Anda di halaman 1dari 121

1

MUTU PELAYANAN IGD : PERSPEKTIF PASIEN DAN


MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT PRIMA INTI MEDIKA
TAHUN 2018

TESIS

Oleh

DICKY FACHRIZA
NIM : 167032121

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

MUTU PELAYANAN IGD : PERSPEKTIF PASIEN DAN


MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT PRIMA INTI MEDIKA
TAHUN 2018

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DICKY FACHRIZA
NIM : 167032121

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

Telah diuji dan dipertahankan

Pada Tanggal : 6 Februari 2019

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M, MBA, M.Ec, Ph.D


Anggota : 1. Dr.Drs.R Kintoko Rochadi, M.K.M
2. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes
3. Dr. Juanita, SE, M.Kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa Tesis saya yang berjudul “Mutu

Pelayanan IGD: Perspektif Pasien dan Manajemen di Rumah Sakit Prima Inti

Medika Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah karya saya sendiri dan tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini

Medan, Januari 2019


Penulis

Dicky Fachriza
167032121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Abstrak

Hakikat dasar dari rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien
yang mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah sakit. Pasien
mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan nyaman terhadapkeluhan
penyakit pasien. Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit sebagai provider, dimana mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien berarti empati, respek dan tanggap akan
kebutuhannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan in depth
interview (wawancara mendalam). Informan dalam penelitian ini sebanyak 9
orang yang terdiridari 6 (enam) orang petugas IGD dan 3 pasien IGD RS Prima
Inti Medika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan IGD di RS
Prima Inti Medika berdasarkan perspektif pasien dilihat dari kompetensi teknis
masih kurang, keterjangkauan atau akses menurut pasien cukup memuaskan,
efektivitas sudah bagus, efisiensi belum memenuhi harapan, ada kesinambungan
pelayanan kesehatan, keamanan belum maksimal, dan ada kenyamanan. Menurut
Manajemen rumah sakit kompetensi teknis sudah sesuai SOP yang ditetapkan
rumah sakit, keterjangkauan atau akses menurut manajemen pasien mampu
membayar biaya sesuai tarif yang ditetapkan rumah sakit, efektivitas petugas
mampu mengatasi keluhan pasien, efisiensi belum memenuhi harapan, ada
kesinambungan pelayanan kesehatan, keamanan belum maksimal, dan ada
kenyamanan. Dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada manajemen RS
Prima Inti Medika untuk memberikan pelatihan tentang peningkatan kualitas
berkelanjutan agar kualitas pelayanan rumah sakit dapat meningkat selain itu
perawat diharapkan lebih tanggap terhadap keluhan pasien sehingga pasien
merasa nyaman dirawat di RS Prima Inti Medika.

Kata Kunci : Mutupelayanan, perspektif pasien, manajemen

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4

ABSTRACT

The basic nature of the hospital is fulfilling the needs and demands of patients
who expect to resolve their health problems at the hospital. Patients expect
services that are ready, fast, responsive and comfortable with patient complaints.
Patient satisfaction can be influenced by the quality of health services provided by
the hospital as a provider, where the quality of health services for patients means
empathy, respect and responsiveness to their needs. Thistype of research is
qualitative research with participant observation data collection techniques
(participant observation) and in depth interviews (in-depth interviews). The
informants in this study were 9 people consisting of 6 (six) IGD officers and 3
Prima Inti Medika Hospital IGD patients. The results showed that the quality of
ED services in Prima Inti Medika Hospital based on patient perspectives was
seen from technical competencies still lacking, affordability or access according
to patients quite satisfactory, effectiveness was good, efficiency had not met
expectations, there was continuity of health services, security was not optimal,
and there were convenience. According to hospital management the technical
competence is in accordance with the SOP set by the hospital, affordability or
access according to the management of the patient being able to pay according to
the rate set by the hospital;, and there is comfort. From the results of this study it
was suggested to the management of Prima Inti Medika Hospital to provide
training on continuous quality improvement so that the quality of hospital services
could be increased besides nurses were expected to be more responsive to patient
complaints so that patients felt comfortable being treated at Prima Inti Medika
Hospital.

Keywords: Quality of service, patient perspective, management

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

dengan judul “Mutu Pelayanan IGD: Perspektif Pasien dan Manajemen di

Rumah Sakit Prima Inti Medika Tahun 2018”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Penulismenya dari penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan

dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M, MBA, M.Ec, Ph.D, selaku Sekretaris Program

Pascasarjana S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus selaku

Ketua Komisi Pembimbing I dan Dr.Drs.R Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku

Pembimbing II yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6

memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis

ini.

5. Dr. Drs. Zulfendri M.Kes, selaku Dosen Penguji I dan Dr. Juanita, SE,

M.Kes, yang telah bersedia meluangkan waktu dalam menguji peneliti hingga

selesainya penulisan tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Terima kasih kepada seluruh jajaran Direksi PT Pupuk Iskandar Muda,

seluruh GM, seluruh Manajer dan seluruh Karyawan serta teman-teman

seperjuangan yang telah memberikan izin mengikuti pendidikan, penelitian,

bantuan dan dukungan mulai awal studi, selama proses studi dalam penelitian

ini hingga tugas belajar sampai dengan Tesis ini selesai, terimakasih.

8. Tak lupa terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan

ananda dan tak lupa kakanda, serta adindaku yang tersayang, istri dan anak-

anak yang kucinta keluarga kecil nan indah dan hangat yang ikut memberikan

dukungan dan perhatian serta support hingga selesainya tesis ini.

9. Seluruh teman-teman satu angkatan, seluruh keluarga besar “Lojac Family”,

seluruh keluarga besar RS Prima Inti Medika dan setiap orang yang telah

menyumbangkan masukan, saran serta motivasi untuk kesempurnaan tesis ini,

saya mengucapkan terima kasih semoga Tuhan membalas kebaikan yang

telah diperbuat dan melimpahkan rezeki kepada kita semua.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Amin.

Medan, Januari 2019


Penulis

Dicky Fachriza
167032121

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

Daftar Isi

Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Riwayat Hidup xiii

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7
Mutu Pelayanan Kesehatan 7
Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan. 7
Dimensi Mutu. 9
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan 11
Instalasi Gawat Darurat 13
Pengertian Instalasi Gawat Darurat. 13
Penanganan dan Kriteria Pasien Instalasi Gawat Darurat 14
Prosedur dan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat. 15
Tanggung jawab Penyelenggaraan Instalasi Gawat Darurat 15
Standar Pelayanan Gawat Darurat 16
Perspektif Pasien 19
Pengertian Perspektif Pasien. 19
Prespektif Mutu Layanan Kesehatan 20
Manajemen Rumah Sakit 21
Pengertian Manajemen 21
Pengertian Manajemen Rumah Sakit. 22
Jenis Rumah Sakit Di Indonesia 22
Analisis Rantai Nilai Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 23
Pemberian Layanan (Service Delivery). 24
Kegiatan Penunjang Pelayanan Kesehatan (Support Activity) 25
Kerangka Pikir 27

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

Metode Penelitian 30
Jenis Penelitian 30
Lokasi dan Waktu Penelitian 31
Informan 31
Defenisi Konsep 33
Jenis Data dan Informasi 34
Metode Pengumpulan Data 34
Metode Analisis Data 37

Hasil Penelitian Dan Pembahasan 39


Gambaran Umum Rumah Sakit Prima Inti Medika 39
Hasil Penelitian 41
Pembahasan 59
Keterbatasan Penelitian 61

Kesimpulan Dan Saran 62


Kesimpulan 62
Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 66

LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

Daftar Gambar

No Judul Halaman

2.1 Rantai Nilai (The Value Chain) Industri Jasa Pelayanan Rumah Sakt 23
2.2 Kerangka Pikir 29

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

Daftar Lampiran

No Judul Halaman

1 Informed Consent 70
2 Lembar Persetujuan Responden 72
3 Lembar Wawancara 73
4 Hasil Wawancara dengan Petugas IGD RS Prima Inti Medika 75
5 Hasil Wawancara dengan Pasien IGD RS Prima Inti Medika 91
6 Rangkuman Hasil Wawancara 101
7 Dokumentasi Penelitian 105

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12

Riwayat Hidup

Penulis bernama Dicky Fachriza, dilahirkan di Tanjung Gading, pada

tanggal 24 September 1982, anak kedua dari pasangan Drs. H. Jufri Ragani, MBA

dan Ibu Hj. Barbara Shelly.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1

Tanjung Gading pada tahun 1991-1994, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di

SMP Negeri 1 Tebing Tinggi pada tahun 1994-1997, SMA Negeri 1 Medan pada

tahun 1997-2000, Pendidikan Diploma I Politeknik Negeri Medan Tahun 2000-

2001, melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedoktera Gigi pada tahun 2001-2005,

kemudian mengikuti Pendidikan Profesi Kedokteran Gigi pada tahun 2005-2007.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administras Rumah Sakit Fakultas Kesehatan

Masyarakat di Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2016-2018.

Penulis mulai bekerja sejak tahun 2008 sampai sekarang di PT. Pupuk

Iskandar Muda.

Medan, Januari 2019


Penulis

Dicky Fachriza
167032121

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

Pendahuluan

Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah milik semua penduduk, hal ini tertera di

Undang-Undang Dasar 1945 yang harus diterapkan untuk meningkatkan derajat

kesehatan. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 mengenai RS menjelaskan maka

RS menggambarkan lembaga pelayanan kesehatan untuk masyarakat dengan

model sendiri akibat dari berkembangnya keahlian, kesuksesan teknologi dan

sosial ekonomi untuk menaikkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Esensi dasar dari rumah sakit ialah untuk memenuhi kepentingan dan

keinginan pasien untuk penyelesaian masalah kesehatannya. Pandangan pasien

rumah sakit bisa mengobati dan menghilangkan rasa sakit. Harapan dari pasien

kepada rumah sakit yaitu: penyajian yang siap, cekatan, responsif dan

menentramkan. Kesenangan pasien biasanya dipengaruhi sama mutu pelayanan

yang diberikan (empati, respek dan tanggap). Petugas kesehatan yang

memberikan pelayanan, mutu pelayanan bagi petugas artinya bebas berbuat

sesuatu secara profesional. Upaya rumah sakit untuk menaikkan kualitas

kesehatan yaitu dengan memaksimalkan layanan yang cocok dengan SPRS yang

tertera di Kepmenkes RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 mengenai Standar

Pelayanan Rumah Sakit (Mulyadi, 2013).

Konflik yang biasa terjadi di RS akibat mutu jasa yang dikasi petugas

sama pelanggan kurang memuaskan (Yoestandri dalam Sujono, 2015).

Penindakan kasus cepat tanggap diperlukan untuk upaya menyelamatkan jiwa.

Pelayanan rumah sakit untuk kasus-kasus gawat darurat, biasanya berada di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

instalasi gawat darurat, dimana di instalasi ini sangat perlu diperhatikan mutu

pelayanannya. Sering terjadi masalah pelayanan gawat darurat yang kurang

maksimal dikarenakan beberapa alasan (kurang cekatan, petugas yang kurang

profesional, fasilitas yang tidak memadai) (Sujono, 2015).

Penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia harus berasaskan nilai-nilai

dari Pancasila. Pendasarannya adalah kepada nilai manusiawi, tata krama dan

profesional, manfaat keadilan, tidak ada perbedaan milik dan anti pembedaan,

tidak ada perbedaan, penjagaan dan keamanan pasien serta sebagai fungsi sosial.

Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat secara promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat baik secara langsung maupun

tidak.

Karakteristik rumah sakit Indonesia memiliki beberapa klasifikasi dalam

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Klasifikasi tersebut ditujukan

kepada RS berdasarkan fasilitas dan kemampuan dalam memberikan pelayanan.

Klasifikasi tersebut terdiri dari tipe A, B, C dan D. Sedangkan untuk Rumkit

khusus diatur oleh peraturan menteri dari Rumah Sakit khusus tipe A, B, dan C.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pertumbuhan rumah sakit swasta

dengan tujuan hasil lebih kasar dibandingkan jenis rumah sakit lainnya. perkiraan

pertumbuhannya 17,3%. Rumah sakit pemerintah tumbuh 7.7%. masalah yang

perlu diawasi yaitu adalah kurangnya rumah sakit swasta yang tidak mencari

untung (rumah sakit keagamaan atau yayasan sosial) yang turun cukup signifikan

di akhir tahun 2017, disebabkan ketidakmampuan dalam me-recovery pembiayaan

dalam operasionalnya. Untuk dapat bertahan rumah sakit tersebut diantaranya

melakukan perubahan terhadap karakteristiknya menuju penswastaan. Sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

untuk pertumbuhan Rumah Sakit BUMN adalah tidak ada perubahan bahkan

terjadi pengurangan di beberapa provinsi salah satunya Jawa Timur (Kemenkes,

2018).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017)

jumlah RS di Republik ada 2776 dimana 2198 RSU (RSU) dan 578 RSK (Rumah

Sakit Khusus). Menurut Wibowo (2016) rata-rata pasien IGD pada tahun 2012

sebanyak 291.025, tahun 2013 sebanyak 265.307, tahun 2014 sebanyak 346.717

dan pada tahun 2015 sebanyak 202.788. Terdapat penurunan jumlah pasien IGD

yang cukup bermakna antara tahun 2014 hingga 2015 ada 41,5%. Rata-rata pasien

tersebut merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit Provinsi.

Dari survei awal yang peneliti lakukan, selama empat tahun belakangan ini

pasien yang memanfaatkan pelayanan IGD di RS Prima Inti Medika berdasarkan

data kunjungan pasien semakin menurun. Angka kunjungan pada IGD tahun 2014

menunjukkan: 1865 pasien, tahun 2015: 1516 pasien, tahun 2016: 1436 pasien,

dan tahun 2017: 1373 pasien. Penurunan angka rujukan ini diasumsikan bahwa

adanya berbagai masalah yang dialami pasien sehingga berdampak pada

berkurangnya pemanfaatan pelayanan IGD di RS Prima Inti Medika yang menjadi

unggulannya.

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan pasien berjumlah 10 orang

pada Instalasi Gawat Darurat RS Prima Inti Medika pada tanggal 10 Januari 2018,

diketahui banyaknya keluhan mengenai kualitas pelayanan di instalasi tersebut.

Keluhan tersebut antara lain adalah: 1) Masih kurang sesuai harapan terhadap

tenaga medis dalam menangani masalah gawat darurat pasien, 2) Keterlambatan

dalam menangani pasien, 3) Masih belum yakin dengan pelayanan rumah sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

karena rumah sakit masih tergolong baru, 4) kurang informasi mengenai

perlakuan yang akan diberikan sama pasien dan 5) Adanya perkiraan pasien atau

keluarga terhadap malpraktek yang dilakukan oleh tenaga kesehatan RS Prima

Inti Medika.

Semua keluhan ini membuat citra RS semakin buruk. Keluhan-keluhan

tentang mutu jadi persoalan bagi pihak manajemen RS Prima Inti Medika untuk

menjaga kualitas dan mutu pelayanan sehingga orang yang datang ke RS Prima

Inti Medika bisa meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Green (1980) maka

ada 3 aspek yang merajai pemanfaatan: predisposisi, pemungkin, faktor penguat.

Hasil penelitian Rima dan Yuliani (2015) tentang Kepuasan Masyarakat

terhadap Pelayanan Publik dinilai masih belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh

minimnya SDM dan peralatan yang mengakibatkan kurang maksimalnya

pelayanan diberikan oleh IGD. Berdasarkan masalah tersebut dapat pilah menjadi

beberapa alasan: a) banyaknya petugas tidak sama banyak pasien yang diperiksa

dan kurangnya alat yang dimiliki, b) pelayanan yang masih belum maksimal, c)

lokasi mudah diakses, d) tarif pelayanan yang didapat tidak sesuai dengan standar

yang ada, e) kurangnya disiplin tenaga medis dan minimnya SDM.

Penelitian Elok (2015) di RSUD Kudus menyebutkan bahwa kualitas

pelayanan mencakup SDM, garis haluan dan metode serta peralatan tidak

singkron SPM IGD dan standar IGD RS level III sesuai klasifikasi IGD RSUD

Kudus.

Pemanfaatan fasilitas pelayanan dan didukung dengan sumber daya

manusia merupakan elemen penting dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

rumah sakit terhadap masyarakat terutama pada instalasi gawat darurat yang

merupakan gerbang awal dari rumah sakit. Hal tersebut telah dilakukan oleh

manajemen RS Prima Inti Medika. Upaya peningkatan kualitas tersebut telah

dilakukan RS Prima Inti Medika baik fasilitas fisik, perekrutan sumber daya

manusia, ketersediaan alat-alat kesehatan yang memadai, serta peningkatan

fasilitas lain secara terus menerus. Namun hal itu tidak berdampak signifikan,

dapat dilihat dari angka kunjungan pasien yang makin menurun, serta masih

banyaknya keluhan dari masyarakat dalam pemberian pelayanan kesehatan

khususnya di IGD.

Rendahnya kualitas bantuan di IGD di RS Prima Inti Medika

mengakibatkan masyarakat mencari alternantif fasilitas kesehatan lainnya

sehingga tidak menjadi pilihan prioritas dalam memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Orang memilih tempat lain yang bisa memenuhi hasrat dan

keinginannya ketika terjadi kondisi darurat. Ini menandakan bahwa orang tidak

percaya sama mutu pelanyanannya.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa mutu

pelayanan IGD, perspektif pasien dan manajemen di RS Prima Inti Medika Tahun

2018.

Rumusan Masalah

Bagaimana mutu pelayanan IGD, perspektif pasien dan manajemen di RS

Prima Inti Medika Tahun 2018.

Tujuan Penelitian.

Untuk mengetahui mutu pelayanan IGD, perspektif pasien dan manajemen

di RS Prima Inti Medika Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Manfaat Penelitian

Bagi Manajemen RS Prima Inti Medika. Untuk bahan masukan dan

pertimbangan dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan Instalasi Gawat Darurat di

RS Prima Inti Medika.

Bagi Karyawan Instalasi Gawat Darurat. Mengetahui dan menambah

sumber referensi terbaru dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan di Instalasi Gawat

Darurat.

Bagi Program S2 IKM USU. Tambahan refrensi dan bahan bacaan

mengenai mutu pemanfaatan fasilitas Rumah Sakit pada instalasi gawat darurat

pada khususnya.

Bagi Peneliti. Tambahan informasi dan pengalaman manajerial mutu

pelayanan IGD, perspektif pasien dan manajemen bagi RS Prima Inti Medika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Tinjauan Pustaka

Mutu Pelayanan Kesehatan

Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan

adalah level layanan RS untuk memenuhi kebutuhan individu untuk pelayanan

yang sesuai standart profesi, sumber daya yang ada di RS secara merata, berdaya

guna dan ampuh juga dikasi secara tidak berisiko dan memadai seperti aturan,

adab hukum dan sosio budaya dengan melihat kekurangan dan kapabilitas

pemerintah dan pelanggan (Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen

Kesehatan, 2015).

Penelitian lain menyebutkan, Azwar (2014) mutu merupakan level dari

kesempurnaan dari penampakan yang sedang diamati dan juga ketaatan terhadap

aturan yang ada, menurut Tappen (1995) mutu merupakan kesesuaian dari

keinginan pasien dan aturan dasar yang berlaku untuk mencapai tujuan yang

sama. Menurut Wijono (1999) mutu ialah jenis keputusan dari pasien yang paling

dasar.

Petugas yang melayani pasien diharapkan memenuhi beberapa syarat

untuk memuaskan pelanggan, diantaranya: perilaku sopan, cara berkomunikasi,

waktu penyampaian pas, dan ramah (Moenir, 2006 dalam Sujono, 2015).

Beberapa mutu pelayanan kesehatan menurut beberapa ahli ialah lembaga

kesehatan bisa memuaskan pelanggannya sesuai level kepuasan dan

pelaksanaannya harus sinkron dan kode etik profesi (Azwar, 2014:46). Mary R.

Zimmerman mengatakan mutu ialah memadati dan melampaui keperluan serta

keinginan costumers lewat perubahan ke arah yang berlanjut untuk semua

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

tahapan. Pelanggan disini diartikan pasien, keluarga, dan yang butuh pemeriksaan

dokter, karyawan. Lebih lanjut menurut Wijono (1999) mutu pelayanan kesehatan

adalah penampakan pantas satu masukan yang dinyatakan aman, yang

membagikan karya nyata terhadap individu dan memiliki keterampilan untuk

menciptakanpada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kesulitan gizi (dalam

Sutadji, 2013).

Upaya pengembangan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dan pada

organisasi penyedia pelayanan kesehatan, tindakan pertama yaitu mengenalkan

produk yang dihasilkan oleh lembaga kesehatan, siapa pelanggannya, dan syarat

yang dikasi pelanggan sama lembaga. Produk yang diberikan lembaga kesehatan

bahan (goods) atau perlakuan (services). Bentuk nyata pelayanan gizi masyarakat

(posyandu: produknya, siapa konsumennya), sama juga pelayanan gizi institusi

(apa produk instalasi gizi, dan siapa konsumennya) (Sujono, 2015).

Donabedian (1980) dalam Sutadji (2013) kualitas pelayanan merupakan

sebuah bantuan yang dikehendaki untuk memantapkan suatu takaran yang

menyeluruh dari ketentraman pelanggan setelah itu dikira dihitung kesepadanan

jarak laba yang dicapai dan kehilangan yang semua itu merupakan penyelesaian

proses.

Alasan kenapa perlu menjaga mutu pelayanan terhadap pelanggan:

pelayanan yang profesional, hak pelanggan, berarti memberikan yang terbaik bagi

pelanggan, pelayanan yang bagus bisa tidak ada saingan, lintas fungsi, dan

kemajuan organisasi tergantung pelanggan (Usaid Indonesia, 2014).

Berdasarkan paparan sebelumnya, bisa dikatakan mutu pelayanan

kesehatan merupakan pelayanan kesehatan yang bisa memuaskan pelanggan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

menggunakan jasanya dimana level kepuasan berdasarkan pelaksanaannya sesuai

dengan aturan dan kode etik profesi.

Dimensi Mutu. Konsumen baik punya kemauan atau asa kepada terhadap

jasa yang ditawarkan organisasi penyedia pelayanan kesehatan. Mereka

mempunyai kualifikasi yang diharapkan dapat dipenuhi RS terhadap produk

layanan yang diberi. Pelanggan eksternal sebagai pelanggan jasa pelayanan

mengangankan apa yang diinginkan dapat dipuaskan, petugas berkeinginan

pelayanan memenuhi standar profesi dan manajemen berkeinginan layanan yang

ampuh dan berdaya guna. Menurut Pohan (2007) dalam Sujono (2015) barang

atau jasa itu bersifat multi dimensi, demikian juga dengan mutu pelayanan

kesehatan. Dimensi mutu pelayanan kesehatan adalah: dimensi kompetensi

tekniks: keahlian, kapasitas dan prestasi petugas. layanan kesehatan mengikuti

standar layanan kesehatan yang telah disetujui, mencakup ketaatan, akurasi, fakta,

dan kestabilan; dimensi akses: layanan kesehatan bisa di akses masyarakat, tidak

ada hambatan dari segi letak, ekonomi, sosial, organisasi dan bahasa; Dimensi

efektivitas: bisa mengobati atau meminimalkan keluhan, mencegah berevolusinya

penyakit; dimensi efisiensi: banyak melayani pelanggan dan atau masyarakat.

Bagi yang tidak memenuhi standar biasanya biaya tinggi, kurang nyaman, makan

waktu, serta mengakibatkan dampak kepada pasien; dimensi kesinambungan:

pasien harus dilayani sesuai keinginannya; dimensi keamanan: pasien, petugas,

dan masyarakat harus mendapatkan rasa aman; dan dimensi kenyamanan, hal ini

kunci utama dari kepuasan pasien, jika pasien puas maka akan kembali

menggunakan layanan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Zeithaml dan Parasuraman (2003) dalam Sujono (2015) menjelaskan 5

dimensi mutu untuk memperkirakan kepuasan, yaitu: Tangible: sarana prasarana,

petugas, dan media komunikasi yang dirasakan pasien. Cara mengukurnya

menggunakan mata; Reliability: keahlian memberikan layanan yang akurat dan

terpercaya atau konsisten. (kemahiran dan sejauhmana bisa memberilayanan yang

betul; Responsiveness: yaitu petugas harus tanggap terhadap keluhan pasien.

Komunikasi dan situasi fisik di sekitar pasien hal yang perlu diingat; Assurance:

sopan santun petugas dan keahliannya untuk memuaskan pasien (kekabiban,

kebolehan dan keselamatan); dan Emphaty: membangun rapport dan perlakuan

serta kepedulian yang maksimal kepada pasien.

Jika pasien merasakan pelayanan lebih dari yang diharapkan, maka pasien

menganggap bermutu, demikian juga sebaliknya.

Menurut Donabedian dalam Sutadji (2013), pengukuran mutu pelayanan

kesehatan bisa diukur menggunakan 3 faktor: Input (struktur): petugas, modal,

obat, sarana dan prasaran, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, dan berita;

Proses: hubungan professional petugas dan pasien; Output/outcome: hasil servis

yang diberikan termasuk apa yang dirasakan pasien.

Wijono (1999) menambahkan bahwa dalam mutu pelayanan kesehatan

yang perlu diperhatikan adalah safety yang berarti mengurangi resiko cedera,

kontaminasi, reaksi pengobatan, atau bahaya lainnya. Menurut Purnama (2014),

ada satu hal yang perlu untuk dinilai dalam suatu pelayanan kesehatan yaitu

knowing the customer, suatu pemahaman penyedia layanan (provider) terhadap

kebutuhan dan harapan konsumen (dalam Sujono, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Anggapan lain tentang dimensi mutu menurut Oki (2000) dalam Sujono

(2015) ada 7 (tujuh) dimensi mutu yaitu: Time:durasi pasien menunggu,

Timeliness: ketepatan pelayanan, Completenss: pasien mendapatkan layanan yang

sesuai dari apa yang ditawarkan, Courtes:petugas ramah dalam pelanan,

Consistency: semua pasien mendapat perlakuan yang sama, Accessbility and

convenience: Mudah diakses dan dinikmati dan Responsiveness: petugas

responsive dan bisa mencari solusi dari masalah yang ada

Kesimpulan mengenai dimensi mutu pelayanan adalah dimensi mutu

menurut Pohan (2007) dalam Sujono (2015) yang terdiri dari kemampuan teknis,

akses, efektivitasefisien, kontinuitas, keselamatandan ketentraman.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan. Menurut Departement Of Education and Welfare, USA (1997) dalam

Lapau (2015), aspek yang memengaruhi pelayanan kesehatan, (1) teritorial dan

residence, (2) sistem pelayanan kesehatan, (3) terdapat faskes lain yang lebih

maju, (4) individu (usia, kelamin dan status perkawinan), sosial psikologis

(pandangan terhadap faskes, pengetahuan dan sumber informasi dari faskes),

ekonomi dan kemudahan menjangkau fasilitas kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh (1) akses:

Lokasi tidak strategis. (2) Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia: kekurangan

ini yang menyebabkan minat pasien kurang, (3) publikasi kepada masyarakat, (4)

Demand: keinginan dan kesanggupan membayar (Depkes, 2014).

Konsumen di masa saat ini semakin ketatuntuk memilih dan menggunakan

pelayanan kesehatan. Banyaknya pelayanan kesehatan yang tersedia memaksa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

masyarakat menilai kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan yang

berbobot dimana layanan kesehatan wajib punya syarat khusus dimana, ada dan

berkelanjutan, akses gampang, dapat diterima dan wajar, serta berkualitas (Azwar,

2016). Semakin tingginya pemanfaatan pelayanan maka pelayanan tersebut

disebut berkualitas. Faktor yang mempengaruhinya adalah: (1) jarak (geografi),

(2) kemampuan fasilitas (informasi), (3) Biaya mahal (ekonomi), dan (4) tradisi

(budaya) (Depkes RI, 2014).

Pendapat diatas menurut Chumming, dkk. (Muzaham, 2017), suatu ciri

penting yang muncul dari hasil analisis terhadap macam sebelumnya bahwa

pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi: Kemudahan: membayar biaya

pelayanan dan perawatan kesehatan, kesadaran dan tersedianya fasilitas, sikap

individu: kepercayaan pengobatan dan kualitas pelayanan, ancaman penyakit:

pandangan terhadap gejala penyakit, gangguan dan efek dari sakit tersebut,

pengetahuan tentang penyakit, intraksi sosio individu, norma sosial dan struktur

sosial, dan karakteristik demografi (status sosial, pendapatan dan pendidikan).

Teori pemanfaatan lain oleh Green (1980) yaitu: faktor predisposisi

(predispotition) mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan kesehatan, nilai dan

pandangan serta demografi yang mempengaruhi motivasi untuk tindakan

pelayanan kesehatan, faktor pemungkin (enabling) mencakup kemampuan yaitu

ketersediaan faskes, petugas, price, jarak, transportasi, waktu pelayanan kesehatan

dan faktor penguat (reinforcing) faktor luaran individu yaitu keluarga, rekan,

guru, UU kesehatan, sikap dan perilaku nakes serta provider kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Instalasi Gawat Darurat

Pengertian Instalasi Gawat Darurat. Instalasi gawat darurat merupakan

salah satu akses bagi pasien dalam kondisi kritis maupun mendesak untuk ke

Rumah Sakit. Menururt Australlian College For Emergency Medicine (ACEM)

Instalasi Gawat Darurat dapat didefinisikan sebagai pusat klinis di Rumah Sakit

yang menangani pasien di IGD. Pelayanan IGD di RS merupakan fungsi yang

penting karena sebagai unit yang pertama kali menerima pasien sehingga kesan

pertama ini akan mempengaruhi citra dan tingkat kepuasa pasien. Beberapa fungsi

dari instalasi gawat darurat yaitu sebagai penerima awal pasien, triase, penstabilan

serta penyedia manajemen darurat untuk pasien (ACEM, 2014).

Menurut Ali (2014) Tugas IGD RS yaitu melakukan asuhan medis dan

asuhan keperawatan temporer serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien

kritis. IGD punya peran sebagai akses pertamapasien kritis. Pelayanan pasien

kritis adalah pelayanan ekspres, buru-buru, cermat dan jeli untuk menghindari

mengakhiri hidup dan kerusakan. Pelayanan ini sifatnya emergency dan melayani

pasien 24 jam sehari.

IGD adalah unit RS yang memberikan perawatan awal kepada pasien.

Didalamnya terdapat dokter jaga dengan berkompeten dan pengalaman

menangani Pelayanan Gawat Darurat, dan jika dibutuhkan bisa merujuk pasien ke

dokter spesialis tertentu (Hidayati, 2014). IGD melakukan pengerjaan awal pasien

sakit dan cidera yang bisa mengintimidasi kelangsungan hidupnya. Kewajiban

IGD ialah melakukan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta layanan

pembelahan genting untuk pasien kritis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Departemen Kesehatan RI (2016) nakes yang berada di IGD RS: dokter

ahli, dokter umum, perawat (pelatihan penanganan kegawatdaruratan).

Penanganan dan Kriteria Pasien Instalasi Gawat Darurat. IGD

perawat adalah petugas pertama berjumpa masalah kesehatan pasien selama 24

jam non stop (Lestari dan Retno, 2015). Penurunan kinerja perawat dipengaruhi

oleh situasi kerja yang terus menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam

non stop mengakibatkan kebosanan dalambekerja dan tingginya kewajiban.

Pembagian penanganan dan kriteria pasien Instalasi Gawat Darurat:

Prioritas I (Red Label): Emergency. Pasien dalam kondisi kritis, bisa

mengancam nyawa/fungsi utamadan harus dilakukan perlakuan dan pemindahan

(pernafasan, jantung dan kejiwaan).

Prioritas II (Yellow Label): Urgent. Perlu evaluasi keseluruhan dan

lakukan oleh dokter untuk penstabilan, diagnosa dan terapi definitif, bisa jadi

mengancam jiwa jikabukan cepat lakukan perlakuan dalam tempo cepat (syok,

fraktur multiple, femur/pelvis, luka bakar luas, pingsan).

Prioritas III (Green Label): Non Emergency. False emergency yang tidak

perlu diperiksa dan dirawat segera.

Prioritas IV (Black Label): Death. Pasien dalam kondisi tidak bernyawa.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan, Pasal 63

ayat (4): “aplikasi penyembuhan dan pemeliharaan berlandaskan ilmu kedokteran

dan ilmu keperawatan hanya tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang.

Pelayanan kegawatdaruratan, Depkes (2016): perawat gawat darurat punya tugas

dan fungsi independen terkait care, fungsi dependen mendelegasikan semua atau

sebahagian dari profesi lain, dan fungsi gabungan, teamwork saling mendukung

program kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Prosedur dan Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat. Prosedur dan

pelayanan di Instalasi Gawat Darurat adalah ujung tombak dari pelayanan

nakesRSuntuk meladeni pasien secara baik atau tidaknya, santun, beradab, tertib

dan penuh tanggung jawab (Depkes, RI. 2016). Adapun prosedur dan pelayanan

di Instalasi Gawat Darurat adalah sebagai berikut: pasien masuk ke IGD,

keluarga/pengantar mendaftar ke bagian pendaftaran, pemilahan pasien oleh

petugas triase: pasien dengan kondisi P1 → ke ruang resusitasi, pasien non trauma

→ ke ruang non trauma/non bedah dan pasien trauma → ke ruang trauma/bedah,

Pasien dilakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat IGD,

dicatat dalam formulir anamnesa dan pengkajian, dilakukan pemeriksaan fisik

oleh dokter jaga IGD, dicatat di lembar pemeriksaan dokter, Pemeriksaan

penunjang diagnostik bila diperlukan, dokter jaga melakukan konsultasi dengan

dokter spesialis terkait, pemberian terapi dan dilakukan tindakan medik,

didokumentasikan oleh dokter jaga IGD; pelaksanaan asuhan keperawatan,

didokumentasikan oleh perawat IGD, pencatatan billing tindakan pemakaian obat

dan alat kesehatan di formulir perincian oleh perawat IGD, pencatatan oleh

perawat IGD yang ditandatangani oleh dokter yang melakukan tindakan,

pencatatan data register oleh petugas administrasi IGD di buku register dan atau

di komputer, penyelesaian pembayaran di kasir, Pemberian resep, penjelasan dan

atau pendidikan kesehatan mengenai waktu kontrol dan apa yang perlu dilakukan

setelah pasien pulang

Tanggung jawab Penyelenggaraan Instalasi Gawat Darurat. Menurut

Djemari (2015), tangung jawab kegiatan IGD dapat dibedakan berdasarkan

kegiatannya yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat. Kewajiban awal yang

harus dilaksanakan oleh manajemen Rumah Sakit ialah sebagai penyelenggaran

pelayanan gawat darurat yang mepunyai tujuan sebagai penyelamat kehidupan

pasien (life saving) untuk mendapatkan first aid dan ambulatory care.

Persepsi tentang gawat darurat sangatlah berbeda dengan pemahaman.

Bagi masyarakat masalah kesehatan dapat di sinyalir sebagai kondisi emergency

dan hanya tertuju pada IGD untuk mendapatkan perlakuan pertama. Hal ini tentu

tidak menjadi pertanyaan mengapa setiap tahunnya jumlah kunjungan instalasi

gawat darurat semakin meninggi.

Melaksanakan penyeleksian masalah yang dianggap perlu rawat inap

intensif. Kewajiban ke-2 dalam pelayanan instalasi gawat darurat ialah sebagai

penyelenggarakan pelayanan kesehatan serta penyaringan kasus-kasus masalah

kesehatan yang membutuhkan perawatan intensif. Singkatnya penyaringan ini

untuk merujuk tindakan kasus yang dianggap sulit untuk mendapatkan rawat inap

yang intensif. Contoh:intensive care unit, masalah umum dan intensive cardiac

care unit untuk sakit jantung dan unit intensid lainnya.

Informasi medis darurat. Kewajiban ke-3 yang harus dilaksanakan adalah

sebagai sumber penjelasan masalah kegawatdaruratan.

Standar Pelayanan Gawat Darurat. Berdasarkan Kepmenkes Nomor.

856/ Menkes/ SK/IX/2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

adalah:

Falsafah dan Tujuan. IGD sebagai penyelenggara kesehatan gawat darurat

terhadap pasien yang merasakan gangguan kesehatan yang akut maupun

kecelakaan dengan standar yang berlaku. Kriteria standar 1 falsafah dan tujuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

pelayanan gawat darurat adalah: RS melaksanakan bantuan kegawat daruratan

selama 24 jam penuh, terdapat unit instalasi lain yang menjangkau unit instalasi

gawat darurat, adanya regulasi tertulis untuk pengkategorian tentang masalah

kegawat daruratan, terdapat unit evaluasi instalasi gawat darurat yang berfungsi

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan terselenggaranya penelitian-penelitian

yang berfokus tentang masalah instalalasi gawat darurat sebagai acuan

pengembangan pelayanan.

Administrasi dan Pengelolaan. IGD wajib melaksanakan dan merger

dengan unitb lain yang ada di RS. Parameter standar 2 administrasi dan

pengelolaan pelayanan gawat darurat adalah sebagai berikut: terdapat kepala unit

IGD yang bertanggung jawab dengan profesi dokter dan memiliki pengalaman

pelatihan kegawatdaruratan, penanggung jawab pelayanan keperawatan kegawat

darurat ialah perawat, seluruh staf unit gawat darurat harus mampu melakukan

basic life support, terdapat cara penyelesaian korban massal, disaster plan kasus

di RS atau di luar RS, staf/pegawai harus mengetahui regulasi dan tujuan dari

unit, keputusan informasi metode rekam medis, melakukan identifikasi terhadap

seluruh pasien yang masuk ke unit instalasi gawat daruat, triase dilakukan orang

yang kompeten, triase dilakukan sebagai penaksiran kegawatdaruratan pasien dan

nakes bantuan pertolongan/terapi sesuai dengan level kegawatdaruratan, pelayan

kesehatan bertanggung jawab kepada lembaga dan pengawasan penerimaan

pasien di ruang tunggu, dan RS memiliki keterbatasan dalam memberikan

pelayanan gawat darurat dan mengatur rujukan ke Rumah Sakit lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Kriteria pasien rujukan adalah sebagai berikut: punya aturan tentang gejala

pasien yang dirujuk ke RS lain; punya aturan untuk menemani pasien yang di

kendaraan; pasien kritis diobservasi tenaga ahli, biasanya seorang dokter: tenaga

cadangan diatur dan disesuaikan kebutuhan, adanya jadwal bertugas di IGD,

pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi harus diatur

sesuai kemampuan pelayanan RS, punya jasa transfusi darah, terdapat tegulasi

penyediaan instrumen obat-obatan life saving, cairan infus sesuai dengan stándar,

pasien yang sudah sehat diberikan informasi kesehatannya dan tersedia rekam

medis di setiap kunjungan.

Staf dan Pimpinan. IGD dikepalai dokter, dibantu paramedis yang sudah

dilatih PPGD. ciri 3 staf serta pimpinan pelayanan gawat darurat adalah sebagai

berikut: jumlah, tenaga medis yang tersedia harus sesuai kebutuhan jenis dan

kualifikasi, struktur organisasi untuk melihat garis hubungan, dan tanggung

jawab, IGD punya notulensi hasil rapat, adanya poksi tertulis bagi setiap petugas,

petugas instalasi gawat darurat harus selalu ada pada saat mulai penerimaan tugas,

adanya penilaian kinerja seluruh staf, dan tersedianya informasi yang jelas biodata

dari tenaga instalasi gawat darurat.

Fasilitas dan Peralatan. Sarana dan prasarana di IGD harus terjamin

efektivitas dan efisiensi dalam layanan gawat darurat 24 jam. Ciri 4 fasilitas dan

peralatan layanan gawat darurat adalah sebagai berikut: IGD memiliki petunjuk

dan informasi di instalasi gawat darurat terdapat ajaran dan informasi untuk

pasien untuk menjamin ada keentengan, kefasihan dan keteraturan dalam berikan

layanan, posisi unit/instalasi terdapat petunjuk dan alur proses pelayanan, akses

bagi kendaraan roda empat, terdapat pembedaan lokasi periksa sesuai kondisi

pasien, tersedia fasilitas kondusif bagi kerabat yang sedih/butuh ketenangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Kebijakan dan Prosedur. Kriteria 5 kebijakan dan prosedur pelayanan

gawat darurat adalah sebagai berikut: adanya SOP untuk penanganan pasien dan

ada prosedur media tertulis tanggung jawab dokter.

Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan. IGD digunakan untuk

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis. Enam (6) barometer

peningkatan staf dan program pendidikan pelayanan gawat darurat adalah sebagai

berikut: terdapat program pelatihan untuk tenaga baru di IGD, informasi pelatihan

untuk tenaga IGD, latihan teratur untuk petugas IGD dalam menghadapi bencana

dan program tertulis setiap tahun untuk kenaikan skill pegawai.

Evaluasi dan Pengendalian Mutu. Upaya yang continue menilai Ada

usahayang berkelanjutan menilai kapasitas dan hasil pelayanan IGD. Kriterianya

adalah sebagai berikut: informasi: jumlah kunjungan, respon time, pola penyakit/

kecelakaan dan jumlah kematian dan melakukan evaluasi pelayanan setiap

tahunnya.

Perspektif Pasien

Pengertian Perspektif Pasien. Perspektif pasien adalah penilaian apa

yang dirasakan, dialami terkait perilaku caring. Perilaku caring adalah tindakan

penting dalam layanan keperawatan karena memberikan kesenangan pasien dan

memberikan pandangan yang positif terkait dengan keperawatan.

Menurut Martono (2014) arti kata perspektif ialah cara melihat terhadap

sebuah kasus dari sudut pandang tertentu. Ardianto dan Q-Anees (2014) arti kata

perspektif adalah cara melihat atau cara pandang kita terhadap segala suatu.

Secara etimologi perspektif diartikan cara seseorang menilai sesuatu

diterangkan secara lisan atau tulisan. Misalnya: banyak orang mengutarakan isi

pikirannya melalui media sosial dalam sebuah tulisan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Pengertian perspektif secara umum suatu perangkat nilai, gagasan,

kerangka konseptual dan asumsi yang berpengaruh terhadap pandangan individu

sehingga berpengaruh terhadap perilaku individu dalam situasi tertentu.

Sedangkan perspektif pasien berdasarkan layanan kesehatan yang bermutu

adalah terpenuhinya hajat yang dirasakan dan memadati kebutuhan yang

dirasakannya dan dilaksanakan dengan sopan dan santun, tepat, waktu, tanggap

dan bisa mengobati menyembuhkan rintihannya serta menghambar tersebar

luasnya penyakit. Pandangan pasien ini penting karena jika puas makan akan

datang lagi untuk berobat. Dimensi mutu layanan kesehatan yang berhubungan

dengan kepuasan pasien dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan

kesejahteraan masyarakat (Hery, 2017)

Perspektif pasien berdasarkan layanan kesehatan yang bermutu adalah

suatu pelayanan yang bisa memberikan yang dibutuhkan dan dirasakan serta

dilaksanakan dengan sopan dan santun, tepat, waktu, tanggap dan bisa mengobati

serta mencegah penyakit meluas.

Prespektif Mutu Layanan Kesehatan. Perspektif mutu pelayanan

kesehatan, yaitu sebagai berikut: (Pohan, 2007)

Perspektif Pasien/Masyarakat. Pasien atau masyarakat melihat layanan

kesehatan yang bermutu yaitu bisa memberikan yang dibutuhkan dan dirasakan

serta dilaksanakan dengan sopan dan santun, tepat, waktu, tanggap dan bisa

mengobati serta mencegah penyakit meluas. Perlu dibinajalianan kepercayaan

antara pemberi layanan dengan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Perspektif Pemberi Pelayanan Kesehatan. Provider dalam hal ini

pelayanan kesehatan yang bermutu adalah adanya peralatan, prosedur kerja,

kebebasan profesi melakukan pelayanan, dan outcome.

Manajemen Rumah Sakit

Pengertian Manajemen. Menurut Malayu S.P.Hasibuan dalam Mulyadi,

dkk, (2013). Manajemen ialah ilmu dan seni memanipulasi proses pendayagunaan

SDM dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk suatu tujuan. Menurut

Andrew F. Sikula manajemen dikaitkan dengan aktivitas penjadwalan, mobilisasi,

penanggulangan, peletakan, ajaran, dorongan, komunikasi dan pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh organisasi untuk mengkoordinasikan jenis sumber

daya yang ada untuk menghasilkan produk atau jasa.

Menurut G.R Terry (dalam Mulyadi, dkk, 2013) manajemen adalah cara

yang unik, terdiri dari tindakan penjadwalan, mobilisasi, pengajaran dan

penanggulangan yang dilakukan untuk memastikan serta mendapatkan incaran

yang sudah ditentukan menggunakan SDM dan sumber lain.

Harold Koontz dan Cyril O’Donnel (dalam Mulyadi, dkk, 2013).

Manajemen merupakan upaya mendapatkan sesuatu melalui aktivitas orang lain.

Manajer melakukan penyelarasan beberapa kegiatan orang lain mencakup

penjadwalan, mobilisasi, peletakan, pengarahan dan penanggulangan.

John F.MEE (dalam Mulyadi, dkk, 2013) manajemen merupakan seni

untuk mendapatkan hasil yang maksimum dengan upaya yang minim, sama

halnya dengan menuju ketentraman dan kebahagian maksimum bagi

pimpinan/pekerja serta memberikan layanan maksimal kepada masyarakat.

Manajemen ada suatu upaya dengan daya guna dan praktis untuk menuju hasil

yang maksimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Pengertian Manajemen Rumah Sakit. Manajemen rumah sakit

merupakan koordinasi sumber daya dengan proses penjadwalan, mobilisasi, dan

adanya keahlian penanganan untuk mendapatkan tujuan. Tujuan manajemen

rumah sakit mengadakan sumber daya, menilai daya guna, mengatur pemakaian

pelayanan, efisiensi dan kualitas. Manajemen profesional berarti melakukan

manajemen dengan tata cara yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

maka diperlukan orang terlatih. Pelayanan yang mengarah kepada pasien, dan

menjaga mutu pelayanan diperlukan manajemen handal, dengan demikian segala

hal yang diperlukan akan tersedia dalam bentuk tepat jumlah, tepat waktu dan

sasaran yang akurat (Hapsari, 2010).

Dari pendapat para ahli diatas, maka pengertian manajemen rumah sakit

dapat diartikan sebagai koordinasi antara berbagai sumber daya dengan cara

penjadwalan, mengakomodir, dan adanya kebisaan pengawasan mencapai tujuan

(Hapsari, 2010).

Jenis Rumah Sakit Di Indonesia. Indonesia ada 3 macam Rumah Sakit

(kepemilikan, jenis pelayanan dan kelasnya). Beralaskan kepemilikannya, ada 3:

(a) Pemerintah (Pusat, Propinsi, Kabupaten), BUMN/ABRI, dan Swasta yang

memakai anggaran pemodalan dari dalam dan luar negeri. (b) RS Umum, Jiwa,

Khusus (mata, kusta, paru, rehabilitasi kanker, jantung, dsb). (c) RS kelas A, kelas

B (pendidikan dan non-pendidikan), C dan kelas D (Kepmenkes No.51

Menkes/SK/II/1979). Status semua RS Kabupaten kelas C.

Kelas Rumah Sakit dibagi atas layanan yang ada. RS kelas A terdapat

layanan spesialistik yang luas termasuk spesialistik. RS kelas B terdapat layanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

minimal 11 spesialistik dan sub spesialistik terdaftar. RS kelas C terdapat minimal

4 spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak). RS kelas D

hanya terdapat pelayanan medis dasar.

Analisis Rantai Nilai Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Pelayanan

kesehatan yang diberikan RS untuk pasien dasarnya ialah superior values kepada

pasien. Nilai unggul disini yaitu kepuasan dan loyalitas pasien kepada RS. Berikut

dapat dijabarkan nilai yang unggul melalui serangkaian rantai nilai seperti yang

ditunjukkan pada gambar rantai nilai di bawah ini:

Pemasaran dan target Kualitas operasi Tindak lanjut


pasar, pelayanan klinis, Proses medis, penagihan,
yang disediakan,
harga yang
inovasi, mengikuti
ditawarkan, promosi memasarkan pemasaran klinis
dan distribusi/logistik kepuasan
yang disediakan masyarakat

Gambar 2.1: Rantai Nilai (The Value Chain) Industri Jasa Pelayanan Rumah Sakit
(Duncan, 1998)

Dari Gambar 2.1 di atas dapat diketahui bahwa dalam manajemen strategis

organisasi perawatan kesehatan (strategic management of health care

organizations) ada 2 (dua) strategi dalam melakukan perawatan kesehatan yaitu:

(Duncan, 1998)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Pemberian Layanan (Service Delivery). Ada 3 aksiesensial dalam

memberikan pelayanan kesehatan, yaitu pre-service, point of service, dan after

service.

Pre-Service. Sebelum pelayanan RS melaksanakan penjualan dan

memastikan siapa sasaran, layanan apa yang perlu, price, promosi dan

distribusi/logistik yang disediakan. Layanan yang diajukan berkaitan dengan

brand. RS menjajakan barang berupa jasa pelayanan dokter umum dan dokter

spesialis. Alasan pelanggan memilih RS ada yang melihat siapa dokternya, sampai

ada yang mencari dokternya dimanapun dokter itu praktIk. Ini merupakan

tantangan RS untuk menarik minat pasien untuk menggunakan jasanya, bukan

bergantung pada dokter.

RS yang bekerjasama BPJS Kesehatan, biaya layanan disesuaikan sebelum

pelayanan diberikan dalam bentuk paket INA-CBGs berdasarkan kelas kelompok

diagnosa dan tata cara tindakan. RS mengetahui pelayanan yang tertera di INA-

CBGs. Layanan yang tidak termasuk dalam paket bukan tanggungan BPJS.

Promosi RS biasa dilakukan dalam kegiatan sosial yaitu sunatan masal dan

pengobatan gratis, penyuluhan, operasi katarak masal gratis, pemeriksaan

kesehatan gratis pada waktu-waktu tertentu.

Point of Service. Hal yang harus diperhatikan memberikan layanan

kesehatan yaitu clinical operation sepatutnya pasien merasa puas dengan mutu

pelayanan. Mutu pelayanannya adalah standar pelayanan atau melebihi standar

pelayanan minimal dan cocok sama kemauan pasien atau lebih. Customer

relationship marketing perlu diperhatikan, yaitu penjualan melalui hubungan

dengan pasien. Jika pasien puas dan senang dengan layanan maka dikemudian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

hari dia akan kembali menggunakan layanan tersebut jika dibutuhkan. Hubungan

sama pasien pentinguntuk tercipta keterikatan batin (melayani dengan hati),

hasilnya pasien akan menjadi loyal, tandanya pasien loyal dia akan

memberitahukan kepada kerabatnya mengenai apa yang dirasakannya dan

menganjurkan menggunakan layanan tersebut.

RS harus mengikuti trend perkembangan iptek. RS bisa melakukan

temuan baru berdasarkan kemajuan yang ada untuk bisa menarik jumlah

kunjungan.

After Service. Pelayanan kesehatan di RS ada 2 yaitu klinis dan non klinis.

Pelayanan non klinis didapat pasien waktu berada di RS, nyaman, keramahan

petugas, akses parkir, tempat ibadah, kantin, toilet bersih dan nyaman. Walaupun

jasa layanan ini tidak terlihat dan cuma bisa dirasakan langsung bagi yang

menggunakan layanan. Selain itu, pasien yang telah selesai mendapatkan layanan,

sewaktu akan kembali biasanya pasien disuruh untuk berobat jalan untuk

memantau kondisinya dan kembali dalam jangka waktu tertentu. Ini adalah waktu

saat dimana pasien akan pulang ini bisa dapat dijadikan sebagai wadah

pemasaran, membina hubungan berkelanjutan.

Kegiatan Penunjang Pelayanan Kesehatan (Support Activity).

Organizational Cultural. Budaya organisasi sangat penting untuk membangun

perilaku yang diharapkan berdasarkan nilai dan norma. Dalam organisasi, yang

menjadi anggota organisasi adalah pegawai rumah sakit (tenaga kesehatan dan

non kesehatan) punya anggapan sendiri. Bagaimana RSbisa membangun share

assumptions untuk share values. Fungsi peminpin sangat utama untuk

membangun budaya organisasi yang tentram biar RS mencapai visi dan misinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Budaya organisasi berpengaruh sama motivasi dan kinerja pegawai yang

bermuara pada mutu pelayanan kepada pasien dan menentukan kepuasan

pelanggan.

Organizational Structure. Struktur oganisasi perlu dapat mendapat atensi

manajemen, terkait dengan birokrasi dalam memperoleh putusan secara tidak

langsung bisa berdampak sama penyampaian layanan kesehatan. Struktur

organisasi bisa fungsional, devisional ataupun matrik.

Strategic Resources. Memberikan pelayanan kesehatan yang perlu

diperhatikan adalah keuangan, SDM, informasi, dan perlatan. Jika hal tersebut

tidak dimiliki RS secara, sumber daya strategik ini tidak dimiliki oleh rumah sakit

secara cukup, maka RS akan kesusahan dalam memberikan layanan yang

diharapkan dalam hal ini adalah kepuasan (pegawai dan pasien). Contoh: RS tidak

punya modal untuk membeli alat dan obat serta kebutuhan yang lain, maka RS

akan mengalami kesulitan dalam hal layanan dan akan mengecewakan pasien,

sehingga pasien akan mencari RS lain yang bisa memuaskan. Contoh lain, SDM

yang tidak memadai, sehingga berakitbat pada beban kerja yang terlalu tinggi,

kelelahan, dan dapat mengakibatkan penundaan pelayanan atau pelayanan

menjadi lama.

Era teknologi informasi yang pesat menuntut RS agar menyesuaikan

dengan kondisi dengan perubahan teknologi. Contoh: data rekam medis yang

disimpan secara digital akan memudahkan petugas untuk mengaksesnya ketika

diperlukan dan waktunya juga tidak lama.

Persaingan antar RS merupakan persaingan untuk menciptakan nilai, baik

nilai bagi pelanggan, bagi pegawai maupun bagi pemilik melalui rantai nilai sejak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

dari input, proses, output dan outcomes untuk produk barang, dan untuk jasa

adalah sebelum, saat, dan sesudah pelayanan. Siapa yang lebih efisien maka

merekalah yang lebih unggul dalam persaingan bisnisnya.

Kerangka Pikir

Mutu Pelayanan IGD: Perspektif Pasien dan Manajemen di Rumah

Sakit Prima Inti Medika. Mutu adalah faktor keputusan dari pelanggan. Mutu

adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan

manajemen. Ia berdasarkan pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan

jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau

hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu

menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif (Wijono, 2000

dalam Sujono, 2015). Begitu juga dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit

dimana setelah pasien mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan maka

pasien akan menilai atas pelayanan yang mereka dapatkan. Dalam harapannya

pelanggan selalu ingin untuk dipenuhi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Harapan pasien akan suatu pelayanan rumah sakit ditentukan oleh pengalaman,

tipe kepribadian pasien dalam menanggapi tindakan dokter dan perawat.

Berdasarkan hasil penilaian tentang mutu pelayanan di IGD RS Prima Inti

Medika, penilaian mutu pelayanan yang terdiri dari dimensi kompetensi tekniks

meliputi keterampilan, kemampuan dan penampilan atau kinerja pemberi layanan

kesehatan, hal ini berhubungan dengan bagaimana layanan kesehatan mengikuti

standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi kepatuhan,

ketepatan, kebenaran, dan konsistensi; keterjangkauan atau akses, artinya layanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

kesehatan itu harus dapat dijangkau oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan

geografis, ekonomi, sosial, organisasi dan bahasa ; efektivitas, artinya harus

mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya

penyakit serta berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada; efisiensi,

layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan atau

masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak memenuhi standar layanan kesehatan

umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama,

serta menimbulkan resiko yang lebih besar kepada pasien; kesinambungan,

artinya pasien harus dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika

diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu;

keamanan, maksudnya layanan kesehatan itu harus aman bagi pasien, bagi

pemberi layanan, maupun bagi masyarakat sekitarnya; dan kenyamanan, hal ini

mempengaruhi kepuasan pasien/pelanggan sehingga mendorong pasien untuk

berobat kembali ke tempat tersebut (menurut Pohan, 2007 dalam Sujono, 2015).

Perbaikan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan di RS Prima Inti

Medika sangat penting dilakukan karena sesuai dengan visi dari rumah sakit yang

ingin memberikan pelayanan yang prima, cepat dan ramah kepada masyarakat.

Sehingga dengan perbaikan dan menjaga nilai-nilai pada dimensi mutu pelayanan

tersebut akan mengarahkan rumah sakit mencapai visi tersebut. Rumah sakit juga

wajib menjaga kualitas mutu untuk melayani seluruh pasien yang datang berobat

sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dari uraian tersebut maka diperoleh kerangka pikir dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

1. Kompetensi teknis,
2. Keterjangkauan atau akses,
3. Efektivitas
Perspektif Perspektif
4. Efisien,
pasien 5. Kesinambungan, Manajemen
6. Keamanan
7. Kenyamanan

Mutu Pelayanan
IGD

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang mutu pelayanan

IGD, perspektif pasien dan manajemen di RS Prima Inti Medika. Secara teoritis,

menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2014), penelitian kualitatif sering

disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada

kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi,

karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dengan penelitian menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif, peneliti

akan dapat menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada

secara aktual serta mengembangkan konsep dari menghimpun fakta tetapi tidak

melakukan pengujian hipotesa.

Metode pendekatan dan cara yang akan digunakan dalam memperoleh data

atau fenomena yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus adalah kegiatan

yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki

pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai informasi

(Sumantri, 2011).

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31

Sugiyono (2014) dalam penelitian kualitatif seorang peneliti sebagai

human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation

(observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam), maka

peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan demikian peneliti

kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data. Dan tidak

diharapkan serta tidak dianjurkan memelihara asumsi dan kekayaan bahwa dirinya

sangat tahu tentang fenomena yang hendak dikaji. Seorang peneliti lebih berada

pada posisi sebagai “orang belajar dari masyarakat, bukan belajar tentang

masyarakat”.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RS Prima Inti Medika, karena terdapat

kemudahan bagi peneliti dalam menemukan kasus. Dengan pertimbangan bahwa

peneliti adalah salah seorang karyawan di RS Prima Inti Medika tersebut, selain

itu peneliti dapat berinteraksi dengan mudah dan mengenal informan dengan baik.

Hal ini memberi manfaat dan kemudahan dalam membina hubungan saling

percaya dengan informan dan penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya

di RS Prima Inti Medika. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018

sampai dengan Januari 2019.

Informan

Karakteristik Informan. Informan penelitian akan memberikan berbagai

informasi yangdiperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini

meliputi tiga macam yaitu (1) informasi kunci, (key informan), yaitu mereka yang

mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang

diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2015).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas maka karakteristik

informan yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive

(berdasarkan representasinya terhadap penelitian) yaitu sebagai informan utama

adalah Kepala Unit IGD dan Kepala Perawatan IGD. Informan triangulasi adalah

2 orang perawat IGD RS Prima Inti Medika, 1 orang Asisten Apoteker Instalasi

Farmasi, 1 orang Administrasi Keuangan IGD RS Prima Inti Medika dan 3 orang

pasien IGD RS Prima Inti Medika. Teknik pengolahan data menggunakan metode

analisis isi (content analysis).

Jumlah Informan. Menurut Moleong (2016) penelitian kualitatif

memiliki sifat yang luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti mengenai

jumlah informan yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah informan

yang diteliti pada penelitian ini tidak ditentukan, teknik yang digunakan dalam

pengambilan informan adalah Snowball Sampling (berkembang mengikuti

informasi atau data yang diperlukan).

Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 9 (Sembilan) orang. Dan

informasi tersebut dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dalam waktu dan

sumber daya yang tersedia.Pengambilan informan sumber data, pada awalnya

jumlahnya sedikit tetapi tidak tertutup kemungkinan lama kelamaan menjadi besar

(seiring dengan waktu penelitian yang dilakukan). Hal ini dilakukan karena dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang

memuaskan, maka peneliti mencari responden lain yang dapat digunakan sebagai

sumber data.

Sumber Data. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-

kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman

vidio/audio tapes, pengambilan foto atau film (Moleong, 2016).

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata informan

direkam kemudian dicatat melalui catatan tertulis.

Definisi Konsep

Mutu Pelayanan Kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan menurut Azwar

(2014) adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata berdasarkan

penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi.

Perspektif Pasien. Perspektif pasien berdasarkan layanan kesehatan yang

bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang

dirasakannya dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat,

waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah

berkembangnya atau meluasnya penyakit.

Manajemen Rumah Sakit. Manajemen rumah sakit menurut Hapsari

(2010) adalah koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses

perencanaan, pengorganisasian, dan adanya kemampuan pengendalian untuk

mencapai tujuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Jenis Data dan Informasi

Menurut Sugiyono (2014), data primer adalah data yang dapat diperoleh

langsung dari lapangan atautempat penelitian. Data tersebut diperoleh dari hasil

wawancara langsung kepada informan. Dalam hal ini data dan informasi diperoleh

dari Kepala Rumah Sakit, Pegawai Rumah Sakit, dan Pasien yang sudah memakai

jasa pelayanan kesehatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang mengetahui kondisi

secara obyektif kebutuhan mereka.

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan

berbagai macam sumber lainnya berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan

arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut. Data tersebut seperti

struktur organisasi, peraturan-peraturan, lampirandari badanresmi seperti

kementerian, dan data-data lainnya yang diperlukan.

Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2014), metode pengumpulan data merupakan langkah

yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam pengumpulan data ini, penyusun menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut: (Sugiyono, 2014)

Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan cara untuk mencakup

teori-teori yang ada hubungannya dengan hal yang sedang diteliti. Studi pustaka

ini bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang bersumber dari

perpustakaan yang berupa buku-buku, dokumen-dokumen, dan sebagainya untuk

dijadikan referensi dalam penyusunan laporan hasil penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Terdapat tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan

dalam penelitian, yaitu relevansi (teori yang dikemukakan sesuai dengan

permasalahan yang diteliti), kemutakhiran (terkait dengan kebaruan teori atau

referensi yang digunakan), dan keaslian (sumber asli).

Observasi Langsung. Observasi langsung yaitu penelitian yang dilakukan

secara langsung kepada tempat berlangsungnya penelitian. Dalam melakukan

observasi tentu harus ada obyeknya. Obyek observasi tersebut adalah: Place,

tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung; Actor, pelaku

atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu dan Activity, kegiatan

yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.

Berdasarkan kepada obyek observasi, penelitian ini juga jelas obyeknya,

yaitu pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Prima Inti Medika, pelakunya yaitu

semua yang terlibat dalam tanggung jawabdan kegiatan yang diteliti.

Wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

pewawancara dan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview

guide (panduan wawancara). Tujuan dilakukannya wawancara yaitu supaya bisa

menemukan data atau informasi yang lebih jelas dari narasumber (informan).

Wawancara lebih efisien daripada pengamatan. Sebagaimana dikatakan

Dezin (dalam Mulyana, 2014). Cara ini merupakan tahapan yang dilalui peneliti

untuk mendapatkan data primer dari informan sesuai dengan kajian atau fokus

penelitian. Peneliti berpedoman pada batasan-batasan dari rumusan masalah.

Adapun acuan yang dijadikan peneliti untuk melakukan wawancara, terdapat pada

lampiran laporan penelitian. Wawancara sendiri dilakukan secara mendalam (in

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

depth-interview). Untuk dapat melakukan wawancara secara mendalam, peneliti

melakukannya dengan beberapa tahapan, yaitu wawancara yang dilakukan

beberapa kali terhadap satu subyek. Dari hasil wawancara pertama nantinya

menjadi pedoman wawancara kedua dan akan begitu seterusnya, sampai data yang

diperoleh cukup relevan dengan tujuan penelitian. wawancara secara berkala

tersebut selain untuk memperjelas dan menambah informasi data, juga sebagai

metode untuk memperoleh keabsahan data atau tidak lain sebagai teknik

triangulasi itu sendiri (Sutrisno, 2013).

Dalam proses wawancara terdapat dua pihak kedudukan yang berbeda.

Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut juga sebagai interviewer,

sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (informan supplyer).

Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau

penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan

paraphase (menyatakan kembali isi jawaban interviewer dengan kata-kata lain)

(Gunawan, 2014).

Disamping itu, dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan

berusaha melakukan “probing” inilah yang disebut menggali informasi lebih

dalam sehingga memperoleh jawaban yang lebih kusus dan tepat (Singarimbun,

1989).

Dalam metode wawancara, alat yang terpenting adalah peneliti sendiri.

Namun untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu.

Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara

dan alat perekam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Pedoman umum wawancara memuat isu-isu yang berkaitan dengan tema

penelitian ini. Pertanyaan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat

wawancara berlangsung tanpa melupakan aspek-aspek yang harus ditanyakan.

Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek

bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan.

Alat perekam berupa HPdigunakan sebagai alat untuk merekam

wawancara yang dilakukan sehingga semua data penting yang diungkapkan

subjek tidak ada yang terlupakan. Penggunaan HP ini akan dilakukan dengan

seizin informan penelitian.

Metode Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara untuk mengolah data-data yang sudah

dikumpulkan oleh peneliti supaya menghasilkan penemuan atau kesimpulan dari

penelitian yang dilakukan. Teknik mengolah data ini sering disebut juga teknik

menganalisis data. Data akan dianalisis menurut prosedur penelitian kualitatif,

dengan mengumpulkan verbatim (kata demi kata) wawancara dan mengolah data

dengan metode kualitatif.

Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2014).

Menurut Sumantri (2011) langkah-langkah analisis data adalah sebagai

berikut: mengorganisir informasi, membaca keseluruhan informasi dan memberi

kode, membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya, peneliti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori, selanjutnya

peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari

kasus untuk peneliti maupun penerapannya pada kasus yang lain dan menyajikan

secara naratif.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2014), analisa data kualitatif terdiri dari:

Pengumpulan Data. Data-data yang diperoleh dari aneka macam cara

(observasi, wawancara, dokumentasi, pita rekaman dan lain-lain) dikumpulkan

kemudian direduksi atau dipilah-pilah.

Reduksi Data. Diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data kasar yang muncul dari

catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-

kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Penyajian Data. Sekumpulan informasi yang telah tersusun secara

terpadu dan sudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Menarik kesimpulan. Verifikasi dari berbagai temuan data yang

diperoleh selama proses penelitian berlangsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Rumah Sakit Prima Inti Medika

Sejarah dan Lokasi. Rumah Sakit Prima Inti Medika sebelumnya

merupakan klinik yang digunakan hanya untuk karyawan dan keluarga PT. PIM.

Klinik PIM didirikan pada tahun 1985 dan pada tahun 2012 keluar izin menjadi

klinik utama dan kini tumbuh dan berkembang menjadi sebuah unit bisnis PT.

PIM Manajemen PT. PIM berkomitmen melakukan transformasi dari unit

pelayanan internal menjadi unit pelayanan umum. Untuk menuju pelayanan

umum PT. PIM melakukan beberapa tahapan persiapan, seperti merubah nama

klinik menjadi RS Prima Inti Medika, merekondisi peralatan medis yang rusak,

melakukan perbaikan dan renovasi ruangan, mengadakan lomba logo desain

rumah sakit, menjalin hubungan kerjasama dengan Badan Pelayanan Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatandan merelokasi apotek.

Selain bekerjasama dengan BPJS, RS Prima Inti Medika juga membangun

kerjasama dengan PT Jasa Raharja, Asuransi Ramayana, dan lainnya. Untuk

menjadi yang terbaik, RS terus menerus melengkapi sarana dan prasarana baik

fisik maupun peralatan medis terutama untuk ruang rawat inap. Dengan demikian,

RS ini akan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, berkualitas

dengan sarana yang terdepan dan inovatif serta selalu melakukan efisien dengan

mengoptimalkan sumber daya manusia.

PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Krueng Geukueh, Aceh Utara dalam

upaya peningkatan nilai bisnis dan pelayanan kepada masyarakat telah merintis

berdirinya sebuah rumah sakit yang moderen dan mewah yang diberi nama

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40

Rumah Sakit Prima Inti Medika. Upaya untuk menumbuh kembangkan klinik

PIM menjadi unit bisnis, manajemen PT. PIM berkomitmen melakukan

transformasi dari unit pelayanan internal menjadi unit pelayanan umum.

Karena diperuntukan untuk umum, maka PIM melakukan beberapa

tahapan persiapan, seperti merubah nama klinik menjadi RS Prima Inti Medika,

merekondisi peralatan medis yang rusak, melakukan pebaikan dan renovasi

ruangan, mengadakan lomba logo. Untuk menjadikan RS Prima Inti Medika bisa

menjadi yang terbaik di Aceh Utara dan bahkan terbaik di Aceh, dibutuhkan

dukungan manajemen PIM. Dengan begitu, RS ini akan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang prima, bermutu, berkualitas dengan sarana terjamin.

Rumah Sakit yang dibangun diareal seluas lebih dua hektar dilengkapi

berbagai fasilitas termasuk pengolah limbah cair yang mungkin belum banyak

dimiliki rumah sakit lain. Namun terdapat juga beberapa sarana yang masih perlu

diperluas dan ditambah seperti, areal parkir dan rumah perawat. Kemudian

daripada seluruh ruangan yang dimiliki seperti, Poli Umum, Poli Gigi, Poli

Spesialis, Kebidanan, Radiologi, Fisiotrapi, Laboraterium dan Rawat Inap, semua

ruangan dan fasilitas dalam kondisi sangat mewah jauh melebihi fasilitas rumah

sakit yang ada disekitarnya.

Visi, Misi dan Motto. Visi rumah sakit adalah “Menjadi rumah sakit

pilihan utama masyarakat di kawasan ekonomi khusus Aceh Utara”.

Misi. RS Prima Inti Medika memiliki misi sebagai berikut: Memberikan

layanan rumah sakit yang prima kepada masyarakat industri dan masyarakat

umum, menyediakan sarana layanan yang nyaman dan terstandarisasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

melaksanakan pengelolaan rumah sakit sebagai unit bisnis yang berdaya saing

tinggi dengan tetap memperhatikan fungsi sosial, mengembangkan karyawan

rumah sakit yang kompeten dan berdedikasi tinggi serta sejahtera, dan membantu

perusahaan pelanggan dalam penanganan dan pemeliharaan kesehatan secara

efektif dan efisien.

Motto. RS Prima Inti Medika memiliki motto “Berkomitmen untuk

melayani”.

Fasilitas Layanan RS Prima Inti Medika. Fasilitas layanan RS Prima

Inti Medika terdiri dari layanan rumah sakit, layanan penunjang medik, layanan

klinik dan layanan umum. Fasilitas layanan rumah sakit yaitu IGD beroperasi 24

jam, medical check up, kamar bersalin, rawat jalan, rawat inap, dan fisiotherapi.

Layanan penunjang medik yaitu laboratorium, radiologi, ambulan, dan apotek.

Layanan kinik yaitu poli umum, poli spesialis, dan poli gigi. Untuk layanan umum

RS Prima Inti Medika memiliki area parkir, musholla, dan ruang tunggu.

Hasil Penelitian

Karakteristik Informan. Informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang

terdiri dari 6 orang petugas IGD dan 3 orang pasien yang pernah menggunakan

layanan IGD di RS Prima Inti Medika. Karakteristik informan yang ada di IGD

RS Prima Inti Medika adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 4.1.

Karakteristik Informan

Umur
Nama JK Jabatan Informan
(Tahun)
Diana P 45 Kepala Keperawatan RS PIM 1
Darwis L 30 Kepala Unit IGD RS PIM 2
Ari L 32 Perawat 3
Nadia P 22 Perawat 4
Vera P 25 Asisten Apoteker Instalasi 5
Farmasi IGD RS PIM
Akmal L 36 Administrasi Keuangan RS PIM 6
Firmansyah L 40 Pasien 7
Zulfikar L 38 Pasien 8
Dedi Rendra L 38 Pasien 9
Sumber: Hasil Wawancara

Dari tabel 4.1 karakteristik informan di atas, diketahui bahwa sebanyak 6

(enam) orang informan adalah petugas RS Prima Inti Medika dan 3 (tiga) orang

pasien yang pernah menggunakan layanan IGD RS Prima Inti Medika. Dari 9

informan tersebut sebanyak 6 orang informan laki-laki dan ada 3 orang informan

perempuan.

Perspektif Pasien. Mutu pelayanan IGD RS Prima Inti Medika dalam

penelitian ini dilihat berdasarkan dimensi mutu menurut Pohan (2007) dalam

Sujono (2015) yang terdiri dari kompetensi teknis, keterjangkauan atau akses,

efektivitasefisien, kesinambungan, keamanan dan kenyamanan. Dari hasil

wawancara yang telah dilakukan terhadap 3 orang informan yang pernah

mendapatkan layanan kesehatan di IGD RS Prima Inti Medika diketahui mutu

pelayanan IGD RS Prima Inti Medika sebagai berikut:

Kompetensi Teknis. Dari hasil wawancara dengan informan yang pernah

menerima layanan di IGD RS Prima Inti Medika berdasarkan kompetensi teknis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

yang meliputi keterampilan, kemampuan dan penampilan atau kinerja pemberi

layanan kesehatan dalam hal ini petugas IGD masih kurang. Informan merasa

keterampilan perawat masih kurang, perawat kurang cekatan dalam melakukan

pelayanan terhadap pasien, dan kurang kepercayaan diri. Hal ini seperti yang

diungkapkan informan 7 berikut ini:

“……..untuk perawat dia merasa belum cekatan masih canggung. Jadi


confidence juga belum tinggi. Mungkin hanya pengalaman saja. Mungkin
seiring waktu mungkin nanti lebih bagus lagi”.

Menurut informan 8,
“Untuk profesionalitas dari segi keterampilan perawat masih kurang.
Seperti pada saat perawat melakukan infus, masih terlihat ada keraguan
waktu pemasangan”.

Dan menurut informan 9, yang melakukan perawatan kembali karena

pasca pelayanan masih terdapat kotoran pada bekas luka yang disebabkan

kurangnya kemampuan petugas layanan IGD saat melakukan tindakan, seperti

diutarakan informan berikut ini:

“Akan tetapi pada saat tindakan itu, sedikit saya agak ya bisa dikatakan
tidak sesuai dengan espektasi yang saya rasakan. Karena saya harus
membersihkan ulang tindakan awal petugas IGD”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas IGD RS Prima Inti

Medika terkait kompetensi teknis yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap

petugas IGD RS Prima Inti Medika masih kurang dari harapan pasien. Dimensi

kompetensi teknis itu berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan

mengikuti standar layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi

kepatuhan, ketepatan, kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi

kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan

kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang

dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Keterjangkauan atau Akses. Menurut Suparyanto (2013) dimensi

keterjangkauan atau akses, artinya layanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh

masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi

dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya

perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat

menghalangi seseorang untuk mendapat layanan kesehatan. Terkait akses geograsi

diukur dengan jarak, akses menuju IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus

mudah diakses, seperti yang diutarakan informan 9“….untuk emergency yang

paling dibutuhkan adalah akses untuk menuju ruang IGD paling mudah untuk

dapat diakses. Berarti jalanannya itu berarti smooth soft tidak ada halangan

rintangan apapun” dan menurut Informan 9, berdasarkan akses menuju IGD, dan

persiapan penatalaksanaan sudah baik, sesuai dengan espektasi dan realita”.

Terkait masalah biaya yang ditetapkan rumah sakit informan Informan 7

menyatakan tidak ada masalah dengan biaya yang ditetapkan rumah sakit karena

telah dibayar oleh perusahaan dimana informan tersebut bekerja. Tetapi bagi

informan 8 pasien yang pernah menerima layanan di RS Prima Inti Medika

menganggap biaya yang ditetapkan rumah sakit terlalu mahal tidak sesuai dengan

pelayanan diberikan, seperti yang diungkapkan informan 8 berikut ini:

“……karena pelayanannya masih kurang memuaskan, saya rasa tarif di IGD

Prima Inti Medika masih terlalu mahal untuk pelayanan seperti yang saya

terima”.

Akses sosial atau budaya berhubungan dengan dapat diterima atau

tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

perilaku. Menurut informan 9 layanan kesehatan yang diberikan perawat IGD RS

Prima Inti Medika tidak sesuai dengan espektasi informan. Informan merasa

kecewa dengan layanan yang diberikan perawat saat masuk ke IGD akibat

kecelakaan lalu lintas. Karena bekas luka yang dibersihkan perawat IGD masih

terdapat kotoran yang bisa menyebabkan terjadi infeksi, informan harus

membersihkan ulang luka tersebut dan harus melakukan perawatan kembali.

Akses organisasi ialah sejauhmana layanan kesehatan itu diatur, agar

memberi kemudahan/kenyamanan kepada pasien atau konsumen. Dari hasil

wawancara dengan informan 7 menunjukkan bahwa akses organisasi berdasarkan

budaya kerjasama antara petugas dan perawat terlihat saling mendukung dan

saling koordinasi. Bahasa yang digunakan perawat saat berkoordinai dengan

pasien dapat dimengerti pasien, karena perawat menggunakan bahasa atau dialog

yang dapat dipahami oleh pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terkait terkait keterjangkauan,

akses menuju IGD RS Prima Inti Medika mudah dijangkau, tarif yang ditetapkan

rumah sakit tidak terlalu mahal, ada kerjasama antara perawat dengan dokter, dan

bahasa yang digunakan perawat saat berkoordinasi dengan pasien dapat

dimengerti. Tetapi dari pelayanan perawat saat di IGD tidak sesuai dengan

espektasi pasien.

Efektivitas. Berdasarkan dimensi efektivitas, menunjukkan bahwa petugas

RS Prima Inti Medika sudah memiliki kemampuan dalam mengatasi keluhan

pasien. Setiap masalah yang dikeluhkan pasien, petugas dapat mengatasinya

dengan langsung mengambil tindakan, seperti saat pasien IGD mengeluhkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

demam, perawat mengukur temperatur pasien dahulu, melakukan injeksi

selanjutnya meminta penilaian dokter.Hal ini seperti yang diungkapkan Informan

7:

“Pelayanannya cukup cepat. Untuk pertolongan pertama saya


ditempatkan di bed, kemudian diberikan oksgen, dicheck tekanan darah.
Untuk analisisnya saya rasa cepat”

Menurut Informan 8, untuk pelayanan perawat masih kurang memuaskan

juga, tetapi tindakan yang diberikan dokter sudah bagus, tepat waktu, konsultasi

berjalan. Tindakan dokter sudah sesuai dengan harapan informan 8.

Dilihat dari hasil penelitian tersebut, berdasarkan efektivitas menunjukkan

bahwa IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus tetapi kurang memuaskan.

Dimensi efektivitas sangat berkaitan dengan dimensi kompetensi teknis, terutama

dalam pemilihan alternative dalam relative risk dan keterampilan dalam

mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan kesehatan.

Menurut Suparyanto (2013) layanan kesehatan harus efektif, artinya harus

mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya

penyakit serta berkembangnya dan/atau meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas

layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu

digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat. Umumnya

standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang lebih tinggi,

sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu harus dibahas

agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi setempat.

Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan pasien IGD RS Prima Inti

Medika berdasarkan efektivitas pelayanan IGD RS Prima Inti Medika sudah

bagus tetapi kurang memuaskan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Efisiensi. Layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak

pasien dan atau masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak memenuhi standar

layanan kesehatan umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien,

memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih besar kepada

pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas, kita dapat memilih

intervensi yang paling efisien (Suparyanto, 2013).

Berdasarkan analisis efisiensi, RS Prima Inti Medika belum memenuhi

standar layanan kesehatan pada umumnya, karena fasilitas yang ada di IGD RS

Prima Inti Medika belum memenuhi harapan. Hal ini seperti yang diungkapkan

informan 8,

“……. tetapi fasilitas ruangannya masih kurang seperti pendinginnya,


tata letak ruangannya yang masih kurang”.

Sedangkan menurut informan 9,


“Saya melihat fasilitas yang kurang di IGD, pada saat saya mencoba
untuk berbaring, agronomi tubuh saya harus memanjat harus naik tangga
menuju ke tempat tidurnya. Saya rasakan itu masih belum sesuai”.

Sedangkan menurut informan 7 fasilitas yang ada di IGD RS Prima Inti

Medika sudah memenuhi harapan, hal ini sesuai dengan kasus yang dihadapi

informan, tetapi untuk kasus lain informan7 kurang tahu apakah fasilitas di IGD

RS Prima Inti Medika sudah memenuhi harapan atau belum, seperti diungkapkan

berikut ini:

“Menurut saya fasilitas di IGD sudah memenuhi harapanlah. Tapi untuk


kasus saya ya. Saya tak tahu untuk kasus yang lain”.

Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan pasienbahwa mutu

pelayanan IGD terkait efisien rumah sakit belum memenuhi harapan. Karena

masih ada sarana prasarana yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut. Menurut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

hasil penelitian RS Prima Inti Medika adalah sebuah rumah sakit yang tergolong

baru. Sejak didirikan pada tahun 2012 lalu rumah sakit ini terus melakukan

perbaikan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelayanan, baik dari segi

fasilitas maupun sumber daya manusia.

Kesinambungan. Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya

pasien harus dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika

diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu.

Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat, dan

terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana tepat

waktu dan tepat tempat.

Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara dengan pasien diperoleh

berdasarkan indikator kesinambungan menunjukkan bahwa kesinambungan

pasien IGD di RS Prima Inti Medika sudah baik. Kesinambungan pelayanan

dalam penelitian ini terlihat dari proses yang mengatur pelayanan pasien mulai

dari kontak pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai

selesai seluruh fase pelayanan.

Pasien informan yang pernah menerima layanan IGD di RS Prima Inti

Medika dalam penelitian ini hanya memakai 3 informan, dan masing-masing

informan baru sekali menerima layanan kesehatan di IGD RS Prima Inti Medika,

oleh karena itu terkait kesinambungan, peneliti tidak memperoleh informasi

apakah pasien informan dalam penelitian ini pernah melakukan rawat kembali

terkait dengan kasus yang berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Keamanan. Layanan kesehatan yang bermutu harus aman dari risiko

cidera, infeksi, efek samping atau bahaya lain yang ditimbulkan oleh layanan

kesehatan itu sendiri. Berdasarkan keamanan, layanan IGD RS Prima Inti Medika

tergolong belum maksimal. Hal ini sesuai pengalaman Informan 7 selama dirawat

di IGD RS Prima Inti Medika, bahwa:

Kalau untuk layanan pasien di Prima Inti Medika, saya rasa belum
maksimal kemungkinannya. Karena saya rasa pengalaman saja. Mungkin
seiring waktu pelayanan di IGD akan maksimal juga. Untuk IGD saya
harapkan itu akses menuju IGDnya gampang dijangkau lancar juga,
kemudian parkir, gampang diakses, kemudian masalah keamanan juga
yang baguslah, bisa menjamin keamanan si pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terkait keamanan di IGD RS

Prima Inti Medika, bila dihubungkan dengan tahun berdirinya rumah sakit ini

yang masih perlu banyak perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana,

diperoleh berdasarkan keamanan, layanan IGD RS Prima Inti Medika tergolong

belum maksimal.

Kenyamanan. Dimensi kenyamanan tidak berhubungan langsung dengan

efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen

sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut.

Kenyamanan atau kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada

organisasi layanan kesehatan. Jika biaya layanan kesehatan menjadi persoalan,

kenikmatan akan mempengaruhi pasien untuk membayar biaya layanan

kesehatan. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan,

pemberi layanan, peralatan medis dan non medis (Suparyanto, 2013). Artinya

dimensi kenyamanan ini mempengaruhi pasien/konsumen sehingga mendorong

pasien untuk datang berobat kembali. Kenyamanan dan kenikmatan dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

menimbulkan kepercayaan pasien kepada organisasi layanan kesehatan. Dari hasil

wawancara dengan informan terkait kenyamanan pasien saat mendapatkan

pelayanan diketahui bahwa informan tidak merasa nyaman saat dilakukan

perawatan di IGD RS Prima Inti Medika. Hal ini berdasarkan hasil wawancara

dengan Informan 9, bahwa:

Terjadi kecelakaan pada saya. Kebetulan solo laka lantas, kecelakaan


tunggal. Saya terjatuh. Kemudian saya mencoba melakukan tindakan
emergency ke IGD PIM. Ada sedikit kekecewaan pada saya yang saya
rasakan pada saat itu, saya harus sendiri membersihkan lumpur yang
melekat di tubuh saya, saya harus membersihkannya sendiri di kamar
mandi. Dan itu saya lakukan sendiri. Sampai dengan membuka pakaian
yang sudah hancur itu saya lakukan sendiri. Jadi saya pertanyakan itu
kepada petugas emergency. Kenapa saya harus melakukan sendiri. Dan
itu mereka jawab ini untuk kotorannya pak dibersihkan dulu sendiri. Ntar
pada saat di lukanya baru kami yang bersihkan. Namanya juga saya
sedang emergency, saya takut terjadi infeksi pada tubuh saya, ya saya
lakukan apa yang mereka katakan. Saya mengira itu adalah SOP mereka.
Dan terakhir setelah saya bersih-bersih di ruang kamar mandi selanjutnya
saya baru berbaring sendiri di kamar emergency.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan 9 belum merasa

nyaman saat menerima layanan di IGD Prima Inti Medika. Dimensi ini akan

mempengaruhi pasien/konsumen atau mendorong pasien untuk datang berobat

kembali atau tidak. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan

kepercayaan pasien kepada organisasi layanan kesehatan.

Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara dengan beberapa informan

terkait mutu pelayanan IGD berdasarkan perspektif pasien yang pernah menerima

layanan IGD di RS Prima Inti Medika menunjukkan bahwa: Kompetensi teknis

yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas IGD RS Prima Inti Medika

masih kurang dari harapan pasien; keterjangkauan atau akses menuju IGD RS

Prima Inti Medika mudah dijangkau, tarif yang ditetapkan rumah sakit tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

terlalu mahal, ada kerjasama antara perawat dengan dokter, dan bahasa yang

digunakan perawat saat berkoordinasi dengan pasien dapat dimengerti, tetapi dari

pelayanan perawat saat di IGD tidak sesuai dengan espektasi pasien; efektivitas

IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus tetapi kurang memuaskan; efisien rumah

sakit belum memenuhi harapan, karena masih ada sarana prasarana yang kurang

lengkap di rumah sakit tersebut; ada kesinambungan pasien IGD di RS Prima Inti

Medika, dilihat dari proses yang mengatur pelayanan pasien mulai dari kontak

pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai selesai seluruh

fase pelayanan; keamanan IGD di RS Prima Inti Medika, bila dihubungkan

dengan tahun berdirinya rumah sakit ini yang masih perlu banyak perbaikan dan

penambahan sarana dan prasarana, tergolong belum maksimal; dan kenyamanan

pasien IGD di RS Prima Inti Medika sudah baik, pasien merasa nyaman saat

menerima layanan IGD di RS Prima Inti Medika.

Perspektif Manajemen IGD RS Prima Inti Medika. Perspektif

manajemen berdasarkan mutu layanan kesehatan di IGD RS Prima Inti Medika

dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap

6 orang informan. Informan dalam penelitian terdiri dari Kepala Keperawatan RS

PIM, Kepala Unit IGD RS PIM, Asisten Apoteker Instalasi Farmasi IGD RS PIM,

Administrasi Keuangan RS PIM dan 2 orang Perawat.

Kompetensi Teknis. Menurut Permenkes 971/Menkes/Per/XI/2009,

kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang

pegawai berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan

pada tugas jabatannya sehingga pegawai tersebut dapat melaksanakan tugasnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

secara profesional, efektif dan efisien. Dimensi kompetensi teknis itu

berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar

layanan kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan,

kebenaran dan konsistensi. Tidak dipenuhinya dimensi kompetensi teknis dapat

mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar

layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu

layanan kesehatan dan membahayakan jiwa pasien.

Dari hasil wawancara dengan petugas IGD RS Prima Inti Medika

kompetensi teknis yang meliputi keterampilan, kemampuan dan penampilan atau

kinerja pemberi layanan kesehatan, telah mengikuti standar layanan kesehatan

yang telah disepakati. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh petugas yaitu Kepala

IGD RS Prima Inti Medika (Informan 2):

Tindakan penerimaan di IGD itu kita respons time, lebih cepat, kita
langsung menanyakan bila pasien dengan gawat darurat kita ada
standarisasinya yaitu dengan cara langsung menanyakan misalkan pasien
kecelakaan, kita langsung menyentuh pasien dengan memanggil dengan
kurang lebih waktu 10 detik itu harus kita layani segera karena pasien
gawat darurat. Apabila terjadi dengan jantung kita harus lakukan
resusitasi.

Pendapat di atas didukung oleh hasil wawancara dengan Kepala

Keperawatan RS Prima Inti Medika (Informan 1), bahwa :

Saat penerimaan pasien di IGD tergantung instruksi dari dokternya.


Setelah kita vital sign, kita siapkan alat-alat untuk pemasangan infus itu
apa saja.

Menurut Backer (1976) dalam Levina (2013) perlakuan yang kurang

memuaskan atau kurang bijaksana serta sikap yang kurang baik menyebabkan

pasien lari dari pengobatannya. Semakin baik hubungan antar manusia maka akan

membuat pasien lebih patuh untuk menjalankan instruksi dari petugas kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas IGD RS Prima Inti

Medika terkait kompetensi teknis yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap

petugas IGD RS Prima Inti Medika sejauh ini sesuai dengan SOP (Standar

Operasional Prosedur) yang telah ditentukan rumah sakit, petugas IGD sudah

mengetahui apa yang ingin mereka lakukan saat memberikan layanan kesehatan

pada pasien.

Keterjangkauan atau Akses. Menurut Suparyanto (2013) dimensi

keterjangkauan atau akses, artinya layanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh

masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi

dan bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya

perjalanan, jenis transportasi, dan/atau hambatan fisik lain yang dapat

menghalangi seseorang untuk mendapat layanan kesehatan, seperti yang

diungkapkan oleh Informan 2 (Kepala Unit IGD RS Prima Inti Medika), bahwa :

“…..untuk emergency yang paling dibutuhkan adalah akses untuk menuju


ruang IGD paling mudah untuk dapat diakses”

Begitu pula menurut Informan 3 (Perawat IGD RS Prima Inti Medika):

Parkir harus dipersiapkan karena itu untuk keluar masuknya pasien juga,
jadi kalau misalnya seandainya parkir terlalu semrawut, seandainya
pasien emergency seperti KLB dengan jumlah pasien yang melebihi, tidak
dapat masuk pasien dengan nyaman dengan kondisi parkir yang
semrawut. Jadi akses salah satu hal yang penting.

Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan membayar biaya layanan

kesehatan. Dari hasil penelitian menunjukkan pasien yang masuk ke IGD RS

Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah ditetapkan rumah sakit.

Meskipun dilihat dari layanan ada juga yang merasa lebih mahal. Seperti yang

diutarakan informan 6 (petugas Administrasi Keuangan IGD RS Prima Inti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Medika), terkait biaya layanan yang diberikan RS Prima Inti Medika “biaya itu

dibebankan berdasarkan variabel-variabel yang terdapat di dalam biaya di

dalam tarif. Berdasarkan keluhan memang ada yang mengatakan lebih murah

ada juga yang mengatakan lebih mahal, karena memang ada beberapa pos

pelayanan yang memang pilihan sangat mahal. Oleh karena itu harga room

harus distandarisasi”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang masuk ke IGD RS

Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah ditetapkan rumah sakit.

Meskipun dilihat dari layanan ada juga yang merasa lebih mahal.

Efektivitas. Menurut Suparyanto (2013) layanan kesehatan harus efektif,

artinya harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah

terjadinya penyakit serta berkembangnya dan/atau meluasnya penyakit yang ada.

Efektifitas layanan kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan

kesehatan itu digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi

setempat. Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi

yang lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu

harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi setempat. Hal ini

seperti yang yang diungkapkan Informan 2:

Tindakan mengatasi keluhan pasien yaitu pertama-tama kita menanyakan


apa penyebab permasalahan tersebut. Apa yang diinginkan pasien kita,
terus kita mencari solusi bagaimana untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Kemudian bila permasalahan tersebut tidak terselesaikan kita
meminta bantuan kepada atasan untuk memberikan masukan.

Menurut Informan 3 (Perawat IGD RS Prima Inti Medika) :


Untuk mengatasi keluhan dari pasien, kita selesaikan dulu apa yang
dikeluhkan. Kalau misalnya demam, kita temp dulu, injeksi, rekam
medisnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Lebih lanjut menurut Informan 4 (Perawat IGD RS Prima Inti Medika) :


Dalam mengatasi keluhan pasien di IGD, tindakan yang kita lakukan
memasang oksigen, sirkulasi udaranya dulu. Pasien kan ada gangguan
RW ditambah dengan tempat tidur, kita pasang oksigen, kemudian
penilaian dokter.

Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan petugas IGD RS Prima

Inti terkait dimensi efektivitas, menunjukkan bahwa petugas RS Prima Inti

Medika sudah memiliki kemampuan dalam mengatasi keluhan pasien. Setiap

masalah yang dikeluhkan pasien, petugas dapat mengatasinya dengan langsung

mengambil tindakan. Apabila pasien IGD mengeluhkan demam, perawat

mengukur temperature pasien dahulu, melakukan injeksi selanjutnya meminta

penilaian dokter.

Efisiensi. Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh sebab itu, dimensi

efisiensi sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien

dapat melayani lebih banyak pasien dan atau masyarakat. Layanan kesehatan yang

tidak memenuhi standar layanan kesehatan umumnya berbiaya mahal, kurang

nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang

lebih besar kepada pasien. Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas,

kita dapat memilih intervensi yang paling efisien (Suparyanto, 2013).

Berdasarkan analisis efisiensi, RS Prima Inti Medika belum memenuhi

standar layanan kesehatan pada umumnya, karena fasilitas yang ada di IGD RS

Prima Inti Medika belum memenuhi harapan. RS Prima Inti Medika memerlukan

ruang untuk resusitasi seandainya ada pasien yang perlu diresusitasi tidak bisa

dilakukan di tempat tidur biasa selain itu RS Prima Inti Medika, seperti yang

diungkapkan Informan 3 berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

“Untuk meja resusitasi kita belum ada kita. Jadi seandainya kita
melakukan resusitasi tidak bisa dilakukan di tempat tidur biasa. Fasilitas
belum sempurna, tapi untuk sementara sudah baik”.

Selain itu IGD RS Prima Inti Medika memerlukan tambahan perangkat tempat

tidur, seperti yang diungkapkan informan 1:

“…… masih perlu tambahan, seperti perangkat tempat tidur seperti


dirawat inap, sementara kita perlu perangkat seandainya ada pasien yang
perlu kita ECP”.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan di IGD terkait

efisien rumah sakit belum memenuhi harapan, karena masih ada sarana prasarana

yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut. Dilihat dari masa berdirinya, RS

Prima Inti Medika masih tergolong baru. Tetapi rumah sakit ini terus melakukan

perbaikan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelayanan, baik dari segi

fasilitas maupun sumber daya manusia.

Kesinambungan. Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya

pasien harus dapat dilayani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika

diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu.

Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat, dan

terkini, layanan kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana tepat

waktu dan tepat tempat. Hal ini seperti yang diungkapkan Informan 6 berikut ini:

“Jadi seandainya pasien tidak dapat ditangani di IGD dan tidak bisa
ditangani oleh rumah sakit, maka akan diberikan rujukan”.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada kesinambungan pasien IGD di RS

Prima Inti Medika. Adanya kesinambungan pelayanan dalam penelitian ini

terlihat dari proses yang mengatur pelayanan pasien mulai dari kontak pertama

baik dirawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai selesai seluruh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

fase pelayanan. Tujuannya menjamin kesinambungan pelayanan berjalan sesuai

dengan kebutuhan pasien. Hal ini sesuai dengan standar prosedur operasional

rumah sakit (Wibowo, 2017).

Keamanan. Sejak didirikan pada tahun 2012 lalu rumah sakit ini terus

melakukan perbaikan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelayanan, baik

dari segi fasilitas maupun sumber daya manusia. Sebagai tanggung jawab dalam

menghadapi tantangan, organisasi kesehatan mencari solusi keamanan yang

fleksibel dan dapat diandalkan yang dapat mengoptimalkan visibilitas. Layanan

IGD RS Prima Inti Medika berdasarkan keamanan tergolong belum maksimal,

seperti yang diungkapkan informan 6 berikut ini:

“Untuk menghindari friksi itu, pertama karena rumah sakit tidak


dilengkapi dengan security atau keamanan belum ada. Jadi istilahnya
tidak ada yang kemudian menjaga pelayanan dan tidak ada yang ditakuti
di rumah sakit sehingga pasien merasa bisa berbuat sesukanya dan
mereka bisa menghina perawat dan sebagainya. Jadi security itu penting
menurut saya”.

Dari hasil wawancara dengan petugas IGD di RS Prima Inti Medika

menunjukkan bahwa keamanan IGD di RS Prima Inti Medika tergolong belum

maksimal. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas perawatan,

rendahnya kepuasan pasien, dan akan menurunkan produktivitas dari rumah sakit

tersebut.

Kenyamanan. Dimensi kenyamanan tidak berhubungan langsung dengan

efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien/konsumen

sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ke tempat tersebut.

Kenyamanan atau kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada

organisasi layanan kesehatan. Jika biaya layanan kesehatan menjadi persoalan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

kenikmatan akan mempengaruhi pasien untuk membayar biaya layanan

kesehatan. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan,

pemberi layanan, peralatan medis dan non medis (Suparyanto, 2013).

Dilihat dari akses yang mendukung untuk ke IGD, tarif yang tidak begitu

mahal serta layanan yang diberikan petugas IGD menurut petugas akan membuat

pasien merasa nyaman. Artinya dimensi kenyamanan ini mempengaruhi

pasien/konsumen sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali.

Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada

organisasi layanan kesehatan.

Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara terkait mutu pelayanan IGD

berdasarkan perspektif manajemen dengan beberapa informan petugas yang

memberi layanan IGD di RS Prima Inti Medika menunjukkan bahwa: Kompetensi

teknis yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas IGD RS Prima Inti

Medika sejauh ini sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah

ditentukan rumah sakit, petugas IGD sudah mengetahui apa yang ingin mereka

lakukan saat memberikan layanan kesehatan pada pasien; pasien yang masuk ke

IGD RS Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah ditetapkan rumah

sakit, terkait dimensi efektivitas, menunjukkan bahwa petugas RS Prima Inti

Medika sudah memiliki kemampuan dalam mengatasi keluhan pasien. Setiap

masalah yang dikeluhkan pasien, petugas dapat mengatasinya dengan langsung

mengambil tindakan. Apabila pasien IGD mengeluhkan demam, perawat

mengukur temperature pasien dahulu, melakukan injeksi selanjutnya meminta

penilaian dokter; terkait efisien, mutu pelayanan IGD di RS Prima Inti Medika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

belum memenuhi harapan, belum efisien, karena masih ada sarana prasarana yang

kurang lengkap di rumah sakit tersebut; ada kesinambungan pasien IGD di RS

Prima Inti Medika, dilihat dari proses pengaturan layanan pasien mulai dari

kontak pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat sampai selesai

seluruh fase pelayanan, keamanan IGD di RS Prima Inti Medika tergolong belum

maksimal, dapat menyebabkan berkurangnya kualitas perawatan, rendahnya

kepuasan pasien, dan akan menurunkan produktivitas dari rumah sakit tersebut;

dan dilihat dari akses yang mendukung untuk ke IGD, tarif yang tidak begitu

mahal serta layanan yang diberikan petugas IGD menurut petugas akan membuat

pasien merasa nyaman.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perspektif pasien terhadap mutu

pelayanan IGD di RS Prima Inti Medika berdasarkan keterjangkauan atau akses,

efektivitas, efisiensi, kesinambungan, keamanan dan kenyamanan sesuai dengan

espektasi pasien tetapi kompetensi teknis petugas IGD di RS Prima Inti belum

sesuai dengan harapan pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang

bermutu itu tidaklah mudah. Banyak aspek yang mempengaruhi bermutu atau

tidaknya suatu pelayanan kesehatan. Salah satu aspek terpenting adalah SDM,

yakni mencakup seluruh pegawai rumah sakit, karena sumber daya manusia

merupakan faktor penentu dari mutu pelayanan di rumah sakit. Sumber daya

manusia merupakan titik sentral dalam penyelenggaraan rumah sakit, terutama di

unit admisi rawat inap, yang merupakan ujung tombak dari arus pasien di rumah

sakit, dituntut harus mampu memahami keinginan dan kebutuhan pasien dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

upaya memberikan pelayanan prima, dengan harapan pasien merasa puas atas

pelayanan yang diberikan. Banyak faktor yang mempengaruhi sumber daya

petugas di IGD, diantaranya yaitu jumlah petugas, kualitas petugas, beban kerja,

pendidikan dan pelatihan, serta lama kerja petugas di IGD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sujono

(2015) dengan menggunakan indikator yang sedikit berbeda diperoleh hasil

bahwa masih perlu adanya perbaikan dari beberapa indikator seperti tangible,

responsiveness, dan assurance. Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Elok

(2015) yang menunjukkan bahwa proses manajemen mutu IGD RSUD Kudus

belum berjalan baik, gaya kepemimpinan demokratis dengan kebijakan jelas,

organisasi mutu berjalan baik, petugas IGD belum memenuhi kriteria khusus.

Menurut Ilyas (2014), salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang

efektif dan efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang

tinggi, profesional sesuai dengan tugas dan fungsi setiap personil. Menurut Pandia

(2016), bahwa kuantitas para tenaga kerja juga harus disesuaikan dengan

kebutuhan perusahaan atau institusi agar tujuannya dapat tercapai secara efektif

dan efisien. Menurut Suryanti (2014), kinerja organisasi atau admisi rawat inap

berhubungan dengan proporsi profesional, makin besar proporsi kelompok

profesional, makin tinggi kinerja organisasi. Yang dimaksud profesional adalah

personal dengan tingkat pendidikan minimal Diploma 3.

Menurut Ditha S (2014) solusi untuk permasalahan kompetensi tenaga

kesehatan adalah dengan melakukan uji kompetensi. Salah satu langkah yang

dapat diambil oleh pimpinan RS adalah dengan penerapan Standart Kompetensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

tenaga kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional

bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi

dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan

anggota tim kesehatan lain (Gustini, 2010 dalam Hadijah, 2015).

Menurut Rachmawati dalam Hartawan (2016) sulit mendapatkan seluruh

perawat IGD berkualifikasi perawat mahir. Tidak mungkin dalam proses

perekrutan, manajemen sumber daya manusia bisa mendapatkan tenaga perawat

sesuai dengan kualifikasinya. Seandainyapun ada tenaga perawat yang memenuhi

kualifikasi, tentunya upah yang harus dibayarkan oleh rumah sakit pasti tinggi.

Hal ini karena mereka mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan mereka

dikatagorikan sebagai tenaga terdidik dan terlatih. Oleh karena itu Manajemen RS

Prima Inti Medika harus mempunyai rencana pendidikan dan pelatihan tenaga

keperawatan di IGD yang baik. Rencana pendidikan dan pelatihan tenaga

keperawatan yang baik akan menghasilkan perawat yang berkualitas. Dengan

jumlah perawat IGD yang optimal disertai dengan rencana pendidikan dan

pelatihan tenaga keperawatan yang baik, diharapkan RS Prima Inti Medika

mempunyai tim IGD yang mumpuni dan mampu memberikan pelayanan yang

terbaik.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini meneliti perspektif pasien terkait mutu pelayanan IGD di RS

Prima Inti Medika dengan jumlah informan yang terbatas.Dari petugas menurut

peneliti sudah mencukupi tetapi informan dari pasien yang pernah menerima

layanan IGD di RS Prima Inti Medika tidak mencukupi. Dengan jumlah informan

pasien hanya ada 3, hal ini membuat peneliti terbatas untuk mengkaji secara

mendalam indikator-indikator yang terkait dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini yang berjudul

Mutu Pelayanan IGD: Perspektif Pasien dan Manajemen di Rumah Sakit Prima

Inti Medika Tahun 2018 berdasarkan kompetensi teknis, keterjangkauan atau

akses, efektivitas, efisien, kesinambungan, keamanan dan kenyamanan adalah

sebagai berikut:

Perspektif pasien. Kompetensi teknis yaitu pengetahuan, keterampilan

dan sikap petugas IGD RS Prima Inti Medika masih kurang dari harapan pasien.

Perawat kelihatan masih canggung saat melakukan tugasnya; keterjangkauan atau

akses menuju IGD RS Prima Inti Medika menurut peneliti mudah dijangkau, tarif

yang ditetapkan rumah sakit tidak terlalu mahal, ada kerjasama antara perawat

dengan dokter, dan bahasa yang digunakan perawat saat berkoordinasi dengan

pasien dapat dimengerti, tetapi dari pelayanan perawat saat di IGD tidak sesuai

dengan espektasi pasien; efektivitas IGD RS Prima Inti Medika sudah bagus tetapi

kurang memuaskan; efisien rumah sakit belum memenuhi harapan, karena masih

ada sarana prasarana yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut; ada

kesinambungan pasien IGD di RS Prima Inti Medika, dilihat dari proses yang

mengatur pelayanan pasien mulai dari kontak pertama baik dirawat jalan maupun

di unit gawat darurat sampai selesai seluruh fase pelayanan; keamanan IGD di RS

Prima Inti Medika, bila dihubungkan dengan tahun berdirinya rumah sakit ini

yang masih perlu banyak perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana,

tergolong belum maksimal; dan kenyamanan pasien IGD di RS Prima Inti Medika

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

sudah baik, pasien merasa nyaman saat menerima layanan IGD di RS Prima Inti

Medika.

Manajemen RS Prima Inti medika. Dilihat dari manajemen dan

administrasi rumah sakit, RS Prima Inti Medika masih belum tersistimatis dan

terintegrasi dengan baik, masih perlu pembenahan secara menyeluruh dan

standarisasi. Selain itu rumah sakit harus segera melakukan persiapan dan

mengikuti akreditasi rumah sakit sebagai tuntutan undang-undang dan keharusan

standar sebuah rumah sakit. Oleh karena itu dimensi mutu pelayanan berdasarkan

manajemen RS Prima Inti Medika diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Kompetensi teknis yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas IGD RS

Prima Inti Medika sejauh ini sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)

yang telah ditentukan rumah sakit, petugas IGD sudah mengetahui apa yang ingin

mereka lakukan saat memberikan layanan kesehatan pada pasien; pasien yang

masuk ke IGD RS Prima Inti Medika mampu membayar biaya yang telah

ditetapkan rumah sakit; terkait dimensi efektivitas, menunjukkan bahwa petugas

RS Prima Inti Medika sudah memiliki kemampuan dalam mengatasi keluhan

pasien. Setiap masalah yang dikeluhkan pasien, petugas dapat mengatasinya

dengan langsung mengambil tindakan. Apabila pasien IGD mengeluhkan demam,

perawat mengukur temperature pasien dahulu, melakukan injeksi selanjutnya

meminta penilaian dokter; terkait efisien, mutu pelayanan IGD di RS Prima Inti

Medika belum memenuhi harapan, belum efisien, karena masih ada sarana

prasarana yang kurang lengkap di rumah sakit tersebut; ada kesinambungan

pasien IGD di RS Prima Inti Medika, dilihat dari proses pengaturan layanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

pasien mulai dari kontak pertama baik di rawat jalan maupun di unit gawat darurat

sampai selesai seluruh fase pelayanan; keamanan IGD di RS Prima Inti Medika

tergolong belum maksimal, dapat menyebabkan berkurangnya kualitas perawatan,

rendahnya kepuasan pasien, dan akan menurunkan produktivitas dari rumah sakit

tersebut; dan dilihat dari akses yang mendukung untuk ke IGD, tarif yang tidak

begitu mahal serta layanan yang diberikan petugas IGD menurut petugas akan

membuat pasien merasa nyaman.

Saran

Memperhatikan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat

diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagi Manajemen RS Prima Inti Medika. Diharapkan bagi manajemen

RS Prima Inti Medika sebagai berikut: Memberikan pemahaman bagi tenaga

medis maupun non medis khususnya dalam hal peningkatan mutu layanan

kesehatan rumah sakit terkait dengan manajemen Rumah Sakit Prima Inti Medika;

mengaktifkan tim kendali mutu serta memberikan pelatihan tentang jaminan

kualitas, peningkatan kualitas berkelanjutan dan total manajemen kualitas dalam

manajemen mutu pelayanan agar kualitas pelayanan rumah sakit dapat meningkat

dan terjaga. Melaksanakan standarisasi dengan melakukan akreditasi rumah sakit.

Bagi Karyawan Instalasi Gawat Darurat. Bagi karyawan instalasi

gawat darurat yang kurang tanggap dan kurang ramah terhadap pasien, sekiranya

lebih ramah dan bersedia untuk meluangkan waktunya mendengarkan keluhan

maupun keinginan pasien, sehingga pasien merasa bahwa petugas adalah teman

mereka. Berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien maka petugas rumah sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

harus dengan serius menangani dan mencari solusi untuk mengatasi persoalan

yang dihadapi pasien, sehingga kedepannya ada perubahan yang lebih baik.

Bagi Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Diharapkan mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dapat menerapkan ilmu yang diperoleh

selama di bangku perkuliahan.

Bagi Peneliti. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terkait dengan judul

penelitian ini, dengan menambah jumlah responden dan lokasi penelitian yang

berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

DAFTAR PUSTAKA

ACEM. 2014. Emergency Department Design Guidelines, G15. Third Section,


Australian College For Emergency Medicine.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2014. Metodologi dan Aplikasi Riset
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro. 2014. Metodelogi Penelitian untuk Public Relations


Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Azwar Azrul. 2014. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa


Aksara Publisher. Jakarta

Azwar, Azrul. 2016. Mnejaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka: Sinar


Harapan, Jakarta.

Bagong, Suyanto. 2015. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada


Media Groupp.

Departemen Kesehatan RI, 2014. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan,
http://www.ppmplp.depkes.go.id/informasi@ppmplp.depkes.go.id

Departemen Kesehatan. 2015. Pedoman Akademik Rumah Sakit di Indonesia.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

Depkes RI, 2014. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat


2010, Jakarta

Depkes RI. 2016. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah
Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Ditha. S. 2014. Pengetahuan dan Kompetensi SDM dalam Pelayanan Kesehatan


Patut Dipertanyakan.
https://www.kompasiana.com/dithasatyadevi/54f91be2a333110a068b460f
/pengetahuan-dan-kompetensi-sdm-dalam-pelayanan-kesehatan-patut-
dipertanyakan

Djemari. 2015. Pelayanan Gawat Darurat (Emergency Care) UGD.

Duncan, W. J. 1998. Strategic Management Of Health Care Organizations (Vol.


3rd ed, p. 857). Malden, Ma.: Blackwell Publishers.

Elok Mariyatul Qibtiyah, Sudiro, dan Lucia Ratna Kartika Wulan. 2015.
Manajemen Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kudus

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

(Studi Kualitatif). Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Volume 03 No.


01 April 2015

Green, Lawrence. 1980. Health Education: A Diagnosis Approach, The John


Hopkins University, Mayfield Publishing Co

Gunawan, Iman. 2014. Metode Penelitiaan Kualitatif:Teori dan Pratilik. Jakarta:


Bumi Aksara.

Hadijah. 2015. Analisis Kompetensi Perawat dalam Memberikan Pelayanan


Kesehatan di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun
2015. Tugas Akhir Program Magister (TAPM). Program Pascasarjana.
Universitas Terbuka. Jakarta.

Hery, 2017. Pelayanan Kesehatan.


http://herykesehatan.blogspot.com/2017/11/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html

Hidayati, H. 2014. Standar Pelayanan Kesehatan Pasien IGD di Rumah Sakit


Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. eJournal Administrasi Negara
3(2): 653-665

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Data Dan Informasi: Profil


Kesehatan Indonesia 2017.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jumlah pertumbuhan Rumah Sakit di


Indonesia Tahun 2018

Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/ Menkes/ SK/IX/2009 tentang Standar


Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Lapau, Buchari. 2015. Metode Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta:


Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lestari, A.P., Wiwik, A & Retno, A.V. 2015. Penjadwalan perawat di ird dr.
Soetomo menggunakan model goal programming. Skripsi. ITS Surabaya:
tidak dipublikasikan

Levina. S Kelmanutu. 2013. Gambaran tentang Dimensi Mutu Pelayanan Pada


Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013. Jurusan Manajemen Rumah
Sakit. FKM. Universitas Hasanuddin.

Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Mulyadi Dedi, Uus M. Fadli, dan Fitriyani Cipta Kusuma Ningsih. 2013. Analisis
Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Islam
Karawang. Jurnal Manajemen Vol.10 No.3 April 2013.

Mulyana, Deddy. 2014. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muzaham. 2017. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nanang Martono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Notoatmodjo, S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2. Rineka Cipta.


Jakarta: 127-128

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Oki. 2000. Dimensi Mutu pada Organisasi Jasa. Jakarta: Manajemen Manusia
Press.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017

Purnama. N. 2014. Manajemen Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta:


EKONISIA.

Rima, Yuliani. 2014. Analisa Kepuasan Masyarakat Tentang Pelayanan Publik


(Studi Kasus IGD RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar).

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta

Sujono, Imam. 2015. Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU BLUD Dr. H.
Soemarno Sosroatmojo Tanjung Selor Tahun 2015. Tugas Akhir Program
Magister (TAPM). Program Pascasarjana Universitas Terbuka. Jakarta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sumantri Arif. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi pertama. Jakarta:


Kencana.

Suparyanto, 2013. Sekilas tentang Mutu Pelayanan Kesehatan. http://dr-


suparyanto.blogspot.com/2013/01/sekilas-tentang-mutu-pelayanan-
kesehatan.html

Sutadji. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan Pada Unit Gawat Darurat (Ugd) Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Dtp Rajagaluh Kecamatan Rajagaluh
Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Pusat Studi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Sosial dan Kebijakan (PUSAKA) FISIP – Universitas Majalengka.


Volume VI No 1Januari – Juni 2013. ISSN 1907-6711.

Sutrisno Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Penerbit:
Jakarta, Kencana.

Tjiptono. F. 2011. Service Manajemen Mewujudkan Layanan Prima. Penerbit


Andi. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 63 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

USAID. 2014. “Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan untuk Kabupaten/Kota”. Jakarta: USAID

Wibowo Bambang. 2016. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Yang


Berkualitas. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Rakerkernas 2016.
Gelombang II.

Wibowo Bambang. 2017. Kesinambungan Pelayanan.


https://www.scribd.com/document/363430126/ACC-3-SPO-
Kesinambungan-Pelayanan-draft-020214-docx.

Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Volume 2.


Airlangga University Press. Surabaya. xxxviii + 1383 hlm.

Winda Asriyani. 2013. Tugas ORganisasi Manajemen Rumah Sakit.

http://wasriyani.blogspot.com/2013/12/tugas-organisasi-manajemen-rumah-

sakit.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
70 TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite:http://fkm.usu.ac.id - Email:fkm.usu.medan@gmail.com

Lampiran 1. Informed Consent

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya Dicky Fachriza, mahasiswa peminatan Administrasi Rumah Sakit


(ARS) Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat USU akan
melakukan penelitian yang berjudul “Mutu Pelayanan IGD, Perspektif Pasien Dan
Manajemen di RS Prima Inti Medika Tahun 2018”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu pelayanan IGD,
perspektif pasien n manajemen yang ada di RS Prima Inti Medika pada tahun
2018. Peneliti mengajak Bapak/Ibu/Saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini.
keikutsertaan informan dalam jangka waktu masing-
Penelitian ini membutuhkan keikutsertaan
masing informan sekitar 15 sampai dengan 30 menit.

Kesukarelaan untuk ikut penelitian


Bapak/Ibu/Saudara bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila Bapak/Ibu/Saudara sudah memutuskan untuk ikut, maka juga bebas
untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun
sanksi apapun.

Prosedur penelitian
Apabila Bapak/Ibu/Saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
Bapak/Ibu/Saudara diminta menandatangani lembar persetujuan ini.
Bapak/Ibu/Saudara juga diminta untuk mengisi lembar identitas sebagai informan
dalam wawancara ini. Setelah
Setelah itu Bapak/Ibu/Saudara akan diberi beberapa
pertanyaan terkait pengalaman selama berada di RS Prima Inti Medika. Partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini, membantu Saya untuk mengetahui lebih
jauh informasi yang saya butuhkan.

Kewajiban informan
Wawancara ini mencari tahu tentang pendapat, pandangan dan pemikiran,
Bapak/Ibu/Saudara sehingga harus menjawab dengan terbuka dan jujur karena
tidak ada jawaban benar atau salah. Bila ada yang belum jelas, bisa bertanya lebih
lanjut kepada peneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
71 TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite:http://fkm.usu.ac.id - Email:fkm.usu.medan@gmail.com

Risiko
Informan tidak akan mendapat risiko apapun dengan memberikan keterangan dan
informasi pada penelitian ini. Informasi yang diberikan semata untuk penelitian
dan perbaikan.

Manfaat
Penelitian ini mungkin tidak mempunyai keuntungan yang dapat langsung di
rasakan. Kontribusi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini diharapkan dapat
membantu peneliti dalam menganalisis mutu pelayanan di IGD, bagaimana
perspektif pasien dan manajemen di RS Prima Inti Medika.

Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas
identitas informan akan dirahasiakan dan
hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa
identitas informan. Orang lain dijamin tidak dapat menelusuri informan yang
memberikan informasi pada penelitian ini.

Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
72 TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite:http://fkm.usu.ac.id - Email:fkm.usu.medan@gmail.com

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN UNTUK


DIWAWANCARA TERKAIT PENELITIAN DI
RS PRIMA INTI MEDIKA TAHUN 2018

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden untuk
diwawancarai terkait penelitian
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang bernama Dicky
Fachriza dengan judul penelitian Mutu Pelayanan IGD, Perspektif
Perspektif Pasien Dan
Manajemen di RS Prima Inti Medika Tahun 2018.
Demikian persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa ada
unsur paksaan.

Medan,Desember 2018
Responden

(_______________________)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
73 TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite:http://fkm.usu.ac.id - Email:fkm.usu.medan@gmail.com

Lampiran 3. Wawancara
LEMBAR WAWANCARA

Data Informan (Kepala Perawat, Kepala Unit IGD, Perawat 2 orang, Asisten
Apoteker Instalasi Farmasi, Administrasi Keuangan,)
Nama Informan :
Umur :
NIP :
Jabatan :
Tanggal wawancara :

A. Pra Pelayanan di IGD


1. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
2. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?
3. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?

B. Proses Pelayanan di IGD


1. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
2. Bagaimana tindakan mengatasi keluhan pasien di IGD?

C. Pasca Pelayanan di IGD


1. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
2. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?

D. Dukungan Pelayanan di IGD


1. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
2. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan
pelayanan?
3. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
4. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan
5. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan
harapan anda?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
74TINGGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite:http://fkm.usu.ac.id - Email:fkm.usu.medan@gmail.com

Data Informan (Pasien yang mendapatkan pelayanan IGD RS Prima Inti Medika)
Nama Pasien 1 :
Umur :
Alamat :
Tanggal wawancara :
Keluhan :
A. Pra Pelayanan di IGD (Pasien)
1. Pelayanan apa saja yang diharapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
2. Mengapa pelayanan tersebut perlu dilakukan ?
3. Bagaimana pelayanan tersebut dirasakan

1. Proses Pelayanan di IGD (Pasien)


a. Apa keluhan yang diderita sehingga memerlukan pelayanan IGD?
b. Bagaimana pelayanan yang diterima?
c. Harapannya, bagaimana seharusnya
seharusnya pelayanan yang diterima?
d. Fasilitas apa yang kurang di pelayanan IGD ini?
e. Bagaimana pelayanan perawat di IGD yang dirasakan?
f. Bagaimana tindakan dokter IGD yang dirasakan?
g. Bagaimana pelayanan farmasi yang dirasakan?

2. Pasca Pelayanan di IGD (pasien)


a. Pelayanan apa saja yang diperlukan setelah menerima pelayanan di IGD?
b. Mengapa pelayanan tersebut penting?
c. Bagaimana pelayanan tersebut dirasakan?

3. Pelayanan Aktivitas Pendukung (Pasien)


a. Bagaimana proses pelayanan di IGD secara keseluruhan. Adakah budaya
organisasi terlihat seperti kerjasama, saling mendukung atau lainnya yang
dirasakan?
b. Bagaimana profesionalitas petugas IGD dalam memberikan pelayanan?
c. Apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah memenuhi harapan?
d. Apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan?
e. Apakah tarif di IGD sudah sesuai dengan pelayanan yang diterima?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Lampiran 4. Hasil Wawancara dengan Petugas IGD RS Prima Inti Medika

Informan 1 : Diana (Kepala Keperawatan RS Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Jawab:
Yang pertama otomatis tenaga yang ditugasi itu harus siap. Dalam 5
menit pasien harus disiapkan dari pertama sampai melaksanakan
pelayanan kita. Kemudian perawat yang bertugas melakukan vital sign
baru melaporkan kepada dokter yang bertugas di IGD. Dari dokter yang
bertugas di IGD baru tindakan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.
Itu yang paling utama.
Selain itu alat-alat yang ada di IGD misalnya kita lihat kegawatdaruratan
pasiennya dimana kita tempatkan di drase merahkah, di drase kuningkah,
didrase hijaukah, itu harus kita lihat. Kalau memang di drase kuning, apa
saja yang harus dilakukan oleh petugasnya. Misalnya dengan keluhan
febris, menunggu dari instruksi dokter apa yang harus kita lakukan
setelah kita melakukan vital sign. Acuannya yang pertama vital sign dulu
yang harus kita lakukan.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Untuk mengetahui kondisi pasien saat itu. Kondisinya misalnya
hipertensikah pasiennya ataukah lagi demamkah temperaturnya tinggi
ataupun pasien dalam keadaan ada keluhan lain, bisa kita tahu dari gerak
anamnese pasien.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab:
Setelah persiapan pelayanan dilakukan, penatalaksanaannya kalau
misalnya pasien datang dengan keluhan teknis, dari awal dari sebelum
kita melaksanakan, dari penjemputan pasien dimana dari interaksi pasien
kita lihat dimana kita letakkan, seperti saya bilang tadi, dikuningkah baru
penatalaksanaannya misalnya apa keluhan pasien. Dari keluhan tersebut
maka kita akan melakukan tindakan apa yang dianjurkan. Itu dalam skup
sebelum melakukan pelayanan (pra) pasien belum ada, kita sudah siapkan
bednya, kita siapkan tali emergencynya. Meja resepsionis kita siapin.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
Jawab:
Saat penerimaan pasien di IGD tergantung instruksi dari dokternya.
Setelah kita vital sign, kita siapkan alat-alat untuk pemasangan infus itu
apa saja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

b. Bagaimana tindakan mengatasi keluhan pasien di IGD?


Jawab:
Pasien kita anamnese dulu, misalnya riwayat dahulu yang kita tanyakan,
dari anamneses tersebut kemudian kita menunggu instruksi dokter
tindakan apa yang harus kita lakukan.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
Jawab:
Setelah selesai semua, apabila pasien tidak perlu kita rujuk, kita
mengarahkan kepada pasien untuk melakukan (setelah semua sudah
lengkap), kita anjurkan ke kasir.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Apabila pasien sembuh di tempat kita, biasanya prosedurnya bagi pasien
sembuh yang telah sembuh, kita diberi obat-obatan yang telah disiapkan
untuk dibawa pulang, tetapi kalau pasien hanya dikasih resep dari rumah
sakit, maka pengambilan obat untuk selanjutnya dilakukan setelah keluar
dari rumah sakit ini, kemudian setelah pencatatan semua resep, pasien
atau keluarga pasien kita arahkan ke kasir.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Menurut saya masih kurang, karena yang pertama masih kurangnya
pasien mungkin, selain itu yang kita layani selama ini juga bukan pasien
yang benar-benar punya kegawatdaruratan, misalnya cuma yang ada
disini yang kita sering febris yang paling banyak, jadi tindakan-tindakan
yang biasa kita lakukan itu-itu aja. Jadi kurang tantangan.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Insha Allah kompetensi petugas IGD sudah bagus, meskipun tindakan
yang dilakukan itu-itu saja.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Karena kita berdasarkan jaringan data, jumlah perawat kita sudah
memenuhi syarat. Untuk saat sekarang ada 2 orang perawat ditambah
satu dokter, sudah cukup dan Insha Allah skill yang mereka miliki
sekarang kita lihat Insha Allah sudah tersertifikasi.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan?


Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

80% sudah memenuhi harapan, tetapi masih perlu tambahan, seperti


perangkat tempat tidur seperti dirawat inap, sementara kita perlu
perangkat seandainya ada pasien yang perlu kita ECP.

e. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Kalau untuk di IGD, karena pasiennya belum banyak saya rasa sudah
cukup, tapi seperti keuangan, keuangan itu kerjanya kan full gitu, ya
masih kurang. Kalau di IGD tergantung paling banyak pasien yang
terdata 15-16 maksimal. Jadi sudah cukuplah dengan 2 orang perawat.
Jadi imbalan yang diberikan masih ideal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Informan 2 :Darwis (Kepala Unit IGD RS Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Jawab:
Persiapan yang utama di IGD itu memang sarana dan prasarana. Seperti
ruangan IGD. IGD itu memiliki beberapa item ruangan misalnya ruang
administrasi, ruang triase, ruang penyimpanan barang atau rak atau
locker, ruang resusitasi pasien, serta kita menyiapkan seperti parkir.
Terus untuk tenaga sdmnya kita memperhatikan juga untuk persiapan kita
d IGD yaitu memang yang benar-benar mempunyai pelatihan minimal
memiliki BPJLS atau pengertian emergency seperti BPGD SPBDT.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Karena persiapan itu menyangkut dengan pelayanan karena kesiapan
daripada sarana dan prasarana seperti bangunan ataupun ruangan yang
terstandarisasi itu sangat mempengaruhi pada sistim pelayanan.
Kemudian daripada sdmnya, perawatnya harus terampil untuk
mendatangkan banyak pasien.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab:
Persiapan yang dijalankan misalkan lebih ke pelayanan, kalau ke
pelayanan, apabila ada pasien masuk petugas memperkenalkan diri
terlebih dahulu. Kemudian menanyakan tentang masalah pasien, setelah
itu kita langsung menempatkan pasien di ruang triase kita untuk mengkaji
pasien.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
Jawab:
Tindakan penerimaan di IGD itu kita respons time, lebih cepat, kita
langsung menanyakan bila pasien dengan gawat darurat kita ada
standarisasinya yaitu dengan cara langsung menanyakan misalkan pasien
kecelakaan, kita langsung menyentuh pasien dengan memanggil dengan
kurang lebih waktu 10 detik itu harus kita layani segera karena pasien
gawat darurat. Apabila terjadi dengan jantung kita harus lakukan
resusitasi.

b. Bagaimana tindakan mengatasi keluhan pasien di IGD?


Jawab:
Tindakan mengatasi keluhan pasien yaitu yang pertama-tama kita
mengadakan ruang komplain. Disitu ada petugas ruang complain.
Pertama-tama kita menanyakan apa penyebab permasalahan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Apa yang diinginkan pasien kita, terus kita mencari solusi bagaimana
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kemudian bila permasalahan
tersebut tidak terselesaikan kita meminta bantuan kepada atasan untuk
memberikan masukan.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
Jawab:
Pasca pelayanan kita menanyakan kembali kepada pasien bagaimana
keluhan pasien tersebut apakah dia merasa ada kepuasan terhadap
pelayanan kita, atau pasien merasa ada masalah dengan penyakitnya.
Apabila pasien belum merasa puas dengan pelayanan kita, kita
menanyakan kembali apakah pasien mau dilanjutkan ke ruang perawatan
ataupun dilakukan observasi.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Jadi pasien masuk ke IGD itu bagaimana pelayanan kita secara
menyeluruh jadi pasien merasa puas terhadap pelayanan kita untuk itu
sebagai promosi juga bagi rumah sakit kita.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Untuk saat ini budaya kerjanya sudah berjalan baik, karena kita cepat
merespon untuk melayani pasien, antara sesama perawat juga terjalin
hubungan kerja yang baik, hubungan petugas dengan dokter juga terjalin
baik, dengan stakeholder yang lain juga baik. Dapat dikatakan sistem
budaya kerja yang baik sudah berjalan di IGD.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Kalau menurut saya tentang kompetensi petugas di IGD itu sudah
terstandarisasi mereka sudah memiliki sertifikat seperti BPLJS, minimal
kompetensi mereka sudah terstandarisasi untuk melayani pasien
emergency. Semua sudah terakreditasi.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Saat ini jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai. Kita ada
berjumlah 8 orang, dengan petugas satu shiftnya itu kita tugaskan 2 orang
di IGD. Jumlah total semua anggota petugas di IGD ada 8 orang.
d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan
Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Kalau menurut saya sudah memenuhi harapan. Mungkin ada beberapa


yang perlu kita benahi juga, tapi untuk sementara ini sudah memenuhi
harapan.

e. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab :
Menyangkut imbalan yang diberikan rumah sakit, menurut saya gaji
seharusnya kita berdasarkan tingkat pekerjaan ya. Maksudnya ada yang
bekerja lebih dari 5 tahun ke atas. Artinya imbalan yang diberikan rumah
disesuaikan dengan lamanya bekerja petugas bekerja di rumah sakit ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Informan 3 :Ari, 32 tahun (Perawat IGD RS Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Jawab:
Pertama-tama kita siapkan ruangan dan tiket kita siapkan semua, baik itu
alat, steril alat, kesiapan PHP, dan staf-staf lainnya kita persiapkan.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Untuk kesiapan seandainya terjadi emergency, pasien emergency
mendadak yang urgen untuk cepat tanggap dalam pelayanan.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab :
Pertama kita begitu datang mengecek dulu BAP cukup, seperti kasa dan
lain-lain, alat dalam keadaan bersih, steril, persediaan oksigen dan alat-
alat yang lain. Selain itu persiapan tempat parkir, SOP, promosi, tarif
semua harus dipersiapkan. Parkir harus dipersiapkan karena itu untuk
keluar masuknya pasien juga, jadi kalau misalnya seandainya parkir
terlalu semrawut, seandainya pasien emergency seperti KLB dengan
jumlah pasien yang melebihi, tidak dapat masuk pasien dengan nyaman
dengan kondisi parkir yang semrawut. Jadi akses salah satu hal yang
penting.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
Jawab:
Penerimaan pertama saya tanya dulu keluhannya, setelah tahu kita apa
keluhannya kita periksa tanda-tanda vitalnya yang sederhana setelah itu
baru kita konsulkan ke dokter.

b. Saat bapak melakukan pelayanan, apakah keluhan yang diderita pada saat
itu.
Jawab:
Untuk mengatasi keluhan dari pasien, kita selesaikan dulu apa yang
dikeluhkan. Kalau misalnya demam, kita temp dulu, injeksi, dan rekam
medisnya, kemudian dianjurkan keluarga untuk mendaftar, kita tetap
melakukan tindakan. Tapi keluarganya kita anjurkan keluarga untuk
mendaftar. Jika pasien itu datang sendiri, kita lakukan tindakan dahulu,
kita selesaikan, baru dilakukan pendaftaran.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Tergantung instruksi dokter yang menjaga, kalau misalnya konsul atau


dirawat inap, kita siapkan pasiennya untuk dirawat inap dan kita laporkan
ke ruangan untuk disiapkan ruangan.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Hal ini perlu dilakukan, karena kalau kita misalnya main masuk aja,
sementara petugas belum siap akan buntu sampai ke belakang. Jika
ruangan sudah siap, kita antar pasien ke belakang. Kemudian kita
konfirmasi ke bagian rawat inap supaya therapy-therapinya berjalan.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Sudah lumayan baik, ada kerjasama, ada koordinasi. Paling masalah
antara ruang IGD ke rawat inap itu kan sudah diselesaikan, apa
permasalahannya sudah diselesaikan, kayak masalah injeksi yang
harusnya di IGD. Cuman kemarin karena mis komunikasi jadi dilakukan
di rawat inap. Tapi sekarang sudah clear.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Harus maksimal. Sudah baik. Sudah sesuai dengan BPJLS sesuai dengan
standar permenkes 856 di IGD.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Kalau untuk seluruhnya kayaknya belum tapi kalau untuk saat ini
sementara cukup. Idealnya jumlah perawat minimal 3 orang untuk IGD.
Karena seandainya ada pasien yang emergencypun 2 perawat masih bisa
berjaga. Saat yang ada 2 perawat 1 dokter. Dan ini belum ideal tapi
sudah bisa dengan kompetensi yang ada.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan?


Jawab:
Saat ini sudah cukup. Dari segi alat-alat sudah lumayan lengkap
walaupun belum sempurna tapi sudah bisa. Tetapi fasilitas di IGD belum
memenuhi harapan. Untuk meja resusitasi kita belum ada kita. Jadi
seandainya kita melakukan resusitasi tidak bisa dilakukan di tempat tidur
biasa. Fasilitas belum sempurna, tapi untuk sementara sudah baik.

e. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Sudah sesuai, saat ini masih Rp.1.600.000,-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Informan 4 :Nadia Soraya, 22 tahun (Perawat IGD RS Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Pertama dari pasien yang masuk kita tanya dia karyawan atau bukan,
alamatnya dimana, kemudian apa ada pakai askes atau tidak. Perawat
IGD sebelumnya mempersiapkan oksigen alat gawat darurat seperti
hecting, instrumen yang berhubungan dengan gawat darurat. Selain itu
diperlukan respon time berapa standartnya, dokter harus stand by 24 jam,
akses penerimaan pasien. Untuk sekarang promosi keamanan belum ada,
untuk parkir belum diambil tarif.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Pelayanan tersebut sangat penting, karena kita bisa tahu sirkulasi, RW,
briefing pasien untuk bantuan anamnesa.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab :
Pertama kan kita tahu pasien triage, istilahnya kan memilah-milah pasien.
Kemana mengelompokkan pasien. Kalau misalnya dia lebih ke merah,
kuning, hijau, hitam itu kan sudah ada kelompoknya. Kalau misalnya dia
trauma spinal itu lebih ke merah, syock hemoragic itu ke kuning, seperti
itu. Patah tulang itu lebih ke hijau. Saat ini sudah ada tanda-tanda
pemberian kondisi-kondisi kedaruratan tersebut. Dan ini sudah sesuai
dengan Permenkes 856 atau akreditasi.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
Jawab:
Pertama kita tanya keluhannya apa. Jadi kalau misalnya tadi keluhannya
sesak, pertolongan pertamanya itulah oksigen.

b. Bagaimana tindakan mengatasi keluhan pasien di IGD?


Jawab:
Dalam mengatasi keluhan pasien di IGD, tindakan yang kita lakukan
memasang oksigen, sirkulasi udaranya dulu. Pasien kan ada gangguan
RW ditambah dengan tempat tidur, kita pasang oksigen, kemudian
penilaian dokter.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
Jawab:
Kalau sekiranya memang keluhannya itu lebih parah pasien harus rawat
inap, tetapi apabila sudah mendingan pasien harus rawat jalan.
Sebelumnya kita konfirmasi dulu ke pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Sudah sesuai semua, terutama saat penyambutannya.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Kompetensi petugas IGD sudah baik, tetapi perlu ditingkatkan lagi.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Untuk saat ini sudah sesuai, karena kan belum penerimaan BPJS. Tapi
kalau sudah ada penerimaan BPJS, kayaknya 2 orang perawat yang ada
saat ini belum sesuai jadi masih kurang. Karena penerimaan pasien BPJS
terus-terusan pasien masuknya. Hal ini saya ketahui dari rumah sakit lain
sebelum saya bekerja di rumah sakit ini. Waktu belum ada BPJS
pasiennya tuh jarang, hanya pasien asuransi dan umum saja. Tapi kalau
misalnya ada BPJS semua pasien.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan!


Jawab:
Saya bagian monitornya. Pada bagian monitor sebenarnya seperti saya
lihat itu kan setiap ada bed itu ada monitor. Jadi setiap pasien yang
masuk langsung dimonitor. Memang fasilitas monitor ada dua, tetapi
setiap pasien yang masuk monitor harus kita dorong seharusnya monitor
ada di dinding. Jadi fasilitas di IGD belum memenuhi harapan. Sementara
ini monitor saja yang belum memenuhi harapan.

e. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Belum sesuai harapan. Sebelumnya saya Rp.900.000,- (Sembilan ratus
ribu), cukup untuk pulang pergi. Disini saya belum tahu. Sesuai kebijakan
rumah sakit saja. Sekiranya segitu juga yang sudah sih, saya terima saja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Informan 5 :Vera, 25 Tahun (Asisten Apoteker Instalasi Farmasi IGD RS


Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Jawab:
Yang paling penting obat, terus bahan pendukungnya untuk kita melayani
pasien, kemudian harus ada e-tiket agar pasien lebih mengerti. Jika
pasien sampai di rumah, kalau hanya kita bilang begitu saja, pasiennya
tidak terekam habis, harus kita buat juga pencatatannya untuk pasiennya.
Selain itu di bidang farmasi yang harus disiapkan SOP. SOP ini perlu dari
pertama kita menerima resep itu sudah dimulai dari SOPnya yang sudah
kita buat dari instalasi farmasi, seperti pada saat obat masuk kita lihat
kelengkapan resepnya, setelah itu kita lihat obatnya, di farmasi ada atau
tidak obat yang telah disiapkan oleh dokter. Apabila tidak ada, kita
konfirmasi lagi ke dokter obat apa yang bisa diganti untuk obat yang tidak
tersedia di farmasi. Selain itu kita berikan ke pasien beserta edukasinya.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Agar jika terjadi sesuatu kita itu telah bekerja sesuai dengan SOP yang
telah ditetapkan rumah sakit.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab:
Kalau kita terapkan selalu SOP di rumah sakit, tidak terasa berat lagi.
Kalau selalu kita terapkan terus lama kelamaan terbiasa. Persiapan sudah
sesuai dengan SOP rumah sakit. Dari penerimaan resepnya.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
Jawab:
Kita menjelaskan pada pasien obat apa yang kita berikan ke pasien. Hal
ini atas dasar instruksi dokter. Selanjutnya kita bertanya pada pasien
apakah sudah mengerti dengan penjelasan kita tadi. Pegawai instalasi
tidak standby di IGD karena petugasnya hanya 1 orang, jadi kalau ada
panggilan kita baru ke IGD.

b. Bagaimana tindakan mengatasi keluhan pasien di IGD?


Jawab:
Sebelumnya kita harus kasih pengertian ke pasiennya. Misalnya kita
terima obatnya obat campur. Sebelumnya kita juga harus bilang ke
pasiennya, “ini obatnya agak lama ya bu, karena obatnya obat campur.
Jadi ibu bisa tunggu sebentar. Kalau sudah kami berikan pada ibu”.
3. Pasca Pelayanan di IGD
a. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Kalau misalnya untuk pasien rawat jalan, obat itu kita siapkan dan kita
berikan ke pasiennya. Kalau ke rawat inap, kita serahkan ke perawatnya.
Selanjutnya perawat yang menyerahkan ke pasiennya. Baik obat injeksi
maupun obat oral.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Hal ini perlu dilakukan, karena ada saling terintegrasi dengan unit
lainnya. Setelah selesai di IGD kita ada koordinasi dengan unit lain.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Dari segi komunikasi cukup baik. Selama saya berada di sana juga
pasiennya cukup puas, yang kita lihat ya. Pasien pulang dengan senyum,
mengucapkan terima pada kita. Tidak ada yang mengecewakanlah. Pasien
terlihat puas.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Sudah cukup baik. Penanganannya cepat. Koordinasi dengan salah satu
korasi sudah baik.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Sekarang sudah 2 petugas yang ada di IGD. Kalau pagi ada 3 petugas.
Jumlah ini sama dengan jumlah petugas di tempat saya bekerja dulu.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan


Jawab:
IKG nya sering bermasalah yang saya lihat, standart tempat tidurnya,
belum memenuhi harapan.

e. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Karena sekarang saya masih UJT jadi sudah sesuai. Tapi selesai UJT
imbalan yang diberikan rumah sakit tidak sesuai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Informan 6 :Akmal, 36 tahun (Administrasi Keuangan RS Prima Inti


Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang dipersiapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Jawab:
Pertama terkait IGD jadi mungkin yang pertama pra pelayanan itu ada
persoalan fasilitas yang memadai untuk pra pelayanan itu persoalan
misalnya tempat parkir, jalur masuk, kemudian ada penyambutan
perawatnya.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Perlu. Jadi gini, ketika pasien datang dengan kendaraan, sejak mereka
masuk ke dalam pagar rumah sakit itu kan harus ada arahan parkir,
mereka parkir dimana, jangan sampai mereka parkir di tempat direktur,
mereka harus parkir di tempat pasien. Setelah turun dari kendaraan,
mereka akan diarahkan, mereka mau kemana, karena tidak ada tanda
khusus dan tidak arahan khusus, informasi mereka bisa kemana. Saya
rasa itu kemudian yang harus dilengkapi di rumah sakit, karena selama
ini belum ada. Jadi jalur. Dan kemudian harus ada perawat jaga depan.
Jadi tidak nampak kosong, sehingga mereka bisa mencari informasi dan
sebagainya.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab:
Selama ini kita masih pakai standar yang diberikan oleh permenkes
ditambah dengan visi misi rumah sakit memberikan pelayanan terbaik.
Mungkin itu secara teori sudah cukup, cuman mungkin harus ada muatan
dalam pelaksanaan. Implementasinya harus dibuat.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?
Jawab:
Selama ini saya lihat pelayanan sudah maksimal. Cara menyambut pasien
juga sudah bagus kemudian proses treatmentnya juga bagus. Cuman
mungkin kadang-kadang masih ada budaya dari masyarakat yang kurang
mendukung.

b. Bagaimana tindakan mengatasi keluhan pasien di IGD?


Jawab:
Keluhan itu kalau saya lihat pertama dari pasien. Itu karena pasien tidak
memahami proses treatment itu oleh perawat sehingga mereka kadang-
kadang ikut campur dalam urusan treatment medisnya. Yang kedua
keluhannya ada dalam sistem alur pelayanan kita di rumah sakit sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Jadi kalau yang terjadi selama ini, keluarga pasien tidak mau pergi ke
rekam medik, karena jaraknya mungkin terlalu jauh. Jadi rekam medik
yang kemudian harus dipanggil ke IGD. Dan itu menimbulkan friksi di
antara karyawan. Untuk menghindari friksi itu, pertama karena rumah
sakit tidak dilengkapi dengan security atau keamanan belum ada. Jadi
istilahnya tidak ada yang kemudian menjaga pelayanan dan tidak ada
yang ditakuti di rumah sakit sehingga pasien merasa bisa berbuat
sesukanya dan mereka bisa menghina perawat dan sebagainya. Jadi
security itu penting menurut saya.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Bagaimana proses pasca tindakan di IGD?
Jawab:
Jadi kalau saya lihat pasca pelayanan itu ada 3 jenis tindakan, yang
pertama adalah pasien sembuh, artinya ketika mereka sampai di IGD
masalah mereka terselesaikan dan mereka bisa pulang. Yang kedua
mereka harus dirawat inap. Itu prosesnya lumayan panjang, karena
memang ada urusan administrasi yang harus diselesaikan oleh keluarga
pasien. Atau yang ketiga, yang ketiga ini dengan rujukan. Jadi seandainya
pasien tidak dapat ditangani di IGD dan tidak bisa ditangani oleh rumah
sakit, maka akan diberikan rujukan. Nah kalau saya lihat, proses
rujukannya sudah bagus, kemudian proses untuk masuk ke rawat inapnya
juga sudah bagus, kemudian banyak pasien yang sembuh juga ada. Jadi
saya rasa sudah standar .
Selain itu belum ada pasien follow up yang sudah pulang terus dicall
control lagi sebulan setelah perawatan. Karena pertama kita belum punya
layanan call center. Jadi di IGD itu hanya sebatas nomor telepon untuk
panggilan jemput ambulan . Jadi belum melayani tentang keluhan
pelanggan. Dan mungkin masyarakat juga belum tahu bahwa IGD kita
juga punya sistem layanan pelanggan seperti itu, karena itu harus
diterjemahkan dalam bisnis pelayanan kita. Saya lihat itu belum ada.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Hal ini perlu dilakukan, karena penilaian kinerja rumah sakit itu bisa
dinilai dari 2 hal, yang pertama dari segi pelayanan yang kedua dari segi
kinerja. Dari segi pelayanan itu ada output yang harus diberikan yaitu
adanya feedback.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Jadi kalau kita melihat usia masa operasional rumah sakit yang belum
lama, karena kita baru saja penerimaan di bulan September, jadi memang
budaya kerja itu belum terbentuk secara resmi ofisial, tapi memang ada
proses untuk membentuk budaya itu dengan kuat. Masalahnya ada di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

pemahaman atau persepsi perawat-perawat IGD. Jadi kalau saya lihat


memang antar perawat belum mempunyai pemahaman yang sama tentang
pelayanan. Kalau kita melihat ada perawat yang punya gimmick yang
bagus kepada pasien nah ada juga kemudian perawat yang tidak punya
gimmick yang bagus standar . Memang budaya itu belum tercipta
sempurna tapi saya lihat sudah mengarah.
Kalau saya lihat proses knowledge antara perawat tidak ada, karena
memang setiap perawat itu punya locus control masing-masing. Dia
punya istilah locus control, istilahnya ketika dia menghadapi pasien,
pasien puas atau tidak itu bisa disebabkan oleh karena dia atau karena
lain hal. Memang itu tergantung kepada tipe kepribadian juga. Ada
perawat misalnya tipe kepribadiannya A atau B. tipe B cenderung lebih
atraktif, sedangkan tipe A itu mungkin lebih pendiam. Nah itu memang
setiap orang punya tipe karakteristik masing-masing dan itu
bergantungpada locus controlnya masing-masing. Kalau saya lihat itu
prosesinya tidak bisa disamakan, karena setiap perawat mungkin
berusaha untuk memberikan yang lebih untuk dirinya sendiri, tapi karena
budaya tadi belum tercipta secara sempurna, sehingga jadi kesatuan
gimmick itu belum sempurna.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Kalau saya lihat dari segi kemampuan mungkin mereka justru di atas
standar, karena ada beberapa perawat sudah mendapatkan gelar nurse
walaupun ada sebagian perawat yang masih diploma. Tapi saya lihat
mereka diatas standart, karena mereka memiliki jam kerja yang tinggi.
Saya lihat mereka lebih baik.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Kalau sekarang ini jumlahnya sudah sesuai, karena memang patokannya
itu setiap perawat itu punya tugasnya masing-masing. Jadi ada istilahnya
rasio penerimaan pasien di IGD. Jadi kalau saya lihat dalam satu bulan
IGD itu punya pasien 300-500. Jadi kalau dibagikan perhari itu sekitar
10-15 pasien. Jadi satu perawat itu bisa melayani 2-3 pasien setiap
harinya. Dan saya rasa dengan rasio jumlah perawat 5 itu sudah cukup.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan


Jawab:
Kalau saya lihat, karena ada banyaknya keluhan dari perawat sendiri,
saya lihat belum cukup memadai dari fasilitas yang ada di IGD. Karena
ada bahan-bahan yang habis pakai misalnya tidak memiliki stok atau
kemudian tidak ada ruang sesuai dengan permenkes, tidak ada ruang
resusitasi yang ada cuma tanda-tanda triasenya saja. Dan itu saya lihat
belum lengkap kemudian masih ada masalah di pintu depan IGD karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

lantainya terlalu licin, saya rasa itu juga masih belum standar kalau kita
ingin menggunakan standar permenkes untuk akreditasi misalnya, tentu
IGD ini masih belum cukup.

e. Menurut saudara, apakah tarif yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Hal ini tergantung juga penilaian kesesuaian. Jadi sebuah biaya itu
dibebankan berdasarkan variabel-variabel yang terdapat di dalam biaya
di dalam tarif. Karena saya tidak terlibat dalam form tarifnya saya tidak
tahu apakah sesuai atau tidak. Tapi berdasarkan keluhan memang ada
yang mengatakan lebih murah ada juga yang mengatakan lebih mahal.
Karena memang ada beberapa pos pelayanan yang memang pilihan
sangat mahal. Tapi ada beberapa pos pelayanan yang lain bernilai sangat
murah.
Oleh karena itu harga room harus distandarisasi, jadi kita bisa melihat
kayak strategi bisnisnya indomaret. Jadi indomaret itu setau saya ada 9
barang yang harganya murah. Mungkin kalau di rumah sakit harusnya
gitu, jadi ada pos-pos tertentu yang memang biayanya murah itu untuk
memancing pasien dan ada nanti klasifikasi harganya yang jelas juga.
Jadi misalnya kalau untuk konsultasi dokter di IGD misalnya, biayanya
seharusnya lebih murah. Tapi begitu ada tindakan misalnya operasi dsb
biayanya harus lebih besar. Ada substitusi ada reflex cost. Karena itu
memang strategi di hargapun gitu.

f. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Kalau saya lihat selama ini imbalan itu masih jauh dibawah kesesuaian
yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi klasifikasi sistem salarynya juga
masih kurang bagus. Karena memang salary itu kewajiban dari
perusahaan untuk kemudian memberikan kepada karyawan. Tapi saya
lihat jumlahnya masih kurang sesuai dengan upah yang ditetapkan
pemerintah yaitu Upah Minimum Propinsi (UMP).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Lampiran 5. Hasil Wawancara dengan Pasien IGD RS Prima Inti Medika

Informan 7 :Firmansyah 40 tahun (Pasien IGD RS Prima Inti Medika) (di


Kantin rs)
1. Pra Pelayanan di IGD
a. Pelayanan apa saja yang diharapkan dalam penatalaksanaan pelayanan
sebelum menerima pelayanan di IGD?
Jawab:
Untuk IGD saya harapkan itu akses menuju IGDnya gampang dijangkau
lancar juga, kemudian parkir, gampang diakses, kemudian masalah
keamanan juga yang baguslah, bisa menjamin keamanan si pasien. Untuk
pelayanan diharapkan dokter lengkap selalu ada 24 jam. Begitu juga
dengan perawat yang berpengalaman dan cekatan dengan penanganan
pasien.

b. Mengapa pelayanan tersebut penting dilakukan?


Jawab:
Pentinglah, supaya si pasien merasa dilayani agar dia merasa puas di
IGD.

c. Bagaimana pelayanan tersebut dirasakan?


Jawab:
Kalau untuk layanan pasien di Prima Inti Medika saya rasa belum
maksimal kemungkinannya. Karena saya rasa pengalaman saja. Mungkin
seiring waktu pelayanan di IGD akan maksimal juga.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Apa keluhan yang diderita sehingga memerlukan penanganan di IGD?
Jawab:
Saat itu saya mengalami peningkatan asam lambung pada perut sehingga
perlu penanganan secara cepat untuk meminimalkan asam lambung saya.
Perasaan juga pusing seperti hampir pitam. Kemudian dengan adanya
ambulan saya dibawa ke IGD Prima Inti Medika.

b. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?


Jawab:
Pelayanannya cukup cepat. Untuk pertolongan pertama saya ditempatkan
di bed, kemudian diberikan oksgen, dicheck tekanan darah. Untuk
analisisnya saya rasa cepat.

c. Apakah tindakan yang diterima sudah sesuai dengan harapan bapak?


Jawab:
Saya rasa untuk sementara ini pelayanannya sudah sesuai.

d. Dari fasilitas yang ada di IGD Prima Inti Medika, menurut bapak fasilitas
apa yang kurang di pelayanan IGD ini?
Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Saya rasa belum ada yang kurang.

e. Bagaimana pelayanan perawat di IGD yang bapak rasakan?


Jawab:
Untuk perawat saya rasa mereka seperti masih canggung. Kemungkinan
masih baru atau juga ada dibawah pengawasan dokter, sehingga ada rasa
canggung.

f. Bagaimana dengan pelayanan yang diberikan dokter?


Jawab:
Kalau dokter saya rasa cukup familier. Jadi untuk analisis kemudian
pemeriksaan saya rasa cukup cepat.

g. Kemarin Bapak ada diberikan obat dari pelayanan farmasi. Bagaimana


pelayanan farmasi yang dirasakan.
Jawab:
Pelayanan farmasi cukup cepat karena berada di satu lokasi jadi
pelayanan untuk farmasi cepat

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Setelah bapak rasakan pelayanan apa saja yang diperlukan selama
menerima pelayanan di IGD
Jawab
Saya rasa masalah kepastian. Kepastian bahwa apakah si pasien itu harus
dirawat inap atau tidak. Atau perlu dilanjutkan ke perawatan yang lebih
lanjut. Kepastian perlunya analisisnya cepat. Responnya cepat sehingga
pasien tidak menunggu lama.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Kepastian itu penting sehingga pasien tidak bertanya-tanya apa yang
terjadi pada dirinya, apa yang terjadi kemudian pada diri saya. Karena
pasien tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga dia memikirkan
keluarganya. Kalau ada pasien yang mendapat penanganan cepat, pasien
gampang juga untuk memanage dirinya dan keluarganya.

c. Setelah bapak jalani perawatan di rumah sakit ini apakah terkesan lambat ?
Jawab:
Boleh saya bilang lambat untuk penanganan selanjutnya sesudah
penanganan pertama.
4. Dukungan Pelayanan di IGD
a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Bagaimana proses pelayanan di IGD secara keseluruhan. Adakah budaya
organisasi terlihat seperti kerjasama, saling mendukung atau yang lainnya
mereka saling koordinasi.
Jawab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Kerjasma di IGD saya lihat sudah bagus. Karena saya sebagai pasien
merasa terlayani untuk pertolongan I, baik secara administrasi, farmasi
maupun dan juga pelayanan medis sudah bagus.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Profesionalitas petugas sendiri yang memberikan pelayanan bagaimana?
Jawab
Seperti yang saya katakan tadi, untuk perawat dia merasa belum cekatan
masih canggung. Jadi confidence juga belum tinggi. Mungkin hanya
pengalaman saja. Mungkin seiring waktu mungkin nanti lebih bagus lagi.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah


memenuhi harapan?
Jawab:
Saat saya masuk memang hanya 2 orang saja. Bisa dua saya rasa sudah
cukup. Tapi gak tahu ke depannya jika pasiennya lebih banyak.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan


Jawab:
Menurut saya fasilitas di IGD sudah memenuhi harapanlah. Tapi untuk
kasus saya ya. Saya tak tahu untuk kasus yang lain.

e. Menurut Bapak, apakah tarif yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Kalau tariff saya mendapat dari asuransi (dicover dari perusahaan). Jadi
tidak ada masalah dengan tarif rumah sakit di IGD RS Prima Inti Medika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

Informan 8 : Zulfikar, 38 tahun (Pasien RS Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang Bapak harapkan bila nanti mau dilakukan
pelayanan di IGD?
Jawab:
Kalau yang untuk di IGD Pertama pemeriksaan awal yang pasti SOP dari
pihak IGD, kemudian dari fasilitas rumah sakitnya juga, seperti sistem
pendinginannya, tata ruang interiornya.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Yang utama kita kan kenyamanan. Kenyamanan itu merupakan penunjang
kita untuk menjadi sehat menurut saya.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab :
Belum sepenuhnya ada. Jadi belum sesuai dengan harapan saya.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Saat bapak melakukan pelayanan, apakah keluhan yang diderita pada saat
itu.
Jawab:
Mungkin untuk pemeriksaan awalnya. Karena saya juga tidak tahu
penyakit apa yang saya derita. Disitulah dibutuhkan IGD karena meriang
tadi.

b. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?


Jawab:
Kalau dari dokternya bagus, cuman pada saat penggunaan alat,
keterampilan dari perawatnya masih kurang.

c. Bagaimana seharusnya pelayanan itu bapak terima?


Jawab:
Saya berharap perawat di rumah sakit ini yang utama cekatan, ramah
seperti yang pernah saya rasakan pada saat dirawat di rumah sakit lain.

d. Bagaimana fasilitas yang ada pada bagian pelayanan IGD Prima Inti
Medika ini?
Jawab:
Yang utama sekali adalah fasilitas. Seperti fasilitas untuk sistem sanitasi,
tetapi fasilitas ruangannya masih kurang seperti pendinginnya, tata letak
ruangannya yang masih kurang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

e. Bagaimana pelayanan perawat pada bagian IGD yang dirasakan?


Jawab:
Untuk pelayanan masih kurang memuaskan juga.

f. Bagaimana tindakan dokter IGD yang dirasakan?


Jawab:
Tindakan dokter, bagus tepat waktu, konsultasi berjalan. Saya rasa sesuai
harapan.

g. Untuk pelayanan farmasi menurut bapak bagaimana ?


Jawab:
Kalau yang saya rasakan cukup bagus, terakomodir sesuai dengan
anjuran dokter.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang bapak perlukan pasca perawatan?
Jawab:
Saya harap kita bisa berkonsultasi terkait kesehatan kita setelah kita
dirawat. Apakah nanti dirujuk, dipulangkan atau pindah rumah sakit perlu
kejelasan. Itu semua kebijaksanaan dari dokter.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Setelah dirawat kita kan harus tahu bagaimana hasilnya. Itu kan untuk
kesehatan saya juga. Dan saya mengetahui hasilnya.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Untuk budaya kerja di fasilitas IGD saya rasakan memuaskan. Tapi untuk
di ruang inap itu kurang memuaskan.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Untuk profesionalitas dari segi keterampilan perawat masih kurang.
Seperti pada saat perawat melakukan infus, masih terlihat ada keraguan
waktu pemasangan.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Kalau yang saya rasakan, karena kemarin itu pasien tidak banyak ya
cukup. Tapi kalau saya harapkan dengan rumah sakit yang sebesar ini,
seharusnya memerlukan personil yang lebih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan?


Jawab:
Seperti yang saya katakan tadi, untuk fasilitas di IGD masih kurang.

e. Menurut saudara, apakah imbalan yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:
Kalau tarif, karena pelayanannya masih kurang memuaskan, saya rasa
tarif di IGD Prima Inti Medika masih terlalu mahal untuk pelayanan
seperti yang saya terima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Informan 9 : Dedi Rendra, 38 tahun (Pasien RS Prima Inti Medika)

1. Pra Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang Bapak diharapkan bila nanti mau dilakukan
pelayanan di IGD?
Jawab:
Berbicara tentang IGD berarti itu menyangkut emergency. Berarti yang
kita harapkan itu saat kita datang dengan status kita kecelakaan, tindakan
yang memerlukan pelayanan emergency, untuk pra harapan saya itu lebih
kepada membuat si pasien sebelum dirawat itu sudah merasakan yang
namanya kenyamanan. Dalam artian begitu diturunkan dari transportasi
apapun kendaraan yang dipakai hendaknya langsung dilakukan quick
respon, dengan menyegerakan rasa kemanusiaan dulu, tidak melihat
status dulu, yang penting tindakan apa yang harus diberikan saat itu juga.
Berarti humanisme yang pertama. Pra itu berarti menganggap humanisme
quick respon.
Selain itu untuk emergency yang paling dibutuhkan adalah akses untuk
menuju ruang IGD paling mudah untuk dapat diakses. Berarti jalanannya
itu berarti smooth soft tidak ada halangan rintangan apapun.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan?


Jawab:
Dengan fasilitas jalan yang bagus, dengan pintu gerbang yang baik, kita
bisa meminimalisir waktu kehilangan lost time tindakan emergency
disana.

c. Bagaimana persiapan penatalaksanaan pelayanan dijalankan?


Jawab :
Untuk pra saya rasakan sudah baik. Saya rasa itu espektasi dan realitanya
sama.

2. Proses Pelayanan di IGD


a. Saat bapak melakukan pelayanan, apakah keluhan yang diderita pada saat
itu.
Jawab:
Terjadi kecelakaan pada saya. Kebetulan solo laka lantas, kecelakaan
tunggal. saya terjatuh. Kemudian saya mencoba melakukan tindakan
emergency ke IGD PIM. Ada sedikit kekecewaan pada saya yang saya
rasakan pada saat itu, saya harus sendiri membersihkan lumpur yang
melekat di tubuh saya, saya harus membersihkannya sendiri di kamar
mandi. Dan itu saya lakukan sendiri. Sampai dengan membuka pakaian
yang sudah hancur itu saya lakukan sendiri. Jadi saya pertanyakan itu
kepada petugas emergency. Kenapa saya harus melakukan sendiri. Dan
itu mereka jawab ini untuk kotorannya pak dibersihkan dulu sendiri. Ntar
pada saat di lukanya baru kami yang bersihkan. Namanya juga saya
sedang emergency, saya takut terjadi infeksi pada tubuh saya, ya saya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

lakukan apa yang mereka katakan. Saya mengira itu adalah SOP mereka.
Dan terakhir setelah saya bersih-bersih di ruang kamar mandi selanjutnya
saya baru berbaring sendiri di kamar emergency.

b. Bagaimana tindakan penerimaan pasien di IGD?


Jawab:
Tindakan penerimaan pasien oleh perawat di IGD tersebut masih jauh
dari kepuasan.

c. Bagaimana seharusnya pelayanan itu bapak terima?


Jawab:
Saya harap petugas di emergency itu lebih care, tidak terlalu memilah-
milah terhadap kecelakaan apa yang sedang didapatnya, tetapi dia
langsung melakukan tindakan yang dianggapya sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh si pasien.

d. Bagaimana fasilitas yang ada pada bagian pelayanan IGD Prima Inti
Medika ini?
Jawab:
Saya melihat fasilitas yang kurang di IGD, pada saat saya mencoba untuk
berbaring, agronomi tubuh saya harus memanjat harus naik tangga
menuju ke tempat tidurnya. Saya rasakan itu masih belum sesuai.

e. Bagaimana pelayanan perawat pada bagian IGD yang dirasakan?


Jawab:
Saya rasakan mereka masih dibawah espektasi rumah sakit sebagaimana
mestinya. Masih kurang.

f. Bagaimana tindakan dokter IGD yang dirasakan?


Jawab:
Tindakan dokter setelah paramedic melakukan emergencynya, mereka
hadir di tempat. Itu saya rasa bagus.

g. Untuk pelayanan farmasi menurut bapak bagaimana ?


Jawab:
Dari segi farmasi yang saya dapatkan itu, pelayanannya cukup memadai.
Ada tersedia obat-obatan.

3. Pasca Pelayanan di IGD


a. Pelayanan apa saja yang bapak perlukan pasca perawatan?
Jawab:
Setelah selesai tindakan emergency yang dilakukan, saya kembali ke
tempat tinggal saya. Dan kebetulan istri saya melihat bahwasannya bekas
luka yang dibersihkan tadi masih terdapat kotoran yang bisa
menyebabkan terjadi infeksi, maka saya harus membersihkan ulang luka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

tersebut. Kemudian pasca dari tindakan emergency tersebut, berarti saya


harus melakukan perawatan kembali.

b. Mengapa pelayanan tersebut perlu untuk dilakukan ?


Jawab:
Perawatan tersebut perlu dilakukan kembali untuk menghindari infeksi.
Saya rasa tidak 100% bersih pada saat dilakukan perawatan.

c. Bagaimana pelayanan tersebut dirasakan?


Jawab:
Pelayanan yang saya rasakan masih kurang.

4. Dukungan Pelayanan di IGD


a. Menurut anda, bagaimana budaya kerja yang ada di IGD saat ini?
Jawab:
Saya rasakan untuk sebuah team work di saat emergency saya melihat
belum ada. Kenapa. Karena masih dilakukan oleh person. Alangkah
baiknya pada saat mau melakukan tindakan yang namanya team work, itu
semuanya saling bekerja untuk bisa memberikan pelayanan semaksimal
mungkin.

b. Menurut anda, bagaimana kompetensi petugas IGD dalam memberikan


pelayanan?
Jawab:
Saya memberi apresiasi terhadap tindakan respon mereka yang quick
respon itu saya memberi apresiasi terhadap itu. Akan tetapi pada saat
tindakan itu, sedikit saya agak ya bisa dikatakan tidak sesuai dengan
espektasi yang saya rasakan. Karena saya harus membersihkan ulang
tindakan awal petugas IGD.

c. Menurut anda, apakah jumlah dan kualitas petugas di IGD sudah sesuai?
Jawab:
Secara kuantitatif mereka itu saya rasa cukup untuk mengayomi saya
selaku korban. Dari segi kualititatif saya lihat masih belum,
profesionalnya masih perlu ditingkatkan.

d. Menurut anda, apakah fasilitas di IGD sudah memenuhi harapan?


Jawab:
Kenyamanan ruangan, kesesuaian pencahayaan dan kondisi kebisingan
fasilitas di IGD saya lihat itu sudah memadai sekali.

e. Menurut saudara, apakah tarif yang diberikan RS sudah sesuai dengan


harapan anda?
Jawab:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Berbicara tentang tarif, saya kebetulan karyawan PIM, saya tidak melihat
seberapa besar tarif yang harus saya bayarkan, karena telah dicover oleh
perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Lampiran 6. Rangkuman Hasil Wawancara


Hasil Wawancara dengan Petugas IGD RS Prima Inti Medika

Nama/Jabatan
No Pra Pelayanan Proses Pelayanan Pasca Pelayanan Dukungan Pelayanan
Responden
Persiapan alat, vital sign, Budaya kerja kurang tantangan, kompetensi sudah
Diana (Kepala
untuk mengetahui kondisi Apabila pasien sembuh, pasien diberi bagus, jumlah dan kualitas perawat sudah cukup,
Keperawatan
1 pasien. Pra pelayanan Sesuai instruksi dokter obat-obatan setelah itu pasien diarahkan fasilitas masih perlu tambahan seperti tempat tidur.
RS Prima Inti
sudah sesuai SOP yang ke kasir Imbalan sudah sesuai dengan jumlah pasien yang
Medika)
ditentukan rumah sakit dilayani dan jumlah perawat yang melayani.
2 Darwis Persiapan sarana dan Respons time, lebih cepat, Apabila pasien merasa belum puas, Hubungan kerja sesama perawat berjalan baik dan
(Kepala Unit prasarana, perawat harus menanyakan penyebab petugas menawarkan perawatan kembali juga hubungan kerja perawat dengan dokter terjalin
IGD RS Prima terampil, mengkaji pasien keluhan dan mencari atau melakukan observasi. Agar pasien baik. Kompetensi petugas sudah terakreditasi.
Inti Medika) penyelesaian masalah dari merasa puas dan sebagai promosi bagi Jumlah dan kualitas perawat sudah sesuai. Fasilitas
keluhan tersebut, rumah sakit. sudah memenuhi harapan. Imbalan disesuaikan
dengan lamanya petugas bekerja.
3 Ari Persiapan alat dan tenaga Menanyakan keluhan Tergantung instruksi dokter. Apabila Budaya kerja lumayan baik, ada kerjasama, ada
(Perawat IGD perawat. Jika terjadi pasien, pemeriksaan tanda- pasien harus rawat inap, konfirmasi ke koordinasi. Kompetensi perawat sudah baik sesuai
RS Prima Inti emergency. Pengecekan tanda vital, seperti temp, bagian rawat inap supaya therapinya dengan standar Permenkes 856. Jumlah dan
Medika) peralatan, persiapan tempat injeksi dan rekam medis. berjalan. kualitas perawat sudah sesuai. Fasilitas belum
parkir, SOP, akses rumah sempurna. Imbalan sudah sesuai.
sakit.
4 Nadia Soraya Persiapan peralatan gawat Menanyakan keluhan, Apabila keluhan pasien parah, harus Budaya kerja dan kompetensi sudah baik, jumlah
(Perawat IGD darurat, sebagai bantuan memasang oksigen, rawat inap. Bila sudah baik konfirmasi dan kualitas perawat sudah sesuai, fasilitas belum
RS Prima Inti anamnesa, pasien gawat persiapan tempat tidur, kembali ke pasien. memenuhi harapan, imbalan belum sesuai harapan.
Medika) darurat disesuaikan dengan menunggu instruksi dokter
kode warna. untuk tindakan selanjutnya
5 Vera Persiapan sudah sesuai Menjelaskan pada pasien Pasien dengan rawat jalan, obat harus Budaya kerja dan komptensi perawat cukup baik,
(Asisten SOP rumah sakit. tentang obat yang disiapkan terlebih dahulu baru kemudian jumlah dan kualitas perawat sudah sesuai, fasilitas
Apoteker Persiapan obat dilengkapi diberikan sesuai dengan diserahkan kepada pasien. Apabila belum memenuhi harapan, imbalan saat UJT sudah
Instalasi dengan edukasinya. instruksi dokter. pasien rawat inap obat disiapkan dan sesuai.`
Farmasi IGD diserahkan kepada perawat. Hal ini perlu
RS Prima Inti dilakukan karena ada koordinasi antara
Medika) unit yang satu dengan unit lainnya.
6 Akmal Persiapan terkait akses Penerimaan pasien sudah Pasca tindakan sudah standar, proses Budaya kerja antar perawat belum tercipta
(Administrasi menuju IGD, untuk bagus, keluhan pasien rawat inap dan proses rujukan sudah sempurna, kompetensi perawat di atas standar,
Keuangan RS memudahkan pasien dan diatasi dengan cara bagus, banyak pasien yang sembuh. Hal jumlah dan kualitas perawat sudah sesuai, fasilitas
Prima Inti keluarga pasien memberikan pengertian ini sebagai penilaian bagi kinerja rumah belum cukup memadai, imbalan masih jauh
Medika) mendapatkan informasi. kepada pasien. sakit dibawah kesesuaian yang ditetapkan pemerintah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Kesimpulan hasil wawancara dengan petugas


Nama/Jabatan
No Pra Pelayanan Proses Pelayanan Pasca Pelayanan Dukungan Pelayanan
Responden
Diana, Darwis, Persiapan awal sudah Respon perawat lebih cepat, perawat Bagi pasien sembuh, keluarga Hubungan kerja sesama perawat berjalan baik,
Ari, Nadia sesuai SOP yang memeriksa tanda-tanda vital pasien, diarahkan ke kasir. Bagi hubungan kerja perawat dengan dokter terjalin baik.
Soraya, Vera, ditetapkan rumah obat yang diberikan sudah sesuai pasien rawat inap diberikan Kompetensi petugas sudah terakreditasi. Jumlah dan
Akmal sakit, akses menuju dengan instruksi dokter, keluhan pasien therapy. Bagi pasien rawat kualitas perawat sudah sesuai. Fasilitas belum
IGD lancar. Persiapan ditanggapi dengan baik oleh perawat jalan obat disiapkan terlebih memadai. Imbalan masih dibawah ketetapan
obat sudah dilengkapi dengan memberikan pengertian dahulu. Proses rawat inap dan pemerintah.
dengan penjelasan terlebih dahulu bagi pasien selanjutnya proses rujukan pasien, sudah
tentang penggunaan menunggu instruksi dokter.. bagus.
obat (edukasi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pasien IGD RS Prima Inti Medika

Nama/Jabatan
No Pra Pelayanan Proses Pelayanan Pasca Pelayanan Dukungan Pelayanan
Responden
Kerjasama perawat di IGD sudah bagus, pasien
Kepastian pasien harus rawat
Tindakan penerimaan pasien cukup merasa terlayani untuk pertolongan pertama, baik
Layanan pasien di inap atau tidak cukup cepat,
cepat, pelayanan sudah sesuai, fasilitas secara administrasi, farmasi maupun pelayanan
IGD RS Prima Inti sehingga pasien tidak
1 Firmansyah belum ada yang kurang tetapi perawat medis. Kompetensi perawat kurang cekatan, masih
Medika belum menunggu lama. Tetapi
kelihatan masih canggung, dokter cukup canggung. Jumlah dan kualitas perawat sudah cukup.
maksimal. penanganan selanjutnya
familier, pelayanan farmasi cukup cepat. Fasilitas sudah memenuhi harapan. Tidak ada
terkesan lambat.
masalah dengan tarif.

Tindakan penerimaan pasien oleh dokter Konsultasi terkait kesehatan Budaya kerja di ruang IGD memuaskan sedangkan di
di IGD cukup bagus konsultasi dengan pasien setelah dirawat, ruang rawat inap kurang memuaskan, keterampilan
dokter berjalan, tetapi perawat mengetahui hasilnya. perawat masih kurang, jumlah dan kualitas perawat
Pra pelayanan belum
pendamping kurang terampil, fasilitas sudah cukup, tetapi fasilitas masih kurang, dilihat
2 Zulfikar sesuai harapan
ruangan kurang memadai. Untuk dari pelayanan perawat yang kurang memuaskan
pasien
pelayanan perawat kurang memuaskan, untuk tarif yang dikenakan rumah sakit terlalu mahal.
layanan farmasi terakomodir sesuai
anjuran dokter.

Pra pelayanan Penerimaan pasien jauh dari kepuasan, Pasien memerlukan perawatan Team work di IGD RS Prima Inti Medika belum ada,
berdasarkan akses diharap petugas lebih care tidak kembali, karena masih kompetensi petugas tidak sesuai dengan espektasi,
menuju IGD, dan memilah-milah pasien berdasarkan terdapat kotoran pada bekas jumlah perawat sudah sesuai sedangkan kualitas
persiapan kecelakaan yang dialami pasien, fasilitas luka, perawatan kembali perawat belum profesional, fasilitas sudah memadai
3 Dedi Rendra
penatalaksanaan di IGD masih kurang, pelayanan perawat untuk menghindari infeksi, sekali, tarif tidak ada masalah karena dicover
sudah baik, sesuai masih kurang dibawah espektasi sebuah pelayanan dirasakanmasih perusahaan.
dengan espektasi dan rumah sakit, tindakan dokter sudah kurang.
realita. bagus, dari segi farmasi cukup memadai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

Kesimpulan hasil wawancara dengan pasien


Nama/Jabatan
No Pra Pelayanan Proses Pelayanan Pasca Pelayanan Dukungan Pelayanan
Responden

Pra pelayanan sudah Tindakan penerimaan dokter dan Penanganan selanjutnya Kerjasama antar perawat sudah bagus, jumlah
sesuai dengan SOP pelayanan farmasi sudah sesuai, pasien terkesan lambat, harus perawat sudah sesuai, tetapi kompetensi dan kualitas
Firmansyah,
yang ditetapkan oleh diberi informasi tentang kegunaan obat. dilakukan perawatan kembali perawatmasih kurang.
Zulfikar, Dedi
rumah sakit Tetapi pada pelayanan perawat dan karena bekas luka pasien
Rendra
fasilitas IGD masih kurang memuaskan masih kotor untuk
menghindari infeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Wawancara dengan Ari (Perawat IGD RS Prima Inti Medika)

Wawancara dengan Firmansyah (Pasien IGD RS Prima Inti Medika)

Wawancara dengan Zulfikar (Pasien IGD RS Prima Inti Medika)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Wawancara dengan Dedi Rendra (Pasien IGD RS Prima Inti Medika)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai