TESIS
Oleh
DICKY FACHRIZA
NIM : 167032121
TESIS
Oleh
DICKY FACHRIZA
NIM : 167032121
Saya menyatakan dengan ini bahwa Tesis saya yang berjudul “Mutu
Pelayanan IGD: Perspektif Pasien dan Manajemen di Rumah Sakit Prima Inti
Medika Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah karya saya sendiri dan tidak
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap
Dicky Fachriza
167032121
Abstrak
Hakikat dasar dari rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien
yang mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah sakit. Pasien
mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan nyaman terhadapkeluhan
penyakit pasien. Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit sebagai provider, dimana mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien berarti empati, respek dan tanggap akan
kebutuhannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth
interview (wawancara mendalam). Informan dalam penelitian ini sebanyak 9
orang yang terdiridari 6 (enam) orang petugas IGD dan 3 pasien IGD RS Prima
Inti Medika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan IGD di RS
Prima Inti Medika berdasarkan perspektif pasien dilihat dari kompetensi teknis
masih kurang, keterjangkauan atau akses menurut pasien cukup memuaskan,
efektivitas sudah bagus, efisiensi belum memenuhi harapan, ada kesinambungan
pelayanan kesehatan, keamanan belum maksimal, dan ada kenyamanan. Menurut
Manajemen rumah sakit kompetensi teknis sudah sesuai SOP yang ditetapkan
rumah sakit, keterjangkauan atau akses menurut manajemen pasien mampu
membayar biaya sesuai tarif yang ditetapkan rumah sakit, efektivitas petugas
mampu mengatasi keluhan pasien, efisiensi belum memenuhi harapan, ada
kesinambungan pelayanan kesehatan, keamanan belum maksimal, dan ada
kenyamanan. Dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada manajemen RS
Prima Inti Medika untuk memberikan pelatihan tentang peningkatan kualitas
berkelanjutan agar kualitas pelayanan rumah sakit dapat meningkat selain itu
perawat diharapkan lebih tanggap terhadap keluhan pasien sehingga pasien
merasa nyaman dirawat di RS Prima Inti Medika.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
ABSTRACT
The basic nature of the hospital is fulfilling the needs and demands of patients
who expect to resolve their health problems at the hospital. Patients expect
services that are ready, fast, responsive and comfortable with patient complaints.
Patient satisfaction can be influenced by the quality of health services provided by
the hospital as a provider, where the quality of health services for patients means
empathy, respect and responsiveness to their needs. Thistype of research is
qualitative research with participant observation data collection techniques
(participant observation) and in depth interviews (in-depth interviews). The
informants in this study were 9 people consisting of 6 (six) IGD officers and 3
Prima Inti Medika Hospital IGD patients. The results showed that the quality of
ED services in Prima Inti Medika Hospital based on patient perspectives was
seen from technical competencies still lacking, affordability or access according
to patients quite satisfactory, effectiveness was good, efficiency had not met
expectations, there was continuity of health services, security was not optimal,
and there were convenience. According to hospital management the technical
competence is in accordance with the SOP set by the hospital, affordability or
access according to the management of the patient being able to pay according to
the rate set by the hospital;, and there is comfort. From the results of this study it
was suggested to the management of Prima Inti Medika Hospital to provide
training on continuous quality improvement so that the quality of hospital services
could be increased besides nurses were expected to be more responsive to patient
complaints so that patients felt comfortable being treated at Prima Inti Medika
Hospital.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
Penulismenya dari penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan
dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Utara.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
ini.
5. Dr. Drs. Zulfendri M.Kes, selaku Dosen Penguji I dan Dr. Juanita, SE,
M.Kes, yang telah bersedia meluangkan waktu dalam menguji peneliti hingga
bantuan dan dukungan mulai awal studi, selama proses studi dalam penelitian
ini hingga tugas belajar sampai dengan Tesis ini selesai, terimakasih.
8. Tak lupa terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan
ananda dan tak lupa kakanda, serta adindaku yang tersayang, istri dan anak-
anak yang kucinta keluarga kecil nan indah dan hangat yang ikut memberikan
seluruh keluarga besar RS Prima Inti Medika dan setiap orang yang telah
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Amin.
Dicky Fachriza
167032121
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Riwayat Hidup xiii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Mutu Pelayanan Kesehatan 7
Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan. 7
Dimensi Mutu. 9
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan 11
Instalasi Gawat Darurat 13
Pengertian Instalasi Gawat Darurat. 13
Penanganan dan Kriteria Pasien Instalasi Gawat Darurat 14
Prosedur dan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat. 15
Tanggung jawab Penyelenggaraan Instalasi Gawat Darurat 15
Standar Pelayanan Gawat Darurat 16
Perspektif Pasien 19
Pengertian Perspektif Pasien. 19
Prespektif Mutu Layanan Kesehatan 20
Manajemen Rumah Sakit 21
Pengertian Manajemen 21
Pengertian Manajemen Rumah Sakit. 22
Jenis Rumah Sakit Di Indonesia 22
Analisis Rantai Nilai Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 23
Pemberian Layanan (Service Delivery). 24
Kegiatan Penunjang Pelayanan Kesehatan (Support Activity) 25
Kerangka Pikir 27
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Metode Penelitian 30
Jenis Penelitian 30
Lokasi dan Waktu Penelitian 31
Informan 31
Defenisi Konsep 33
Jenis Data dan Informasi 34
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Analisis Data 37
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Daftar Gambar
No Judul Halaman
2.1 Rantai Nilai (The Value Chain) Industri Jasa Pelayanan Rumah Sakt 23
2.2 Kerangka Pikir 29
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Daftar Lampiran
No Judul Halaman
1 Informed Consent 70
2 Lembar Persetujuan Responden 72
3 Lembar Wawancara 73
4 Hasil Wawancara dengan Petugas IGD RS Prima Inti Medika 75
5 Hasil Wawancara dengan Pasien IGD RS Prima Inti Medika 91
6 Rangkuman Hasil Wawancara 101
7 Dokumentasi Penelitian 105
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Riwayat Hidup
tanggal 24 September 1982, anak kedua dari pasangan Drs. H. Jufri Ragani, MBA
SMP Negeri 1 Tebing Tinggi pada tahun 1994-1997, SMA Negeri 1 Medan pada
Penulis mulai bekerja sejak tahun 2008 sampai sekarang di PT. Pupuk
Iskandar Muda.
Dicky Fachriza
167032121
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Esensi dasar dari rumah sakit ialah untuk memenuhi kepentingan dan
rumah sakit bisa mengobati dan menghilangkan rasa sakit. Harapan dari pasien
kepada rumah sakit yaitu: penyajian yang siap, cekatan, responsif dan
kesehatan yaitu dengan memaksimalkan layanan yang cocok dengan SPRS yang
Konflik yang biasa terjadi di RS akibat mutu jasa yang dikasi petugas
instalasi gawat darurat, dimana di instalasi ini sangat perlu diperhatikan mutu
dari Pancasila. Pendasarannya adalah kepada nilai manusiawi, tata krama dan
profesional, manfaat keadilan, tidak ada perbedaan milik dan anti pembedaan,
tidak ada perbedaan, penjagaan dan keamanan pasien serta sebagai fungsi sosial.
preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat baik secara langsung maupun
tidak.
khusus diatur oleh peraturan menteri dari Rumah Sakit khusus tipe A, B, dan C.
dengan tujuan hasil lebih kasar dibandingkan jenis rumah sakit lainnya. perkiraan
perlu diawasi yaitu adalah kurangnya rumah sakit swasta yang tidak mencari
untung (rumah sakit keagamaan atau yayasan sosial) yang turun cukup signifikan
untuk pertumbuhan Rumah Sakit BUMN adalah tidak ada perubahan bahkan
2018).
jumlah RS di Republik ada 2776 dimana 2198 RSU (RSU) dan 578 RSK (Rumah
Sakit Khusus). Menurut Wibowo (2016) rata-rata pasien IGD pada tahun 2012
sebanyak 291.025, tahun 2013 sebanyak 265.307, tahun 2014 sebanyak 346.717
dan pada tahun 2015 sebanyak 202.788. Terdapat penurunan jumlah pasien IGD
yang cukup bermakna antara tahun 2014 hingga 2015 ada 41,5%. Rata-rata pasien
Dari survei awal yang peneliti lakukan, selama empat tahun belakangan ini
data kunjungan pasien semakin menurun. Angka kunjungan pada IGD tahun 2014
menunjukkan: 1865 pasien, tahun 2015: 1516 pasien, tahun 2016: 1436 pasien,
dan tahun 2017: 1373 pasien. Penurunan angka rujukan ini diasumsikan bahwa
unggulannya.
pada Instalasi Gawat Darurat RS Prima Inti Medika pada tanggal 10 Januari 2018,
Keluhan tersebut antara lain adalah: 1) Masih kurang sesuai harapan terhadap
dalam menangani pasien, 3) Masih belum yakin dengan pelayanan rumah sakit
perlakuan yang akan diberikan sama pasien dan 5) Adanya perkiraan pasien atau
Inti Medika.
tentang mutu jadi persoalan bagi pihak manajemen RS Prima Inti Medika untuk
menjaga kualitas dan mutu pelayanan sehingga orang yang datang ke RS Prima
Inti Medika bisa meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Green (1980) maka
terhadap Pelayanan Publik dinilai masih belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh
pelayanan diberikan oleh IGD. Berdasarkan masalah tersebut dapat pilah menjadi
beberapa alasan: a) banyaknya petugas tidak sama banyak pasien yang diperiksa
dan kurangnya alat yang dimiliki, b) pelayanan yang masih belum maksimal, c)
lokasi mudah diakses, d) tarif pelayanan yang didapat tidak sesuai dengan standar
pelayanan mencakup SDM, garis haluan dan metode serta peralatan tidak
singkron SPM IGD dan standar IGD RS level III sesuai klasifikasi IGD RSUD
Kudus.
rumah sakit terhadap masyarakat terutama pada instalasi gawat darurat yang
merupakan gerbang awal dari rumah sakit. Hal tersebut telah dilakukan oleh
dilakukan RS Prima Inti Medika baik fasilitas fisik, perekrutan sumber daya
fasilitas lain secara terus menerus. Namun hal itu tidak berdampak signifikan,
dapat dilihat dari angka kunjungan pasien yang makin menurun, serta masih
khususnya di IGD.
kesehatan. Orang memilih tempat lain yang bisa memenuhi hasrat dan
keinginannya ketika terjadi kondisi darurat. Ini menandakan bahwa orang tidak
pelayanan IGD, perspektif pasien dan manajemen di RS Prima Inti Medika Tahun
2018.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian.
Manfaat Penelitian
Darurat.
mengenai mutu pemanfaatan fasilitas Rumah Sakit pada instalasi gawat darurat
pada khususnya.
pelayanan IGD, perspektif pasien dan manajemen bagi RS Prima Inti Medika.
Tinjauan Pustaka
yang sesuai standart profesi, sumber daya yang ada di RS secara merata, berdaya
guna dan ampuh juga dikasi secara tidak berisiko dan memadai seperti aturan,
adab hukum dan sosio budaya dengan melihat kekurangan dan kapabilitas
Kesehatan, 2015).
kesempurnaan dari penampakan yang sedang diamati dan juga ketaatan terhadap
aturan yang ada, menurut Tappen (1995) mutu merupakan kesesuaian dari
keinginan pasien dan aturan dasar yang berlaku untuk mencapai tujuan yang
sama. Menurut Wijono (1999) mutu ialah jenis keputusan dari pasien yang paling
dasar.
waktu penyampaian pas, dan ramah (Moenir, 2006 dalam Sujono, 2015).
pelaksanaannya harus sinkron dan kode etik profesi (Azwar, 2014:46). Mary R.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
tahapan. Pelanggan disini diartikan pasien, keluarga, dan yang butuh pemeriksaan
dokter, karyawan. Lebih lanjut menurut Wijono (1999) mutu pelayanan kesehatan
Sutadji, 2013).
produk yang dihasilkan oleh lembaga kesehatan, siapa pelanggannya, dan syarat
yang dikasi pelanggan sama lembaga. Produk yang diberikan lembaga kesehatan
bahan (goods) atau perlakuan (services). Bentuk nyata pelayanan gizi masyarakat
jarak laba yang dicapai dan kehilangan yang semua itu merupakan penyelesaian
proses.
pelayanan yang profesional, hak pelanggan, berarti memberikan yang terbaik bagi
pelanggan, pelayanan yang bagus bisa tidak ada saingan, lintas fungsi, dan
Dimensi Mutu. Konsumen baik punya kemauan atau asa kepada terhadap
ampuh dan berdaya guna. Menurut Pohan (2007) dalam Sujono (2015) barang
atau jasa itu bersifat multi dimensi, demikian juga dengan mutu pelayanan
standar layanan kesehatan yang telah disetujui, mencakup ketaatan, akurasi, fakta,
dan kestabilan; dimensi akses: layanan kesehatan bisa di akses masyarakat, tidak
ada hambatan dari segi letak, ekonomi, sosial, organisasi dan bahasa; Dimensi
Bagi yang tidak memenuhi standar biasanya biaya tinggi, kurang nyaman, makan
dan masyarakat harus mendapatkan rasa aman; dan dimensi kenyamanan, hal ini
kunci utama dari kepuasan pasien, jika pasien puas maka akan kembali
Komunikasi dan situasi fisik di sekitar pasien hal yang perlu diingat; Assurance:
Jika pasien merasakan pelayanan lebih dari yang diharapkan, maka pasien
obat, sarana dan prasaran, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, dan berita;
yang perlu diperhatikan adalah safety yang berarti mengurangi resiko cedera,
ada satu hal yang perlu untuk dinilai dalam suatu pelayanan kesehatan yaitu
Anggapan lain tentang dimensi mutu menurut Oki (2000) dalam Sujono
menurut Pohan (2007) dalam Sujono (2015) yang terdiri dari kemampuan teknis,
Lapau (2015), aspek yang memengaruhi pelayanan kesehatan, (1) teritorial dan
residence, (2) sistem pelayanan kesehatan, (3) terdapat faskes lain yang lebih
maju, (4) individu (usia, kelamin dan status perkawinan), sosial psikologis
Lokasi tidak strategis. (2) Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia: kekurangan
ini yang menyebabkan minat pasien kurang, (3) publikasi kepada masyarakat, (4)
berbobot dimana layanan kesehatan wajib punya syarat khusus dimana, ada dan
berkelanjutan, akses gampang, dapat diterima dan wajar, serta berkualitas (Azwar,
(2) kemampuan fasilitas (informasi), (3) Biaya mahal (ekonomi), dan (4) tradisi
penting yang muncul dari hasil analisis terhadap macam sebelumnya bahwa
pandangan terhadap gejala penyakit, gangguan dan efek dari sakit tersebut,
pengetahuan tentang penyakit, intraksi sosio individu, norma sosial dan struktur
dan faktor penguat (reinforcing) faktor luaran individu yaitu keluarga, rekan,
salah satu akses bagi pasien dalam kondisi kritis maupun mendesak untuk ke
Instalasi Gawat Darurat dapat didefinisikan sebagai pusat klinis di Rumah Sakit
penting karena sebagai unit yang pertama kali menerima pasien sehingga kesan
pertama ini akan mempengaruhi citra dan tingkat kepuasa pasien. Beberapa fungsi
dari instalasi gawat darurat yaitu sebagai penerima awal pasien, triase, penstabilan
Menurut Ali (2014) Tugas IGD RS yaitu melakukan asuhan medis dan
kritis. IGD punya peran sebagai akses pertamapasien kritis. Pelayanan pasien
kritis adalah pelayanan ekspres, buru-buru, cermat dan jeli untuk menghindari
mengakhiri hidup dan kerusakan. Pelayanan ini sifatnya emergency dan melayani
menangani Pelayanan Gawat Darurat, dan jika dibutuhkan bisa merujuk pasien ke
dokter spesialis tertentu (Hidayati, 2014). IGD melakukan pengerjaan awal pasien
IGD ialah melakukan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta layanan
jam non stop (Lestari dan Retno, 2015). Penurunan kinerja perawat dipengaruhi
oleh situasi kerja yang terus menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam
lakukan oleh dokter untuk penstabilan, diagnosa dan terapi definitif, bisa jadi
mengancam jiwa jikabukan cepat lakukan perlakuan dalam tempo cepat (syok,
Prioritas III (Green Label): Non Emergency. False emergency yang tidak
dan ilmu keperawatan hanya tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang.
dan fungsi independen terkait care, fungsi dependen mendelegasikan semua atau
sebahagian dari profesi lain, dan fungsi gabungan, teamwork saling mendukung
program kesehatan.
nakesRSuntuk meladeni pasien secara baik atau tidaknya, santun, beradab, tertib
dan penuh tanggung jawab (Depkes, RI. 2016). Adapun prosedur dan pelayanan
petugas triase: pasien dengan kondisi P1 → ke ruang resusitasi, pasien non trauma
Pasien dilakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat IGD,
dan alat kesehatan di formulir perincian oleh perawat IGD, pencatatan oleh
pencatatan data register oleh petugas administrasi IGD di buku register dan atau
atau pendidikan kesehatan mengenai waktu kontrol dan apa yang perlu dilakukan
kegiatannya yaitu:
pasien (life saving) untuk mendapatkan first aid dan ambulatory care.
dan hanya tertuju pada IGD untuk mendapatkan perlakuan pertama. Hal ini tentu
intensif. Kewajiban ke-2 dalam pelayanan instalasi gawat darurat ialah sebagai
untuk merujuk tindakan kasus yang dianggap sulit untuk mendapatkan rawat inap
yang intensif. Contoh:intensive care unit, masalah umum dan intensive cardiac
856/ Menkes/ SK/IX/2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
adalah:
kecelakaan dengan standar yang berlaku. Kriteria standar 1 falsafah dan tujuan
selama 24 jam penuh, terdapat unit instalasi lain yang menjangkau unit instalasi
kegawat daruratan, terdapat unit evaluasi instalasi gawat darurat yang berfungsi
pengembangan pelayanan.
dengan unitb lain yang ada di RS. Parameter standar 2 administrasi dan
pengelolaan pelayanan gawat darurat adalah sebagai berikut: terdapat kepala unit
IGD yang bertanggung jawab dengan profesi dokter dan memiliki pengalaman
darurat ialah perawat, seluruh staf unit gawat darurat harus mampu melakukan
basic life support, terdapat cara penyelesaian korban massal, disaster plan kasus
di RS atau di luar RS, staf/pegawai harus mengetahui regulasi dan tujuan dari
seluruh pasien yang masuk ke unit instalasi gawat daruat, triase dilakukan orang
Kriteria pasien rujukan adalah sebagai berikut: punya aturan tentang gejala
pasien yang dirujuk ke RS lain; punya aturan untuk menemani pasien yang di
kendaraan; pasien kritis diobservasi tenaga ahli, biasanya seorang dokter: tenaga
sesuai kemampuan pelayanan RS, punya jasa transfusi darah, terdapat tegulasi
penyediaan instrumen obat-obatan life saving, cairan infus sesuai dengan stándar,
pasien yang sudah sehat diberikan informasi kesehatannya dan tersedia rekam
Staf dan Pimpinan. IGD dikepalai dokter, dibantu paramedis yang sudah
dilatih PPGD. ciri 3 staf serta pimpinan pelayanan gawat darurat adalah sebagai
berikut: jumlah, tenaga medis yang tersedia harus sesuai kebutuhan jenis dan
jawab, IGD punya notulensi hasil rapat, adanya poksi tertulis bagi setiap petugas,
petugas instalasi gawat darurat harus selalu ada pada saat mulai penerimaan tugas,
adanya penilaian kinerja seluruh staf, dan tersedianya informasi yang jelas biodata
efektivitas dan efisiensi dalam layanan gawat darurat 24 jam. Ciri 4 fasilitas dan
peralatan layanan gawat darurat adalah sebagai berikut: IGD memiliki petunjuk
dan informasi di instalasi gawat darurat terdapat ajaran dan informasi untuk
pasien untuk menjamin ada keentengan, kefasihan dan keteraturan dalam berikan
layanan, posisi unit/instalasi terdapat petunjuk dan alur proses pelayanan, akses
bagi kendaraan roda empat, terdapat pembedaan lokasi periksa sesuai kondisi
gawat darurat adalah sebagai berikut: adanya SOP untuk penanganan pasien dan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis. Enam (6) barometer
peningkatan staf dan program pendidikan pelayanan gawat darurat adalah sebagai
berikut: terdapat program pelatihan untuk tenaga baru di IGD, informasi pelatihan
untuk tenaga IGD, latihan teratur untuk petugas IGD dalam menghadapi bencana
adalah sebagai berikut: informasi: jumlah kunjungan, respon time, pola penyakit/
tahunnya.
Perspektif Pasien
yang dirasakan, dialami terkait perilaku caring. Perilaku caring adalah tindakan
Menurut Martono (2014) arti kata perspektif ialah cara melihat terhadap
sebuah kasus dari sudut pandang tertentu. Ardianto dan Q-Anees (2014) arti kata
perspektif adalah cara melihat atau cara pandang kita terhadap segala suatu.
diterangkan secara lisan atau tulisan. Misalnya: banyak orang mengutarakan isi
dirasakannya dan dilaksanakan dengan sopan dan santun, tepat, waktu, tanggap
luasnya penyakit. Pandangan pasien ini penting karena jika puas makan akan
datang lagi untuk berobat. Dimensi mutu layanan kesehatan yang berhubungan
suatu pelayanan yang bisa memberikan yang dibutuhkan dan dirasakan serta
dilaksanakan dengan sopan dan santun, tepat, waktu, tanggap dan bisa mengobati
kesehatan yang bermutu yaitu bisa memberikan yang dibutuhkan dan dirasakan
serta dilaksanakan dengan sopan dan santun, tepat, waktu, tanggap dan bisa
dkk, (2013). Manajemen ialah ilmu dan seni memanipulasi proses pendayagunaan
SDM dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk suatu tujuan. Menurut
Menurut G.R Terry (dalam Mulyadi, dkk, 2013) manajemen adalah cara
untuk mendapatkan hasil yang maksimum dengan upaya yang minim, sama
Manajemen ada suatu upaya dengan daya guna dan praktis untuk menuju hasil
yang maksimal.
rumah sakit mengadakan sumber daya, menilai daya guna, mengatur pemakaian
maka diperlukan orang terlatih. Pelayanan yang mengarah kepada pasien, dan
hal yang diperlukan akan tersedia dalam bentuk tepat jumlah, tepat waktu dan
Dari pendapat para ahli diatas, maka pengertian manajemen rumah sakit
dapat diartikan sebagai koordinasi antara berbagai sumber daya dengan cara
(Hapsari, 2010).
memakai anggaran pemodalan dari dalam dan luar negeri. (b) RS Umum, Jiwa,
Khusus (mata, kusta, paru, rehabilitasi kanker, jantung, dsb). (c) RS kelas A, kelas
Kelas Rumah Sakit dibagi atas layanan yang ada. RS kelas A terdapat
kesehatan yang diberikan RS untuk pasien dasarnya ialah superior values kepada
pasien. Nilai unggul disini yaitu kepuasan dan loyalitas pasien kepada RS. Berikut
dapat dijabarkan nilai yang unggul melalui serangkaian rantai nilai seperti yang
Gambar 2.1: Rantai Nilai (The Value Chain) Industri Jasa Pelayanan Rumah Sakit
(Duncan, 1998)
Dari Gambar 2.1 di atas dapat diketahui bahwa dalam manajemen strategis
(Duncan, 1998)
service.
memastikan siapa sasaran, layanan apa yang perlu, price, promosi dan
brand. RS menjajakan barang berupa jasa pelayanan dokter umum dan dokter
spesialis. Alasan pelanggan memilih RS ada yang melihat siapa dokternya, sampai
ada yang mencari dokternya dimanapun dokter itu praktIk. Ini merupakan
diagnosa dan tata cara tindakan. RS mengetahui pelayanan yang tertera di INA-
CBGs. Layanan yang tidak termasuk dalam paket bukan tanggungan BPJS.
Promosi RS biasa dilakukan dalam kegiatan sosial yaitu sunatan masal dan
kesehatan yaitu clinical operation sepatutnya pasien merasa puas dengan mutu
pelayanan minimal dan cocok sama kemauan pasien atau lebih. Customer
dengan pasien. Jika pasien puas dan senang dengan layanan maka dikemudian
hari dia akan kembali menggunakan layanan tersebut jika dibutuhkan. Hubungan
hasilnya pasien akan menjadi loyal, tandanya pasien loyal dia akan
temuan baru berdasarkan kemajuan yang ada untuk bisa menarik jumlah
kunjungan.
After Service. Pelayanan kesehatan di RS ada 2 yaitu klinis dan non klinis.
Pelayanan non klinis didapat pasien waktu berada di RS, nyaman, keramahan
petugas, akses parkir, tempat ibadah, kantin, toilet bersih dan nyaman. Walaupun
jasa layanan ini tidak terlihat dan cuma bisa dirasakan langsung bagi yang
menggunakan layanan. Selain itu, pasien yang telah selesai mendapatkan layanan,
sewaktu akan kembali biasanya pasien disuruh untuk berobat jalan untuk
memantau kondisinya dan kembali dalam jangka waktu tertentu. Ini adalah waktu
saat dimana pasien akan pulang ini bisa dapat dijadikan sebagai wadah
perilaku yang diharapkan berdasarkan nilai dan norma. Dalam organisasi, yang
menjadi anggota organisasi adalah pegawai rumah sakit (tenaga kesehatan dan
membangun budaya organisasi yang tentram biar RS mencapai visi dan misinya.
pelanggan.
diperhatikan adalah keuangan, SDM, informasi, dan perlatan. Jika hal tersebut
tidak dimiliki RS secara, sumber daya strategik ini tidak dimiliki oleh rumah sakit
diharapkan dalam hal ini adalah kepuasan (pegawai dan pasien). Contoh: RS tidak
punya modal untuk membeli alat dan obat serta kebutuhan yang lain, maka RS
akan mengalami kesulitan dalam hal layanan dan akan mengecewakan pasien,
sehingga pasien akan mencari RS lain yang bisa memuaskan. Contoh lain, SDM
yang tidak memadai, sehingga berakitbat pada beban kerja yang terlalu tinggi,
menjadi lama.
dengan kondisi dengan perubahan teknologi. Contoh: data rekam medis yang
nilai bagi pelanggan, bagi pegawai maupun bagi pemilik melalui rantai nilai sejak
dari input, proses, output dan outcomes untuk produk barang, dan untuk jasa
adalah sebelum, saat, dan sesudah pelayanan. Siapa yang lebih efisien maka
Kerangka Pikir
Sakit Prima Inti Medika. Mutu adalah faktor keputusan dari pelanggan. Mutu
hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu
menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif (Wijono, 2000
dalam Sujono, 2015). Begitu juga dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit
pasien akan menilai atas pelayanan yang mereka dapatkan. Dalam harapannya
pelanggan selalu ingin untuk dipenuhi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Harapan pasien akan suatu pelayanan rumah sakit ditentukan oleh pengalaman,
Medika, penilaian mutu pelayanan yang terdiri dari dimensi kompetensi tekniks
kesehatan itu harus dapat dijangkau oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan
penyakit serta berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada; efisiensi,
layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan atau
umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama,
artinya pasien harus dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika
diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu;
keamanan, maksudnya layanan kesehatan itu harus aman bagi pasien, bagi
pemberi layanan, maupun bagi masyarakat sekitarnya; dan kenyamanan, hal ini
berobat kembali ke tempat tersebut (menurut Pohan, 2007 dalam Sujono, 2015).
Medika sangat penting dilakukan karena sesuai dengan visi dari rumah sakit yang
ingin memberikan pelayanan yang prima, cepat dan ramah kepada masyarakat.
Sehingga dengan perbaikan dan menjaga nilai-nilai pada dimensi mutu pelayanan
tersebut akan mengarahkan rumah sakit mencapai visi tersebut. Rumah sakit juga
wajib menjaga kualitas mutu untuk melayani seluruh pasien yang datang berobat
Dari uraian tersebut maka diperoleh kerangka pikir dalam penelitian ini
1. Kompetensi teknis,
2. Keterjangkauan atau akses,
3. Efektivitas
Perspektif Perspektif
4. Efisien,
pasien 5. Kesinambungan, Manajemen
6. Keamanan
7. Kenyamanan
Mutu Pelayanan
IGD
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
IGD, perspektif pasien dan manajemen di RS Prima Inti Medika. Secara teoritis,
menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2014), penelitian kualitatif sering
kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang
secara aktual serta mengembangkan konsep dari menghimpun fakta tetapi tidak
Metode pendekatan dan cara yang akan digunakan dalam memperoleh data
atau fenomena yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah dengan
(Sumantri, 2011).
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data. Dan tidak
diharapkan serta tidak dianjurkan memelihara asumsi dan kekayaan bahwa dirinya
sangat tahu tentang fenomena yang hendak dikaji. Seorang peneliti lebih berada
pada posisi sebagai “orang belajar dari masyarakat, bukan belajar tentang
masyarakat”.
peneliti adalah salah seorang karyawan di RS Prima Inti Medika tersebut, selain
itu peneliti dapat berinteraksi dengan mudah dan mengenal informan dengan baik.
Hal ini memberi manfaat dan kemudahan dalam membina hubungan saling
percaya dengan informan dan penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya
di RS Prima Inti Medika. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018
Informan
meliputi tiga macam yaitu (1) informasi kunci, (key informan), yaitu mereka yang
mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2)
informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan
informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang
adalah Kepala Unit IGD dan Kepala Perawatan IGD. Informan triangulasi adalah
2 orang perawat IGD RS Prima Inti Medika, 1 orang Asisten Apoteker Instalasi
Farmasi, 1 orang Administrasi Keuangan IGD RS Prima Inti Medika dan 3 orang
pasien IGD RS Prima Inti Medika. Teknik pengolahan data menggunakan metode
memiliki sifat yang luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti mengenai
jumlah informan yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah informan
yang diteliti pada penelitian ini tidak ditentukan, teknik yang digunakan dalam
informasi tersebut dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dalam waktu dan
jumlahnya sedikit tetapi tidak tertutup kemungkinan lama kelamaan menjadi besar
(seiring dengan waktu penelitian yang dilakukan). Hal ini dilakukan karena dari
jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang
memuaskan, maka peneliti mencari responden lain yang dapat digunakan sebagai
sumber data.
Sumber Data. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata informan
Definisi Konsep
(2014) adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang
dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat,
mencapai tujuan.
Menurut Sugiyono (2014), data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atautempat penelitian. Data tersebut diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada informan. Dalam hal ini data dan informasi diperoleh
dari Kepala Rumah Sakit, Pegawai Rumah Sakit, dan Pasien yang sudah memakai
jasa pelayanan kesehatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang mengetahui kondisi
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut. Data tersebut seperti
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
teori-teori yang ada hubungannya dengan hal yang sedang diteliti. Studi pustaka
ini bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang bersumber dari
observasi tentu harus ada obyeknya. Obyek observasi tersebut adalah: Place,
tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung; Actor, pelaku
atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu dan Activity, kegiatan
yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
yaitu pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Prima Inti Medika, pelakunya yaitu
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
menemukan data atau informasi yang lebih jelas dari narasumber (informan).
Dezin (dalam Mulyana, 2014). Cara ini merupakan tahapan yang dilalui peneliti
untuk mendapatkan data primer dari informan sesuai dengan kajian atau fokus
Adapun acuan yang dijadikan peneliti untuk melakukan wawancara, terdapat pada
beberapa kali terhadap satu subyek. Dari hasil wawancara pertama nantinya
menjadi pedoman wawancara kedua dan akan begitu seterusnya, sampai data yang
tersebut selain untuk memperjelas dan menambah informasi data, juga sebagai
metode untuk memperoleh keabsahan data atau tidak lain sebagai teknik
(Gunawan, 2014).
dalam sehingga memperoleh jawaban yang lebih kusus dan tepat (Singarimbun,
1989).
Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara
penelitian ini. Pertanyaan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
subjek tidak ada yang terlupakan. Penggunaan HP ini akan dilakukan dengan
Teknik analisis data merupakan cara untuk mengolah data-data yang sudah
penelitian yang dilakukan. Teknik mengolah data ini sering disebut juga teknik
dengan mengumpulkan verbatim (kata demi kata) wawancara dan mengolah data
Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kode, membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya, peneliti
kasus untuk peneliti maupun penerapannya pada kasus yang lain dan menyajikan
secara naratif.
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data kasar yang muncul dari
merupakan klinik yang digunakan hanya untuk karyawan dan keluarga PT. PIM.
Klinik PIM didirikan pada tahun 1985 dan pada tahun 2012 keluar izin menjadi
klinik utama dan kini tumbuh dan berkembang menjadi sebuah unit bisnis PT.
umum PT. PIM melakukan beberapa tahapan persiapan, seperti merubah nama
klinik menjadi RS Prima Inti Medika, merekondisi peralatan medis yang rusak,
menjadi yang terbaik, RS terus menerus melengkapi sarana dan prasarana baik
fisik maupun peralatan medis terutama untuk ruang rawat inap. Dengan demikian,
dengan sarana yang terdepan dan inovatif serta selalu melakukan efisien dengan
upaya peningkatan nilai bisnis dan pelayanan kepada masyarakat telah merintis
berdirinya sebuah rumah sakit yang moderen dan mewah yang diberi nama
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Rumah Sakit Prima Inti Medika. Upaya untuk menumbuh kembangkan klinik
tahapan persiapan, seperti merubah nama klinik menjadi RS Prima Inti Medika,
ruangan, mengadakan lomba logo. Untuk menjadikan RS Prima Inti Medika bisa
menjadi yang terbaik di Aceh Utara dan bahkan terbaik di Aceh, dibutuhkan
Rumah Sakit yang dibangun diareal seluas lebih dua hektar dilengkapi
berbagai fasilitas termasuk pengolah limbah cair yang mungkin belum banyak
dimiliki rumah sakit lain. Namun terdapat juga beberapa sarana yang masih perlu
diperluas dan ditambah seperti, areal parkir dan rumah perawat. Kemudian
daripada seluruh ruangan yang dimiliki seperti, Poli Umum, Poli Gigi, Poli
ruangan dan fasilitas dalam kondisi sangat mewah jauh melebihi fasilitas rumah
Visi, Misi dan Motto. Visi rumah sakit adalah “Menjadi rumah sakit
layanan rumah sakit yang prima kepada masyarakat industri dan masyarakat
melaksanakan pengelolaan rumah sakit sebagai unit bisnis yang berdaya saing
rumah sakit yang kompeten dan berdedikasi tinggi serta sejahtera, dan membantu
melayani”.
Inti Medika terdiri dari layanan rumah sakit, layanan penunjang medik, layanan
klinik dan layanan umum. Fasilitas layanan rumah sakit yaitu IGD beroperasi 24
jam, medical check up, kamar bersalin, rawat jalan, rawat inap, dan fisiotherapi.
Layanan kinik yaitu poli umum, poli spesialis, dan poli gigi. Untuk layanan umum
RS Prima Inti Medika memiliki area parkir, musholla, dan ruang tunggu.
Hasil Penelitian
terdiri dari 6 orang petugas IGD dan 3 orang pasien yang pernah menggunakan
layanan IGD di RS Prima Inti Medika. Karakteristik informan yang ada di IGD
Tabel 4.1.
Karakteristik Informan
Umur
Nama JK Jabatan Informan
(Tahun)
Diana P 45 Kepala Keperawatan RS PIM 1
Darwis L 30 Kepala Unit IGD RS PIM 2
Ari L 32 Perawat 3
Nadia P 22 Perawat 4
Vera P 25 Asisten Apoteker Instalasi 5
Farmasi IGD RS PIM
Akmal L 36 Administrasi Keuangan RS PIM 6
Firmansyah L 40 Pasien 7
Zulfikar L 38 Pasien 8
Dedi Rendra L 38 Pasien 9
Sumber: Hasil Wawancara
(enam) orang informan adalah petugas RS Prima Inti Medika dan 3 (tiga) orang
pasien yang pernah menggunakan layanan IGD RS Prima Inti Medika. Dari 9
informan tersebut sebanyak 6 orang informan laki-laki dan ada 3 orang informan
perempuan.
penelitian ini dilihat berdasarkan dimensi mutu menurut Pohan (2007) dalam
Sujono (2015) yang terdiri dari kompetensi teknis, keterjangkauan atau akses,
layanan kesehatan dalam hal ini petugas IGD masih kurang. Informan merasa
pelayanan terhadap pasien, dan kurang kepercayaan diri. Hal ini seperti yang
Menurut informan 8,
“Untuk profesionalitas dari segi keterampilan perawat masih kurang.
Seperti pada saat perawat melakukan infus, masih terlihat ada keraguan
waktu pemasangan”.
pasca pelayanan masih terdapat kotoran pada bekas luka yang disebabkan
“Akan tetapi pada saat tindakan itu, sedikit saya agak ya bisa dikatakan
tidak sesuai dengan espektasi yang saya rasakan. Karena saya harus
membersihkan ulang tindakan awal petugas IGD”.
petugas IGD RS Prima Inti Medika masih kurang dari harapan pasien. Dimensi
kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang
keterjangkauan atau akses, artinya layanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh
dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya
diukur dengan jarak, akses menuju IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus
paling dibutuhkan adalah akses untuk menuju ruang IGD paling mudah untuk
dapat diakses. Berarti jalanannya itu berarti smooth soft tidak ada halangan
rintangan apapun” dan menurut Informan 9, berdasarkan akses menuju IGD, dan
menyatakan tidak ada masalah dengan biaya yang ditetapkan rumah sakit karena
telah dibayar oleh perusahaan dimana informan tersebut bekerja. Tetapi bagi
menganggap biaya yang ditetapkan rumah sakit terlalu mahal tidak sesuai dengan
Prima Inti Medika masih terlalu mahal untuk pelayanan seperti yang saya
terima”.
tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan, dan
Prima Inti Medika tidak sesuai dengan espektasi informan. Informan merasa
kecewa dengan layanan yang diberikan perawat saat masuk ke IGD akibat
kecelakaan lalu lintas. Karena bekas luka yang dibersihkan perawat IGD masih
budaya kerjasama antara petugas dan perawat terlihat saling mendukung dan
pasien dapat dimengerti pasien, karena perawat menggunakan bahasa atau dialog
akses menuju IGD RS Prima Inti Medika mudah dijangkau, tarif yang ditetapkan
rumah sakit tidak terlalu mahal, ada kerjasama antara perawat dengan dokter, dan
dimengerti. Tetapi dari pelayanan perawat saat di IGD tidak sesuai dengan
espektasi pasien.
7:
juga, tetapi tindakan yang diberikan dokter sudah bagus, tepat waktu, konsultasi
bahwa IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus tetapi kurang memuaskan.
layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu
digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya
standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi,
sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas
Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan pasien IGD RS Prima Inti
pasien dan atau masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak memenuhi standar
memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih besar kepada
pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas, kita dapat memilih
standar layanan kesehatan pada umumnya, karena fasilitas yang ada di IGD RS
Prima Inti Medika belum memenuhi harapan. Hal ini seperti yang diungkapkan
informan 8,
Medika sudah memenuhi harapan, hal ini sesuai dengan kasus yang dihadapi
informan, tetapi untuk kasus lain informan7 kurang tahu apakah fasilitas di IGD
RS Prima Inti Medika sudah memenuhi harapan atau belum, seperti diungkapkan
berikut ini:
pelayanan IGD terkait efisien rumah sakit belum memenuhi harapan. Karena
masih ada sarana prasarana yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut. Menurut
hasil penelitian RS Prima Inti Medika adalah sebuah rumah sakit yang tergolong
baru. Sejak didirikan pada tahun 2012 lalu rumah sakit ini terus melakukan
perbaikan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelayanan, baik dari segi
diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu.
terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana tepat
dalam penelitian ini terlihat dari proses yang mengatur pelayanan pasien mulai
dari kontak pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai
informan baru sekali menerima layanan kesehatan di IGD RS Prima Inti Medika,
apakah pasien informan dalam penelitian ini pernah melakukan rawat kembali
cidera, infeksi, efek samping atau bahaya lain yang ditimbulkan oleh layanan
kesehatan itu sendiri. Berdasarkan keamanan, layanan IGD RS Prima Inti Medika
tergolong belum maksimal. Hal ini sesuai pengalaman Informan 7 selama dirawat
Kalau untuk layanan pasien di Prima Inti Medika, saya rasa belum
maksimal kemungkinannya. Karena saya rasa pengalaman saja. Mungkin
seiring waktu pelayanan di IGD akan maksimal juga. Untuk IGD saya
harapkan itu akses menuju IGDnya gampang dijangkau lancar juga,
kemudian parkir, gampang diakses, kemudian masalah keamanan juga
yang baguslah, bisa menjamin keamanan si pasien.
Prima Inti Medika, bila dihubungkan dengan tahun berdirinya rumah sakit ini
yang masih perlu banyak perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana,
belum maksimal.
pemberi layanan, peralatan medis dan non medis (Suparyanto, 2013). Artinya
perawatan di IGD RS Prima Inti Medika. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
nyaman saat menerima layanan di IGD Prima Inti Medika. Dimensi ini akan
terkait mutu pelayanan IGD berdasarkan perspektif pasien yang pernah menerima
yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas IGD RS Prima Inti Medika
masih kurang dari harapan pasien; keterjangkauan atau akses menuju IGD RS
Prima Inti Medika mudah dijangkau, tarif yang ditetapkan rumah sakit tidak
terlalu mahal, ada kerjasama antara perawat dengan dokter, dan bahasa yang
digunakan perawat saat berkoordinasi dengan pasien dapat dimengerti, tetapi dari
pelayanan perawat saat di IGD tidak sesuai dengan espektasi pasien; efektivitas
IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus tetapi kurang memuaskan; efisien rumah
sakit belum memenuhi harapan, karena masih ada sarana prasarana yang kurang
lengkap di rumah sakit tersebut; ada kesinambungan pasien IGD di RS Prima Inti
Medika, dilihat dari proses yang mengatur pelayanan pasien mulai dari kontak
pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai selesai seluruh
dengan tahun berdirinya rumah sakit ini yang masih perlu banyak perbaikan dan
pasien IGD di RS Prima Inti Medika sudah baik, pasien merasa nyaman saat
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap
PIM, Kepala Unit IGD RS PIM, Asisten Apoteker Instalasi Farmasi IGD RS PIM,
layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu
yang telah disepakati. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh petugas yaitu Kepala
Tindakan penerimaan di IGD itu kita respons time, lebih cepat, kita
langsung menanyakan bila pasien dengan gawat darurat kita ada
standarisasinya yaitu dengan cara langsung menanyakan misalkan pasien
kecelakaan, kita langsung menyentuh pasien dengan memanggil dengan
kurang lebih waktu 10 detik itu harus kita layani segera karena pasien
gawat darurat. Apabila terjadi dengan jantung kita harus lakukan
resusitasi.
memuaskan atau kurang bijaksana serta sikap yang kurang baik menyebabkan
pasien lari dari pengobatannya. Semakin baik hubungan antar manusia maka akan
membuat pasien lebih patuh untuk menjalankan instruksi dari petugas kesehatan.
petugas IGD RS Prima Inti Medika sejauh ini sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang telah ditentukan rumah sakit, petugas IGD sudah
mengetahui apa yang ingin mereka lakukan saat memberikan layanan kesehatan
pada pasien.
keterjangkauan atau akses, artinya layanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh
dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya
diungkapkan oleh Informan 2 (Kepala Unit IGD RS Prima Inti Medika), bahwa :
Parkir harus dipersiapkan karena itu untuk keluar masuknya pasien juga,
jadi kalau misalnya seandainya parkir terlalu semrawut, seandainya
pasien emergency seperti KLB dengan jumlah pasien yang melebihi, tidak
dapat masuk pasien dengan nyaman dengan kondisi parkir yang
semrawut. Jadi akses salah satu hal yang penting.
Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah ditetapkan rumah sakit.
Meskipun dilihat dari layanan ada juga yang merasa lebih mahal. Seperti yang
Medika), terkait biaya layanan yang diberikan RS Prima Inti Medika “biaya itu
dalam tarif. Berdasarkan keluhan memang ada yang mengatakan lebih murah
ada juga yang mengatakan lebih mahal, karena memang ada beberapa pos
pelayanan yang memang pilihan sangat mahal. Oleh karena itu harga room
harus distandarisasi”.
Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah ditetapkan rumah sakit.
Meskipun dilihat dari layanan ada juga yang merasa lebih mahal.
artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah
kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi
yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu
harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi setempat. Hal ini
penilaian dokter.
Efisiensi. Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh sebab itu, dimensi
efisiensi sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien
dapat melayani lebih banyak pasien dan atau masyarakat. Layanan kesehatan yang
nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang
lebih besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas,
standar layanan kesehatan pada umumnya, karena fasilitas yang ada di IGD RS
Prima Inti Medika belum memenuhi harapan. RS Prima Inti Medika memerlukan
ruang untuk resusitasi seandainya ada pasien yang perlu diresusitasi tidak bisa
dilakukan di tempat tidur biasa selain itu RS Prima Inti Medika, seperti yang
“Untuk meja resusitasi kita belum ada kita. Jadi seandainya kita
melakukan resusitasi tidak bisa dilakukan di tempat tidur biasa. Fasilitas
belum sempurna, tapi untuk sementara sudah baik”.
Selain itu IGD RS Prima Inti Medika memerlukan tambahan perangkat tempat
efisien rumah sakit belum memenuhi harapan, karena masih ada sarana prasarana
yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut. Dilihat dari masa berdirinya, RS
Prima Inti Medika masih tergolong baru. Tetapi rumah sakit ini terus melakukan
perbaikan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelayanan, baik dari segi
diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu.
terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana tepat
waktu dan tepat tempat. Hal ini seperti yang diungkapkan Informan 6 berikut ini:
“Jadi seandainya pasien tidak dapat ditangani di IGD dan tidak bisa
ditangani oleh rumah sakit, maka akan diberikan rujukan”.
terlihat dari proses yang mengatur pelayanan pasien mulai dari kontak pertama
baik dirawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai selesai seluruh
dengan kebutuhan pasien. Hal ini sesuai dengan standar prosedur operasional
Keamanan. Sejak didirikan pada tahun 2012 lalu rumah sakit ini terus
dari segi fasilitas maupun sumber daya manusia. Sebagai tanggung jawab dalam
rendahnya kepuasan pasien, dan akan menurunkan produktivitas dari rumah sakit
tersebut.
Dilihat dari akses yang mendukung untuk ke IGD, tarif yang tidak begitu
mahal serta layanan yang diberikan petugas IGD menurut petugas akan membuat
teknis yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas IGD RS Prima Inti
Medika sejauh ini sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah
ditentukan rumah sakit, petugas IGD sudah mengetahui apa yang ingin mereka
lakukan saat memberikan layanan kesehatan pada pasien; pasien yang masuk ke
IGD RS Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah ditetapkan rumah
penilaian dokter; terkait efisien, mutu pelayanan IGD di RS Prima Inti Medika
belum memenuhi harapan, belum efisien, karena masih ada sarana prasarana yang
Prima Inti Medika, dilihat dari proses pengaturan layanan pasien mulai dari
kontak pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai selesai
seluruh fase pelayanan, keamanan IGD di RS Prima Inti Medika tergolong belum
kepuasan pasien, dan akan menurunkan produktivitas dari rumah sakit tersebut;
dan dilihat dari akses yang mendukung untuk ke IGD, tarif yang tidak begitu
mahal serta layanan yang diberikan petugas IGD menurut petugas akan membuat
Pembahasan
espektasi pasien tetapi kompetensi teknis petugas IGD di RS Prima Inti belum
bermutu itu tidaklah mudah. Banyak aspek yang mempengaruhi bermutu atau
tidaknya suatu pelayanan kesehatan. Salah satu aspek terpenting adalah SDM,
yakni mencakup seluruh pegawai rumah sakit, karena sumber daya manusia
merupakan faktor penentu dari mutu pelayanan di rumah sakit. Sumber daya
unit admisi rawat inap, yang merupakan ujung tombak dari arus pasien di rumah
sakit, dituntut harus mampu memahami keinginan dan kebutuhan pasien dengan
upaya memberikan pelayanan prima, dengan harapan pasien merasa puas atas
petugas di IGD, diantaranya yaitu jumlah petugas, kualitas petugas, beban kerja,
bahwa masih perlu adanya perbaikan dari beberapa indikator seperti tangible,
responsiveness, dan assurance. Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Elok
(2015) yang menunjukkan bahwa proses manajemen mutu IGD RSUD Kudus
organisasi mutu berjalan baik, petugas IGD belum memenuhi kriteria khusus.
Menurut Ilyas (2014), salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang
efektif dan efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang
tinggi, profesional sesuai dengan tugas dan fungsi setiap personil. Menurut Pandia
(2016), bahwa kuantitas para tenaga kerja juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan atau institusi agar tujuannya dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Menurut Suryanti (2014), kinerja organisasi atau admisi rawat inap
kesehatan adalah dengan melakukan uji kompetensi. Salah satu langkah yang
kualifikasi, tentunya upah yang harus dibayarkan oleh rumah sakit pasti tinggi.
Hal ini karena mereka mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan mereka
dikatagorikan sebagai tenaga terdidik dan terlatih. Oleh karena itu Manajemen RS
Prima Inti Medika harus mempunyai rencana pendidikan dan pelatihan tenaga
jumlah perawat IGD yang optimal disertai dengan rencana pendidikan dan
mempunyai tim IGD yang mumpuni dan mampu memberikan pelayanan yang
terbaik.
Keterbatasan Penelitian
Prima Inti Medika dengan jumlah informan yang terbatas.Dari petugas menurut
peneliti sudah mencukupi tetapi informan dari pasien yang pernah menerima
layanan IGD di RS Prima Inti Medika tidak mencukupi. Dengan jumlah informan
pasien hanya ada 3, hal ini membuat peneliti terbatas untuk mengkaji secara
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini yang berjudul
Mutu Pelayanan IGD: Perspektif Pasien dan Manajemen di Rumah Sakit Prima
sebagai berikut:
dan sikap petugas IGD RS Prima Inti Medika masih kurang dari harapan pasien.
akses menuju IGD RS Prima Inti Medika menurut peneliti mudah dijangkau, tarif
yang ditetapkan rumah sakit tidak terlalu mahal, ada kerjasama antara perawat
dengan dokter, dan bahasa yang digunakan perawat saat berkoordinasi dengan
pasien dapat dimengerti, tetapi dari pelayanan perawat saat di IGD tidak sesuai
dengan espektasi pasien; efektivitas IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus tetapi
kurang memuaskan; efisien rumah sakit belum memenuhi harapan, karena masih
ada sarana prasarana yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut; ada
kesinambungan pasien IGD di RS Prima Inti Medika, dilihat dari proses yang
mengatur pelayanan pasien mulai dari kontak pertama baik dirawat jalan maupun
di unit gawat darurat sampai selesai seluruh fase pelayanan; keamanan IGD di RS
Prima Inti Medika, bila dihubungkan dengan tahun berdirinya rumah sakit ini
yang masih perlu banyak perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana,
tergolong belum maksimal; dan kenyamanan pasien IGD di RS Prima Inti Medika
62
sudah baik, pasien merasa nyaman saat menerima layanan IGD di RS Prima Inti
Medika.
administrasi rumah sakit, RS Prima Inti Medika masih belum tersistimatis dan
standarisasi. Selain itu rumah sakit harus segera melakukan persiapan dan
standar sebuah rumah sakit. Oleh karena itu dimensi mutu pelayanan berdasarkan
Prima Inti Medika sejauh ini sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
yang telah ditentukan rumah sakit, petugas IGD sudah mengetahui apa yang ingin
mereka lakukan saat memberikan layanan kesehatan pada pasien; pasien yang
masuk ke IGD RS Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah
meminta penilaian dokter; terkait efisien, mutu pelayanan IGD di RS Prima Inti
Medika belum memenuhi harapan, belum efisien, karena masih ada sarana
pasien IGD di RS Prima Inti Medika, dilihat dari proses pengaturan layanan
pasien mulai dari kontak pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat
sampai selesai seluruh fase pelayanan; keamanan IGD di RS Prima Inti Medika
rendahnya kepuasan pasien, dan akan menurunkan produktivitas dari rumah sakit
tersebut; dan dilihat dari akses yang mendukung untuk ke IGD, tarif yang tidak
begitu mahal serta layanan yang diberikan petugas IGD menurut petugas akan
Saran
medis maupun non medis khususnya dalam hal peningkatan mutu layanan
kesehatan rumah sakit terkait dengan manajemen Rumah Sakit Prima Inti Medika;
manajemen mutu pelayanan agar kualitas pelayanan rumah sakit dapat meningkat
gawat darurat yang kurang tanggap dan kurang ramah terhadap pasien, sekiranya
maupun keinginan pasien, sehingga pasien merasa bahwa petugas adalah teman
mereka. Berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien maka petugas rumah sakit
harus dengan serius menangani dan mencari solusi untuk mengatasi persoalan
yang dihadapi pasien, sehingga kedepannya ada perubahan yang lebih baik.
bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terkait dengan judul
penelitian ini, dengan menambah jumlah responden dan lokasi penelitian yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2014. Metodologi dan Aplikasi Riset
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depkes RI. 2016. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Elok Mariyatul Qibtiyah, Sudiro, dan Lucia Ratna Kartika Wulan. 2015.
Manajemen Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kudus
66
Lestari, A.P., Wiwik, A & Retno, A.V. 2015. Penjadwalan perawat di ird dr.
Soetomo menggunakan model goal programming. Skripsi. ITS Surabaya:
tidak dipublikasikan
Mulyadi Dedi, Uus M. Fadli, dan Fitriyani Cipta Kusuma Ningsih. 2013. Analisis
Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Islam
Karawang. Jurnal Manajemen Vol.10 No.3 April 2013.
Nanang Martono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Oki. 2000. Dimensi Mutu pada Organisasi Jasa. Jakarta: Manajemen Manusia
Press.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta
Sujono, Imam. 2015. Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU BLUD Dr. H.
Soemarno Sosroatmojo Tanjung Selor Tahun 2015. Tugas Akhir Program
Magister (TAPM). Program Pascasarjana Universitas Terbuka. Jakarta.
Sutadji. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan Pada Unit Gawat Darurat (Ugd) Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Dtp Rajagaluh Kecamatan Rajagaluh
Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Pusat Studi
Sutrisno Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Penerbit:
Jakarta, Kencana.
USAID. 2014. “Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan untuk Kabupaten/Kota”. Jakarta: USAID
http://wasriyani.blogspot.com/2013/12/tugas-organisasi-manajemen-rumah-
sakit.html
Prosedur penelitian
Apabila Bapak/Ibu/Saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
Bapak/Ibu/Saudara diminta menandatangani lembar persetujuan ini.
Bapak/Ibu/Saudara juga diminta untuk mengisi lembar identitas sebagai informan
dalam wawancara ini. Setelah
Setelah itu Bapak/Ibu/Saudara akan diberi beberapa
pertanyaan terkait pengalaman selama berada di RS Prima Inti Medika. Partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini, membantu Saya untuk mengetahui lebih
jauh informasi yang saya butuhkan.
Kewajiban informan
Wawancara ini mencari tahu tentang pendapat, pandangan dan pemikiran,
Bapak/Ibu/Saudara sehingga harus menjawab dengan terbuka dan jujur karena
tidak ada jawaban benar atau salah. Bila ada yang belum jelas, bisa bertanya lebih
lanjut kepada peneliti.
Risiko
Informan tidak akan mendapat risiko apapun dengan memberikan keterangan dan
informasi pada penelitian ini. Informasi yang diberikan semata untuk penelitian
dan perbaikan.
Manfaat
Penelitian ini mungkin tidak mempunyai keuntungan yang dapat langsung di
rasakan. Kontribusi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini diharapkan dapat
membantu peneliti dalam menganalisis mutu pelayanan di IGD, bagaimana
perspektif pasien dan manajemen di RS Prima Inti Medika.
Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas
identitas informan akan dirahasiakan dan
hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa
identitas informan. Orang lain dijamin tidak dapat menelusuri informan yang
memberikan informasi pada penelitian ini.
Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden untuk
diwawancarai terkait penelitian
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang bernama Dicky
Fachriza dengan judul penelitian Mutu Pelayanan IGD, Perspektif
Perspektif Pasien Dan
Manajemen di RS Prima Inti Medika Tahun 2018.
Demikian persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa ada
unsur paksaan.
Medan,Desember 2018
Responden
(_______________________)
Lampiran 3. Wawancara
LEMBAR WAWANCARA
Data Informan (Kepala Perawat, Kepala Unit IGD, Perawat 2 orang, Asisten
Apoteker Instalasi Farmasi, Administrasi Keuangan,)
Nama Informan :
Umur :
NIP :
Jabatan :
Tanggal wawancara :
Data Informan (Pasien yang mendapatkan pelayanan IGD RS Prima Inti Medika)
Nama Pasien 1 :
Umur :
Alamat :
Tanggal wawancara :
Keluhan :
A. Pra Pelayanan di IGD (Pasien)
1. Pelayanan apa saja yang diharapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
2. Mengapa pelayanan tersebut perlu dilakukan ?
3. Bagaimana pelayanan tersebut dirasakan
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Karena kita berdasarkan jaringan data, jumlah perawat kita sudah
memenuhi syarat. Untuk saat sekarang ada 2 orang perawat ditambah
satu dokter, sudah cukup dan Insha Allah skill yang mereka miliki
sekarang kita lihat Insha Allah sudah tersertifikasi.
Apa yang diinginkan pasien kita, terus kita mencari solusi bagaimana
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kemudian bila permasalahan
tersebut tidak terselesaikan kita meminta bantuan kepada atasan untuk
memberikan masukan.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Saat ini jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai. Kita ada
berjumlah 8 orang, dengan petugas satu shiftnya itu kita tugaskan 2 orang
di IGD. Jumlah total semua anggota petugas di IGD ada 8 orang.
d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan
Jawab:
b. Saat bapak melakukan pelayanan, apakah keluhan yang diderita pada saat
itu.
Jawab:
Untuk mengatasi keluhan dari pasien, kita selesaikan dulu apa yang
dikeluhkan. Kalau misalnya demam, kita temp dulu, injeksi, dan rekam
medisnya, kemudian dianjurkan keluarga untuk mendaftar, kita tetap
melakukan tindakan. Tapi keluarganya kita anjurkan keluarga untuk
mendaftar. Jika pasien itu datang sendiri, kita lakukan tindakan dahulu,
kita selesaikan, baru dilakukan pendaftaran.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Kalau untuk seluruhnya kayaknya belum tapi kalau untuk saat ini
sementara cukup. Idealnya jumlah perawat minimal 3 orang untuk IGD.
Karena seandainya ada pasien yang emergencypun 2 perawat masih bisa
berjaga. Saat yang ada 2 perawat 1 dokter. Dan ini belum ideal tapi
sudah bisa dengan kompetensi yang ada.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Untuk saat ini sudah sesuai, karena kan belum penerimaan BPJS. Tapi
kalau sudah ada penerimaan BPJS, kayaknya 2 orang perawat yang ada
saat ini belum sesuai jadi masih kurang. Karena penerimaan pasien BPJS
terus-terusan pasien masuknya. Hal ini saya ketahui dari rumah sakit lain
sebelum saya bekerja di rumah sakit ini. Waktu belum ada BPJS
pasiennya tuh jarang, hanya pasien asuransi dan umum saja. Tapi kalau
misalnya ada BPJS semua pasien.
Kalau misalnya untuk pasien rawat jalan, obat itu kita siapkan dan kita
berikan ke pasiennya. Kalau ke rawat inap, kita serahkan ke perawatnya.
Selanjutnya perawat yang menyerahkan ke pasiennya. Baik obat injeksi
maupun obat oral.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Sekarang sudah 2 petugas yang ada di IGD. Kalau pagi ada 3 petugas.
Jumlah ini sama dengan jumlah petugas di tempat saya bekerja dulu.
Jadi kalau yang terjadi selama ini, keluarga pasien tidak mau pergi ke
rekam medik, karena jaraknya mungkin terlalu jauh. Jadi rekam medik
yang kemudian harus dipanggil ke IGD. Dan itu menimbulkan friksi di
antara karyawan. Untuk menghindari friksi itu, pertama karena rumah
sakit tidak dilengkapi dengan security atau keamanan belum ada. Jadi
istilahnya tidak ada yang kemudian menjaga pelayanan dan tidak ada
yang ditakuti di rumah sakit sehingga pasien merasa bisa berbuat
sesukanya dan mereka bisa menghina perawat dan sebagainya. Jadi
security itu penting menurut saya.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Kalau sekarang ini jumlahnya sudah sesuai, karena memang patokannya
itu setiap perawat itu punya tugasnya masing-masing. Jadi ada istilahnya
rasio penerimaan pasien di IGD. Jadi kalau saya lihat dalam satu bulan
IGD itu punya pasien 300-500. Jadi kalau dibagikan perhari itu sekitar
10-15 pasien. Jadi satu perawat itu bisa melayani 2-3 pasien setiap
harinya. Dan saya rasa dengan rasio jumlah perawat 5 itu sudah cukup.
lantainya terlalu licin, saya rasa itu juga masih belum standar kalau kita
ingin menggunakan standar permenkes untuk akreditasi misalnya, tentu
IGD ini masih belum cukup.
d. Dari fasilitas yang ada di IGD Prima Inti Medika, menurut bapak fasilitas
apa yang kurang di pelayanan IGD ini?
Jawab:
c. Setelah bapak jalani perawatan di rumah sakit ini apakah terkesan lambat ?
Jawab:
Boleh saya bilang lambat untuk penanganan selanjutnya sesudah
penanganan pertama.
4. Dukungan Pelayanan di IGD
a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Bagaimana proses pelayanan di IGD secara keseluruhan. Adakah budaya
organisasi terlihat seperti kerjasama, saling mendukung atau yang lainnya
mereka saling koordinasi.
Jawab
Kerjasma di IGD saya lihat sudah bagus. Karena saya sebagai pasien
merasa terlayani untuk pertolongan I, baik secara administrasi, farmasi
maupun dan juga pelayanan medis sudah bagus.
d. Bagaimana fasilitas yang ada pada bagian pelayanan IGD Prima Inti
Medika ini?
Jawab:
Yang utama sekali adalah fasilitas. Seperti fasilitas untuk sistem sanitasi,
tetapi fasilitas ruangannya masih kurang seperti pendinginnya, tata letak
ruangannya yang masih kurang.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Kalau yang saya rasakan, karena kemarin itu pasien tidak banyak ya
cukup. Tapi kalau saya harapkan dengan rumah sakit yang sebesar ini,
seharusnya memerlukan personil yang lebih.
lakukan apa yang mereka katakan. Saya mengira itu adalah SOP mereka.
Dan terakhir setelah saya bersih-bersih di ruang kamar mandi selanjutnya
saya baru berbaring sendiri di kamar emergency.
d. Bagaimana fasilitas yang ada pada bagian pelayanan IGD Prima Inti
Medika ini?
Jawab:
Saya melihat fasilitas yang kurang di IGD, pada saat saya mencoba untuk
berbaring, agronomi tubuh saya harus memanjat harus naik tangga
menuju ke tempat tidurnya. Saya rasakan itu masih belum sesuai.
c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Secara kuantitatif mereka itu saya rasa cukup untuk mengayomi saya
selaku korban. Dari segi kualititatif saya lihat masih belum,
profesionalnya masih perlu ditingkatkan.
Berbicara tentang tarif, saya kebetulan karyawan PIM, saya tidak melihat
seberapa besar tarif yang harus saya bayarkan, karena telah dicover oleh
perusahaan.
Nama/Jabatan
No Pra Pelayanan Proses Pelayanan Pasca Pelayanan Dukungan Pelayanan
Responden
Persiapan alat, vital sign, Budaya kerja kurang tantangan, kompetensi sudah
Diana (Kepala
untuk mengetahui kondisi Apabila pasien sembuh, pasien diberi bagus, jumlah dan kualitas perawat sudah cukup,
Keperawatan
1 pasien. Pra pelayanan Sesuai instruksi dokter obat-obatan setelah itu pasien diarahkan fasilitas masih perlu tambahan seperti tempat tidur.
RS Prima Inti
sudah sesuai SOP yang ke kasir Imbalan sudah sesuai dengan jumlah pasien yang
Medika)
ditentukan rumah sakit dilayani dan jumlah perawat yang melayani.
2 Darwis Persiapan sarana dan Respons time, lebih cepat, Apabila pasien merasa belum puas, Hubungan kerja sesama perawat berjalan baik dan
(Kepala Unit prasarana, perawat harus menanyakan penyebab petugas menawarkan perawatan kembali juga hubungan kerja perawat dengan dokter terjalin
IGD RS Prima terampil, mengkaji pasien keluhan dan mencari atau melakukan observasi. Agar pasien baik. Kompetensi petugas sudah terakreditasi.
Inti Medika) penyelesaian masalah dari merasa puas dan sebagai promosi bagi Jumlah dan kualitas perawat sudah sesuai. Fasilitas
keluhan tersebut, rumah sakit. sudah memenuhi harapan. Imbalan disesuaikan
dengan lamanya petugas bekerja.
3 Ari Persiapan alat dan tenaga Menanyakan keluhan Tergantung instruksi dokter. Apabila Budaya kerja lumayan baik, ada kerjasama, ada
(Perawat IGD perawat. Jika terjadi pasien, pemeriksaan tanda- pasien harus rawat inap, konfirmasi ke koordinasi. Kompetensi perawat sudah baik sesuai
RS Prima Inti emergency. Pengecekan tanda vital, seperti temp, bagian rawat inap supaya therapinya dengan standar Permenkes 856. Jumlah dan
Medika) peralatan, persiapan tempat injeksi dan rekam medis. berjalan. kualitas perawat sudah sesuai. Fasilitas belum
parkir, SOP, akses rumah sempurna. Imbalan sudah sesuai.
sakit.
4 Nadia Soraya Persiapan peralatan gawat Menanyakan keluhan, Apabila keluhan pasien parah, harus Budaya kerja dan kompetensi sudah baik, jumlah
(Perawat IGD darurat, sebagai bantuan memasang oksigen, rawat inap. Bila sudah baik konfirmasi dan kualitas perawat sudah sesuai, fasilitas belum
RS Prima Inti anamnesa, pasien gawat persiapan tempat tidur, kembali ke pasien. memenuhi harapan, imbalan belum sesuai harapan.
Medika) darurat disesuaikan dengan menunggu instruksi dokter
kode warna. untuk tindakan selanjutnya
5 Vera Persiapan sudah sesuai Menjelaskan pada pasien Pasien dengan rawat jalan, obat harus Budaya kerja dan komptensi perawat cukup baik,
(Asisten SOP rumah sakit. tentang obat yang disiapkan terlebih dahulu baru kemudian jumlah dan kualitas perawat sudah sesuai, fasilitas
Apoteker Persiapan obat dilengkapi diberikan sesuai dengan diserahkan kepada pasien. Apabila belum memenuhi harapan, imbalan saat UJT sudah
Instalasi dengan edukasinya. instruksi dokter. pasien rawat inap obat disiapkan dan sesuai.`
Farmasi IGD diserahkan kepada perawat. Hal ini perlu
RS Prima Inti dilakukan karena ada koordinasi antara
Medika) unit yang satu dengan unit lainnya.
6 Akmal Persiapan terkait akses Penerimaan pasien sudah Pasca tindakan sudah standar, proses Budaya kerja antar perawat belum tercipta
(Administrasi menuju IGD, untuk bagus, keluhan pasien rawat inap dan proses rujukan sudah sempurna, kompetensi perawat di atas standar,
Keuangan RS memudahkan pasien dan diatasi dengan cara bagus, banyak pasien yang sembuh. Hal jumlah dan kualitas perawat sudah sesuai, fasilitas
Prima Inti keluarga pasien memberikan pengertian ini sebagai penilaian bagi kinerja rumah belum cukup memadai, imbalan masih jauh
Medika) mendapatkan informasi. kepada pasien. sakit dibawah kesesuaian yang ditetapkan pemerintah.
Nama/Jabatan
No Pra Pelayanan Proses Pelayanan Pasca Pelayanan Dukungan Pelayanan
Responden
Kerjasama perawat di IGD sudah bagus, pasien
Kepastian pasien harus rawat
Tindakan penerimaan pasien cukup merasa terlayani untuk pertolongan pertama, baik
Layanan pasien di inap atau tidak cukup cepat,
cepat, pelayanan sudah sesuai, fasilitas secara administrasi, farmasi maupun pelayanan
IGD RS Prima Inti sehingga pasien tidak
1 Firmansyah belum ada yang kurang tetapi perawat medis. Kompetensi perawat kurang cekatan, masih
Medika belum menunggu lama. Tetapi
kelihatan masih canggung, dokter cukup canggung. Jumlah dan kualitas perawat sudah cukup.
maksimal. penanganan selanjutnya
familier, pelayanan farmasi cukup cepat. Fasilitas sudah memenuhi harapan. Tidak ada
terkesan lambat.
masalah dengan tarif.
Tindakan penerimaan pasien oleh dokter Konsultasi terkait kesehatan Budaya kerja di ruang IGD memuaskan sedangkan di
di IGD cukup bagus konsultasi dengan pasien setelah dirawat, ruang rawat inap kurang memuaskan, keterampilan
dokter berjalan, tetapi perawat mengetahui hasilnya. perawat masih kurang, jumlah dan kualitas perawat
Pra pelayanan belum
pendamping kurang terampil, fasilitas sudah cukup, tetapi fasilitas masih kurang, dilihat
2 Zulfikar sesuai harapan
ruangan kurang memadai. Untuk dari pelayanan perawat yang kurang memuaskan
pasien
pelayanan perawat kurang memuaskan, untuk tarif yang dikenakan rumah sakit terlalu mahal.
layanan farmasi terakomodir sesuai
anjuran dokter.
Pra pelayanan Penerimaan pasien jauh dari kepuasan, Pasien memerlukan perawatan Team work di IGD RS Prima Inti Medika belum ada,
berdasarkan akses diharap petugas lebih care tidak kembali, karena masih kompetensi petugas tidak sesuai dengan espektasi,
menuju IGD, dan memilah-milah pasien berdasarkan terdapat kotoran pada bekas jumlah perawat sudah sesuai sedangkan kualitas
persiapan kecelakaan yang dialami pasien, fasilitas luka, perawatan kembali perawat belum profesional, fasilitas sudah memadai
3 Dedi Rendra
penatalaksanaan di IGD masih kurang, pelayanan perawat untuk menghindari infeksi, sekali, tarif tidak ada masalah karena dicover
sudah baik, sesuai masih kurang dibawah espektasi sebuah pelayanan dirasakanmasih perusahaan.
dengan espektasi dan rumah sakit, tindakan dokter sudah kurang.
realita. bagus, dari segi farmasi cukup memadai.
Pra pelayanan sudah Tindakan penerimaan dokter dan Penanganan selanjutnya Kerjasama antar perawat sudah bagus, jumlah
sesuai dengan SOP pelayanan farmasi sudah sesuai, pasien terkesan lambat, harus perawat sudah sesuai, tetapi kompetensi dan kualitas
Firmansyah,
yang ditetapkan oleh diberi informasi tentang kegunaan obat. dilakukan perawatan kembali perawatmasih kurang.
Zulfikar, Dedi
rumah sakit Tetapi pada pelayanan perawat dan karena bekas luka pasien
Rendra
fasilitas IGD masih kurang memuaskan masih kotor untuk
menghindari infeksi