Anda di halaman 1dari 143

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA LAPANGAN


KONTRUKSI DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN
GREEN CLEOSA PT. ABADI PRIMA INTIKARYA
TAHUN 2019

SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Srata Satu
(S-1) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh:
ELITA SOFINA
2015710025

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
0

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA LAPANGAN
KONTRUKSI DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN
GREEN CLEOSA PT. ABADI PRIMA INTIKARYA
TAHUN 2019

SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Srata Satu (S-1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh:
ELITA SOFINA
2015710025

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

0
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Elita Sofina
NPM : 2015710025
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Tidak Aman Pada Pekerja Lapangan Kontruksi di
Proyek Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Intikarya Tahun 2019

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Sidang Penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S-1) di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk
memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Ditetapkan:
Jakarta, 20 Agustus 2019
Ketua Program Studi

Munaya Fauziah, SKM,M.Kes

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi Program Studi Kesehatan


Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pada hari : Senin


Tanggal : 20 Agustus 2019

…………………………………………….. Munaya Fauziah, SKM, M.Kes


Dosen Pembimbing

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Komisi Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Jakarta, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menempuh Ujian Sarjana Strata Satu (S1) Kesehatan Masyarakat.

Pada Hari : Selasa


Tanggal : 20 Agustus 2019

……………………………………….. Munaya Fauziah,SKM, M.Kes


Pembimbing

……………………………………….. Ernyasih, SKM,MKM


Penguji I

……………………………………….. Nazarwin Saputra, S.Kp,M. Epid


Penguji II

iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini Saya menyatakan bahwa :


1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli Saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
3. Skripsi ini merupakan karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu Kesehatan Masyarakat
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Elita Sofina

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:

Nama : Elita Sofina


NPM : 2015710025
ProgramStudi : Kesehatan Masyarakat

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-Exclusive
Royalti Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA LAPANGAN
KONTRUKSI DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GREEN
CLEOSA PT. ABADI PRIMA INTIKARYA TAHUN 2019

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif
ini Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Agustus 2019
Yang menyatakan

Elita Sofina

v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHJAKARTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAMSTUDI KESEHATANMASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATANKERJA
Skripsi, Agustus 2019

Elita Sofina
2015710025

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


TIDAK AMAN PADA PEKERJA LAPANGAN KONSTRUKSI DI
PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GREEN CLEOSAPT. ABADI
PRIMA INTIKARYA
xxi + 81 Halaman + 31 Tabel + 2 Gambar + 4 Bagan + 7 Lampiran

ABSTRAK

Industri kontruksi merupakan sebuah lapangan pekerjaan yang hampir


selalu berada ditempat terbuka, serta memiliki akses yang dapat dilalui oleh orang
yang berbeda, dimana kondisi tersebut dapat berpotensi untuk terjadi kecelakaan
kerja. Perilaku tidak aman seperti bersenda gurau pada saat bekerja, mengangkat
beban berlebih yang tanpa disadari dapat mengakibatkan kecelakan kerja. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
perilaku tidak aman pada pekerja lapangan konstruksi di proyek pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2019 dengan menggunakan
metode cross sectional. Subjek penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 102
responden dan teknik pengambilan data dengan cara Accidental sampling. Data
diambil dengan alat ukur kuesioner dengan cara angket. Analisis data dilakukan
dengan uji univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Berdasarkan hasil analisis univariat sebanyak 49% pekerja yang berperilaku
tidak aman, 59,8% pekerja berumur kurang dari 30 tahun, 43,1% pekerja dengan
pengetahuan kurang baik, 73,5% pekerja persepsi rendah, peraturan kurang baik
77,5%. Ketersediaan APD kurang lengkap 81,4%. Hasil analisis bivariat diperoleh
nilai Pvalue = 0,002 lebih kecil dari alpha 0,05, maka disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman. Dan
variabel peraturan diperoleh nilai Pvalue= 0,001 lebih kecil dari alpha 0,05,
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, peraturan, dan
ketersediaan APD dengan perilaku tidak aman. Dan tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur, masa kerja, persepsi K3,komunikasi K3, dengan perilaku
tidak aman.
Perusahaan harus mengadakan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh pekerja dan menambah
fasilitas alat pelindung diriuntuk pekerja agar bekerja secara aman.

Kata Kunci : Perilaku tidak aman, Konstruksi, Pembangunan Apartemen


Daftar Bacaan : 47 (1970 - 2018)

vi
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF HEALTH COMMUNITY
COMMUNITY HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Under Thesis, August 2019

Elita Sofina
2015710025

FACTORS RELATED TO UNSAFE BEHAVIOR IN CONSTRUCTION


FIELD WORKERS IN THE GREEN CLEOSA APARTMENT
DEVELOPMENT PROJECTPT. ABADI PRIMA INTIKARYA
xxi + 94 pages + 31 tables + 2 pictures + 4 charts + 7 attachments

ABSTRACT

The construction industry is a job that is almost always in the open, and has
access that can be passed by different people, where these conditions can
potentially lead to work accidents. Unsafe behaviors such as bantering at work,
lifting excessive loads that can unknowingly result in work accidents. The purpose
of this study was to determine the factors associated with unsafe behavior in
construction field workers in the construction project of Green Cleosa Apartment
PT. Abadi Prima Intikarya In The Year of 2019.
This research was conducted in June-July 2019 using a cross sectional
method. The subjects of this study used a sample of 102 respondents and data
collection techniques by accidental sampling. Data is taken by measuring
questionnaire by questionnaire. Data analysis was performed with univariate and
bivariate tests with chi square test.
From the results of univariate analysis as many as 49% of workers who
behaved unsafe, 59.8% of workers aged less than 30 years, 43.1% of workers with
poor knowledge, 73.5% of workers with low perception, poor regulation of 77.5
%. The availability of PPE is incomplete 81.4%. The results of the bivariate
analysis obtained a value of Pvalue = 0.002 smaller than alpha 0.05, it concluded
that therewas a significant relationship between knowledge and unsafe behavior.
And the regulatory variable obtained value of Pvalue = 0.001 smaller than alpha
0.05,
There is a significant relationship between knowledge, regulations, and the
availability of PPE with unsafe behavior. And there is no significant relationship
between age, years of service, OHS perception, OHS communication, and unsafe
behavior.
The Company should be conduct socialization regarding regulations on
occupational safety and health to all workers and add personal protective
equipment facilities for workers to work safely.

Keywords : Unsafe behavior, Construction, Apartment Development


Reading List : 47 (1970 -2018)

vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Elita Sofina


Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 10Juni1997
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kademangan RT 003/ 002, Kel.Kademangan,
Kec. Setu, Tangerang Selatan
Email : Elitasofina97@gmail.com
Hp : 0896-4654-3084

Riwayat Pendidikan
1. SDN Kademangan 1 2004 - 2009
2. MTS Serpong 2009 - 2012
3. MAN 1 Tangerang Selatan 2012 - 2015
4. Program Studi Kesehatan Masyarakat FKM UMJ 2015 - 2019

Riwayat Organisasi
1. Tingkat SMP :
a. Pradana Putri Pramuka
b. Bendahara Osis
c. Tingkat SMA :
a. Anggota Pramuka
b. Sekretaris Paskibra
c. Anggota PMR
d. Tingkat Perguruan Tinggi
a. 2015- 2016 Anggota Bidang Tablig Dakwah Kajian Islam IMM FKK UMJ
b. 2017- 2018 Ketua Bidang Riset Pengembangan Keilmuwan dan Hikmah
IMM FKK UMJ
c. 2019- sekarang Sekretaris Umum Koordinator Komisariat IMM Cabang
Cirendeu.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan kehadiratAllah
SWT dengan rahmat dan inayahNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak
Aman pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019 yang
dibimbing oleh Munaya Fauziah.SKM,M.Kes”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Munaya Fauziah, SKM, M.Kes selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini dengan sangat professional, sabar dan bijaksana.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, yang telah menghantarkan umat manusia ke pintu gerbang
pengetahuan Allah yang Maha luas.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis
susun ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dibutuhkan saran dan kritik.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kepada kedua orang tua Ibu dan Ayah, yang selalu memberi dukungan baik
moril atau materil, motivasi dan mendo’akan saya selama ini. Terima kasih
juga kepada kakak-kakak saya Ikrima Hikmawati,S.pd dan Rommario
Annur,SE yang telah mendoakan serta mensupport saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Dr. Andriani, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Ernyasih, SKM, MKM dosen penguji I yang senantiasa memberi waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Nazarwin Saputra, S.Kep, M.Epid dosen penguji II yang senantiasa memberi
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu dan
motivasi kepada penulis untuk selalu haus akan ilmupengetahuan.
6. Sahabat terhebat sedari SMA hingga sekarang Hana Nisrina yang telah

ix
berjuang bersama-sama dalam menjalani fase-fase dibangku kuliah dan tak
pernah bosan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat seperpramukaan Kiki Fathiatul dan Rina Fatma yang tak pernah
bosan dan lelah dalam mengingatkan dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Kesmas Angkatan 2015 yang tak dapat saya sebutkan satu
persatu. Terkhusus kepada sahabat seperjuangan: Mira Febrianti, Hardian
Indah, Farin Zulfa, Nadhirul Mundhiro, Lilis Ulan, Rizkia Putri yang telah
membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
9. Keluarga besar IMM FKM dan Koorkom IMM UMJ yang telah memberikan
pengalaman dalam berorganisasi.
10. Secara pribadi penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang selama ini terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
selama pembuatan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu di
butuhkannya kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.

Jakarta, 20 Agustus2019

Elita Sofina

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI ...........................................i


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .........................v
ABSTRAK .........................................................................................................vi
ABSTRACT .......................................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS .........................................................................viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xviii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................xix
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xx
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xxi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................8
1. Definisi Kesehatan dan Keselamatan (K3) ......................................8
2. Definisi Kecelakaan Kerja ...............................................................8
3. Penyebab Kecelakaan.......................................................................10
4. Teori Penyebab Kecelakaan .............................................................11
a. Teori Hainrich‟s Domino Theory................................................11
b. Teori International Loss Control Institute (ILCI) .......................12

xi
5. Perilaku .............................................................................................15
a. Definisi Perilaku........................................................................15
b. Bentuk Perilaku .........................................................................15
c. Faktor Penentu Perilaku ............................................................16
6. Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman) ............................................16
a. Pengertian Tindakan Tidak Aman ............................................16
b. Jenis Tindakan Tidak Aman......................................................17
c. Penyebab Tindakan Tidak Aman ..............................................17
7. Teori Perubahan Perilaku Tidak Aman .............................................18
a. Teori Accident Proneness .........................................................18
b. Teori Ramussen .........................................................................19
c. Teori Galler ...............................................................................20
d. Teori Lawrance Green ..............................................................21
8. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku ....................................................22
a. Umur .........................................................................................22
b. Masa Kerja ................................................................................23
c. Pengetahuan ..............................................................................23
d. Persepsi .....................................................................................25
e. Peraturan ...................................................................................26
f. Komunikasi K3 .........................................................................28
g. Pemenuhan (Ketersediaan APD)...............................................30
B. Kerangka Teori ........................................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep ....................................................................................33
B. Definisi Operasional Variabel .................................................................34
C. Hipotesis ..................................................................................................38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian .....................................................................39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................39
C. Populasi dan Sampel ...............................................................................39

xii
D. Pengukuran data Variabel .......................................................................41
E. Uji Coba Penelitian .................................................................................45
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................50
G. Teknik Pengolahan Data .........................................................................50
H. Analisis Data ...........................................................................................51
I. Etika Penelitian .......................................................................................53

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum PT. Abadi Prima Intikarya .........................................55
B. Hasil Penelitian .......................................................................................59
1. Analisis Univariat ...............................................................................59
a. Gambaran Perilaku Tidak Aman .................................................59
b. Gambaran Umur Responden .......................................................60
c. Gambaran Masa Kerja Responden ..............................................61
d. Gambaran Pengetahuan Responden ............................................62
e. Gambaran Persepsi K3 Responden .............................................62
f. Gambaran Komunikasi K3 Responden .......................................63
g. Gambaran Peraturan Kerja ..........................................................63
h. Gambaran Ketersediaan APD ......................................................64
2. Analisis Uji Bivariat ...........................................................................64
a. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Tidak Aman ...............65
b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku Tidak Aman ......65
c. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Tidak Aman ....66
d. Hubungan antara Persepsi dengan Perilaku Tidak Aman ...........67
e. Hubungan antara Komunikasi dengan Perilaku Tidak Aman .....67
f. Hubungan antara Peraturan dengan Perilaku Tidak Aman .........68
g. Hubungan antara Ketersediaan APD dengan Perilaku Tidak
Aman ...........................................................................................69
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................69
D. Pembahasan ...............................................................................................70
1. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Tidak Aman ......................70
2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku Tidak Aman .............71

xiii
3. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Tidak Aman ...........72
4. Hubungan antara Persepsi dengan Perilaku Tidak Aman ..................73
5. Hubungan antara Komunikasi dengan Perilaku Tidak Aman ............74
6. Hubungan antara Peraturan dengan Perilaku Tidak Aman ................76
7. Hubungan antara Ketersediaan APD dengan Perilaku Tidak
Aman ..................................................................................................77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................................79
B. Saran........................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................34


Tabel 4.1 Perhitungan Populasi Sampel Peneliti Terdahulu ............................40
Tabel 4.2 Distribusi Pertanyaan Uji Validitas Perilaku Tidak Aman ..............45
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Tidak Aman .....................................46
Tabel 4.4 Distribusi Pertanyaan Uji Validitas Pengetahuan ............................46
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ...................................................47
Tabel 4.6 Distribusi Pertanyaan Uji Validitas Persepsi ...................................47
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi ..........................................................48
Tabel 4.8 Distribusi Pertanyaan Uji Validitas Peraturan .................................48
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Peraturan ........................................................48
Tabel 4.10 Distribusi Pertanyaan Uji Validitas Komunikasi .............................49
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Komunikasi....................................................49
Tabel 4.12 Distribusi Pertanyaan Uji Validitas Ketersediaan APD ...................49
Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas ketersediaan APD ..........................................50
Tabel 4.14 Distribusi Hasil Uji Normalitas.........................................................53
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Tidak Aman Pada
Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019...................59
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Dua Kategori) Pada Pekerja
Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 .............................60
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Pekerja Lapangan
Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 ................................................60
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja (Dua Kategori) Pada
Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019...................61
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa KerjaPada Pekerja Lapangan
Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 ................................................61

xv
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pada Pekerja
Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 .............................62
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi K3 Pada Pekerja
Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 .............................62
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi K3 Pada Pekerja
Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 .............................63
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Peraturan Pada Pekerja
Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019 .............................63
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan APD Pada
Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa PT. Abadi Prima Inktikarya Tahun 2019...................64
Tabel 5.11 Hubungan Umur Responden dengan Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa Tahun 2019 .............................................65
Tabel 5.12 Hubungan Masa Kerja Responden dengan Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa Tahun 2019 .............................................65
Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa Tahun 2019 .............................................66
Tabel 5.14 Hubungan Persepsi Responden dengan Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa Tahun 2019 ................................................................67
Tabel 5.15 Hubungan Komunikasi Responden dengan Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa Tahun 2019 .............................................67
Tabel 5.16 Hubungan Peraturan Responden dengan Perilaku Tidak Aman
pada Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan

xvi
Apartemen Green Cleosa Tahun 2019 .............................................68
Tabel 5.17 Hubungan Ketersediaan APD Responden dengan Perilaku
Tidak Aman pada Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa Tahun 2019......................69

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Heinrich’s Domino Theory ............................................................11


Gambar 2.2 ILCI Loss Causation Model ...........................................................13

xviii
DAFTAR BAGAN

Bagan2.1 Teori Geller E Scott..........................................................................20


Bagan 2.2 Interaksi Komunikasi .......................................................................29
Bagan 2.3 Kerangka Teori .................................................................................31
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................33

xix
DAFTAR SINGAKATAN

APD : Alat Pelindung Diri


K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ILO : Internasional Labour Organization
U.S BLS : United State Bureaun of Labour
ILCI : Internasional Loss Control Institute
SMA : Sekolah Menengah Atas
B2TKS : Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur
ISO : International Organization For Standardization

xx
DAFTAR LAMPIRAN

I. Manuskrip “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Prilaku Tidak Aman


pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa Tahun 2019”
II. Kuisioner Penelitian Skripsi “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Prilaku Tidak Aman pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa Tahun 2019”
III. Pedoman Pengolahan Data Penelitian
IV. Surat Izin Penelitian Skripsi Nomor: 73/F.10-UMJ/VII/2019
V. Surat Keputusan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta Tentang Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi
Nomor: 111 Tahun2019
VI. Surat Kaji Etik
VII. Dokumentasi Penelitian

xxi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pekerjaan kontruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat
menjadisumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja
dalam bidang kontruksi (Taufik dkk, 2009). Menurut Siaoman dan Hendy
(2007), kontruksi mempunyai karakeristik yang beragam dan kompleks serta
dapat mempertinggi angka risiko dan bahaya kecelakaan kerja. Dari
pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa industru kontruksi merupakan
salah satu sektor di bidang industri yang memiliki kompleksitas kerja dengan
risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi.
Dampak negatif yang dapat di timbulkan dari proses pembangunan
yaitu munculnya angka kecelakaan akibat kerja. Menurut Pratiwi (2012), hal
ini di karenakan pekerjaan jasa kontruksi hampir selalu berada di tempat
terbuka, serta memiliki akses yang dapat di lalui oleh orang yang berbeda,
dimana kondisi tersebut dapat berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja.
Industri kontruksi merupakan sebuah lapangan pekerjaan yang memiliki
potensi bahaya serta risiko kecelakaan kerja, yang mana kecelakaan kerja ini
juga dapat menimbulkan kerugian baik dari segi ekonomi maupun fisik
terhadap pekerja dan juga kontraktor (Ferdy dan Yudi, 2008).
Menurut H.W Heinrich dalam bukunya The Accident Prevention,
terungkap bahwa 88% penyebab suatu kecelakaan adalah faktor manusia,
yaitu tindakan tidak aman (unsafe act), sedangkan 10% lainnya di sebabkan
oleh kondisi tidak aman (unsafe condition) dan sisanya adalah faktor lain
yang tidak bisa dapat di perhitungkan (act of GOD)(Heinrich, 1980). Hasil
penelitian dari Dupont memperkuat hal tersebut, bahwa tindakan tidak aman
memberikan kontribusi hampir pada semua kecelakaan. Dari penelitian ini
ditemukan bahwa 90% kecelakaan yang menyebabkan hilangnya waktu kerja
disebabkan oleh tindakan tidak aman dan hanya 4%kecelakaan yang di
sebabkan oleh penyebab lainnya. Hal ini menunjukan bahwa faktor perilaku
sangat menentukan manusia untuk melakukan tindakan aman (safe

1
2

act)ataupun tindakan tidak aman (unsafe act) dalam pekerjaannya (Dupont,


2005). Frank E Bird mengemukakan bahwa faktor manusia merupakan salah
satu penyebab utama kecelakaan setelah manjemen. Faktor manusia terdiri
dari pengertahuan, motivasi, dan ketrampilan yang kurang, dan kelelahan
fisik (Bird & Germain, 1986). Secara spesifik Galler(2001) dalam bukunya
The Psychology of Safety Handbook membahas mengenai perilaku
keselamatan kerja, yaitu terdapat tiga faktor domain yang saling
berhubungan. Ketiga faktor tersebut adalah individu, perilaku, dan
lingkungan. Adapun faktor individu meliputi pengetahuan, ketrampilan,alat-
alat, mesin, perlengkapan, suhu, prosedur dan standar.
Berdasarkan hasil perhitungan dari U.S BLS (United State Bureau of
Labour Statistics) yang di laporkan menyebutkan bahwa kecelakaan kerja
fatal di kontruksi tahun 2011 yaitu sebanyak 4.383 kasus, naik sebesar 5%
menjadi 4.628 kasus di tahun 2012. Kecelakaan kerja tersebut diantaranya
adalah cidera fatal pada pekerja penuh kontraktor yang menyebabkan 715
kematian (15,45%) dan pekerja kontrak menyumbang sebanyak 15%.
Sedangkan di tahun 2013 kecelakaan kerja mengalami sebuah penurunan
menjadi 4.585 kasus dan kemudian mengalami peningkatan kembali di tahun
2014 sebanyak 4.679 kasus (BLS,2015).Menurut (ILO)International Labor
Organization(2017) melaporkan bahwa setiap hari tenaga kerja meninggal
dunia kibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait pekerjaan lebih dari 2,78
juta kematian per tahun, ada sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat
kecelakaan kerja non fatal setiap tahun. Sedangkan berdasarkan data statistik
tahun 2017 kecelakaan kerja di inggris menempatkan posisi pertama yaitu
pada sektor kontruksi dengan persentase 30% di bandingkan dengan
kecelakaan pada sektor lain seperti pertanian 27%, limbah 14%, manufaktur
19% (Health and Safety Exsecutiv,2017).Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Thailand pada tahun 2017 pada sektor konstruksi terdapat
jumlah kecelakaan kerja yaitu di bidang industri konstruksi sebanyak 1.252
kasus kecelakaan konstruksi dari 31 perusahaan dari tahun 2006 sampai 2014.
Sebagian besar kecelakaan kerja di konstruksi disebabkan oleh faktor
3

manusia yaitu perilaku tidak aman dengan persentase 88,97%


(Vongpisal,2017).
Menurut laporan Dirjen Binawasker dan K3 pada tahun 2017 Indonesia
mengalami jumlah kecelakaan kerja yaitu sebanyak 11.028 kasus dan
penyakit akibat kerja sebanyak 118 kasus (Dirjen Binawasker dan K3, 2017).
Sedangkan berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan (2018) menyebutkan
bahwa terdapat 101.367 kecelakaan kerja dengan korban meninggal dunia
sebanyak 2.382. Dalam sambutan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia pada upacara hari Keselamatan dan Kesehatan Nasional di
sebutkan bahwa pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia 2.375 orang,
sedangkan pada tahun 2017 sampai bulan Agustus 2018 telah terjadi 80.392
kasus kecelakaan (Menaker, 2016).Angka kecelakaan kerja di Indonesia
termasuk yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara.
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan.
Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition),
sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (human factor)
(Reason,1997).
Sebagaimana firman Allah SWT
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu (QS. Al An‟am: 17)”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa jika seseorang melakukan tindakan
tidak aman dapat menyebabkan kemiskinan dan penyakit, maka tidak ada
yang dapat mencegah selain dirinya sendiri. Dan jika seseorang melakukan
suatu pekerjaan dengan aman maka seseorang itu akan mendapatkan
kesehatan fisik serta hidup yang berkecukupan.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Pratama (2015) mengenai
hubungan personal factors dengan unsafe actions, di temukan bahwa
sebagian besar tenaga kerja melakukan tindakan tidak aman dengan
persentase sebesar 88,9% dan terdapat hubungan antara hubungan antara
4

personal factors dengan unsafe actions. Personal factors antara lain kurang
pengetahuan, kurang keterampilan, motivasi kurang baik, masalah fisik, dan
mental (Suardi,2007). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Yanti,2011), 98% dari 69 pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja,
diantaranya terjatuh, terjepit dan terkena benda tajam. Perilaku manusia
menjadi faktor terjadinya kecelakaan kerja dengan 55,1% berpengaruh rendah
46,4% memiliki sikap negatif dan 68% memiliki perilaku tidak baik.
Perilaku keselamatan dalam bekerja berhubungan langsung dengan
perilaku karyawan demi mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Adapun
penelitian menurut Hajrah (2017) terdapat pengaruh motivasi kerja aman
terhadap perilaku aman pada pekerja di PT. Maruki Internasional Indonesia.
Dalam penellitian ini didapatkan hasil bahwa semakin rendah motivasi
responden maka akan semakin tinggi untuk berperilaku tidak aman.
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal
29 April Tahun 2019 pada pekerja lapangan pembangunan Apartemen Green
Cleosaditemukan pekerja pada ketinggian di atas 2 meter yang sedang
memasang bekisting untuk persiapan pengeceron tidak menggunakan full
body harness melainkan hanya berpegangan dengan besi kolom. Pada proses
perakitan besi kolom dan laintai terdapat pekerja yang tidak menggunakan
sarung tangan, dan pada pekerja yang sedang melakukan pengelesan besi
untuk sabuk tower crane pekerja tidak menggunakan kacamata las ataupun
helm safety. Dapat dilihat dari observasi awal masih banyak pekerja yang
melakukan perilaku tidak aman sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-
faktor yang menyebabkan pekerja melakukan perilaku tidak aman dengan
mengenali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku tidak aman pada pekerja lapangan kontruksi di proyek pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019”.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah masih terdapat banyaknya pekerja yang
melakukan perilaku tidak aman. Perilaku-perilaku tidak aman pada pekerja
apabila di biarkan terus-menerus akan menjadi kebiasaan bagi pekerja dan
berdampak kecelakaan kerja bahkan kematian. Oleh karena itu dianggap
penting untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak
aman (unsafe act) pada pekerja lapangan kontruksi di proyek pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak
aman pada pekerja lapangan kontruksi di proyek pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran perilaku tidak aman pada pekerja lapangan
kontruksi di proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.
2. Diketahuinya gambaran dan hubungan umur, masa kerja,
pengetahuan, persepsi, peraturan, komunikasi K3, dan ketersediaan
APD dengan perilaku tidak aman pada pekerja lapangan kontruksi di
proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya mengenai perilaku tidak aman serta dapat
menjadi pertimbangan sebagai bahan masukan dalam pengembangan dan
penerapan informasi dan edukasi mengenai perilaku tidak aman.
6

2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan yang nyata dari berbagai ilmu yang telah
didapat di bangku perkuliahan serta memberikan pengalaman yang
sangat berguna sekaligus mengembangkan wawasan, pengetahuan,
pemahaman serta keterampilan di bidang kesehatan masyarakat
khususnya dalam melakukan analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja lapangan
kontruksi di proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.

b. Bagi Peneliti Lain


Hasil penelitian ini dapat digunakansebagai salah satu bahan
referensi untuk keperluan penelitian yang lebih dalam mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada
pekerja lapangan kontruksi di proyek pembangunan Apartemen
Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.
c. Bagi FKM UMJ
Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadikan
tambahan penelitian tentang pengembangan keilmuan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja khususnya mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku tidak aman pada pekerja lapangan
kontruksi di proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.
d. Bagi PT. Abadi Prima Intikarya
Dapat menjadi bahan masukan mengenai perilaku tidak aman
yang masih sering diabaikan oleh pekerja, faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan perilaku tidak aman dan evaluasi perilaku tidak
aman pada pekerja sebagai solusi untuk mengurangi angka
kecelakaan kerja, serta menambah bahan kepustakaan PT. Abadi
Prima Intikarya.
7

3. Manfaat Metodologis
Mampu mempraktekkan metode penelitian yang telah di pelajari
untuk di gunakan dalam penelitian dengan desain cross sectional pada
pekerja lapangan kontruksi di proyek pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini berjudul tantang faktor-faktor yang berhubungan
perilaku tidak aman pada pekerja lapanagan kontruksi di proyek
pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun
2019. Penelitian ini akan di lakukan dari bulan Juni sampai Juli2019.
Responden dalam penelitian ini yaitu berjumlah 102 responden. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi pontong
lintang (cross sectional). Dilakukan pengambilan data primer dan data
sekunder, pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu dengan
wawancara menggunakan kuesioner dan observasi. Selain itu juga di gunakan
data sekunder yaitu data mengenai gambaran perusahaan dan bagian yang
akan diteliti mengenai profil, serta data terkait yang relevan dengan
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari variabel
independen (umur, masa kerja, pengetahuan, persepsi K3, komunikasi K3,
peraturan, dan ketersediaan APD) yang berhubungan dengan perilaku tidak
aman pada pekerja. Analisis data univariat dan bivariat dengan uji Chi square
dengan α 0,05.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan Keselamatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3
menurut keilmuan adalah ilmu dan penerapannya yang secara teknis dan
teknologi untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya suatu
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang
dilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut (Widayana dan
Wiratmaja, 2014) K3 dapat difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, dengan adanya kesehatan dan keselamatan kerja ini maka
hasil karya dan
Budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya perlindungan yang
ditujukan kepada tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau
perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap
produksi digunakan secara aman dan efisien (Kalalo, 2016).
DalamUU RI No. 1 Tahun 1970 dinyatakan bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan dan perlu diadakan segala upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja. Berbagai upaya di lakukan oleh
perusahaan sebagai tempat bekerja untuk melindungi pekerjanya dari
bahaya kecelakaan kerja. Upaya-upaya itu di antara lain pengendalian
rekayasa (Engineering control), pengendalian administratif, dan
pengendalian perilaku.

2. Definisi Kecelakaan Kerja


Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan dan
tidak terkendali dimana tindakan atau reaksi suatu objek, zat, orang, atau

8
9

radiasi mengakibatkan cidera pribadi atau kemungkinannya (Heinrich,


1980). Menurut UU No.1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia atau harta benda.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu,
peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup
kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karea peristiwa
kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat (Suma’mur, 1993).
Menurut Benneth Silalahi (1995) terdapat empat faktor yang
bergerak dalam suatu kesatuan berantai yaitu lingkungan, bahaya,
peralatan, dan manusia. Kecelakaan akibat kerja adalah kecalakaan yang
berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disi
dapat diartikan bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau
pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua
permasalahan penting yaitu:
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang di lakukan.
Terkadang kecelakaan akibat kerja diperluas dengan ruang
lingkupnya, sehingga meliputi kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang
terjadi pada saat perjalanan atau transport ke tempat kerja ataupun dari
tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan dirumah atau rekreasi atau cuti, dan
lain-lain di luar makna kecelakaan akibar kerja, sekalipun pencegahannya
sering dimasukkan program keselamatan perusahaan (Anizar,2009).
Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum
hanya saja dapat menimpa tenaga kerja diluar pekerjaannya. Terdapat
tiga kelompok kecelakaan:
a. Kecelakaan akbat kerja di perusahaan.
b. Kecelakaan lalu lintas.
10

c. Kecelakaan dirumah.

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan


yang dapat menimbulkan kecelakaan, bahaya tersebut disebut potensial,
jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan, jika
kecelakaan itu telah terjadi maka bahaya tersebut dinyatakan sebagai
bahaya nyata (Anizar, 2009).
3. Penyebab Kecelakaan
Secara umum penyebab kecelakaan dibagi menjadi dua yaitu
unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).
Menurut penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe
action (Anizar,2009).
a. Unsafe action
1) Kurang pendidikan, kurang pengalaman, salah pengertian
terhadap suatu perintah, kurang terampil.
2) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan.
3) Pemakaian APD hanya berpura-pura.
4) Mengangkat beban yang berlebihan.
b. Unsafe condition
1) Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja yaitu posisi tubuh yang
mudah lelah, cacat fisik, cacat sementara, kepekaan panca indera
terhadap sesuatu.
2) Peralatan yang sudah tidak layak pakai.
3) Ada api di tempat bahaya.
4) Pengamanan gedung yang kurang standar.
5) Bekerja melebihi jam kerja.
6) Terpapar bising.
7) Terpapar radiasi.
8) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan.
9) Kondisi suhu yang membahayakan.
10) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan.
11) Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.
11

4. Teori Penyebab Kecelakaan


a. Teori Hainrich’s Domino Theory
Teori ini diperkenalkan oleh W.H Heinrich, 1931. Menurut
Heinrich, 88% penyebab kecelakaan adalah unsafe act (tindakan tidak
aman), 10% disebabkan oleh unsafe conditions (kondisi tidak aman),
dan 2% adalah anavoidable (hal yang tidak dapat di hindari). Jadi,
menurutnya Accident lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan,
kesalahan yang dilakukan oleh manusia (Hainrich, 1980). Dilihat dari
Gambar 2.1

Gambar 2.1
Heirich’s Theory,1980:22
Sumber Gambar: www.hrdp-idrm

Teori domino disebutkan oleh W.H Hainrich terdiri dari 5


elemen, yaitu:
1) Ancestry and social environment: karakter negatif dari seseorang
untuk berperilaku tidak aman, seperti cerobah. Selain itu,
pengaruh lingkungan sosial juga dapat menyebabkan seseorang
membuat kesalahan.
2) Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan
pada seseorang merupakan alasan untuk melakukan tindakan
tidak aman.
12

3) Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak


aman seseorang seperti berdiri di ketinggian, menyalakan mesin
tanpa prosedur yang benar, bahaya mekanik dan fisik.
4) Accident : kejadian, seperti jatuh, terkena benda yang
menghasilkan penyebab kecelakaan.
5) Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakaan.
Kunci dari pencegahan kecelakaan menurut teori Domino adalah
dengan menghilangkan faktor utama penyebab kecelakaan yaitu
unsafe act (tindakan tidak aman) (Heinrich,1980).

b. Teori International Loss Control Institute (ILCI) Loss Causation


Model
Teori domino didukung oleh Bird dan Germain (1972) dengan
mengemukakan mengenai kecelakaan yaitu disebabkan adanya
kekurangan pada sistem pengendalian manajemen. Kemudian The
International Loss Control Institute mengembangkan teori tersebut
yang disebut ILCI Loss Causation Model (Hainrich, 1980).
Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan
penggunaanya untuk memahami bagaimana menemukan faktor yang
penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan
kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1972)
menejelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh
serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam
Loss Causation Model, seperti teori domino, model ILCI didasari dari
kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, seperti pada bagan
berikut: Gambar 2.2
13

Gambar 2.2
(ILCI Loss Causation Model Bird Frank E. Jr, Management
Guide to Loss Control, Institute Press, Atlanta)
Sumber Gambar: www.hrdp-idrm

Pada gambar diatas, kecelakaan terjadi karena dalam suatu


proses yang berantai yang terdiri dari:
1) Basic Causes (Penyebab Dasar)
Menurut (Bird dan Germain, 1972) Basic Causes
merupakan penyebab-penyebab nyata terjadinya sebuah
kecelakaan, alasan-alasan tindakan tidak aman dan kondisi tidak
aman yang terjadi. Basic causes membantu menjelaskan mengapa
orang melakukan tindakan tidak aman. Basic causes dibagi
menjadi dua yaitu faktor personal dan faktor pekerjaan. Faktor
personal terdiri dari ketidakmampuan mental/psikologis,
pengetahuan, ketrampilan, stress dan motivasi. Sedangkan faktor
pekerjaan terdiri dari kepemimpinan, peralatan dan standar
pekerjaan yang tidak berjalan dengan baik (Hainrich, 1980).
2) Immediate Causes (Penyebab Langsung)
Faktor-faktor dalam urutan kecelakaan yang secara
langsung paling penting untuk diperhatikan. Immediate Causes
merupakan suatu kejadian kecelakaan yang secra cepat dapat
memicu terjadinya kecelakaan bila kontak langsung dengan
bahaya. Immediate Causes meliputi faktor sub-standard dan
faktor kondisi. Faktor substandarddiantaranya tindakan tidak
aman sepertian pengoperasian alat berat tanpa ijin, faktor kondisi
seperti kebisingan, getara, suhu dan lain-lain. Tindakan dan
14

kondisi tidak aman hanya sebagai immediate causes atau gejala-


gejala, apabila hanya gejala tersebut yang dihilangkan maka
kecelakaan akan dapat terjadi lagi, sehingga dibutuhkan
pengendalian yang efekif, dan untuk menyelesaikan masalah
performa pengendalian kerugian kita harus mendapatkan akar
permasalahannya (Hainrich, 1980).
3) Incident (Kejadian)
Menurut Bird dan Germain (1972) insiden atau kontak
adalah kejadian yang terjadi sebelum kerugian, hal tersebut
disebabkan karena insiden atau kontak yang terjadi dapat
menimbulkan bahaya dan kerusakan (Hainrich,1980).
4) Loss (Kerugian)
Menurut Bird dan Germain (1972) dari suatu kejadian
kecelakaan adalah kerugian (Loss) yang dapat berbahaya bagi
manusia, properti, atau harta benda dan dapat menimbulkan
gangguan pelaksanaan pekerjaan dan kurangnya keuntungan yang
di dapat (Hainrich,1980).
5) Lack of Control
Bird dan Germain (1972) mengemukakan bahwa control
(pengendalian) adalah satu dari empat fungsi manajemen:
perencanaan, organisir, mengarahkan dan pengendalian. Hal ini
berhubungan dengan fungsi dari manajer apapun bidangnya. Ada
tiga alasan yang dapat menyebabkan kurangnya pengendalian,
yaitu:
a) Program yang tidak cukup.
b) Standar program yang tidak cukup.
c) Pemenuhan standar tidak tercukupi.
15

5. Perilaku
a. Definisi Perilaku
Menurut Sunaryo (2004) perilaku manusia merupakan suatu
aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon, serta dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Dari segi biologis dipandang sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan, bapat yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri yang meliputi aktivitas eksternal seperti berjalan, berbicara,
berpakaian, dan lain sebagainya, serta aktivitas internal seperti
berfikir, persepsi, emosi termasuk ke dalam perilaku manusia.
(Notoatmodjo, 2007).

b. Bentuk Perilaku
Jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus yang
dikemukakan oleh Skinners dalam Notoatmodjo (2010), maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Perilaku tertutup/ terselubung (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Respon dan reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada respon orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati dengan jelas
oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)
Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam suatu bentuk tindakan atau praktek yang dapat
mudah diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).
16

c. Faktor Penentu Perilaku


Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (mahluk hidup), namun
dalam memberi respon sangat berhubungan dengan karakterisktik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon
setiap masing-masing orang berbeda disebut dengan determinan
perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering disebut dengan faktor yang dominan
menggambarkan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

6. Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman)


a. Pengertian Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)
Unsafe action adalah suatu tindakan berbahaya dari tenaga kerja
yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai penyebab (Tarwaka,
2012). Unsafe action atau tindakan tidak aman adalah perilaku yang
dilakukan oleh pekerja yang menyimpang dari prinsip-prinsip
keselamatan atau tidak seusai dengan peraturan kerja yang berisiko
untuk timbulnya masalah (Grace, 2011).
Menurut H.W. Heinrich dalam terjadinya kecelakaan
kerjadipengaruhi oleh 2 (dua) penyebab langsung yaitu perilakuatau
tindakan tidak aman dan (kondisi tidak aman). Tindakan atau perilaku
tidak aman adalah suatu tindakan yang tidak memenuhi faktor
keselamatan sehingga berisiko menyebabkan kecelakaan kerja
(Ramli,2010). Perilaku memiliki dan mempengaruhi keadaan
17

lingkungan atau stimulus yang mendahului dan mengikuti suatu


perilaku (Geller,2001).

b. Jenis Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)


Jenis-jenis tindakan tidak aman (unsafe action) yang dapat
menyebabkan kerugian/kecelakaan, antara lain:
1) Gagal memperingatkan, kecepatan tidak layak atau berbahaya,
memakai alat tidak layak pakai, tidak mengunakan APD dengan
semestinya, gagal mengikuti peraturan, mengoperasikan mesin
yang tidak sesuai dengan keahliannya (Pratiwi, 2009).
2) Operasi tanpa otorisasi, membuat alat pengaman tidak berfungsi,
menghilangkan alat pengaman, servis alat yang sedang
beroperasi, beban kerja yang berlebihan (Anizar, 2009).
3) Penempatan tidak tepat, pengangkatan yang tidak sesuai prosedur,
posisi tidak aman, bergurau, main-main, meminum alkohol dan
obat-obatan terlarang, mengangkat beban yang berlebihan
(Pratiwi, 2012).

c. Penyebab Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action)


Klasifikasi kesalahan manusia, anatara lain:
1) Kesalahan dikarenakan lupa
Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi
sebenarnya orang tersebut mengethaui, mampu, dan berniat
mengerjakan suatu hal secara benar serta aman dan sudah terbiasa
dalam melakukan hal tersebut (Helliyanti, 2009).
2) Kesalahan yang dikarenakan karena ketidaktahuan
Kesalahan yang terjadi dikarenakan tidak mengetahui cara
mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi suatu
perhitungan yang salah dalam melakukan pekerjaan yang
membutuhkan perhitungan. Kesalahan ini biasanya disebabkan
karena kurangnya pelatihan, kesalahan intruksi, informasi yang
berubah tidak diberitahukan (Anwar, 2010).
18

3) Kesalahan dikarenakan tidak mampu


Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak
mampu melakukan pekerjaan. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit,
beban fisik dan mental yang terlalu berat dari pekerjaannya, tugas
yang terlalu banyak (Anwar, 2010).
4) Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi
Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi
dikarenakan, antara lain; terburu-buru karena ingin pekerjaannya
cepat selesai, melalui jalan pintas, ingin merasa nyaman, malas
untuk memakai APD, menarik perhatian dengan mengambil
resiko yang berlebihan (Helliyanti, 2009).
5) Kesalahan dikarenakan aturan
Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan
pekerjaan yang seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang
tidak sesuai dengan standar dan prosedur yang telah diterapkan,
misalnya pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur/peraturan kerja yang telah dibuat (Azwar, 2010).

7. Teori Perubahan Perilaku Tidak Aman


a. Teori Accident Proneness
Istilah „accident proneness‟ yang saat ini jarang dipergunakan
lagi karena mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama ini
menunjukkan adanya suatu kualitas kepribadian tertentu yang dimiliki
individu sehingga seringkali dikaitkan dengan suatu bentuk atau jenis
kepribadian tertentu yang cenderunng celaka dan ternyata dalam
perkembangan konsep ini sulit dibuktikan.Pengertian kedua yaitu
yang didasari pemikiran statistik menunjukan adanya kecendrungan
pada individu-individu tertentu untuk mengulangi perilaku tidak aman
atau kecelakaan yang tidak dipengaruhi pada faktor kebetulan
(Cooper,2001).
Banyak penelitian yang mencoba menjelaskan faktor-
faktorpribadi apa saja yang dapat menyebabkan sesorang memiliki
19

kecenderungan untuk mengulangi perilaku tidak aman dan kecelakaan


(Suizer,1999). Penelitian tersebut dilakukan atas dasar
pemikiranseperti:
1) Setiap perilaku kerja yang aman atau tidak aman didalam situasi
kerja yang berbeda-beda akan dipengaruhi oleh kombinasi
keempat tahapan (pengamatan, pengenalan, pengambilan
keputusan, dan kemampuan untuk menghindari kecelakaan).
2) Perbedaan situasi pekerjaan menyebabkan perbedaan pentingnya
bentuk perilaku yang erat kaitannya dengan keempat tahapan
yang ada.
Adapun faktor-faktor pribadi yang erat hubungannya
dengan perilaku tidak aman dan kecelakaan adalah (Suizer, 1999):
a) Visi
b) Style (Gaya)
c) Hubungan motorik-Persepsi
d) Attitude (Sikap)
e) Umur

b. Teori Ramussen
Menurut Ramussen dalam buku James Reason “Human Error”,
ada tiga jenjang kategori kesalahan yang dapat terjadi pada manusia
(Reason, 1997).
1) Kesalahan karena kemampuan (skill-based error) adalah suatu
kesalahan manusia yang disebabkan oleh karena ketidakmampuan
sesorang secara fisik atau tidak memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk menjalankan suatu tugas tertentu. Sesorang bisa
saja tahu apa yang seharusnya yangdilakukan tetapi ia tidak
mempunyai kemampuan untukmelakukannya.
2) Kesalahan karena peraturan (rule-based error) adalah suatu
kesalahan yang di perbuat oleh manusia karena tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dilakukan atau melakukan suatu
20

aktivitas yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya


dilakukan.
3) Kesalahan karena pengetahuan (knowledge-based error) adalah
kesalahan manusia yang disebabkan karena tidak dimilikinya
pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami situasi dan
membuat keputusan untuk bertindak atau melakukan suatu
aktivitas. Menurut Ramussen klasifikasi yang diutarakannya
hanya menggambarkan apa yang salah dan kapan salahnya, tetapi
tidak menjelaskan apa penyebab kesalahannya.
c. Teori Geller
Menurut Geller dalam bukunya “The Psychology of Safety
Handbook” perubahan perilaku seseorang dapat dilakukan dengan dua
cara, secara internal yaitu dengan berusaha mengubah cara berpikir
sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku, atau secara eksternal
yaitu dengan berusaha mengubah perilaku sehingga diharapkan dapat
terjadi perubahan cara berpikir.
Proses pendekatan perilaku ini dapat secara jelas digambarkan
berikut ini: pada Bagan 2.1

MANUSIA

Internal Eksternal
Ciri-Ciri: Perilaku:
 Sikap  Pelatihan
 Kepercayaan  Pengenalan
 Perasaan  Pemenuhan
 Pemikiran  Pengkomunikasian
 Kepribadian  Perhatianaktif
 Pengakuan
 Persepsi
 Pengawasan
 Nilai-Nilai

Bagan 2.1
Geller, E. Scott, 2001
21

Pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan perilaku


dan pendekatan individu, dimana tindakan aman seorang pekerja
sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternalnya.
Sebagai contoh seorang pekerja baru yang mempunyai nilai-nilai yang
baik dan memiliki perilaku kerja yang aman ketika masuk dalam
lingkungan kerja barunya, dimana di lingkungan tersebut didapatinya
banyak rekan- rekanya berperiaku tidak aman maka kemungkinan
besar dia akan berperilaku sama dengan tujuan agar diterima oleh
lingkungannya (Geller,2001).

d. Teori Lawrance Green


Perilaku adalah suatu kegiata atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua mahkluk hidup itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia
pada hakikatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan
oleh manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangatlah
luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca dan lain sebagainya. Dari uraian ini dapat
di simpulkan bahwa yang di maksud dengan perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat di amati maupun
tidak bisa dapat di amanti oleh pihak luar (Notoadmojo, 2014).
Menurut Lawrence Gree Theory tahun 1980 dalam Notoadmojo
(2007). Faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a) Faktor Predisposisi (Presdisposing Factors), yaitu faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, masa kerja, keyakinan, motivasi,
kepercayaan, nilai dan tradisi.
b) Faktor Pemungkin (Enabling Factors), yaitu faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku antaralain sarana dan
prasarana atau fasilitas terjadinya kesehatan.
22

c) Faktor Penguat (Rainforcing Factors), yaitu faktor yang


mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku antara lain
peraturan, undang-undang, pengawasan.

8. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku


a. Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun.
Umur adalah usia dari setiap individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan. Umur merupakan salah satu variabel yang penting dalam
menilai individu (Chandra, 2008). Faktor umur mempunyai hubungan
langsung dengan logika berpikir dan pengetahuan seseorang, semakin
matang usia seseorang, biasanya cenderung semakin bertambah
pengetahuan dan tingkat kecerdasan ataupun tingkat pemahamannya.
Umur bila dikaitakan dengan kedewasaan psikologis seseorang
walaupun belum pasti bertambahnya usia akan bertambah pula
kedewasaannya. Namun pada dasarnya dengan bertambahnya usia
akan semakin rasional, semakin mampu mengendalikan emosi dan
semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang
membahayakan (Simanjuntak,1985), umur secara alamiah mempunyai
pengaruh terhadap kondisi fisik seseorang , ada saat usia tertentu
dimana seseorang dapat berprestasi secara maksimal tetapi ada saat
dimana terjadinya sebuah penurunan prestasi. Tingkat prestasi kerja
mulai meningkat bersamaan dengan meningkatnya umur, untuk
kemudian menurun menjelang usia tua. Jika seseorang semakin
bertambah usianya, maka cenderung merasa cepat puas karena tingkat
kedewasaan teknis maupun kedewasaan psikologis. Artinya, semakin
bertambahnya usia maka semakin mampu menunjukkan kematangan
jiwa yaitu semakin bijaksana, semakin mampu berfikir rasional,
semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran terhadap
pandangan dan perilkau yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-
sifat lain yang menunjukkan kematangan intelektual dan psikologis
(Siagian, 1987).
23

Berdasarkan penelitian kerja, pekerja muda yang berusia 18-22


tahun yang mencakup 7,35% dari seluruh pekerja menyumbangkan
10,62% dari total keseluruhan kecelakaan kerja (Suma’mur, 1988).
Kemudian dilakukan penelitian juga terhadap pekerja diatas umur 30
tahun hasilnya pekerja yang berusia lanjut pekerjaannya lebih kurang
stabil dan kurang produktif dengan rekan kerjanya yang lebih muda
(Robbins, 1998).

b. MasaKerja
Pengalaman seseorang untuk mengenal bahaya di tempat kerja
akan semakin membaik seiring dengan bertambahnya usia dan masa
kerja, sehingga pada pekerja yang sudah lama atau berpengalaman
akan lebih mengenal titik-titik bahaya pada tempat kerja mereka yang
pada akhirnya dapat meminimalkan terjadinya kesalahan (error) yang
dapat mengakibatkan kecelakaan (Suma’mur 2009).
Masa kerja karyawan dalam perusahaan sangat berpengaruh
terhadap kualitas kerja karyawan, karena dengan masa kerja yang
lebih lama karyawan akan memiliki lebih banyak pengalaman dan
keterampilan yang lebih baik dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Masa kerja adalah berapa lamanya karyawan bekerja pada suatu
perusahaan yang diukur dengan satuan waktu, misalnya tahun atau
bulan. Masa kerja berhubungan dengan waktu kerja seseorang, yaitu
segi kuantitas seseorang didalam menjalani pekerjaanya (Tulus,1995).
Berdasarkan penelitian terdapat hubungan antara masa kerja
dengan perilaku tidak aman diketahui bahwa pekerja yang masa kerja
< 5 tahun yaitu (37,8%) lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja
yang masa kerja ≥ 5 tahun yaitu 28 pekerja (58,3%) untuk beperilaku
tidak aman (Astuti, 2017).

c. Pengetahuan
Sebuah peningkatan dalam pengetahuan tidak selalu
menyebabkan perubahan perilaku. Beberapa macam pengetahuan
24

kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku


kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi
kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk
memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan pengetahuannya
(Green dan Kreuter, 2000). Pengetahuan merupakan sebuah
kebutuhan tetapi biasanya pengetahuan bukan merupakan faktor yang
cukup untuk merubah perilaku individu maupu kelompok.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour)
(Notoatmodjo, 2007). Akan tetapi suatu respon tertutup (covert
behavior) belum tentu otomatis terwujud menjadi suatu tindakan atau
respon terbuka (Notoatmodjo, 2014).
Rogers juga mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi lima tahapan proses,
yaitu (Rogers, 1974 ) :
1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadaridalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus(objek).
2) Interest (ketertarikan), yaitu orang mulai tertarik kepadastimulus.
3) Evaluation (evaluasi), yaitu menimbang-nimbang terhadap dan
tidaknya stimulus tersebut bagidirinya.
4) Trial (percobaan), yaitu telah mencoba perilaku baru berdasar
stimulus yangdatang.
5) Adoption (adopsi), yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
yang baru dia terima.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya, Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan tidak selalu melewati tahap-tahap
tersebut. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sebuah materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
25

2) Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis(Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
sebuah objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis(Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan
penilaian terhadap sebuah objek.
Berdasrkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku tidak
aman lebih banyak ditemukan pada responden dengan
pengetahuan kurang baik sebesar 62,5%, dibandingkan dengan
responden dengan pengetahuan baik sebesar 29,2% (Sangaji,
2018). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori dari Ramli
(2010) yang mengatakan bahwa seseorang yang melakukan
tindakan tidak aman dapat disebabkan karena seseorang tersebut
tidak mengetahui tentang bahaya, peraturan atau cara kerja yang
aman sehingga melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaan
hingga berakhir dengan kecelakaan (Ramli, 2010).

d. Persepsi K3
Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima
26

oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang


berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu.
Oleh karena itu dalam penginderaan orangakan mengaitkan dengan
stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan
objek. Persepsi pada individu akan menyadari tentang bagimana
keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang mempunyai
persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan berperilaku
sesuai dengan persepsi yang di milikinya (Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwandi (2007)
dikatakan bahwa secara statistik terdapat hubungan bermakna antara
persepsi dengan perilaku tidak aman. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Meisya (2008) juga menyatakan hal yang samabahwa
secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi
dengan perilaku tidak aman.

e. Peraturan
Peraturan merupakan dokumen tertulis yang
mendokumentasikan standar, norma dan kebijakan untuk perilaku
yang diharapkan (Geller, 2001). Tujuan dari dibentuknya peraturan
dan prosedur keselamatan kerja yaitu untuk mengendalikan bahaya
yang ada di tempat kerja, untuk melindungi pekerja dari kemungkinan
terjadi kecelakaan, dan untuk mengatur perilaku pekerja, sehingga
nantinya tercipta budaya keselamatan yang baik (Ramli, 2010).
Peraturan keselamatan akan lebih efektif jika dibuat dalam
bentuk tertulis, dikomunikasikan, dan didiskusikan dengan seluruh
pekerja yang terlebih. Hubungan antara peraturan keselamatan dan
konsekuensi yang diterima akibat pelanggaran dapat didiskusikan
bersama dengan pekerja. Pekerja kemudian diminta untuk
menandatangani pernyataan bahwa mereka telah membaca dan
memahami peraturan tersebut dan telah mendapatkan penjelasan
tentang konsekuensi yang akan mereka terima apabila melanggarnya.
Ketika pekerja ikut dilibatkan dalam perumusan peraturan, mereka
27

akan lebih memahami dan mau mengikuti peraturan (Roughton,2002).


Menurut (Goestsch,1996) petunjuk untuk membangun peraturan
keselamatan:
1) Kurangi jumlah peraturan, terlalu banyak peraturan dapat
menimbulkan overload.
2) Tulisan peraturan dalam Bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
3) Tulis peraturan yang penting untuk memastikan keselamatan dan
kesehatan ditempat kerja.
4) Libatkan pekerja dalam perumusan prosedur yang berlaku bagi
area tertentu.
Berdasarkan penelitian Yudhawan (2017) dapat ketehui bahwa
pekerja kontruksi lapangan dengan tingkat pengetahuan buruk
cenderung melakukan unsafe action yang tinggi dengan persentase
sebesar 4,5%, sedangkan pekerja dengan tingkat pengetahuan sedang
cenderung melakukan unsafe action dengan persentase 36,4%, dan
pekerja dengan pengetahuan sedang juga melakukan unsafe action
tinggi dengan persentase 4,5% (Yudhawan, 2017). Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan teori dari Ramli (2010) yang mengatakan
bahwa seseorang yang melakukan tindakan tidak aman dapat
disebabkan karena seseorang tersebut tidak mengetahui tentang
bahaya, peraturan atau cara kerja yang aman sehingga melakukan
kesalahan dalam melakukan pekerjaan hingga berakhir dengan
kecelakaan (Ramli, 2010).
28

f. Komunikasi K3
Menurut Cooper (2001) komunikasi dapat berlangsung secara
satu arah, dua arah, diantara manajer dengan pekerja, pekerja dengan
pekerja, manajer dengan manajer, atau departemen dengan
departemen dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
kedua belah pihak.
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus)
dalam bentuk lambing atau symbol bahasa atau gerak (no-verbal)
untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan
ini dapat berupa bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan,
tindakan, atau simbol – simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh
pihak lain, dan pihak lain merespon atau bereaksi sesuai dengan
maksud pihak yang memberikan stimulus (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Ramli (2010) komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari pengirim (sender) ke penerima (receiver) dengan tujuan
untuk mencapai salah satu sasaran berikut:
1) Untuk bertindak (action) mengenai sesuatu hal, misalnya
menghentikan mesin atau memadamkan kebakaran.
2) Untuk menyampaikan informasi misalnya tentang kebijakan k3
dalam perusahaan, sumber bahaya di tempat kerja, prosedur kerja
aman dan lainnya.
3) Untuk menyenangkan seseorang, misalnya pujian bagi pekerja
berperilakuaman.
Dari aspek k3 alur komunikasi dapat terjadi antara manusia
dengan manusia secara langsung atau melalui alat kerja atau alat
komunikasi seperti diagram pada Bagan 2.2
29

Alatkerja

Manusia Manusia

Alat
komunikasi

Bagan 2.2
Interaksi Komunikasi

Menurut Ramli (2010) komunikasi dalam K3 dapat dibedakan atas:


1) Komunikasi manusia dengan manusia secara langsung misalnya
antara bawahan dengan atasannya. komunikasi ini sering disebut
komunikasi personal (personal communication) atau komunikasi
kelompok (group communication). Dalam K3 kedua jenis
komunikasi ini banyak dilakukan misalnya kontak individu
melalui proses observasional, safety talk, penyuluhan K3, dan
pelatihan K3
2) Komunikasi menusia dengan manusia melalui alat / media
komunikasi seperti telepon, bulletin, poster, spanduk, situs
internet, safety letter, dan lainnya. komunikasi ini banyak
digunakan dilingkungan kerja misalnya komunikasi petugas di
ruang control dengan petugas lapangan, komunikasi antara
petugas K3 dengan parapekerja. Komunikasi K3 antara manusia
dengan manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a) Komunikasi internal, yaitu komunikasi dilingkungan
organisasi baik yang di lakukan secara horizontal, vertikal
dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah di seluruh jajaran
organisasi.
30

b) Komunikasi eksternal, yaitu aliran komunikasi anatara


organisasi dengan semua unsur di luar perusahaan seperti
konsumen, instansi terkait, pemasok, kontraktor, asosiasi
profesi, media massa, dan lainnya.
c) Komunikasi manusia dengan alat kerja, peralatan seperti
mesin, unit proses, peralatan adalah benda mati yang
dioperasikan oleh manusia. Dalam proses operasi tersebut
terjadi komunikasi antara manusia dengan alat kerja.

g. Pemenuhan (Ketersediaan APD)


Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c tentang
keselamatan kerja, menyatakan bahwa pengurus (pengusaha) wajib
untuk menyediakan APD secara cuma-cumapada tenaga kerja dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk- petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk tenaga kerja pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.
Berdasarkan Pasal 12 butir b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD
yang telah disediakan (Anizar, 2009).
Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung tindakan
pekerja berperilaku selamat dalam bekerja. Sistem yang didalamnya
terdapat manusia (sumber dan manusia) dan fasilitas alat pelindung
diri merupakan salah satu halyang penting dalam mewujudkan
penerapan keselamatan di tempat kerja (Suma’mur,1996).
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengaman
tempat, peralatan, dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan.
Namun terkadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan
sepenuhnya. Sehingga pihak manajemen akan mengambil kebijakan
untuk melindungi pekerja itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi
sumber bahaya ataupun menggunakan alat pelindung diri (personal
protective devices). Namun dalam realisasinya pemakaian alat
pelindung diri akan sangat sulit mengingat para pekerja akan
menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan
31

(Anizar,2009).
Berdasarkan penelitian Sangaji (2018) diketahui bahwa lebih
banyak responden dengan kategori ketersediaan APD kurang baik
sebanyak 70% dibandingkan dengan responden kategori ketersediaan
ketersediaan APD baik sebesar 33,3% (Sangaji, 2018).

B. Kerangka Teori
Dari uraian tinjauan pustaka, terdapat beberapa teori yang
mengemukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku.

Faktor Internal Faktor Eksternal


Keadaan atau sifat : Perilaku:
1. Sikap 1. Pelatihan
2. Kepercayaan 2. Pengenalan
3. Perasaan 3. Pemenuhan
4. Pemikiran 4. Pengkomunikasian
5. Kepribadian 5. Perhatianaktif
6. Persepsi 6. Pengakuan
7. Nilai-Nilai 7. Pengawasan
(Geller, E. Scott, 2001)

1. Visi
2. Style(gaya) Perilaku Tidak Aman
3. Hubunganmotorik-
persepsi
4. Attitude(sikap)
5. Pengalaman
6. Umur
(Suizer,1999)

1. Sikap
2. Pengetahuan
3. Umur
1. Kemampuan 4. Tingkat Pendidikan
2. Peraturan 5. Masa Kerja
3. Pengetahuan (Lawrance Green,1980)
(Reason1997)

Bagan 2.3
Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari Teori Geller (2001), Reason (1997), Suizer (1999),
Lawrance Green (1980)
32

Berdasarkan kerangka teori di atas maka peneliti menetukan beberapa


variabel Independen yaitu karakteristik individu (umur, masa kerja,
pengetahuan, dan persepsi K3) faktor lingkungan (komunikasi K3, peraturan,
ketersediaan APD) dan variabel dependen yaitu perilaku tidak aman. Adapun
variabel yang tidak diteliti yaitu sikap, kepercayaan, perasaan, pemikiran,
kepribadian, niali-nilai, pelatihan, pengenalan, perhatian aktif, pengakuan,
pengawasan, visi, syle (gaya),pengalaman, dan kemampuan dikarenakan
variabel ini bersifat homogen serta ada beberapa variabel yang tidak
mendapatkan izin untuk diteliti oleh pihak perusahaan.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori maka peneliti menetukan beberapa variabel
Independen yaitu karakteristik individu (umur, masa kerja, pengetahuan,
persepsi K3) faktor lingkungan (peraturan, komunikasi K3, pelatihan,
ketersediaan APD) dan variabel dependen yaitu perilaku tidak aman. Variabel
perancu pada yaitu sikap, kepercayaan, perasaan, pemikiran, kepribadian,
nilai-nilai, pelatihan, pengenalan, perhatian aktif, pengakuan, pengawasan,
visi, style (gaya), pengalaman, dan kemampuan.
Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Individu
1. Umur
2. Masa Kerja
3. Pengetahuan
4. Persepsi K3
PERILAKU
TIDAK AMAN
Faktor Lingkungan
1. Komunikasi K3
2. Peraturan
3. Pemenuhan
(Ketersediaan APD)

Faktor Perancu
1. Sikap 9. Pengakuan
2. Kepercayaan 10. Pengawasan
3. Perasaan 11. Visi
4. Pemikiran 12. Style (gaya)
5. Kepribadian 13. Pengalaman
6. Nlai-nilai 14. Kemampuan
7. Pelatihan 15. Perhatian Aktif
8. Pengenalan
Bagan 3.1
Keterangan Kerangka Konsep
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diditeliti

: Penghubung
33
34

B. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang diamati/ingin diteliti, dan bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen
(alat ukur) (Notoatmodjo, 2012).
Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No Variabel Definsi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Perilaku Tidak Tindakan yang dapat Wawancara Kuesioner 0. Tidakaman,Jika skor Ordinal
Aman menyebabkan terjadinya yang diperoleh nilai < 44
kecelakaan. 1. Aman, jika skor yang
a. Mengoperasikan peralatan diperoleh nilai ≥ 44
tanpawewenang
b.Gagaldalammemperingatkan
c. Tidak mematikan alat/ mesin
d.Beroperasi dengan kecepatan
yang salah
e. Membuat alat pengaman tidak
berfungsi
f. Menggunakanperalatan yang
tidak dapat digunakan atau
cacat
g.Menggunakan APD secara
tidak benar
h.Mengangkat dengan tidak
tepat
35

i. Menempatkan yang tidak


semestinya
j. Posisi yang salah dalam
bekerja
k.Bersenda gurau
2 Umur Rentang usia responden sejak Wawancara Kuesioner 0. < 30Tahun Ordinal
lahir hingga penelitian 1. ≥ 30Tahun
dilakukan
3 Masa Kerja Masa yang dilalui pekerja Wawancara Kuesioner 0. <3 Tahun Ordinal
kontruksi sampai bekerja di 1. ≥ 3 Tahun
PT. Abadi Prima Intikarya
4 Pengetahuan Jawabanresponden mengenai Wawancara Kuesioner 0. Kurang baik, jika skor Ordinal
apa yang dia ketahui mengenai yang diperoleh nilai < 7
perilaku tidak aman dalam 1. Baik, jika skor yang
bekerja diantaranya adalah : diperoleh nilai≥ 7
a. Penggunaan APD
b.Alasan menggunakan APD
c. Risiko kecelakaan kerja
d.Peringatan bahaya kerja
e. Program K3
f. Bahaya
g.Cara kerja
h.Mesin kerja
i. Standar prosedur kerja
j. Pengawasan
5 Persepsi K3 Dasar untuk seseorang Wawancara Kuesioner 0. Kurang Baik, jika skor Ordinal
bertingkah laku sesuai dengan yang diperoleh < 7,53
yang mereka interpetasikan mean
36

adalah : 1. Baik, jika skor yang


a. Manfaat APD diperoleh ≥ 7,53 mean
b.Rekan kerja
c. Pengawas kerja
d.Informasi risiko bahaya
6 Komunikasi K3 Komunikasi yang diterima oleh Wawancara Kuesioner 0. Kurang Baik, jika skor Ordinal
pekerja untuk bekerja aman di yang diperoleh < 3,32
tempat kerja adalah: mean
a. Spanduk / posterK3 1. Baik, jika skor yang
b.Safetytalk diperoleh ≥ 3,32 mean
c. Tata cara
d.Informasi dari petugas k3
7 Peraturan Dokumen tertulis yang Wawancara Kuesioner 1. Kurang Baik, jika skor Ordinal
mendokumentasikan standar, yang diperoleh < 8,38
kebijakan untuk dipatuhi mean
pekerja 2. Baik, jika skor yang
a. SOP diperoleh ≥ 8,38 mean
b. Peraturan K3
c. Safety Morning
d. APD
8 Ketersediaan Ketersediaan alat pelindung Wawancara Kuesioner 0. Kurang Lengkap, jika skor Ordinal
APD diri (APD), fasilitas pengaman yang diperoleh < 2,64
yang mendukung pekerja agar mean
bekerja aman. 1. Lengkap, jika skor yang
a. Masker diperoleh ≥ 2,64 mean
b. Pelindung Mata
c. Pelindung Kepala
d. Pelindung Bahaya Jatuh
37

e. Pelindung Kaki
f. Sarung Tangan
38

C. Hipotesis
1. Ada hubungan bermakna antara umur dengan perilaku tidak aman
pekerja kontruksi di proyek pembangunan Apartement Green PT. Abadi
Prima Intikarya.
2. Ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan perilaku tidak aman
pekerja kontruksi di proyek pembangunan Apartement Green PT. Abadi
Prima Intikarya.
3. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman
pekerja kontruksi di proyek pembangunan Apartement Green PT. Abadi
Prima Intikarya.
4. Ada hubungan bermakna antara persepsi K3 dengan perilaku tidak aman
pekerja kontruksi di proyek pembangunan Apartement Green PT. Abadi
Prima Intikarya.
5. Ada hubungan bermakna antara komunikasi K3 dengan perilaku tidak
aman pekerja kontruksi di proyek pembangunan Apartement Green PT.
Abadi Prima Intikarya.
6. Ada hubungan bermakna antara peraturan dengan perilaku tidak aman
pekerja kontruksi di proyek pembangunan Apartement Green PT. Abadi
Prima Intikarya.
7. Ada hubungan bermakna antara pemenuhan (Ketersediaan APD) dengan
perilaku tidak aman pekerja kontruksi di proyek pembangunan
Apartement Green PT. Abadi Prima Intikarya.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan desain studi cross sectional (potong lintang) karena penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dengan mempelajari dinamika
kolerasi antara variabel independen dengan variabel dependen dalam satu
waktu.Variabel yang diamati adalah prilaku tidak aman sebagai variabel
dependen yaitu umur, persepsi K3, masa kerja, pengetahuan, komunikasi K3,
peraturan, pemenuhan (Ketersediaan APD) sebagai variabel independen.Dalam
penelitian cross sectional atau potong lintang, variabel sebab akibat atau risiko
dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau
dikumpulkan secara simultant (dalam waktu yang bersamaan).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di proyek pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya di wilayah Ciledug,Kota Tangerang,
Provinsi Banten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan yaitu pada bulan Juni-Juli 2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja lapangan di
proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya
berjumlah 120 pekerja.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah accidental sampling yang ada di proyek. Sampel ini
telah memenuhi jumlah minimal sampel dengan perhitungan sebagai
berikut :

39
40

3. Besar Sampel
Jumlah sample dalam penelitian ini adalah pekerja lapangan
kontruksi proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya. Perhitungan jumlah sample dalam penelitian ini menggunakan
rumus uji hipotesis beda 2 proporsi (Two Tailed Test)peneliti
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan memakai kemaknaan 5%
dan kekuatan uji 95%.

[𝑍1−𝛼 2𝑃 1 − 𝑃 + 𝑍1−𝛽 𝑃1 1 − 𝑃1 + 𝑃2 (1 − 𝑃2 ) ]2
2
𝑛= 2
𝑃1 − 𝑃2
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diharapkan dalam penelitian
𝑍1−𝛼 = Tingkat kemaknaan pada α = 5% (Z-score = 1,96)
2

𝑍1−𝛽 = Kekuatan uji pada ß = 90%


P = (P1 + P2)/2
P1 = Proporsi perilaku tidak aman pada pajanan (+)
P2 = Proporsi perilaku tidak amanpada pajanan (-)
Tabel 4.1
Perhitungan Populasi Sampel Peneliti Terdahulu
No Variabel Independen P1 P2 N Sumber
1 Umur 38,3 8,3 23 Aditya Kurnia Pratama (2018)
2 Masa Kerja 58,3 37,8 24,8 Rahmi Liana Astuti (2017)
3 Pengetahuan 62,5 29,5 46 Jesica Sangaji,
Siswi Jayanti,Daru Lestantyo,
(2018)
4 Pemenuhan 70,0 33,3 37 Jesica Sangaji,
ketersediaan APD Siswi Jayanti,
Daru Lestantyo, (2018)

Berdasarkan perhitungan dengan rumus dan hasilnya tampak pada


tabel 4.1, sampel yang dibutuhkan adalah 102 responden.
4. Pembatasan Sampel
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi bagi
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,
2012).
41

a. Pekerja lapangan kontruksi di proyek pembangunan Apartmen Green


Cleosa.
b. Bersedia menjadi sampel penelitian.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, sampel akan diambil secara Accidental
Sampling. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara
accidental sampilng (sampel tanpa sengaja), yaitu dengan mengambil
kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012). Accidental
sampling dilakukan dengan mengumpulkan sampel sampai 102orang
pekerja lapangan proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa.

D. Pengukuran dan Perhitungan Data Variabel


Pada tiap pertanyaan diberikan scoring / nilai di setiap jawabanpada
lembar kuesioner, hal tersebut untuk dapat mempermudah pengolahan data
kolmogorov. Pada variabel umur, masa kerja, persepsi K3, komunikasi K3,
pengaturan, dan ketersediaan APD proses scoring yaitu data tersebut
kemudian dilakukan uji normalitas dan dilihat nilai skewness dibagi dengan
nilai stander eror dan didapatkan hasil ≤ 2 maka data tersebut normal.
Kategori dibagi dengan menggunakan mean apabila data terdistribusi normal,
atau menggunakan median jika data tidak terdistribusi normal. Data
dikategorikan menjadi 2 kategoridengan melihat nilai mean apabila data
terdistribusi normal, atau nilai median apabila data tidak terdistribusi normal,
adapun proses scoring untuk masing – masing variabel dijelaskan sebagai
berikut:

1. Perilaku tidak aman


Variabel pertama adalah perilaku tidak aman, pada variabel ini
terdapat 11 pertanyaan bernilai negatif. Skor 1 diberikan kepada
responden jika menjawab indikator dengan pilihan “selalu”, skor 2
diberikan kepada responden jika menjawab indikator dengan pilihan
42

“sering”, skor 3 diberikan kepada responden jika menjawab indikator


dengan pilihan “kadang – kadang”, dan skor 4 diberikan kepada
responden jika menjawab indikator dengan pilihan “tidak pernah”
bermakna bahwa responden tidak pernah berperilaku tidak aman.. Maka
total skor yang akan didapatkan responden yaitu minimal 11 dan
maksimal 44. Dalam penentuan cut off point untuk perilaku tidak aman,
perilaku dikatakan tidak aman apabila pernah melakukan minimal salah
satu perilaku tidak aman atau apabila responden mendapatkan skor
kurang dari 44, dan perilaku responden yang dikatakan aman yaitu
perilaku yang tidak pernah sama sekali melakukan salah satu jenis
perilaku tidak aman selama melakukan pekerjaan di tempat kerja atau
reponden mendapatkan skor sama dengan44.

2. Umur
Variabel ke dua yaitu umur. Variabel umur dinyatakan dengan
satu pertanyaan yang diisi langsung oleh responden yang kemudiaan
dikelompokan menjadi 2 kategori.
1. Usia jika nilai <mean 30 Tahun
2. Usia jika nilai ≥ mean 30 Tahun

1. Masa Kerja
Variabel ke tiga yaitu masa kerja. Variabel masa kerja yaitu
dilihat berdasarkan lamanya responden bekerja di konstruksi dinyatakan
dengan skala rasio dengan satu pertanyaan yang diisi langsung oleh
responden berdasarkan bulan atau tahun yang kemudian dikelompokkan
menjadi 2 kategori.
1. Masa kerja jika nilai <mean 3 Tahun
2. Masa kerja jika nilai ≥ mean 3 Tahun

2. Pengetahuan
Variabel ke empat yaitu pengetahuan. Pada variabel pengetahuan
ini terdapat 10 pertanyaan, yang mana pertanyaan tersebut berkaitan
43

dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja, diberikan skor


1 jika jawaban responden “Benar” dan 0 jika jawaban responden
“Salah”. Kemudian data dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu, baik dan
kurang dengan menggunakan cut off point yang mana ≥7 tergolong
dalam pengetahuan baik, <7 tergolong dalam pengetahuan kurang. Hasil
skor pengetahuan kemudian di kelompokan menjadi:
1. Kurang baik , jika reponden mampu menjawab pertanyaan
denganbenar <7
2. Baik, jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar ≥7

3. Persepsi K3
Variabel kelima adalah persepsi K3. Variabel persepsi K3 ini
diukur dengan 4 pertanyaan yang diberikan bobot nilai 4 untuk jawaban
“sangat setuju”, 3 untuk jawaban “setuju”, 2 untuk jawaban “tidak
setuju”, 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”. Dengan demikian, jumlah
nilai kumulatif berada dalam rentang 4 sampai dengan 16, kemudian
untuk mempermudah dalam mengkategorikan nilai maka total nilai yang
diperoleh dari setiap pernyataan dikali 100% sehingga nilai pada variabel
persepsi K3 ini bisa mencapai 0-100. Hasil skor persepsi K3
dikategorikan menjadi:
1. Kurang Baikjika nilai <mean 7,53
2. Baik ≥ mean 7,53

4. Komunikasi K3
Variabel ketujuh adalah komunikasi K3. Pada variabel
komunikasi K3 ini terdapat 4 buah pertanyaan, yang mana responden
diminta menjawab dengan pilihan jawaban yang mengandung tidak ada
komunikasi dan ada komunikasi. Responden akan diberikan skor 1 jika
menjawab dengan pilihan “Ada” dan skor 0 jika menjawab dengan
pilihan “tidak ada”. Dengan demikian, jumlah nilai kumulatif berada
dalam rentang 1 sampai dengan 4, kemudian untuk mempermudah dalam
mengkategorikan nilai maka total nilai yang diperoleh dari setiap
44

pernyataan dikali 100% sehingga nilai pada variabel komunikasi K3 ini


bisa mencapai 0-100.Hasil skor komunikasi K3 menunjukkan distribusi
normal sehingga cutt off point yang digunakan nilai mean kemudian
dikategorikan menjadi:
1. Kurang baik Jika jawaban < mean 3,32
2. Baik Jika jawaban ≥ mean 3,32

5. Peraturan
Variabel ketujuh adalah peraturan, diukur dengan 4 pertanyaan
yang apabila pertanyaan bernilai positif diberikan bobot nilai 4untuk
jawaban “sangat setuju”, 3 untuk jawaban “setuju”, 2 untuk jawaban
“tidak setuju”, 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”. Dengan demikian,
jumlah nilai kumulatif berada dalam rentang 4 sampai dengan 16,
kemudian untuk mempermudah dalam mengkategorikan nilai maka total
nilai yang diperoleh dari setiap pernyataan dikali 100% sehingga nilai
pada variabel peraturan ini bisa mencapai 0-100.Hasil skor peraturan
dikategorikan menjadi:
1. Kurang baik jika nilai < mean 8,38
2. Baik jika nilai ≥ mean 8,38

6. Ketersediaan APD
Variabel kesembilan adalah pemenuhan (Ketersediaan APD).
Pada variabel ketersediaan APD ini terdapat 6 pertanyaan, yang mana
responden diminta menjawab dengan pilihan yang mengandung kurang
lengkap dan lengkap. Responden akan diberikan skor 1 jika menjawab
dengan pilihan “ada” dan 0 untuk pilihan jawaban “tidak ada”. Dengan
demikian, jumlah nilai kumulatif berada dalam rentang 1 sampai dengan
6, kemudian untuk mempermudah dalam mengkategorikan nilai maka
total nilai yang diperoleh dari setiap pernyataan dikali 100% sehingga
nilai pada variabel ketersediaan APD ini bias mencapai 0-100.Hasil skor
peraturan dikategorikan menjadi:
1. Kurang lengkap jika nilai <mean 2,64
2. Lengkap jika nilai ≥ mean 2,64
45

E. Uji Coba Penelitian


1. Uji Validitas dan Realiabilitas
Uji validitas dan realibilitas kuesioner ini dilakukan di tempat yang
berbeda dari tempat penelitian. Uji ini dilakukan pada pekerja proyek
pembangunan Apartement Nines Plaza and Residence PT. Waskita Karya
sejumlah 20 responden.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Reliabilitas ialah
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengkuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama. (Notoatmodjo,2012).
Tabel 4.2
Distribusi Pertanyan Variabel Perilaku Tidak Aman

Nilai r
No Pernyataan Keterangan
Hitung
1 Mengoperasikan peralatan kerja tanpa 0,656 Valid
adanya kewenangan
2 Gagal dalam memberikan 0,162 Valid
memperingatkan
3 Gagal dalam mengamankan seperti tidak 0,916 Valid
mematikan peralatan atau mesin kerja
yang tidak digunakan
4 Menjalankan peralatan atau mesin kerja 0,875 Valid
dengan kecepatan yang tidak sesuai
dengan prosedur
5 Membuat alat pengaman kerja tidak 0,875 Valid
berfungsi atau tidak beroperasi
6 Menggunakan peralatan kerja yang sudah 0,722 Valid
rusak
7 Menggunakan APD secara tidak tepat 0,883 Valid
seperti mengangkat beban berlebih
8 Mengangkat dengan tidak seperti 0,098 Valid
mengangkat beban berlebih
9 Penempatan yang tidak benar, seperti 0,577 Valid
menempatkan peralatan kerja tidak pada
tempatnya baik saat bekerja maupun
setelah bekerja
46

10 Mengangkat beban dengan postur tubuh 0,875 Valid


yang janggal, misalnya punggung terlalu
membungkuk pada saat mengangkat beban
11 Bersenda gurau (mengagetkan rekan kerja, 0,883 Valid
berteriak, iseng atau jahil) pada saat
berkerja
Catatan: nila n: 20, maka r tabel: 0,4438.

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel perilaku tidak aman


yang terdiri 11 pertanyaan yang memiliki keputusan valid, karena nilai
rhitung > rtabel sebesar 0,4438. Jadi dari seluruh jumlah pertanyaan yaitu 11
pertanyaan dinyatakan valid.
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Tidak Aman
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.911 11

Berdasarkan hasil uji reliabel ditemukan bahwa nilai crombach


alpha sebesar 0,911, ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut reliabel
karena > 0,4438.
Tabel 4.4
Distribusi Pertanyaan Variabel Pengetahuan
Nilai r
No Pertanyaan Keterangan
Hitung
1 Kapan penggunaan alat pelindung diri 0,664 Valid
(APD) yang tepat?
2 Apa alasan anda menggunakan alat 0,664 Valid
pelindung diri (APD) saat bekerja?
3 Untuk mencegah risiko kecelakaan kerja 0,664 Valid
sebaiknya tindakan apa yang harus
dilakukan pekerja?
4 Peringatan bahaya kerja dilingkungan 0,643 Valid
kerja bertujuan untuk?
5 Apakah program K3 di tempat kerja perlu 0,458 Valid
diberlakukan?
6 Apakah yang dimaksud dengan bahaya ? 0,470 Valid
7 Dibawah ini cara bekerja yang benar 0,801 Valid
adalah?
8 Memperbaiki peralatan atau mesin kerja 0,801 Valid
yang masih beroperasi dapat berisiko?
9 Apakah manfaat dari bekerja mengikuti 0,801 Valid
standar prosedur kerja?
10 Apakah manfaat adanya pengawas disetiap 0,801 Valid
47

kegiatan pekerjaan?

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel pengetahuan yang


terdiri dari 10 pertanyaanyang memiliki keputusan valid, karena nilai r hitung
> rtabel sebesar 0,4438. Jadi dari seluruh jumlah pertanyaan yaitu 10
pertanyaan dinyatakan valid.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,885 10

Berdasarkan hasil uji reliabel ditemukan bahwa nilai crombcah


alpha sebesar 0,885, ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut reliabel
karena > 0,4438.
Tabel 4.6
Distribusi Pertanyaan Variabel Pesepsi K3

Nilai r
No Pernyataan Keterangan
Hitung
1 Menggunakan alat pelindung diri 0,607 Valid
(APD) mencegah kecelakaan
2 Memberikan teguran kepada rekan kerja 0,471 Valid
3 Perlu adanya pengawasan dalam setiap 0,495 Valid
pekerjaan
4 Kurang mendapatkan informasi 0,522 Valid
mengenai risiko bahaya di tempat kerja

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel persepsi terdapat 4


pernyataan yang memiliki keputusan valid, karena nilai r hitung > rtabel
sebesar 0,4438. Jadi dari seluruh jumlah pertanyaan yaitu 4 pertanyaan
dinyatakan valid.
48

Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Persepsi K3
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,717 4

Berdasarkan tabel uji reliabel ditemukan bahwa nilai crombach


alpha sebesar 0,717 ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut
reliabel karena > 0,3783.
Tabel 4.8
Distribusi Pertanyaan Variabel Peraturan

Nilai r
No Pernyataan Keterangan
Hitung
1 Perusahaan telah memiliki standar 0,537 Valid
prosedur kerja (SOP) terhadap setiap
aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja
2 Terdapat peraturan pentingnya
menggunakan APD pada saat di area 0,652 Valid
proyek
3 Program safety nornung diberikan
sebelum bekerja 0,787 Valid
4 Perusahaan mewajibkan penggunaan
alat pelindung diri selama bekerja 0,568 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel peraturan yang


terdiri dari 4 pertanyaanyang memiliki keputusan valid, karena nilai
rhitung > rtabel sebesar 0,4438. Jadi dari seluruh jumlah pertanyaan yaitu 4
pertanyaan dinyatakan valid.
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas Peraturan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,782 4

Berdasarkan tabel uji reliabel ditemukan bahwa nilai crombach


alpha sebesar 0,782, ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut
reliabel karena > 0,3783.
49

Tabel 4.10
Distribusi Pertanyaan Variabel Komunikasi

Nilai r
No Pernyataan Keterangan
Hitug
1 Terdapat poster atau spanduk K3 0,490 Valid
dilingkungan tempat kerja
2 Pengarahan K3 (safety talk) diberikan 0,490 Valid
sebelum memulai bekerja setiap hari
3 Terdapat tata cara penggunaan alat pada 0,490 Valid
semua peralatan kerja
4 Petugas K3 memberikan informasi 0,642 Valid
mengenai area-area dan lokasi-lokasi
yang rawan bahaya
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel komunikasi yang
terdiri dari 4 pertanyaan yang memiliki keputusan valid, karena nilai
rhitung > rtabel sebesar 0,4438. Jadi dari seluruh jumlah pertanyaan yaitu 4
pertanyaan dinyatakan valid.
Tabel 4.11
Hasil Uji Reliabilitas Komunikasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,732 4

Berdasarkan hasil uji reliabel ditemukan bahwa nilai crombach


alpha sebesar 0,732, ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut
reliabel karena > 0,3783.
Tabel 4.12
Distribusi Pernyataan Variabel Pemenuhan (Ketersediaan APD)

Nilai r
No Pernyataan Keterangan
Hitung
1 Masker 0,476 Valid
2 Safety Glasses (Pelindung mata) 0,444 Valid
3 Safety helmet (alat pelindung kepala) 0,467 Valid
4 Safety body harness (pelindung 0,580 Valid
bahaya jatuh )
5 Safety shoes (pelindung kaki) 0,467 Valid
6 Pelindung tangan (sarung tangan) 0,476 Valid
50

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel pemenuhan


(Ketersediaan APD) yang terdiri dari 6 pertanyaan yang memiliki
keputusan valid, karena nilai rhitung > rtabel sebesar 0,4438. Jadi dari
seluruh jumlah pertanyaan yaitu 6 pertanyaan dinyatakan valid.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas Ketersediaan APD

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,743 6

Berdasarkan tabel uji reliabel ditemukan bahwa nilai crombach


alpha sebesar 0,743, ini menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut reliabel
karena > 0,3783.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh penelitinya sendiri
(Hastono & Sabri, 2013). Pada penelitian ini data primer diperoleh dari
observasi langsung terhadap pekerja lapangan di proyek pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya. Pencatatan sumber
data ini melalui observasi wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
yang terkait dengan fakor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak
aman.

G. Teknik Pengolahan Data


Pengelolaan data dengan kuesioner dalam penelitian ini dilakukan
dengan komputer melalui proses sebagai berikut:
1. Editing Data
Dalam penelitian ini, proses editting dilakukan oleh peneliti. Hasil
wawancara, angket dan pengamatan dari lapangan harus dilakukan suatu
penyuntingan terlebih dahulu, dalam penyuntingan ini bertujuan untuk
51

mengecek dan memperbaiki isian formulir atau kuisioner (Notoatmodjo,


2012) , diantaranya :
a. Apakah data sudah lengkap dan semua pertanyaan sudahterisi.
b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas
atau terbaca.
c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya
d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan pertanyaan
lain.
2. Coding Data
Untuk mempermudah pengolahan sebaiknya seluruh variable diberi
kode terutama data klasifikasi. Coding data bertujuan untuk mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data
(data entry).
3. Entry Data
Proses memasukan data ke dalam komputer dari jawaban
responden dalam bentuk kode dimasukan dengan mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan (Notoatmodjo,
2012 ).
4. Cleaning Data
Proses pengecekan kembali data yang sudah ada, untuk
memastikan kembali bahwa data yang di masukkan ke dalam komputer
tidak ada kesalahan lagi dan cara membersihkannya yaitu dengan
(Notoatmodjo, 2012) :
a. Mengetahui missing data (data yang hilang)
b. Mengetahui variasi data
c. Mengetahui konsistensi data.

H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk membuat distribusi masing-
masing variabel independen dan dependen pada penelitian ini.
52

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat akan menganalisa hubungan umur, masa kerja,
tingkat pendidikan, pengetahuan, persepsi K3, peraturan, komunikasi K3,
pemenuhan (Ketersediaan APD) dengan perilaku tidak aman. Analisis
hubungan dilakukan menggunakan uji Chi Square karena variabel
dependen dan independen bersifat kategorik. Rumus uji Chi Square
menurut Hastono (2006) adalah sebagai berikut :

X2 = ∑(O – E)2 / E
Keterangan :

X2 : Nilai Chi Square


∑ : Penjumlahan (sigma)
O : Frekuensi yangdiamati
E : Frekuensi yang diharapkan
Dengan menggunakan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji
95%, sehingga :
a. Bilai nilai P-value lebih kecil atau sama dengan α 0,05berarti
hipotesis alternatif diterima, artinya secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna (significant) antara kedua variabel
yangditeliti.
b. Bila nilai P-value lebih besar dari α 0,05 berarti hipotesis alternatif
ditolak artinya secara statistik tidak terdapat hubungan yang
bermakna (significant) antara kedua variabel yangditeliti.
Selanjutnya untuk melihat hasil uji chi-square dapat dilihat pada
kotak chi-square test. Adapun aturan yang berlaku pada chi-square
sebagai berikut.
a. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) < 5, maka
yang digunakan adalah Fisher‟sExact Test.
b. Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai expected <5 , maka uji yang
dipakaibisa continuity correction.
P-value menunjukkan derajat kemaknaan hubungan antara
variabel independen dengan variable dependen. nilai tersebut adalah
sebagai berikut:
53

a. P-value ≤ 0,05 = ada hubungan yang bermakna antara variablein


dependen dengan varibel dependen.
b. P-value > 0,05 = tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
independen dengan variable dependen.
3. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel
penelitianyang terpilih meepresentasikan populasinya, maka biasanya
dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut.
Tabel 4.14
Distribusi Hasil Uji Normalitas

Variabel Hasil Keterangan


Perilaku tidak aman 0,38 Distiribusi Normal
Umur 0,41 Distribusi Normal
Masa Kerja 0,03 Distiribusi Normal
Pengetahuan 0,57 Distiribusi Normal
Persepsi K3 1,17 Distiribusi Normal
Komunikasi K3 0,02 Distiribusi Normal
Peraturan 0,48 Distiribusi Normal
Ketersediaan APD 1,62 Distiribusi Normal

I. Etika Penelitian
Etika penelitian kesehatan masyarakat merupakan hal penting dalam
sebuah penelitian, mengingat penelitian dalam dalam kesehatan masyarakat
berhubungan langsung dengan masyarakat. Segi etik yang diperlukan oleh
peneliti antara lain:
1. Lembar Persetujuan (inform concent)
Inform concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden peneliti. Inform concent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden.
2. Kerahasiaan (confidentaly)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
hasil kerahasiaan penelitian, baik dari segi informasi maupun masalah-
54

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin


kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Profil PT. Abadi Prima Intikarya
PT. Abadi Prima Intikarya adalah perusahaan yang berdiri pada tahun
2011 yang sebelumnya merupakan salah satu divisi dari PT. Adhimix
precast indonesia yang berdiri pada tahun 2004 dengan memfokuskan diri
pada konstruksi dan formwork.
Dengan menjalankan prinsip nilai-nilai perusahaan yang peduli,
integritas, komitmen kerjasama, dan inovasi, serta didukung oleh potensi
dan pengembangan sumber daya yang berkualitas guna memegang
komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan
serta menjadi mitra yang handal dan berkualitas.
PT. Abadi Prima Intikarya akan terus mengambangkan prospek
bisnisnya dan memperluas daerah operasinya dengan fokus pada konsisten
mutu dan ketepatan pengiriman melakukan penyempurnaan proses secara
terus menerus dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, keamanan
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan karyawan. Serta pengembangan
sumberdaya yang terampil dan berwawasan luas, inovasi, budaya
perusahaan serta iklim organisasi yang kondusif untuk menciptakan
pertumbuhan perusahaan yang berkesinambungan.
PT. Abadi Prima Intikarya selalu memegang komitmen untuk
memenuhi kepuasan pelanggan, pemegang saham dan karyawan dengan
melaksanakan system manajemen mutu ISO 9001:2008 serta peraturan
perundangan yang berlaku, untuk menghasilkan pelayanan yang terbaik.

2. Gambaran Umum Proyek


Nama Proyek : Pembangunan Apartemen Green Cleosa
Nama Pemilik : PT. Abadi Prima Intikarya
Tahun Anggaran : 2017 – 2019
Kota Administrasi : Tangerang

55
56

Kontraktor Pelaksana : PT. Abadi Prima Intikarya


Arsitek : PT. Abadi Prima Intikarya
Konsultan : PT. Abadi Prima Intikarya
M&E : PT. Abadi Prima Intikarya
Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Oktober 2017 – 10 Desember 2019
Mulai Pelaksanaan : 5 Oktober 2017

3. Visi dan Misi


a. Visi
Menjadi perusahaan jasa kontruksi Terkemuka, yang mampu
memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui produk serta
pelayanan yang berkualitas dan inovatif.
b. Misi
1) Meningkatkan nilai yang tinggi bagi pemegang saham.
2) Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan produk dan pelayanan
yang berkualitas dan inovatif.
3) Memberikan lingkungan kerja yang aman dan nyaman,
meningkatkan kesejahteraan dan memberikan kesempatan
berkembang kepada karyawan.
4) Meningkatkan kapabilitas dan daya saing dibidang pembangunan
gedung, jalan, dan jembatan melalui pengembangan kompetensi
sdm.
5) Penerapan manajemen proyek yang terintegrasi dengan wilayah
operasi di Indonesia.
6) Menciptakan hubungan kerja sama yang kuat dengan pelanggan
dan mitra kerja.
7) Menjaga keseimbangan lingkungan dengan memperhatikan
dampak lingkungan dan sosial.
4. Proses Pembangunan Apartemen Green Cleosa
a. Pekerjaan Persiapan
1) Pembauatan Pagar Proyek Sementara
2) Pembuatan Direksi Keet / Kantor MK.
57

3) Pembuatan Keet Kontraktor Lapangan


4) Pembuatan Gudang Material Sementara
5) Pembuatan Los Kerja ( Besi dan Bekisting )
6) Pembuatan Papan Nama Proyek & Signature
7) Photo – photo Progress Manual & As Built
8) Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan
9) Penyediaan Tower Crane / TC
10) Mobilisasi dan Demobilisasi Tenaga Kerja
11) Penyediaan Sarana Dan Prasarana Kerja
12) Penyediaan Scafolding / Perancah
13) P3K, K3 dan Pemadam Kebakaran
14) Pengadaan Listrik Kerja
15) Penyediaan Air Kerja
16) Pek. Dokumentasi & Laporan Pekerjaan
17) Pembuatan Shop Drawing
18) Pembuatan Bedeng Pekerja + MCK
19) Penyediaan Jaring Pengaman Asuransi
b. Pekerjaan Struktur :
1) Bentonite & Soldier
2) Borepile
3) Test Beban Pondasi
4) Galian Tanah Basement
5) Galian tanah pilecape dan raft
6) Pekerjaan Anti Rayap
7) Pekerjaan Ground Water Tank ( GWT )
8) Pekerjaan Pondasi Raft
9) Pekerjaan Pile Cape &Tie Biem
10) Pekerjaan Kolom
11) Pekerjaan Shearwall
12) Pekerjaan Balok dan Plat
13) Pekerjaan Coreliff
14) Pekerjaan Retening Wall
58

15) Pekerjaan Tangga


16) Pekerjaan Ramp
17) Pekerejaan Canopi
c. Pekerjaan Arsitektur
1) Pekerjaan Pasangan Dinding
2) Pekerjaan Finishing Dinding
3) Pekerjaan Precast Wall
4) Pekerjaan Pintu &Jendela
5) Pekerjaan pintu besi
6) Pekerjaan Plafond
7) Pekerjaan Finishing Lantai
8) Pekerjaan Railling
d. Pekerjaan Plumbing M & E
1) Pekerjaan Sistem Plumbing
2) Pekerjaan Sistem Pemadam Kebakaran
3) Pekerjaan Sistem Tata Udara
4) Pekerjaan Sistem Elektrikal
5) Pekerjaan Sistem Penangkal Petir
6) Pekerjaan Sistem File Alarm
7) Pekerjaan Sistem Telepon
8) Pekerjaan Sistem Tata Suara
9) Pekerjaan Sistem Data
10) Pekerjaan Sistem CCTV
11) Pekerjaan Sistem MATV
12) Pekerjaan Sistem Acces KontrolS
13) Pekerjaan Audio Phone
14) Pekerjaan Liff & escalator
15) Genset
59

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Uji Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi masing-masing variabel independen dan dependen pada penelitian
ini. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian
kuisioner yang diisi oleh 102 responden. Data univariat ini memjelaskan
tentang perilaku tidak aman, umur, masa kerja, pengetahuan, persepsi K3,
komunikasi K3, peraturan, dan ketersediaan APD.

a. Gambaran Perilaku TidakAman

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Tidak Aman pada
Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Perilaku Tidak Aman (n) (%)


Tidak Aman 50 49
Aman 52 51
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.1 merupakan hasil penelitian yang diperoleh


dari distribusi perilaku tidak aman dari 102 responden, responden yang
berperilaku tidak aman yaitu sebanyak 50 pekerja (49%) sedangkan
responden yang berperilaku aman yaitu sebanyak 52 pekerja (51%).
Dapat disimpulkan bahwa proporsi antara perilaku aman responden dan
perilaku tidak aman responden tidak berbeda jauh, hampir separuh
responden berperilaku tidak aman.
60

b. Gambaran Umur Respoden

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Dua Kategori) pada
Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Minimum Maximum Modus Standar Mean


Deviasi
18 50 34 7,334 30,29

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa rata-rata umur pekerja


sebesar 30,29% dengan standar deviasi 7,334. Umur responden
termuda yaitu 18 tahun dan umur responden tertua yaitu 50 tahun.

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Pekerja Lapangan
Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019

Umur (n) (%)


< 30 tahun 61 59,8
≥ 30 tahun 41 40,2
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.3 merupakan hasil penelitian yang diperoleh


dari distribusi umur dari 102 respondenumur responden yang kurang
dari 30 tahun (< 30 tahun) yaitu 61 pekerja (59,9%) sedangkan umur
responden lebih dari 30 tahun (≥ 30 tahun) yaitu 41 pekerja (40,2%).
Dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh responden berusia < 30
tahun.
61

c. Gambaran Masa Kerja Responden

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja (Dua Kategori)
pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Minimum Maximum Modus Standar Mean


Deviasi
1 5 3 1,211 3,31

Berdasarkan Tabel 5.4 Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa


rata-rata masa kerja pekerja sebesar 3,31% dengan standar deviasi
7,211 . Responden yang memiliki masa kerja yang masih baru yaitu 1
tahun dan masa kerja yang sudah lama yaitu 5 tahun.

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja (Dua Kategori)
pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Masa Kerja (n) (%)


< 3 tahun 67 65,7
≥ 3 tahun 35 34,3
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.5 merupakan hasil penelitian yang diperoleh


dari distribusi masa kerja dari 102 responden, masa kerja responden
yang kurang dari 3 tahun (< 3 tahun) yaitu 67 pekerja (65,7%)
sedangkan masa kerja responden lebih dari 3 tahun (≥ 3 tahun) yaitu 35
pekerja (34,3%).Dapat disimpulkan lebih dari sepertiga pekerja
memiliki masa kerja <3 tahun.
62

d. Gambaran Pengetahuan Responden

Tabel 5.6
Distribusi Responden BerdasarkanPengetahuan pada Pekerja
Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Pengetahuan (n) (%)


Kurang Baik 44 43,1
Baik 58 56,9
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.6 merupakan hasil penelitian yang


diperoleh dari distribusi pengetahuan dari 102 responden, responden
yang berpengetahuan kurang baik yaitu 44 pekerja (43,1%) sedangkan
responden yang berpengetahuan baik yaitu 58 (58,9%). Dapat
disimpulkan bahwa lebih dari separuh pekerja memiliki pengetahuan
K3 yang baik.

e. Gambaran Persepsi K3 Responden


Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi K3 pada Pekerja
Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Persepsi K3 (n) (%)


Rendah 75 73,5
Baik 27 26,5
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.7 merupakan hasil penelitian yang


diperoleh dari distribusi persepsi K3 dari 102 responden, responden
yang persepsinya rendah yaitu 75 pekerja (73,5%) sedangkan responden
yang persepsinya baik yaitu 27 (26,5%). Dapat disimpulkan 3 dari 4
pekerja memiliki persepsi K3 yang rendah.
63

f. Gambaran Komunikasi K3 Responden


Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi K3 pada Pekerja
Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Komunikasi K3 (n) (%)


Kurang baik 78 76,5
Baik 24 23,5
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.8 merupakan hasil penelitian yang


diperoleh dari distribusi komunikasi dari 102 responden, responden
yang mengatakan komunikasi kurang baik yaitu 78 pekerja (76,5%)
sedangkan responden yang mengatakan komunikasibaik yaitu 24
(23,5%). Dapat disimpulkan bahwa hanya 1 dari 4 responden memiliki
komunikasi K3 yang baik.

g. Gambaran Peraturan Kerja


Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Peraturan pada Pekerja
Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Peraturan Kerja (n) (%)


Kurang baik 79 77,5
Baik 23 22,5
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.9 merupakan hasil penelitian yang


diperoleh dari distribusi peraturan dari 102 responden, responden yang
mengatakan peraturan kurang baik yaitu 79 pekerja (77,5%) sedangkan
responden yang mengatakan peraturan baik yaitu 23 (22,5%). Dapat
disimpulkan hanya 1 dari 5 pekerja yang menyatakan bahwa
perusahaan memiliki peraturan yang baik.
64

h. Gambaran Ketersediaan APD


Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan APD pada
Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Berdasarkan Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Ketersediaan APD (n) (%)


Kurang Lengkap 83 81,4
Lengkap 19 18,6
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 5.10 merupakan hasil penelitian yang


diperoleh dari distribusi ketersediaan APD dari 102 responden,
responden yang mengatakan ketersediaan APD kurang lengkap yaitu
83 pekerja (81,4%) sedangkan responden yang mengatakan
ketersediaan APD lengkap yaitu sebanyak 19 pekerja (18,6%). Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas pekerja kurang lengkap dalam
menggunakan APD .

2. Analisis Uji Bivariat


Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat Pada penelitian ini bariabel bebas terdiri dari
pengetahuan, sikap, ketersediaan APD, pelatihan, pengawasan serta
kebijakan dan variabel terikat yaitu perilaku penggunaan alat pelindung diri
(APD). Uji Statistik yang digunakan adalah Chi-Square (X2), dengan CI =
95% (α = 0.05). jika Pvalue lebih kecil dari α (p < 0,05), artinya terdapat
hubungan yang bermakna dari kedua variabel yang diteliti. Bila Pvalue
lebih besar dari α (p > 0,005). Artinya tidak terdapat hubungan yang
bermakna dari kedua variabel yang diteliti.
65

a. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.11
Hubungan Perilaku Tidak Aman dengan Umur Responden pada
Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa Tahun 2019

Perilaku Tidak Aman


Tidak Aman Aman Total
Umur Pvalue
n % n % n %
<30 Thn 33 54,1 28 45,9 61 100
0,294
≥ 30 Thn 17 41,5 24 58,5 41 100
Total 50 49,0 52 51,0 102 100

Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak aman dengan umur diketahui bahwa responden yang berumur <30
tahun yaitu sebanyak 33 pekerja (54,1%) lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang berumur ≥ 30 tahun yaitu seabanyak 17 pekerja
(41,5%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik chi square dengan
uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,294 Pvalue >α (0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
(signifikan) antara umur pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosa
dengan perilaku tidak aman.

b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.12
HubunganPerilaku Tidak Amandengan Masa Kerja Responden
pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan
Apartemen Green Cleosa Tahun 2019

Perilaku Tidak Aman


Tidak Aman Aman Total
MasaKerja Pvalue
n % n % n %
<3 Thn 36 53,7 31 46,3 67 100
0,268
≥ 3 Thn 14 40 21 60 35 100
Total 50 49,0 52 51,0 102 100
66

Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak aman dengan masa kerja diketahui bahwa responden yang masa
kerja <3 tahun yaitu sebanyak 36 pekerja (53,7%) lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang masa kerja ≥ 3 tahun yaitu
sebanyak 14 pekerja (30%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik
chi square dengan uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue
0,268, Pvalue >α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna (signifikan) antara masa kerja pekerja pembangunan
Apartemen Green Cleosa dengan perilaku tidak aman.

c. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.13
Hubungan Perilaku Tidak Amandengan Pengetahuan
Respondenpada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa Tahun 2019

Perilaku
Tidak Total OR
Pengetahuan Aman Pvalue
Aman (95%CI)
n % n % n %
Kurang baik 30 68,2 14 31,8 44 100
4,071
Baik 20 34,5 38 65,5 58 100 0,002
(1,768-9,375)
Total 50 49,0 52 51,0 102 100

Berdasarkan tabel 5.13 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak aman dengan pengetahuan diketahui proporsi perilaku tidak aman
lebih banyak terjadi pada kelompok pengetahuan kurang baik sebanyak
(68,3%) dibandingkan dengan kelompok pengetahuan baik sebanyak
(34,5%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik chi square dengan
uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,002 Pvalue < α (0,05).
Hal ini menunjukkan bahwaada hubungan yang bermakna (signifikan)
antara pengetahuan pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosa
dengan perilaku tidak aman. Dan diperoleh nilai OR= 4,071 artinya
pengetahuan yang kurang baik berpeluang terjadinya perilaku tidak aman
4,071 kali dibandingkan dengan pengetahuan yang baik.
67

d. Hubungan antara Persepsi K3 dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.14
Hubungan Perilaku Tidak Aman dengan PersepsiK3 pada Pekerja
Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa Tahun 2019

Perilaku Tidak Aman


Tidak Aman Aman Total
Persepsi K3 Pvalue
n % n % n %
Rendah 40 53,3 35 46,7 75 100
0,219
Baik 10 37 17 63 27 100
Total 50 49,0 52 51,0 102 100

Berdasarkan tabel 5.14 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak amandengan persepsi K3 diketahui bahwa responden yang
memiliki persepsi K3 rendah sebanyak 40 pekerja (53,3%) lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi K3 baik yaitu
sebanyak 10 pekerja (37,0%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil
statisticchi square dengan uji Continuity Correction menghasilkan
Pvalue 0,219, Pvalue < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna (signifikan) antara persepsi K3 pekerja
pembangunan Apartemen Green Cleosa dengan perilaku tidak aman.

e. Hubungan antara Komunikasi K3 dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.15
Hubungan Perilaku Tidak Aman dengan KomunikasiK3 pada
Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan Apartemen
Green Cleosa Tahun 2019

Perilaku Tidak Aman


Tidak Aman Aman Total
Komunikasi K3 Pvalue
n % N % n %
Kurang baik 41 52,6 37 47,4 78 100
0,290
Baik 9 37,5 15 62,5 24 100
Total 50 49,0 52 51,0 102 100

Berdasarkan tabel 5.15 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak aman dengan komunikasi K3 diketahui bahwa responden yang
mengatakan komunikasi K3 kurang baik yaitu sebanyak 41 pekerja
(52,6%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mengatakan
68

komunikasi K3 baik yaitu sebanyak 9 pekerja (37,5%) untuk berperilaku


tidak aman. Hasil statistic chi square dengan uji Continuity Correction
menghasilkan Pvalue 0,290 Pvalue > α (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara
komunikasi K3 pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosadengan
perilaku tidak aman.

f. Hubungan antara Peraturan dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.16
HubunganPerilaku Tidak Aman dengan Peraturan pada Pekerja
Lapangan Konstruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa Tahun 2019

Perilaku
Tidak Total OR
Peraturan Aman Pvalue
Aman (95%CI)
n % n % n %
Kurang baik 46 58,2 33 41,8 79 100
6,621
Baik 4 17,4 19 82,6 23 100 0,001
(2,061-21,275)
Total 50 49,0 52 51,0 102 100

Berdasarkan tabel 5.16 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak aman dengan peraturan diketahui bahwa responden yang
mengatakan peraturan kurang baik sebanyak 46 pekerja (58,2%) lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang mengatakan peraturan baik
sebanyak 4pekerja (17,4%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik
chi square dengan uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue
0,001, Pvalue < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwaada hubungan yang
bermakna (signifikan) antara peraturan pekerja pembangunan Apartemen
Green Cleosa dengan perilaku tidak aman. Dan diperoleh nilai OR=
6,621 artinya peraturan kurang baik berpeluang untuk terjadinya perilaku
tidak aman 6,621 kali dibandingkan peraturan yang baik.
69

g. Hubungan antara Ketersediaan APD dengan Perilaku Tidak Aman


Tabel 5.17
Hubungan Perilaku Tidak AmandenganKetersediaan APD
Responden pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa Tahun 2019

Perilaku
Ketersediaan Tidak Total OR
Aman Pvalue
APD Aman (95%CI)
N % n % n %
Kurang Lengkap 48 57,8 35 42,2 83 100
11,657
Lengkap 2 10,5 17 89,5 19 100 0,001
(2,528-53,757)
Total 50 49,0 52 51,0 102 100

Berdasarkan tabel 5.17 hasil analisis hubungan antara perilaku


tidak aman dengan ketersediaan APD diketahui bahwa responden yang
mengatakan ketersediaan APD kurang lengkap sebanyak 48 pekerja
(57,8%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mengatakan
ketersediaan APD lengkap sebanyak 2 pekerja (10,5%) untuk berperilaku
tidak aman. Hasil statistik chi square dengan uji Continuity Correction
menghasilkan Pvalue 0,001, Pvalue < α (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwaada hubungan yang bermakna (signifikan) antara ketersediaan
APD pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosa dengan perilaku
tidak aman. Dan diperoleh nilai OR= 11,657 artinya ketersediaan APD
kurang lengkap berpeluang untuk terjadinya perilaku tidak aman 11,657
dibandingkan dengan ketersediaan APD yang lengkap.

C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih banyak kelemahan dan keterbatasan
dianataranya yaitu:
1. Pada saat responden melakukan pengisian kuesioner terdapat pengawas K3
yang mendampingi responden saat pengisian, hal tersebut membuat
responden kurang lebih terbuka dalam mengisi kuesioner.
2. Pada penelitian yang dilakukan di proyek pembangunan Apartemen masih
banyak variabel-variabel yang tidak dijadikan sebagai variabel penelitian
seperti berikut: pengawasan, pelatihan, pemikiran, sikap, kepribadian,
70

kepercayaan, perasaan, dan lain-lain.


D. Pembahasan
1. Hubungan antara Umur dengan Perilaku Tidak Aman

Dari hasil univariat dalam penelitian ini diperoleh distribusi perilaku


tidak aman dari 102 responden, responden yang berperilaku tidak aman
yaitu sebanyak 50 pekerja (49%) sedangkan responden yang berperilaku
aman yaitu sebanyak 52 pekerja (51%). Dapat disimpulkan bahwa proporsi
antara perilaku aman responden dan perilaku tidak aman responden tidak
berbeda jauh, hampir separuh responden berperilaku tidak aman.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara umur dengan
perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang berumur <30 tahun
yaitu sebanyak 33 pekerja (54,1%) lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang berumur ≥ 30 tahun yaitu seabanyak 17 pekerja (41,5%)
untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik chi square dengan uji
Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,294 Pvalue >α (0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan)
antara umur pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosa dengan
perilaku tidak aman.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sangaji
(2018) pada pekerja bagian lambung galangan kapal PT X dari 60
responden didapat nilai Pvalue = 0,504 berdasarkan hasil analisis
didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna (signifikan) antara umur
dengan perilaku tidak aman.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa
semakin bertambahnya usia pekerja, maka kapasitas fisik seperti
kecepatan, kelenturan, kekuatan, penglihatan dan sistem koordinasinya
akan semakin menurun (Suma’mur, 2009).
Pada penelitian ini umur tidak berhubungan dengan perilaku tidak
aman, perilaku tidak aman pada penelitian ini banyak dilakukan oleh
pekerja yang berumur <30 tahun dibandingkan dengan umur ≥ 30 tahun
karena pekerja lebih tua umumnya dianggap lebih berhati-hati dalam
bekerja akan tetapi pekerja yang lebih tua akan membutuhkan biaya
71

perawatan kesehatan yang lebih tinggi, flesibilitas yang rendah dalam


menerima tugas baru, dan penurunan keadaan fisik.
Berdasarkan fakta di lapangan pekerja umur muda dan tua sama-
sama cenderung melakukan tindakan tidak aman karena mereka merasa
telah terbiasa dan telah mengenal dengan baik area kerja serta tidak
mementingkan bahaya apa yang akan ditimbulkan.

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Perilaku Tidak Aman

Dari hasil univariat dalam penelitian ini diperoleh distribusi masa


kerja dari 102 responden, masa kerja responden yang kurang dari 3 tahun
(< 3 tahun) yaitu sebanyak 67 pekerja (65,7%) sedangkan umur responden
lebih dari 3 tahun (≥ 3 tahun) yaitu sebanyak 35 pekerja (34,3%). Dapat
disimpulkan lebih dari sepertiga pekerja memiliki masa kerja ≥ 3 tahun.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara masa kerja
dengan perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang masa kerja
<3 tahun yaitu sebanyak 36 pekerja (53,7%) lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang masa kerja ≥ 3 tahun yaitu sebanyak 14 pekerja
(40%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik uji chi square dengan
uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,268Pvalue > α (0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
(signifikan) antara masa kerja pekerja pembangunan Apartemen Green
Cleosa dengan perilaku tidak aman.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prataman
(2015) pada tenaga kerja bongkar muat di PT. Terminal Petikemas
Surabaya dari 60 responden didapatkan nilai Pvalue= 0,327 berdasarkan
hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
masa kerja dengan tindakan tidak aman.
Pada penelitian ini masa kerja tidak hubungan dengan perilaku tidak
aman, perilaku tidak aman pada penelitian ini banyak dilakukan oleh
pekerja dengan masa kerja lebih dari 3 tahun. Dapat diartikan bahwa
pengalaman seseorang untuk mengenal bahaya di tempat kerjaakan
semakin membaik seiring dengan bertambahnya masa kerja, sehingga pada
72

pekerja lama akan lebih mengenal titik-titik bahaya pada tempat kerja
mereka yang pada akhirnya dapat meminimalkan terjadinya kesalahan
(error) yang dapat mengakibatkan kecelakaan (Suma’mur, 2009).
Hal ini diperkuat oleh Geller (2001) yang menyebutkan faktor
pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah dikenal dapat
mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku
karena menyenangkan, nyaman, dan menghemat waktu dan perilaku ini
cenderung berulang.

3. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Tidak Aman

Dari hasil univariat dalam penelitian ini diperoleh dari distribusi


pengetahuan dari 102 responden, responden yang berpengetahuan kurang
baik yaitu sebanyak 44 pekerja (43,1%) sedangkan responden yang
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 58 (58,9%). Dapat disimpulkan
bahwa lebih dari separuh pekerja memiliki pengetahuan K3 yang baik.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang
pengetahuan kurang baik sebanyak 30 pekerja (68,2%) lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang pengetahuan baik sebanyak 20
pekerja (34,5%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik chi
squaredengan uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,002,
Pvalue < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwaada hubungan yang
bermakna (signifikan) antara masa kerja pekerja pembangunan
Apartemen Green Cleosa dengan perilaku tidak aman. Dan diperoleh
nilai OR= 4,071 artinya pengetahuan yang kurang baik berpeluang
terjadinya perilaku tidak aman 4,071 kali dibandingkan dengan
pengetahuan yang baik.
Pada penelitian ini pengetahuan berhubungan dengan perilaku tidak
aman. Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 pekerja yang
berpengetahuan kurang baik berpeluang untuk berperilaku tidak aman. Hal
tersebut karena pada kenyataannya dilapangan dari beberapa pekerja sudah
memiliki pengetahuan mengenai K3 dilingkungan tempat bekerja dalam
73

proses pembangunan Apartemen dan pada proses bekerja responden


cenderung terburu-buru untuk menyelesaikan pekerjaan karena pekerjaan
ini dituntut untuk selesai sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, sehingga tanpa disadari mereka melakukan perilaku tidak
aman.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Naik Hasahatan (2017)
diperoleh hasil p-value= 0,268 p>α (0,05) hal ini menunjukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan tidak
aman. Pengetahuan memang sesuatu yang perlu tetapi bukan merupakan
faktor yang cukup kuat sehingga seseorang bertindak sesuai dengan
pengetahuannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2003), dimana
perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka sikap tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Reason (1997)
mengemukakan bahwa pekerja hendaknya memiliki kesadaran atas
keadaan yang berbahaya sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi. Meminimalisasikan kecelakaan kerja dengan
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, tidak mengoperasikan alat
yang rusak, menaati peraturan dan prosedur yang berlaku,
bertanggungjawab dalam bekerja.

4. Hubungan antara Persepsi K3 dengan Perilaku Tidak Aman


Dari hasil univariat dalam penelitian ini diperoleh dari distribusi
persepsi K3 dari 102 responden, responden yang persepsinya rendah yaitu
sebanyak 75 pekerja (73,5%) sedangkan responden yang persepsinya baik
yaitu sebanyak 27 (26,5%). Dapat disimpulkan 3 dari 4 pekerja memiliki
persepsi K3 yang rendah.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara persepsi dengan
perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang memiliki persepsi
rendah sebanyak 40 pekerja (53,3%) lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang memiliki persepsi baik yaitu sebanyak 10 pekerja (37,0%)
untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik chi square dengan uji
74

Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,219 Pvalue > α (0,05). Hal


ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan)
antara persepsi pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosa dengan
perilaku tidak aman.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmilia (2017) pada
pekerja lapangan kontruksi proyek pembangunan Apartemen Bailey’s City
dari 93 responden dengan Pvalue = 0,271 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara persepsi
dengan perilaku tidak aman.
Pada penelitian ini persepsi tidak berhubungan dengan perilaku tidak
aman, responden yang memiliki persepsi rendah sebanyak 72 pekerja
berperilaku tidak aman. Perilaku tidak aman tidak selalu diawali oleh
gagalnya seseorang mempersepsikan adanya suatu bahaya, yang
menyebabkan ia berpeluang mengalami kecelakaan dan kemungkinan juga
seseorang telah mampu mempersepsikan adanya bahaya namun tetap
melakukan perilaku tidak aman tersebut karena menganggap dirinya telah
biasa melakukan hal tersebut dan tidak terjadi apa – apa yang mengancam
keselamatannya. Salah satu kemungkinan lain juga adalah terjadi
kesalahan penilaian atau persepsi tentang keyakinan menghindari bahaya
yang mengancam dirinya sehingga seseorang memutuskan melakukan
perilaku tidak aman.
Sedangkan di dalam buku Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi
dijelaskan bahwa persepsi menurut merupakan proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon
yang menyeluruh dalam diri individu (Notoatmodjo,2003).

5. Hubungan antara Komunikasi K3 dengan Perilaku Tidak Aman


Dari hasil univariat dalam penelitian ini diperoleh dari distribusi
komunikasi dari 102 responden, responden yang mengatakan komunikasi
kurang baik yaitu sebanyak 78 pekerja (76,5%) sedangkan responden yang
mengatakan komunikasi baik yaitu sebanyak 24 (23,5%). Dapat
75

disimpulkan bahwa hanya 1 dari 4 responden memiliki komunikasi K3


yang baik.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara komunikasi
dengan perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang mengatakan
komunikasi kurang baik yaitu sebanyak 41 pekerja (52,6%) lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang mengatakan komunikasi baik yaitu
sebanyak 9 pekerja (37,5%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik
chi square dengan uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue 0,290
Pvalue > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna (signifikan) antara komunikasi K3 pekerja pembangunan
Apartemen Green Cleosa dengan perilaku tidak aman.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Handayani
(2018) pada pekerja B2TKS dari 124 responden dengan nilai Pvalue 0,131
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara komunikasi dengan tindakan tidak aman.
Pada penelitian ini komunikasi tidak berhubungan dengan perilaku
tidak aman, sebanyak 41 pekerja yang mengatakan kurangnya komunikasi
dan berperilaku tidak aman. Komunikasi ditempat kerja sangat penting
karena bertujuan untuk menginformasikan potensi sumber bahaya yang
akan berpeluang terjadinya kecelakaan kerja. Komunikasi bahaya ini
bertujuan memberikan informasi, isyarat, ataupun tanda peringatan antara
pekerja di area tertentu yang telah dipahami oleh setiap pekerja yang
bekerja. Komunikasi tidak hanya berupa simbol, tanda peringatan bahaya
namun pengawas K3 harus memberikan penjelasan atau pengarahan
berupa safety talk yang diberikan dua kali dalam satu minggu sebelum
memulai pekerjaa. Dapat kesimpulan, ada komunikasi namun banyak
pekerja yang berperilaku tidak aman ini menandakan bahwa pekerja masih
belum memahami bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja.
Menurut Cooper (2001) komunikasi dapat berlangsung secara satu
arah, dua arah, diantara manajer dengan pekerja, pekerja dengan pekerja,
manajer dengan manajer, atau departemen dengan departemen denga
Bahasa yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak.
76

6. Hubungan antara Peraturan dengan Perilaku Tidak Aman


Dari hasil univariat dalam penelitian ini diperoleh dari distribusi
peraturan dari 102 responden, responden yang mengatakan peraturan
kurang baik yaitu sebanyak 79 pekerja (77,5%) sedangkan responden yang
mengatakan peraturan baik yaitu sebanyak 23 (22,5%). Dapat disimpulkan
hanya 1 dari 5 pekerja yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki
peraturan yang baik.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara ketersediaan
APD dengan perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang
mengatakan peraturan kurang baik sebanyak 46 pekerja (58,2%) lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang mengatakan peraturan baik
sebanyak 4pekerja (17,4%) untuk berperilaku tidak aman. Hasil statistik
chi square dengan uji Continuity Correction menghasilkan Pvalue
0,001Pvalue < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna (signifikan) antara peraturan pada pembangunan Apartemen
Green Cleosa dengan perilaku tidak aman. Dan diperoleh nilai OR= 6,621
artinya peraturan kurang baik berpeluang untuk terjadinya perilaku tidak
aman 6,621 kali dibandingkan dengan peraturan yang baik.
Pada penelitian ini peraturan berhubungan dengan perilaku tidak
aman. Responden dalam penelitian ini sebanyak 46 pekerja yang
berperilaku tidak aman. Berdasarkan fakta yang ada dilapangan bahwa
sudah terdapat peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan tetapi
dalam proses bekerja masih banyak para pekerja yang tidak mematuhi
peraturan yang telah ditetapkan tersebut seperti tidak menggunakan APD
pada saat memasuki area lingkungan kerja dan menggunakan alat kerja
yang tidak sesuai prosedur.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rahmalia (2017) pada
pekerja lapangan kontruksi proyek pembangunan Apartemen Bailey’s City
dari 93 responden dengan Pvalue = 0, 266 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara dengan
perilaku tidak aman. Perubahan perilaku tingkat kepatuhan yang baik
77

adalah proses, dimana individu melakukan sesuatu katena memahami


makna, mengetahui pentingnya tindakan dan keadaan ini.
Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mendokumentasikan
standar, norma dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller,
2001). Tujuan dari dibentuknya peraturan dan prosedur keselamatan kerja
yaitu untuk mengendalikan bahaya yang ada di tempat kerja, untuk
melindungi pekerja dari kemungkinan terjadi kecelakaan, dan untuk
mengatur perilaku pekerja, sehingga nantinya tercipta budaya keselamatan
yang baik (Ramli, 2010).
7. Hubungan antara Pemenuhan (Ketersediaan APD) dengan Perilaku
Tidak Aman
Dari hasil analisis univariat penelitian yang diperoleh dari distribusi
ketersediaan APD dari 102 responden, responden yang mengatakan
ketersediaan APD kurang lengkap yaitu sebanyak 83 pekerja (81,4%)
sedangkan responden yang mengatakan ketersediaan APD lengkap yaitu
sebanyak 19 (18,6%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerja kurang
lengkap menggunakan APD.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara ketersediaan
APD dengan perilaku tidak aman diketahui bahwa responden yang
mengatakan ketersediaan APD kurang lengkap sebanyak 48 pekerja
(57,8%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mengatakan
ketersediaan APD lengkap sebanyak 2 pekerja (10,5%) untuk berperilaku
tidak aman. Hasil statistik chi squaredengan uji Continuity Correction
menghasilkan Pvalue 0,001, Pvalue < α (0,05). Hal ini menunjukkan
bahwaada hubungan yang bermakna (signifikan) antara ketersediaan APD
pekerja pembangunan Apartemen Green Cleosa dengan perilaku tidak
aman. Dan diperoleh nilai OR= 11,657 artinya ketersediaan APD kurang
lengkap berpeluang untuk terjadinya perilaku tidak aman 11,657
dibandingkan dengan responden yang mengatakan ketersediaan APD yang
lengkap.
Pada penelitian ini ketersediaan APD berhubungan dengan perilaku
tidak aman, sebanyak 48 pekerja mengatakan ketersediaan APD tidak
78

lengkap dan berperilaku tidak aman. Berdasarkan fakta dilapangan hanya


beberapa pekerja yang menggunakan APD hal tersebut dikarenakan
perusahaan masih belum menyediakan APD secara lengkap seperti
(pelindung kepala, pelindung kaki, sarung tangan, masker, body harness),
dan ada beberapa pekerja yang memakai APD seperti pelindung kepala
yang sudah rusak atau tidak layak pakai. Responden yang mengatakan
ketersediaan APD lengkap tetapi berperilaku tidak aman, karena
responden hanya menggunakan alat pelindung diri yang mereka miliki
sendiri dan tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang seharusnya
disediakan oleh perusahaan. Beberapa responden mengatakan bahwa
menggunakan APD akan menghambat pergerakan pada saat melakukan
pekerjaan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sangaji (2018) pada pekerja
bagian lambung galangan kapal PT X dari 60 responden didapatkan nailai
Pvalue = 0,043 berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa ada hubungan
bermakna antara ketersediaan APD dengan perilaku tidak aman bahwa
lebih banyak responden dengan kategori ketersediaan APD kurang baik
sebanyak 70% dibandingkan dengan responden kategori ketersediaan
ketersediaan APD baik sebesar 33,3% (Sangaji, 2018).
Berdasarkan Pasal 14 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja, pengusaha atau pengurus perusahaanwajib menyediakan APD secara
cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat
kerja. Apabila kewajiban pengusaha atau pengurus perusahaan tersebut
tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang. Berdasarkan
Pasal 12, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan
(Anizar,2009).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian terhadap 102 responden di proyek
pembangunan Apartemen Green Cleosa tentang umur, masa kerja, pengetahuan,
persepsi K3, komunikasi K3, peraturan, dan ketersediaan APD terhadap perilaku
tidak aman 2019, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Sebanyak 49% pekerja yang tidak berperilaku aman, dan sebanyak 51%
pekerja yang berperilaku aman.
2. Sebanyak 59,8% pekerja merupakan umur kurang dari 30 tahun (< 30
tahun), dan sebanyak 40,2% pekerja merupakan umur lebh dari 30 tahun (≥
30 tahun).
3. Sebanyak 65,7% pekerjamerupakan masa kerja kurang dari 3 tahun (< 3
tahun), sedangkan sebanyak 34,3% pekerja merupakan masa kerja lebih dari
3 tahun (≥ 3 tahun).
4. Sebanyak 43,1% pekerja dengan pengetahuan kurang baik, sedangkan
sebanyak 56,9% pekerja dengan pengetahuan baik.
5. Sebanyak 73,5% pekerja memiliki persepsi rendah, sedangkan sebanyak
26,5 pekerja memiliki persepsi yang baik.
6. Sebanyak 76,5% pekerja yang mengatakan komunikasi kurang baik,
sedangkan sebanyak 23,5% pekerja mengatakan komunikasi baik.
7. Sebanyak 77,5% pekerja yang mengatakan peraturan kurang baik,
sedangkan sebanyak 22,5%pekerja mengatakan peraturan baik.
8. Sebanyak 81,4% pekerja mengatakan ketersediaan APD kurang lengkap,
sedangkan sebanyak 18,6% pekerja mengatakan ketersediaan APD lengkap.
9. Dilihat dari hasil analisis uji bivariat didapatkan variabel yang berhubungan
dengan perilaku tidak aman yaitu pengetahuan dengan nilai Pvalue = 0,002
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan perilaku tidak aman, peraturan dengan nilai Pvalue= 0,001 maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku tidak
aman, dan ketersediaan APD dengan nilai Pvalue = 0,001 maka dapat

79
80

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan


perilaku tidak aman.
10. Dillihat dari hasil uji bivariat dari keseluruhan hasil didapatkan hubungan
yang tidak bermakna, antara umur dengan perilaku tidak aman mendapatkan
Pvalue = 0,294(≥0,05), antara masa kerja dengan perilaku tidak aman
mendapatkan Pvalue = 0,268(≥0,05), antara persepsi dengan perilaku tidak
aman mendapatkan Pvalue = 0,219 (≥0,05), antara komunikasi dengan
perilaku tidak aman mendapatkan Pvalue = 0,290 (≥0,05).

B. Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Sebaiknya pekerja diikut sertakan untuk mengawasi apabila ada rekan
yang berperilaku tidak aman dan menegurnya.
b. Menambah kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai dan
sesuai dengan peraturan.
c. Memberikan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada seluruh pekerja melalui
safety talk sebelum memulai bekerja.
d. Sebaiknya diadakan penghargaan (reward )kepada pekerja yang
mentaati peraturan dan diadakan pula hukuman (punishment) kepada
pekerja yang melanggar peraturan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Melakukan penelitian dengan variabel-variabel yang belum diteliti
seperti: pengawasan, sikap, perilaku, beban kerja, kelelahan kerja,
kepercayaan, kepribadian, perasaan, pemikiran, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Astuti, Liana Rahmi. 2017. Fakto – faktor yang berhubungan dengan Perilaku
Tidak Aman pada pekerja lapangan kontruksi di Proyek Pembangunan
Apartement Bailey‟s City PT. Bina Buana Semesta Tahun 2017. Skripsi:
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Azwar, S., 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Dirjen Binawasker dan K3, 2017. Angka Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja.

Bird, Frank E, Jr and George L, Germain. 1972. Pratical Loss Control


Leadership. Georgia.

BLS. 2015. Fatal Injuries In New York City-2014, Census Of Fatal Occupotional
Injuri (CFOI) Counts. U.S: Bureun Of Labour Statistics
(www.bls.gov/iif/oshcfoi1.htm: diakses pada tanggal 17 April 2017 11:20
WIB)

BPJSKetenagakerjaan. (2018). Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih


Tinggi. http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-
Kecelakaan-Kerja-di-Indonesia-Masih-Tinggi.html(Diakses pada 15 Juni
2019).

Candra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Buku KedokteranEGC.

Cooper, D. 2001. Improving Safety Culture Hanbook.Lewis Publissher, Boca


Raton London. New York Wangshington, D.C.

Dupont. 2005. Stop Not Walking the talk: DuPont‟s Untold Safety Failures.
L;;United Steelworkers International Union.

Ferdy, Ardinold, Yudi Ariyanto. 2008. Macam-macam dan Penyebab Kecelakaan


Struckby pada Proyek Konstruksi di Surabaya. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Kristen Petra.

Geller, E. Scott, 2001. The Psychology of safety Hanbook. Lewis Publissher: Boca
Raton London. New York Washington, D.C.

Grace, S., 2011. Analisis Perilaku Berbahaya Pada Tenaga Kerja Pengelasan Di
Jalan Mahakam Medan Tahun 2011.

81
82

Green, L.W. dan Kreuter, M.W. 2000. Health promotion planning an educational
and environmental approach. (2nd ed.). Mountain View: Mayfield
PublishingCompany

Hajrah, Naiem,2017. Pengaruh Motivasi Kerja Aman TerhadapKejadian


Kecelakaan Kerja Di PT. Maruki Internasional Indonesia.
JSTKesehatan.7.

Handayani, Yui. 2018. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan


Tidak Aman (Unsafe Action) Pada Pekerja di B2TKS Pengujian Kontruksi
di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek)
Tangerang Selan 2018. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat:
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Hastono, S. P. 2006. Basic Data Analysis for Health Research.


UniversitasIndonesia (UI): Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Heinrich, H.W. 1980 Industrial Accident Prevention, A Safety Management


Approach. McGraw Hill Book Company.

Helliyanti, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak


AmanDi Dept. Utility And Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
DivisiBogasari Flour Mills. Universitas Indonesia, Depok.

HSE,2017. Fatal injuries arising from accidents at work in Great Britain 2017.
Health AndSafety Excecutiv (www.hse.gov.uk/statictic/fatals.html:diakses
pada tanggal 8 Agustus 2017 pukul 5:35 WIB)
http://www.hrdp-idrm.in/e5783/e17327/e24075/e27357

ILO. 2017. Snapshots On Occupational Safety And Health (OSH), The Ilo At
TheWorld Congres On Safety And Health At Work.

Irwandi, 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan beban kerja perawat di


unit rawat inap RSJ Dadi Makasar

Kalalo, S.Y., Kaunang, W.P.., Kawatu, P., 2016. Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Tentang K3 Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada
Kelompok Nelayan Di Desa Belang Kecamatan Belang Kabupaten
Minahasa Tenggara. PHARMACON J. Ilm. Farm. 5.

Meisya, Nur. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


TidakSelamat pada Pekerja Bagian Produksi PT. X.. Fakultas Kesehatan
Masyarakat: Universitas Indonesia

MenteriKetenagakerjaan RI. 2016.SambutanMenteri Ketenagakerjaan Republik


Indonesia pada Upacara Hari Keselamatan dan KesehatanKerja Kerja
Nasional Tahun 2016 [Online]. Diakses dari:
83

http://pnk3.com/uploads/artikel/isi/sambutan-menaker-bulan-k3-tahun-
2016-s.pdf

Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka


Cipta

. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta

. 2010.MetodologiPenelitian Kesehatan.Jakarta: RinekaCipta

. 2012.MetodologiPenelitian Kesehatan.Jakarta: RinekaCipta

. 2014.Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Panjaitan, Aknesro Sawlina. 2017. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tindakan


Tidak Aman Pada Pekerja Pabrik Tahu TK di Pematang Siantar Tahun
2017. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Sumatera Utara Medan.

Pratama, A.K., 2018. Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Unsafe Action


Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di PT. Terminal Petikemas
Surabaya.Indones. J. Occup. Saf. Health 4, 64–73.

Pratiwi,A.D. 2009. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Tidak


Aman (unsafe act) pada Pekerja di PT. X tahun 2009. Fakultas Kesehatan
Masyarakat: Universtas Indonesia

Pratiwi, Shinta Dwi. 2012. Tinjauan faktor perilaku aman pada karyawan PT.
Waskita Karya proyek Gor Boker tahun 2012. Fakultas Kesehatan
Masyarakat: Universitas Indonesia.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


KerjaOHSAS 18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Reason, James. 1997. Human Error. Cambridge University Press. New York

Robbins, Stephen P. 1998. Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia :Konsep


Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: PT. Prenhallindo

Rogers, R.W. (1974). A protection motivation theory of fear appeals and attitude
change.Journal of Psychology

Roughton, James E. and James J. Mercurio(2002). Developing


andEffective Safety Culture : a Leadership Approach . USA :
Butterworth Heinemann.

Sangaji Jesica, Siswi Jayanti. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Perilaku Tidak Aman Pekerja Bagian Lambung Galangan Kapal PT X.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
84

Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional : Teori dan Praktek. Jakarta :


Universitas Indonesia Press.

Siaoman, Benny, Hendy Sanjaya. 2007. Faktor Penyebab Kecelakaan Jatuh Pada
proyek Konstruksi di Surabaya. Surabaya:Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan: Universitas KristenPetra

Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, FE UI


: Jakarta.

Suizer, A,B. 1999. Safety behavior: fewer Injuries. Jakarta: Balai Pustaka

Suma’mur. 1988. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV


Sagung Seto.

.1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji


Masagung. Cetakan Ke-5

.2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV Sagung


Seto. CetakanKe-2

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tarwaka, 2014. Manajemen Dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja, 2nd


ed.Harapan Press, Surakarta.

Tulus,A.M. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:


PT.Gramedia Utama Pustaka.

Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Tersedia:


jdih.esdm.go.id/peraturan/uu-01-1970.pdf, diakses: 14 April 2017pukul
13:00 WIB)

Vongpisal,C& Yodpijit,N.2017. Construction Accidents in Thailand: Statistical


Data Analysis. Construction Accidents in Thailand: Statistical Data
Analysis. Department of Industrial Engineering and Center for Innovation
in Human Factors Engineering and Ergonomics. Faculty of Engineering,
King Mongkut’s University of Technology North Bangkok, Bangkok,
Thailand
(Tersedia:http://ojs.kmutnb.ac.th/index.php/ijst/article/viewFile/804/pdf_1
00, diakses: 20 April 2019)

Widayana, I.G., Wiratmaja, 2014. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Graha


Ilmu, Yogyakarta.
85

Yanti, Khairi. 2011.Hubungan Perilaku dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja


Peternak Ayam Ras di Kecematan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Tahun 2011. Fakultas Kedokteran: Universitas Andalas Padang.

Yudhawan YV, Dwiyanti E. Hubungan Personal Factors dengan Unsafe Actions pada
Pekerja Pengelasan di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya. Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS Dr Soetomo. 2017;3(1):88-98.
Lampiran I Manuskrip

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak


Aman pada Pekerja Lapangan Konstruksi di Proyek
Pembangunan Apartemen Green Cleosa PT. Abadi Prima
Intikarya Tahun 2019

Elita Sofina
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Jalan KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu Ciputat, Tangerang Selatan, Banten
Email: elitasofina97@gmail.com

ABSTRAK

Industri kontruksi merupakan sebuah lapangan pekerjaan yang hampir selalu


berada ditempat terbuka, serta memiliki akses yang dapat dilalui oleh orang yang
berbeda, dimana kondisi tersebut dapat berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja.
Perilaku tidak aman seperti bersenda gurau pada saat bekerja, mengangkat beban
berlebih yang tanpa disadari dapat mengakibatkan kecelakan kerja. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku
tidak aman pada pekerja lapangan konstruksi di proyek pembangunan Apartemen
Green Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019. Industri kontruksi
merupakan sebuah lapangan pekerjaan yang hampir selalu berada ditempat terbuka,
serta memiliki akses yang dapat dilalui oleh orang yang berbeda, dimana kondisi
tersebut dapat berpotensi untuk terjadi kecelakaan kerja. Perilaku tidak aman
seperti bersenda gurau pada saat bekerja, mengangkat beban berlebih yang tanpa
disadari dapat mengakibatkan kecelakan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman pada
pekerja lapangan konstruksi di proyek pembangunan Apartemen Green Cleosa PT.
Abadi Prima Intikarya Tahun 2019. Terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, peraturan, dan ketersediaan APD dengan perilaku tidak aman. Dan
tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, masa kerja, persepsi
K3,komunikasi K3, dengan perilaku tidak aman.Perusahaan harus mengadakan
sosialisasi mengenai peraturan-peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
kepada seluruh pekerja dan menambah fasilitas alat pelindung diriuntuk pekerja
agar bekerja secara aman.

KataKunci : Perilaku tidak aman, Konstruksi, Pembangunan Apartemen


Factors Related to Unsafe Behavior in Construction Field Workers
in the Green Cleosa Apartment Development Project
PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019

ABSTRACT

The construction industry is a job that is almost always in the open, and has access
that can be passed by different people, where these conditions can potentially lead
to work accidents. Unsafe behaviors such as bantering at work, lifting excessive
loads that can unknowingly result in work accidents. The purpose of this study was
to determine the factors associated with unsafe behavior in construction field
workers in the construction project of Green Cleosa Apartment PT. Abadi Prima
Intikarya In The Year of 2019.This research was conducted in June-July 2019
using a cross sectional method. The subjects of this study used a sample of 102
respondents and data collection techniques by accidental sampling. Data is taken by
measuring questionnaire by questionnaire. Data analysis was performed with
univariate and bivariate tests with chi square test.From the results of univariate
analysis as many as 49% of workers who behaved unsafe, 59.8% of workers aged
less than 30 years, 43.1% of workers with poor knowledge, 73.5% of workers with
low perception, poor regulation of 77.5 %. The availability of PPE is incomplete
81.4%. The results of the bivariate analysis obtained a value of Pvalue = 0.002
smaller than alpha 0.05, it concluded that therewas a significant relationship
between knowledge and unsafe behavior. And the regulatory variable obtained
value of Pvalue = 0.001 smaller than alpha 0.05. There is a significant relationship
between knowledge, regulations, and the availability of PPE with unsafe behavior.
And there is no significant relationship between age, years of service, OHS
perception, OHS communication, and unsafe behavior.The Company should be
conduct socialization regarding regulations on occupational safety and health to all
workers and add personal protective equipment facilities for workers to work
safely.

Keywords: Unsafe behavior, Construction, Apartment Development


PENDAHULUAN yang mana kecelakaan kerja ini juga
Pekerjaan kontruksi dapat menimbulkan kerugian baik
merupakan kompleksitas kerja yang dari segi ekonomi maupun fisik
dapat menjadisumber terjadinya terhadap pekerja dan juga kontraktor
kecelakaan kerja dan pentingnya arti (Ferdy dan Yudi, 2008).
tenaga kerja dalam bidang kontruksi ( Menurut H.W Heinrich dalam
Taufik dkk, 2009). Menurut Siaoman bukunya The Accident Prevention,
dan Hendy (2007), kontruksi terungkap bahwa 88% penyebab
mempunyai karakeristik yang suatu kecelakaan adalah faktor
beragam dan kompleks serta dapat manusia, yaitu tindakan tidak aman
mempertinggi angka risiko dan (unsafe act), sedangkan 10% lainnya
bahaya kecelakaan kerja. Dari di sebabkan oleh kondisi tidak aman
pengertian di atas dapat di simpulkan (unsafe condition) dan sisanya adalah
bahwa industru kontruksi merupakan faktor lain yang tidak bisa dapat di
salah satu sektor di bidang industri perhitungkan (act of GOD). Hasil
yang memiliki kompleksitas kerja penelitian dari Dupont memperkuat
dengan risiko kecelakaan kerja yang hal tersebut, bahwa tindakan tidak
cukup tinggi. aman memberikan kontribusi hampir
Dampak negatif yang dapat di pada semua kecelakaan. Dari
timbulkan dari proses pembangunan penelitian ini ditemukan bahwa 90%
yaitu munculnya angka kecelakaan kecelakaan yang menyebabkan
akibat kerja. Menurut Pratiwi (2012), hilangnya waktu kerja disebabkan
hal ini di karenakan pekerjaan jasa oleh tindakan tidak aman dan hanya
kontruksi hampir selalu berada di 4% kecelakaan yang di sebabkan oleh
tempat terbuka, serta memiliki akses penyebab lainnya. Secara spesifik
yang dapat di lalui oleh orang yang Galler (2001) dalam bukunya The
berbeda, dimana kondisi tersebut Psychology of Safety Handbook
dapat berpotensi untuk terjadi membahas mengenai perilaku
kecelakaan kerja. Industri kontruksi keselamatan kerja, yaitu terdapat tiga
merupakan sebuah lapangan faktor domain yang saling
pekerjaan yang memiliki potensi berhubungan. Ketiga faktor tersebut
bahaya serta risiko kecelakaan kerja, adalah individu, perilaku, dan
lingkungan. Adapun faktor individu dari 31 perusahaan dari tahun 2006
meliputi pengetahuan, sampai 2014. Sebagian besar
ketrampilan,alat-alat, mesin, kecelakaan kerja di konstruksi
perlengkapan, suhu, prosedur dan disebabkan oleh faktor manusia yaitu
standar. perilaku tidak aman dengan
Berdasarkan hasil perhitungan dari persentase (88,97%)
U.S BLS (United State Bureau of (Vongpisal,2017).
Labour Statistics) yang di laporkan Menurut laporan Dirjen
menyebutkan bahwa kecelakaan kerja Binawasker dan K3 pada tahun 2017
fatal di kontruksi tahun 2011 yaitu Indonesia mengalami jumlah
sebanyak 4.383 kasus, naik sebesar kecelakaan kerja yaitu sebanyak
5% menjadi 4.628 kasus di tahun 11.028 kasus dan penyakit akibat
2012. Kecelakaan kerja tersebut kerja sebanyak 118 kasus (Dirjen
diantaranya adalah cidera fatal pada Binawasker dan K3, 2017).
pekerja penuh kontraktor yang Sedangkan berdasarkan data BPJS
menyebabkan 715 kematian (15,45%) Ketenagakerjaan (2018)
dan pekerja kontrak menyumbang menyebutkan bahwa terdapat
sebanyak 15%. Menurut (ILO) 101.367 kecelakaan kerja dengan
International Labor Organization korban meninggal dunia sebanyak
(2017) melaporkan bahwa setiap hari 2.382. Angka kecelakaan kerja di
tenaga kerja meninggal dunia kibat Indonesia termasuk yang paling
kecelakaan kerja atau penyakit terkait tinggi di kawasan Asia Tenggara.
pekerjaan lebih dari 2,78 juta Terjadinya kecelakaan kerja
kematian per tahun, ada sekitar 374 disebabkan karena dua golongan.
juta cedera dan oenyakit akibat Golongan pertama adalah faktor
kecelakaan kerja non fatal setiap mekanis dan lingkungan (unsafe
tahun. Berdasarkan penelitian yang condition), sedangkan golongan
dilakukan di Thailand pada tahun kedua adalah faktor manusia (human
2017 pada sektor konstruksi terdapat factor) (Reason,1997).
jumlah kecelakaan kerja yaitu di Berdasarkan penelitian yang di
bidang industri konstruksi sebanyak lakukan oleh Pratama (2015)
1.252 kasus kecelakaan konstruksi mengenai hubungan personal
factorsdengan unsafe actions, di penelitian ini bertujuan untuk
temukan bahwa sebagian besar mendapatkan gambaran dengan
tenaga kerja melakukan tindakan mempelajari dinamika kolerasi antara
tidak aman dengan persentase sebesar variabel independen dengan variabel
88,9% dan terdapat hubungan antara dependen dalam satu waktu.Variabel
hubungan antara personal factors yang diamati adalah prilaku tidak
dengan unsafe actions. Personal aman sebagai variabel dependen
factors antara lain kurang yaitu umur, persepsi K3, masa kerja,
penegtahuan, kurang keterampilan, pengetahuan, komunikasi K3,
motivasi kurang baik, masalah fisik, pengawasan, pemenuhan
dan mental (Suardi, 2007). Perilaku (Ketersediaan APD) sebagai variabel
keselamatan dalam bekerja independen.Dalam penelitian cross
berhubungan langsung dengan sectional atau potong lintang,
perilaku karyawan demi mencegah variabel sebab akibat atau risiko dan
terjadinya kecelakaan kerja. akibat atau kasus yang terjadi pada
menyebabkan pekerja melakukan objek penelitian diukur atau
perilaku tidak aman dengan dikumpulkan secara simultant (dalam
mengenali faktor-faktor yang waktu yang bersamaan). Penelitian
mempengaruhinya. ini dilakukan di proyek
Berdasarkan data di atas, peneliti pembangunan Apartemen Green
tertarik melalukan penelitian untuk Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya di
mengetahui Hubungan Perilaku wilayah Ciledug,Kota Tangerang,
Tidak Ama n pada Pekerja Lapangan Provinsi Banten. Sampel yang
Kontruksi proyek pembangunan digunakan yaitu pekerja lapangan
Apartemen Green Cleosa PT. Abadi kontruksi dengan jumlah sampel 102
Prima Intikarya Tahun 2019. yang diambil dengan cara accidental
sampling,. Alat pengumpulan data
METODE PENELITIAN menggunakan kuesioner.
Jenis penelitian ini menggunakan Analisis pada penelitian ini
pendekatan kuantitatif dengan dilakukan menggunakan perangkat
menggunakan desain studi cross lunak statistik (spss) dengan dua
sectional (potong lintang) karena tahap, yaitu analisis univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi Masa Kerja
variabel dependen ( Perilaku Tidak Masa kerja responden lebih dari
Aman) dan variabel independen sepertiga termasuk dalam
(Umur, Masa Kerja, Pengtahuan, kategori pekerja baru (< 3 tahun)
Persepsi K3, Komunukasi K3, yaitu sebanyak 67 pekerja
peraturan, dan Ketersediaan APD). (65,7%), sementara responden
Dan yang kedua adalah analisis yang termasuk dalam kategori
bivariat untuk mengetahui hubungan pekerja lama (≥ 3 tahun) hanya
variabel dependen. Analisis bivariat sebanyak 35 pekerja (34,3%).
dilakukan dengan uji chi-square . Pengetahuan
Pengetahuan responden lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN dari separuh pekerja memiliki
A. Hasil Univariat pengetahuan K3 yang baik yaitu
Perilaku Tidak Aman sebanyak 58 pekerja (58,9%),
Proporsi anatara perilaku aman sementara responden yang
responden dan perilaku tidak berpengetahuan kurang baik
aman responden tidak berbeda yaitu sebanyak 44 pekerja
jauh hampir separuh responden (43,1%).
berperilaku tidak aman, yaitu Persepsi K3
responden yang berperilaku tidak Persepsi responden didapatkan
aman sebanyak 50 pekerja (49%) tiga dari empat pekerja yang
sedangkan responden yang memiliki persepsi K3 yang
berperilaku aman yaitu sebanyak rendah yaitu sebanyak 75 pekerja
(51%). (73,5%), sementara responden
Umur dengan persepsi baik yaitu
Umur responden dapat sebanyak 27 (26,5%).
disimpulkan bahwa lebih dari Komunikasi K3
separuh responden berumur < 30 Pada komunikasi hanya satu dari
tahun yaitu sebanyak 61 pekerja empat responden mengatakan
(59,9%), sedangkan responden komunikasi K3 yang baik yaitu
yang berumur ≥ 30 tahun yaitu sebanyak 24 pekerja (23,5%),
sebanyak 41 pekerja (40,2%). sedangkan responden yang
mengatakan komunikasi kurang baik yaitu sebanyak 79 pekerja
baik sebanyak 78 pekerja (77,5%).
(76,5%). Ketersediaan APD
Peraturan Mayoritas pekerja kurang
Pada peraturan kerja hanya satu lengkap dalam mengguankan
dari lima pekerja yang APD yaitu sebanyak 83 pekerja
menyatakan bahwa perusahaan (81,4%), sedangkan responden
memiliki peraturan yang baik yang mengatakan ketersediaan
yaitu sebanyak 23 (22,5%), APD lengkap sebanyak 19
sedangkan responden yang pekerja (18,6%).
mengatakan peraturan kurang

B. Hasil Bivariat
Tabel 1. Hubungan Perilaku Tidak Aman Pada
Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apartemen Green
Cleosa PT. Abadi Prima Intikarya Tahun 2019
Perilaku
Tidak Aman Aman Total OR
Variabel
n % n % N (95% CI)
Umur
< 30 Tahun 33 54,1 28 45,9 61 0,294
≥ 30 Tahun 17 41,5 24 58,5 41 Tidak Ada Hubungan
Masa Kerja
< 3 Tahun 36 53,7 31 46,3 67 0,268
≥ 3 Tahun 14 40 21 60 35 Tidak Ada Hubungan
Pengetahuan
Kurang Baik 30 68,2 14 31,8 44 0,002
Baik 20 34,5 38 65,5 58 Ada Hubungan
Persepsi K3
Rendah 40 53,3 35 46,7 75 0,219
Baik 10 37 17 63 27 Tidak Ada Hubungan
Komunikasi
K3
Kurang Baik 41 52,6 37 47,4 78 0,290
Baik 9 37,5 15 62,5 24 Tidak Ada Hubungan
Peraturan
Kurang Baik 46 58,2 33 41,8 79 0,001
Baik 4 17,4 19 82,6 23 Ada Hubungan
Ketersediaan
APD
Kurang 48 57,8 35 42,2 83 0,001
Lengkap
Lengkap 2 10,5 17 89,5 19 Ada Hubungan

PEMBAHASAN didapatkan bahwa tidak ada hubungan


Umur bermakna (signifikan) antara umur
berdasarkan hasil analisis dengan perilaku tidak aman.
didapatkan bahwa tidak ada hubungan Penelitian ini tidak sejalan
bermakna (signifikan) antara umur dengan teori yang mengatakan bahwa
dengan perilaku tidak aman. Pada semakin bertambahnya usia pekerja,
penelitian ini umur tidak berhubungan maka kapasitas fisik seperti
dengan perilaku tidak aman, perilaku kecepatan, kelenturan, kekuatan,
tidak aman pada penelitian ini banyak penglihatan dan sistem koordinasinya
dilakukan oleh pekerja yang berumur akan semakin menurun (Suma’mur,
<30 tahun dibandingkan dengan umur 2009).
≥ 30 tahun karena pekerja lebih tua
umumnya dianggap lebih berhati-hati Masa Kerja dengan Perilaku Tidak
dalam bekerja akan tetapi pekerja Aman
yang lebih tua akan membutuhkan Berdasarkan hasil analisis bivariat
biaya perawatan kesehatan yang lebih menunjukkan bahwa tidak adanya
tinggi, flesibilitas yang rendah dalam hubungan yang bermakna (signifikan)
menerima tugas baru, dan penurunan antara masa kerja dengan perilaku
keadaan fisik. tidak aman (p>0,05).Penelitian ini
Penelitian ini sejalan dengan sejalan dengan penelitian yang
penelitian yang dilakukan Sangaji dilakukan Prataman (2015) pada
(2018) pada pekerja bagian lambung tenaga kerja bongkar muat di PT.
galangan kapal PT X dari 60 Terminal Petikemas Surabaya dari 60
responden didapat nilai Pvalue = responden didapatkan nilai Pvalue=
0,504 berdasarkan hasil analisis 0,327 berdasarkan hasil analisis
didapatkan bahwa tidak ada hubungan pembangunan Apartemen Bailey’s
yang signifikan antara masa kerja City dari 93 responden dengan Pvalue
dengan tindakan tidak aman. Hal ini = 0,271 sehingga dapat disimpulkan
diperkuat oleh Geller (2001) yang bahwa tidak ada hubungan yang
menyebutkan faktor pengalaman pada bermakna (signifikan) antara persepsi
tugas yang sama dan lingkungan dengan perilaku tidak aman.
sudah dikenal dapat mempengaruhi Sedangkan di dalam buku Promosi
orang tersebut berperilaku tidak aman Kesehatan Teori dan Aplikasi
dan terus 8).Reason (1997) dijelaskan bahwa persepsi menurut
mengemukakan bahwa pekerja merupakan proses pengorganisasian,
hendaknya memiliki kesadaran atas penginterpretasian terhadap rangsang
keadaan yang berbahaya sehingga yang diterima oleh organisme atau
resiko terjadinya kecelakaan kerja individu sehingga merupakan sesuatu
dapat diminimalisasi. yang berarti dan merupakan respon
Meminimalisasikan kecelakaan kerja yang menyeluruh dalam diri individu
dengan menggunakan perlengkapan (Notoatmodjo,2003).
keselamatan kerja, tidak
mengoperasikan alat yang rusak, Komunikasi K3 dengan Perilaku
menaati peraturan dan prosedur yang Tidak Aman
berlaku, bertanggungjawab dalam Berdasarkan hasil analisis bivariat
bekerja. menunjukkan bahwa tidak adanya
hubungan yang bermakna (signifikan)
Persepsi K3 dengan Perilaku Tidak antara komunikasi K3 dengan
Aman perilaku tidak aman (p>0,05).
Berdasarkan hasil analisis bivariat Penelitian ini sejalan dengan
menunjukkan bahwa tidak adanya penelitian yang dilakukan Handayani
hubungan yang bermakna (signifikan) (2018) pada pekerja B2TKS dari 124
antara persepsi K3 kerja dengan responden dengan nilai Pvalue0,131
perilaku tidak aman (p>0,05). sehingga dapat disimpulkan bahwa
Penelitian ini sejalan dengan tidak ada hubungan yang signifikan
penelitian Rahmilia (2017) pada antara komunikasi dengan tindakan
pekerja lapangan kontruksi proyek tidak aman. Menurut Cooper (2001)
komunikasi dapat berlangsung secara dan kebijakan untuk perilaku yang
satu arah, dua arah, diantara manajer diharapkan (Geller, 2001).
dengan pekerja, pekerja dengan
pekerja, manajer dengan manajer, Ketersediaan APD dengan Perilaku
atau departemen dengan departemen Tidak Aman
denga Bahasa yang mudah dipahami Berdasarkan hasil analisis bivariat
oleh kedua belah pihak. menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna (signifikan) antara
Peraturan dengan Perilaku Tidak pengetahuan dengan perilaku tidak
Aman aman (p<0,05). Penelitian ini sejalan
Berdasarkan hasil analisis dengan penelitian Sangaji (2018)
bivariat menunjukkan bahwa ada pada pekerja bagian lambung
hubungan yang bermakna galangan kapal PT X dari 60
(signifikan) antara pengetahuan responden didapatkan nailai Pvalue
dengan perilaku tidak aman = 0,043 berdasarkan hasil analisa
(p<0,05). Penelitian ini tidak sejalan didapatkan bahwa ada hubungan
dengan penelitian Rahmalia (2017) bermakna antara ketersediaan APD
pada pekerja lapangan kontruksi dengan perilaku tidak aman bahwa
proyek pembangunan Apartemen lebih banyak responden dengan
Bailey’s City dari 93 responden kategori ketersediaan APD kurang
dengan Pvalue = 0, 266 sehingga baik sebanyak 70% dibandingkan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada dengan responden kategori
hubungan yang bermakna ketersediaan ketersediaan APD baik
(signifikan) antara dengan perilaku sebesar 33,3% (Sangaji, 2018).
tidak aman. Perubahan perilaku Berdasarkan Pasal 14 UU No. 1
tingkat kepatuhan yang baik adalah Tahun 1970 tentang keselamatan
proses, dimana individu melakukan kerja, pengusaha atau pengurus
sesuatu katena memahami makna, perusahaanwajib menyediakan APD
mengetahui pentingnya tindakan dan secara cuma-cuma terhadap tenaga
keadaan ini. Peraturan merupakan kerja dan orang lain yang memasuki
dokumen tertulis yang tempat kerja. Apabila kewajiban
mendokumentasikan standar, norma pengusaha atau pengurus
perusahaan tersebut tidak dipenuhi peraturan-peraturan tentang
merupakan suatu pelanggaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
undang-undang. Berdasarkan Pasal kepada seluruh pekerja melalui
12, tenaga kerja diwajibkan safety talk sebelum memulai
memakai APD yang telah bekerja, Menambah kelengkapan
disediakan (Anizar,2009). Alat Pelindung Diri (APD) yang
memadai dan sesuai dengan
KESIMPULAN DAN SARAN peraturan, dan Sebaiknya diadakan
Berdasarkan hasil penelitian penghargaan (reward) kepada
yang telah dilakukan dapat diambil pekerja yang mentaati peraturan dan
kesimpulan bahwa tidak ada diadakan pula hukuman
hubungan antara umur, masa kerja, (punishment) kepada pekerja yang
persepsi K3, dan komunikasi K3 melanggar peraturan.
dengan perilaku tidak aman. Saran bagi peneliti selanjutnya
Sedangkan ada hubungan antara Melakukan penelitian dengan
pengetahuan, peraturan,dan variabel-variabel yang belum diteliti
ketersediaan APD dengan perilaku seperti: pengawasan, sikap, perilaku,
tidak aman. beban kerja, kelelahan kerja,
Saran bagi perusahaan kepercayaan, kepribadian, perasaan,
Memberikan sosialisasi mengenai pemikiran, dan lain-lain.

Daftar Pustaka Bailey‟s City PT. Bina Buana


1. Anizar. 2009. Teknik Semesta Tahun 2017. Skripsi:
Keselamatandan Kesehatan Program Sarjana Kesehatan
Kerja di Industri.Yogyakarta : Masyarakat Universitas
Graha Ilmu. Muhammadiyah Jakarta.
2. Astuti, Liana Rahmi. 2017. 3. BLS. 2015. Fatal Injuries In
Fakto – faktor yang New York City-2014, Census Of
berhubungan dengan Perilaku Fatal Occupotional Injuri
Tidak Aman pada pekerja (CFOI) Counts. U.S: Bureun Of
lapangan kontruksi di Proyek Labour Statistics
Pembangunan Apartement (www.bls.gov/iif/oshcfoi1.htm:
diakses pada tanggal 17 April di B2TKS Pengujian Kontruksi
2017 11:20 WIB) di Pusat Penelitian Ilmu
4. BLS. 2015. Fatal Injuries In Pengetahuan dan Teknologi
New York City-2014, Census Of (Puspiptek) Tangerang Selan
Fatal Occupotional Injuri 2018. Skripsi: Fakultas
(CFOI) Counts. U.S: Bureun Of Kesehatan Masyarakat:
Labour Statistics Universitas Muhammadiyah
(www.bls.gov/iif/oshcfoi1.htm: Jakarta.
diakses pada tanggal 17 April 9. ILO. 2017. Snapshots On
2017 11:20 WIB) Occupational Safety And Health
5. Cooper, D. 2001. Improving (OSH), The Ilo At TheWorld
Safety Culture Hanbook.Lewis Congres On Safety And Health
Publissher, Boca Raton At Work.
London. New York 10. Notoatmodjo, S. 2003.
Wangshington, D.C. Promosi Kesehatan Terori dan
6. Ferdy, Ardinold, Yudi Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Ariyanto. 2008. Macam-macam 11. Pratama, A.K., 2018.
dan Penyebab Kecelakaan Hubungan Karakteristik
Struckby pada Proyek Pekerja Dengan Unsafe Action
Konstruksi di Surabaya. Pada Tenaga Kerja Bongkar
Fakultas Teknik Sipil dan Muat Di PT. Terminal
Perencanaan Universitas Petikemas Surabaya.Indones. J.
Kristen Petra. Occup. Saf. Health 4, 64–73.
7. Geller, E. Scott, 2001. The 12. Pratiwi, Shinta Dwi. 2012.
Psychology of safety Hanbook. Tinjauan faktor perilaku aman
Lewis Publissher: Boca Raton pada karyawan PT. Waskita
London. New York Karya proyek Gor Boker tahun
Washington, D.C. 2012. Fakultas Kesehatan
8. Handayani, Yui. 2018. Analisis Masyarakat: Universitas
Faktor Yang Berhubungan Indonesia.
Dengan Tindakan Tidak Aman 13. Reason, James. (1997).
(Unsafe Action) Pada Pekerja Human Error. Cambridge
University Press. New York 16. Vongpisal,C&
14. Sangaji Jesica, Siswi Jayanti. Yodpijit,N.2017. Construction
2018. Faktor-faktor yang Accidents in Thailand:
Berhubungan dengan Perilaku Statistical Data Analysis.
Tidak Aman Pekerja Bagian Construction Accidents in
Lambung Galangan Kapal PT Thailand: Statistical Data
X. Fakultas Kesehatan Analysis. Department of
Masyarakat Universitas Industrial Engineering and
Diponegoro. Center for Innovation in Human
15. Undang – Undang Nomor 1 Factors Engineering and
Tahun 1970 Tentang Ergonomics. Faculty of
Keselamatan Kerja (Tersedia: Engineering, King Mongkut’s
jdih.esdm.go.id/peraturan/uu- University of Technology North
01-1970.pdf, diakses: 14 April Bangkok, Bangkok,
2017pukul 13:00 WIB) Thailand
Lampiran II Kuesioner Penelitian

No Responden :

KUESIONER PENELITIAN

Assalamua’alaikum Wr. Wb

Saya Elita Sofina, mahasiswi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta saat ini sedang mengadakan oenelitian sebagai tugas
akhir dengan topik “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak
Aman pada Pekerja Lapangan Kontruksi di Proyek Pembangunan Apatemen
Green Cleosa Tahun 2019”.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, mohon kiranya Bapak membantu saya untuk
mengisi kuesioner (sebagaimana terlampir) dengan jujur dan sebenar-benarnya,
karena identitas dan jawaban dari responden terjaga kerahasiaanya dan kuesioner
ini tidak akan memberikan pengaruh apapun terhadap responden karena hanya
digunakan untuk keperluan pendidikan. Demikian atas segala perhatian dan
bantuan Bapak saya ucapkan terima kasih.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb

Peneliti Jakarta, ................2019

Elita Sofina (......................................)


Identitas Responden, Pendidikan, dan Pengalaman Kerja
1. Nama :
2. Umur : ...................... (Tahun)
3. Masa Kerja : ...................... (Bulan / Tahun) *Coret salah satu

BAGIAN 1 FAKTOR PERILAKU TIDAK AMAN


Checklist () salah satu jawaban anda pada kotak yang telah disediakan
- Selalu - Kadang-kadang
- Sering - Tidak Pernah
Kadang Tidak
No Pernyataan Selalu Sering
-kadang Pernah
1 Mengoperasikan peralatan kerja tanpa
adanya kewenangan
2 Tidak memberikan peringatan bahaya
di temapt kerja kepada rekan kerja
apabila tidak menggunakan APD
3 Tidak mematikan peralatan atau mesin
kerja setelah digunakan
4 Menjalankan peralatan atau mesin
kerja dengan kecepatan yang tidak
sesuai dengan prosedur
5 Membuat alat pengaman kerja tidak
berfungsi atau tidak beroperasi
6 Menggunakan peralatan kerja yang
sudah rusak
7 Menggunakan APD secara tidak benar
pada saat bekerja
8 Mengangkat benda atau barang yang
melebihi daya angkat
9 Menempatkan peralatan kerja tidak
pada tempatnya baik saat bekerja
maupun setelah bekerja
10 Terlalu membungkuk pada saat
bekerja mengangkat beban
11 Bersenda gurau pada saat bekerja
(mengagetkan rekan kerja, berteriak,
iseng atau jahil)
BAGIAN 2 PENGETAHUAN (Pilih lah jawaban dengan memberikan tanda (x))

1. Kapan pengguanaan alat pelindung diri (APD) yang tepat?


a. Saat akan bekerja
b. Tidak tahu
c. Setalah mendapat teguran dari pengawas
2. Apa alasan anda menggunakan alat pelindung diri (APD) saat kerja?
a. Takut mendapatkan sanski jika tidak menggunakan APD
b. Untuk melindungi dari bahaya atau kecelakaan kerja
c. Ikut-ikut saja karena teman yang lain menggunakan APD
3. Untuk mencegah risiko kecelakaan kerja sebaiknya tindakan apa yang harus
dilakukan pekerja?
a. Bekerja sesuai SOP
b. Bekerja berlebihan dan melebihi jam kerja
c. Bekerja sambil bermalas-malasan
4. Peringatan bahaya kerja di lingkungan kerja bertujuan untuk?
a. Mencegah pekerja berperilaku tidak aman
b. Pajangan dan memperindah lingkungan kerja
c. Agar pekerja dapat melakukan semua pekerja di temapat kerja
5. Apakah program K3 di tempat kerja perlu diberpelakukan?
a. Tidak, karena semua pekerja sudah bekerja secara aman
b. Perlu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c. Sangat tidak penting karena mengganggu pekerjaan
6. Apakah yang dimaksud dengan bahaya?
a. Sesuatu yang berpotensi menimbulkan kerusakan
b. Besarnya kemungkinan terjadinya kerusakan
c. Besarnya kerugian akibat kerusakan
7. Dibawah ini cara kerja yang benar kerusakan?
a. Memuat beban berlebih pada forklift untuk mempercepat waktu kerja
b. Tidak menjalankan peralatan atau mesin kerja yang bukan kewenangannnya
c. Bersenda gurau berlebihan pada saat bekerja untuk menghilangkan rasa bosan
dan letih
8. Memperbaiki peralatan atau mesin kerja yang masih beroperasi dapat berisiko?
a. Tangan tergores atau terpotong peralatan atau mesin kerja
b. Terpeleset dan terjatuh
c. Sengatan listrik
9. Apakah manfaat dari bekerja mengikuti standar prosedur kerja?
a. Agar tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan rekan kerja
b. Agar tidak mendapat teguran dari rekan kerja
c. Pekerjaan menjadi berjalan dengan tidak lancar
10. Apakah manfaat adanya pengawasdi setiap kegiatan pekerjaan?
a. Untuk menemani bersenda gurau saat sedang bekerja
b. Menjadi tidak nyaman saat sedang bekerja
c. Membuat semua pekerja menjadi lebih berhati-hati saat bekerja dan bekerja
secara aman

BAGIAN 3 PERSEPSI
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
dapat mencegah terjadinya kecelakaan
2 Memberikan teguran kepada rekan kerja
yang tidak menggunakan APD
3 Perlu adanya pengawasan dalam setiap
pekerjaan
4 Kurang mendapatkan informasi mengenai
risiko bahaya di tempat kerja

Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Sengaja
BAGIAN 4 PERATURAN/ KEBIJAKAN

No Pernyataan SS S TS STS
1 Perusahaan telah memiliki standar prosedur
(SOP) terhadap setiap aktivitas perkerjaan
yang dilakukan oleh pekerja
2 Pada area kontruksi telah dipasang peraturan
K3 mengenai pentingnya penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada saat memasuki
area proyek
3 Perusahaan memiliki program safety morning
yang diberikan secara rutin setiap hari
sebelum bekerja dimulai
4 Perusahaan mewajibkan kepada seluruh
pekerja untuk menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD) selama melakukan pekerjaan di
Proyek

Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Sengaja

BAGIAN 5 KOMUNIKASI
No Pernyataan Ada Tidak
Ada
1 Terdapat poster, Rambu-rambu maupun spanduk mengenai K3
di lingkungan kerja
2 Safety officer memberikan safety talk sebelum memulai
pekerjaan
3 Terdapat tata cara penggunaan alat pada semua peralatan kerja
4 Petugas K3 memberikan informasi mengenai area-area dan
lokasi-lokasi yang rawan bahaya
BAGIAN 7 PEMENUHAN (Ketersediaan APD)
Tidak
No Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja Ada
Ada
1 Masker
2 Safety Glasses (Pelindung mata)
3 Safety Helmet (Alat pelindung kepala)
4 Safety body harness (Pelindung bahaya ilmiah)
5 Safety Shoes (Pelindung kaki)
6 Pelindung tangan (Sarung Tangan)
Lampiran III Pedoman Pengolahan Data

HASIL ALASISIS UNIVARIAT

1. Perilaku Tidak Aman


perilakutidakaman_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak aman 50 49.0 49.0 49.0
aman 52 51.0 51.0 100.0
Total 102 100.0 100.0

2. Umur
umur_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang dari 30 tahun 61 59.8 59.8 59.8
lebih dari 30 tahun 41 40.2 40.2 100.0
Total 102 100.0 100.0
Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 30.29 .726

95% Confidence Interval for Lower Bound 29.33


Mean
Upper Bound 32.21

5% Trimmed Mean 30.63

Median 32.00

Variance 53.780

Std. Deviation 7.334

Minimum 18

Maximum 50

Range 32

Interquartile Range 12

Skewness .041 .239

Kurtosis -.642 .474

3. Masa Kerja
masakerja_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang dari 3 tahun 67 65.7 65.7 65.7
lebih dari 3 tahun 35 34.3 34.3 100.0
Total 102 100.0 100.0
Descriptives

Statistic Std. Error

MassaKerja Mean 3.31 .120

95% Confidence Interval for Lower Bound 2.67


Mean
Upper Bound 3.15

5% Trimmed Mean 2.90

Median 3.00

Variance 1.467

Std. Deviation 1.211

Minimum 1

Maximum 5

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness .036 .239

Kurtosis -.865 .474

4. Pengetahuan
persepsi_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 75 73.5 73.5 73.5
baik 27 26.5 26.5 100.0
Total 102 100.0 100.0

5. Persepsi K3
persepsi_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 75 73.5 73.5 73.5
baik 27 26.5 26.5 100.0
Total 102 100.0 100.0
6. Komunikasi K3
komunikasi_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 78 76.5 76.5 76.5
baik 24 23.5 23.5 100.0
Total 102 100.0 100.0

7. Peraturan

peraturan_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 79 77.5 77.5 77.5
ada 23 22.5 22.5 100.0
Total 102 100.0 100.0

8. Ketersediaan APD
apd_1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang lengkap 83 81.4 81.4 81.4
lengkap 19 18.6 18.6 100.0
Total 102 100.0 100.0
HASIL ANALISIS BIVARIAT

1. Umur
umur_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


umur_1 kurang dari 30 tahun Count 33 28 61
% within umur_1 54.1% 45.9% 100.0%
lebih dari 30 tahun Count 17 24 41
% within umur_1 41.5% 58.5% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within umur_1 49.0% 51.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
1.566 1 .211
b
Continuity Correction 1.102 1 .294
Likelihood Ratio 1.572 1 .210
Fisher's Exact Test .231 .147
Linear-by-Linear Association 1.551 1 .213
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for umur_1
(kurang dari 30 tahun / lebih 1.664 .748 3.702
dari 30 tahun)
For cohort
perilakutidakaman_1 = tidak 1.305 .848 2.008
aman
For cohort
.784 .539 1.141
perilakutidakaman_1 = aman
N of Valid Cases 102
2. Masa Kerja
masakerja_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


masakerja_1 kurang dari 3 tahun Count 36 31 67
% within masakerja_1 53.7% 46.3% 100.0%
lebih dari 3 tahun Count 14 21 35
% within masakerja_1 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within masakerja_1 49.0% 51.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
1.735 1 .188
b
Continuity Correction 1.229 1 .268
Likelihood Ratio 1.744 1 .187
Fisher's Exact Test .215 .134
Linear-by-Linear Association 1.718 1 .190
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,16.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for masakerja_1
(kurang dari 3 tahun / lebih 1.742 .760 3.993
dari 3 tahun)
For cohort
perilakutidakaman_1 = tidak 1.343 .846 2.133
aman
For cohort
.771 .531 1.121
perilakutidakaman_1 = aman
N of Valid Cases 102
3. Pengetahuan
pengetahuan_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


pengetahuan_1 kurang baik Count 30 14 44
% within pengetahuan_1 68.2% 31.8% 100.0%
baik Count 20 38 58
% within pengetahuan_1 34.5% 65.5% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within pengetahuan_1 49.0% 51.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.370 1 .001
b
Continuity Correction 10.061 1 .002
Likelihood Ratio 11.594 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.258 1 .001
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,57.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for
pengetahuan_1 (kurang baik 4.071 1.768 9.375
/ baik)
For cohort
perilakutidakaman_1 = tidak 1.977 1.315 2.974
aman
For cohort
.486 .303 .778
perilakutidakaman_1 = aman
N of Valid Cases 102
4. Persepsi K3
persepsi_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


persepsi_1 rendah Count 40 35 75
% within persepsi_1 53.3% 46.7% 100.0%
baik Count 10 17 27
% within persepsi_1 37.0% 63.0% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within persepsi_1 49.0% 51.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
2.110 1 .146
b
Continuity Correction 1.508 1 .219
Likelihood Ratio 2.130 1 .144
Fisher's Exact Test .181 .109
Linear-by-Linear Association 2.089 1 .148
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,24.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for persepsi_1 (rendah / baik) 1.943 .787 4.794
For cohort perilakutidakaman_1 = tidak
1.440 .843 2.460
aman
For cohort perilakutidakaman_1 = aman .741 .508 1.081
N of Valid Cases 102

5. Komunikasi K3
komunikasi_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


komunikasi_1 kurang baik Count 41 37 78
% within komunikasi_1 52.6% 47.4% 100.0%
baik Count 9 15 24
% within komunikasi_1 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within komunikasi_1 49.0% 51.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square a
1.667 1 .197
b
Continuity Correction 1.118 1 .290
Likelihood Ratio 1.682 1 .195
Fisher's Exact Test .246 .145
Linear-by-Linear Association 1.650 1 .199
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,76.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for komunikasi_1 (kurang
1.847 .723 4.720
baik / baik)
For cohort perilakutidakaman_1 = tidak
1.402 .802 2.449
aman
For cohort perilakutidakaman_1 = aman .759 .515 1.119
N of Valid Cases 102

6. Peraturan
peraturan_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


peraturan_1 tidak ada Count 46 33 79
% within peraturan_1 58.2% 41.8% 100.0%
ada Count 4 19 23
% within peraturan_1 17.4% 82.6% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within peraturan_1 49.0% 51.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.887 1 .001
b
Continuity Correction 10.309 1 .001
Likelihood Ratio 12.741 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 11.771 1 .001
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for peraturan_1 (tidak ada / ada) 6.621 2.061 21.275
For cohort perilakutidakaman_1 = tidak aman 3.348 1.348 8.318
For cohort perilakutidakaman_1 = aman .506 .367 .697
N of Valid Cases 102

7. Keersediaan APD

apd_1 * perilakutidakaman_1 Crosstabulation

perilakutidakaman_1

tidak aman aman Total


apd_1 kurang lengkap Count 48 35 83
% within apd_1 57.8% 42.2% 100.0%
lengkap Count 2 17 19
% within apd_1 10.5% 89.5% 100.0%
Total Count 50 52 102
% within apd_1 49.0% 51.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.844 1 .000
b
Continuity Correction 12.016 1 .001
Likelihood Ratio 15.558 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.709 1 .000
b
N of Valid Cases 102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,31.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for apd_1
11.657 2.528 53.757
(kurang lengkap / lengkap)
For cohort
perilakutidakaman_1 = tidak 5.494 1.462 20.643
aman
For cohort
.471 .351 .633
perilakutidakaman_1 = aman
N of Valid Cases 102
Lampiran IV Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran V Surat Keputusan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
UniversitasMuhammadiyah Jakarta
Lampiran IV Surat Izin Penelitian
Lampiran VI Surat Kaji Etik
Lampiran VII Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai