Anda di halaman 1dari 160

ANALISIS IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY

APPENDICITIS AKUT DI RSU MITRA SEJATI


KOTA MEDAN TAHUN 2019

TESIS

Oleh

RACHMAWATI BR SARAGIH
NIM. 157032155

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY
APPENDICITIS AKUT DI RSU MITRA SEJATI
KOTA MEDAN TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RACHMAWATI BR SARAGIH
NIM. 157032155

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 11 September 2020

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.


Anggota : 1. Dr. Siti Saidah Nst, SKp., M.Kep., Sp.Mat.
2. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.
3. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis

Implementasi Clinical Pathway Appendicitis Akut di RSU Mitra Sejati Kota

Medan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Rachmawati Br Saragih

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Clinical pathway merupakan bagian penting tools dan dokumen dirumah sakit
yang menjadi syarat akreditasi pada rumah sakit. Clinical pathway di rumah sakit
Mitra Sejati Medan sejauh ini sudah berjalan sebanyak 5 daftar penyakit salah
satunya adalah appendicitis akut. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi
implementasi clinical pathway appendicitis akut di rumah sakit umum mitra
sejati. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan
pada bulan September 2019 – April 2020 di RSU Tipe B milik Swasta ( Mitra
Sejati). Metode pengumpulan data adalah melalui wawancara mendalam dengan 7
informan, observasi langsung dan dokumen. Hasil penelitian mendapatkan 4 tema
yaitu 1) sosialisasi clinical pathway appendicitis akut belum berjalan dengan
optimal 2) kurangnya Sumber daya yang mendukung implementasi clinical
pathway appendicitis akut 3) Kurangnya komitmen dalam implementasi clinical
pathway appendicitis akut 4) Struktur birokrasi yang mendukung implementasi
clinical pathway appendicitis akut belum optimal. Implementasi clinical pathway
pada RSU sudah cukup baik akan tetapi perlu di evaluasi secara rutin agar dapat
berjalan dengan optimal. Rumah sakit diharapkan membuat kebijakan salah
satunya memberikan pelatihan terhadap komponen dan staff didalam unit tersebut
sehingga clinical pathway dapat di implementasikan denganoptimal.

Kata kunci : Clinical pathway, implementasi, rumah sakit

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Clinical pathway is the important part of the hospital's tools and documents which
become a prerequisiter for the hospita‟s accreditation. Clinical pathway in Mitra
Sejati has had the list of 5 (five)diseases and one of them is acute appendicitis.The
Objective research was to explore the implementation of clinical pathway for
acute appendicitis in Mitra Sejati Hospitals. The research use qualitative method.
It was done at RSU Type B owned by a private company ( Mitra Sejati ) From
September 2019 until April 2020. The data were gathered ny conducting in-depth
interviews with 7 (seven) informants, direct observation and documentation. The
results of the recearsh showed yhat there were 4 (four) themes 1) socialization of
clinical pathway of acute appendicitis wass not carried optimally 2) lack of
competent human resources to support it, 3) Lack of commitment in timplementing
it, and 4) bureaucratic structure in supporting it was not optimal.. although is
implementation in Mitra Sejati hospital was good, it needs to be evaluated
regurarly to make more optimal. It is also recommended that the hospital
managemenrt provide training for all staffs in this unit so that clinical pathway
can be implementedoptimally.

Keywords: Clinical pathway, implementation, hospital

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis

Implementasi Clinical pathway Appendicitis Akut di RSU Mitra Sejati Kota

Medan Tahun 2019”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) pada Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis mendapatkan

banyak bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Teristimewa

penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang tercinta

yaitu Ayah H. Hotman Saragih dan Ibu Hj. Devi Amina Purba yang selalu

memotivasi, membangkitkan semangat dan inspirasi dalam penulisan tesis ini.

Terima kasih atas doa, kasih sayang, serta dukungan yang telah papa dan mama

berikan setiap saat. Terima kasih juga kepada Ali Akbar Velayafi Siregar S.H atas

doa dan dukungannya. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan

rasa hormat dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin,S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas SumateraUtara.

3. Ir. Etti Sudaryati M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis dalam perbaikan tesis ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan

kepada penulis dalam penulisan tesisini.

5. Dr. Siti Saidah Nst., S.Kp., M.Kep.. Sp.Mat. selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan

dan arahan kepada penulis dalam penulisan tesisini.

6. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D. Dosen Penguji II yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan

kepada penulis dalam penulisan tesisini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di FKM USU yang telah banyak membantu

dan memberikan bekal ilmu selama penulis mengikutipendidikan.

8. Direktur RSU Mitra Sejati Medan beserta seluruh staf yang telah

mengizinkan, memberikan data, dan membantu menyelesaikan penelitian

untuk keperluan penulis dalam pembuatan tesisini.

9. Teman-teman terbaik dan seperjuangan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan seluruh teman-

temanbaiksaya yang tidak dapat saya ucapkan semua. Terimakasih atas

dukungan dan motivasinya selama ini

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk

itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga

vii
Universitas Sumatera Utara
tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, September 2020

Rachmawati Br Saragih

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 10
Clinical pathway 10
Pengertian clinical pathway 10
Tujuan clinical pathway 11
Pengembangan clinical pathway 11
Format clinical pathway 13
Komponen clinical pathway 14
Kelebihan clinical pathway 14
Kekurangan clinical pathway 15
Keberhasilan clinical pathway 15
Kegagalan clinical pathway 16
Evaluasi clinical pathway 16
Appendicitis 20
Definisi appendicitis 20
Epidemiologi appendicitis 21
Patofisiologi 21
Manifestasi 22
Klasifikasi 22
Pemeriksaan penunjang 25
Penatalaksanaan 26
Implementasi 27
Pengertian implementasi 27
Implementasi kebijakan 27
Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan 28

ix
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit 35
Pengertian rumah sakit 35
Tugas dan fungsi rumah Sakit 35
Jenis rumah sakit 36
Landasan Teori 37
Kerangka Berfikir 37

Metode Penelitian 38
Jenis Penelitian 38
Lokasi dan Waktu Penelitian 38
Informan Penelitian 38
Definisi Konsep 39
Metode Pengumpulan Data 40
Metode Analisis Data 41

Hasil Penelitian dan Pembahasan 44


Gambaran Lokasi Penelitian 44
Karakteristik Informan 45
Sosialisasi clinical Pathway 47
Kurangnya Sumberdaya 55
Kurangnya Komitmen 60
Implikasi Penelitian 74
Keterbatasan Penelitian 74

Kesimpulan dan Saran 76


Kesimpulan 76
Saran 77

Daftar Pustaka 79
Lampiran 83

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Karateristik Informal 46

2 Tema 1 (Sosialisasi Clinical Pathway Appendicitis Akut Belum


Berjalan Dengan Optimal) 50

3 Tema 2 (Kurangnya Sumber Daya yang mendukung Implementasi


Clinical Pathway Appendicitis akut) 56

4 Tema 3 (Kurangnya Komitmen dalam Implementasi Clinical


Pathway Appendicitis akut) 61

5 Tema 4 (struktur Birokrasi yang Mendukung Clinical Pathway


Appendicitis Akut) 67

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka berfikir 37

2 Lembar clinical pathway appendicitis akut 65

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Penjelasan kepada Calon Informan 83

2 Lembar Pedoman Wawancara 84

3 Transkip Wawancara 86

4 Matriks 128

5 Dokumentasi Penelitian 143

xiii
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Rachmawati Br Saragih berumur 25 tahun di lahirkan di

Pematangsiantar pada tanggal 08 Januari 1995 beragama islam. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan ayah H. Hotman Saragih dan Ibu Hj. Devi

Amina Purba.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di SD Negeri 101991

Bangun Purba dan lulus pada Tahun 2006, SMP Swasta Al-Azhar Medan dan

lulus pada Tahun 2008, SMA Swasta Al-Azhar Medan dan lulus pada Tahun

2010. Penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Sumatera Utara dan lulus pada Tahun 2015, selanjutnya melanjutkan kuliah di

Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administasi Rumah

Sakit di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Medan, September 2020

Rachmawati Br Saragih

xiv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Clinical pathway merupakan konsep perencanaan pelayanan kesehatan

terpadu yang digunakan di rumah sakit pada saat ini. Clinical pathway

merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan

pelayanan medis, standar asuhan keperawatan dan standar pelayanan

kesehatan lainnya. Clinical pathway menunjukkan secara lengkap tahap-tahap

penting dari pelayanan kesehatan dari awal pasien masuk hingga pasien

pulang. Clinical pathway merupakan pelayanan terintegrasi dari para

professional dibidang kesehatan yang ada di rumah sakit (Algorihm, 2013)

Clinical pathway merupakan bagian penting dokumen dan tools dalam

mewujudkan good clinical govermance di rumah sakit. Dokumen ini di

indonesia menjadi salah syarat yang harus dipenuhi dalam standar akreditasi

rumah sakit versi Komite Akreditsi Rumah Sakit (KARS) 2012. Clinical

pathway menjadi salah satu instrumen yang dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan dengan mengurangi variasi pelayanan, efisiensi sumber

daya dan menyediakan standar pelayanan kesehatan bermutu di rumah sakit.

Clinical pathway diharapkan menjadi solusi dalam memberikan proses

optimal dalam perawatan, terarah dan memiliki waktu yang tepat dalam

pemberian tindakan oleh tenaga kesehatan terkait diagnosis, serta sebagai

kendali mutu dan kendala biaya bagi pasien dengan kondisi medis tertentu.

Tujuan clinical pathway untuk mengurangi variasi dalam pelayanan, biaya

1
Universitas Sumatera Utara
2

lebih mudah diprediksi, pelayanan yang terstandarisasi, serta meningkatkan

kualitas pelayanan. Akibat tidak adanya clinical pathway di rumah sakit

menyebabkan pelayanan yang bervariasi oleh para profesional pemberian

asuahn kepada pasien/tindakan yang tidak perlu, kurang efekgtif dalam hal

biaya, sehingga dapat merugikan rumah sakit.

Clinical pathway adalah sebuah rangkaian pelayanan medis struktur

dan harus sesuai dengan standar yang telah ada. Adanya pelayanan yang

terstruktur maka pelayanan dirumah sakit dapat dijaga agar tetap berkualitas.

Penerapan/ implementasi dan pendokumentasian clinical pathway di berbagai

rumah sakit tidak terlepas dari berbagai masalah, salah satunya adalah

kurangnya komitmen dan tanggung jawab dalam pengisian dan pelaksaanan

clinical pathway. Menjadi pertanyaan besar dalam implementasi pelayanan

kesehatan di rumah sakit di Indonesia ialah bagaimana agar clinical pathway

dapat berperan secara optimal dalam kendali mutu dan kendali biaya di rumah

sakit serta bukan hanya sekedar dokumen kertas yang menjadi prasyarat

akreditasi (Paat, Kristanto, & Kalalo, 2017).

Menurut George (2002) bahwa faktor yang memengaruhi keberhasilan

atau kegagalan suatu implementasi adalah: 1) sumber daya. Sumber daya yang

dimaksud adalah satu hal yang sangat penting dalam mengimplementasikan

clinical pathway.; 1) Komunikasi, yang dimaksud dengan komunikasi adalah

cara seseorang memberikan informasi terhadap satu yang lainnya seperti

komunikasi antara pembuat clinical pathway dengan implementator clinical

pathway agar implementasi clinical pathway dapat berjalan dengan efektif 2)

Universitas Sumatera Utara


3

Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, sarana dan

prasarana. 3) Disposisi, yang dimaksud disposisi adalah sikap yang harus

dimiliki implementator clinical pathway seperti kejujuran, kepatuhan dan

komitmen. 4) Struktur birokrasi. Tugas-tugas yang dikelompokkan sesuai

dengan wewenang yang telah ditentukan.

Salah satu penyakit yang termasuk dalam clinical pathway adalah

apendicitis, dikarenakan appendicitis memiliki gejala klinis yang cukup sulit.

Penegakan diagnosis apendisitis akut terkadang sulit untuk dilakukan,

meskipun oleh dokter yang berpengalaman (Guo & Zhonghui, 2016)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu, organnya

berbentuk seperti jari dan sempit yang bercabang dari bagian pertama usus

besar pada bagian kanan perut. Walau usus buntu adalah organ yang tidak

diketahui fungsinya, usus buntu dapat mengalami penyakit. Radang usus

buntu akut adalah penyebab utama dari operasi perut di seluruh dunia dan

paling sering ditemukan pada remaja dan anak-anak. Apendisitis akut

termasuk masalah pembedahan yang paling sering dan apendiktomi

merupakan salah satu operasi darurat yang sering dilakukan di seluruh dunia.

Batasan apendisitis akut adalah apendisitis yang terjadi secara akut yang

memerlukan intervensi bedah, biasanya memiliki durasi tidak lebih dari 48

jam (Dorland, 2000). Apendisitis akut yang tidak mendapat pelayanan dan

terapi dalam waktu cepat akan meyebabkan komplikasi pada pasien.

Komplikasi tang dapat terjadi berupa apendisitis perforasi, jika tidak

mendapat pelayanan dengan cepat dapat menyebabkan kematian pada pasien

Universitas Sumatera Utara


4

menurut beberapa penelitian terdapat 67 persen kematian pada kasus-kasus

yang terjadi (Paudel GR., 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui

bahwa apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa

darinya adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total

118 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Beberapa hasil survei di dunia

melaporkan kasus Apendisitis akut menjadi salah satu penyakit yang sering

ditemukan pada kasus gawat darurat dengan sekitar 250.000 kasus (Deng,

David, & Chang, 2010). Angka insiden apendisitis di negara asia, Amerika

selatan, Timur tengah leih tinggi dibandingkan dengan Negara barat (Ferris,

Quan, Kaplan, Molodecky, & Ball, 2017).

Kejadian apendisitis akut di negara maju tercatat lebih rendah daripada

di negara maju. Di asia tenggara, Indonesia menempati urutan pertama

sebagai angkat kejadian apendisitis akut tertinggi. Menurut Departemen

Kesehatan RI tahun 2009, apendisitis terdaftar dalam 10 penyakit terbanyak

pada pasien opname di RS yang ada di berbagai wilayah Indonesia dengan

total kejadian 30.703 kasus dan 234 jiwa yang meninggal akibat penyakit ini.

Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 2014 di Indonesia, apendisitis

menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatdaruratan abdomen

(Kemenkes RI, 2015)

Penanganan pasien apendisitis akut membutuhkan tindakan yang cepat

dan tepat karena terlambatnya penanganan akan meningkatkan risiko baik

Universitas Sumatera Utara


5

karena tindakan appendiktomi maupun perjalanan penyakitnya. Komplikasi

dan mortalitas akan meningkat dengan bertambahnya waktu terutama pada

pasien anak-anak dan orangtua. Walaupun kadang-kadang sulit untuk

menegakkan diagnosa, tindakan appendiktomi harus sudah diputuskan dalam

hitungan tiga jam karena risiko akan meningkat dengan bertambahnya waktu

(Busch, Gutzwiller, & Aellig, 2011). Salah satu metode yang dapat

mengurangi terjadinya makro variasi (lama perawatan, alur pasien), mikro

variasi (diagnosa, pengobatan, prosedur) dan biaya adalah clinical pathway

(Panella, Marchisio, & Di Stanislao, 2003)

Penelitian Guo (2016) mengenai pengaruh clinical pathway pada

pasien apendictis akut komplikasi di cina. Clinial pathway (CP) pada awalnya

ditujukan untuk mempersingkat lama hari rawat di rumah sakit dan

menurunkan biaya pelayanan kesehatan. Di Jepang, dalam kasus Apendisitis

akut, clinical pathway dinilai penting karena Apendisitis mempunyai gejala

klinis yang cukup bervariasi sehingga penegakan diagnosis cukup sulit.

Penegakan diagnosis Apendisitis akut terkadang sulit untuk dilakukan,

meskipun oleh dokter yang berpengalaman. Pada kasus appendicitis dengan

komplikasi clinical pathway tidak mengurangi lama rawat inap dan biaya

rumah sakit. Peneliti memberikan saran agar rumah sakit membedakan

clinical pathway antara kasus appendicitis akut dan komplikasi.

Affandy (2017) menyatakan bahwa kesiapan RSIA Srikandi dalam

penyusunan clinical pathway diare akut dehidrasi berat pada anak dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara


6

oleh beberapa hal salah satunya adalah sumberdaya. Pada kesiapan

penyusunan clinical pathway pada aspek Sumber daya didapatkan bahwa

motivasi yang dimilikitim adalah sedang, sebagian besar dokter yang terlibat

dalam penyusunan memiliki pengetahuan yang tinggi tentang clinical

pathway.

Wijaya (2018) menyatakan bahwa RSU PKU Muhammadiyah Bantul

telah melaksanakan pengisian rekam medis sesuai dengan kriteria clinical

dengan cukup baik akan tetap terdapat beberapa masalah yang menyebabkan

clinical pathway belum berjalan dengan baik yaitu kepatuhan visite dokter dan

kepatuhan lama rawat inap. Penerapan clinical pathway merupakan suatu

solusi untuk menjawab permasalahan tarif, merubah perilaku provider dan

memenuhi tuntutan akan pelayanan yang bermutu, professional dan terbuka

pada masyarakat.

Rumah Sakit Umum Mitra Sejati adalah salah satu dari 73 rumah sakit

umum swasta yang terdapat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. RSU

Mitra Sejati merupakan Rumah Sakit tipe B yang memiliki fasilitas cukup

lengkap. Tindakan Apendiktomi pada kasus appendicitias merupakan salah

satu kasus yang paling banyak di lakukan pada instalasi bedah di RSU Mitra

Sejati Medan. Kasus ini juga meningkat setiap tahunnya, walaupun sebagai

salah satu penyakit yang sering terjadi, penegakan diagnosis Apendisitis akut

cukup sulit. Diagnosis pada kasus ini sering terlambat diketahui dan

keterlembatan tersebut bisa mengakibatkan lamanya tindakan operasi yang

Universitas Sumatera Utara


7

akan dilakukan sehingga dapat menyebabkan komplikasi, yang

mengakibatkan pasien harus lebih lama lagi dirawat di rumah sakit dan

menyebabkan lamanya hari rawat di rumah sakit yang dapat meningkatkan

tagihan atau biaya yang dibebankan kepada pasien.

RSU Mitra Sejati telah menerapkan clinical pathway untuk beberapa

penyakit, salah satunya adalah clinical pathway appendicitis. Berdasarkan

hasil survey pendahuluan di RSU Mitra Sejati Kota Medan didapatkan kasus

appendicitis yang cukup tinggi pada setiap tahunnya. Menurut data rekam

medis terdapat 166 pasien pada kasus appendicitis di tahun 2017, yang

kemudian meningkat pada tahun 2018 yaitu terdapat 182 pasien dan semakin

meningkat setiap tahunnya.

Jumlah kasus appendicitis pada awal januari sampai dengan September

2019 sudah mencapai angka 174 pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kasus

appendicitis di RSU Mitra Sejati semakin meningkat setiap tahunnya. Kasus

appendicitis yang terjadi diantaranya appendicitis akut, appendicitis kronis,

appendicitis dengan penyulit. Dari seluruh kasus appendicitis yang ada, kasus

appendicitis akut yang terbanyak setiap tahunnya (RSU Mitra Sejati Kota

Medan tahun 2019). Cara untuk menurunkan angka kejadian appendicitis akut

di Rumah Sakit Mitra Sejati menerapkan clinical pathway sebagai alur klinis

dari awal pasien masuk hingga pulang. Seiring dengan banyaknya kasus

appendicitis dokter sering melakukan banyak variasi sehingga banyak variasi

penanganan mulai dari terapi hingga diagnosa walaupun sudah melaksanakan

Universitas Sumatera Utara


8

penerapan clinical pathway. Pelaksanaan clinical pathway di rumah sakit juga

tidak terlepas dari berbagai kendala, hambatan serta komitmen untuk terus

melaksanakan clinical pathway. Maka dari itu implemetasi clinical pathay

harus tetap di evaluasi agar berjalan dengan baik. Dari uraian di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi clinical pathway

appendicitis akut di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan.

Perumusan Masalah

Kasus appendicitis di RSU Mitra Sejati merupakan kasus

kegawatdaruratan yang paling sering terjadi, hal ini menyebabkan

peningkatan kasus appendicitis terus meningkat setiap tahunnya. Clinical

pathway harus dimiliki oleh Rumah Sakit dalam memenuhi Standar

Akreditasi Rumah Sakit versi KARS 2012. RSU Mitra Sejati telah

menerapkan clinical pathway yang dibuat berdasarkan penyakit yang

memiliki jumlah paling banyak dan memiliki risiko yang tinggi.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di kemukan di atas, maka

peneliti tertarik untuk melihat bagaimana implementasi clinical pathway

appendicitis di RSU Mitra Sejati Kota Medan tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana komunikasi,

sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi didalam implementasi clinical

pathway appendicitis akut di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Kota Medan

tahun 2019.

Universitas Sumatera Utara


9

Manfaat Penelitian

Bagi mahasiswa. Penelitian ini di harapkan dapat menambah

wawasan, ilmu pengetahuan dan informasi mengenai implementasi clinical

pathway appendicitis akut di RSU Mitra Sejati kota medan tahun 2019

Bagi rumah sakit. penelitian ini di harapkan dapat menambah

informasi dan masukan mengenai implementasi clinical pathway appendicitis

akut untuk lebih menentukan tindakan dan diagnosis yang tepat serta

meningkat mutu di rumah sakit.

Bagi ilmu pengetahuan. Untuk mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan dalam impementasi clinical pathway appendicitis akut.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Clinical Pathway

Pengertian clinical pathway. Clinical pathway adalah alur klinis yang

menunjukkan secara rinci tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan

termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis pada bukti-bukti ilmiah, yang

mempunyai dampak luas terhadap jalur klinis, sumber daya rumah sakit dan

hasil pada pasien (Pahriyani, Khotimah, & Bakar, 2015). Clinical pathway

menggabungkan standar asuhan setiap tenaga kesehatan secara sistematik.

Tindakan yang diberikan disatukan dalam beberapa urutan dan menjadi suatu

standar asuhan dengan tetap memperhatikan aspek individu dari pasien

(Mihardjo, 2016).

Clinical pathway (CP) merupakan bagian penting dokumen dan alat

dalam mewujudkan good clinical governance di rumah sakit. Di Indonesia,

dokumenini juga menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Standar

Akreditasi Rumah Sakit versi KARS 2012. Menjadi pertanyaan besar dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah-rumah sakit di Indonesia ialah

bagaimana agar CP dapat berperan secara optimal dalam kendali mutu dan

kendali biaya di rumah sakit serta bukan hanya sekedar dokumen kertas yang

menjadi prasyarat akreditasi (Paat, Kristanto, & Kalalo, 2017)

Clinical pathway merupakan sebuah pedoman yang digunakan untuk

melakukan tindakan klinis berbasis bukti pada fasilitas layanan kesehatan.

Clinical pathway dikenal juga dengan istilah lain seperti critical case

pathway, integrated case pathway, coordinated case pathway atau anti

10
Universitas Sumatera Utara
11

cipatedre covery pathway dan dibuat dengan cara membaurkan pedoman

klinik umum ke protokol lokal yang dapat diaplikasikan di fasilitas pelayanan

kesehatan setempat. Manfaat yang diharapkan dari clinical pathway adalah

peningkatan mutu pelayanan yang standar berdasarkan studi kedokteran

berbasis bukti serta dapat digunakansebagai efektivitas biaya. Clinical

pathway dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk melakukan audit medis

yang tujuannya adalah untuk meningkat pada mutu pelayanan kesehatan

(Apriani, 2015).

Tujuan clinical pathway. Tujuan clinical pathway menurut Depkes RI

(2010) adalah memilih tatanan terbaik dari berbagai pola praktek yang ada

dalam suatu penyakit dan membuat rangkuman garis besarnya. Menetapkan

standar mengenai lama pelayanan medis dan penggunaan fasilitas klinis serta

prosedur lainnya. Menilai hubungan setiap tahap pelayanan dengan kodisi

yang berbeda dalam suatu proses pelayanan medis serta menyusun strategi

untuk memberikan alternatif pelayanan yang berbeda agar pelayanan lebih

cepat dilakukan. Melibatkan semua profesi dann staf dalam proses

memberikan pelayanan klinis, Mengurangi beban dari dokumentasi rekam

medis yang terlalu banyak menyimpan dokumen pelayanan medis yang tidak

terstruktur. Meningkatkan nilai kepuasan pasien dengan menyediakan

informasi lebih cepat tentang recana pelayanan.

Pengembangan clinical pathway. Menurut Davis (2005) ada delapan

(Davis, 2005)

Keputusan. keputusan untuk mengembangkan Clinical pathway harus

Universitas Sumatera Utara


12

memilih keputusan untuk mengembangkan clinical pathway tergantung dari

prioritas dan kesepakatan multidisiplin.

Identifikasi stakeholder. Identifikasi yang dimaksud disini adalah

stakeholder dan pimpinan Internal stakeholder seperti user (pasien, tim multi

disiplin, perawat primer) dan external stakeholder seperti asuransi, organisasi

profesi, danlain-lain.

Identifikasi pimpinan. Identifikasi pimpinan dan tim yang

bertanggungjawab juga penting untuk membentuk tim clinical pathway yang

mendorong dan mempertahankan proses perubahan.

Proses mapping. Proses mapping akan menghasilkan sebuah peta

perjalanan pasien berdasarkan berbagai perspektif, dari peta ini tim

multidisiplin dapat mengkaji masalah dan langkah-langkah yang akan dipakai.

Audit. Audit awal dan pengumpulan data Hasil yang didapat tidak

hanya mengidentifikasikan adanya gap dalam pelayanan, tetapi juga sebagai

evaluasi dasar clinical pathway.

Pengembangan isi clinical pathway. Clinical pathway harus berisi

empat hal yaitu rencana perawatan, detail alat yang dibutuhkan seperti grafik

keseimbangan cairan, hasil yang harus dicapai dan pelacakan variasi sebagai

elemen unik dari clinical pathway.

Pilot project. Pilot Project dan implementasi Komunikasi yang kuat

dan rencana pendidikan sangat penting untuk mendukung sukses proyek

clinical pathway untuk memastikan bahwa pesan yang tepat disampaikan

kepada orang- orang yang tepat, dengan cara dan tempat yang tepat.

Universitas Sumatera Utara


13

Review. Review clinical pathway secara teratur Ketika meninjau ulang

(mereview) clinical pathway harus difokuskan kepada tiga pertanyaan utama

yaitu mengenai 1) Penyelesaian clinical pathway apakah clinical pathway

digunakan pada kasus yang tepat? Apakah ada informasi yang hilang? Apakah

staff memerlukan catatan sampingan yang tidak ada dalam clinical pathway?

2) Jenis variasi yang dicatat apakah variasi yang ada dicatat? Apakah staff

paham bagaimana mencatat variasi tersebut? 3) Kepuasan staff dapat

dilakukan menggunakan kuesioner.

Format clinical pathway. Clinical pathway adalah dokumen tertulis.

Terdapat berbagai jenis clinical pathway yang terganutng pada jenis penyakit

atau masalah serta kesepakatan para professional. Namun pada umumnya

format clinical pathway berupa tabel yang kolomnya merupakan waktu

(hari,jam), sedangkan barisnya merupakan observasi/ pemeriksaan/

tindakan/intervensi yang diperlukan. Format clinical pathway dapat disiisi

dengan check-list, namun tetap harus diberikan ruang untuk menuliskan hal-

hal yang perlu dicatat. Ruang yang tersedia untuk menctata hal-hal yang

diperlukan juga dapat amat terbatas, lebih- lebih format yang sama diisi oleh

semua profesi yang terlibat dalam perawara, karena clinical pathway bersifat

multidisplin. Profesi yang terlibat berkontribusi memberikan asuhan yaitu

asuhan medik, asuhan keperawatan, asuhan gizi serta asuhan kefarmasian

(Ikatan Dokter Indonesia, 2014).

Isi format clinical pathway adalah sebagai berikut ini : judul clinical

pathway, identitas pasien dan isi clinical pathway. Rumah sakit membuat

Universitas Sumatera Utara


14

clinical pathway berdasarkan kebutuhan dan kondisi. Clinical pathway

berlaku pada saaat ditegakkan diagnosa. Yang mengisi clinical pathway

adalah pelaksana verifikasi dan setelah di isi akan diserahkan kepada komite

pelayanan medic atau mutu rumah sakit.

Komponen clinical pathway. Feuth dan Claes (2008) mengemukakan

bahwa ada empat komponen utama clinical pathway, yaitu meliputi:

Kerangka waktu. kerangka waktu menggambarkan tahapan

berdasarkan pada hari perawatan atau berdasarkan tahapan pelayanan seperti:

fase pre-operasi, intraoperasi dan pascaoperasi.

Kategori asuhan. kategori asuhan berisi aktivitas yang menggambarkan

asuhan seluruh tim kesehatan yang diberikan kepada pasien.

Kriteria hasil. kriteria hasil memuat hasil yang diharapkan dari

standarasuhan yang diberikan, meliputi kriteria jangka panjang yaitu

menggambarkankriteria hasil dari keseluruhan asuhan dan jangka pendek,

yaitu menggambarkankriteria hasil pada setiap tahapan pelayanan pada jangka

waktu tertentu.

Pencatatan varian. Lembaran varian mencatat dan menganalisis

deviasi dari standar yang ditetapkan dalam clinical pathway. Kondisi pasien

yang tidak sesuai dengan standar asuhan atau standar yang tidak bisa

dilakukan dicatat dalam lembar varian.

Kelebihan clinical pathway. Banyak rumah sakit mulai menerapkan

clinical pathway dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien,

karena penggunaan clinical pathway memiliki kelebihan antara lain sebagai

Universitas Sumatera Utara


15

berikut: a) clinical pathway merupakan format pendokumentasian multi

disiplin. Format ini dapat memberikan efisiensi dalam pencatatan, dimana

tidak terjadi pengulangan atau duplikasi penulisan, sehingga kemungkinan

salah komunikasi dalam tim kesehatan yang merawat pasien dapat

dihindarkan. b) Meningkatkan peran dan komunikasi dalam tim multidisiplin

sehingga masing-masing anggota tim termotivasi dalam peningkatan

pengetahuan dan kompetensi. c) Terdapat standarisasi outcome sesuai

lamanya hari rawat, sehingga akan tercapai effective cost dalam perawatan. d)

Dapat meningkatkan kepuasan pasien karena pelaksanaan discharge planning

kepada pasien lebih jelas.

Kekurangan clinical pathway. Selain mempunyai kelebihan dalam

penggunaan clinical pathway, perlu dicermati juga kekurangan yang ditemui

dalam penerapan format clinical pathway ini, antara lain sebagai berikut: a)

Dokumentasi clinical pathway ini membutuhkan waktu yang relatif lama

dalam pembentukan dan pengembangannya. b) Tidak terlihat proses

keperawatan secara jelas karena harus menyesuaikan dengan tahap

perencanan medis, pengobatan, dan pemeriksaan penunjang lainnya. C)

Format dokumentasi hanya digunakan untuk masalah spesifik, contoh format

clinical pathway untuk bedah tulang tidak dapat digunakan untuk unit bedah

saraf. Sehingga akan banyak sekaliformat yang harus dihasilkan untuk seluruh

pelayanan yang tersedia.

Keberhasilan clinical pathway. Dalam sebuah penelitian panjang di

Inggris yang dilaksanakan oleh VFM Unit (NHS Wales) Project tentang

Universitas Sumatera Utara


16

Clinical Resource Utilization Group selama September 1995 hingga Maret

1997 terhadap 700 orang yang terdiri dari staf klinis, manajer, serta staf

operasional, didapatkan data tentang kunci pokok yang harus dibangun guna

mencapai keberhasilan clinical pathway. Hasil tersebut meliputi 5 tahap

sekuensial yang diterapkan organisasi rumah sakit sebagai berikut: a)

Peningkatan kesadaran dan komitmen b) Menyusun sistem penerapan clinical

pathway. c) Dokumentasi (dan penetapan desain). d. Implementasi (uji coba,

penerapan, dan pengembangan). e. Evaluasi. Langkah pertama merupakan

langkah paling kritis. Hal ini sulit dilakukan mengingat kepadatan/ tingginya

beban kerja staf klinis, faktor budaya, dan kemauan untuk berubah. Dalam hal

ini dibutuhkan adanya fasilitator/ koordinator yang memiliki tugas penuh

waktu guna memastikan clinical pathway dapat diterapkan di RS, khususnya

dalam fase awareness session. Clinical pathway merupakan suatu alat yang

bersifat leader driven, sehingga benar-benar akan berjalan bila didukung oleh

leadership yang baik khususnya dari pimpinan RS (Sue & Roberts, 2000).

Kegagalan clinical pathway. Midleton dan Roberts (2000)

menyebutkan setidaknya terdapat lima hal utama yang menyebabkan gagalnya

penerapan clinical pathway: Budaya professional, kurangnya dukungan

organisasi. Desain clinical pathway, Waktu dan sumber daya yang tidak

adekuat.

Evaluasi clinical pathway. Evaluasi adalah pengumpulan secara hati-

hati -hati mengenai suatu program atau beberapa aspek program untuk

membuat keputusan yang perlu mengenai program tersebut. Evaluasi pada

Universitas Sumatera Utara


17

suatu program dapat memasukkan beberapa jenis evaluasi, seperti untuk

penilaian kebutuhan, akreditasi, analisis biaya, analisis manfaat, efektivitas,

efisiensi, formatif, tujuan, proses, hasil, dan sebagainya. Jenis evaluasi yang

dijalankan untuk memperbaiki program tergantung pada apa yang dibutuhkan

untuk mempelajari program tersebut (Bastian, 2007)

Metodologi evaluasi dapat dinilai melaui kualitas mutu pelayanan.

Menruut Donabedian dalam Pohan 2015, kualitas atau mutu pelayanan

kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :

Input. Input (struktur), adalah segala sumber daya yang diperlukan

untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti sumber daya manusia, dana,

obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain.

Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang

bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan

penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Proses. Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan

mengubah input menjadi output. Proses ini merupakan variable penilaian

mutu yang penting. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara

profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Penilaian

terhadap proses adalah evaluasi terhadap dokter dan profesi kesehatan dalam

memanage pasien.

Output / outcome. Outcome secara tidak langsung dapat digunakan

sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Output/outcome,

ialahhasil pelayanan kesehatan yang merupakan perubahan pada konsumen

Universitas Sumatera Utara


18

(pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen. Hasil pelayanan

kesehatan/ medis dapat dinilai antara lain dengan melakukan audit medis,

review rekam medis dan review medis lainnya, adanya keluhan pasien, dan

informed consent.

Alat evaluasi clinical pathway. Alat yang baik untuk melakukan

evaluasi terhadap isi clinical pathway harus mempunyai karakteristik sebagai

berikut (Barbieri, Vanhaecht, & Van Herck, 2009)adanya komitmen dari

organisasi, path project management, persepsi mengenai konsep dari clinical

pathway, format dokumen, isi clinical pathway, keterlibatan multidisiplin

ilmu, manajemen variasi, pedoman, maintenance pathway, akuntabilitas,

keterlibatan pasien, pengembangan pathway, dukungan tambahan terhadap

system dan dokumentasi, pengaturan operasional, implementasi, pengelolaan

hasil (outcome) dan keamanan. Dari kriteria tersebut saat ini ada dua

instrument yang sering digunakan untuk melakukan audit terhadap isi dan

mutu clinical pathway. Kedua instrument tersebut adalah the icp key element

checklist dan The Integrated Care Pathway Appraisal Tool(ICPAT)

(Yasman,2012).

The ICP Key Element Checklist. Pertama kali dikembangkan oleh

Croucer (inggris) pada tahun 2004 sebagai bagian dari penelitian magister

mengenai kualitas ICP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi elemen kunci dalam ICP, dan mengevaluasi ICP yang

tersedia. Setiap ICP harus memiliki 14 elemen kunci ini, jika ICP keluar dari

14 elemen yang tercantum dala daftar maka bisa dikatakan format tersebut

Universitas Sumatera Utara


19

bukan ICP, tapi lebih cenderung menjadi daftar periksa atau pedomansaja.

The Integrated Care Pathway Appraisal Tool (ICPAT). ICPAT

merupakan salah satu instrument yang sudah divalidasi dan dapat

digunakanuntuk melakukan evaluasi dari isi dan mutu CP, yang terdiri dari 6

dimensi yaitu : ICPAT merupakan salah satu instrumen yang sudah divalidasi

dan dapat digunakan untuk melakukan evaluasi dari isi dan mutu clinical

pathway, yang terdiri dari 6 dimensi (Whittle, 2009) yaitu:

Dimensi 1. Bagian ini memastikan apakah format yang dinilai adalah

Clinical pathwayyang sudah sesuai dengan standart.

Dimensi 2. Menilai proses dokumentasi clincal pathway. Clinical

pathway adalah formulir yang digunakan secara actual untuk

mendokumentasikan pelayanan / terapi yang diberikan kepada masing-masing

pasien. Dokumentasi ini termasuk untuk mencatat kepatuhan maupun

ketidakpatuhan(variasi).

Dimensi 3. Clinical pathway merupakan sebuah alat yang akan

digunakan untuk mengevaluasi pengembangan pelayanan / terapi yang telah

diberikan dan untuk memperbaiki pelayanan tersebut sehingga akan

melibatkan proses perubahan dalam praktek sehari-hari.

Dimensi 4. Menilai proses implementasi clinical pathwaydan

Memastikan efektifitas penerapan dan penggunaan pada clinical pathway

Dimensi5. Menilai proses maintenance/pemeliharaan ICP. Salah satu

factor sukses terpenting dalam penggunaan clinical pathway adalah kegiatan

untuk menjaga clinical pathway yang berfungsi sebagai alat dinamis yang

Universitas Sumatera Utara


20

dapat merespon masukan dari staff, pasien, respon klinis, referensi terbaru.

Dimensi 6 adalah Menilai peran organisasi pada Rumah Sakit dalam

pelaksanaan clinical pathway.

Appendicitis

Definisi apendicitis. Appendicitis merupakan organ berbentuk tabung,

panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15), dan berpangkal di sekum.

Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun

demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan

menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya

insiden Appendicitis pada usia itu (Soybel, 2001 dalam Departemen Bedah

UGM, 2010). Appendicitis merupakan peradangan akut pada apendiks

vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7

sampai 15 cm (Dorland, 2000) dan merupakan penyebab tersering nyeri

abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat & Jong, 2010)

Appendicitis akut adalah appendicitis yang terjadi secara akut yang

memerlukan intervensi bedah biasanya memiliki durasi tidak lebih dari 48 jam

(Dorland, 2000), ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah

dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, nyeri otot yang ada diatasnya, dan

hiperestesia kulit (Dorland, 2000). Penyakit ini dapat terjadi pada semua

umur, tetapi umumnya terjadi pada dewasa dan remaja muda, yaitu pada umur

10-30 tahun (Agrawal, Adhikari, & Kumar, 2008) dan insiden tertinggi pada

kelompok umur 10-14 tahun pada laki-laki dan 15-19 tahun pada wanita

Universitas Sumatera Utara


21

(Zulfikar & Prihwanto, 2013)

Epidemologi appendicitis. Terdapat sekitar 250.000 kasus

appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama

terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-

laki dibandingkanperempuan dengan perbandingan 3:2. Bangsa Caucasia

lebih sering terkena dibandingkan dengan kelompok ras lainnya. Appendicitis

akut lebih sering terjadi selama musim panas. Insidensi Appendicitis akut di

negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang, tetapi beberapa

tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara bermakna.

Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan

berserat dalam menu sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada

semuaumur, akan tetapi pada anak kurang dari satu tahun appendicitis jarang

dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding,

kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki lebihtinggi.

Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia,

apendicti akut merupakan salah sartu penyebab dari akut abdomen beberapa

indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidensi

appendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawat

daruratan abdomen yang lainnya. Dinkes jateng menyebutkan pada tahun

2009 jumlah kasus appendicitis di jawa tengah sebanyak 5.980 penderita, dan

177 penderita diantaranya menyebabkan kematian (Tabanan, 2014).

Patofisiologi. Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan

Universitas Sumatera Utara


22

lumen appendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur

karena fibrosis akibat peradanga sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi

tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami

bendungan. semakin lama mucus tersebut semakin banyak, namun elastisitas

dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan

menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan

ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi Appendicitis akut lokal yang ditandai

oleh nyeri epigastrium (Mansjoer, 2000)

Manifestasi klinis. Appendicitis akut sering tampil dengan gejala yang

khas nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,

mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada apendiks yang terinflamasi,

nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney

(Sudarsono, 2013). Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan

nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda

ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi

menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih

menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.

Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri

yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan

bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar (Smeltzer &

Bare, 2000)

Klasifikasi. Klasifikasi apendisitis saat ini dibagi menjadi dua

Universitas Sumatera Utara


23

kelompok, yaitu:

Apendisitis non komplikata. Terdapat dua jenis apendisitis non

komplikata yang sering terjadi:

Apendisitis sederhana (apendisitis kataralis). Pada bentuk akut ini,

mukosa apendik mengalami inflamasi, submukosa edema dan dikeliling oleh

round cells sehingga bentuk apendik terlihat bengkak dan kaku.

Prosesperadangan terjadi di mukosa dan sub mukosa yang disebabkan oleh

obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen apendik dan terjadi

peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa

apendik jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala klinis diawali dengan

rasa nyeri di daerah umbilicus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam

ringan. Pada apendisitis kataral terjadi leukositosis dan apendik berukuran

normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa. Apendisitis akut pada

pemeriksaanhistologi dijumpai adanya infiltrasi sel-sel limfosit dan neutrofil

didalam lapisan otot apendik (Longo, Kasper, Fauci, Braunwald, & Hause,

2012).

Apendisitis purulenta (apendisitis supuratif). Tekanan dalam lumen

yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena

pada dinding apendik dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat

iskemia dan edema pada apendik. Mikroorganisme yang ada di usus besar

akan mengalami translokasi ke dalam dinding apendik menimbulkan infeksi

serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada

apendik dan mesoapendik terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen

Universitas Sumatera Utara


24

terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal

seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik McBurney, defans muskuler, dan nyeri

pada gerak aktif dan pasif. Rasa nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada

seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum (Longo dkk,

2012).

Apendisitis komplikata. Apendisitis komplikata dapat diartikan

sebagai keadaan apendik yang gangrenosa, perforasi, abses maupun peritonitis.

Pasien dengan apendisitis komplikata akan menunjukkan tanda–tanda infeksi

sistemik. Sementara itu pada anak-anak dan orang tua menunjukkan

peningkatan risiko perforasi yang lebih tinggi, wanita mempunyai

kemungkinan resiko yang lebih rendah untuk terjadinya apendisitis perforasi

pada kasus apendisitis akut.

Keterlambatan diagnosis dan terapi pembedahan pada pasien dengan

apendisitis akut menjadi penyebab utama terjadinya perforasi apendik.

Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien-pasien dengan

apendisitis perforasi yang mendapatkan tindakan bedah dapat mencapai10 x

lipat. Saat ini pasien yang mempunyai resiko tinggi untukterjadinya

apendisitis perforasi adalah pasien yang usia sangat muda, pasien usiatua,

pasien dengan penurunan sistem imun tubuh (Gomes, et al., 2015)

Apendisitis gangrenosa. Bila tekanan dalam lumen terus bertambah,

aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren.

Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, apendik mengalami gangrene pada

bagian tertentu. Dinding apendik berwarna ungu, hijau keabuan atau merah

Universitas Sumatera Utara


25

kehitaman. Pada apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan

cairan peritoneal yang purulent (Longo dkk, 2012).

Apendisitis perforasi. Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendik

yang sudah gangrenosa yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut

sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding apendik tampak daerah

perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik (Longo dkk,2012)

Pemeriksaan penunjang. Untuk menegakkan diagnosis, dibutuhkan

beberapa pemeriksaan penunjang berupa:

Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan ini dapat berupa: 1) Hitung

jenis leukosit dengan hasil leukositosis. 2) Pemeriksaan urin dengan hasil

sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal

bila apendiks yang meradang menempel pada ureta atau vesika. Pemeriksaan

leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap

mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perfosi akan

menjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal.

Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urin

rutin penting untuk melihat apakah terdapat infeksi padaginjal.

Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini dapat berupa:

1)Apendikogram, dilakukan dengan cara pemberian kontras BaS04 serbuk

halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum

sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam

untuk dewasa, hasil apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi. 2)

Ultrasonografi (USG), dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah.

Universitas Sumatera Utara


26

Abses subdiafragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal,

atau efusi pleura (Petroianu & Barroso, 2016).

Penatalaksanaan. Apendiktomi merupakan tindakan pembedahan

untuk mengangkat apendiks dilakukan segera mungkin untuk mengurangi

risiko perforasi. Apendisitis yang tidak tertangani segera maka dapat terjadi

perforasi dan diperlukan tindakan operasi laparatomi. Apendiktomi terbuka

dengan metode konvensional telah menjadi prosedur operasi standar untuk

pengobatan apendisitis selama lebih dari satu abad dan bahkan hingga saat ini

(Brunner & Suddarth, 2013)

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendicitis telah

ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk

membatasi aktivitas fisik sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat

diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk

mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko

perforasi (Musa, 2010). Sesudah operasi dilakukan, pasien akan diberikan

makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa.

Pemebrian makanan dari tahap ke tahap dilakukan setelah tanda-tanda

usus mulai bekerja (bising usus positif). Pentingnya pemberian nutrisi yang

baik pada pasien dengan luka operasi merupakan pondasi untuk proses

penyembuhan luka (Tabanan, 2014). Selanjutnya melakukan latihan fisik

untuk mempercepat pemulihan dilakukan 6-10 jam setelah pasien sadar.

Diawali miring kanan dan kiri, latihan pernafasan, menggerakan ekstremitas,

duduk, batuk dan berjalan (Sulistyawati, 2012).

Universitas Sumatera Utara


27

Implementasi

Pengertian Implementasi. Implementasi adalah seperangkat kegiatan

yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan. Suatu keputusan selalu

dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang memerlukan serangkai

aktivitas. Kegiatan implementasi dapat melibatkan seluruh jajaran manajemen

mulai dari manejemen utama sampai pada karyawan paling bawah.

Implementasi merupakan suatu proses yang terarah dan terkoordinasi.

Implemntasi melibatkan banyak sumber daya. Sifat dari suatu implementasi

tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhinya .

Menurut Mulyadi (2015) implementasi mengacu pada tindakan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keptusan tersebut menjadi

pola operasional serta berusaha mencapai perubahan besar atau kecil

(Ambarwati, 2010) sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya.

Implementasi pada hakikatnya merupakan upaya pemahaman tentang upaya

apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang

dimaksudkan untuk mencapai tujukan sebagaimana yang dirumuskan dalam

kebihakan (Wibawa, 1994). Implementasi kebijakan merupakan tahap paling

penting dalam proses kebijakan. Kebijakan dalam program harus di

Universitas Sumatera Utara


28

implementasikan agar dapat diketahui dampak dan tujuan yang diinginkan.

Pada akhirnya dampak implementasi mempunyai makna telah ada perubahan

yang bisa diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program

atau undang-undang. Fungsi dari implementasi kebijakan itu sendiri adalah

untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun

sasaran kebijakan public diwujudkan sebagai outcome (Wahab, 2004)

Faktor yang memengaruhi Implementasi Kebijakan. Implementasi

kebijakan ditentukan oleh banyak faktor dan masing-masing faktor tersebut

saling berhubungan. Menurut George C. Edward III yang diterjemahkan oleh

(Subarsono, 2005), ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

atau kegagaan implementasi suatu kebijakan.

Komunikasi. Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk

menyampaikan pemikiran dan perasaanya, harapan atau pengalamannya

kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang sangat

penting. Implementasi yang efektif baru akan terjadi apabila pembuat

kebijakan dan implementator dapat mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Apabila tujuan dan sasaran kebijakan tidak jelas, tidak di sosialiasasikan atau

bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka

kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Informasi dari

pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan merupakan hal yang penting.

Disini terjadi transfer pengetahuan mengenai kebijakan meliputi dasar

kebijakan, cara pelaksanaannya, aturan batasan, dan proses untuk meniai suatu

kebijakan.

Universitas Sumatera Utara


29

Menurut Edward III komunikasi dapat diartikan juga sebagai proses

penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Informasi mengenai

kebijakan perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakam

dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk

menjalakan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat

dicapai sesuai dengan yang di harapkan.

Komunikasi kebijakan memiliki beberapa dimensi yang perlu di

perhatikan antara lain 1) transmisi (transmission) yaitu cara penyampaian

informasi. Kebijakan tidak hanya di sampaikan kepada pelaksana kebijakan

tetapi juga harys disampaikan kepada kelompok sasaran kenijakan dan pihak

lain yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung. 2)

Kejelasan (clarity) yaitu kejelasan dalam menyampaikan infromasi. Kebijakan

yang di sampaikan kepada pelaksana, target grup dan pihak lain yang

berkepentingan secara jelas sehingga diantara mereka mengetahui apa yang

menjadi tujuan,maksud,sasaran dan substansi dari kebijakan tersebut agar

implementator dapat mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan tersbut

ecara efektif dan efisien, dan konsistensi (consistency). 3) konsistensi

(consistency) konsistensi dalam penyampaian sangat diperlukan agar

kebijakan yang diambil tidaksimpang siur sehingga membingunkan

pelaksanakebijakan.

Berdasarkan teori Edwards mengenai komunikasi, para implementator

juga turut didalam mensosisalisasikan mengenai clinical pathway. Bentuk

komunikasi dalam clinical pathway di rumah sakit adalah sosialisasi.

Universitas Sumatera Utara


30

komunikasi disini diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang kelompok

organisasasi menggunakan informasi terhubung dengan orang lain. Peran

komunikasi di dalam penerapan clinical pathway adalah untuk mendukung

segala aspek dari praktik pelayanan asuhan, seperti contoh keperawatan dsb.

Sosialisisasi dapat berbentuk komunikasi langsung oleh direktur, wakil

direktur atau jajaran di bidang tersebut kepada seluruh implementator

kebijakan clinical pathway. Sosialisasi tidak hanyamembacakan poin-poin

kebijakan tersebut akan tetapi juga penjelasan yang detil dari poin-poin

tersebut agar dapat dipahami oleh seluruh implementator.

Sumber daya. Sumber daya merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan. Implementasi tidak

akan berjalan dengan baik dan efektif walaupun isi kebijakan sudah

dikomunikasikan secara jelas dan konsisten apabila implementator

kekurangan sumber daya. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal diatas

kertas dan hanya menjadi dokumen saja. Sumber daya tersebut dapat

berwujud sumber daya manusia yaitu implementator dan sumber daya

finansial , sarana prasarana serta fasilitas-fasilitas atau infrastruktur.

Menurut Edward III sumber daya yang tidak memadai berakibat tidak

dilaksanakannya program secara sempurna. Komponen sumber daya meliputi

jumlah staff, keahlian dari pelaksana informasi yang relevan dan cukup untuk

mengimplementasikan kebijakan program. Sumber daya didalam

implementasi kebijakan memegang peranan penting karena kebijakan tidak

akan efektif bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Alokasi

Universitas Sumatera Utara


31

dari sumber- sumber daya yang potensial akan memberikan dampak langsung

terhadap proses implementasi. Sumber-sumber yang termasuk antara lain staf

yang relative cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian serta keterampilan

untuk melaksanakan kebijakan, informasi yang memadai atau relevan untuk

keperluan implementsi, wewenang yang dimiliki implementator untuk

melaksanakan kebijkan, adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat

dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

Sumber daya merupakan faktor penting untuk implementasi kebijakan

agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tingal di kertas dan menjadi

dokumen saja. Walaupun isi kebijakan sudah di komunikasikan secara jelas

dan konsisten, tetapi apabila implementator kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya

tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yaitu kompetensi

implementator dan sumber daya financial (Davis, 2005). Indicator sumber

daya mencakup elemen-elemen yaitu stad, informasi, wewenang danfasilitas.

Staf. Salah satu sumber utama dalam implementasi yaitu adanya staf

atau sumberdaya manusianya (SDM). Hambatan yang biasa terjadi

dikarenakan jumlah sat yang tidak mencukupi, dan tidak kompeten

dibidangnya. Selain penambhan SDM-nya juga harus dengan keahlian dan

kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diharapkan dapattercapai.

Informasi. Informasi dalam hal ini ada dua jenis yaitu 1)informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan. Dimana petugas pelaksana harustahu

tindakan yang dilakukan pada saat diberikan petunjuk dan peintah,2)

Universitas Sumatera Utara


32

informasi tetang peraturan ataupun regulasi sehingga para pelaksana dapat

patuh melaksanakan sesuai dengan ketetapan yang dibuat. Implementator juga

harus atau bahwa orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan

patuh akan hukum.

Wewenang. Perintah yang diberikan agar terlaksana, umumnya

haruslah bersifat formal. Wewenang merupakan otoritas/legitimasi bagi

pelaksana dalam hal pelaksanaan kebijakan yang telah terjadi. Tidak adanya

wewenang dapat menyebabkan implementasi akan gagal atau tidak tercapai.

Fasilitas. Fasilitas juga menjadi hal yang penting dalam proses

implementasi kebijkan, implementasi akan tidak berhasil bilamana fasilitas

pendukung tidak memadai. Walaupun disisi lain pelaksana mengetahui setiap

kegiatan yang dilakukannya, tercukupinya jumlah staf dan adanya wewenang.

Disposisi. Disposisi adalah sikap para implementator untuk

mengimplementasikan kebijakan. Menurut George C.Edward III jika

implementasi ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementator

tidak hanya harus tau apa yang harus mereka lakukan tetapi mereka juga harus

mempunya kemauan untuk mengimplemetasikan kebijakan tersebut. Disposisi

merupakan watak dan karakterisistik yang dimiliki oleh implementator seperti

kejujuran, komitmen, kepatuhan, kerjasama tim, respon dan sikap demokratis.

Apabila implementator memiliki dispoisi yang baik maka dia dapat

menjalankan kebijakan dengan baik.

Disposisi adalah watak atau karateristik yang dimiliki oleh

implementator seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila

Universitas Sumatera Utara


33

implementator memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan pembuat kebijakan. Ketika

implementator memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat

kebijakan maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Kejujuran mengarahkan implementator untuk tetap berada dalam arah

program yang telah digariskan dalam program. Komitmen dan kejujurannya

membawanya semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program

secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik

implementatordan kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran. Sikap ini

akan menurunkan resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya

dan kepedulian kelompok sasaran terhadap implementator dan kebijakan.

Menurut Edward II disposisi diterjemahkan sebagai

pembawaan/kepribadian/ pandangan/ ideology pelaksana kebijakan public,

dengan asumsi bahwa semua pelaksana kebijajakan sudah lulus dalam seleksi

kepribadian pada saat implementator diterima menjadi pelaksana. Disposisi

lebih dimaksudkan sebagai ketetapan atau kecocokan antara pembuat

kebijakan dengan pelaksana kebijakan.

Struktur birokrasi. Aspek keempat yang menurut Edward III

mempengaruhi implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi.

Birokrasi yang dimaksud disini adalah keseluruhan jajaran dalam suatu

kebijakan. Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan sudah mencukupi dan para implementator telah mengetahui apa dan

bagaimana cara melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih belum

Universitas Sumatera Utara


34

efektif karena struktur birokrasi yang ada. Struktur birokasi yang bertugas

mempunyai pengaruh yang signifikaan terhadap implementasi kebijakan.

Salah satu aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah

adanya prosedur yang standar (standart operating procedure) dan

melaksanakan koordinasi berjenjang.

Standar Operaional Prosedur (SOP). SOP merupakan sebuah rincian

kegiatan yang telah direncanakan, dikembangkan dan di standarisasi untuk

menjadi pedomaan bagi birokrat dalam melaksanakan kegiatannya. Dengan

menggunakan SOP yang jelas dalam mengimplementasikan kebijakan

memungkinkan para implementra untuk mengoptimalisasi waktu dan sumber

daya dalam upaya pencapaian tujuan kebijakan. SOP dapat digunakan para

pelaksanana untuk melaksanakan kegiatannya bersarkan standart yang telah

ada dan memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP menjadi pedoman bagi

setiap implementator dalam bertindak. Dalam hal melaksanakan koordinasi

berjenjang diperlukan upaya pola hubungan, penyebaran tanggung jawab

kegiatan-kegiatan dan aktivitas diantara beberapa unitorganisasi.

SOP merupakan sebuah rincian kegaiatan yang telah direncanakan,

dikembangkan dan distandarisasi untuk menjadi pedoman bagi birokrat dalam

melaksanakan rutinitas kegiatannya. Dengan menggunakan Standar

Operasional Prosedur yang jelas dalam mengimplementasikan kebijakan,

memungkinkan para implementator untuk mengoptimalisasi waktu dan

sumber daya dalam upaya pencapaian tujuan kebijakan.

Universitas Sumatera Utara


35

Rumah Sakit

Pengertian rumah sakit. Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan

pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU RI NO. 44 Tahun 2009).

Rumah sakit merupakan Institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

(meliptui Promotif preventif, kuratif dan rehabilitative) dengan menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. rumah sakit umum

memiliki pengelompokan berdasarkan perbedaan tingkatan menurut

kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan, fisik dan peralatan yang dapat

di sediakan dan berpengaruh terhadap beban kerja.

Tugas dan fungsi rumah sakit. Menurut Undang Undang No. 44

Tahun 2009 tentang rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas,

rumah sakit mempunyai fungsi : 1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan

dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. 2)

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan Medis.

3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan.

Universitas Sumatera Utara


36

4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Jenis rumah sakit. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

2009 menjelaskan mengenai pembagian rumah sakitberdasarkan jenis

pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan menjadi,rumah sakit

umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit khusus

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah

sakit Publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik dapat dikelola oleh

pemerintah pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.

Rumah sakit publik dimiliki dan diselenggarakan oleh : Kementerian

kesehatan, Pemerintah daerah, TNI/Polisi, dan departemen lain yang termasuk

BUMN. Rumah sakit Privat, merupakan rumah sakityang dikelola badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatasatau persero.

Mekanisme kerjanya menjadi tanggung jawab pemilik, sedangkan struktur

organisasinya menyerupai rumah sakit umum.

Rumah sakit juga dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan

setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan dan

disetujui menteri pendidikan. Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit

Universitas Sumatera Utara


37

yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan secara terpadu

dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran

berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Landasan Teori

Clinical pathway (CP) merangkum setiap langkah yang diberikan

kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis, standar asuhan

keperawatan dan standar kesehatan lainnya. Implementasi CP sangat berperan

penting di dalam rumah sakit. Di Indonesia, dokumen CP menjadi salah satu

syarat yang harus dipenuhi dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit versi

KARS 2012 (Paat, Kristanto, & Kalalo, 2017)

Menurut George C.Edward III didalam Subarsono (2009) keberhasilan

Implementasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu komunikasi,

sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Kerangka berfikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, kerangka

berfikir ini sesuai dengan teori George C.Edward III mengenai faktor-faktor

yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi clinical pathway.

Implementasi
Clinical pathway
Appendictis Akut

Komunikasi Sumber daya Disposisi Struktur Birokrasi

Gambar 1. Kerangka berfikir

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

dilakukan untuk memperoleh jawaban dan informasi yang mendalam dari

seorang informan tentang pendapat dan perasaan seseorang baik berupa

perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan (Moleong, 2017) Data Kualitatif

diambil dengan cara deep interview, telaah dokumen dan observasi langsung

untuk mengeksplorasi implementasi clinical pathway appendicitis di Rumah

Sakit Umum Mitra Sejati Medan Tahun 2019.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan.

Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah karena Rumah Sakit

Ini merupakan salah satu rumah sakit type b yang memiliki jumlah kunjungan

pasien yang cukup banyak. Appendicitis akut merupakan salah satu kasus

gawatdarurat yang paling sering ditemukan sehingga RSU Mitra Sejati

menerapkan pelaksanaan clinical pathway untuk kasus ini dan waktu

penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September s/dselesai.

Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek penelitian yang dapat memberikan

informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Informan dalam penelitian

ini diambil secara purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk

38
Universitas Sumatera Utara
39

memilih informan yang mampu memberikan informasi yang diperlukan

selama penelitian (Bungin, 2011).

Jumlah Informan dalam penelitian ini adalah enam. Dengan kriteria

pengambilan sampel yang tediri dari : pegawai yang terlibat didalam

pembuatan, perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan clinical pathway,

memiliki masa kerja lebih dari dua tahun, mampu berkomunikasi dengan baik

dan bersedia menjadi informan. Informan tersebut terdiri dari Kepala Bidang

Pelayanan medik, Kepala Bidang Case Manager, Dokter SMF bagian Bedah,

Kepala Perawat/perawat pelaksana bagian bedah, Tenaga Gizi dan Tenaga

Farmasi.

Penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai

kepada "recudancy" (datanya telah jenuh, ditambah informan tidak lagi

memberikan informasi yang baru). Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti

kualitatif adalah "tuntasnya" perolehan informasi dengan keragaman variasi

yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data

Definisi Konsep

Clinical pathway. Clinical pathway adalah sebuah rangkaian

pelayanan medis terstruktur yang merangkum setiap langkah yang diberikan

kepada pasien berdasarkan pelayanan medis, standar asuhan keperawatan dan

standar pelayanan kesehatan lainnya.

Komunikasi. Komunikasi adalah keseluruhan dari proses perencenaan

clinical pathway. Regulasi dan petunjuk teknis untuk melaksanakan clinical

pathway.

Universitas Sumatera Utara


40

Sumber daya. Sumber daya adalah segala sesuatu yang terlibat di

dalam kegaiatan clinical pathway. Sumber daya dapat berupa sumber daya

manusia yakni kompetensi impementator dan sarana prasarana yang

mendukung proses pelaksanaan clinical pathway.

Disposisi. Disposisi adaah bagaimana proses implementasi clinical

pathway, hal ini bisa dinilai dari komitemen dan kepatuhan para

implementator dalam pelaksanaan clinical pathway.

Struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah bagaimana tugas-tugas

dan wewenang bagi para implementator, koordinasi dengan intansi/organisasi

lain dengan tujuang terlaksananya implementasi clinical pathway.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif instrument atau alat pengumpul data adalah

manusia atau peneliti sendiri. Keberhasilan dalam pengumpulan data

ditentukan oleh kemampuan peneliti berinteraksi dan memahami pandangan

informan (Sugiyono, 2017).

Observasi telaah dokumen. Pelaksanaan observasi pada penelitian ini

menggunakan rekam medik pasien appendicitis akut dari rekam medik pasien

dapat diketahui apakah penggunaan clinical pathway appendicitis

didokumentasikan di dalam rekam medik atau tidak.

Observasi langsung. Pelaksanaan observasi pada penelitian ini

menggunakan clinical pathway yang ada di RSU Mitra sejati, peneliti melihat

langsung pelaksanaan dan checklist clinical pathway dengan kasus

appendicitis akut.

Universitas Sumatera Utara


41

Wawancara/deepinterview. Pelaksanaan wawancara pada penelitian

ini menggunakan daftar pertanyaan yang didasarkan pada pedoman

wawancara, pendekatan teori impelementasi menurut George C.Edward IIII

dan beberapa pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan tujuan dari

penelitian ini. Wawancara bertujuan untuk mengetahui proses implementasi

clinical pathway appendicitis akut dan hambatan apa saja yang dihadapi saat

dilakukan implementasi clinical pathway appendicitis akut di RSU Mitra

Sejati KotaMedan.

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Patton dalam

(Moleong, 2017) adalah proses mengatur data, mengorganisasikan kedalam

satu pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemkan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Penelitian

ini menggunakan metode Colaizzi dalam menganalisa data. Metode colaizzi

direkomendasikan untuk studi fenomenologi karena memberikan langkah-

langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana (Streubert & Carpenter,

2011). Adapun tahapan analisis data kualitatif menurut Colaizzi sebagai

berikut:

Menyalin dan membaca secara berulang-ulang semua transkrip

wawancara yang telah diungkapkan informan. Peneliti mendengarkan alat

perekam beberapa waktu, selanjutnya menyalin/membuat transkrip dan

membaca semuatran skrip dan juga untuk dapat menggambarkan fenomena

dari pengalaman informan, kemudian peneliti memberikan penomoran pada

Universitas Sumatera Utara


42

setiap pernyataan pada transkripwawancara

Melakukan ekstrasi terhadap pernyataan signifikan. Pernyataan

yang signifikan di ekstrasi dari masing-masing transkrip. Pernyataan

sifnifikan secara numeric dimasukkan kedalam daftar disertai masing-masing

pernyataan signifikan. Mengidentifikassi pernyataan informan yang relevan,

dan mempelajari pernyataan signifikan dari setiap informan untuk mengetahui

pengertiannya.

Mencari makna dan dirumuskan kedalam tema. Pernyataan yang

signifikan diuraikan dalam bentuk kolom, kemudian menentukan koding

terhadap pernyataan signifikan dari masing-masing informan tanpa

menyimpulkannya, bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik.

Selanjutnya hasil koding pernyataan signifikan masing-masing transkrip

informan dikelompokkan menjadi koding sejenis yang dikelompokkan dari

pernyataan signifikan keseluruhan informan

Menggabungkan makna dan merujuk ke dalam kelompok tema.

Hasil koding sejenis yang dikelompokkan dari seluruh informan selanjutnya

peneliti menentukan kategori. Beberapa kategori di kelompokkan menjadi sub

– tema dan dari beberapa sub-tema dirujuk menjadi tema

Mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap. Peneliti

mengintegrasikan hasil tema kedalam deskripsi yang lengkap dari fenomena

dan dikembangkan melalui sintesis dari semua kelompok tema dan makna

yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


43

Mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut.

Struktur dasar mengacu pada esensi dari fenomena yang diteliti sebagai

pernyataan tegass dari pengalaman yang diungkapkan informan dengan

analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena tersebut.

Kembali ke informan untuk melakukan validasi. Hal ini dilakukan

untuk validasi akhir/verifikasi tema-tema kepada informan segera setelah

prosesverbatim dilakukan. Jika ada perubahan yang dibuat disesuaikan dengan

umpan balik informan untuk memastikan makna yang dimaksudnya

tersampaikan dalm struktur dasar dari fenomena tersebut. Deskripsi final

dilakukan jika peneliti tidak mendapatkan lagi data tambahan selama proses

verifikasi.

Universitas Sumatera Utara


Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra Sejati merupakan salah satu rumah

sakit swasta yang ada di Kota Medan. RSU Mitra Sehati pada awalnya

merupakan tempat praktek bersama para dokter, sejalan dengan

perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi, para dokter berencana

untuk membuat suatu rumah sakit umum dengan tujuan utama melayani

masyarakat khususnya pelayanan kesehatan. Sebagai salah satu pusat rujukan

pelayanan kesehatan RSU Mitra Sejati berusaha memberikan pelayanan

menyeluruh dibidang kesehatan secara cermat dan tepat. Dengan didukung

tenaga medis yang profesional dan berkompeten dibidangnya, serta sarana dan

prasarana yang modern dan lengkap dengan tarif yang terjangkau oleh

masyarakat padaumumnya.

RSU mitra sejati merupakan rumah sakit dengan type B dengan

fasilitas tempat tidur sebanyak 289 dan terakreditasi paripurna pada tahun

2018. RSU Mitra Sejati. Rumah sakit ini memiliki karyawan sebanyak 460

orang, disini termasuk perawat,bidan,farmasi,gizi,dokter umum, dokter

spesialis, managemen dan lainnya. Fasilitas pada rumah sakit ini cukup

lengkap dengan adanya dokter spesialis yang cukup, alat penunjang medis

radiologi seperti Ct-scan,rontgen dan USG. Ruang rawat inap pada rumah

sakit ini terdiri dari ruangan ICU, VK, ruang rawat inap anak, penyakit dalam,

paru , ruangan hemodialisa dan ruangan bedah.

44
Universitas Sumatera Utara
45

Ruang rawat inap bedah merupakan salah satu ruang perawatan dengan

jumlah ruangan sebanyak 16 ruangan dengan total bed sebanyak 38.

Ruanganuntuk pasien rawat inap kasus bedah pada rumah sakit ini disebut

dengan ruangan amarilis dan terletak di lantai III. Terdapat lima kelas pada

ruangan bedah yaitu terdiri dari Executive class, super VIP, kelas I, II dan III.

Jumlah pegawai untuk ruangan ini ada sebanyak 19 orang.

RSU mitra sejati menjalankan clinical pathway untuk tetap menjaga

mutu pelayanan pada pasien dan juga sebagai syarat agar rumah sakit ini dapat

terakreditasi. RSU Mitra Sejati telah menerapkan limaclincal pathway.

Pemilihan clinical pathway pada rumah sakit ini berdasarkan high cost, high

volume dan high risk. Salah satu clinical pathway diterapkan adalah

appendicitis acute. Kasus appendicitis acute di RSU mitra sejati cukup

banyak dan pastinya harus mendapatkan penanganan dengan cepat agar tidak

terjadi komplikasi yang lebih lanjut pada pasien.

Karateristik Informan

Karateristik informan merupakan salah satu penentu perilaku

seseorang, faktor karateristik meliputi usia informan, pendikan dan pekerjaan,

jumlah informan dalam penelitian ini adalah tujuh informan dari RSU Mitra

Sejati medan. Data informan yang diperoleh dapat dilihat bahwa enam orang

(86%) berpendikan sarjana dan 1 orang (14%) berpendidikan diploma. usia

informan paling muda adalah 25 tahun dan paling tua adalah 55 tahun.

Penjelasan Informan disini sudah mewakili semua unit di RSU Mitra Sejati

medan yang peneliti ingin ketahui. Informan dalam penelitian ini adalah

Universitas Sumatera Utara


46

seluruh informan yang mengetahui dan ikut dalam penyusuan clinical

pathway appendicitis akut. Peneliti membuat nama samara untuk menjaga

kerahsiaan data informan karena informan merasatidak nyaman ketika

berbicara mengenai rumah sakit tepat mereka bekerja dan diketahui oleh pihak

manajemen, Adapun data informan tersebut dapat dilihat pada table 1 berikut

ini.

Tabel 1

Data Informan

Informan Pendidikan Masa Umur Jabatan


dr. M Profesi Dokter 7 tahun 34 Wadir yamned
dr. H Profesi Dokter Spesialis 8 tahun 55 Spesialis Bedah
dr. T Profesi Dokter 4 tahun 32 Case manager
TL S1-Ners 7 tahun 30 Sekretaris Komite
Medik
S S1-Ners 10 tahun 31 Ka. Ruangan Bedah
KF D3-Gizi 3 tahun 27 Ka. Instalasi gizi
KN S1-farmasi 3 tahun 25 Farmasi

Penelitian ini menggunakan metode analisa data Colaizzi dalam

menganalisa hasil penelitiannya. Adapun tahapan dalam metode analisa

tersebut sebagai berikut yaitu : 1) menyalin dan membaca secara berulang

ulang semua transkrip wawancara yang telah diungkapkan informan, peneliti

membuat transkrip wawancara berdasarkan fenomena dari pengalaman

informan kemudian memberikan penomoran pada setiap wawancara 2)

melakukan ekstraksi terhadap pernyataan signifikan, mengidentifikasi

pernyataan dari setiap informan dan mempejalari pernyataan signifikan untuk

mengetahui pengetiannya 3) mencari makna dan dirumuskan kedalam tema,

peneliti membuat koding sejenis yang di kelompokan lalu peneliti

Universitas Sumatera Utara


47

menentukan kategori untuk menjadi subtema dan tema.

Menggabungkan makna dan merujuk kedalam kelompok tema, peneliti

menjabarkan setiap kode yang didapat untuk membuat kategori.

5)mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap, peneliti

menggabungkan hasil tema ke dalam deskripsi yang lengkap. 6)

mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut, peneliti

menganalisis setiap deskripsi secara lengkap . 7) kembali ke informan untuk

melakukan validasi, jika didapat data baru selama validasi gabungkan dengan

hasil analisis.

Dalam penelitian ini di temukan empat tema yaitu 1) Sosialisasi

clinical pathway appendicitis akut belum berjalan dengan optimal. 2) Sumber

daya yang mendukung implementasi clinical pathway. 3) Kurangnya

komitmen dalam implementasi clinical pathway di rumah sakit. 4) Struktur

birokrasi yang mendukung implementsi clinical pathway.

Sosialisasi clinical pathway appendictis akut belum berjalan dengan

optimal. Sosialisasi merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam clinical

pathway. Sosialisasi merupakan suatu usaha yang terencana untuk

memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan

pengetahuan, keahliandan perilaku oleh para pegawai (Noe, Hollenbeck, &

Wright, 2003). Adapun tujuan diadakannya sosialisai bagi suatu organisasi

adalah 1) Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya dan para

pesaing luar, 2) Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk

Universitas Sumatera Utara


48

bekerja dengan teknologi baru, 3) Membantu para karyawan untuk memahami

bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan

produk yang berkualitas, 4) Memastikan bahwa budaya perusahaan

menekankan pada inovasi, kreativitas dan pembelajaran, 5) Menjamin

keselamatan dengan memberikan cara-cara baru bagi para karyawan untuk

memberikan kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan

mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi absolut, 6)

Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan bekerja secara

lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para

wanita. Dari tujuan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pelatihan mempunyai

peranan penting bagi karyawan untuk meningkatkan keahlian di bidangnya

sehingga mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagiklien.

Pada tahap sosialisasi, komunikasi antar semua pihak yang terlibat

dalam implementasi clinical pathway merupakan faktor penting pada

keberhasilan pelaksanaan clinical pathway. Semua staff yang terkait

implementasi clinical pathway harus memahami peran pentingnya masing-

masing dalam keberhasilan clinical pathway dan pentingnya keberhasilan

clinical pathway bagi operasional rumah sakit (Bastian, 2007)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di dapatkan

bahwa pihak RSU Mitra Sejati telah melakukan upaya agar sosialisasi clinical

pathway appendicitis akut kepada seluruh staf agar berjalan dengan optimal.

Sosialisasi di RSU Mitra Sejati umumnya dilaksanakan tiga bulan sekali

Universitas Sumatera Utara


49

bahkan tidak menentu. Bentuk sosialisasi clinical pathway dilakukan secara

gabungan antara semua pihak terlibat seperti Dokter Penanggung Jawab

(DPJP), case manager, perawat dan staf medis lain. Sosialisasi clinical

pathway di RSU Mitra Sejati belum berjalan Optimal dikarenakan adanya

beberapa kendala seperti waktu sosialisasi yang tidak menentu, jumlah staf

medis ataupun dokter yang hadir tidak banyak dan juga tidak adanya pelatihan

khusus clinical pathway agar sosialisasi berjalan dengan baik.

Penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widyanita

(2016) di RSU Dr. Fauziah Bireun 2019 didapatkan bahwa kurangnya partisipasi

petugas kesehatan dengan sosialisasi clinical pathway oleh tenaga kesehatan

terkait ( dokter, perawat, farmasi dan gizi ). Hal ini di buktikan dengan banyaknya

petugas kesehatan terkait yang tidak hadir pada saat sosialisasi clinical pathway,

sehingga banyak diantara mereka yang tidak mengerti terhadap pentingnya

penerapan clinical pathway terhadap peningkatan mutu. Oleh kerena itu banyak

lembaran clinical pathway tidak terisi, padahal rumah sakit sudag mengeluarkan

surat keputusan direktur dan dalam pelaksanaannya di dukung dengan kebijakan

operasional berupa prosedur tetrap implementas clinical pathway.

Di dalam penelitian ini Terdapat dua sub tema yaitu Waktu

pelaksanaan sosialisasi yang tidak menentu dan jumlah staf medis dan dokter

yang hadir saat sosialisasi sedikit, seperti terlihat pada table berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 2

Tema 1 Sosialiasi Clinical pathway Appendicitis Akut Belum Berjalan dengan


optimal

Kategori Subtema Tema


Sosialisasi tidak di Waktu pelaksanaan Sosialisasi clinical
sampaikan oleh ahlinya Sosialisasi yang tidak pathway appendicitis
menentu akut belum berjalan
dengan optimal
Tidak pernah dilakukan Jumlah staf medisdan
pelatihan Hanya sosialisasi, dokter yang hadir
Sosialisasi di sampaikan saat sosialisasi
oleh dokter rumah sakit juga sedikit

Waktu nya tidak menentu Peserta sosialisasi


yang hadir sedikit

Waktu pelaksanaan Sosialisasi yang tidak menentu. Sosialisasi yang

pada RSU Mitra Sejati sampai saat ini dilaksanakan dengan waktu yang tidak

menentu,sosialiasi bisa dilaksanakan kapan saja sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi di lapangan. Sosialisasi cara pengisian Clinical pathway oleh orang

yang ahli dan di datangkan ke rumah sakit belum pernah dilakukan.

Sosialisasi hanya dalam berbentuk komunikasi yang di sampaikan oleh dokter

yang telah mendapatkan pelatihan. sesuai dengan pernyataan informan beikut

ini:

“3 bulan yang lalu kayaknya , kalau untuk itu kadang gak bisa
ditentukan, tergantung kebutuhan saja, apalagi kan kadang
disini tenaga medis atau karyawan sering juga berganti-ganti,
nah jadi kalau ada yang baru masuk kerja dan belum paham
tentang clinical pathway, biasanya nanti kita ajarkan juga.
Kalau ada pergantian kita tetap buatlah pokoknya. Kita cari
waktu yang pas” (P3L86-91)

Dari pernyataan informan diatas dapat dilihat bahwa sosialisasi

dilakukan dalam tiga bulan terakhir, dan waktu pelaksanaannya juga tidak

Universitas Sumatera Utara


51

terjadwal dengan rapi. Sosialisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan apabila

ada keryawan baru yang masuk.

“disini biasanya dilakukan 3 bulan sekali kadang 6 bulan sekali


tidak menentu dek. Tergantung pihak komite medik aja.belum
lagi petugas kesehatan disini sering ganti-ganti jadi harus sering
dilakukan sosialisasi, jadi mana petugas yang belum mengerti
mengenai clinical pathway jadi mengerti apa-apasaja yang
seharusnya mereka terapkan” (P23L102-107)

“ Seharusnya memang harus dilakukan 6 bulan sekali ya dek,


tapi disini kadang tidak menentu. Kadang dilakukan sosialisasi
sesuai kebutuhan saja.Soalnya disini juga tenaga medisnya suka
berganti- ganti, jarang ada yang masuk jadi harus sering
dilakukan sosialisasi ulang mengenai clinical pathway nya
dek“(P17L113-117)

Dari pernyataan informan di atas dapat kita lihat bahwa sosialisasi bisa

dilakukan dalam waktu tiga sampai enam bulan sekali, tergantung pihak

komite medik kapan akan melaksanakan sosialisasi.

Selain itu narasumber dari sosialisasi di berikan oleh dokter rumah

sakit itu sendiri, bukan oleh tenaga ahli tentang clinical pathway sesuai

dengan pernyataan informan berikutini:

“Cuma dokternya kemaren pernah ikut pelatihan audit medis


clinical pathway diluar, kemudian dia nanti yang memberikan
ilmu dari yang dia dapat sewaktu dia mengikuti pelatihan
tersebut” (P4L94-97)

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa sosialisasi tentang

pengisian clinical pathway dilakukan oleh dokter rumah sakit yang telah

mendapatkan pelatihan. Pelatihan khusus tentang Clinical pathway dengan

cara mengundang narasumber yang ahli tentang clinical pathway tidak pernah

dilakukan sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara


52

“ kalau pelatihan khusus gitu didatangkan narasumber dari luar


belum pernah. Biasa pembicara kita disini dokter-dokter yang
sudah dapat pelatihan diluar yang menjadi pembicara pada saat
dilakukannya sosialisasi “ (P28L99-102)

Pelatihan yang dilakukan oleh organisasi berfungsi untuk

meningkatkan pengetahuan dan skil karyawan terkait bidang yang di jalani

oleh karyawannya. Pelatihan bersifat formal yang direncanakan secara matang

dan terstruktur. Banyak informan mengatakan bahwa pentingnya sosialisasi di

lakukan agar seluruh dokter mengetahui tentang pentingnya clinical pathway

ini diterapkan dengan baik di rumah sakit. seharusnya rumah sakit melakukan

pelatihan agar mereka melakukan sesuai yang di tentukan di dalam clinical

pathway.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nuthea (2019) bahwa

workshop atau pelatihan dapat meningkatkan pengetahun dan berpengaruh

terhadap akurasi penulisan laporan secara lengkap, dengan demikian

diharapkan dokter yang telah mendapatkan pelatihan tentang clinical

pathways di harapkan dapat mengisi dan menjalankan clinical pathway yang

telah di tetapkan oleh rumah sakit. dengan di adakan nya pelatihan maka

dokter di rumah sakit

Jumlah staf medis ataupun dokter yang hadir saat sosialisasi sedikit.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terakhir kali tiga bulan

terakhir dan penentuan waktu sosialisasi di tetapkan oleh komite medik.

Menurut Permenkes RI No 2052 tahun 2011 bahwa dokter boleh

melakukan praktik di tiga tempat baik itu rumah sakit milik pemerintah,

swasta maupun praktik mandiri. Berdasarkan permenkes ini banyak dokter

Universitas Sumatera Utara


53

yang bekerja lebih dari satu rumah sakit, sehingga waktu mereka harus dibagi

dengan beberapa tempat kerja mereka. Hal ini lah yang menyebabkan ketika

dilakukan sosialisasiterkait clinical pathways banyak dokter yang berhalangan

hadir, sesuai dengan pernyataan informan berikut ini:

“kalau sosialisasi kita kumpulkan jugalah sekalian rapatkan


kadang tapi gak semua bisa hadir, ada juga yang berhalangan,
makanya kadang saya kasi tau nuga cara pengisian tadi ke
ruangan kalau saya da waktu. Kemaren itu ada juga kami buat
pakarnya tapi yadari orang rumah sakit ini, kayak ahli atau
spesialisnya lah yang jadi narasumber”(P4L78-83)

Masalah yang menjadi hambatan dalam tidak hadirnya staf medis

adalah adanya pekerjaan yang lain seperti kunjungan dilaur rumah sakit, hal

ini dapat terjadi akibat tidak adanya jadwal yang menetap. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara berikut.

“Tergantung dek, biasanya untuk petugas kesehatan diwajibkan


hadir, tapi ya kek gitulah masih ada beberapa yang tidak
mengikuti. Mungkin ada kendala ya dek atau ada kunjungan
tugas di luar rumahsakit. Kalau di rumah sakit belum ada kita
datangkan sih, jadi masih kurang juga sosialisasinya”(P9L82-
86)
“ wah ini saya kurang tahu, kadang saya juga tidak bisa hadir
didalam pertemuan atau sosialiasasi karena saya banyak
kegiatan, kadang operasi pasien appendicitis ada yang cito”
(P39L54-56)

Hasil wawancara di atas menjukkan bahwa pada saat sosialisasi

tentang pengisian dan penerapan clinical pathway di RSU Mitra Sejati Kota

Medan bahwa tidak semua staf medis dan dokter hadir. Rendahnya tingkat

kehadiran saat sosialisasi menyebabkan tidak semua dokter mengetahui

tentang clinical pathway tersebut. Dari pernyataan diatas juga ditemukan

bahwa salah satu dokter tidak dapat hadir dikarenakan jadwal yang tidak

Universitas Sumatera Utara


54

menentu sementara dokter spesialis bedah sering melakukan tindakan operasi

cito pada kasus-kasus bedah, salah satu contohnya adalah kasus appendicitis

akut.

Pernyataan informan lain tentang tidak teraturnya waktu pelaksanaan

sosialisasi adalah sebagai berikut:

“Tidak jelas dek, kapan ada waktunya. Karena waktu untuk kita
sosialiasi harus disesuaikan juga. Sering ada juga yang
berhalangan hadir. Tergantung pihak komite medik juga kapan
mereka ingin melakukan sosialisasinya. Belum lagi disini
petugas kesehatannya sering berganti, jadi harus tetap dilakukan
rutin seharusnya” (P10L90-95)
“ Ya itu tadi kak, tergantung juga. Kadang semua datang,
kadang tidak semua juga datang. Soalnya pengumumannya mau
mendadak dibuat oleh atasan, jadi petugas yang pada saat itu
libur atau ada kepentingan sebentar di luar rumah sakit tidak
dapat mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut. (P34L101-105)

Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa waktu sosialisasi tidak

teratur waktunya, pelaksanaan sosialisasi dilakukan sesuai dengan keadaan.

Bahkan sosialisasi bisa dilaksanakan dengan waktu yang mendadak.

Sosialisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan saja dan tidak memiliki waktu

yang pasti. Peran organisasi yang utama dalah membentuk komitmen dan

kepemimpinanklinis yang kuat salah satunya adalah dokter. Hal tersebut juga

didukung oleh (Davis, 2005) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab

gagalnya pelaksanaan clinical pathway adalah kurangnya keterlibatan dokter.

Menurut penelitian yang dilakukan (Bastian, 2007) yang berjudul

evaluasi implementasi clinical pathway section caesarea di RSUD

panembahan Senopati Bantul, hasil penelitiannya menujukkan bahwa ada 6

hambatan yang paling banyak dirasakan oleh petugas dalam penerapan

Universitas Sumatera Utara


55

implementas clinical pathway. beberapa hal yang menjadi hambatan adalah

berikut ini : kurangnya sosialisasi tentang cara pengisian form clinical

pathway, tidak adanya pertemuan rutin untuk membahas perkembangan

implementasi clinical pathway dan tidak semua stf mengikuti pelatihan

mengenai materi clinical pathway.

Kurangnya Sumber daya yang berkompenten untuk mendukung

implementasi clinical pathway appendicitis akut. Sumber daya rumah sakit

terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Sumber daya merupakan

salah satu hal yang sangat penting dalam mengimplementasikan sebuah

kebijakan. Implementasi tidak akan berjalan dengan baik dan efektif walaupun

isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten apabila

implementator kekurangan sumber daya. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya

tinggal diatas kertas dan hanya menjadi dokumen saja. Sumber daya tersebut

dapat berwujud sumber daya manusia yaitu implementator dan sumber daya

finansial, sarana prasarana serta fasilitas-fasilitas atau infrastruktur.

Belum berjalannya clinical pathway dengan baik sepenuhnya disadari

oleh dokter dan paramedis lainnya. Mereka menyadari pentingnya penerapan

clinical pathway mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit. Pelaksanaan

clinical pathway yang baik tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan

prasarana yang disediakan oleh rumah sakit. Proses pengobatan diagnosa

penyakit melibatkan banyak bidang pelayanan terkait, seperti farmasi,

perawat, dokter umum, tenaga labor, gizi dan lainnya. Selain tenaga

kesehatan, prasarana juga mempengaruhi untuk pelaksanaan clinical pathway.

Universitas Sumatera Utara


56

Terdapat dua sub tema yaitu sumber daya yaitu kurangnya ketersediaan

sumber daya manusia dalam pelaksanaan audit program clinical pathway

appendicitis akut dan kurangnya fasilitas untuk mendukung program clinical

pathway appendicitis akut seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 3

Tema 2 Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Berkompeten untuk


Mendukung Implementasi Clinical pathway

Kategori Subema Tema


Sumber daya manusia Kurangnya ketersediaan Kurangnya Sumber daya
masih kurang sumber daya manusia manusia yang
dalam pelaksanaan audit berkompeten untuk
program clinical mendukung
pathway implementasi clinical
appendicitisakut pathway
appendicitisakut
Tim audit khususclinical Kurangnya ketersediaan
pathway tidak ada sarana dan prasarana
belum terlaksananya untuk mendukung
pelatihan danpendidikan program clinical
khusus terkait clinical pathway
pathway alat kesehatan appendicitisakut
untuk menegakkan
diagnosa sudah tersedia

Ketersediaan sarana dan


prasarana pendukung

Kurangnya sumber daya manusia dalam pelaksanaan audit program

clinical pathway. Manusia atau karyawan sangat berperan penting dalam

menjalan kan suatu organisasi. Kecukupan sumber daya manusia menjadi

salah satu tolak ukur untuk pencapaian mutu pelayanan. Dengan cukupnya

tenaga juga turut mengurangi stres karyawan.

Rumah sakit Mitra sejati pada umumnya sudah tersedia tenaga

kesehatan yang memadai sesuai dengan pernyataan informan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


57

“Mengenai ketersediaan tenaga kesehatannya sih sudah cukup,


Tetapi kalau kalau untuk clinical pathway kan itu perlu di audit
juga kan nah itu yang belum ada, ibaratnya lah kan bagian
khusus untuk clinical pathway inimasih belum ada, untuk audit
sendiri clinical pathway ini masih bagian komite medis dan mutu
yang mengaudit nya, udah gitukan kadang pegawai banyak yang
ganti-ganti juga jadii kadang sewaktu ada pegawai yang resign
maka kurang lah pasti SDMnya, tapi itu biasanya gak lama kok
,karena kita pasti cari secepatnya pengganti kalau ada yang
resign” (P4L107-115)

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa sumber daya kesehatan

telah tersedia dengan cukup. Kendala yang sering di hadapi adalah saat

pegawai ada yang keluar dari pekerjaan atau resign yang membuat pelayanan

agak terganggu, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena pihak manajemen

segera mencari pengganti.

Selain seringnya pegawai keluar masuk, hal lain yang menjadi

hambatan adalah tidak adanya tim audit tentang pelaksanaan clinical pathway.

Tim audit berfungsi untuk menilai kinerja seorang dokter baik itu kepatuhan

tentang pengisian lembarnya maupun kepatuhan pemberian obat yang

diberikan kepada pasien. Tim audit itu bisa dari pihak komite medik ataupun

pihak kendali mutu. Selama ini apabila seorang dokter tidak mengisi lembaran

clinical pathway maka tim komite medik yang melengkapi dokumen tersebut.

Seharusnya selian melengkapinya pihak komite medik harus memberikan

teguran kepada dokter yang bersangkutan agar kedepannya bekerja sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Tidak adanya tim audit untuk penerapan clinical pathway juga sesuai

dengan pernyataan informan dibawah ini:

“SDM dirumah sakit ini sudah cukup, hanya saja untuk clinical

Universitas Sumatera Utara


58

pathway belum ada tim khusus,sementara clinical pathway ini


perlu di evaluasi kembali dan harus dibuat timnya sendiri agar
dapat di audit dengan baik.” (P10L107-110)
“Mengenai SDM di rumah sakit ini sudah cukup. Tetapi untuk
menganalisis clinical pathway nya masih butuh penambahan
lagi. Masih harus dievaluasi kembali. Biasa nanti bagian
komitenya yang melakukan evaluasi dek”(P17L129-132)

Dari pernyataan di atas bahwa informan beranggapan bahwa sumber

daya manusia untuk penerapan clinical pathway sudah cukup, tetapi masih

dibutuhkan sumber daya manusia yang lain yaitu sebagai tim untuk

pelaksanaan evaluasitentang penerapan clinical pathway. Menurut sebagian

informan tim audit ini sangat berperan penting untuk mengevaluasi penerapan

clinical pathway.

Menurut Sutrisno (2014) sumber daya manusia merupakan satu-

satunya sumber daya yang memiliki perasan, keinginan, keterampilan,

pengetahuan, dorongan, daya dan karya (rasio, rasa dan karsa). Semua potensi

SDM tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung

implementasi clinical pathway. Tersedianya obat-obatan yang dibutuhkan,

pemeriksaan penunjang medis merupakan salah satu sarana dan prasarana

yang mendukung pelayanan kepada pasien.

Hasil wawancara dengan informan didapatkan bahwa ketersediaan

sarana kurang memadai oleh karena itu dokter diharapkan menyesuaikan

dengan kondisi pasien sesuai dengan pernyataan infoman berikut ini:

“Kalau untuk itu sih kita sesuaikan aja, misalnya pasien


appendicitis membutuhkan pemeriksaan apa, kita sesuaikan ada
sama yang ada dirumah sakit, kalau untuk appendicitis biasanya
itu ada pemeriksaan Lab atau USG nah kalau itu sih udah ada

Universitas Sumatera Utara


59

pastinya, kalau ketersediaa nobat juga kita menyesuaikan yang


ada saja”(P5L118-123)
“ menurut saya sih sudah cukup lengkap untuk sarana dan
prasarana cukup kak, hanya saja kalau untuk farmasiya masih
ada sih beberapa terapi yang susah menyatukannya, misalnya
dokter ini mau terapi ini dokter yang lain mau yang lain lagi,
kadang susah menyediakannya, tapi kalo appendicitis sih karena
ada pemberian antibiotic biasanya selalu ada. Cuma kalo ada
terapi tambahan misalnya vitamin atau salep kadang suka gak
semua yang di resepin dokter ada “ P23L138-145

Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana

pendukung pelayanan masih ada yang belum tersedia, seperti contohnya

vitamin ataupun salep untuk pasien.

Hasil wawancara mendalam mengenai sarana dan prasarana

pendukung lainya ditemukan bahwa pendukung pelayanan terhadap pasien

sudah disediakan oleh rumah sakit, sehingga hal ini bukan lah kendala untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang telah ditetapkan di dalam clinical

pathway. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan informan sebagai

berikut :

“Sudah cukup sih, misalnya ada pasien appendicitis akut. Pasien


datang ke UGD dengan diagnose appendicitis akut, ditangani
sesuai dengan clinical pathway, dilakukan lah itu pemeriksaan
lab trs pemeriksaan USG .” (P10L113-118)

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pihak rumah sakit sudah

menyediakan peralatan atau apa saja yang dibutuhkan dalam memberikan

pelayanan dan pengobatan kepada pasien.

“Sarana dan prasarana mudah-mudahan sudah dek. Nanti


disesuaikan dengan penerapan clinical pathway. Misalkan untuk
apendisittis akut. Pada pasien tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan USG dan pemberian terapi tetap di
berikan sesuai aturan dari clinical pathway” (P17L135-139)

Universitas Sumatera Utara


60

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pemeriksaan clinical

pathway sudah tersedia dengan lengkap, baik untuk pemeriksaan

laboratorium, pemeriksaan USG dan pemberian terapiobat-obatan.

Merupakan watak dan karakterisistik yang dimiliki oleh implementator

seperti kejujuran, komitmen, kepatuhan, kerjasama tim, respon dan sikap

demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik maka dia

dapat menjalankan kebijakan dengan baik.

Kurangnya komitmen dalam implementasi clinical pathway di rumah

sakit. Komitmen adalah upaya penyatuan persepsi dan kesepakatan, serta

tekad bersama untuk mencapai sebuah tujuan. Pembentukan kotmumen

organisasi sangat diperlukan dalam penerapan clinical pathway dirumah sakit.

apabila implementator memiliki komitmen yang baik maka dia akan dapat

menajalankan kebijakan dengan baik seperti yang di inginkan oleh pembuat

kebijakan, ketika implementator mempunyai sikap atau perspektif yang

berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementsi kebijakan juga

menjadi tidak efektif. Dengan adanya komitmen dari seluruh pegawai baik

dari pimpinan sampai dengan bawahan akan sangat mempengaruhi sikap dari

seluruh pegawai dirumah sakit dan tindakan dalam implementasi kebijakan

tersebut.

Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit sebaiknya, dapat

meminimalkan risiko yang meungkin terjadi selama proses pelayanan

kesehatan berlangsung sehingga pelayanan bermutu tinggi sebagai salah satu

tujuan utama dari sistem kesehatan nasional dapat tercapai. Upaya

Universitas Sumatera Utara


61

peningkatan mutu di rumah sakit dapat dilaksanakan secara efektif melalui

clinical governance yang meliputi adanya komitmen, meningkatkan mutu

pelayanan dan asuhan pasien secara berkesinambungan, memberikan

pelayanan yang berfokus pada pasien dan mencegah terjadinya clinical

medical error.

Clinical pathway (CP) merupakan bagian penting dokumen dan alat

dalam mewujudkan good clinical governance di rumah sakit, dan menjadi

syarat dalam penilaian akreditasi rumah sakit. CP adalah perangkat

pendokumentasian terintegrasi untuk menstabilkan proses perawatan pasien,

yang secara efektif mengelola hasil perhitungan klinik dan hasil dari praktik

kolaboratif serta pendekatan tim. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap

pasien seharusnya harus mengikuti dan dilakukan sesuai dengan CP yang

telah di tetapkan oleh rumah sakit. Tetapi pada pelaksanaannya masih terdapat

beberapa dokter yang tidak menjalan kan sesuai dengan CP yang telah

ditetapkan dan kurangnya komitmen dalam pelaksanaan clinical pathway

merupakan salah satu hambatan dalam implementasitersebut.

Terdapat dua sub tema tentang hambatan apa saja yang terjadi saat

pelaksanaan, seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4

Tema 3 Kurangnya Komitmen dalam Implementasi Clinical Pathway


Appendicitis akut di Rumah Sakit

Kategori Subtema Tema


Tidak memberikan terpai Kepatuhan dokter dalam Kurangnya komitmen
sesuai dengan yang telah meberikan terapi kurang dalam implementasi
ditetapkan sesuai dengan clinical clinical pathway
pathway appendicitis akut di

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 4

Tema 3 Kurangnya Komitmen dalam Implementasi Clinical Pathway


Appendicitis akut di Rumah Sakit

Kategori Subtema Tema


rumah sakit.
Clinical pathway yang Lembaran Clinical
Tidak lengkap diisi oleh pathway tidak diisi
dokter Lembaran linical secara lengkap
pathway lupa di isi

Jumlah pasien
yang banyak

Kepatuhan dokter dalam memberikan terapi kurang sesuai dengan

clinical pathway. Sesuai dengan tujuan dari clinical pathway menurut Depkes

RI (2010) adalah memilih tatanan terbaik dari berbagai pola praktek yang ada

dalam suatu penyakit dan membuat rangkuman garis besarnya. Clinical

pathway dibuat agar pengobatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan

standar baik itu lama pemberian layanan medis, penggunaan fasilitas klinis

dan prosedur lainnya. termasuk juga dengan pemberian obat-obatan juga harus

sesuai dengan yang telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataan di rumah sakit ini

masih ada dokter yang memberikan terapi tidak sesuai dengan standar Clinical

pathway, sesuai dengan pernyataan informan berikut ini:

“beda memberikan obat dengan ketentuan clinical pathway”


(P27L67-69)
“Untuk hal pemeriksaan dan terapi kadangpun masih ada
beberapa yang kurang sesuai, hanya sedikit saja tapi”
(P9L65-66)

Selain itu yang menjadi kendala dalam penerapan clinical pathway ini

adalah seringnya terjadi pergantian tenaga medis, sehingga informasi yang

telah disampaikan harus disampaikan kembali kepada pegawai yang

Universitas Sumatera Utara


63

bersangkutan. Sesuai dengan pernyataan di bawah ini:

“Saya rasa kendalanya adalah komitmen dari seluruh staff yang


bertugas, masih ada ketidakpatuhan dalam pengisian clinical
pathway, sehingga komunikasi menjadi hal pokok yang harus
dijalankan. Semua informasi mulai dari cara pengisian ,
pemilihan topik harus di diskusikan kembali. dan berganti-
gantinya staff juga terkadang menjadi masalah, karena harus
menjelaskan kembali dari awal tentang clinical pathway ini agar
mereka mengerti dan bisa menerapkannya dengan baik”
(P6L146-153)

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa dokter tidak memberikan

terapi yang telah telah ditetapkan, tetapi memberikan terapi sesuai keinginan

mereka sendiri. Ini berarrti dokter tidak mematuhi CP yang telah di buat dan

disepakati. Selain pemberian terapi yang tidak sesuai jadwal visite dokter

yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan juga sering terjadi.

Pemberian terapi yang tidak sesuai tentu saja hal ini akan berakibat

meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk pasien tersebut.

Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh penulis bahwa jadwal

visite yang dilakukan oleh dokter memang tidak dilakukan di jam yang sama.

Hal ini disebabkan oleh kesibukan lain yang dilakukan oleh dokter yang

bersangkutan.

Variasi terapi yang Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan

Wajdi (2016) bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah kepatuhan

dokter yang masih kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Apriani, 2015)

di rumah sakit Anak dan Bunda Harapan kita pada tahun 2016 bahwa ada 41

persen obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan clinical

pathway.

Universitas Sumatera Utara


64

Kepatuhan dokter dalam memberikan pengobatan sesuai dengan yang

telah ditetapkan didalam clinical pathway seharusnya sudah menjadi varian

yang harus dilakukan evaluasi oleh tim audit, sesuai dengan prinsip

pelaksanaan clinical pathaway. Seharusnya pihak rumah sakit mencari alasan

penyebab dokter tidak memberikan terapi yang sesuai dan telah disepakati

bersama sehingga kesalahan yang sama tidak terjadilagi.

Lembaran Clinical pathway tidak diisi secara lengkap. Format

Clinical pathway tidak selalu sama karena tergantung dari jenis penyakit.

Namun pada umumnya format clinical pathway berupa tabel yang kolomnya

merupakan waktu sedangkan barisnya merupakan observasi/ pemeriksaan/

tindakan/intervensi yang diperlukan. Format clinical pathway dapat disiisi

dengan check-list, namun tetap harus diberikan ruang untuk menuliskan hal-

hal yang perlu dicatat. Ruang yang tersedia untuk mencatat hal-hal yang

diperlukan juga dapat amat terbatas, lebih-lebih format yang sama diisi oleh

semua profesi yang terlibat dalam perawatan, karena clinical pathway bersifat

multidisplin. Setiap lembaran CP harus lah di isi secara lengkap oleh masing-

masing pemberi pelayanan termasuk dokter, tetapi pada kenyatannya masih

ada dokter yang tidak mengisi dengan lengkap. Hal sesuai dengan pernyataan

informan berikut ini :

“Mungkin dari beberapa dokter masih ada yang kewalahan


dalam mengisi clinical pathway dikarenakan pasien kadang yang
rame, jadi dokter tidak lengkap ataupun lupa mengisinya”
(P33L80-82)
“Tetapi kalau kepatuhan masih kurang sih kak, kadang banyak
tugas lain jadi clinical pathway ini sering lupa ngisinya”
(P34L90-92)

Universitas Sumatera Utara


65

Dari pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa lembaran CP tidak di isi

oleh dokter yang bersangkutan, karena kesibukan dokter dan jumlah pasien

yang banyak sehingga dokter tidak mempunyai waktu untuk mengisi

lembaran clinical pathway. Lembaran clinical pathway yang tidak diisi oleh

dokter akhirnya diisi oleh komite medik.

Hasil observasi yang peneliti temui dilapangan bahwa memang

terdapat lembaran clinical pathway yang tidak di isi dengan lengkap, seperti

terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1. Lembaran clinical pathway

Gambar di atas merupakan salah satu clinical pathway appendicitis

acute tang didapatkan peneliti di rumah sakit. didapatkan kurangnya

kepatuhan dokter dalam pengisian clinical pathway. Beberapa lembaran

clinical pathway di isi oleh pihak komite medik. Hal ini tidak terjadi pada

semua kasus, hanya dalam beberapa hal pengisian clinical pathway saja.

Struktur birokrasi yang mendukung implementsi clinical pathway.

meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan sudah

Universitas Sumatera Utara


66

mencukup dan para implementator telah mengetahui apa dan bagaimana cara

melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena

struktur birokrasi yang ada. Struktur birokasi yang bertugas mempunyai

pengaruh yang signifikaan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek

struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur

yang standar (standart operating procedure) dan melaksanakan koordinasi

berjenjang. SOP dapat digunakan para pelaksanana untuk melaksanakan

kegiatannya bersarkan standart yang telah ada dan memanfaatkan waktu yang

tersedia. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak.

Dalam hal melaksanakan koordinasi berjenjang diperlukan upaya pola

hubungan, penyebaran tanggung jawab kegiatan-kegiatan dan aktivitas

diantara beberapa unit organisasi.

Rumah sakit membuat clinical pathway berdasarkan kondisi dan

kebutuhan di rumah sakit itu sendiri. Tidak semua penyakit di buat clinical

pathway oleh rumah sakit. Rumah sakit umum Mitra Sejati setidaknya

mempunyai sekitar 10 jenis clinical pathway yang telah di susun,

tetapiyangbenar-benar telah diterapkan ada lima penyakit dan ada dasar- dasar

pemilihannya.

Terdapat dua sub tema yaitu dasar pemilihan penyakit untuk pembuatn

clinical pathway dan proses terbentuknya cinical pathway seperti yang terlihat

pada tabel berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


67

Tabel 5

Tema 4 Struktur Birokrasi yang Mendukung Implementasi Clinical Pathway


Appendicitis Akut

Ketegori Subtema Tema


Penyusunan clinical Dasar pemilihan Struktur birokrasi yang
pathway penyakit untuk mendukung implementsi
pembuatan clinical clinical pathway
pathway appendicitis akut.

Tidak semua diagnose Proses terbentuk nya


penyakit mempunyai clinical pathway
Clinical pathway
Sepuluh penyakit
terbesar yang dibuatkan
clinical pathway.
Hanya lima penyakit
yang sudah berjalan

Penentuan topik Penerapan SOP


berdasarkan kasus
jumlah terbanyak, resiko
tertinggi dan biaya
tertinggi dan problem
prone.

Pembuatan format
clinical pathway dibuat
berdasarkan standar
medis nasional
Rapat dengan seluruh
tim yang terlibatSop
sudah di jalankan sesuai
dengan
prosedur

Dasar pemilihan penyakit untuk pembuatan clinical pathway.

Terbentuk nya clinical pathway suatu diagnose penyakit membutuhkan proses

yang panjangdan memakan waktu yang tidak sebentar, hal ini lah yang

menyebabkan tidak semua diagnose penyakit di rumah sakit terdapat clinical

Universitas Sumatera Utara


68

pathway. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini :

“ Proses penyusunan itu sebenernya berawal dari PPK dek,


Pedoman Praktik clinis kemudian dibuat lah kedalam format
clinical pathway, nah seluruh tenaga medis ikut andil dalam
penyusunan ini dan kita diskusikan bersama-sama dek, kita
kumpulkan masing-masing dokter per-KSM , dikumpulkan untuk
membuat clinical pathway ini, tenaga medis seperti perawatnya,
bagian gizi juga sama farmasi pun juga ikut kita buat dengan
berdiskusi sesuai dengan pedoman yang udah ada tadi. Memang
gitulah dek agak panjang dan ribet prosesnya tetapi harus
dijalankan “(P2L36-51)

Selain itu Banyak nya lembaran yang mesti di isi oleh dokter dan tentu

saja menjadi tugas tambahan buat mereka adalah salah satu alasan kenapa

clinical pathway ini tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu rumah sakit

hanya memiliki 10 clinical pathway dan yang benar –benar diterapkan hanya

lima penyakit sesuai dengan hasil wawancara berikutini:

“hanya 5 penyakit itu saja dan di ambil dari 10 penyakit


terbesar dan telah di sepakati bersama sewaktu rapat dengan
komite medic” (P2L29-31)
“Iya hanya sekitar 5 penyakit saja yang sudah berjalalan dengan
baik, hal ini kita komunikasikan pada saar rapat dengan komite
medic,pada saat rapatpun gak semua divisi hadir jadi yang bisa
kita terapkan saat ini hanaya 5 penyakit saja” (P8L27-30)

Hasil wawancara dengan informan didapat informasi bahwa bahwa

rumah sakit hanya menerapkan lima diagnosa penyakit saja yang telah di

susun clinical pathway nya yaitu appendicitis tipoid, DBD, fraktur dan stroke

dengan baik. Walaupun rumah sakit telah mempunyai 10 diagnosa yang telah

mempunyai clinical pathway, tetapi yang di jalankan hanya lima penyakit

saja. pemilihan topik pada rumah sakit berdasarkan high risk, high volume,

high cost dan problem prone. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan

informan berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


69

“Ada demam tipoid, DHF, appendicitis acute, terus apa lagi


yaaa, oh ini dek stroke sama fraktur dek satu lagi” (P2L29-31)
“ setahu saya pemilihan topik untuk sebuah clinical pathway
sebuah kondisi klinik yang memiliki syarat sebagai berikut :high
volume/ kasus terbanyak, high risk/ pelayanan berisikotinggi ,
high cost/ berbiaya tinggi problem prone/ mudah menimbulkan
masalah dan melibatkan bagian yang terlibat aktif dalam
penanganan pasien. Seperti itulah ya singkatnya” (P26L31-36)

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa alasan

pemilihan penyakit yang dibuat cinical pathway adalah tingginya angka

kejadian penyakit tersebut di rumah sakit dan salah satunya adalah

appendicitis akut. Penyakit ini merupakan penyakit yang jumlah penderitanya

banyak dan termasuk 10 penyakit besar yang dilakukan tindakan operasi di

rumah sakit. Sedangkan di Asia Tenggara Indonesia merupakan Negara

terbanyak penderita appendicitis. Di Indonesia sendiri appendicitis

merupakan penyakit terbanyak yang harus mendapatkan penanganan kegawat

daruratan yang jika tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan

komplikasi bahkan kematian.

Banyak nya jumlah kasus appendicitis menjadi penyebab bahwa

appendicitis harus di buatkan clinical pathway. Karena penyakit ini harus

mendapatkan penanganan yang cepat. Karena dengan adanya clinical pathway

seorang pasien lebih pasti untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik itu

terapi yang mereka dapatkan seperti jenis obat, jumlah hari rawatan dan

tindakan apa saja yang mereka terima. Dengan kata lain penerapan clinical

pathway yang telah berjalan dengan baik akan meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit.

Proses terbentuk nya clinical pathway. Sebelum terbentuk nya clinical

Universitas Sumatera Utara


70

pathway pihak rumah sakit harus memperhatikan beberapa prinsip yang harus

dilakukan. Ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan yaitu : 1) seluruh

pelayanan haruslah terintegrasi dan fokus kepada pada pelayanan pasien. 2)

melibatkan seluruh profesi yang terlibat didalam memberikan pelayanan pada

pasien. 3) Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan

perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian untuk

kasus rawat inap atau jam untuk kasus kegawatdaruratan. 4) Mencatat seluruh

kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara terintegrasi dan

berkesinambungan ke dalam dokumen rekam medis. 5) setiap penyimpangan

dicatat sebagai varian dan dalam pelaksanaan nya harus dilakukan evaluasi

dan audit. 6) Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit,

penyakit penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis. 7) Varians

tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka

mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.

Prinsip pertama dalam pembuatan clinical pathway haruslah fokus

kepada pasien dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien. Setelah itu

harus melibatkan seluruh tim yang memberikan pelayanan kesehatan. Seluruh

tim kesehatan yang turut andil memberikan pelayanan terhadap pasien turut

serta dalam membentuk clinical pathway, baik itu dokter yang terlibat,

perawat, ahli gizi, farmasi dan lain-lain. Hal ini sudah dilakukan oleh pihak

rumah sakit yaitu bermula dari pedoman praktek klinis (PPK) yang telah

disepakati oleh seluruhtim dan menjadi dasar pembentukan suatu clinical

pathway. Setelah ada formulir barulah diadakan rapat oleh medis dan

Universitas Sumatera Utara


71

paramedic yang berkaitan dengan suatu penyakit tersebut. Sesuai dengan

pernyataan informan berikutini:

“Proses penyusunan itu sebenernya berawal dari PPK dek,


Pedoman Praktik clinis kemudian dibuat lah kedalam format
clinical pathway, nah seluruh tenaga medis ikut andil dalam
penyusunan ini dan kita diskusikan bersama-sama dek. Jadikan
nanti ada rapat dengan bagian komite medic teruskan nanti ada
sumbernya contohnya kayak pertama dari penyakit dalam kita
kumpulkan dokter penyakit dalamnya, jadi masing-masing dokter
juga memberikan saran misalnya ini perlu ditambahkan
pemeriksaannya atau terapinya gitu dek. Per KSM lah dek
dikumpulkan untuk membuat clinical pathway ini, tenaga medis
kek perawatnya juga, bagian gizi juga sama farmasi pun
jugaikutkita buat dengan berdiskusi sesuai dengan pedoman
yang udah ada tadi. Memang gitulah dek agak panjang dan ribet
prosesnya tetapi harus dijalankan , apalagi menyatukan
pendapat itu biasa paling susah, kadang kurang komunikasi
jugalah kan sesama tenaga medis pun kadang suka salah
paham.” (P2L36-51)

Dari pernyataan di atas dapat dilihat panjang nya proses dan susah nya

menyatukan suatu pendapat menjadi hal yang menjadi penyebab susah nya

untuk memulai proses pembuatan clinical pathway.

Selain itu pembuatan clinical pathway juga berpedoman terhadap

standar medis nasional yang meliputi pedoman nasional pelayanan kedokteran

sesuai dengan pernyataan informan berikut ini:

“Jadi memang dibuat berdasarkan ilmu praktik kedokteran yang


ada di rumah sakit sesuai dengan standart. Standart tersebut
meliputi Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran ( PNPK) dan
SPM (Standar Pelayanan Medis). PNPK merupakan standar
pelayananan kedokteran yang bersifat nasional dan dibuat serta
diterapkan oleh pimpinan pelayanan kesehatan, selanjutnya
pihak rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu
menyusun langkah pelayanan yang lebih detail yang diberikan
kepada masing-masing pasien berdasarkan PNPK dan SPO yang
diwujudkan dalam clinical pathway”(P8L36-45).

Pada umumnya informan telah mempunyai persepsi yang sama

Universitas Sumatera Utara


72

bagaimana proses terbentuknya suatu proses cinical pathway di rumah sakit,

yaitu dengan menentukan topic utama atau diagnose penyakit apa yang harus

dibuat clinical pathway nya. Dasar pemilihan topic adalah jumlah diagnose

penyakit yang paling banyak membutuhkan pelayanan kesehatan. Setelah

penentuan topic barulah di mulai untuk penyusunan format clinical pathway

dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat dalam memberikan pelayanan

kepada pasien. selain itu pemilihan topic untuk dijadikan clinical pathway

berdasarkan resiko terbanyak/high risk, high volume atau jumlah kasus

terbanyak dan high cost atau yang menelan biaya terbanyak sesuai dengan

pernyataan informan berikut ini:

“setahu saya pemilihan topik untuk sebuah clinical pathway


sebuah kondisi klinik yang memiliki syarat sebagai berikut :high
volume/kasus terbanyak, highrisk/pelayanan berisiko tinggi, high
cost/ berbiaya tinggi problem prone/ mudah menimbulkan
masalah dan melibatkan bagian yang terlibat aktif dalam
penanganan pasien”(P26L31-36)
“terutama yang bersifat high volume, high cost, high risk dan
problem prone” (P14L37-38)

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa dasar

pemilihan topic atau diagnosa penyakit apa saja yang harus di buat clinical

pathway yang pertama yaitu high volume atau jumlah penyakit terbanyak

yang harus mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut. Oleh karena

appendicitis merupakan salah satu penyakit yang jumlah kasus nya tinggi,

maka telah menjadi sarat utama untuk pembuatan clinical pathway. Hal ini

telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jumlah angka kejadian

yang tinggi menjadi sarat untuk pembentukan clinical pathway.

Penerapan SOP. Standar operasional prosedur merupakan standar atau

Universitas Sumatera Utara


73

pedoman yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan baik medis maupun

paramedis untuk memberikan pelayanan. Menurut Fuad (2008) SOP adalah

adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara

kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk

memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya

yang serendah-rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat

atau direvisi, metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan

flowchart di bagian akhir.

Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau

standar yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang

diselenggarakan dalam suatu organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang

mampu menjadikan arus kerja yang lebih baik, menjadi panduan untuk

karyawan baru, penghematan biaya, memudahkan pengawasan, serta

mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang berlainan

dalam perusahaan.

Fungsi SOP adalah sebagai berikut : 1) Memperlancar tugas

petugas/pegawai atau tim/unit kerja. 2) Sebagai dasar hukum bila terjadi

penyimpangan. 3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan

mudah dilacak. 4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin

dalam bekerja. 5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

Pentingnya penerapan SOP untuk peningkatan mutu dan juga untuk

melindungi petugas itu sendiri dari jeratan hukum.

Di rumah sakit SOP sudah berjalan, sesuai dengan pernyataan informan

Universitas Sumatera Utara


74

berikut ini ;

“Menurut saya sih semua sudah menjalankan sesuai dengan


SOP, nah untuk melihat berjalan atau kepatuhannya ada tim-tim
yang audit juga kok” (P5L125-128)
“Sudah dek. Mudah-mudahan sejauh ini sudah dilakukan sesuai
dengan SOP karena kita diisni juga ada tim untuk evaluasi ke
setiap ruangan” (P11L121-123)

Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa rumah sakit sudah

melakasanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan standar.

Implikasi Penelitian

Hasil penelitian menujukkan bahwa masih belum maksimalnya

implementasi clinical pathway. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sehingga rumah sakit dapat menerapkan clinical pathway yang

sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Penelitian

ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada rumah sakit agar

dapat memberikan sosialisasi ataupun pelatihan terkait clinical pathway

appendicitis akut sehingga dapat menjadi sarana dalam mewujudkan tujuan

akreditasi rumah sakit yakni dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah

sakit,

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah deskripsi yang dibuat peneliti

didasarkan pada jawaban responden sehingga tergantung dari kesesuaian

antara jawaban masing-masing responden. Usaha telah dilakukan untuk

mengurangi keterbatasan adalah dengan melakukan cross check jawaban dari

masing-masing informan. Keterbatasan penelitian yang dialami oleh peneliti

dalam hal yaitu kesulitan untuk melakukan crosscheck pengimplementasian

Universitas Sumatera Utara


75

clinical pathway appendicitis akut yang sudah dilakukan oleh rumah sakit.

Penelitian mengalami keterbatasan dalam mencari informasi terkait clinical

patway adalah karena keterbatan waktu dan situasi wabah Covid-19 yang

menyebabkan rumah sakit menutup akses untuk penelitian dalam waktu yang

belum ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pelaksanaan

implementasi clinical pathway di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Kota

Medan, maka dapat diambilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini di temukan empat tema yaitu 1) Sosialisasi clinical

pathway appendicitis akut belum berjalan dengan optimal. 2) Kurangnya

sumber daya yang mendukung implementasi clinical pathway appendicitis

akut 3) Kurangnya komitmen dalam implementasi clinical pathway

appendicitis akut di rumah sakit 4) Struktur birokrasi dalam mendukung

implementasi clinical pathway appendicitis akut belumoptimal.

2. Secara umum, penilaian implementasi clinical pathway di RSU Mitra

Sejati Kota medan sudah cukup baik dan hanya perlu dilakukan beberapa

evaluasi seperti sosialisasi ataupun pelatihan yang teratur, kepatuhan

dalam pengisian lembaran clinical pathway dan tim audit untuk clinical

pathway. Evaluasi perlu dilakukan agar implementasi clinical pathway

dapat berjalan denganoptimal.

3. Sumber daya manusia di RSU Mitra Sejati Kota Medan masih mengalami

kekurangan. hal ini dikarenakan tidak adanya tim khusus untuk melakukan

evaluasi clinical pathway appendicitis akut. saat ini tim komite medik

masih berperan dalam pelaksanaan evaluasi ataupun audit clinical pathway

appendicitis akut di rumah sakit.

76
Universitas Sumatera Utara
77

4. Pelaksanaan sosialisasi clinical pathway appendicitis akut di RSU Mitra

Sejati Medan belum optimal sehingga komunikasi terkait implementasi

clinical pathway appendicitis akut mengalami kendala. Sosialisasi yang

belum optimal juga menyebabkan kurangnya pengetahuan dan komitmen

staff yang berperan dalam implementasi clinical pathway tersebut.

Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak

menajemen rumah sakit dan seluruh tim medis yang ada dirumah sakit

khususnya seluruh staff yang berperan penting didalam penyususan clinical

pathway appendicitis akut sehingga RSU Mitra Sejati dapat

mengimplementasikan clinical pathway appendicitis akut dengan optimal.

Adapun saran dari penelitian ini adalah

1. Agar rumah sakit mengadakan sosialisasi dengan waktu yang sudah

ditentukan kepada setiap staff yang terkait didalam clinical pathway agar

dapat mengimplementasikan clinical pathway sesuai dengan standart

akreditasi rumahsakit.

2. Agar rumah sakit dapat membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)

khusus untuk pelaksanaan clinical pathway appendicitis akut sehingga

rumah sakit tersebut dapat meningkatkan kepatuhan staff dalam sistem

pelaksanaan clinical pathway appendicitis akut.

3. Agar rumah sakit dapat menempatkan sumber daya manusia yang sesuai

dengan keahliannya sehingga setiap staff dapat bekerja sesuai dengan

fungsi dan tugas masing-masing.

Universitas Sumatera Utara


78

4. Agar rumah sakit dapat menyediakan tim audit khusus untuk melakukan

evaluasi clinical pathway appendicitis akut sehingga seluruh implementasi

clinical pathway dirumah bisa berjalan denganbaik.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Affandy, M. (2017). Perencanaan stategi pemasaran perhiasan imitasi dengan


metode analisi SWOT dan AHP (Studi Kasus: UD. AQILA :Teknik
Industri, Universitas Muhammadiyah Gresik). Jurnal Matrik , 18 (1), 61-
70.

Agrawal, C., Adhikari, S., & Kumar, M. (2008). Role of serum C-Reactive protein
and leykocyte count in The Diagnosis of Acue Appendicitis in Nepalase
Population. Nepal Med oil K , 10 (1), 11-15.

Algorihm, G. (2013). Clinical pathway scedulling using hybrid genetic algorihm.


J Med Sys , 37, 9945.

Ambarwati, R. (2010). Fenomena munculnya interlanguage (Inglish) di Indonesia.


Jurnal Pendidikan , 15(2).

Apriani, F. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungandengan pemanfaatan


posyandu pada balita. Journal Stikes Kapuasraya , 1 (1).

Barbieri, A., Vanhaecht, K., & Van Herck, P. (2009). Effects of clinical pathways
in the joint replacement: a meta-analysi. BMC Medicine , 3 (3).

Bastian, I. (2007). Audit sektor publik. Jakarta: Salemba IV.

Brunner, & Suddarth. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC.

Bungin, B. (2011). Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Busch, M., Gutzwiller, F., & Aellig, S. (2011). In-hospital delay increases the risk
of perforation in adults with appendicitis. World Journal of Surgery .

Davis, N. (2005). Integrated care pathways a guide to good practice. Swansea:


NHS.

Deng, Y., David, C., & Chang. (2010). Seasonal and day of the weak variations of
perforated appendicitis in US children. PediatrSurg Int , 26(1), 691-696.

Depkes RI. (2010). Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011. Diakses


darihttps://www.kemkes.go.id/article/view/1424/capaian-pembangunan-
kesehatan-tahun-2011.html.

Dorland, W. (2000). Dorland‟s illustrated medical dictionary, 29th ed,. Jakarta:


EGC.

Edward, G. (1980). Implementing public policy. Washington DC: Congressional

79
Universitas Sumatera Utara
80

Quarterly Press.

Ferris, M., Quan, S., Kaplan, B., Molodecky, N., & Ball, C. (2017). The Global
incidenc eof appendicitis: A Systematic Reviewof Population Based
Studies. Annals of Surger , 12-18.

Feuth, S., & Claes, L. (2008). Introducing clinical pathways as a strategy for
improving care, International Journal of Care Coordination. JICP , 12(2),
56-60. DOI: 10.1258.

Fuad, L. (2008). Manajemen perkantoran modern. Jakarta: Pernaka.

Gomes, C., Sartelli, M., Saverio, S., Ansaloni, L., Catena, F., Coccolini, F., et al.
(2015). Acute appendicitis: proposal of a new comprehensive grading
system based on clinical, imaging and laparoscopic findings. World
Journal of Emergency Surgery , 3(2).

Guo, C., & Zhonghui, Z. (2016). The effect of clinical pathway in patients with
acute complicated appendicitis. Scientific Research Publishing.

Ikatan Dokter Indonesia. (2014). Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Kemenkes RI. (2015). Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development


Goals (SDG'S). Diakses dari
https://www.pusat2.litbang.kemkes.go.id/wp-
content/uploads/2018/03/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf.

Longo, D., Kasper, D., Fauci, A., Braunwald, E., & Hause. (2012). Harrison‟s
principle of internal medicine. New York: The McGraw-Hill Companies.

Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Mihardjo, W. (2016). „Evaluasi implementasi jaminan kesehatan nasional ditinjau


dari data warehouse Tarip Rumah Sakit dan Tarip Indonesian-case
based groups (Tesis, Universitas Atmajaya). Diakses darihttp://e-
journal.uajy.ac.id/.

Moleong, L. (2017). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya Offset.

Mulyadi, D. 2. (2015). Perilaku organisasi dan kepemimpinan pelayanan.


Bandung: Alfabeta.

Musa, M. (2010). Nasionalisme di persimpangan. Jakarta: Erlangga.

Noe, H., Hollenbeck, G., & Wright. (2003). Human resource management. New
York: The McGraw-hill Companies, Inc.

Universitas Sumatera Utara


81

Nuthea, M. (2019). Pengaruh pelatihan (bimbingan teknis implementasi program


peningkatan mutu) terhadap pengetahuan dan ketepatan pengisian
dokumen mutu keperawatan di RSIA Puri Bunda. Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik , 4 (4).

Paat, C., Kristanto, E., & Kalalo, P. (2017). Analisis pelaksanaan clinical pathway
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. JURNAL BIOMEDIK (JBM) ,
2-17. Diakses dari https://doi.org/10.35790/jbm.9.1.2017.15322.

Pahriyani, A., Khotimah, N., & Bakar, L. (2015). Evaluas penggunaan antibiotik
pada pasien Comunity Acquired Pneumonia (CAP) di RSUD Budi Asih
Jakarta Timur. Farmasains, 2(6), 259-263.

Panella, M., Marchisio, S., & Di Stanislao, F. (2003). Reducing clinical variations
with clinical pathways: Do pathways work? . International Journal for
Quality in Health Care , 15(6), 509–521.

Paudel GR., e. a. (2010). Conservative treatment in acute appendicitis, departmen


of sugery, departemen of dermatology and clinical epidemiology unit, b.
P. Kairala Institute of Health Sciences, 50(4), 80.

Petroianu, A., & Barroso, T. (2016). Pathophysiology of acute appendicitis. JSM


Gastroenterology and Hepatology , 4(3).

Sjamsuhidajat, R., & Jong, V. (2010). Buku- ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, C., & Bare, G. (2000). Buku ajar keperawatan medikal – Bedah.
Jakarta: EGC.

Streubert, H., & Carpenter, D. (2011). Qualitative research in nursing :


Advancing the humanistic imperative. Philadelpia: Lippincou Williams &
Wilkins.

Subarsono. (2005). Analisis kebijakan publik konsep teori dan aplikasi. Jakarta:
Grafika Aditama.

Sudarsono. (2013). Metode penelitian pendidikan. UNY: Yogyakarta.

Sue, & Roberts, A. (2000). Integration Clinical pathways: A practical approach


to implementation. USA: McGraw-Hill.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D . Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. .


Bandung: PT Alfabet.

Sulistyawati, A. (2012). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta:

Universitas Sumatera Utara


82

Salemba Medika.

Tabanan, K. (2014). .Faktor-aktor yang berpengaruh terhadap lamanya perawatan


pada pasien pasca operasi laparatomi di Instalasi Rawat Inap BRSU.
Jurnal Coping , 3(1).

Wahab, A. (2004). Analisis kebijakan dari informasi keimplementasi. . Jakarta:


Bumi Aksara.

Whittle, C. (2009). ICPAT: integrated care pathway appraisal tools. International


Journal of Care Pathway , 13, 75-77.

Wibawa, S. (1994). Evaluasi kebijakan publik. Jakarta: PT. Raja. Grafindo


Persada.

Widyanita, E. (2010). Evaluasi implementasi clinical pathway appendicitis akut


pada unit rawat inap bagian bedah di RSUD Panembahan Senopati
Bantul (Tesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).Diakses
darihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/8999.

Zulfikar, F., & Prihwanto, B. (2013). Studi penggunaan antibiotik pada kasus
bedah apendiks di instalasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember Tahun
2013. Jurnal Kesehatan , 3(1).

Universitas Sumatera Utara


83

Lampiran 1. Lembar Penjelasan kepada Informan Penelitian

Persetujuan menjadi informan

Setelah saya membaca surat permohonan dan menerima penjelasan tentang

penelitian yang dilakukan, maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi

sebagai responden sehubungan dengan penyusunan penelitian yang dilakukan

oleh mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara

Nama : Rachmawati Br Saragih


NIM : 157032155

Dengan judul “ Implementasi Clinical pathway Appendicitis di RSU Mitra

Sejati Kota Medan Tahun 2019 “. Demikian surat pernyataan ini saya buat

tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, September 2020

(_________)

Universitas Sumatera Utara


84

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara mendalam

Identitas Informan Nama :


Jenis kelamin :

Usia :

Jabatan :

Lamakerja :

Tanggalwawancara :

1. Bagaimana landasan dari implementasi clinical pathway appendicitis akut

yag dilaksanakan di RSU Mitra Sejati?

2. bagaimana pedoman peraturan dalam pelaksanaan clinical pathway

appendicitis akut diRS?

3. Dengan adanya peraturan tersebut, bagaimana tujuan yang dingin di capai

dalam pelaksanaan clinical pathway appendicitis akut di RS?

4. Bagaimana tahap persiapan/proses yang ditempuh RS dalam rangka

implementasi clinical pathway appendicitisakut.?

5. Bagaimanakendala/halangan dalam tahap persiapan impelementasiclinical

pathway appendicitis akut ?

6. Bagaimana proses pelaksananan clinical pathway? Kapan, dimana dan

siapa saja yang terlibat dalam implementasi clinical pathway appendicitis

akut?

7. Bagaimana sosialiasi tentang implementasi clinical pathway appendicitis

akut di RS? apakah RS memberikan penjelasan bahwa clinical pathway

Universitas Sumatera Utara


85

appendicitis akut merupakan salah satu syarat akreditasi?

8. Bagaimana sumber daya yang ada dalam implementasi clinical pathway

appendicitis akut?

9. Bagaimana ketersedian sumber daya manusia dalam implementasi clinical

pathway appendicitis akut?

10. Bagaimana pihak rumah sakit menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana

yang mendukung agar implementasi clinical pathway appendicitis akut

berjalan denganbaik?

11. Bagaimana komitmen pihak rumah sakit dalam implementasi clinical

pathway appendicitis akut ? Bagaimana pihak audit untuk melihat

kepatuhan pihak rumah sakit yang terkait dalam implementasi clinical

pathway appendicitis akut?

12. Badan dan unit apa yang telah siapkan dalam pelaksanaan clinical

pathway appendicitis akut ? Sudah terbentukkah tim kerja dan alur dalam

implementasi clinical pathway appendicitis akut?

13. Bagaimana struktur birokrasi dalam implementasi clinical pathway

appendicitis akut?

14. Bagaimana struktur organisasi dan tata kerja yang telah dibentuk dalam

implementasi clinical pathway appendicitis akut?

15. Bagaimana pelaksanaan clinical pathway appendicitis akut? Bagaiamana

standar operasional prosedur ( SOP ) yang dibentuk pihak rumah sakit

dalam implementasi clinical pathway ?

Universitas Sumatera Utara


86

Lampiran 3. Transkrip Wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM

Informan : Informan 1 Tanggal


wawancara : 5 Maret2020
Waktu Wawancara : pukul 14.00 Wib sampai pukul 15.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan nama saya rachmawati
mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan Iya pagi dek, saya bersedia
5 Peneliti Boleh langsung saya wawancara kak?
6 informan Iya boleh dek, kenapa itu?
7 Peneliti Apakah menurut kakak yang di maksud dengan clinical
8 pathway?
9 informan Kalau disinikan, Clinical pathway itu semacam
panduangitulah,
10 kayak untuk dokter yang disini yang berkerja, jadi dia itu
hampir
11 kayak semacam SOP nya gitulah , ya sesuai dengan diagnosa
12 yang di tangani.
13 Peneliti Diagnosa apa sajakah itu kak? Apakah semua diagnose dibuat
14 clinical pathwaynya?
15 Informan Oh kalau itu gak semua penyakit sih dek beberapa aja , disini
16 kami menjalankan untuk beberapa penyakit terbesar yang ada
17 dirumah sakit aja dek
18 Peneliti Jadi Ada berapa clinical pathway di rumah sakit ini kak?Dan
19 bagaimana cara pemilihan topiknya kak?
20 Informan Kalau untuk clinical pathway sebenarnya ada untuk semua
21 penyakit tetapi kami hanya punya 10 penyakit terbesar, utuk
22 pelaksanaannya sendiri yang sudah berjalan itu ada 5 Clinical

Universitas Sumatera Utara


87

23 pathway,tetapi disini kita audit penyakit yang prioritasnya, jadi


24 kita buat yang mana mau di audit mana yang engga perlu,
untuk
25 topiknya itulah kita pilih berdasarkan high cost, high volume,
26 yang high risk gitu
27 Informan jadi clinical pathway ini tidak diterapkan untuk semua penyakit
28 yakak?
29 Peneliti Tidak dek, hanya 5 penyakit itu saja dan di ambil dari 10
30 penyakit terbesar dan telah di sepakati bersama sewaktu rapat
31 dengan komite medic
32 Peneliti Penyakit apa saja yang termasuk kak?
33 Informan Ada demam tipoid, DHD, appendicitis acute, terus apa lagi
yaaa,
34 oh ini dek stroke sama fraktur dek satu lagi
35 Untuk penyusunannya sendiri itu bagaimana prosesnya kak?
36 Proses penyusunan itu sebenernya berawal dari PPK dek,
37 Pedoman Praktik clinis kemudian dibuat lah kedalam format
38 clinical pathway, nah seluruh tenaga medis ikut andil dalam
39 penyusunan ini dan kita diskusikan bersama-sama dek. Jadikan
40 nanti ada rapat dengan bagian komite medic teruskan nanti ada
41 sumbernya contohnya kayak pertama dari penyakit dalam kita
42 kumpulkan dokter penyakit dalamnya, jadi masing-masing
43 dokter juga memberikan saran misalnya ini perlu ditambahkan
44 pemeriksaannya atau terapinya gitu dek. Per KSM lah dek
45 dikumpulkan untuk membuat clinical pathway ini, tenaga
medis
46 kek perawatnya juga, bagian gizi juga sama farmasi pun juga
ikut
47 kita buat dengan berdiskusi sesuai dengan pedoman yang udah
48 ada tadi. Memang gitulah dek agak panjang dan ribet
prosesnya
49 tetapi harus dijalankan , apalagi menyatukan pendapat itu biasa
50 paling susah, kadang kurang komunikasi jugalah kan sesama

Universitas Sumatera Utara


88

51 tenaga medis pun kadang suka salah paham.


52 peneliti untuk proses penerapan itu sendiri bagaimana kak?
52 Informan Kalau untuk penerapan sejauh ini semua pihak terkait pasti
53 berusaha untuk menerapkan clinical pathway dengan baik, ya
54 walaupun kadang amsih ada yang kurang mematuhi, nah itulah
55 kita lakukan audit untuk mengevaluasinya, itu kan kadang kita
56 auditnya antara komite medic sama komite mutu, disitu kita per
57 3 bulan audit, annti disitu misalnya ada lah masalah kayak length
58 of stay atau varian-varian yang ada. Varian itu kayak ada terapi
59 yang diluar dari clinical pathway
60 Peneliti Jadi masih kurang patuh dalam penerapannya clinical pathway ya
61 kak?
62 Informan Masih kuranglah kalau kepatuhan, maka dari itu kita lakukan
63 audit tadi. Penyebab kurang patuhnya itu ya inilah, kadang ada
64 beberapa dokter maunya pakai obat ini tapi di clinical pathway
65 obatnya yang lain. Jadi itu lah yang sering jadi penyebab juga
66 terus masalah visite ini juga sering jadi kendala sih, ya namanya
67 dokter kadang ada kesibukan ya harus kita ingatkan kembalilah
68 Peneliti Apakah ada sosialisasi untuk penggunaan clinical pathway di
70 rumah sakit untuk tenaga medis ataupun tenaga kesehatan yang
72 bersangkutan?
72 Informan kalau sosialisasi kayak memberitahukan cara pengisian kita
73 biasanya ajarkan ke tenaga2 yang bersangkutan. Saya biasanya
74 turun langsung juga memberitahukan cara pengisian kepada
75 mereka, saya ajarkan jugalah istilahnya kan.
76 Peneliti Berarti untuk sosialisasi sendiri biasanya tidak di kumpulkan
76 semua yakak? Dalam bentuk apa sosialisasinya?
78 Informan Itulah dek susahnya kadang, kalau sosialisasi kita kumpulkan
79 jugalah sekalian rapatkan kadang tapi gak semua bisa hadir, ada
80 juga yang berhalangan, makanya kadang saya kasi tau nuga cara

Universitas Sumatera Utara


89

81 pengisian tadi ke ruangan kalau saya da waktu. Kemaren ituada


82 juga kami buat pakarnya tapi ya dari orang rumah sakit ini, kayak
83 ahli atau spesialisnya lah yang jadi narasumber
84 Peneliti Kapan terakhir ada sosialisasinya kak? Dan biasanya berapa
85 bulan sekali dilakukan sosialisasi?
86 Informan 3 bulan yang lalu kayaknya , kalau untuk itu kadang gak bisa
87 ditentukan, tergantung kebutuhan saja, apalagi kan kadnag disini
88 tenaga medis atau karyawan sering juga berganti-ganti, nah jadi
89 kalau ada yang baru masuk kerja dan belum paham tentang
90 clinical pathway, biasanya nanti kita ajarkan juga. Kalau ada
91 pergantian kita tetap buatlah pokoknya. Kita cari waktu yang pas.
92 Peneliti Kalau pelatihan sendiri ada tidak kak?
93 Informan Kalau panggil narasumber gitu ke rumah sakit sih belum pernah,
94 Cuma dokternya kemaren pernah ikut pelatihan audit medis
95 clinical pathway diluar, kemudian dia nanti yang memberikan
96 ilmu dari yang dia dapat sewaktu dia mengikuti pelatihan
97 tersebut.
98 Kalau untuk penanggung jawabnya clinical pathway ini siapa
99 kak?
100 Kalau itu biasanya tugas case manager, tetapi untuk pengisiannya
101 itu ada masing-masing, mulai dari dokternya, perawatnya tenaga
102 gizinya dan tenaga farmasinya juga. Case manager ini bertugas
103 untuk melihat lah ke ruangan-ruangan, apa udah di isi belum
104 clinical pathwaynya? udah dilaksanakan belum?itu biasanya sih
105 Peneliti Menurut kakak bagaimana ketersedian tenaga SDM penanggung
106 jawab di rumah sakit ini kak? Berapa jumlahnya?
107 Informan Mengenai ketersediaan tenaga kesehatannya sih sudah cukup,
108 Tetapi kalau kalau untuk clinical pathway kan itu perlu di audit
109 juga kan nah itu yang belum ada, ibaratnya lah kan bagian
110 khusus untuk clinical pathway ini masih belum ada, untuk audit

Universitas Sumatera Utara


90

112 sendiri clinical pathway ini masih bagian komite medis dan mutu
112 yang mengaudit nya, udah gitukan kadang pegawai banyak yang
113 ganti-ganti juga jadii kadang sewaktu ada pegawai yang resign
114 maka kurang lah pasti SDMnya, tapi itu biasanya gak lama kok ,
115 karena kita pasti cari secepatnya pengganti kalau ada yang resign
116 Peneliti Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dirumah sakit ini
117 untuk melaksanakan cinical pathway?
118 Informan Kalau untuk itu sih kita sesuaikan aja, misalnyapasien
119 appendicitis membutuhkan pemeriksaan apa, kita sesuaikan ada
120 sama yang ada dirumah sakit, kalau untuk appendicitis biasanya
121 itu ada pemeriksaan Lab atau USG nah kalau itu sih udah ada
122 pastinya, kalau ketersediaan obat juga kita menyesuaikan yang
123 ada saja.
124 Peneliti Menurut kaka apakah dalam menjalankan tugas-tugas dirumah
125 sakit seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
126 Informan Menurut saya sih semua sudah menjalankan sesuai dengan SOP,
127 nah untuk melihat berjalan atau kepatuhannya ada tim-tim yang
128 audit juga kok.
129 Peneliti Untuk evaluasinya itu biasanya dilakukan dalam jangka waktu
130 berapa lama kak?
131 Informan Kita evaluasi biasanya per 3 blan, itu dari komite medicdan
132 komite mutunya, kan ada itu timnya. Cuma kalo tim khusus
133 clinical pathway aja sih gak ada
134 Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasan terhadap
135 pelaksanaan clinical pathway ini?
136 Saya rasa dukungan atasan sudah cukup baik dan mendukung
137 agar clinical pathway ini berjalan dengan baik
138 Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway di rumah
139 sakit ini?
140 Saya sangat mendukung , karena penerapan clinical pathway ini

Universitas Sumatera Utara


91

141 penting dan dapat memberikan manfaat yang baik, dapat


142 mengurangi length of stay pasien , mengurangi variasi,
143 meningkat mutu dan sebagai syarat penting dalam akreditasi.
144 Menurut kakak apakah kendala atau hambatan dalam penerapan
145 clinical pathway di rumah sakit ini?
146 Saya rasa kendalanya adalah komitmen dari seluruh staff yang
147 bertugas, masih ada ketidakpatuhan dalam pengisian clinical
148 pathway, sehingga komunikasi menjadi hal pokok yang harus
149 dijalankan. Semua informasi mulai dari cara pengisian,
150 pemilihan topik harus di diskusikan kembali. dan berganti-
151 gantinya staff juga terkadang menjadi masalah, karena harus
152 menjelaskan kembali dari awal tentang clinical pathway ini agar
153 mereka mengerti dan bisa menerapkannya dengan baik.
154 Bisakah kakak berikan saran-saran agar clinical pathway
155 dirumah sakitini?
156 Ya sarannya, kepada seluruh tenaga kesehatan yang terkait agar
157 menjalankan clinical pathway dengan patuh, pengisiannya juga
158 sesuai dan dijalannya dengan benar. Pihak rumah sakit juga
159 sebaiknya membuat pihak khusus terkait dengan clinical pathway
160 ini agar programnya berjalan dengan baik begitupula dengan tim
161 auditnya, case manager juga harus rajin evalusi keruangan-
162 ruangan dan mengingatkan seluruh tenaga medis yang ada untuk
163 menjalankan clinical pathway tidak hanya checklist sasja sebagai
164 syarat dokumentasi saja. Dan untuk sosialisasi juga harus
165 dijalankan agar terjadi komunikasi yang efektif sehingga seluruh
166 informasi terkait clinical pathway dapat sampai kepada seluruh
167 staff, untuk kedepannya saya harap adalah pelatihan khusus di
168 rumah sakit terkait clinical pathway ini untuk seluruh staff tidak
169 hanya perwakilan sajalah gitu dek
170 Baiklah kakak, terimakasih atas keterangan dan waktunya. saya

Universitas Sumatera Utara


92

171 ada kurang informasi bolehkah saya berdiskusi dengan kakak


172 kembali? Assalamualaikum kak
173 Sama-sama dek, boleh kok. Sukses yaa dek penelitiannya.
174 Terimakasih juga, walaikumsalam.

Universitas Sumatera Utara


93

Informan: Informan 2 Tanggal

Wawancara : 12 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 11.00 Wib sampai pukul 12.00 Wib

Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan nama saya rachmawati
mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan Iya pagi dek, saya bersedia
5 Peneliti ini saya akan memulai melakukan beberapa pertanyaan ya kak
6 informan Iya dek
7 Peneliti Apakah menurut kakak yang di maksud dengan clinical
8 pathway?
9 informan clinical pathway itu suatu jadwal prosedur medis dan
10 keperawatan, termasuk di dalamnya tes diagnostik,pengobatan
11 dan konsultasi yang dirancang untuk efisiensi dan
12 pengkoordinasian program penatalaksanaan klinik rumah sakit,
13 clinical pathway yang diterapkan dengan baik dapat menjadi
alat
14 kendali mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
15 Peneliti Berarti seperti panduan dalam mendiagnosa oleh dokternya
dan
16 perawat ya kak?
17 Informan Iya dek seperti panudan yang harus dilakukan berdasarkan
SOP
18 yang telah dibuat di rumah sakit
19 Peneliti Kira-kira diagnose apa saja yang dibuat clinical pathwaynya
20 dirumah sakit ini?
21 Informan Yang sudah berjalan dengan baik ada 5 penyakit ,tetapi yang
22 sudah di susun sekitar 5 penyakit, pembuatan clinical pathway
23 ini sangat membantu sih, karena kita gunakan juga sebagai
upaya

Universitas Sumatera Utara


94

24 kendali biaya. Apalagi di zaman era JKN yang dilaksanakan


oleh
25 BPJS kesehatan sangat membantu sekali.
26 Peneliti Jadi tidak semua penyakit ya kak diterapkan dirumah sakit ini?
27 Informan Iya hanya sekitar 5 penyakit saja yang sudah berjalalan dengan
28 baik, hal ini kita komunikasikan pada saar rapat dengan komite
29 medic,pada saat rapatpun gak semua divisi hadir jadi yang bisa
30 kita terapkan saat ini hanya 5 penyakit saja.
31 peneliti Kalau boleh tau untuk apa penyakit apa saja itu kak?
32 Kalau tidak salah ada stroke, appendicitis ini juga , demam
tifoid
33 , demam berdarah dan fraktur. Untuk appendicitis akut ini lah
34 yang banyak saya tau clinical pathwaynya.
35 Untuk penyusunannya bagaimana prosesnya?
36 Jadi memang dibuat berdasarkan ilmu praktik kedokteran yang
37 ada di rumah sakit sesuai dengan standart. Standart tersebut
38 meliputi Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (
PNPK)dan
39 SPM ( Standar Pelayanan Medis). PNPK merupakanstandar
40 pelayananan kedokteran yang bersifat nasional dan dibuat serta
41 diterapkan oleh pimpinan pelayanan kesehatan, selanjutnya
pihak
42 rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu
43 menyusun langkah pelayanan yang lebih detail yang diberikan
44 kepada masing-masing pasien berdasarkan PNPK dan SPO
yang
45 diwujudkan dalam clinical pathway. Yang pertama kali dalam
46 clinical pathway kita harus menentukan topic terlebih dahulu,
47 kemudian kita harus mencari tau siapa saja yang terlibat dalam
48 pemberi pelayanan seperti dokter umum. Selain itu juga
49 memerlukan kunjungan lapangan untuk menilai sejauh mana
50 pelayanan yang di dapatkan oleh pasien. Selain itu kita juga
51 dapat mengetahui hambatan yang terjadi di bangsal yang

Universitas Sumatera Utara


95

belum

52 melakukan sesuai SPO atau SPM sehingga dapatdibuat


53 rekomentasi dalam penyususan clinical pathway. Kemudian
kita
54 juga perlu mmencari jurnal pembanding untuk melakukan
55 evaluasi dan identifikasi kebutuuhan pelanggan yang di
56 sesuaikan dengan kemampuan rumah sakit.saat ini masih
kurang
57 di sampaikannya informasi ke semua pihak , makanya kk rasa
58 sosialisasi atau edukasi itupun penting lah.
59 Kalau untuk penerapannnya sendiri bagaimana kak? Bisa
sedikit
60 kakak jelaskan?
61 Ya masih ada juga yang masih belum patuh pastinya dek.
62 Prosesnya pun panjang da agak ribet kadang. Contohnya ya
63 seperti jadwal visite pasien yang sering ngaret, mungkin
64 dokternya juga kadang ada operasi atau masih dijalan sehingga
65 kena macet. Untuk hal pemeriksaan dan terapi
kadangpunmasih
66 ada beberapa yang kurang sesuai, hanya sedikit saja tapi .
67 Apakah ada sosialisasi untuk penggunaan clinical pathway di
68 rumah sakit untuk tenaga medis yang bersangkutan?
69 Berhubungan banyaknya manfaat dari penggunaan clinical
70 pathway ini, rumah sakit tetap memberikab sosialisasidan
71 edukasi pada dokter-dokter disini dan tim tenaga medisnya jug.
72 Karena manfaatnya banyak sekaliya salah satunya dapat
73 mengurangi variasi penyakit, bersifat multidisplin juga. Jadi
74 dapat meningkatkan komunikasi antar profesi yang berbeda
75 sehingga dapat menghilangkan duplikasi dari dokumen yang
76 tersimpan. Jadi sosialisasi itu perlu lah pasti dan harus tetap
77 dilaksanakan. Para petugas yang bersangkutan dalam
78 menerapakan clinical pathway lebih professional dan dapat

Universitas Sumatera Utara


96

79 meningkatkan kendali mutu pelayanan kesehatan


80 Untuk sosiasliasinya apakah semuanya datang kak? Kemudian
81 dalam bentuk apa biasanya sosialisasinya dilakukan?
82 Tergantung dek, biasanya untuk petugas kesehatan diwajibkan
83 hadir, tapi ya kek gitulah masih ada beberapa yang tidak
84 mengikuti. Mungkin ada kendala ya dek atau ada kunjungan
85 tugas di luar rumah sakit. kalau di rumah sakit belum ada kita
86 datangkan sih, jadi masih kurang juga sosialisasinya.
87 Kapan terakhir dilakukan sosialisasi kak?
88 Sekitar 3 bulan yang lalu, itupun kalau gak salah.
89 Biasanya berapa bulan sekali kak dilakukan sosialisasi?
90 Tidak jelas dek, kapan ada waktunya. Karena waktu untuk kita
91 sosialiasi harus disesuaikan juga. Sering ada juga yang
92 berhalangan hadir. Tergantung pihak komite medik juga kapan
93 mereka ingin melakukan sosialisasinya. Belum lagidisini
94 petugas kesehatannya sering berganti, jadi harus tetap
dilakukan
95 rutin seharusnya
96 Untuk penanggung jawabnya sendiri siapa sajakah itu?
97 Setiap ruangan ada dokter penanggung jawab ada perawat juga
98 tenaga medis lain, case manager ini melihat-lihat ke ruangan
99 untuk mengiatkan tenga medis agar tetap melaksanakan
clinical
100 pathway dan jangan lupa untuk pengisiannya juga,
101 Kalau pelatihannya sediri ada tidak kak?
102 Pelatihan khusus belum ada , biasanya dokter yang sudah dapat
103 ilmunya baru dia yang mememberikan informasinya ke
petugas
104 yang lain
105 Menurut kakak bagaimana ketersediaan tenaga SDM
106 penanggung jawab dirumah sakit ini kak? Berapa ju lahnya>
107 SDM dirumah sakit ini sudah cukup, hanya saja untuk clinical

Universitas Sumatera Utara


97

108 pathway belum ada tim khusus,sementara clinical pathway ini


109 perlu di evaluasi kembali dan harus dibuat timnya sendiri agar
110 dapat di audit dengan baik.
111 Bagaimana ketersedian sarana dan prasarana di rumah sakit ini
112 untuk melaksanakan clinical pathway kak?
113 Sudah cukup sih, misalnya ada pasien appendicitis akut. Pasien
114 datang ke UGD dengan diagnose appendicitis akut, ditangani
115 sesuai dengan clinical pathway, dilakukan lah itu pemeriksaan
116 lab trs pemeriksaan USG tetapi untuk terapi ini lah kadang
yang
117 masih susah, beberapa dokter masih ada yang suka
mmeberikan
118 terapi tambahan.
119 Menurut kakak apakah dalam menjalankan tugas-tugas di
rumah
120 sakit seluruh staff sudah mejalankan tugas sesuai dengan SOP?
121 Sudah dek. Mudah-mudahan sejauh ini sudah dilakukan sesuai
122 dengan SOP karena kita diisni juga ada tim untuk evaluasi ke
123 setiap ruangan
124 Untuk evaluasinya itu biasanya dilakukan dalam jangka waktu
125 berapa lama kak?
126 Setiap 3 bulan sekali dek, nanti ada tim kita yang
127 mengevaluasinya
128 Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasan terhadap
129 pelaksanaan clinical pathway?
130 Menurut kakak selain dukungan dari pimpinan atas, harus ada
131 kesadaran sendri terhadap petugas yang melaksanakan clinical
132 pathway agar berjalan dengan baik.
133 Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway drumah
sakit
134 ini?
135 Penerapan clinical pathway ini sangatlah penting dan sangat

Universitas Sumatera Utara


98

136 berperan baik, salah satunya adalah memberikan pedoman


137 kepada seluruh staff rumah sakit untuk melihat dan mengerti
138 mengenai variasi yang timbul dalam proses pelayanan. Selain
itu
139 dapat menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan data
140 dari proses pelayanan. Selain ini dapat menyediakan kerangka
141 kerja untuk megumpulkan dara dari proses pelayanan dan
dapat
142 meningkatkan kepuasan pasien dalam memberikan edukasi.
143 Menurut kakak apakah kendala atau hambatan dalam
penerapan
144
clinical pathway dirumah sakit ini?
145 Hambatan pasti ada sih, salahnya satunya masih ada dokter
yang
146 tidak patuh dalam pelaksaan clinical pathway ini, banyak
147 pasienya lupa dia ngisinya kan. Selain itu kurngnya perawat
148 diruangan juga menjadi hambatan agar clinical pathway ini
149 berjalan dengan baik, kadang banyak pasiennya jadi lupa lah
kalo
150 ada clinical pathway ini
151 Bisakah kakak memberikan saran-saran agar clinical pathway
152 dirumah sakit ini?
153 Saran saya sih agar lebih banyak informasi atau sosialisasi
terkait
154 penrapan clinical pathway kepada selurih petugas rekam medis
155 afagar petugas mengerti akan fungsi clinical pathway sehingga
156 isi kebujakan bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya
157 Baiklah kakak, terimakasih atas keterangan dan waktunya, jika
158 ada informasi yang kurang, bolehkah saya berdiskusi dengan
159 kakak kembali.
160 Samasama dek, boleh kok.

Universitas Sumatera Utara


99

Informan : Informan 3
Tanggal wawancara : 12 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 13.00 Wib sampai pukul 14.00 Wib

Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi
FKM
2 USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
appendicitis
3 acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan iya pagi dek, kakak bersedia
5 Peneliti ini saya akan memulai melakukan beberapa pertanyaan ya kak
6 Informan iya dek dipersilahkan
7 Peneliti Menurut kakak, apakah yang dimaksud dengan clinical
pathway?
8 Informan clinical pathway itu seperti konsep perencanaan terpadu yang
9 merangkum setiap langkah yang dilakukan kepada pasien,dari
10 pasien masuk sampai keluar rumah sakit berdasarkan standar
11 pelayanan medis, standar asuhan keperawatan,dan standar
12 pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang berbasis bukti dengan
13 hasil yang dapat diukur dalam jangka waktu tertentu selama di
14 rumah sakit
15 Peneliti oh berarti seperti panduan dalam mendiagnosa yang dilakukan
16 oleh dokternya ya
17 Informan iya dek seperti panduan yang hharus dilakukan berdasarkan
SOP
18 dek
19 Peneliti kira-kira diagnosa apa saja kak yang ada clinical pathway nya
di
20 rumah sakit ini?
21 Informan di rumah sakit ini gak semua penyakit dibua clinical pathway
22 nya hanya beberapa penyakit dalam kategori besar aja yang
23 dibuat

Universitas Sumatera Utara


100

clinical pathway nya.


24 Peneliti Jadi kak dirumah sakit ini ada berapa penyakit yang ada
25 clinical pathway nyakemudian bagaimana cara pemilihan topik
26 dari
clinical pathway tersebut kak?
27 Informan Seharusnya memang semua penyakit dibuat, tetapi disini setahu
28 kakak hanya sekitar 10 penyakit yang dibuat clinical pathway
29 nya, dan yang sudah berjalan dengan baik sekitar 5 penyakit.
30 Untuk pembuatan clinical pathway nya sudah berdasarkan pada
31 high risk, high volume dan high cost sehingga diharapkan
dengan
32 pelaksanaan clinical pathway yang baik dan dapat mengurangi
33 resiko jumlah dan biaya pelayanan medis.
34 Peneliti Jadi tidak semua penyakit ya kak yang diterapkan di rumah
sakit
35 ini?
36 Informan iya dek engga jadi seperti yang kakak bilang tadi hanya 5
itupun
37 sudah diputuskan pada saat rapat dengan komite medik
38 Peneliti Kalo boleh tahu penyakit apa saja kak yang sudah diterapkan
39 Informan Seingat kakak itu ada apenddisittis akut, stroke, demam tifofid,
40 kemudian ada juga mengenai fraktur, satu lagi nya apa kakak
41 lupakurang lebih yang jelasnya itu apendisitis akut
42 Peneliti untuk penyusunannya bagaimana prosesnya kak?
43 Informan Setahu kakak ya untuk penyusunannya dari clinical pathway
44 sendiri yang pertama kali adalah kitaharus menentukan topik
45 dulu, terutama yang bersifat high volume, high cost, high risk
dan
46 problem prone. Setelah itu menunjuk koordinator (penasehat
47 multidisiplin) yang bertugas sebagai fasilitator. Setelah itu
48 menentukanpemain kunci. Maksudnya pemain kunci itu siapa
49 saja yang terlibat dalam pelayanan yang diberikan kepada
pasien.

Universitas Sumatera Utara


101

50 Misal, pemain kunci dalam pemberian dokter spesialis bedah,


51 dokter spesialis anastesi, perawat, dan ahli gizi.Setelah
52 menentukan anggota dalam penyusunan clinical pathway, maka
53 selanjutnya dilakukan kunjungan lapangan untuk mencari
54 pedoman praktik klinis (PPK), misalnya dalam bentuk SPO
atau
55 SPM dan SAK, setelah itu kita harus mencari literatur kak.
Dalam
56 mencari literatur dapat mencari best practice dalam skala
nasional
57 yaitu PNPK, ataupun sumber-sumber guideline/ jurnal
penelitian
58 internasional dan disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing
59 rumah sakit. Setelah itu barulah kita melaksanakanCustomer
60 Focus Group. jadi tujuan pembuatan customer focus group itu
61 sendiri untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan
disesuaikan
62 dengan kemampuan rumah sakit sehingga, kesenjangan antara
63 harapan dan pelayanan yang didapatkan pasien dapat diketahui
64 dan dapat diperbaiki. Setelah itu dek melakukan telaah
Pedoman
65 Praktik Klinis (PPK) menganalisis casemix, menetapkan
Desain
66 Clinical pathway serta Pengukuran Proses dan Outcome dan
67 tahap terakhir melakukan sosialisasi dan edukasi kak
68 Peneliti Untuk proses penerapan itu sendiri bagaimana kak kira-kira?
69 Informan Penerapan clinical pathwayitusendiri semua pihakberusaha
70 melakukan yang terbaik.Meskipun sebagian masih ada yang
71 belum mematuhi.
72 Peneliti Berarti masih ada yang belum mematuhi ya kak untuk
penerapan
73 clinical pathway nya?
74 Informan Iya masih kurang, masih ada beberapa dokter yangmasih
75 terlambat visite pasien.selain itu juga misalkan masalah terapi,

Universitas Sumatera Utara


102

76 terkadang dokter tidak memberikan terapi yang sesuai dengan


77 anjuran clinical pathway
78 Peneliti Apakah ada sosialisasi untuk penggunaan clinical pathway di
79 rumah sakit untuk tenaga medis ataupun tenaga kesehatan yang
80 bersangkutan?
81 Ada dek, untuk sosialisasi ada diadakan unuk penggunaan
82 clinical pathway dirumah sakit ini. Melakukan sosialisasi dan
83 edukasi kepada para pengguna, dalam hal ini berbagai profesi
84 yang berhubungan langsung pada pasien nya dek.Biasanya dek
85 tahap awal dapat dilakukan uji coba penerapan clinical pathway
86 yang telah disusun guna mendapatkan feedback untuk
87 mendapatkan bentukyang user friendly serta konten yang sesuai
88 dengan kondisidi lapangan dalam rangka mencapai kepatuhan
89 penerapan clinical pathway yang lebih optimal. Setahu kakak
90 juga sosialisasi mengenai clinical pathway ituharus dilakukan
91 intensif minimal selam 6 bulan sekali dek.
92 Informan Ada dek, untuk sosialisasi ada diadakan unuk penggunaan
93 clinical pathway dirumah sakit ini. Melakukan sosialisasi dan
94 edukasi kepada para pengguna, dalam hal ini berbagai profesi
95 yang berhubungan langsung pada pasien nya dek.Biasanya dek
96 tahap awal dapat dilakukan uji coba penerapan clinical pathway
97 yang telah disusun guna mendapatkan feedback untuk
98 mendapatkan bentukyang user friendly serta konten yang sesuai
99 dengan kondisidi lapangan dalam rangka mencapai kepatuhan
100 penerapan clinical pathway yang lebih optimal. Setahu kakak
101 juga sosialisasi mengenai clinical pathway ituharus dilakukan
102 intensif minimal selam 6 bulan sekali dek.
103 Peneliti Untuk sosialisasi nya apakah semua nya datang kak? Kemudian
104 dalam bentuk apa biasanya sosialisasi dilakukan?
105 Informan Iya dek tidak semuanya hadir. Jadi sebagian masih ada yang

Universitas Sumatera Utara


103

106 belum tahu mengenaiclinical pathway itu. Sosialisasi dilakukan


107 biasa dalam bentuk pakar gitu rapat.nanti yang jadi sumber
108 pembicaranya ada dokter-dokter spesialis dek.
109 Peneliti Kapan terakhir dilakukan sosialisasi kak?
110 Informan Seingat kakak kurang lebih 3 bulan yang lalu barudiadakan
111 sosialisasi
112 Peneliti Biasanya berapa bulan sekali kak dilakukan sosialisasi ?
113 Informan Seharusnya memang harus dilakukan 6 bulan sekali ya dek, tapi
114 disini kadang tidak menentu. Kadang dilakukan sosialisasi
sesuai
115 kebutuhan saja.Soalnya disini juga tenanga medisnya suka
116 berganti-ganti, jarang ada yang masuk jadi harus sering
dilakukan
117 sosialisasi ulang mengenai clinical pathway nya dek
118 Peneliti Untuk penanggung jawab clinical pathway nya sendiri itu siapa
119 kak di rumah sakit ini?
120 Informan Tugas case manager, tetapi untuk pengisiannya itu ada masing-
121 masing,mulai dari dokternya, perawatnya tenaga gizinya dan
122 tenaga farmasinya. Case manager ini bertugas untuk melihat lah
123 ke ruangan-ruangan.
124 Peneliti Kalau pelatihan sendiri ada tidak kak?
125 Informan Pelatihan biasanya dari dokter nya aja dek. Biasa dokternyayang
126 ikut pelatihan diluar nanti diterapkan disini
127 Peneliti Menurut kakak bagaimana ketersedian tenaga SDM penanggung
128 jawab di rumah sakit ini kak? Berapa jumlahnya?
129 Informan Mengenai SDM di rumah sakit ini sudah cukup. Tetapi untuk
130 menganalisis clinical pathway nya masih butuh penambahan lagi.
131 Masih harus di evaluasi kembali.Biasa nanti bagian komite nya
132 yang melakukan evaluasi dek
133 Peneliti Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dirumah sakit ini
134 untuk melaksanakan clinical pathway?

Universitas Sumatera Utara


104

135 Informan sarana dan prasarana mudah-mudahan sudah dek. Nanti


136 disesuaikan dengan penerapan clinical pathway. Misalkan untuk
137 apendisittis akut.Pada pasien tetap dilakukan pemeriksaan
138 laboratorium, pemeriksaan USG dan pemberian terapi tetap di
139 berikan sesuai aturan dari clinical pathway
140 Peneliti Menurut kakak apakah dalam menjalankan tugas-tugas dirumah
141 sakit?seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
141 Informan Sejauh ini sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP. soalnya
142 ada juga yang mengevaluasi setiap staff dek kinerja nya gimana
143 Peneliti Untuk evaluasinya itu biasanya dilakukan dalam jangka waktu
144 berapa lama kak?
145 Informan Biasanya dilakukan 3 bulan sekali dek. Ada team juga yang
146 mengevaluasi itu dari team audit dan komite medik.
147 Peneliti Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasan terhadap
148 pelaksanaan clinical pathway ini?
149 Informan menurut kakak dukungan atasan sudah cukup baik dan
150 mendukung agar clinical pathway ini berjalan dengan baik
151 Peneliti Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway di rumah
152 sakit ini?
153 Informan penerapan clinical pathway ini penting dan dapat memberikan
154 manfaat yang baik, dapat menetapkan standar mengenai lamanya
155 hari perawatan, meningkat mutu dan sebagai syaratpenting
156 dalam akreditasi. Selain itu juga dapatMenurunkanbeban
157 dokumentasi dokter dan pasien, prosedur pemeriksaan klinik
158 dan jenis penalataksanaannya
159 Peneliti Menurut kakak apakah kendala atau hambatan dalam penerapan
160 clinical pathway di rumah sakit ini?
161 Informan masih ada beberapa hambatan dek.Misalnya sajaketerbatasan
162 waktu untuk mengisi dapat disebabkan karenaketerbatasan
163 tenaga di mana bangsal kurang 1 perawat dan 1 dokter. Selain itu

Universitas Sumatera Utara


105

164 juga kadang dokternya lupa dek, karna banyak pasien.


165 Peneliti Bisakah kakak berikan saran-saran agar clinical pathway dirumah
166 sakit ini?
167 Informan Saran dari kakak sih Dalam upaya untuk meningkatkan
168 kepatuhanimplementasi clinical pathway sebaiknya dilakukan
169 pelatihan rutin kepada setiap staff terkait clinical pathway, dapat
170 dipertimbangkan untuk menambah seorang dokter dan perawat,
171 menunjuk seorang case manager dan evaluasi rutin implementasi
172 clinical pathway setiap bulan.
173 Peneliti Baiklah kakak, terimakasih atas keterangan dan waktunya.
174 Jika saya ada kurang informasi bolehkah saya berdiskusi dengan
175 kakak kembali? assalamualaikum kak.

176 Informan Boleh dek, Walaikumsalam dek.

Universitas Sumatera Utara


106

Informan : Informan 4
Tanggal wawancara : 16 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 12.00 Wib sampai pukul 13.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit, apakah apakahkakak
4 bersedia?
5 Informan selamat pagi, iya kak boleh
6 Peneliti Ada beberapa pertanyaan ini ya kak yang saya tanyakan
7 Informan iya kak, tanya saja gapapa
8 Peneliti menurut kakak apa yang dimaksud dengan clinical pathway
9 Informan menurut saya clinical pathway itu merupakan suatu konsep
10 perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah
11 yang diberikan kepadapasien berdasarkan standar pelayanan
12 medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil
13 yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
14 sakit kak .
15 Peneliti kira-kira ada gak hubungannnya dalam mendiagnosis
16 suatu penyakit ya kak?
17 Informan iya kak jadi ada SOP yang harus dilakukan sebelum melakukan
18 terapi kepada pasien. Jadi semua prosedur mulai dari anamnesa,
19 pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
20 penunjang hingga dilakukannya terapi pada pasien harus sesuai
21 dengan SOP clinical pathway yang telah dibuat oleh rumah sakit
22 Peneliti Dirumah sakit ini penyakit apa saja kak yang menggunakan
23 clinical pathway?
24 Informan ada sekitar 5 penyakit kak yang sudah menggunakan proseddur
25 tetap dirumah sakit ini. Diantaranya salah satunya adalah
26 penyakit stroke, ependisitis akut, demam tifoid dan kalo ga salah
27 tentang patah tulang dek, fraktur ya . Harusnya ada 10 penyakit.
28 Tapi memang yang sudah tetap baru 5 penyakit kak
29 Peneliti Jadi baru 5 ya kak yang sudah melakukan prosedur tetap dalam
30 clinical pathway. Kira-kira kakak tahu gak cara pemilihan
31 topik dari clinical pathway tersebut kak?
32 Informan iya dirumah sakit ini baru 5 ya dek. Untuk pemilihan topic
33 yang paling utama biasanya yang bersifat high volume, high cost,
34 high risk dan problem prone. Bisa juga dipilih kasus-kasus yang

Universitas Sumatera Utara


107

35 mempunyaigapyang besar antara biaya yang dikeluarkan


36 dengan tarif INA CBG‟s yang telah ditetapkan.
Untuk penyusunan clinical pathway sendiri kira-kira kakak
37 Peneliti
tahu gak bagaimana langkah-langkah dalam penyusunannya?
38
39 informan menurut saya sih langkah-langkah dalam penyusunan format
40 clinical pathway itu yang harus diperhatikan salah satunya adalah
41 komponen yang harus dicakup sebagaimana definisidari
42 Clinical pathway itu sendiri. Kemudian memanfaatkan dana yang
43 telah ada di lapangan dan disesuaikan kondisi setempat seperti
44 data laporan yang dibuat setiap Rumah Sakit berdasarkan
45 petunjuk pengisian, pengolahan dan penyajian data rumah sakit
46 dan sensus harian dalam penetapan judul atau topik clinical
47 pathway yang akan dibuat dan pentapan lama hari rawat inap.
48 Nah untuk variabel obat-obatan dan tindakan itu dek biasanya
49 mengacupada standar pelayanan medis, standar operasional
50 prosedur dan daftar formulir yang sudah rumah sakit setempat.
51 Untuk kode diagnosis dapat digunakanbuku ICD 10 untuk hal
52 kodifikasi diagnosis dan ICD 9-CM untuk hal tindakan prosedur
53 sesuai sesuai dengan profesi masing-masing. Dalam
54 pengembangan clinical pathway, perlu dilakukan mengumpulkan
55 aktivitas-aktivitas untuk dikaitkan dengan besarnya biaya. Jadi
56 kak dalam beberapa hal sangat perlu dilakukan identifikasi LoS
57 suatu diagnosis, biaya per-kasus penggunaan obat apakah sudah
58 sesuai dnegan formulir yang ada maupun tespenunjang
59 diagnostik suatu penyakit. Selain ity kita juga harusmelaukan
60 dan menetapkan desain Clinical pathway serta Pengukuran
61 Proses dan Outcome dan tahap paling akhir itu sangat penting
62 untuk dilakukan adalah sosialisasi dan edukasi mengenai clinical
63 pathway kepada seluruh profesi terkait yang langsung
64 berhubungandenganpasien, kurang lebih seperti itu sihkak
65 menurut pemahaman saya.
66 Peneliti Nah untuk proses penerapannya clinical pathway nya
67 bagaimana kak?
68 Informan sejauh ini penerapan clinical pathway sudah berjalan dengan
69 baik. Karena kita juga selalu melakukan evaluasi
70 Peneliti kira-kira ada ga kak yang masih tidak patuh pada penerapan
71 clinical pathway ini?
72 Informan untuk penerapan biasanya yang masih belum menerapkan itu
73 pasti ada ya. Bisa saja dokternya lupa ngisi formulir clinical
74 pathway nya atau jadwal visite pasien ke ruangan yang tidak

Universitas Sumatera Utara


108

75 sesuai. Itu pasti sekali-sekali selalu terjadi meskipun tidak sering


76 ya kak
77 Peneliti Di rumah sakit ini apakah pernah dilakukan sosialisasi untuk
78 tenaga medis ataupun tenaga kesehatan yang bersangkutan kak?
79 Informan Kalau pengalaman saya sih, saya hanya diberikan dan di ajarkan
80 clinical pathway untuk pengisian dan pelaksanaannya saja kak,
81 untuk tenaga medis lain mungkin ada, dan harus ada sih. Biar
82 pelaksanaannya tetap berjalan baik
83 Peneliti Pada saat dilakukannya sosialisasi apakah semuapetugas
84 kesehatan di rumah sakit ini ikut berpartisipasi dalam acara
85 tersebut kak?
86 Informan kalo untuk tingkat kehadiran tidak 100% sih kak. Karena
87 biasanyapada saat dilakukan sosialisasi ada sebagian petugas
88 yang sedang libur atau bahkan ada kegiatan diluar rumah sakit.
89 sehingga mereka tidak dapat mengikuti kegiatan sosialisasi.
90 Peneliti Biasanya dalam bentuk apa kak dilakukan sosialisasi di rumah
91 sakit ini kak?
92 Informan Biasanya nanti ada pengumuman dari komite medik akan
93 dilakukannya kegiatan sosialisasi mengenai clinical pathway .
94 Kegiatan tesebut dilakukan seperti kuliah pakar dan nanti
95 dikumpulin disuatu ruangan, kemudian disitulah mereka
96 menjelaskan memberikan sosialisasi dan edukasimengenai
97 clinical pathway.
98 Peneliti Kapan terakhir kali dilakukan sosialisasi clinical pathway kak?
99 Informan kurang lebih sekitar 2 sampai 3 bulan yang lalu kak
100 Peneliti Biasanya berapa bulan sekali dilakukan sosialisasi kak
101 di rumah sakit mengenai clinical pathway?
102 Informan disini biasanya dilakukan 3 bulan sekali kadang 6 bulan sekali
103 tidak menentu dek. Tergantung pihak komite medik aja.belum
104 lagi petugas kesehatan disini sering ganti-gantijadi harus sering
105 dilakukan sosialisasi, jadi mana petugas yang belum mengerti
106 mengenai clinical pathway jadi mengerti apa-apasaja yang
107 seharusnya mereka terapkan.
108 Peneliti Untuk penangung jawab dalam hal clinical pathway nya itu
109 siapa kak kira-kira?
110 Informan oh kalo dalam hal tanggung jawab ada namanya case manager
111 nanti case manager yang melakukan evaluasi ke ruangan
112 ruangan.
113 Peneliti Kalau untuk pelatihan tentang clinical pathway itu pernah gak

Universitas Sumatera Utara


109

114 kak diadakan di rumah sakit?


115 Informan belum pernah kalo mendatangkan narasumber khusus membahas
116 clinical pathway disini. Biasanya hanya dokter-dokter spesialis
117 disini yang memberikan informasi mengenai clinical pathway
118 Peneliti Menurut kakak bagaimana ketersediaan SDM penanggung jawab
119 dirumah saki ini?
120 Informan untuk SDM sepertinya sudah cukup dirumah sakit ini. Mungkin
121 dibutuhkan tambahan tenaga medis dilakukan evaluasi clinical
122 Pathway
123 Peneliti Bagaimana menurut kakak ketersediaan sarana dan prasarana
124 di rumah sakit ini terkait clinical pathway khususnya pada
125 penderita apendisitis akut
138 Informan menurut saya sih sudah cukup lengkap untuk sarana dan
139 prasarana cukup kak, hanya saja kalau untuk farmasi ya masih
140 ada sih beberapa terapi yang susah menyatukannya, misalnya
141 dokter ini mau terapi ini dokter yang lain mau yang lain lagi,
142 kadang susah menyediakannya, tapi kalo appendicitis sih karena
143 ada pemberian antibiotic biasanya selalu ada. Cuma kalo ada
144 terapi tambahan misalnya vitamin atau salep kadang suka gak
145 semua yang di resepin dokter ada
146 Peneliti Menurut kakak apakah dalam menjalankan tugas-tugas dirumah
147 sakit seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
148 Informan sejauh ini sih sudah sih kak saya rasa, mereka sudah melakukan
149 yang terbaik melakukam prosedur sesuai dengan SOP
150 Peneliti Untuk evaluasinya itu biasanya dilakukan dalam jangka waktu
151 berapa lama kak?
152 Informan Setiap berapa bulan sekali yaa, lupa saya kak
153 Peneliti Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasan terhadap
154 pelaksanaan clinical pathway ini?
155 Informan menurut kakak sih peran atasan di rumah sakit ini sangat penting
156 ya dalam terlaksanya clinical pathway ini.butuh dukungan dan
157 motivasi dari atasan agar clinical pathway ini berjalan sesuai
158 dengn baik sesuai SOP yang telah ditetapkan bersama.
159 Peneliti Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway di rumah
160 sakit
157 Informan penerapan clinical pathway ini penting dan sangat berperan
158 salah satunya dengan memilih pelayanan kesehatan terbaik
159 ketika muncul banyak variasi dalam pelayanan kesehatan dalam
160 memberikan pelayanan terhadap pasien

Universitas Sumatera Utara


110

161 Peneliti menurut kakak apakah kendala dalam penerapan clinical


162 pathway di rumah sakit ini?
163 Informan kendala sejauh ini belum ada. Tetapi sepertinya masih
164 dibutuhkan beberapa tenaga medis dalam mengevaluasi clinical
165 pathway.
166 Peneliti Menurut kakak saran bagi rumah sakit ini terkait clinical
167 Pathway
168 Informan saran saya sih Membuat prosedur tetap tentang clinical pathway
169 kemudian Melakukan penataan terhadap formulir clinical
179 pathway yang ada di assembling menurut kelompok penyakit dan
171 diurutkan sesuai tanggal pasien keluar.
172 Peneliti Baiklah kakak, terimakasih atas keterangan dan waktunya.
173 Jika saya ada kurang informasi bolehkah saya berdiskusi lagi
174 Assalamualaikum kak
175 Informan Boleh kak, Walaikumsalam kak

Universitas Sumatera Utara


111

Informan : Informan 5
Tanggal wawancara : 16 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 14.00 Wib sampai pukul 15.00 Wib

Line
1 Peneliti Selamat pagi bu, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi FKM
2 USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway appendicitis
3 acute di rumah sakit , apakah apakah kakakbersedia?
4 Informan selamat pagi, iya kak boleh
5 Peneliti saya mulai bertanya ya kak
6 Informan iya kak tanya saja gapapa
7 Peneliti menurut kakak apa yang dimaksud dengan clinical pathway
8 Informan menurut saya clinical pathway itu merupakan salah satu alat
9 manajemen penyakit yang banyak dipakai merangkum setiap
10 langkah yang diberikan kepada pasien dan telah berkembang pesat
11 beberapa tahun belakang inikeperawatan yang berbasis bukti
12 dengan hasil yang terukurterutama sejak banyaknya laporan
13 penelitian yang menunjukan bahwa clinical pathway memiliki
14 potensi dalam mengurangi variasi pelayanan yang tidak perlu. Itu
15 saja sih
16 Peneliti berarti clinical pathway digunakan juga yang kak dalam
17 mendiagnossis suatu penyakit?
18 Informan iya kak berhubungan dengan diagnosa
19 Peneliti kira-kira di rumah sakit ini penyakit apa saja yang yang
20 menggunakan clinical pathway?
21 Informan appendisitis termasuk juga itu . Apenddisitis yang akut ya,
22 kemudianada juga stroke sama demam tifoid setahu kakak,
23 selebihnya lupa
24 Peneliti seingat kakak ada sekitaran berapa penyakit kak yang clinical
25 pathway nya sudah dierapkan dirumah sakit ini?

Universitas Sumatera Utara


112

26 Informan kuranglebihsekitar 5 dek yang sudah tetap. Kalau sayatidak


27 salah ada sekitar 10 penyakit yang disusun, namun yang sudah
28 berjalan sekitar 5 penyakit dek.
29 Peneliti Untuk pemilihan topik dalam menyusun clinical pathwayapa
30 kakak mengerti?
31 Informan setahu saya pemilihan topik untuk sebuah clinical pathway sebuah
32 kondisi klinik yang memiliki syarat sebagai berikut :high volume/
33 kasus terbanyak, high risk/ pelayanan berisikotinggi , high cost/
34 berbiaya tinggi problem prone/ mudah menimbulkan masalah dan
35 melibatkan bagian yang terlibat aktif dalam penanganan pasien.
36 Seperti itulah ya singkatnya
37 Peneliti yang saya tahu dirumah sakit ini yang sudah baik dalam
38 pelaksanaan clinical pathway nya penyakit apa kak
39 Informan Demam typoid kak , appendicitis pun ada itu yang saya tahu
40 Peneliti Dalam penyusunan dalam clinical pathway apendisitis akut apa
41 kakak mengetahuinya?
42 Informan yang saya ingat secara singkat ajaya, yang paling pertama itu
43 menentukan topik terlebih dahulu. Kemudian menentukan
44 penasihat multidisiplin. Kemudian menentukan pemeran, misalnya
45 gini dek pemberian dalam pemberian pelayanan terhadap
46 pasienapendisitis akut meliputi dokter umum, dokter spesialis
47 bedah, dokter penyakit dalam, dokter anestesi, perawat dan ahli
48 gizi yang ikut memberikan pelayanan kepada pasien apendisitis
49 akut. setelah itu melakukan kunjungan lapangan, dilakukan agar
50 dapat menilai sejauh mana pelayanan yang didapatkan oleh pasien.
51 setelah itu mencari beberapa sumber jurnal penelitian untuk
52 menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing di rumah
53 sakit,kemudian menelaah Pedoman praktik klinis ( PPK) . PPK
54 harus di-review setiap 2 tahun sekali, sehingga secara tidak
55 langsung pembuatan clinical pathway dapat meningkatkan
56 kepatuhan review PPK. setelah itu juga menetapkan desain clinical

Universitas Sumatera Utara


113

57 pathway serta pengukuran proses dan ouput dan yang paling


59 terakhir harus dilakukannya sosialisasi mengenai clinical pathway
60 dirumah sakit..
61 Peneliti untuk proses penerapannya kira-kira bagaimana kak?
62 Informan untuk penerapannya sudah berjalan dengan baik dek disini. Semua
62 dokter perawat dan tenaga medis yang berperan dalam clinical
63 pathway apendisitis akut juga sudah menerapkanclinical pathway
64 dengan baik.
65 Peneliti Apakah menurut kakak semua petugas sudah patuh terhadap
66 pelaksanaan clinical pathway?
67 Informan kalo soal patuh sih menurut kakak sudah dek. Tapi biasanya ada
68 beberapa dokter yang pernah terlambbat visite pasien apendisitis
69 keruangan, kemudian beda memberikan obat dengan ketentuan
70 clinical pathway
71 Peneliti Apakah ada sosialisasi untuk penggunaan clinical pathway di
72 rumah sakit untuk tenaga medis ataupun tenaga kesehatan ?
73 Informan ada dek kalo sosialisasi
74 Peneliti Pada saat dilakukan sosialisasi apakah semua petugas kesehatan
75 datang dalam acara sosisalisasi tersebut?
76 Informan tidak semuanya hadir dek, karena ada beberapa dokter memiliki
77 kepentingan lainnya. Ada juga petugas yang tidak hadir pada saat
78 dilakukan sosialisasi tersebut.jadi hanya beberapa saja yang ikut
79 dalam sosialisasi
80 Peneliti Biasanya kak dalam bentuk apa sosialisasi yang dilakukan
81 dirumah sakit terkait clinical pathway khususnya pada diagnosis
82 apendisitis akut
83 Informan biasa ada arahan dari komite medik dek perihal akandiadakannya
84 sosialisasi mengenai clinical pathway. Ntar dikasi tahu
85 ngumpulnya dimana. Seperti rapat biasa saja disuatu ruangan gitu.
86 Peneliti Kapan terakhir kali dilakukan sosialisasi kak?

Universitas Sumatera Utara


114

87 Informan kurang lebih sekitar 3 bulan yang lalu de


88 Peneliti Biasanya setiap berapa bulan sekali kak dilakukannyasosialisasi
89 mengenai clinical pathway ini?
90 Informan setahu kakak sekitar 3 bulan sekali kadang mau lewat dari 3 bulan
91 tergantung pihak komite medik aja dek kapan maumelakukan
92 sosialisasi, jadi ga bisa dipastikan itu per berapa bulannya
93 Peneliti Untuk penanggung jawab clinical pathway nya sendiri itu siapa
94 kak dirumah sakit ini?
95 Informan kalo disini ada case manager dek namanya. Nanti case manager
96 itu yang melakukan evaluasi ke ruangan-ruangan
97 Peneliti Kalau pelatihan gitu kak mengenai clinical pathway ada ga kak
98 diadakan di rumah sakit ini?
99 Informan kalau pelatihan khusus gitu didatangkan narasumber dari luar
100 belum pernah. Biasa pembicara kita disini dokter-dokter
101 yang sudah dapat pelatihan diluar yang menjadi pembicara pada
102 saat dilakukannya sosialisasi
103 Peneliti menurut kakak bagaimana ketersediaan SDM di rumah sakit ini?
104 Informan menurut saya sih sudah cukup. Gaperlu ada tambahansemua
105 mereka sudah bekerja sesuai dengan porsi mereka masing-masing
106 Peneliti bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dirumah sakit ini
107 dalam pelaksanaan clinical pathway.
108 Informan kalo untuk sarana dan prasarana sudah lengkap, sudahberjalan
109 dengan baik. Misalnya pada pasien apendisitis sudah ditangani
110 dengan baik sesuai dengan SOP berdasarkan clinical pathway
111 yang sudah ditetapkan di rumah sakit ini.
112 Peneliti Menurut kakak apakah dalam menjalankan tugas-tugas dirumah
113 sakit ,seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
114 Informan sudah dek, sudah melakukan berdasarkan SOP
115 Peneliti Untuk mengevaluasi berapa bulan sekali kak dilakukan
116 Informan kalo kakak ga salah sekitar setiap 3 bulan sekali dek. nanti ada dari

Universitas Sumatera Utara


115

117 tim kita yang mengevaluasi nya


118 Peneliti Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasan terhadap
119 pelaksanaan clinical pathway ini?
120 Informan menurut kakak selain pimpinan atas harus terus mengevaluasi
121 terhadap yang melaksanakan clinical pathway agar berjalan
122 dengan baik.
123 Peneliti Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway di rumah sakit
124 ini?
125 Informan menurut kakak clinical pathway itu bertujuan menetapkan standar
126 yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan
127 pemeriksaan klinik dan prosedur klinik lainnya dan memberikan
128 seluruh staf yang terlibat tujuan umum yang harus tercapai
129 dari sebuah pelayanan dan apa peran mereka dalam proses tersebut
130 Peneliti Menurut kakak apakah kendala atau hambatan dalam penerapan
131 clinical pathway di rumah sakit ini?
132 Informan faktor hambatan yang berhubungan dengan penerapan uji coba
133 clinical pathway adalah belum optimalnya kinerja case manager,
134 case management system belum diterapkan dengan baik,
135 komprehensif terkait penggunaan clinical pathway sehingga
136 mempengaruhi lancarnya proses pengembangan dan penerapan
137 uji coba clinical pathway.

138 Peneliti kira-kira apakah ada saran kakak mengenai kebijakan clinical
139 pathway?
140 lebih baik sering mensosialisasikan isi kebijakan clinical pathway
141 Informan kepada petugas yang memberikan pelayanan medis kepada pasien
142 agar tidak terjadi hambatan dalam pelaksanaan clinical pathway
143 Peneliti Baiklah kak tanya jawabnya sudah selesai, jika nanti saya
144 memerlukan informasi boleh kah saya bertanya lagi kepada
145 kakak?
146 Informan iya bolehlah boleh silahkan

Universitas Sumatera Utara


116

147 Peneliti baik kak, terimakasih atas waktu luangnya ya kak,


assalamualaikum kak
146 Informan Walaikumsalam

Universitas Sumatera Utara


117

Informan : Informan 6
Tanggal wawancara : 16 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 14.00 Wib sampai pukul 15.00 Wib

Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi FKM
2 USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway appendicitis
3 acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan iya selamat pagi kak, silahkan
5 Peneliti saya akan mulai bertanya ya kak, mohon waktunya sebentar ya
6 kak
7 Informan iya kak silahkan saja apa saja yang mau ditanyakan
8 Peneliti menurut kakak apa yang dimaksud dengan clinical pathway
9 Informan menurut kakak clinical pathway itu ketentuan suatu penyakit kan
10 kak yang disusun sesuai SOP nya kalo kakak tidak salah
11 Maksudnya begini misalnya clinical pathway pada apenddisiis
12 akut di rumah sakit ini, jadi clinical pathway nanti memberikan
13 cara bagaimanamengembangkan peddoman klinik yangada
14 kedalam protokol local dan clinical pathway itu sendiri juga
15 menyediakan cara untuk mengidentifikasi alasan terjadi sebuah
16 variasi yang tidak dapat diidentifikasi melalui audit klinik. yaa jadi
17 intinya panduan kita lah dalam menegakkan diagnosa,
18 pemeriksaan dan terapi suatu diagnosa
19 Peneliti berarti clinical pathway itu dapat membantu kita di dalam
20 mendiagnosa suatu penyakit ya kak
21 Informan iya kak bisa, jadi nanti kita melakukannya semua sesuai dengan
22 SOP yang telah dibuat
23 Peneliti Setahu kakak dirumah sakit ini penyakit apa saja yang sudah
24 menerapkan clinical pathway ?
25 Informan menurut kakak sih sudah mulai banyak kak. seingat kakak
26 memang salah satunya ya apendisitis akutini juga termasuk.

Universitas Sumatera Utara


118

27 Selain itu ada beberaa penyakit lainnyaseperti stroke dan fraktur


28 kalo kakak gak salah ya
29 Peneliti Ada berapa penyakit kak di rumah sakit ini yang sudah
30 menerapkan prosedur tetap clinical pathway
31 Informan sekitar ada 10 penyakit yang sudah dibuat prosedurtetap clinical
32 pathway nya. Mungkin sekitaran 4 atau 5 penyakit yang sudah
33 memang berjalan dengan baik
34 Peneliti untuk pemilihan topik clinical pathway apakah kakak mengerti
35 bagaimana saja proses nya?
36 Informan banyak tahapan yang dilakukan dalam menyusun clinical pathway
37 ini, salah satunya memang memilih topik dari clinical pathway itu
38 sendiri. untuk penerapan clinical pathway di rumah sakit dapat
39 meningkatkan kualitas pelayanan sehinggadiharapkan di setiap
40 rumah sakit pelayanan, sehingga diharapkan di setiap rumah sakit
41 dapatmelaksanakan clinical pathway yang sesuai standar . Jadi
42 dengan menggunakan clinical pathway dapat menurunkan lama
43 inap dan menurunkan angka kematian medis juga. Kalo untuk
44 pemilihan topiknya ada beberapa syarat dan yang digunakan salah
45 satunya kasus yang paling banyak, pelayanan yang beresiko tinggi,
46 biaya pelayanan yang tinggi dan melibatkan bagian mana yang
47 paling banyak terlibat dalam pelaksanaan pasien.
48 Peneliti Menurut kakak dirumah sakit iniberdasarkanclinical pathway
49 yang sudah baik diterapkan jenis penyakit apa kak?
50 Informan Kalau untuk itu sih menurut ssaya sudah cukup baik, hanya saja
51 pasti kadang ada kendala. Dokumen clinical pathway ini sedikit
52 ribet dan kadang susah di mengerti.
53 Peneliti Menurut kakak, bagaimana proses dalam penyusunan clinical
54 pathway mengenai apendisitis akut di rumah sakit ini kak?

55 Informan aduh saya kurang memahaminya lah kak, tapi ini kakak coba
56 mengingat ya hehe.. seingat saya itu seperti yang kaka tanyakan

Universitas Sumatera Utara


119

57 tadi, menentukan tema atau menentukan topik.Syarat-syaratnya


58 tadi uda saya jelaskan juga ya kak . Kemudian kita harus memilih
59 moderator atau fasilitator, setelah itu kita harus memilih siapa sih
60 orang yang paling berperan dalam clinical pathway ini. Misalnya
61 kita ambil contoh pada pasien apendisitis akut ya. Nah siapa saja
62 yang berperan dalam pelayanan penyakit apendisitis akut? ada
64 dokter umum, dokter spesialis bedah, dokter anestesi ahli gizidan
65 beberapa perawat yang ikut dalam pelayanan pada pasien
66 apendisitis akut. nah setelah itu, kita harus tetrjun kelapangan.
67 harus pantau bagaimana keadaan pasien selama inisudah
68 mendapakan pelayanan sesuai SOP apa belum.kemudian mencari
69 jurnal-jurnal penelitian yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan
70 masing-masing rumah sakit. Hal yang paling penting ituadalah
71 sosialisasi sih saya rasa. Nah kadang sosialisasi ini sering tidak
72 bisa selalu teratur dilaksanakan, susah mengatur jadwal agar
73 semua bisa hadir dan kadang ada nya ketidaksadaran beberapa tim
74 untuk selalu komitmen dalam pelaksanaan clinical pathway.
75 Kurang lebih seperti ini ya kak.

76 Peneliti untuk penerapannya dari clinical pathway itu sendiri apakah


77 suddah berjalan dengan baik kak? Khususnya pada pasien
78 apendisitis kak.
79 Informan sejauh ini sih dek semua penerapan sudah berjalan dengan baik.
80 Mungkin dari beberapa dokter masih ada yang kewalahan dalam
81 mengisi clinical pathway dikarenakan pasien kadang yang rame,
82 jadi dokter tidak lengkap ataupun lupa mengisinya. Nah jadi
83 sistem kami yang penting dokter melaksanakan clinical
84 pathwaynya dengan baik, semua kan tercatat di rekam medis, nah
85 untuk checklist nya nanti bagian tim komite medik aja
86 Peneliti Apakah menurut kakak semua petugas sudah patuh dalam
87 melaksanakan clinical pathway?

Universitas Sumatera Utara


120

88 Informan ya sejauh ini semua petugas kesehatan baik dokter, maupun


89 petugas medis lainnya yang melakukan pelayanan terhadap pasien
90 langsung sudah baik, tetapi kalau kepatuhan masih kurang sih kak,
91 kadang banyak tugas lain jadi clinical pathway ini sering lupa
92 ngisinya
93 Peneliti Apakah ada sosialisasi untuk penggunaan clinical pathway
94 di rumah sakit untuk tenaga kesehatan?
95 Informan kalo untuk sosialisasi ada sih kak, Cuma saya pun belum pernah
96 ikut karena waktunya tidak pas, tapi ya biasanya nanti dikasi tahu
97 pengumumannya sama pihak atasan kapan dilakukan
98 sosialisasinya
99 Peneliti Pada saat dilakukan sosialisasi apakah semua petugas kesehatan
100 datang dalam acara sosisalisasi tersebut?
101 Informan Ya itu tadi kak, tergantung juga.Kadang semua datang, kadang
102 tidak semua juga datang. Soalnya pengumumannya mau
103 mendadak dibuat oleh atasan, jadi petugas yang pada saat itu libur
104 atau ada kepentingan sebentar di luar rumahsakit tidak dapat
105 mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut.
106 Peneliti Biasanya kak dalam bentuk apa sosialisasi yang dilakukan
107 dirumah sakit terkait clinical pathway khususnya pada apendisitis
108 akut
109 Informan dikumpulkan aja disuatu ruangan dek, nanti ada narasumber yang
110 memberikan sosialisasi. Ataupun kadang sosialisasinya bukan
111 dikumpulkan seperti biasanya, hanya bagian komite atau mutu
112 datang ke ruangan untuk menjelaskan, jadi kadang masih belum
113 baik penerapan sosialisasi ini
114 Peneliti kapan terakhir kali dilakukan sosialisasi kak
115 Informan Lupa saya kak, karena saya pas ada sosialisasi tidak bs hadir
116 Peneliti Biasanya setiap berapa bulan sekali kak dilakukannya sosialisasi
117 mengenai clinical pathway ini?

Universitas Sumatera Utara


121

118 Informan tergantung komite medik dek ga nentu, kadang 3 bulan sekali
119 kadang juga 6 bulan sekali
120 Peneliti Untuk penanggung jawab clinical pathwaynya sendiri dirumah
121 sakit ini?
122 Informan Setiap bagian ada penanggung jawabnya masing-masing kak .
123 setiap ruangan juga ada
124 Peneliti Kalau pelatihan gitu kak mengenai clinical pathway ada diadakan
125 di rumah sakit ini?
126 Informan kalo untuk pelatihan khusus clinical pathway ke petugas kesehatan
127 sih sejauh ini belum ada kayaknya kak,biasa dokter disini aja yang
128 memberi tahu bagaimana pengaplikasian clinical pathway pada
129 pasien
130 Peneliti menurut kakak bagaimana ketersedian sumber daya manusia
131 (SDM) di rumah sakit ini?
132 Informan menurut saya pribadi sih disini masih kurang kak, apalagi kalo
133 pasien rame, masih kekurangan tenaga medis karena disini
134 petugasnya ganti-ganti. banyak yang berkerja 2 bulan nanti masuk
135 bulan ke 3 pada resign. Jadi kita susah mau kerja, harustraining
136 lagi ke orang baru.
137 Peneliti bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana di rumah
138 sakit ini?
139 Informan menurut saya sih disini sarana da prasarana sudah cukup baik.
140 Semuanya sudah terpenuhi. Untuk pemeriksaan laboratorium ddan
141 pemeriksaan penunjang juga sudah terpenuhi dengan baik kok.
142 Peneliti Menurut kakak apakah dalam menjalankan tugas dirumah sakit
143 seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
144 Informan mudah-mudahan semua sudah melakukan sesuai dengan SOP dek.
145 Soalnya mereka dipantau juga, tetap di evaluasi melakukan
146 pelayanan sesuai dengan SOP, agar meningkatkan mutu pelayanan
147 terhadap pasien yang membutuhkan perawatan medis.

Universitas Sumatera Utara


122

148 Peneliti Untuk mengevaluasi berapa bulan sekali kak dilakukan


149 Informan Lupa sih, pokoknya setiap tahun ada lah itu
150 Peneliti Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasanterhadap
151 pelaksanaan clinical pathway ini?
152 Informan menurut saya sih peran atasan sangat berpengaruh yaa, soalnya
153 kan pihak atasan yang kasih sosialiasi jadi mereka sangat berperan
154 dalam pelaksanaan clinical pathway ini. Apalagi clinical pathwy
155 ini syarat agar rumah sakit terakreditasi juga
156 Peneliti Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway
157 di rumah sakit ini?
158 Informan persepsi kakak tentang clinical pathway ini ya menurut saya harus
159 lebih ditingkatkan lagi kepatuhan dalam melaksanakan clinical
160 pathway ya.
161 Peneliti Menurut kakak apakah kendala atau hambatan dalam penerapan
162 clinical pathway di rumah sakit ini?
163 Informan menurut saya sih kenala disini karena sumber daya yangmasih
164 kurang kemudian belum optimalnya kinerja case manger, case
165 management system belum diterapkan dengan baik juga disini dek,
166 udah gitu pelatihan-pelatihan mengenai clinical pathwayjuga harus
167 dilakukan sehingga dapat memperlancar proses pengembangan
168 dari penggunaan clinical pathway itu sendiri.
167 Peneliti kira-kira kakak apakah ada saran mengenai clinical pathway ini?
168 Informan sarannya lebih ditingkatkan aja lagi sumber daya manusia nya agar
169 tidak kewalahan pada saat pasien banyak dan sistem management
170 dalam penerapan clinical pathwaymasih perlu di evaluasi lagi, itu
171 saja..
172 Peneliti baik kak terimakasih banyak atas waktu luang nya
173 sekiranya saya membutuhkan informasi kembali, apakah
174 kakak berkenan saya hubungi lagi?
175 Informan iya kak silahkan nanti boleh hubungin saya aja lagiya

Universitas Sumatera Utara


123

176 Peneliti baik kak terimakasih banyak kak, assalamualaikum


177 Informan Walaikumsalam

Universitas Sumatera Utara


124

Informan :
Informan 7 Tanggal
wawancara : 17 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 10.00 Wib sampai pukul 11.00 Wib

Line
1 Peneliti Selamat siang dokter perkenalkan saya rachmawati mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit apakah dokter bersedia?
4 informan iya selamat siang dek, silahkan
5 Peneliti baik dokter, izin dok saya akan memulai beberapapertanyaan
6 mengenai clinical pathway ya dok,menurut dokter apakah yang
7 dimaksud dengan clinical pathway?
8 informan baik, menurut saya clinical pathway itu adalahsuatu pendekatan
9 multidisiplin berbasis bukti yangyang menjelaskan tahapan–
10 tahapan penting dalam memberikan pelayanan terhadap pasien

11 Peneliti menurut dokter manfaat dari clinical pathway ini sendiri dok?
12 informan kalo manfaat banyak sekali ya manfaat yang bisakita dapatkan dari
13 clinical pathway ini. Salah satu manfaatnya dapat mengurangi
14 variasi penyakit klinis kemudian juga dokumentasi dalam riwayat
15 kesehatan.
16 Peneliti menurut dokter apakah dalam mendiagnosis semua penyakit
17 membutuhkan clinical pathway?
27 Peneliti Menurut dokter penyakit apa saja yangsudah diterapkan di rumah
28 sakit ini?
28 informan Saya kurang tau sih kalau ini , setau saya clinical pathway
29 diperlukan untuk beberapa kasus yang memiliki high risk.
30 Peneliti untuk pemilihan topik clinical pathway apakah doktermengerti
31 bagaimna prosedur nya dok?
32 informan Itu tadi ya setau saya untuk pemilihan topik yang dipilih terutama
33 yang bersifat high risk terus kalau tidak salah berdasarkan high

Universitas Sumatera Utara


125

34 cost juga.Dapat pula dipilih kasus-kasus yang


35 mempunyai gap yang besar antara biaya yang dikeluarkandengan
36 tarif INA CBG‟s yang telah ditetapkan tergantung kasusnya juga
37 kurang lebih seperti itu
38 Peneliti untuk penerapannya sendiri apakah sudah diterapkan dengan baik
39 dok? Khususnya untuk apendisitis akut dok.
40 informan untuk penerapan saya rasa sih sudah berjalan dengan baik di
41 rumah sakit ini.
42 Peneliti Apakah menurut dokter semua petugas sudah patuh
43 dalam melaksanakan clinical pathway?
44 informan semua petugas kesehatan baik dokter, maupun petugas medis
45 lainnya yang melakukan pelayanan terhadap pasien langsung
46 sudah patuh terhadap clinical pathway.
47 Peneliti Apakah ada sosialisasi untuk penggunaan clinical pathway
48 di rumah sakit untuk tenaga kesehatan?
49 informan sosialisasi ada kok dan diusahakan selalu lakukan
50 sosialisasi,kadang saya juga sebagai pembicara dalam sosialisasi
51 clinical pathway disini
52 Peneliti Pada saat dilakukan sosialisasi apakah semua petugas kesehatan
53 datang dalam acara sosisalisasi tersebut?
54 informan wah ini saya kurang tahu, kadang saya juga tidak bisa hadir
55 didalam pertemuan dan sosialisasi karena saya banyak kegiatan,
56 kadang operasi pasien appendicitis ada yang cito.
57 Peneliti maaf dokter, biasanya sosialisasi ddilakukan dalam bentuk apa ya
58 dok? maksudnya diadakan rapat pertemuan atau gimana dok?
59 informan Kalau saya kemarin pas jadi pembicara diberi tahu oleh pihak
60 komite medik mengenai materi yang harus saya sampaikan dan
61 kapan dilakukan sosialisasinya
62 Peneliti kapan terakhir dilakukan sosialisasi dokter?
63 informan Saya jadi pembicara tahun lalu sih, mungkin ada lagi ya, tapi saya

Universitas Sumatera Utara


126

64 tidak bisa hadir.


65 Peneliti Menurut dokter perlu gak dilakukansosialisasi mengenai clinical
66 pathway dok?
67 informan Perlu sih, saya juga perlu berdiskusi dengan teman sejawat saya
68 yang lain mengenai penatalaksaaan terapi dan sebagainya
69 Peneliti siapakahyang bertanggung jawab atas pelaksanaan clinical
70 pathway inidok?
71 informan Untuk bagian bedah saat ini saya, trs kalau bagian lain juga ada
72 Cuma saya gak ingat. Bagian atas yang pasti tau tuh.
73 Peneliti menurut dokter bagaimanakah SDM di rumah sakit ini?
74 informan menurut saya sih masih perlu ditambah untuk sumber daya
75 manusianya
76 peneliti Menurut dokter sumber daya apa yang perlu di tambah?
77 informan Mungkin bagian clinical pathwaynya ini harus ada tersendiri ya,
78 jadi pelaksanaannya akan lebih terarah
79 Peneliti Untuk ketersediaan sarana dan prasarana nya bagaimana dok?
80 Apakah menurut dokter sudah lengkap dan terpenuhi dalam
81 pelayanan pasien?
82 informan Kalau lengkap sih udah yaaa , tapi saya rasa perlu adanya
83 pembaruan alat-alat untuk penunjang diagnosis.
84 Peneliti Menurut dokter apakah dalam menjalankan tugas dirumah sakit
85 seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?

87 Kalau ini harus sih, semua tindakan medis harus dijalankan sesuai
88 informan dengan SOP yang ada, bahkan kalau clinical pathway tidak ada
89 pun SOP harus tetap dijalankan dengan baik.
90 Biasanya ada tim yang mengevaluasi gak dokter? Kalau ada
91 Peneliti biasanya dilakukan dalam berapa bulan sekali dok?
92 informan Ada sih. Saya juga sering di ingatkan untuk melaksanakan atau
93 pengisiannya juga. Kalau kapan2nya saya lupa

Universitas Sumatera Utara


127

94 Peneliti Bagaimana persepsi dokter terhadap peran atasanterhadap


95 pelaksanaan clinical pathway ini?
96 informan atasan itu sangat berperan penting terhaddap pelaksanaanclinical
97 pathway. Terus memberikan motivasi dan dorongan agar petugas
98 kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien optimal
99 dalam melayani pasien.
100 Peneliti Bagaimana persepsi dokter tentang clinical pathway
101 di rumah sakit ini?
102 informan persepsi saya ya harus tetap dievaluasi sehingga diharapkan
103 clinical pathway yang dijalankan bukan hanya sesuai standar,
104 namun juga dengan kualitas terbaik dandapat memberikan
105 kontribusi yang bermakna terhadap peningkatan indikator mutu
106 proses pelayanan dirumah sakit ini untuk mewujudkansistem
107 pelayanan apendisittis akut yang terorganisir dan berkualitas
108 sehingga memenuhi kepuasan pasien.
109 Peneliti Menurut dokter apa sajakah kendala dalam pelaksanaan clinical
110 pathway?
111 informan sumber daya nya saja yang harus ditambah sehingga dapat
112 menghambat pelaksanaan clinical pathway.
113 Peneliti apakah dokter memiliki saran dok mengenai clinical
114 pathway di rumah sakit ini dok?
115 informan saran dari saya adanya tim khusus yang mengawasi
116 jalannyapelaksanaan clinical pathway dan dokumentasiclinical
117 pathway sehingga banyak data yang dapat dianalisis
118 melaluidokumentasi yang lengkap.kemudian melakukan evaluasi
119 rutin terhadap implementasi clinical pathway terutama dalam hal
120 kepatuhan dan variasi.
181 Peneliti baik dokter tanya jawabnya sudah selesai, terimakasih
182 banyak atas waktu luangnya dokter.
183 informan iya sama-sama

Universitas Sumatera Utara


128

Lampiran 4. Matriks analisa data hasil wawancara informan

ANALISI IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY APPENDICITIS AKUT DI RSU MITRA SEJATI


KOTA MEDAN TAHUN 2019

1.
Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P3 : bulan yang lalu kayaknya , 86-91 Sosialisasi Waktu nya tidak menentu Waktu Sosialisasi
kalau untuk itu kadang gak bisa tergantung Yang hadir sedikit pelaksanaan clinical
ditentukan,tergantung kebutuhan kebutuhan Sosialisasi pathway
saja, apalagi kan kadang disini yang tidak appendicitis
tenaga medis atau karyawan menentu akut belum
sering juga berganti-ganti, nah berjalan dengan
jadi kalau ada yang baru masuk optimal
kerja dan belum paham tentang
clinical pathway, biasanya nanti
kita ajarkan juga. Kalau ada
pergantian kita tetap buatlah
pokoknya. Kita cari waktu yang
pas.

P23 : disini biasanyadilakukan 102-107 Waktu sosialisasi


3 bulan sekali kadang 6 bulan tidak menentu
sekali tidak menentu dek.
Tergantung pihak komite medik
aja.belum lagi petugas kesehatan
disini sering ganti-ganti jadi

Universitas Sumatera Utara


129

harus sering dilakukan


sosialisasi, jadi mana petugas
yang belum mengerti mengenai
clinical pathway jadi mengerti
apa-apasaja yang seharusnya
mereka terapkan.

P17 : Seharusnya memang harus 113-117 Tenaga medis yang Peserta sosialisasi yang
dilakukan 6 bulan sekali ya dek, berganti-ganti. hadirsedikit
tapi disini kadang tidak
menentu. Kadang dilakukan
sosialisasi sesuai kebutuhan
saja.Soalnya disini juga tenaga
medisnya suka berganti-ganti,
jarang ada yang masuk jadi
harus sering dilakukan
sosialisasi ulang mengenai
clinical pathwaynya

P4 : Cuma dokternya kemaren 94-97 Dokter yang ikut


pernah ikut pelatihan audit pelatihan yang
medis clinical pathway diluar, memberikan
kemudian dia nanti yang sosialisasi
memberikan ilmu dari yang dia
dapat sewaktu dia mengikuti
pelatihantersebut

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


130

Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori SubTema Tema


P28: kalau pelatihan khusus gitu 99-102 Pelatihan khusus tidak Tidak pernah
didatangkan narasumber dari luar ada, dokter mengikuti dilakukan pelatihan
belum pernah. Biasa pembicara kita pelatihan diluar Hanya sosialisasi,
disini dokter-dokter yang sudah dapat Sosialisasi di
pelatihan diluar yangmenjadi pembicara sampaikan oleh
pada saat dilakukannya sosialisasi. dokter rumah sakit
juga
jumlah staf
P4: kalau sosialisasi kita kumpulkan 78-83 Tidak semua hadir saat medis dan
jugalah sekalian rapatkan kadangtapi sosialisasi. dokter yang
gak semua bisa hadir, ada juga yang hadir saat
berhalangan, makanya kadang saya kasi sosialisasi
tau nuga cara pengisian tadi ke ruangan sedikit
kalau saya da waktu. Kemaren itu ada
juga kami buat pakarnya tapi yadari
orang rumah sakit ini, kayak ahli atau
spesialisnya lah yang jadi narasumber

P9: Tergantung dek, biasanya untuk 82-86 Masih ada kendala


petugas kesehatan diwajibkan hadir, sehingga sosialisasinya
tapi ya kek gitulah masih adabeberapa kurang.

(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
131

PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema


yang tidak mengikuti. Mungkin ada
kendala ya dek atau ada kunjungan
tugas di luar rumah sakit. kalau di
rumah sakit belum ada kita datangkan
sih, jadi masih kurang juga
sosialisasinya.

P39 : wah ini saya kurang tahu, kadang 90-95 Tidak bisa hadir saat
saya juga tidak bisa hadir didalam sosialisasi karena
pertemuan atau sosialiasasi karena saya banyak kegiatan.
banyak kegiatan, kadang operasi pasien
appendicitis ada yang cito.

P10 : Tidak jelas dek, kapan ada 54-57 Waktu tidak jelas,
waktunya. Karena waktu untuk kita banyak yang tidak hadir
sosialiasi harus disesuaikan juga.
Sering ada juga yang berhalangan
hadir. Tergantung pihak komite medik
juga kapan mereka ingin melakukan
sosialisasinya.

P34 : Ya itu tadi kak, tergantung Pengumuman


juga.Kadang semua datang, kadang mendadak
tidak semua juga datang. Soalnya 101-105
pengumumannya mau mendadak
dibuat oleh atasan, jadi petugas yang
pada saat itu libur atau ada kepentingan
sebentar di luar rumah sakit tidakdapat
mengikuti kegiatan sosialisasitersebut.

Universitas Sumatera Utara


132

(bersambung)
2.
Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P4 : Mengenai ketersediaan tenaga Pegawainya masih sering Sumber daya Kurangnya Kurangnya
kesehatannya sih sudah cukup,Tetapi 107-115 berganti-ganti. sudah masih ketersediaan Sumber daya
kalau kalau untuk clinical pathway kan kurang sumber daya yang
itu perlu di audit juga kan nah itu yang manusia dalam mendukung
belum ada, ibaratnya lah kan bagian pelaksanaan implementasi
khusus untuk clinical pathway ini audit program clinical
masih belum ada, untuk audit sendiri clinical pathway
clinical pathway ini masih bagian pathway appendicitis
komite medis dan mutu yang akut
mengaudit nya, udah gitukan kadang
pegawai banyak yang ganti-ganti juga
jadii kadang sewaktu ada pegawai yang
resign maka kurang lah pasti SDMnya,
tapi itu biasanya gak lama kok ,karena
kita pasti cari secepatnya pengganti
kalau ada yangresign.
Kurangnya
P17 : SDM dirumah sakit ini sudah 129-132 Belum ada tim khusus Tim audit ketersediaan
cukup, hanya saja untuk clinical untuk clinical pathway khusus clinical sarana dan
pathway belum ada tim prasarana
pathway tidak
khusus,sementara clinical pathway ini untuk
perlu di evaluasi kembali dan harus ada mendukung
dibuat timnya sendiri agar dapat di impleentasi
audit denganbaik. clinical
pathway

(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
133

P1 : Mengenai SDM di rumah sakit ini 97-100 Masih butuh penambahan


sudah cukup. Tetapi untuk petugas
menganalisis clinical pathway nya
masih butuh penambahan lagi. Masih
harus di evaluasi kembali.Biasa nanti
bagian komite nya yang melakukan
evaluasi dek.
alat kesehatan
P5 : Kalau untuk itu sih kita sesuaikan 118-123 Pemeriksaan sesuai
aja, misalnya pasien appendicitis dengan kebutuhan pasien untuk
membutuhkan pemeriksaan apa, kita menegakkan
sesuaikan ada sama yang ada dirumah diagnosa sudah
sakit, kalau untuk appendicitis biasanya tersedia
itu ada pemeriksaan Lab atau USG nah
kalau itu sih udah ada pastinya, kalau
ketersediaan obat juga kita
menyesuaikan yang ada saja

P10 : menurut saya sih sudah cukup 138-145 Farmasih masih ada susah
lengkap untuk sarana dan prasarana menyatukan terapi antar
cukup kak, hanya saja kalau untuk dokter.
farmasi ya masih ada sih beberapa
terapi yang susah menyatukannya,
misalnya dokter ini mau terapi ini
dokter yang lain mau yang lain lagi,
kadang susah menyediakannya, tapi
kaloappendicitissihkarenaada
pemberianantibiotic

(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
134

Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema


biasanya selalu ada. Cuma kalo ada
terapi tambahan misalnya vitamin atau
salep kadang suka gak semua yang di
resepin dokter ada

P17 : Sarana dan prasarana mudah- Sarana dan prasara Ketersediaan


mudahan sudah dek. Nanti disesuaikan 135-139 disesuaikan dengan sarana dan
dengan penerapan clinical pathway. diagnosa prasarana
Misalkan untuk apendisittis akut. Pada pendukung
pasien tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan USG dan
pemberian terapi tetap di berikan sesuai
aturan dari clinical pathway

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


135

3.
PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P27 : beda memberikan obat dengan 67-69 Pemberian obat yang Tidak memberikan Kepatuhan Kurangnya
ketentuan clinical pathway berbeda terapi sesuai dengan dokter dalam komitmen
yang telah memberikan dalam
ditetapkan terapi kurang implementasi
sesuai dengan clinical
P9 : Untuk hal pemeriksaan dan terapi 65-66 Pemeriksaan dan clinical pathway
kadangpun masih ada beberapa yang terapi tidak sesuai pathway appendicitis
kurang sesuai, hanya sedikit saja tapi akut di
rumahsakit.
P6 : Saya rasa kendalanya adalah 146-153 Ketidakpatuhan dalam Clinical pathway Lembaran
komitmen dari seluruh staff yang pengisian clinical yang Tidak lengkap Clinical
bertugas, masih ada ketidakpatuhan pathway diisi oleh dokter pathway tidak
dalam pengisian clinical pathway, Lembaran linical diisi secara
sehingga komunikasi menjadi hal pathway lupa di isi lengkap
pokok yang harus dijalankan. Semua
informasi mulai dari cara pengisian ,
pemilihan topik harus di diskusikan
kembali. dan berganti-gantinya staff
juga terkadang menjadi masalah,
karena harus menjelaskan kembali dari
awal tentang clinical pathway ini agar
mereka mengerti dan bisa
menerapkannya denganbaik.

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


136

P33: Mungkin dari beberapa dokter 80-82 Dokter kewalahan Jumlah pasien yang
masih ada yang kewalahan dalam banyak
mengisi clinical pathway dikarenakan
pasien kadang yang rame, jadi dokter
tidak lengkap ataupun lupa mengisinya

P34 : Tetapi kalau kepatuhan masih 90-92 Kepatuhan masih


kurang sih kak, kadang banyak tugas kurang
lain jadi clinical pathway ini sering
lupangisinya.

Universitas Sumatera Utara


137

4.
PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P2 : Proses penyusunan itu sebenernya 36-51 Pedoman Penyusunan clinical Dasar Struktur
berawal dari PPK dek, Pedoman Praktik penyusuan pathway pemilihan birokrasi yang
clinis kemudian dibuat lah kedalam format clinical penyakit mendukung
clinical pathway, nah seluruh tenaga medis pathway untuk implementsi
ikut andil dalam penyusunan ini dan kita pembuatan clinical
diskusikan bersama-sama dek, kita clinical pathway
kumpulkan masing-masing dokter per- pathway appendicitis
KSM , dikumpulkan untuk membuat akut
clinical pathway ini, tenaga medis seperti
perawatnya, bagian gizi juga sama farmasi
pun juga ikut kita buat dengan berdiskusi
sesuai dengan pedoman yang udah ada
tadi. Memang gitulah dek agak panjang
dan ribet prosesnya tetapi harusdijalankan
Tidak semua
P2 : hanya 5 penyakit itu saja dan di ambil 29-31 diagnose penyakit
dari 10 penyakit terbesar dan telah di 5 penyakit mempunyai Clinical
sepakati bersama sewaktu rapat dengan yang telah di pathway Sepuluh
komite medik sepakati penyakit terbesar
yang dibuatkan
clinical pathway .

(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
138

Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema


P8: Iya hanya sekitar 5 penyakit 5 penyakit saja yang Hanya lima penyakit
saja yang sudah berjalalandengan 27-30 sudah berjalan yang sudah berjalan
baik, hal ini kita komunikasikan
pada saat rapat dengan komite
medic,pada saat rapatpun gak
semua divisi hadir jadi yang bisa
kita terapkan saat ini hanya 5
penyakit saja

P2 : Ada demam tipoid, DHF, 29-31 Jenis-jenis clinical


appendicitis acute, terus apa lagi pathway
yaaa, oh ini dek stroke sama
fraktur dek satulagi
Penentuan topik
P2 : setahu saya pemilihan topik 31-36 Pemilihan topik berdasarkan kasus
untuk sebuah clinical pathway jumlah terbanyak,
sebuah kondisi klinik yang resiko tertinggi dan
memiliki syarat sebagai berikut biaya tertinggi dan
:high volume/ kasus terbanyak, problem prone.
high risk/ pelayananberisikotinggi
, high cost/ berbiaya tinggiproblem
prone/ mudah menimbulkan
masalah dan melibatkan bagian
yang terlibat aktif dalam
penanganan pasien. Sepertiitulah

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


139

PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema


ya singkatnya.

P2 : Proses penyusunan itu 36-51 Prosespenyusunan Pembuatan Format Proses


sebenernya berawal dari PPK dek, clinical pathway clinical pathway terbentuk nya
Pedoman Praktik clinis kemudian dibuat berdasarkan clinical
dibuat lah kedalam format clinical standar medis pathway
pathway, nah seluruh tenaga medis nasional
ikut andil dalam penyusunan ini Rapat dengan
dan kita diskusikan bersama-sama seluruh tim yang
dek. Jadikan nanti ada rapat dengan terlibat
bagian komite medic teruskan nanti
ada sumbernya contohnya kayak
pertama dari penyakit dalam kita
kumpulkan dokter penyakit
dalamnya, jadi masing-masing
dokter juga memberikan saran
misalnya ini perlu ditambahkan
pemeriksaannya atau terapinya gitu
dek. Per KSM lahdek dikumpulkan
untuk membuat clinical pathway
ini, tenaga medis kek perawatnya
juga, bagian gizi juga sama farmasi
pun juga ikut kita buat dengan
berdiskusisesuai
dengan pedoman yang udahada

(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
140

PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema


tadi. Memang gitulah dek agak panjang
dan ribet prosesnya tetapi harus
dijalankan , apalagi menyatukan
pendapat itu biasa paling susah, kadang
kurang komunikasi jugalah kan sesama
tenaga medis pun kadang suka salah
paham.

P8 : Jadi memang dibuat berdasarkan 36-45 Standart pembuatan dalam


ilmu praktik kedokteran yang ada di clinical pathway
rumah sakit sesuai dengan standart.
Standart tersebut meliputi Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran (
PNPK) dan SPM ( Standar Pelayanan
Medis). PNPK merupakan standar
pelayananan kedokteran yang bersifat
nasional dan dibuat serta diterapkan
oleh pimpinan pelayanan kesehatan,
selanjutnya pihak rumah sakit sebagai
pemberi pelayanan kesehatan perlu
menyusun langkah pelayananyang
lebih

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


141

PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema


detail yang diberikan kepada masing-
masing pasien berdasarkan PNPK dan
SPO yang diwujudkan dalam clinical
pathway

P26 : setahu saya pemilihantopikuntuk 32-36 Pemiliham topik sebuah


sebuah clinical pathway sebuah kondisi clinical pathway
klinik yang memiliki syarat sebagai
berikut :high volume/ kasus terbanyak,
high risk/ pelayanan berisikotinggi ,
high cost/ berbiaya tinggi problem
prone/ mudah menimbulkan masalah
dan melibatkan bagian yang terlibat
aktif dalam penanganan pasien.

P14 : terutama yang bersifat high 37-38 Bersifat high risk,volume


volume, high cost, high risk dan risk dan problem prone
problem prone

P5 : Menurut saya sih semua sudah 125-128 SOP sudahberjalanbaik Sop sudah di Penerapan
menjalankan sesuai dengan SOP, nah jalankan sesuai SOP
untuk melihat berjalan atau denganprosedur
kepatuhannya ada tim-tim yang audit
juga kok.

(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
142

P11 : Sudah dek. Mudah-mudahan 121-123 SOP sudahsesuai


sejauh ini sudah dilakukansesuai

Universitas Sumatera Utara


143

Lampiran 5. Dokumentasi

bersama sekretaris komite medik

Bersama Ka. Instalasi gizi

Bersama staff Bagian farmasi

Universitas Sumatera Utara


144

Bersama Perawat di Bagian Bedah

Bersama Case Manager dan Sekretaris Komite Medik

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai