TESIS
Oleh
RACHMAWATI BR SARAGIH
NIM. 157032155
TESIS
Oleh
RACHMAWATI BR SARAGIH
NIM. 157032155
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Tesis
Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Analisis
Medan Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Rachmawati Br Saragih
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Clinical pathway merupakan bagian penting tools dan dokumen dirumah sakit
yang menjadi syarat akreditasi pada rumah sakit. Clinical pathway di rumah sakit
Mitra Sejati Medan sejauh ini sudah berjalan sebanyak 5 daftar penyakit salah
satunya adalah appendicitis akut. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi
implementasi clinical pathway appendicitis akut di rumah sakit umum mitra
sejati. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan
pada bulan September 2019 – April 2020 di RSU Tipe B milik Swasta ( Mitra
Sejati). Metode pengumpulan data adalah melalui wawancara mendalam dengan 7
informan, observasi langsung dan dokumen. Hasil penelitian mendapatkan 4 tema
yaitu 1) sosialisasi clinical pathway appendicitis akut belum berjalan dengan
optimal 2) kurangnya Sumber daya yang mendukung implementasi clinical
pathway appendicitis akut 3) Kurangnya komitmen dalam implementasi clinical
pathway appendicitis akut 4) Struktur birokrasi yang mendukung implementasi
clinical pathway appendicitis akut belum optimal. Implementasi clinical pathway
pada RSU sudah cukup baik akan tetapi perlu di evaluasi secara rutin agar dapat
berjalan dengan optimal. Rumah sakit diharapkan membuat kebijakan salah
satunya memberikan pelatihan terhadap komponen dan staff didalam unit tersebut
sehingga clinical pathway dapat di implementasikan denganoptimal.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Clinical pathway is the important part of the hospital's tools and documents which
become a prerequisiter for the hospita‟s accreditation. Clinical pathway in Mitra
Sejati has had the list of 5 (five)diseases and one of them is acute appendicitis.The
Objective research was to explore the implementation of clinical pathway for
acute appendicitis in Mitra Sejati Hospitals. The research use qualitative method.
It was done at RSU Type B owned by a private company ( Mitra Sejati ) From
September 2019 until April 2020. The data were gathered ny conducting in-depth
interviews with 7 (seven) informants, direct observation and documentation. The
results of the recearsh showed yhat there were 4 (four) themes 1) socialization of
clinical pathway of acute appendicitis wass not carried optimally 2) lack of
competent human resources to support it, 3) Lack of commitment in timplementing
it, and 4) bureaucratic structure in supporting it was not optimal.. although is
implementation in Mitra Sejati hospital was good, it needs to be evaluated
regurarly to make more optimal. It is also recommended that the hospital
managemenrt provide training for all staffs in this unit so that clinical pathway
can be implementedoptimally.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis
penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang tercinta
yaitu Ayah H. Hotman Saragih dan Ibu Hj. Devi Amina Purba yang selalu
Terima kasih atas doa, kasih sayang, serta dukungan yang telah papa dan mama
berikan setiap saat. Terima kasih juga kepada Ali Akbar Velayafi Siregar S.H atas
doa dan dukungannya. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Ir. Etti Sudaryati M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Utara sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan
vi
Universitas Sumatera Utara
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program
5. Dr. Siti Saidah Nst., S.Kp., M.Kep.. Sp.Mat. selaku Dosen Pembimbing II
6. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D. Dosen Penguji II yang telah
7. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai di FKM USU yang telah banyak membantu
8. Direktur RSU Mitra Sejati Medan beserta seluruh staf yang telah
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk
itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
Rachmawati Br Saragih
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Riwayat Hidup xiv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 9
Tinjauan Pustaka 10
Clinical pathway 10
Pengertian clinical pathway 10
Tujuan clinical pathway 11
Pengembangan clinical pathway 11
Format clinical pathway 13
Komponen clinical pathway 14
Kelebihan clinical pathway 14
Kekurangan clinical pathway 15
Keberhasilan clinical pathway 15
Kegagalan clinical pathway 16
Evaluasi clinical pathway 16
Appendicitis 20
Definisi appendicitis 20
Epidemiologi appendicitis 21
Patofisiologi 21
Manifestasi 22
Klasifikasi 22
Pemeriksaan penunjang 25
Penatalaksanaan 26
Implementasi 27
Pengertian implementasi 27
Implementasi kebijakan 27
Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan 28
ix
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit 35
Pengertian rumah sakit 35
Tugas dan fungsi rumah Sakit 35
Jenis rumah sakit 36
Landasan Teori 37
Kerangka Berfikir 37
Metode Penelitian 38
Jenis Penelitian 38
Lokasi dan Waktu Penelitian 38
Informan Penelitian 38
Definisi Konsep 39
Metode Pengumpulan Data 40
Metode Analisis Data 41
Daftar Pustaka 79
Lampiran 83
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Karateristik Informal 46
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka berfikir 37
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
3 Transkip Wawancara 86
4 Matriks 128
xiii
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
merupakan anak tunggal dari pasangan ayah H. Hotman Saragih dan Ibu Hj. Devi
Amina Purba.
Bangun Purba dan lulus pada Tahun 2006, SMP Swasta Al-Azhar Medan dan
lulus pada Tahun 2008, SMA Swasta Al-Azhar Medan dan lulus pada Tahun
Sumatera Utara dan lulus pada Tahun 2015, selanjutnya melanjutkan kuliah di
Rachmawati Br Saragih
xiv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
terpadu yang digunakan di rumah sakit pada saat ini. Clinical pathway
penting dari pelayanan kesehatan dari awal pasien masuk hingga pasien
indonesia menjadi salah syarat yang harus dipenuhi dalam standar akreditasi
rumah sakit versi Komite Akreditsi Rumah Sakit (KARS) 2012. Clinical
optimal dalam perawatan, terarah dan memiliki waktu yang tepat dalam
kendali mutu dan kendala biaya bagi pasien dengan kondisi medis tertentu.
1
Universitas Sumatera Utara
2
asuahn kepada pasien/tindakan yang tidak perlu, kurang efekgtif dalam hal
dan harus sesuai dengan standar yang telah ada. Adanya pelayanan yang
terstruktur maka pelayanan dirumah sakit dapat dijaga agar tetap berkualitas.
rumah sakit tidak terlepas dari berbagai masalah, salah satunya adalah
dapat berperan secara optimal dalam kendali mutu dan kendali biaya di rumah
sakit serta bukan hanya sekedar dokumen kertas yang menjadi prasyarat
atau kegagalan suatu implementasi adalah: 1) sumber daya. Sumber daya yang
Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, sarana dan
berbentuk seperti jari dan sempit yang bercabang dari bagian pertama usus
besar pada bagian kanan perut. Walau usus buntu adalah organ yang tidak
buntu akut adalah penyebab utama dari operasi perut di seluruh dunia dan
merupakan salah satu operasi darurat yang sering dilakukan di seluruh dunia.
Batasan apendisitis akut adalah apendisitis yang terjadi secara akut yang
jam (Dorland, 2000). Apendisitis akut yang tidak mendapat pelayanan dan
bahwa apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa
darinya adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total
118 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Beberapa hasil survei di dunia
melaporkan kasus Apendisitis akut menjadi salah satu penyakit yang sering
ditemukan pada kasus gawat darurat dengan sekitar 250.000 kasus (Deng,
David, & Chang, 2010). Angka insiden apendisitis di negara asia, Amerika
selatan, Timur tengah leih tinggi dibandingkan dengan Negara barat (Ferris,
total kejadian 30.703 kasus dan 234 jiwa yang meninggal akibat penyakit ini.
hitungan tiga jam karena risiko akan meningkat dengan bertambahnya waktu
(Busch, Gutzwiller, & Aellig, 2011). Salah satu metode yang dapat
pasien apendictis akut komplikasi di cina. Clinial pathway (CP) pada awalnya
komplikasi clinical pathway tidak mengurangi lama rawat inap dan biaya
penyusunan clinical pathway diare akut dehidrasi berat pada anak dipengaruhi
motivasi yang dimilikitim adalah sedang, sebagian besar dokter yang terlibat
pathway.
dengan cukup baik akan tetap terdapat beberapa masalah yang menyebabkan
clinical pathway belum berjalan dengan baik yaitu kepatuhan visite dokter dan
pada masyarakat.
Rumah Sakit Umum Mitra Sejati adalah salah satu dari 73 rumah sakit
umum swasta yang terdapat di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. RSU
Mitra Sejati merupakan Rumah Sakit tipe B yang memiliki fasilitas cukup
satu kasus yang paling banyak di lakukan pada instalasi bedah di RSU Mitra
Sejati Medan. Kasus ini juga meningkat setiap tahunnya, walaupun sebagai
salah satu penyakit yang sering terjadi, penegakan diagnosis Apendisitis akut
cukup sulit. Diagnosis pada kasus ini sering terlambat diketahui dan
mengakibatkan pasien harus lebih lama lagi dirawat di rumah sakit dan
hasil survey pendahuluan di RSU Mitra Sejati Kota Medan didapatkan kasus
appendicitis yang cukup tinggi pada setiap tahunnya. Menurut data rekam
medis terdapat 166 pasien pada kasus appendicitis di tahun 2017, yang
kemudian meningkat pada tahun 2018 yaitu terdapat 182 pasien dan semakin
2019 sudah mencapai angka 174 pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kasus
appendicitis dengan penyulit. Dari seluruh kasus appendicitis yang ada, kasus
appendicitis akut yang terbanyak setiap tahunnya (RSU Mitra Sejati Kota
Medan tahun 2019). Cara untuk menurunkan angka kejadian appendicitis akut
di Rumah Sakit Mitra Sejati menerapkan clinical pathway sebagai alur klinis
dari awal pasien masuk hingga pulang. Seiring dengan banyaknya kasus
tidak terlepas dari berbagai kendala, hambatan serta komitmen untuk terus
harus tetap di evaluasi agar berjalan dengan baik. Dari uraian di atas, peneliti
Perumusan Masalah
Akreditasi Rumah Sakit versi KARS 2012. RSU Mitra Sejati telah
Tujuan Penelitian
pathway appendicitis akut di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Kota Medan
tahun 2019.
Manfaat Penelitian
pathway appendicitis akut di RSU Mitra Sejati kota medan tahun 2019
akut untuk lebih menentukan tindakan dan diagnosis yang tepat serta
Clinical Pathway
termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis pada bukti-bukti ilmiah, yang
mempunyai dampak luas terhadap jalur klinis, sumber daya rumah sakit dan
hasil pada pasien (Pahriyani, Khotimah, & Bakar, 2015). Clinical pathway
Tindakan yang diberikan disatukan dalam beberapa urutan dan menjadi suatu
(Mihardjo, 2016).
dokumenini juga menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Standar
Akreditasi Rumah Sakit versi KARS 2012. Menjadi pertanyaan besar dalam
bagaimana agar CP dapat berperan secara optimal dalam kendali mutu dan
kendali biaya di rumah sakit serta bukan hanya sekedar dokumen kertas yang
Clinical pathway dikenal juga dengan istilah lain seperti critical case
10
Universitas Sumatera Utara
11
pathway dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk melakukan audit medis
(Apriani, 2015).
(2010) adalah memilih tatanan terbaik dari berbagai pola praktek yang ada
standar mengenai lama pelayanan medis dan penggunaan fasilitas klinis serta
yang berbeda dalam suatu proses pelayanan medis serta menyusun strategi
medis yang terlalu banyak menyimpan dokumen pelayanan medis yang tidak
(Davis, 2005)
stakeholder dan pimpinan Internal stakeholder seperti user (pasien, tim multi
profesi, danlain-lain.
Audit. Audit awal dan pengumpulan data Hasil yang didapat tidak
empat hal yaitu rencana perawatan, detail alat yang dibutuhkan seperti grafik
keseimbangan cairan, hasil yang harus dicapai dan pelacakan variasi sebagai
kepada orang- orang yang tepat, dengan cara dan tempat yang tepat.
digunakan pada kasus yang tepat? Apakah ada informasi yang hilang? Apakah
staff memerlukan catatan sampingan yang tidak ada dalam clinical pathway?
2) Jenis variasi yang dicatat apakah variasi yang ada dicatat? Apakah staff
Terdapat berbagai jenis clinical pathway yang terganutng pada jenis penyakit
dengan check-list, namun tetap harus diberikan ruang untuk menuliskan hal-
hal yang perlu dicatat. Ruang yang tersedia untuk menctata hal-hal yang
diperlukan juga dapat amat terbatas, lebih- lebih format yang sama diisi oleh
semua profesi yang terlibat dalam perawara, karena clinical pathway bersifat
Isi format clinical pathway adalah sebagai berikut ini : judul clinical
pathway, identitas pasien dan isi clinical pathway. Rumah sakit membuat
adalah pelaksana verifikasi dan setelah di isi akan diserahkan kepada komite
waktu tertentu.
deviasi dari standar yang ditetapkan dalam clinical pathway. Kondisi pasien
yang tidak sesuai dengan standar asuhan atau standar yang tidak bisa
lamanya hari rawat, sehingga akan tercapai effective cost dalam perawatan. d)
dalam penerapan format clinical pathway ini, antara lain sebagai berikut: a)
clinical pathway untuk bedah tulang tidak dapat digunakan untuk unit bedah
saraf. Sehingga akan banyak sekaliformat yang harus dihasilkan untuk seluruh
Inggris yang dilaksanakan oleh VFM Unit (NHS Wales) Project tentang
1997 terhadap 700 orang yang terdiri dari staf klinis, manajer, serta staf
operasional, didapatkan data tentang kunci pokok yang harus dibangun guna
langkah paling kritis. Hal ini sulit dilakukan mengingat kepadatan/ tingginya
beban kerja staf klinis, faktor budaya, dan kemauan untuk berubah. Dalam hal
dalam fase awareness session. Clinical pathway merupakan suatu alat yang
bersifat leader driven, sehingga benar-benar akan berjalan bila didukung oleh
leadership yang baik khususnya dari pimpinan RS (Sue & Roberts, 2000).
organisasi. Desain clinical pathway, Waktu dan sumber daya yang tidak
adekuat.
hati -hati mengenai suatu program atau beberapa aspek program untuk
efisiensi, formatif, tujuan, proses, hasil, dan sebagainya. Jenis evaluasi yang
bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan
mutu yang penting. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara
terhadap proses adalah evaluasi terhadap dokter dan profesi kesehatan dalam
memanage pasien.
kesehatan/ medis dapat dinilai antara lain dengan melakukan audit medis,
review rekam medis dan review medis lainnya, adanya keluhan pasien, dan
informed consent.
hasil (outcome) dan keamanan. Dari kriteria tersebut saat ini ada dua
instrument yang sering digunakan untuk melakukan audit terhadap isi dan
mutu clinical pathway. Kedua instrument tersebut adalah the icp key element
(Yasman,2012).
Croucer (inggris) pada tahun 2004 sebagai bagian dari penelitian magister
tersedia. Setiap ICP harus memiliki 14 elemen kunci ini, jika ICP keluar dari
14 elemen yang tercantum dala daftar maka bisa dikatakan format tersebut
bukan ICP, tapi lebih cenderung menjadi daftar periksa atau pedomansaja.
digunakanuntuk melakukan evaluasi dari isi dan mutu CP, yang terdiri dari 6
dimensi yaitu : ICPAT merupakan salah satu instrumen yang sudah divalidasi
dan dapat digunakan untuk melakukan evaluasi dari isi dan mutu clinical
ketidakpatuhan(variasi).
untuk menjaga clinical pathway yang berfungsi sebagai alat dinamis yang
dapat merespon masukan dari staff, pasien, respon klinis, referensi terbaru.
Appendicitis
demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
insiden Appendicitis pada usia itu (Soybel, 2001 dalam Departemen Bedah
memerlukan intervensi bedah biasanya memiliki durasi tidak lebih dari 48 jam
dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, nyeri otot yang ada diatasnya, dan
hiperestesia kulit (Dorland, 2000). Penyakit ini dapat terjadi pada semua
umur, tetapi umumnya terjadi pada dewasa dan remaja muda, yaitu pada umur
10-30 tahun (Agrawal, Adhikari, & Kumar, 2008) dan insiden tertinggi pada
kelompok umur 10-14 tahun pada laki-laki dan 15-19 tahun pada wanita
terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-
akut lebih sering terjadi selama musim panas. Insidensi Appendicitis akut di
semuaumur, akan tetapi pada anak kurang dari satu tahun appendicitis jarang
dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
apendicti akut merupakan salah sartu penyebab dari akut abdomen beberapa
2009 jumlah kasus appendicitis di jawa tengah sebanyak 5.980 penderita, dan
lumen appendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi Appendicitis akut lokal yang ditandai
khas nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada apendiks yang terinflamasi,
nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney
nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda
ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih
menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri
bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar (Smeltzer &
Bare, 2000)
kelompok, yaitu:
apendik jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala klinis diawali dengan
rasa nyeri di daerah umbilicus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam
normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa. Apendisitis akut pada
didalam lapisan otot apendik (Longo, Kasper, Fauci, Braunwald, & Hause,
2012).
iskemia dan edema pada apendik. Mikroorganisme yang ada di usus besar
serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada
seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik McBurney, defans muskuler, dan nyeri
pada gerak aktif dan pasif. Rasa nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada
2012).
apendisitis perforasi adalah pasien yang usia sangat muda, pasien usiatua,
aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren.
bagian tertentu. Dinding apendik berwarna ungu, hijau keabuan atau merah
yang sudah gangrenosa yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut
sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal
bila apendiks yang meradang menempel pada ureta atau vesika. Pemeriksaan
Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urin
halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum
sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam
risiko perforasi. Apendisitis yang tidak tertangani segera maka dapat terjadi
pengobatan apendisitis selama lebih dari satu abad dan bahkan hingga saat ini
makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa.
usus mulai bekerja (bising usus positif). Pentingnya pemberian nutrisi yang
baik pada pasien dengan luka operasi merupakan pondasi untuk proses
Implementasi
tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhinya .
Implementasi Kebijakan
yang bisa diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program
kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang sangat
Apabila tujuan dan sasaran kebijakan tidak jelas, tidak di sosialiasasikan atau
kebijakan, cara pelaksanaannya, aturan batasan, dan proses untuk meniai suatu
kebijakan.
dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk
tetapi juga harys disampaikan kepada kelompok sasaran kenijakan dan pihak
yang di sampaikan kepada pelaksana, target grup dan pihak lain yang
pelaksanakebijakan.
segala aspek dari praktik pelayanan asuhan, seperti contoh keperawatan dsb.
kebijakan tersebut akan tetapi juga penjelasan yang detil dari poin-poin
Sumber daya. Sumber daya merupakan salah satu hal yang sangat
akan berjalan dengan baik dan efektif walaupun isi kebijakan sudah
kekurangan sumber daya. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal diatas
kertas dan hanya menjadi dokumen saja. Sumber daya tersebut dapat
Menurut Edward III sumber daya yang tidak memadai berakibat tidak
jumlah staff, keahlian dari pelaksana informasi yang relevan dan cukup untuk
dari sumber- sumber daya yang potensial akan memberikan dampak langsung
dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.
agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tingal di kertas dan menjadi
Staf. Salah satu sumber utama dalam implementasi yaitu adanya staf
Informasi. Informasi dalam hal ini ada dua jenis yaitu 1)informasi yang
pelaksana dalam hal pelaksanaan kebijakan yang telah terjadi. Tidak adanya
tidak hanya harus tau apa yang harus mereka lakukan tetapi mereka juga harus
implementator memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan pembuat kebijakan. Ketika
dengan asumsi bahwa semua pelaksana kebijajakan sudah lulus dalam seleksi
kebijakan sudah mencukupi dan para implementator telah mengetahui apa dan
efektif karena struktur birokrasi yang ada. Struktur birokasi yang bertugas
Salah satu aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah
daya dalam upaya pencapaian tujuan kebijakan. SOP dapat digunakan para
ada dan memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP menjadi pedoman bagi
Rumah Sakit
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. rumah sakit umum
Tahun 2009 tentang rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan Medis.
umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit khusus
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
sakit Publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik dapat dikelola oleh
Landasan Teori
syarat yang harus dipenuhi dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit versi
Kerangka berfikir
berfikir ini sesuai dengan teori George C.Edward III mengenai faktor-faktor
Implementasi
Clinical pathway
Appendictis Akut
Jenis Penelitian
diambil dengan cara deep interview, telaah dokumen dan observasi langsung
Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian ini adalah karena Rumah Sakit
Ini merupakan salah satu rumah sakit type b yang memiliki jumlah kunjungan
pasien yang cukup banyak. Appendicitis akut merupakan salah satu kasus
Informan Penelitian
ini diambil secara purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk
38
Universitas Sumatera Utara
39
memiliki masa kerja lebih dari dua tahun, mampu berkomunikasi dengan baik
dan bersedia menjadi informan. Informan tersebut terdiri dari Kepala Bidang
Pelayanan medik, Kepala Bidang Case Manager, Dokter SMF bagian Bedah,
Farmasi.
memberikan informasi yang baru). Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti
Definisi Konsep
pathway.
dalam kegaiatan clinical pathway. Sumber daya dapat berupa sumber daya
pathway, hal ini bisa dinilai dari komitemen dan kepatuhan para
menggunakan rekam medik pasien appendicitis akut dari rekam medik pasien
menggunakan clinical pathway yang ada di RSU Mitra sejati, peneliti melihat
appendicitis akut.
clinical pathway appendicitis akut dan hambatan apa saja yang dihadapi saat
Sejati KotaMedan.
satu pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemkan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Penelitian
langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana (Streubert & Carpenter,
berikut:
pengertiannya.
dan dikembangkan melalui sintesis dari semua kelompok tema dan makna
Struktur dasar mengacu pada esensi dari fenomena yang diteliti sebagai
dilakukan jika peneliti tidak mendapatkan lagi data tambahan selama proses
verifikasi.
Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra Sejati merupakan salah satu rumah
sakit swasta yang ada di Kota Medan. RSU Mitra Sehati pada awalnya
untuk membuat suatu rumah sakit umum dengan tujuan utama melayani
tenaga medis yang profesional dan berkompeten dibidangnya, serta sarana dan
prasarana yang modern dan lengkap dengan tarif yang terjangkau oleh
masyarakat padaumumnya.
fasilitas tempat tidur sebanyak 289 dan terakreditasi paripurna pada tahun
2018. RSU Mitra Sejati. Rumah sakit ini memiliki karyawan sebanyak 460
spesialis, managemen dan lainnya. Fasilitas pada rumah sakit ini cukup
lengkap dengan adanya dokter spesialis yang cukup, alat penunjang medis
radiologi seperti Ct-scan,rontgen dan USG. Ruang rawat inap pada rumah
sakit ini terdiri dari ruangan ICU, VK, ruang rawat inap anak, penyakit dalam,
44
Universitas Sumatera Utara
45
Ruang rawat inap bedah merupakan salah satu ruang perawatan dengan
Ruanganuntuk pasien rawat inap kasus bedah pada rumah sakit ini disebut
dengan ruangan amarilis dan terletak di lantai III. Terdapat lima kelas pada
ruangan bedah yaitu terdiri dari Executive class, super VIP, kelas I, II dan III.
mutu pelayanan pada pasien dan juga sebagai syarat agar rumah sakit ini dapat
Pemilihan clinical pathway pada rumah sakit ini berdasarkan high cost, high
volume dan high risk. Salah satu clinical pathway diterapkan adalah
banyak dan pastinya harus mendapatkan penanganan dengan cepat agar tidak
Karateristik Informan
jumlah informan dalam penelitian ini adalah tujuh informan dari RSU Mitra
Sejati medan. Data informan yang diperoleh dapat dilihat bahwa enam orang
informan paling muda adalah 25 tahun dan paling tua adalah 55 tahun.
Penjelasan Informan disini sudah mewakili semua unit di RSU Mitra Sejati
medan yang peneliti ingin ketahui. Informan dalam penelitian ini adalah
berbicara mengenai rumah sakit tepat mereka bekerja dan diketahui oleh pihak
manajemen, Adapun data informan tersebut dapat dilihat pada table 1 berikut
ini.
Tabel 1
Data Informan
melakukan validasi, jika didapat data baru selama validasi gabungkan dengan
hasil analisis.
bagaimana bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan
lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan para
wanita. Dari tujuan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pelatihan mempunyai
bahwa pihak RSU Mitra Sejati telah melakukan upaya agar sosialisasi clinical
pathway appendicitis akut kepada seluruh staf agar berjalan dengan optimal.
(DPJP), case manager, perawat dan staf medis lain. Sosialisasi clinical
beberapa kendala seperti waktu sosialisasi yang tidak menentu, jumlah staf
medis ataupun dokter yang hadir tidak banyak dan juga tidak adanya pelatihan
(2016) di RSU Dr. Fauziah Bireun 2019 didapatkan bahwa kurangnya partisipasi
terkait ( dokter, perawat, farmasi dan gizi ). Hal ini di buktikan dengan banyaknya
petugas kesehatan terkait yang tidak hadir pada saat sosialisasi clinical pathway,
penerapan clinical pathway terhadap peningkatan mutu. Oleh kerena itu banyak
lembaran clinical pathway tidak terisi, padahal rumah sakit sudag mengeluarkan
pelaksanaan sosialisasi yang tidak menentu dan jumlah staf medis dan dokter
yang hadir saat sosialisasi sedikit, seperti terlihat pada table berikut ini:
Tabel 2
pada RSU Mitra Sejati sampai saat ini dilaksanakan dengan waktu yang tidak
ini:
“3 bulan yang lalu kayaknya , kalau untuk itu kadang gak bisa
ditentukan, tergantung kebutuhan saja, apalagi kan kadang
disini tenaga medis atau karyawan sering juga berganti-ganti,
nah jadi kalau ada yang baru masuk kerja dan belum paham
tentang clinical pathway, biasanya nanti kita ajarkan juga.
Kalau ada pergantian kita tetap buatlah pokoknya. Kita cari
waktu yang pas” (P3L86-91)
dilakukan dalam tiga bulan terakhir, dan waktu pelaksanaannya juga tidak
Dari pernyataan informan di atas dapat kita lihat bahwa sosialisasi bisa
dilakukan dalam waktu tiga sampai enam bulan sekali, tergantung pihak
sakit itu sendiri, bukan oleh tenaga ahli tentang clinical pathway sesuai
pengisian clinical pathway dilakukan oleh dokter rumah sakit yang telah
cara mengundang narasumber yang ahli tentang clinical pathway tidak pernah
ini diterapkan dengan baik di rumah sakit. seharusnya rumah sakit melakukan
pathway.
telah di tetapkan oleh rumah sakit. dengan di adakan nya pelatihan maka
Jumlah staf medis ataupun dokter yang hadir saat sosialisasi sedikit.
Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terakhir kali tiga bulan
melakukan praktik di tiga tempat baik itu rumah sakit milik pemerintah,
yang bekerja lebih dari satu rumah sakit, sehingga waktu mereka harus dibagi
dengan beberapa tempat kerja mereka. Hal ini lah yang menyebabkan ketika
adalah adanya pekerjaan yang lain seperti kunjungan dilaur rumah sakit, hal
ini dapat terjadi akibat tidak adanya jadwal yang menetap. Hal ini sesuai
tentang pengisian dan penerapan clinical pathway di RSU Mitra Sejati Kota
Medan bahwa tidak semua staf medis dan dokter hadir. Rendahnya tingkat
bahwa salah satu dokter tidak dapat hadir dikarenakan jadwal yang tidak
cito pada kasus-kasus bedah, salah satu contohnya adalah kasus appendicitis
akut.
“Tidak jelas dek, kapan ada waktunya. Karena waktu untuk kita
sosialiasi harus disesuaikan juga. Sering ada juga yang
berhalangan hadir. Tergantung pihak komite medik juga kapan
mereka ingin melakukan sosialisasinya. Belum lagi disini
petugas kesehatannya sering berganti, jadi harus tetap dilakukan
rutin seharusnya” (P10L90-95)
“ Ya itu tadi kak, tergantung juga. Kadang semua datang,
kadang tidak semua juga datang. Soalnya pengumumannya mau
mendadak dibuat oleh atasan, jadi petugas yang pada saat itu
libur atau ada kepentingan sebentar di luar rumah sakit tidak
dapat mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut. (P34L101-105)
Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa waktu sosialisasi tidak
Sosialisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan saja dan tidak memiliki waktu
yang pasti. Peran organisasi yang utama dalah membentuk komitmen dan
kepemimpinanklinis yang kuat salah satunya adalah dokter. Hal tersebut juga
didukung oleh (Davis, 2005) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab
terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan. Sumber daya merupakan
kebijakan. Implementasi tidak akan berjalan dengan baik dan efektif walaupun
tinggal diatas kertas dan hanya menjadi dokumen saja. Sumber daya tersebut
dapat berwujud sumber daya manusia yaitu implementator dan sumber daya
clinical pathway yang baik tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan
perawat, dokter umum, tenaga labor, gizi dan lainnya. Selain tenaga
Terdapat dua sub tema yaitu sumber daya yaitu kurangnya ketersediaan
Tabel 3
salah satu tolak ukur untuk pencapaian mutu pelayanan. Dengan cukupnya
telah tersedia dengan cukup. Kendala yang sering di hadapi adalah saat
pegawai ada yang keluar dari pekerjaan atau resign yang membuat pelayanan
agak terganggu, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena pihak manajemen
hambatan adalah tidak adanya tim audit tentang pelaksanaan clinical pathway.
Tim audit berfungsi untuk menilai kinerja seorang dokter baik itu kepatuhan
diberikan kepada pasien. Tim audit itu bisa dari pihak komite medik ataupun
pihak kendali mutu. Selama ini apabila seorang dokter tidak mengisi lembaran
clinical pathway maka tim komite medik yang melengkapi dokumen tersebut.
Tidak adanya tim audit untuk penerapan clinical pathway juga sesuai
“SDM dirumah sakit ini sudah cukup, hanya saja untuk clinical
daya manusia untuk penerapan clinical pathway sudah cukup, tetapi masih
dibutuhkan sumber daya manusia yang lain yaitu sebagai tim untuk
informan tim audit ini sangat berperan penting untuk mengevaluasi penerapan
clinical pathway.
pengetahuan, dorongan, daya dan karya (rasio, rasa dan karsa). Semua potensi
sudah disediakan oleh rumah sakit, sehingga hal ini bukan lah kendala untuk
pathway. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan informan sebagai
berikut :
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pihak rumah sakit sudah
apabila implementator memiliki komitmen yang baik maka dia akan dapat
menjadi tidak efektif. Dengan adanya komitmen dari seluruh pegawai baik
dari pimpinan sampai dengan bawahan akan sangat mempengaruhi sikap dari
tersebut.
medical error.
yang secara efektif mengelola hasil perhitungan klinik dan hasil dari praktik
telah di tetapkan oleh rumah sakit. Tetapi pada pelaksanaannya masih terdapat
beberapa dokter yang tidak menjalan kan sesuai dengan CP yang telah
Terdapat dua sub tema tentang hambatan apa saja yang terjadi saat
Tabel 4
(bersambung)
Tabel 4
Jumlah pasien
yang banyak
clinical pathway. Sesuai dengan tujuan dari clinical pathway menurut Depkes
RI (2010) adalah memilih tatanan terbaik dari berbagai pola praktek yang ada
pathway dibuat agar pengobatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
standar baik itu lama pemberian layanan medis, penggunaan fasilitas klinis
dan prosedur lainnya. termasuk juga dengan pemberian obat-obatan juga harus
sesuai dengan yang telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataan di rumah sakit ini
masih ada dokter yang memberikan terapi tidak sesuai dengan standar Clinical
Selain itu yang menjadi kendala dalam penerapan clinical pathway ini
terapi yang telah telah ditetapkan, tetapi memberikan terapi sesuai keinginan
mereka sendiri. Ini berarrti dokter tidak mematuhi CP yang telah di buat dan
disepakati. Selain pemberian terapi yang tidak sesuai jadwal visite dokter
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan juga sering terjadi.
Pemberian terapi yang tidak sesuai tentu saja hal ini akan berakibat
visite yang dilakukan oleh dokter memang tidak dilakukan di jam yang sama.
Hal ini disebabkan oleh kesibukan lain yang dilakukan oleh dokter yang
bersangkutan.
Wajdi (2016) bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah kepatuhan
dokter yang masih kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Apriani, 2015)
di rumah sakit Anak dan Bunda Harapan kita pada tahun 2016 bahwa ada 41
persen obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan clinical
pathway.
yang harus dilakukan evaluasi oleh tim audit, sesuai dengan prinsip
penyebab dokter tidak memberikan terapi yang sesuai dan telah disepakati
Clinical pathway tidak selalu sama karena tergantung dari jenis penyakit.
Namun pada umumnya format clinical pathway berupa tabel yang kolomnya
dengan check-list, namun tetap harus diberikan ruang untuk menuliskan hal-
hal yang perlu dicatat. Ruang yang tersedia untuk mencatat hal-hal yang
diperlukan juga dapat amat terbatas, lebih-lebih format yang sama diisi oleh
semua profesi yang terlibat dalam perawatan, karena clinical pathway bersifat
multidisplin. Setiap lembaran CP harus lah di isi secara lengkap oleh masing-
ada dokter yang tidak mengisi dengan lengkap. Hal sesuai dengan pernyataan
oleh dokter yang bersangkutan, karena kesibukan dokter dan jumlah pasien
lembaran clinical pathway. Lembaran clinical pathway yang tidak diisi oleh
terdapat lembaran clinical pathway yang tidak di isi dengan lengkap, seperti
clinical pathway di isi oleh pihak komite medik. Hal ini tidak terjadi pada
semua kasus, hanya dalam beberapa hal pengisian clinical pathway saja.
mencukup dan para implementator telah mengetahui apa dan bagaimana cara
struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur
kegiatannya bersarkan standart yang telah ada dan memanfaatkan waktu yang
kebutuhan di rumah sakit itu sendiri. Tidak semua penyakit di buat clinical
pathway oleh rumah sakit. Rumah sakit umum Mitra Sejati setidaknya
tetapiyangbenar-benar telah diterapkan ada lima penyakit dan ada dasar- dasar
pemilihannya.
Terdapat dua sub tema yaitu dasar pemilihan penyakit untuk pembuatn
clinical pathway dan proses terbentuknya cinical pathway seperti yang terlihat
Tabel 5
Pembuatan format
clinical pathway dibuat
berdasarkan standar
medis nasional
Rapat dengan seluruh
tim yang terlibatSop
sudah di jalankan sesuai
dengan
prosedur
yang panjangdan memakan waktu yang tidak sebentar, hal ini lah yang
Selain itu Banyak nya lembaran yang mesti di isi oleh dokter dan tentu
saja menjadi tugas tambahan buat mereka adalah salah satu alasan kenapa
clinical pathway ini tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu rumah sakit
hanya memiliki 10 clinical pathway dan yang benar –benar diterapkan hanya
rumah sakit hanya menerapkan lima diagnosa penyakit saja yang telah di
susun clinical pathway nya yaitu appendicitis tipoid, DBD, fraktur dan stroke
dengan baik. Walaupun rumah sakit telah mempunyai 10 diagnosa yang telah
saja. pemilihan topik pada rumah sakit berdasarkan high risk, high volume,
high cost dan problem prone. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan
seorang pasien lebih pasti untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik itu
terapi yang mereka dapatkan seperti jenis obat, jumlah hari rawatan dan
tindakan apa saja yang mereka terima. Dengan kata lain penerapan clinical
pathway yang telah berjalan dengan baik akan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
pathway pihak rumah sakit harus memperhatikan beberapa prinsip yang harus
pasien. 3) Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan
perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian untuk
kasus rawat inap atau jam untuk kasus kegawatdaruratan. 4) Mencatat seluruh
dicatat sebagai varian dan dalam pelaksanaan nya harus dilakukan evaluasi
kepada pasien dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien. Setelah itu
tim kesehatan yang turut andil memberikan pelayanan terhadap pasien turut
serta dalam membentuk clinical pathway, baik itu dokter yang terlibat,
perawat, ahli gizi, farmasi dan lain-lain. Hal ini sudah dilakukan oleh pihak
rumah sakit yaitu bermula dari pedoman praktek klinis (PPK) yang telah
pathway. Setelah ada formulir barulah diadakan rapat oleh medis dan
Dari pernyataan di atas dapat dilihat panjang nya proses dan susah nya
menyatukan suatu pendapat menjadi hal yang menjadi penyebab susah nya
yaitu dengan menentukan topic utama atau diagnose penyakit apa yang harus
dibuat clinical pathway nya. Dasar pemilihan topic adalah jumlah diagnose
kepada pasien. selain itu pemilihan topic untuk dijadikan clinical pathway
terbanyak dan high cost atau yang menelan biaya terbanyak sesuai dengan
pemilihan topic atau diagnosa penyakit apa saja yang harus di buat clinical
pathway yang pertama yaitu high volume atau jumlah penyakit terbanyak
appendicitis merupakan salah satu penyakit yang jumlah kasus nya tinggi,
maka telah menjadi sarat utama untuk pembuatan clinical pathway. Hal ini
telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jumlah angka kejadian
pedoman yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan baik medis maupun
memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya
diselenggarakan dalam suatu organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang
mampu menjadikan arus kerja yang lebih baik, menjadi panduan untuk
dalam perusahaan.
berikut ini ;
Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa rumah sakit sudah
Implikasi Penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada rumah sakit agar
sakit,
Keterbatasan Penelitian
clinical pathway appendicitis akut yang sudah dilakukan oleh rumah sakit.
patway adalah karena keterbatan waktu dan situasi wabah Covid-19 yang
menyebabkan rumah sakit menutup akses untuk penelitian dalam waktu yang
belum ditentukan.
Kesimpulan
Sejati Kota medan sudah cukup baik dan hanya perlu dilakukan beberapa
dalam pengisian lembaran clinical pathway dan tim audit untuk clinical
3. Sumber daya manusia di RSU Mitra Sejati Kota Medan masih mengalami
kekurangan. hal ini dikarenakan tidak adanya tim khusus untuk melakukan
evaluasi clinical pathway appendicitis akut. saat ini tim komite medik
76
Universitas Sumatera Utara
77
Saran
menajemen rumah sakit dan seluruh tim medis yang ada dirumah sakit
ditentukan kepada setiap staff yang terkait didalam clinical pathway agar
akreditasi rumahsakit.
3. Agar rumah sakit dapat menempatkan sumber daya manusia yang sesuai
4. Agar rumah sakit dapat menyediakan tim audit khusus untuk melakukan
Agrawal, C., Adhikari, S., & Kumar, M. (2008). Role of serum C-Reactive protein
and leykocyte count in The Diagnosis of Acue Appendicitis in Nepalase
Population. Nepal Med oil K , 10 (1), 11-15.
Barbieri, A., Vanhaecht, K., & Van Herck, P. (2009). Effects of clinical pathways
in the joint replacement: a meta-analysi. BMC Medicine , 3 (3).
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC.
Busch, M., Gutzwiller, F., & Aellig, S. (2011). In-hospital delay increases the risk
of perforation in adults with appendicitis. World Journal of Surgery .
Deng, Y., David, C., & Chang. (2010). Seasonal and day of the weak variations of
perforated appendicitis in US children. PediatrSurg Int , 26(1), 691-696.
79
Universitas Sumatera Utara
80
Quarterly Press.
Ferris, M., Quan, S., Kaplan, B., Molodecky, N., & Ball, C. (2017). The Global
incidenc eof appendicitis: A Systematic Reviewof Population Based
Studies. Annals of Surger , 12-18.
Feuth, S., & Claes, L. (2008). Introducing clinical pathways as a strategy for
improving care, International Journal of Care Coordination. JICP , 12(2),
56-60. DOI: 10.1258.
Gomes, C., Sartelli, M., Saverio, S., Ansaloni, L., Catena, F., Coccolini, F., et al.
(2015). Acute appendicitis: proposal of a new comprehensive grading
system based on clinical, imaging and laparoscopic findings. World
Journal of Emergency Surgery , 3(2).
Guo, C., & Zhonghui, Z. (2016). The effect of clinical pathway in patients with
acute complicated appendicitis. Scientific Research Publishing.
Ikatan Dokter Indonesia. (2014). Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Longo, D., Kasper, D., Fauci, A., Braunwald, E., & Hause. (2012). Harrison‟s
principle of internal medicine. New York: The McGraw-Hill Companies.
Noe, H., Hollenbeck, G., & Wright. (2003). Human resource management. New
York: The McGraw-hill Companies, Inc.
Paat, C., Kristanto, E., & Kalalo, P. (2017). Analisis pelaksanaan clinical pathway
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. JURNAL BIOMEDIK (JBM) ,
2-17. Diakses dari https://doi.org/10.35790/jbm.9.1.2017.15322.
Pahriyani, A., Khotimah, N., & Bakar, L. (2015). Evaluas penggunaan antibiotik
pada pasien Comunity Acquired Pneumonia (CAP) di RSUD Budi Asih
Jakarta Timur. Farmasains, 2(6), 259-263.
Panella, M., Marchisio, S., & Di Stanislao, F. (2003). Reducing clinical variations
with clinical pathways: Do pathways work? . International Journal for
Quality in Health Care , 15(6), 509–521.
Sjamsuhidajat, R., & Jong, V. (2010). Buku- ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C., & Bare, G. (2000). Buku ajar keperawatan medikal – Bedah.
Jakarta: EGC.
Subarsono. (2005). Analisis kebijakan publik konsep teori dan aplikasi. Jakarta:
Grafika Aditama.
Salemba Medika.
Zulfikar, F., & Prihwanto, B. (2013). Studi penggunaan antibiotik pada kasus
bedah apendiks di instalasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember Tahun
2013. Jurnal Kesehatan , 3(1).
Sumatera Utara
Sejati Kota Medan Tahun 2019 “. Demikian surat pernyataan ini saya buat
(_________)
Usia :
Jabatan :
Lamakerja :
Tanggalwawancara :
akut?
appendicitis akut?
10. Bagaimana pihak rumah sakit menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana
berjalan denganbaik?
12. Badan dan unit apa yang telah siapkan dalam pelaksanaan clinical
pathway appendicitis akut ? Sudah terbentukkah tim kerja dan alur dalam
appendicitis akut?
14. Bagaimana struktur organisasi dan tata kerja yang telah dibentuk dalam
112 sendiri clinical pathway ini masih bagian komite medis dan mutu
112 yang mengaudit nya, udah gitukan kadang pegawai banyak yang
113 ganti-ganti juga jadii kadang sewaktu ada pegawai yang resign
114 maka kurang lah pasti SDMnya, tapi itu biasanya gak lama kok ,
115 karena kita pasti cari secepatnya pengganti kalau ada yang resign
116 Peneliti Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dirumah sakit ini
117 untuk melaksanakan cinical pathway?
118 Informan Kalau untuk itu sih kita sesuaikan aja, misalnyapasien
119 appendicitis membutuhkan pemeriksaan apa, kita sesuaikan ada
120 sama yang ada dirumah sakit, kalau untuk appendicitis biasanya
121 itu ada pemeriksaan Lab atau USG nah kalau itu sih udah ada
122 pastinya, kalau ketersediaan obat juga kita menyesuaikan yang
123 ada saja.
124 Peneliti Menurut kaka apakah dalam menjalankan tugas-tugas dirumah
125 sakit seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
126 Informan Menurut saya sih semua sudah menjalankan sesuai dengan SOP,
127 nah untuk melihat berjalan atau kepatuhannya ada tim-tim yang
128 audit juga kok.
129 Peneliti Untuk evaluasinya itu biasanya dilakukan dalam jangka waktu
130 berapa lama kak?
131 Informan Kita evaluasi biasanya per 3 blan, itu dari komite medicdan
132 komite mutunya, kan ada itu timnya. Cuma kalo tim khusus
133 clinical pathway aja sih gak ada
134 Bagaimana persepsi kakak terhadap peran atasan terhadap
135 pelaksanaan clinical pathway ini?
136 Saya rasa dukungan atasan sudah cukup baik dan mendukung
137 agar clinical pathway ini berjalan dengan baik
138 Bagaimana persepsi kakak tentang clinical pathway di rumah
139 sakit ini?
140 Saya sangat mendukung , karena penerapan clinical pathway ini
Wawancara : 12 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 11.00 Wib sampai pukul 12.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan nama saya rachmawati
mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan Iya pagi dek, saya bersedia
5 Peneliti ini saya akan memulai melakukan beberapa pertanyaan ya kak
6 informan Iya dek
7 Peneliti Apakah menurut kakak yang di maksud dengan clinical
8 pathway?
9 informan clinical pathway itu suatu jadwal prosedur medis dan
10 keperawatan, termasuk di dalamnya tes diagnostik,pengobatan
11 dan konsultasi yang dirancang untuk efisiensi dan
12 pengkoordinasian program penatalaksanaan klinik rumah sakit,
13 clinical pathway yang diterapkan dengan baik dapat menjadi
alat
14 kendali mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
15 Peneliti Berarti seperti panduan dalam mendiagnosa oleh dokternya
dan
16 perawat ya kak?
17 Informan Iya dek seperti panudan yang harus dilakukan berdasarkan
SOP
18 yang telah dibuat di rumah sakit
19 Peneliti Kira-kira diagnose apa saja yang dibuat clinical pathwaynya
20 dirumah sakit ini?
21 Informan Yang sudah berjalan dengan baik ada 5 penyakit ,tetapi yang
22 sudah di susun sekitar 5 penyakit, pembuatan clinical pathway
23 ini sangat membantu sih, karena kita gunakan juga sebagai
upaya
belum
Informan : Informan 3
Tanggal wawancara : 12 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 13.00 Wib sampai pukul 14.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi
FKM
2 USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
appendicitis
3 acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan iya pagi dek, kakak bersedia
5 Peneliti ini saya akan memulai melakukan beberapa pertanyaan ya kak
6 Informan iya dek dipersilahkan
7 Peneliti Menurut kakak, apakah yang dimaksud dengan clinical
pathway?
8 Informan clinical pathway itu seperti konsep perencanaan terpadu yang
9 merangkum setiap langkah yang dilakukan kepada pasien,dari
10 pasien masuk sampai keluar rumah sakit berdasarkan standar
11 pelayanan medis, standar asuhan keperawatan,dan standar
12 pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang berbasis bukti dengan
13 hasil yang dapat diukur dalam jangka waktu tertentu selama di
14 rumah sakit
15 Peneliti oh berarti seperti panduan dalam mendiagnosa yang dilakukan
16 oleh dokternya ya
17 Informan iya dek seperti panduan yang hharus dilakukan berdasarkan
SOP
18 dek
19 Peneliti kira-kira diagnosa apa saja kak yang ada clinical pathway nya
di
20 rumah sakit ini?
21 Informan di rumah sakit ini gak semua penyakit dibua clinical pathway
22 nya hanya beberapa penyakit dalam kategori besar aja yang
23 dibuat
Informan : Informan 4
Tanggal wawancara : 16 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 12.00 Wib sampai pukul 13.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit, apakah apakahkakak
4 bersedia?
5 Informan selamat pagi, iya kak boleh
6 Peneliti Ada beberapa pertanyaan ini ya kak yang saya tanyakan
7 Informan iya kak, tanya saja gapapa
8 Peneliti menurut kakak apa yang dimaksud dengan clinical pathway
9 Informan menurut saya clinical pathway itu merupakan suatu konsep
10 perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah
11 yang diberikan kepadapasien berdasarkan standar pelayanan
12 medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil
13 yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
14 sakit kak .
15 Peneliti kira-kira ada gak hubungannnya dalam mendiagnosis
16 suatu penyakit ya kak?
17 Informan iya kak jadi ada SOP yang harus dilakukan sebelum melakukan
18 terapi kepada pasien. Jadi semua prosedur mulai dari anamnesa,
19 pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
20 penunjang hingga dilakukannya terapi pada pasien harus sesuai
21 dengan SOP clinical pathway yang telah dibuat oleh rumah sakit
22 Peneliti Dirumah sakit ini penyakit apa saja kak yang menggunakan
23 clinical pathway?
24 Informan ada sekitar 5 penyakit kak yang sudah menggunakan proseddur
25 tetap dirumah sakit ini. Diantaranya salah satunya adalah
26 penyakit stroke, ependisitis akut, demam tifoid dan kalo ga salah
27 tentang patah tulang dek, fraktur ya . Harusnya ada 10 penyakit.
28 Tapi memang yang sudah tetap baru 5 penyakit kak
29 Peneliti Jadi baru 5 ya kak yang sudah melakukan prosedur tetap dalam
30 clinical pathway. Kira-kira kakak tahu gak cara pemilihan
31 topik dari clinical pathway tersebut kak?
32 Informan iya dirumah sakit ini baru 5 ya dek. Untuk pemilihan topic
33 yang paling utama biasanya yang bersifat high volume, high cost,
34 high risk dan problem prone. Bisa juga dipilih kasus-kasus yang
Informan : Informan 5
Tanggal wawancara : 16 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 14.00 Wib sampai pukul 15.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi bu, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi FKM
2 USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway appendicitis
3 acute di rumah sakit , apakah apakah kakakbersedia?
4 Informan selamat pagi, iya kak boleh
5 Peneliti saya mulai bertanya ya kak
6 Informan iya kak tanya saja gapapa
7 Peneliti menurut kakak apa yang dimaksud dengan clinical pathway
8 Informan menurut saya clinical pathway itu merupakan salah satu alat
9 manajemen penyakit yang banyak dipakai merangkum setiap
10 langkah yang diberikan kepada pasien dan telah berkembang pesat
11 beberapa tahun belakang inikeperawatan yang berbasis bukti
12 dengan hasil yang terukurterutama sejak banyaknya laporan
13 penelitian yang menunjukan bahwa clinical pathway memiliki
14 potensi dalam mengurangi variasi pelayanan yang tidak perlu. Itu
15 saja sih
16 Peneliti berarti clinical pathway digunakan juga yang kak dalam
17 mendiagnossis suatu penyakit?
18 Informan iya kak berhubungan dengan diagnosa
19 Peneliti kira-kira di rumah sakit ini penyakit apa saja yang yang
20 menggunakan clinical pathway?
21 Informan appendisitis termasuk juga itu . Apenddisitis yang akut ya,
22 kemudianada juga stroke sama demam tifoid setahu kakak,
23 selebihnya lupa
24 Peneliti seingat kakak ada sekitaran berapa penyakit kak yang clinical
25 pathway nya sudah dierapkan dirumah sakit ini?
138 Peneliti kira-kira apakah ada saran kakak mengenai kebijakan clinical
139 pathway?
140 lebih baik sering mensosialisasikan isi kebijakan clinical pathway
141 Informan kepada petugas yang memberikan pelayanan medis kepada pasien
142 agar tidak terjadi hambatan dalam pelaksanaan clinical pathway
143 Peneliti Baiklah kak tanya jawabnya sudah selesai, jika nanti saya
144 memerlukan informasi boleh kah saya bertanya lagi kepada
145 kakak?
146 Informan iya bolehlah boleh silahkan
Informan : Informan 6
Tanggal wawancara : 16 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 14.00 Wib sampai pukul 15.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat pagi kak, perkenalkan saya rachmawati mahasiswi FKM
2 USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway appendicitis
3 acute di rumah sakit , apakah kakak bersedia?
4 Informan iya selamat pagi kak, silahkan
5 Peneliti saya akan mulai bertanya ya kak, mohon waktunya sebentar ya
6 kak
7 Informan iya kak silahkan saja apa saja yang mau ditanyakan
8 Peneliti menurut kakak apa yang dimaksud dengan clinical pathway
9 Informan menurut kakak clinical pathway itu ketentuan suatu penyakit kan
10 kak yang disusun sesuai SOP nya kalo kakak tidak salah
11 Maksudnya begini misalnya clinical pathway pada apenddisiis
12 akut di rumah sakit ini, jadi clinical pathway nanti memberikan
13 cara bagaimanamengembangkan peddoman klinik yangada
14 kedalam protokol local dan clinical pathway itu sendiri juga
15 menyediakan cara untuk mengidentifikasi alasan terjadi sebuah
16 variasi yang tidak dapat diidentifikasi melalui audit klinik. yaa jadi
17 intinya panduan kita lah dalam menegakkan diagnosa,
18 pemeriksaan dan terapi suatu diagnosa
19 Peneliti berarti clinical pathway itu dapat membantu kita di dalam
20 mendiagnosa suatu penyakit ya kak
21 Informan iya kak bisa, jadi nanti kita melakukannya semua sesuai dengan
22 SOP yang telah dibuat
23 Peneliti Setahu kakak dirumah sakit ini penyakit apa saja yang sudah
24 menerapkan clinical pathway ?
25 Informan menurut kakak sih sudah mulai banyak kak. seingat kakak
26 memang salah satunya ya apendisitis akutini juga termasuk.
55 Informan aduh saya kurang memahaminya lah kak, tapi ini kakak coba
56 mengingat ya hehe.. seingat saya itu seperti yang kaka tanyakan
118 Informan tergantung komite medik dek ga nentu, kadang 3 bulan sekali
119 kadang juga 6 bulan sekali
120 Peneliti Untuk penanggung jawab clinical pathwaynya sendiri dirumah
121 sakit ini?
122 Informan Setiap bagian ada penanggung jawabnya masing-masing kak .
123 setiap ruangan juga ada
124 Peneliti Kalau pelatihan gitu kak mengenai clinical pathway ada diadakan
125 di rumah sakit ini?
126 Informan kalo untuk pelatihan khusus clinical pathway ke petugas kesehatan
127 sih sejauh ini belum ada kayaknya kak,biasa dokter disini aja yang
128 memberi tahu bagaimana pengaplikasian clinical pathway pada
129 pasien
130 Peneliti menurut kakak bagaimana ketersedian sumber daya manusia
131 (SDM) di rumah sakit ini?
132 Informan menurut saya pribadi sih disini masih kurang kak, apalagi kalo
133 pasien rame, masih kekurangan tenaga medis karena disini
134 petugasnya ganti-ganti. banyak yang berkerja 2 bulan nanti masuk
135 bulan ke 3 pada resign. Jadi kita susah mau kerja, harustraining
136 lagi ke orang baru.
137 Peneliti bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana di rumah
138 sakit ini?
139 Informan menurut saya sih disini sarana da prasarana sudah cukup baik.
140 Semuanya sudah terpenuhi. Untuk pemeriksaan laboratorium ddan
141 pemeriksaan penunjang juga sudah terpenuhi dengan baik kok.
142 Peneliti Menurut kakak apakah dalam menjalankan tugas dirumah sakit
143 seluruh staff sudah menjalankan tugas sesuai dengan SOP?
144 Informan mudah-mudahan semua sudah melakukan sesuai dengan SOP dek.
145 Soalnya mereka dipantau juga, tetap di evaluasi melakukan
146 pelayanan sesuai dengan SOP, agar meningkatkan mutu pelayanan
147 terhadap pasien yang membutuhkan perawatan medis.
Informan :
Informan 7 Tanggal
wawancara : 17 maret2020
Waktu Wawancara : pukul 10.00 Wib sampai pukul 11.00 Wib
Line
1 Peneliti Selamat siang dokter perkenalkan saya rachmawati mahasiswi
2 FKM USU, sedang meneliti pelaksanaan clinical pathway
3 appendicitis acute di rumah sakit apakah dokter bersedia?
4 informan iya selamat siang dek, silahkan
5 Peneliti baik dokter, izin dok saya akan memulai beberapapertanyaan
6 mengenai clinical pathway ya dok,menurut dokter apakah yang
7 dimaksud dengan clinical pathway?
8 informan baik, menurut saya clinical pathway itu adalahsuatu pendekatan
9 multidisiplin berbasis bukti yangyang menjelaskan tahapan–
10 tahapan penting dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
11 Peneliti menurut dokter manfaat dari clinical pathway ini sendiri dok?
12 informan kalo manfaat banyak sekali ya manfaat yang bisakita dapatkan dari
13 clinical pathway ini. Salah satu manfaatnya dapat mengurangi
14 variasi penyakit klinis kemudian juga dokumentasi dalam riwayat
15 kesehatan.
16 Peneliti menurut dokter apakah dalam mendiagnosis semua penyakit
17 membutuhkan clinical pathway?
27 Peneliti Menurut dokter penyakit apa saja yangsudah diterapkan di rumah
28 sakit ini?
28 informan Saya kurang tau sih kalau ini , setau saya clinical pathway
29 diperlukan untuk beberapa kasus yang memiliki high risk.
30 Peneliti untuk pemilihan topik clinical pathway apakah doktermengerti
31 bagaimna prosedur nya dok?
32 informan Itu tadi ya setau saya untuk pemilihan topik yang dipilih terutama
33 yang bersifat high risk terus kalau tidak salah berdasarkan high
87 Kalau ini harus sih, semua tindakan medis harus dijalankan sesuai
88 informan dengan SOP yang ada, bahkan kalau clinical pathway tidak ada
89 pun SOP harus tetap dijalankan dengan baik.
90 Biasanya ada tim yang mengevaluasi gak dokter? Kalau ada
91 Peneliti biasanya dilakukan dalam berapa bulan sekali dok?
92 informan Ada sih. Saya juga sering di ingatkan untuk melaksanakan atau
93 pengisiannya juga. Kalau kapan2nya saya lupa
1.
Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P3 : bulan yang lalu kayaknya , 86-91 Sosialisasi Waktu nya tidak menentu Waktu Sosialisasi
kalau untuk itu kadang gak bisa tergantung Yang hadir sedikit pelaksanaan clinical
ditentukan,tergantung kebutuhan kebutuhan Sosialisasi pathway
saja, apalagi kan kadang disini yang tidak appendicitis
tenaga medis atau karyawan menentu akut belum
sering juga berganti-ganti, nah berjalan dengan
jadi kalau ada yang baru masuk optimal
kerja dan belum paham tentang
clinical pathway, biasanya nanti
kita ajarkan juga. Kalau ada
pergantian kita tetap buatlah
pokoknya. Kita cari waktu yang
pas.
P17 : Seharusnya memang harus 113-117 Tenaga medis yang Peserta sosialisasi yang
dilakukan 6 bulan sekali ya dek, berganti-ganti. hadirsedikit
tapi disini kadang tidak
menentu. Kadang dilakukan
sosialisasi sesuai kebutuhan
saja.Soalnya disini juga tenaga
medisnya suka berganti-ganti,
jarang ada yang masuk jadi
harus sering dilakukan
sosialisasi ulang mengenai
clinical pathwaynya
(bersambung)
(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
131
P39 : wah ini saya kurang tahu, kadang 90-95 Tidak bisa hadir saat
saya juga tidak bisa hadir didalam sosialisasi karena
pertemuan atau sosialiasasi karena saya banyak kegiatan.
banyak kegiatan, kadang operasi pasien
appendicitis ada yang cito.
P10 : Tidak jelas dek, kapan ada 54-57 Waktu tidak jelas,
waktunya. Karena waktu untuk kita banyak yang tidak hadir
sosialiasi harus disesuaikan juga.
Sering ada juga yang berhalangan
hadir. Tergantung pihak komite medik
juga kapan mereka ingin melakukan
sosialisasinya.
(bersambung)
2.
Pernyataan Signifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P4 : Mengenai ketersediaan tenaga Pegawainya masih sering Sumber daya Kurangnya Kurangnya
kesehatannya sih sudah cukup,Tetapi 107-115 berganti-ganti. sudah masih ketersediaan Sumber daya
kalau kalau untuk clinical pathway kan kurang sumber daya yang
itu perlu di audit juga kan nah itu yang manusia dalam mendukung
belum ada, ibaratnya lah kan bagian pelaksanaan implementasi
khusus untuk clinical pathway ini audit program clinical
masih belum ada, untuk audit sendiri clinical pathway
clinical pathway ini masih bagian pathway appendicitis
komite medis dan mutu yang akut
mengaudit nya, udah gitukan kadang
pegawai banyak yang ganti-ganti juga
jadii kadang sewaktu ada pegawai yang
resign maka kurang lah pasti SDMnya,
tapi itu biasanya gak lama kok ,karena
kita pasti cari secepatnya pengganti
kalau ada yangresign.
Kurangnya
P17 : SDM dirumah sakit ini sudah 129-132 Belum ada tim khusus Tim audit ketersediaan
cukup, hanya saja untuk clinical untuk clinical pathway khusus clinical sarana dan
pathway belum ada tim prasarana
pathway tidak
khusus,sementara clinical pathway ini untuk
perlu di evaluasi kembali dan harus ada mendukung
dibuat timnya sendiri agar dapat di impleentasi
audit denganbaik. clinical
pathway
(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
133
P10 : menurut saya sih sudah cukup 138-145 Farmasih masih ada susah
lengkap untuk sarana dan prasarana menyatukan terapi antar
cukup kak, hanya saja kalau untuk dokter.
farmasi ya masih ada sih beberapa
terapi yang susah menyatukannya,
misalnya dokter ini mau terapi ini
dokter yang lain mau yang lain lagi,
kadang susah menyediakannya, tapi
kaloappendicitissihkarenaada
pemberianantibiotic
(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
134
(bersambung)
3.
PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P27 : beda memberikan obat dengan 67-69 Pemberian obat yang Tidak memberikan Kepatuhan Kurangnya
ketentuan clinical pathway berbeda terapi sesuai dengan dokter dalam komitmen
yang telah memberikan dalam
ditetapkan terapi kurang implementasi
sesuai dengan clinical
P9 : Untuk hal pemeriksaan dan terapi 65-66 Pemeriksaan dan clinical pathway
kadangpun masih ada beberapa yang terapi tidak sesuai pathway appendicitis
kurang sesuai, hanya sedikit saja tapi akut di
rumahsakit.
P6 : Saya rasa kendalanya adalah 146-153 Ketidakpatuhan dalam Clinical pathway Lembaran
komitmen dari seluruh staff yang pengisian clinical yang Tidak lengkap Clinical
bertugas, masih ada ketidakpatuhan pathway diisi oleh dokter pathway tidak
dalam pengisian clinical pathway, Lembaran linical diisi secara
sehingga komunikasi menjadi hal pathway lupa di isi lengkap
pokok yang harus dijalankan. Semua
informasi mulai dari cara pengisian ,
pemilihan topik harus di diskusikan
kembali. dan berganti-gantinya staff
juga terkadang menjadi masalah,
karena harus menjelaskan kembali dari
awal tentang clinical pathway ini agar
mereka mengerti dan bisa
menerapkannya denganbaik.
(bersambung)
P33: Mungkin dari beberapa dokter 80-82 Dokter kewalahan Jumlah pasien yang
masih ada yang kewalahan dalam banyak
mengisi clinical pathway dikarenakan
pasien kadang yang rame, jadi dokter
tidak lengkap ataupun lupa mengisinya
4.
PernyataanSignifikan Line Koding Kategori Sub Tema Tema
P2 : Proses penyusunan itu sebenernya 36-51 Pedoman Penyusunan clinical Dasar Struktur
berawal dari PPK dek, Pedoman Praktik penyusuan pathway pemilihan birokrasi yang
clinis kemudian dibuat lah kedalam format clinical penyakit mendukung
clinical pathway, nah seluruh tenaga medis pathway untuk implementsi
ikut andil dalam penyusunan ini dan kita pembuatan clinical
diskusikan bersama-sama dek, kita clinical pathway
kumpulkan masing-masing dokter per- pathway appendicitis
KSM , dikumpulkan untuk membuat akut
clinical pathway ini, tenaga medis seperti
perawatnya, bagian gizi juga sama farmasi
pun juga ikut kita buat dengan berdiskusi
sesuai dengan pedoman yang udah ada
tadi. Memang gitulah dek agak panjang
dan ribet prosesnya tetapi harusdijalankan
Tidak semua
P2 : hanya 5 penyakit itu saja dan di ambil 29-31 diagnose penyakit
dari 10 penyakit terbesar dan telah di 5 penyakit mempunyai Clinical
sepakati bersama sewaktu rapat dengan yang telah di pathway Sepuluh
komite medik sepakati penyakit terbesar
yang dibuatkan
clinical pathway .
(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
138
(bersambung)
(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
140
(bersambung)
P5 : Menurut saya sih semua sudah 125-128 SOP sudahberjalanbaik Sop sudah di Penerapan
menjalankan sesuai dengan SOP, nah jalankan sesuai SOP
untuk melihat berjalan atau denganprosedur
kepatuhannya ada tim-tim yang audit
juga kok.
(bersambung)
Universitas Sumatera Utara
142
Lampiran 5. Dokumentasi