan
mencatat lembar observasi perilaku penggunaan APD dengan
cara melihat kelengkapan atribut APD yang dipakai pekerja di
bengkel las tersebut, kemudian peneliti mulai mewawancarai
pekerja menggunakan kuesioner yang telah disusun secara
bertahap dan terstuktur mengenai variabel Pengetahuan,
58
d. Pengamatan Variabel
Penelitian ini menggunakan pengukuran variabel dengan
jenis pengukuran kuantitatif, yaitu mengidentifikasi besar
kecilnya variasi nilai, mengukur variabilitas suatu ciri subyek
penelitian hingga data tersebut berupa data dari skala ordinal,
nominal dan interval. Variabel yang diamati melalui
pertanyaan dituangkan ke dalam instrumen pengukuran
(Notoatmodjo, 2005).
Tabel 4.2
Validitas Perilaku Penggunaan APD
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
I01 Pekerja memakai helm dengan benar saat 0,898
bekerja
I02 Pekerja memakai helm dengan warna 0,862
kuning
I03 Pekerja memakai kacamata las saat bekerja 0,834
I04 Pekerja menggunakan pelindung wajah saat 0,806
bekerja
I05 Pekerja menggunakan pelindung telinga 0,778
saat bekerja
I06 Pekerja menggunakan respirator saat 0,643
0,306
bekerja
I07 Pekerja menggunakan baju berlengan 0,692
panjang dan bercelana panjang
I08 Pekerja menggunakan pakaian kerja / 0,496
pelindung dada saat bekerja
I09 Pekerja menggunakan sarung tangan saat 0,965
bekerja
I10 Pekerja menggunakan safety shoes yang 0,921
tertutup dan penutup ujung sepatu dari baja
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
D01 APD adalah alat yang digunakan untuk 0,578
melindungi diri pada saat bekerja
D02 APD adalah salah satu cara untuk 0,578
mengendalikan bahaya di tempat kerja
D03 APD berguna untuk menjaga keselamatan 0,622
dan kesehatan pekerja saat bekerja
D04 APD berguna untuk mengurangi dampak 0,449
kecelakaan kerja saat bekerja
0,306
D05 APD digunakan sebelum melakukan 0,476
pekerjaan
D06 APD digunakan di area kerja -0,020
Tabel 4.4
Validitas Persepsi Risko
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
C01 APD yang digunakan dapat melindungi dari 0,828
kecelakaan kerja
C02 APD yang digunakan dapat melindungi dari 0,890
penyakit akibat kerja
Tabel 4.5
Validitas Persepsi Terhadap APD
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
B01 Tidak masalah jika meletakkan alat kerja 0,282
dimana saja selama masih jam kerja
walaupun sudah selesai digunakan
B02 Tidak hati-hati menggunakan mesin 0,398
pengelasan dapat terkena aliran listrik
B03 Kabel listrik yang terkelupas dapat 0,384
menyebabkan konsleting sampai kebakaran
B04 Getaran pada mesin yang digunakan dapat 0,306 0,692
mengakibatkan sakit pada otot persendian
B05 Debu dari proses pengelasan dapat 0,570
mengakibatkan gangguan pernapasan
B06 Suhu di tempat kerja yang panas -0,88
mengakibatkan cepat merasa lelah
B07 Kebisingan yang terdengar saat bekerja 0,621
membuat cepat pusing dan cepat marah
64
Tabel 4.6
Validitas Ketersediaan APD
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
E01 Apakah ditempat Anda bekerja disediakan 0,836
APD untuk bekerja ?
E02 Apakah APD di tempat kerja Anda tersedia 0,836
dengan lengkap?
E03 Apakah APD di tempat kerja tempat Anda 0,306 0,771
bekerja sudah mencukupi dan sesuai dengan
jumlah pekerja?
E04 Jika ada APD yang rusak, apakah APD 0,903
tersebut diganti dengan yang baru
65
Tabel 4.7
Validitas Pengawasan
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
F01 Apakah di tempat kerja Anda dilakukan 0,574
pegawasan dalam penggunaan APD?
F02 Apakah proses pengawasan di tempat kerja 0,515
Anda dilakukan secara rutin? 0,306
Tabel 4.8
Validitas Hukuman
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
0,773
G01 Apakah ada kebijakan/peraturan dari
pemilik usaha tempat Anda bekerja dalam
penggunaan APD?
0,927
G02 Apakah Anda mematuhi
kebijakan/peraturan yang ada di tempat
Anda bekerja?
0,865
G03 Apakah di tempat Anda bekerja diberikan 0,361
hukuman jika pekerja terbukti melakukan
pelanggaran?
Tabel 4.9
Validitas Penghargaan
No Pertanyaan r r
Tabel Hasil
0,862
H01 Apakah pemilik usaha tempat Anda bekerja
memberikan penghargaan jika para pekerja
melakukan pekerjaan dan menggunakan APD
dengan baik dan benar?
0,701
H02 Apakah Anda sudah bekerja secara baik dan
0,306
benar dengan menggunakan APD, sehingga
anda merasa perlu mendapatkan penghargaan?
0,645
H03 Menurut Anda, apakah pekerja yang
menggunakan APD pada saat bekerja perlu
diberikan penghargaan?
b. Sumber Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari sumber dokumen utama
(Notoatmodjo, 2010). Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diambil oleh peneliti langsung kepada
responden dengan cara wawancara menggunakan kuesioner
terstruktur. Peneliti meminta persetujuan terlebih dahulu ke
pekerja untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan
memberikan informed consent dan menjelaskan ke pekerja
mengenai maksud dan tujuan penelitian. Data yang
68
c. Tabulasi
Memasukkan data kedalam diagram atau tabel-tabel
sesuai dengan kriteria. Proses tabulasi ini adalah hasil
pengkodean dimasukan ke dalam tabel yang dilakukan secara
komputerisasi untuk memudahkan dalam analisis data.
d. Entry
Data dari kuesioner diolah dengan menggunakan bantuan
program komputer untuk mempermudah proses analisis data.
Proses entry yaitu proses memasukkan data yang sudah dikode
menggunakan salah satu software pengolahan data statistik
untuk dilakukan analisis data.
e. Cleaning
Cleaning adalah proses pengecekan kembali data yang
sudah di-entry untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam
melakukan entry data. Proses ini dilakukan dengan cara
melakukan tabulasi frekuensi dari setiap variabel.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini variabel yang
dianalisis secara deskriptif adalah variabel dependen (perilaku
pekerja terhadap penggunaan APD) dan variabel independen
(pengetahuan, pendidikan, persepsi risiko, persepsi terhadap
APD, ketersediaan APD, pengawasan, hukuman, dan
penghargaan) pada penelitian ini.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
70
Keterangan:
X2 = Chi Square
E. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, pekerja pengelasan diberi penjelasan secara
tertulis dan atau lisan mengenai tujuan dan cara penelitian serta diberi
jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan. Penelitian ini
dijalankan setelah mendapat persetujuan secara sukarela dari pekerja
dengan memberikan keterangan mengenai tujuan dan cara penelitian dan
kesediaan untuk menjadi sampel penelitian (informed consent).
Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan
peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh
71
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Tanah Baru adalah Kelurahan di Kecamatan Beji, Depok,
Jawa Barat, Indonesia. Luas wilayah Kelurahan Tanah Baru adalah
320 hA. Kelurahan Tanah Baru termasuk wilayah strategis dan padat
perumahan, seperti: Perumahan Arroyyan Tanah Baru, Beji Permai,
Depok Mulya III, Griya Sakinah, dll.
Batas-batas
Utara : DKI Jakarta
Selatan : Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok
Timur : Kecamatan Beji, Kota Depok
Barat : Kecamatan Limo, Kota Depok
2. Analisis Univariat
a) Perilaku Penggunaan APD
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran perilaku penggunaan APD yang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 5.1
Gambaran Lembar Observasi Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019
72
73
Perilaku Penggunaan n %
APD
Tidak Menggunakan 117 80,7
Menggunakan 28 19,3
Total 145 100
b) Pengetahuan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran pengetahuan yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Tabel 5.2
Gambaran Pengetahuan pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Pengetahuan n %
Kurang Baik 110 75,9
Baik 35 24,1
c) Persepsi Risiko
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran persepsi risiko yang dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Tabel 5.3
Gambaran Persepsi Risiko pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Persepsi Risiko n %
Risiko Tinggi 79 54,5
Risiko Rendah 66 45,5
Total 145 100
Tabel 5.4
Gambaran Persepsi Terhadap APD pada Pekerja Industri
Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
Persepsi Terhadap n %
APD
Risiko Tinggi 51 35,2
Risiko Rendah 94 64,8
Total 145 100
e) Ketersediaan APD
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran ketersediaan APD yang dapat dilihat pada tabel di
bawah in
Tabel 5.5
Gambaran Ketersediaan APD pada Pekerja Industri
Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
Beji Kota Depok Tahun 2019
Ketersediaan APD n %
Tidak Lengkap 91 62,8
Lengkap 54 37,2
Total 145 100
f) Pengawasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran pengawasanyang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5.6
Gambaran Pengawasan pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Pengawasan n %
Tidak Ada 124 85,5
Ada 21 14,5
Total 145 100
g) Hukuman
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran hukuman yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5.7
Gambaran Hukuman pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji
Kota Depok Tahun 2019
Hukuman n %
Tidak Ada 81 55,9
Ada 64 44,1
Total 145 100
77
h) Penghargaan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan
gambaran penghargaanyang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5.8
Gambaran Penghargaan pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019
Penghargaan n %
Tidak Ada 61 42,1
Ada 84 57,9
Total 145 100
3. Analisis Bivariat
a) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan APD
Tabel 5.9
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota Depok Tahun 2019
78
Tabel 5.11
Hubungan Persepsi Terhadap APD dengan Perilaku
Penggunaan APD pada Pekerja Industri Informal
Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Persepsi Tidak Menggunakan OR
Jumlah P
Terhadap Menggunakan APD (95%
value
APD APD CI)
n % n % N %
Risiko 48 94,1 3 5,9 51 100
Tinggi 5,797
Risiko 69 73,4 25 26,6 94 100 (1,656- 0,005
Rendah 20,293)
Total 117 80,7 28 19,3 145 100
Tabel 5.13
Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan OR
Jumlah P
Pengawasan Menggunakan APD (95%
value
APD CI)
n % n % N %
Tidak Ada 104 83,9 20 16,1 124 100 3,200
Ada 13 61,9 8 38,1 21 100 (1,174- 0,032
Total 117 80,7 28 19,3 145 100 8,719)
Tabel 5.14
Hubungan Hukuman dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan
Jumlah P
Hukuman Menggunakan APD
value
APD
n % n % N %
Tidak Ada 63 77,8 18 22,2 81 100
Ada 54 84,4 10 15,6 64 100 0,431
Total 117 80,7 28 19,3 145 100
Tabel 5.15
Hubungan Penghargaan dengan Perilaku Penggunaan APD
pada Pekerja Industri Informal Pengelasan di Kelurahan
Tanah Baru Kecamatan Beji Kota DepokTahun 2019
Perilaku Penggunaan APD
Tidak Menggunakan
Jumlah P
Penghargaan Menggunakan APD
value
APD
n % n % N %
Tidak Ada 47 77,0 14 23,0 61 100
Ada 70 83,3 14 16,7 84 100 0,463
Total 117 80,7 28 19,3 145 100
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu terdapat beberapa
responden yang menjawab pertanyaan dengan ketidakseriusan, yang
membuat peneliti sulit memperoleh jawaban yang diinginkan. Maka dari
itu, peneliti menyampaikan kepada responden agar menjawab pertanyaan
sesuai dengan pengetahuannya sendiri. Walaupun demikian, masih saja
ada responden yang tidak serius saat di wawancara.
84
C. Pembahasan Penelitiam
1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan
APD
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap
suatu objek yang didapatkan sebagian besar melalui indera
penglihatan dan pendengaran (Geller, 2001). Pengetahuan dalam
penelitian ini diperoleh melalui pernyataan-pernyataan yang
diajukan terkait hal yang wajib diketahui oleh pekerja mengenai
APD. Pengetahuan diduga sebagai salah satu faktor yang dapat
berhubungan dengan perilaku penggunaan APD. Perilaku yang
didasari atas pengetahuan yang cukup akan bersifat lama daripada
tanpa didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan presentase
pengetahuan yang tidak menggunakan APD paling banyak adalah
pekerja yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 85,5%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan p-
value 0,020 (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Permatasari,
dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan P = 0,000 (P
value <0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
memiliki pengetahuan kurang baik, terdapat banyak pekerja yang
tidak menggunakan APD saat bekerja karena pekerja memiliki
tingkat pengetahuan rendah yang disebabkan oleh tingkat
pendidikan yang rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
85
value 0,027 (p< 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhayati,
dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD dengan P = 0,001 (P
value <0,05).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pekerja yang
memiliki ketersediaan APD tidak lengkap, terdapat banyak pekerja
yang tidak menggunakan APD saat bekerja. Hal ini dapat diartikan
apabila pekerja memiliki ketersediaan APD lengkap, kemungkinan
besar pekerja akan berperilaku aman dengan menggunakan APD.
90
91
B. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian diatas,
maka peneliti memberikan saran atau masukan sebagai bahan
pertimbangan perbaikan penelitian mengenai penggunaan APD terhadap
pekerja Industri Informal Pengelasan yaitu:
1. Bagi Industri Informal Pengelasan di Kelurahan Tanah Baru
a. Melakukan edukasi kepada pekerja untuk menggali
pengetahuan, wawasan, dan menumbuhkan rasa ingin tahu para
pekerja tentang fungsi dari berbagai jenis APD secara lebih
detail.
b. Melakukan peningkatan intensitas pengawasan yang rutin dan
terstuktur.
c. Memperhatikan perilaku pekerja yang setuju dalam pengguinaan
APD dengan menyediakan peralatan APD yang standar dan
nyaman dipakai.
d. Melakukan sosialisasi bahaya tidak menggunakan APD pada
pekerja bengkel las dengan media cetak seperti poster yang
ditempel di beberapa bagian tempat bekerja agar pekerja lebih
sadar terhadap bahaya tidak menggunakan APD sehingga
pekerja dapat berperilaku aman.
e. Melakukan training secara rutin agar pekerja memiliki wawasan
yang luas sehingga pekerja lebih paham dan berhati-hati saat
melakukan pengelasan.
Handoko, A., Tarigan, L., Kalsum. 2012. Persepsi Pekerja tentang Gema
Daya K3 (Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3) di Bagian
Produksi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan
Tahun 2012. Medan : FKM, USU.
Indah, N.P & Rasmini, N.K. 2013. Pengaruh Pengendalian Intern, Motivasi,
Dan Reward Manajemen Pada Perilaku Etis Konsultan. E-Jurnal
Akutansi Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556.
www.https://ojs.unud.aci.id.
93
Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Cv.Absolute
Media.
94
Nawawi, H. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
95
Putra, M. U. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Penggunaan APD pada Mahasiswa Profesi FIK UI.
Depok: Skripsi Keperawatan Universitas Indonesia.
Ristia, E. 2017. Hubungan Persepsi Tentang Risiko dan Alat Pelindung Diri
serta Toleransi Risiko Pekerja dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri di Proyek Konstruksi Mass Rapid Transit Jakarta
Tokyu Wika Joint Operation. Jakarta: Skripsi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shiddiq, S., dkk. 2013. Hubungan Persepsi Karyawan dengan Perilaku Tidak
Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa Tahun 2013.
Makasar : Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM
UNHAS.
96
Sriwidharto. 1987. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
97
Lampiran 1. Artikel Ilmiah (Manuskrip)
ABSTRAK
Perkembangan sektor informal saat ini sangatlah pesat dan mampu menjadi
tumpuan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data angka kecelakaan kerja
terjadi kenaikan angka kecelakaan kerja di Indonesia dari tahun 2013 hingga
2017 yaitu sebesar 25.856 orang. Kecelakaan kerja dapat diminimalisasi
apabila pekerja selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar
dan lengkap saat bekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
perilaku pekerja dalam penggunaan APD pada industri informal pengelasan
di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok Tahun 2019.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2019 dengan
menggunakan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik
accidental sampling sebanyak 145 sampel. Hasil univariat didapatkan
variabel Perilaku penggunaan APD (80,7%), pengetahuan kurang baik
(75,9%), persepsi risiko kurang baik (54,5%), persepsi terhadap APD kurang
baik (35,2%), ketersediaan APD tidak lengkap (62,8%), tidak ada
pengawasan (85,5%), hukuman (55,9%), penghargaan (42,1%). Dari hasil uji
bivariat didapatkan variabel yang berhubungan dengan perilaku penggunaan
APD (p < 0,05) adalah variabel pengetahuan (p=0,020), persepsi risiko
(p=0,045), persepsi terhadap APD (p=0,005), ketersediaan APD (p=0,027),
pengawasan (p=0,032). Dan variabel yang tidak berhubungan adalah
hukuman dan penghargaan.
Saran: Melakukan edukasi untuk menggali pengetahuan pekerja dan
sosialisasi terkait penggunaan APD yang baik dan benar.
ABSTRACT
The development of the informal sector is currently very rapid and able to
become the economic foundation in Indonesia. Based on data from work
accidents, there has been an increase in work accidents in Indonesia from
2013 to 2017, amounting to 25,856 people. Work accidents can be minimized
if workers always use Personal Protective Equipment (PPE) properly and
completely when working. The purpose of this study was to determine the
worker's behavior factors in the use of PPE in the informal welding industry
in Tanah Baru Village, Beji District, Depok City in 2019. This research was
conducted in July-August 2019 using a cross sectional design. Samples were
taken by accidental sampling technique as many as 145 samples. The
univariate results obtained variable Behavioral use of PPE (80.7%), poor
knowledge (75.9%), risk perception is not good (54.5%), perception of PPE
is not good (35.2%), the availability of PPE is not complete (62.8%), no
supervision (85.5%), punishment (55.9%), awards (42.1%). From the
bivariate test results obtained variables associated with PPE usage behavior
(p <0.05) are knowledge variables (p = 0.020), risk perception (p = 0.045),
perception of PPE (p = 0.005), PPE availability (p = 0.027), supervision (p
= 0.032). And the unrelated variables are punishment and reward.
Suggestion: Conduct education to explore workers' knowledge and
socialization related to the use of PPE that is good and right.
Frekuensi Persentase
Variabel
(n) (%)
Perilaku Penggunaan
APD
Tidak Menggunakan 117 80,7
Menggunakan 28 19,3
Pengetahuan
Kurang Baik 110 75,9
Baik 35 24,1
Persepsi Risiko
Kurang Baik 79 54,5
Baik 66 45,5
Ketersediaan APD
Tidak Lengkap 91 62,8
Lengkap 54 32,7
Pengawasan
Tidak Ada 124 85,5
Ada 21 14,5
Hukuman
Tidak Ada 81 55,9
Ada
64 44,1
Penghargaan
Tidak Ada 61 42,1
Ada 84 57,9
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan
bermakna antara pengetahuan APD dengan perilaku penggunaan
dengan perilaku penggunaan APD APD p=0.027 (p>0.05). Dari hasil
p=0.020 (p<0.05). Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa
statistik diketahui bahwa responden yang memiliki
responden yang memiliki ketersediaan APD tidak lengkap
pengetahuan kurang baik tidak dengan tidak menggunakan APD
menggunakan APD sebanyak sebanyak 86,8% dengan Odds
85,5% dengan Odds sebesar 3,065. sebesar 2,772. Pada variabel
Pada variabel persepsi risiko, hasil pengawasan, hasil analisis statistik
analisis statistik menunjukkan ada menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara hubungan yang bermakna antara
persepsi risiko dengan perilaku variabel pengawasan dengan
penggunaan APD p=0.045 perilaku penggunaan APD
(p<0.05). Dari hasil statistik p=0.039 (p<0.05). Dari hasil
diketahui bahwa responden yang analisis statistik diketahui bahwa
memiliki persepsi risiko dengan responden yang tidak mendapat
risiko tinggi sebanyak 87.3% dan pengawasan 83,9% dengan Odds
Odds sebesar 2,588. Pada variabel sebesar 3,200. Pada variabel
persepsi terhadap APD, hasil hukuman, hasil analisis statistik
analisis statistik menunjukkan menunjukkan bahwa tidak ada
adanya hubungan yang bermakna hubungan yang bermakna antara
antara persepsi terhadap APD variabel hukuman dengan perilaku
dengan perilaku penggunaan APD penggunaan APD p=0.431
p=0.005 (p<0.05). Dari hasil (p<0.05). Pada variabel
statistic diketahui bahwa penghargaan, hasil analisis
responden yang memiliki persepsi statistik menunjukkan tidak ada
terhadap APD dengan risiko tinggi hubungan yang bermakna antara
sebanyak 94,3% dan Odds sebesar variabel penghargaan dengan
5,797. Pada variabel ketersediaan perilaku penggunaan APD
APD, hasil analisis statistik p=0.463 (p<0.05).
Tabel 2.
Analisis Faktor Perilaku Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah
Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok Tahun 2019
Persepsi
Risiko
Kurang 69 87,3 10 12,7 79 100 2,588 0,045
Baik (1,099-6,092)
Baik 48 72,7 18 27,3 66 100
Persepsi
Terhadap
APD
Kurang 48 94,1 3 5,9 51 100 5,797
Baik 0,005
(1,656-20,293)
Baik 69 73,4 25 26,6 94 100
Ketersedia
an APD
Tidak 79 86,8 12 13,2 91 100 2,772
Lengkap (1,194-6,437) 0,027
Lengkap 38 70,4 16 29,6 54 100
Pengawasa
n
Tidak Ada 104 83,9 20 16,1 124 100 0,039
3,200
Ada 13 61,9 8 38,1 21 100 (1,174-8,719)
Hukuman
Tidak Ada 63 77,8 18 22,2 81 100 0,648
0,431
Ada 54 84,4 10 15,6 64 100 (0,276-1,523)
Pengharga
an
Tidak Ada 47 77,0 14 23,0 61 100
0,671 0,463
Ada 70 83,3 14 16,7 84 100 (0,293-1,537)
Pembahasan (p<0.05). Hasil penelitian ini
Berdasarkan penelitian hasil sejalan dengan penelitian
analisis bivariat menunjukkan Muntiana (2014) menyatakan
bahwa ada hubungan yang bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan bermakna antara persepsi terhadap
dengan perilaku penggunaan APD APD dengan perilaku penggunaan
dengan p-value 0,020 (p<0.05). APD dengan P = 0,018 (P value
Hal ini sejalan dengan penelitian <0,05).
Permatasari, dkk (2016) Berdasarkan penelitian hasil
menyatakan bahwa ada hubungan analisis uji statistik menunjukkan
yang bermakna antara bahwa ada hubungan yang
pengetahuan dengan perilaku bermakna antara ketersediaan
penggunaan APD dengan P = APD dengan perilaku penggunaan
0,000 (P value <0,05). APD dengan p-value 0,027
Bedasarkan penelitian hasil (p<0.05). Hal ini sejalan dengan
analisis bivariat menunjukkan penelitian Nurhayati, dkk (2016)
bahwa ada hubungan yang menyatakan bahwa ada hubungan
bermakna antara persepsi risiko yang bermakna antara
dengan perilaku penggunaan APD pengetahuan dengan perilaku
dengan p-value 0,045 (p<0.05). penggunaan APD dengan P =
Hal ini sejalan dengan penelitian 0,001 (P value <0,05).
Shiddiq, dkk. (2013) menyatakan Berdasarkan penelitian hasil
bahwa ada hubungan yang analisis nalisis bivariat
bermakna antara persepsi risiko menunjukkan bahwa ada
dengan perilaku penggunaan APD hubungan yang bermakna antara
dengan P = 0,011 (P value <0,05). pengawasan dengan perilaku
Berdasarkan penelitian hasil penggunaan APD dengan p-value
analisis bivariat menunjukkan 0,039 (p<0.05). Hal ini sejalan
bahwa ada hubungan yang dengan penelitian Yustriana dan
bermakna antara persepsi terhadap Robiana (2014) menyatakan
APD dengan perilaku penggunaan bahwa ada hubungan yang
APD dengan p-value 0,005 bermakna antara pengetahuan
dengan perilaku penggunaan APD dipenuhi yaitu terbuka, dan adil,
dengan P = 0,036 (P value <0,05). serta reward atau penghargaan
Berdasarkan penelitian hasil yang diberikan tidak berdampak
analisis bivariat menunjukkan pada hak perkerja lain agar terjadi
bahwa tidak ada hubungan yang perilaku yang etis.
bermakna antara hukuman dengan
Kesimpulan
perilaku penggunaan APD dengan
Berdasarkan hasil penelitian
p-value 0,431 (p>0.05). Pada
tentang Analisis Faktor Perilaku
penelitian Meyrina (2017)
Pekerja dalam Penggunaan Alat
menyatakan bahwa jika tidak
Pelindung Diri (APD) pada
keseimbangan antara pelaksanaan
Industri Informal Pengelasan di
reward dan pelaksanaan
Kelurahan Tanah Baru Kecamatan
punishment maka tidak akan
Beji Kota Depok Tahun 2019
tercipta perubahan pada perilaku
dapat disimpulkan bahwa:
pekerja, karena hukuman yang
1. Gambaran perilaku
merupakan reinforcement negative
penggunaan APD di
artinya penguatan yang berasal
Kelurahan Tanah Baru
dari pemindahan atau
Kecamatan Beji Kota Depok
penghindaran suatu kejadian
tahun 2019 masih banyak
negatif sebagai konsekuensi dari
pekerja yang tidak
perilaku belum berjalan seperti
menggunakan APD yaitu
mestinya.
sebanyak 80,7%.
Berdasarkan hasil analisis
2. Gambaran faktor predisposisi
bivariat menunjukkan bahwa tidak
(Pekerja yang memiliki
ada hubungan yang bermakna
pengetahuan kurang baik
antara penghargaan dengan
sebanyak 75,9% , persepsi
perilaku penggunaan APD dengan
risiko dengan risiko tinggi
p-value 0,463 (p>0.05). Pada
sebanyak 54,5% , dan persepsi
penelitian (Indah & Rasmini,
terhadap APD dengan risiko
2013) menyatakan bahwa dalam
tinggi sebanyak 35,2%).
pemberian penghargaan ada
3. Gambaran faktor pemungkin
beberapa syarat yang harus
(Pekerja yang mendapat
ketersediaan APD tidak terdapat hubungan yang
lengkap yaitu sebanyak bermakna dengan perilaku
62,8%). penggunaan APD yaitu
4. Gambaran faktor penguat Hukuman dengan p-value
(Pekerja yang tidak mendapat 0,431 dan Penghargaan dengan
pengawasan sebanyak 85,5% , p-value 0,463).
tidak mendapatkan hukuman
di tempat kerja sebanyak Saran
55,9% , dan yang mendapatkan Berdasarkan hasil,
penghargaan di tempat kerja pembahasan, dan kesimpulan
sebanyak 57,9%). penelitian diatas, maka peneliti
5. Hubungan antara faktor memberikan saran atau masukan
predisposisi (Terdapat sebagai bahan pertimbangan
hubungan yang bermakna perbaikan penelitian mengenai
dengan perilaku penggunaan penggunaan APD terhadap pekerja
APD yaitu Pengetahuan Industri Informal Pengelasan
dengan p-value 0,020, Persepsi yaitu:
Risiko dengan p-value 0,045, 1. Bagi Industri Informal
dan Persepsi Terhadap APD Pengelasan di Kelurahan
dengan p-value 0,005). Tanah Baru
6. Hubungan antara faktor a. Melakukan edukasi
pemungkin (Terdapat kepada pekerja untuk
hubungan yang bermakna menggali pengetahuan,
dengan perilaku penggunaan wawasan, dan
APD yaitu Ketersediaan APD menumbuhkan rasa ingin
dengan p-value 0,027). tahu para pekerja tentang
7. Hubungan antara faktor keberadaan dan fungsi
penguat (Terdapat hubungan masing-masing APD
yang bermakna dengan secara lebih detail.
perilaku penggunaan APD b. Melakukan peningkatan
yaitu Pengawasan dengan p- intensitas pengawasan
value 0,032 serta Tidak yang rutin dan terstuktur.
c. Memperhatikan perilaku b. Saling mengingatkan antar
pekerja yang setuju dalam pekerja apabila ada yang
penggunaan APD dengan terlihat tidak mematuhi
menyediakan APD yang peraturan keselamatan dan
standar dan nyaman kesehatan kerja,
dipakai. khususnya mengenai
d. Melakukan sosialisasi APD.
bahaya tidak c. Menaati peraturan dan
menggunakan APD pada prosedur yang berlaku,
pekerja bengkel las bekerja sesuai dengan
dengan media cetak tanggung jawabnya,
seperti poster yang khususnya mengenai
ditempel di beberapa APD.
bagian tempat bekerja 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
agar pekerja lebih sadar Peneliti selanjutnya
terhadap bahaya tidak diharapkan dapat
menggunakan APD memperbaiki variabel-variabel
sehingga pekerja dapat yang sudah diteliti pada
berperilaku aman. penelitian ini yang
e. Melakukan training secara berhubungan dengan perilaku
rutin agar pekerja penggunaan APD.
memiliki wawasan yang
luas sehingga pekerja
Daftar Pustaka
lebih paham dan berhati-
hati saat melakukan BPJS Ketenagakerjaan. 2018.
Profil .BPJS
pengelasan. Ketenagakerjaan. Dilihat
2. Bagi Pekerja Bengkel Las pada tanggal 17 April
2019.
a. Menggunakan dan
https://www.bpjsketenaga.
menjaga perlengkapan ke rjaan.go.id
keselamatan kerja dengan Disnakertrans. 2017. Pelatihan
lengkap dan benar. Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Bagi Teknisi
Perusahaan. Yogyakarta: Jakarta. Dilihat pada
Disnakertrans Yogyakarta. tanggal 19 April 2019.
http://www.depkes.go.id.
Firnando, R. A. 2018. ‘Faktor yang
Berhubungan dengan Laila, N. N. 2017. Keluhan
Perilaku Penggunaan Alat Subjektif Photokeratitis
Pelindung Diri (APD) Pada Mata Pekerja Las
Pekerja Pengelasan Sektor Informal di
Galangan Kapal’. Kelurahan Cirendeu dan
Journal of Industrial Ciputat Tangerang
Hygiene and Selatan. Jakarta: Skripsi
Occupational Health. Vol. Program Studi
3 (1): 2541-5727. Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam
Kementerian Kesehatan Republik Negeri Syarif
Indonesia.2014. Direktorat Hidayatullah Jakarta.
Bina Kesehatan Kerja:
Angka Kecelakaan Akibat Meyrina, Rr. 2017. Pelaksanaan
Kerja. Jakarta. Dilihat Reward Dan Punishment
pada tanggal 19 April Terhadap Kinerja Pegawai
2019. Di Lingkungan Kementerian
http://www.depkes.go.id. Hukum Dan HAM. JIKH
ISAFETY. 2018. Rapor K3 Vol. 11 No. 2 Juli 2017: 139
Nasional. Edisi – 157.
Desember 2018. Jakarta: www.https://ejournal.balitba
Yayasan Pengembangan ngham.go.id.
Keselamatan.
Muntiana, K. (2014). Hubungan
Indah, N.P & Rasmini, N.K. 2013. Persepsi Karyawan
Pengaruh Pengendalian Terhadap Penerapan
Intern, Motivasi, Dan Keselamatan dan
Reward Manajemen Pada Kesehatan Kerja (K3)
Perilaku Etis Konsultan. E- dengan Penggunaan Alat
Jurnal Akutansi Pelindung Diri (APD).
Universitas Udayana. pada jalur 3 dan 4 PT
ISSN: 2302-8556. Wijaya Karya Beton
www.https://ojs.unud.ac.id Boyolali Tbk. Surakarta:
Artikel ilmiah S1
International Labour Organization. Universitas
2018. Meningkatkan Muhammadiyah
Keselamatan dan Surakarta: dipublikasikan.
Kesehatan Pekerja
Muda. Jakarta: ILO. Nurhayati, S. A., dkk. 2016.
Faktor- Faktor yang
Kementerian Kesehatan Republik
Berhubungan dengan
Indonesia. 2014.
Penggunaan Alat
Direktorat Bina
Pelindung Diri Pada Bidan
Kesehatan Kerja: Angka
Saat Melakukan
Kecelakaan Akibat Kerja.
Pertolongan Persalinan
Normal Studi Muhammadiyah
Observasional Analitik Jakarta.
pada Bidan Praktik
Swasta di Kabupaten Hulu Shiddiq, S., dkk. 2013. Hubungan
Sungai Selatan. Persepsi Karyawan
Banjarmasin: Skripsi dengan Perilak u
Program Studi Tidak Aman di Bagian
Kesehatan Masyarakat Produksi Unit IV PT.
Universitas Lambung Semen Tonasa Tahun
Mangkurat. 2013. Makasar : Bagian
Kesehatan dan
Permatasari, G., dkk. 2016. Keselamatan Kerja FKM
Hubungan Pengetahuan, UNHAS.
Sikap, dan Kenyamanan
Pekerja dengan Sugiyono. 2006. Metode
Pemakaian Alat Penelitian Kuantitatif
Pelindung Diri (APD) Kualitatif dan R&D.
di Bengkel Las Listrik Bandung: Alfabeta.
Kecamatan Amuntai
Tengah Kabupaten Sugiyono. 2010. Metode
HSU Tahun 2016. Penelitian Kuantitatif
Banjarmasin: Jurnal Kualitatif dan R&D.
Kesehatan Lingkungan Bandung: Alfabeta.
Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin. Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif
Rorimpandey, M., dkk. 2014. Kualitatif dan R&D.
Hubungan Antara Bandung: Alfabeta.
Pengetahuan dan Sikap
dengan Tindakan Yuda, N. A. P. 2018. Faktor Risiko
Penggunaan Alat yang Berhubungan dengan
Pelindung Diri (APD) Keluhan Fotokeratitis
Pada Pekerja Pada Pekerja
Pengelasan di Bengkel Las Pengelasan. Lampung:
Kota Manado. Skripsi Kedokteran
Manado: Universitas Sam Universitas Lampung.
Ratulangi.
Yustrianita, I., & Modjo, R. 2014.
Sari, T. I. 2016. Determinan Faktor-Faktor Yang
Penggunaan Alat Berhubungan Dengan
Pelindung Diri (APD) Penggunaan Alat
Pada Pekerja Industri Pelindung Diri Pada
Pengelasan di Pekerja Bagian
Kelurahan Bojong Kulur Finishing Pt.X Di Proyek
Kabupaten Bogor Tahun Apartemen Serpong Tahun
2016. Jakarta: Skripsi 2014. Depok: Skripsi
Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Universitas Universitas Indonesia.
Lampiran 2. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi
114
Lampiran 3. Surat Komisi Etik
Lampiran 4. Surat Izin Turun Lapangan
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
No. HP : 0899-1322-977
Peneliti
DESKRIPSI PENELITIAN
Saya, Elga Nur Fadillah dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Faktor Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Informal Pengelasan Di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok Tahun 2019”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (pengetahuan,
pendidikan, persepsi risiko, persepsi terhadap APD, ketersediaan APD,
pengawasan, hukuman, dan penghargaan). Peneliti mengajak pekerja
pengelasan untuk ikut serta dalam penelitian. Penelitian ini membutuhkan 73
subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan setiap subyek sekitar
bulan Juni-Juli 2019.
MANFAAT
Penelitian ini akan menghasilkan:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teman-
teman mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat berupa
informasi terkait ilmu-ilmu pengetahuan di bidang K3 khususnya dalam
hal menganalisis faktor perilaku penggunaan penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada pekerja industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah
Baru Kecamatan Beji Kota Depok.
2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada pemilik bengkel las
agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan pekerja industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji Kota
Depok, serta menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi
standar proses pengelasan dan menerapkan kedisiplinan pekerja las dalam
penggunaan APD pada saat proses pengelasan.
3. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada pekerja industri
informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji Kota
Depok agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
menggunakan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat
melakukan proses pengelasan.
4. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta
sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan dalam hal menganalisis
faktor perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja
industri informal pengelasan di Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji
Kota Depok.
PARTISIPASI SUKARELA
Anda bebas menentukan keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Anda bebas untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat
tanpa dikenai denda atau sanksi apapun.
JAMINAN KERAHASIAAN
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan staf penelitian.
KOMPENSASI
Pekerja akan mendapatkan sembako berupa kopi/teh, gula, dan biskuit.
KONTAK
Pekerja diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, pekerja dapat menghubungi Elga Nur Fadillah pada
No. HP 08991322977. Pekerja juga dapat menanyakan tentang penelitian
kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (Telp.081293258630).
Lampiran 6. Informed Consent
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Responden
Lampiran 7. Kuesioner Penelitian dan Lembar Observasi Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
B. Persepsi Risiko
No. Pernyataan STS TS S SS
E. Ketersediaan APD
G. Hukuman
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah ada kebijakan/peraturan dari pemilik usaha
tempat Anda bekerja dalam penggunaan APD?
2 Apakah Anda mematuhi kebijakan/peraturan yang
ada di tempat Anda bekerja?
3 Apakah di tempat Anda bekerja diberikan hukuman
jika pekerja terbukti melakukan pelanggaran?
4 Menurut Anda, apakah pekerja yang tidak
menggunakan APD pada saat bekerja perlu diberi
hukuman?
H. Penghargaan
Email : egafadilah93@gmail.com
PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI