TESIS
Oleh
ADITYA TOGA SUMONDANG SARAGIH
NPM 1306352055
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang
NPM : 1306352055
TandaTangan :
ii
Universitas Indonesia
SURAT PERNYATAAN
Tahun 2015
Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 8 Juli 2015
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunia-Nya tesis dengan judul “ Hubungan budaya keselamatan pasien
terhadap kepatuhan dalam penerapan kewaspadaan universal/standar oleh
perawat dan bidan di ruang rawat inap RS Budhi Asih Jakarta” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Administrasi Rumah
Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Banyak kesulitan yang dihadapi penulis dalam penyusunan tesis ini, namun
dengan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, hambatan tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
v
Universitas Indonesia
7. Terima kasih juga kepada Bu Betty Gultom dan keluarga yang telah sangat
membantu kelancaran pengumpulan data di rawat inap RS Budhi Asih
8. Kedua orang tua saya drs. Wokman Saragih, Msi dan Netty Suryani yang
telah memberikan dukungan secara moral dan finasial, dukungan
semangat dan doa sehingga membuat anaknya yang mulai lelah menjadi
semangat.
9. Kedua adik saya Debrian Ruhut Saragih dan Gracia Anggitharia Saragih
yang membantu kakaknya menyelesaikan tesis ini
10. Sdri Angeline Maranatha dan keluarga Sihombing- Hutagalung yang terus
menerus mendorong dan memberikan semangat dan doa kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini
11. Seluruh staf akademik dan administrasi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia atas segala bantuannya selama masa pendidikan
12. Rekan-rekan seperjuangan program studi Kajian Administrasi Rumah
Sakit 2013 yang telah memberikan dukungan, semangat dan kerjasamanya
sepanjang masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
tesis ini. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
vi
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 Juli 2015
Yang menyatakan
vii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
This thesis describes relationship between Patient Safety Culture and compliance in
implementation of Universal Precautions/Standard Precautions by Nurses and Midwives
at inpatient unit in Budhi Asih Hospital Jakarta 2015. The study was a descriptive
analytical research on the relationship between open culture, just culture, reporting
culture, learning culture and information culture with the compliance in implementation
of universal precaution /standards precautions using cross sectional study design with
self administered questionnaires. The results showed that compliance to the
implementation of universal precautions by nurses and midwives in Budhi Asih Hospital
inpatient is good. Found an association between open culture and reporting culture with
compliance in the implementation of universal precautions or standards precautions.
Hospital management must integrate patient and officers safety aspects in every policy
and create a favorable climate of openness and reporting incidents that occurred as input
for the improvement of the hospital safety culture in the future.
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................. ii
SURAT PENYATAAN TIDAK PLAGIAT..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............ vii
ABSTRAK........................................................................................... vii
ABSTRACT.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xviii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah............................................................ 1
1.2 Rumusan masalah..................................................................... 7
1.3 Pertanyaan penelitian................................................................ 8
1.4 Tujuan penelitian...................................................................... 9
1.5 Manfaat penelitian.................................................................... 10
1.6 Ruang lingkup penelitian.......................................................... 10
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit………………….................................................. 12
2.2 Konsep Budaya………………................................................. 13
2.3 Konsep Keselamatan………………......................................... 13
2.4 Konsep Keselamatan Pasien..................................................... 14
2.4.1 Definisi Keselamatan Pasien .......................................... 14
2.4.2 Tujuan dan Kebijakan Keselamatan Pasien di rumah 14
sakit…………………………………………………………..
2.4.3 Sistem dan Standar Keselamatan Pasien di Rumah 16
Sakit..........................................................................................
2.5 Budaya Keselamaatan Pasien………....................................... 25
2.5.1 Definisi Budaya Keselamatan Pasien............................. 25
2.5.2 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien............................. 26
2.5.3 Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien....................... 31
2.5.4 Manfaat Membangun Budaya keselamatan Pasien......... 32
x
Universitas Indonesia
3 GAMBARAN UMUM RS. BUDHI ASIH JAKATA
3.1 Sejarah RS Budhi Asih Jakarta…………………………….... 48
3.2 Profil, Moto dan Logo RS Budhi Asih Jakarta ........................ 50
3.3 Visi, misi, Tujuan, Falsafah, Nilai dasar…………................... 52
3.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas……………….............. 53
3.5 Ketenagaan………………………............................................ 75
3.6 Fasilitas ………………………................................................ 79
3.7 Pelayanan…………………………………………………….. 81
5 METODE PENELITIAN
5.1 Jenis penelitian.......................................................................... 95
5.2 Lokasi dan waktu penelitian..................................................... 95
5.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 95
5.4 Tenaga Pengamat dan Instrumen Penelitian............................. 97
5.5 Teknik Pengumpulan Data………………………………….... 99
5.6 Pengolahan Data…………………………............................... 99
5.7 Analisis data…………………………………………….......... 100
5.7.1 Analisis Data Univariat.................................................... 100
5.7.2 Analisis Data Bivariat...................................................... 101
5.8 Etika Penelitian…………………………................................. 102
6 HASIL PENELITIAN
6.1 Proses penelitian....................................................................... 103
6.2 Penyajian Hasil Penelitian Budaya Keselamatan 103
Pasien…………………………………………........................
6.2.1 Karakteristik Responden.................................................. 104
6.2.2 Dimensi budaya keselamatan pasien…........................... 105
6.2.2.1 Budaya keterbukaan............................................ 106
6.2.2.2 Budaya Keadilan………………………………. 112
6.2.2.3 Budaya Pelaporan............................................... 115
6.2.2.4 Budaya Belajar.................................................... 118
6.2.2.5 Budaya Informasi................................................ 121
6.3 Kepatuhan dalam penerapan kewaspadaan 124
universal/kewaspadaan standar…….........................................
6.4 Analisis hubungan budaya keselamatan pasien dengan 126
kepatuhan dalam penerapan kewaspadaan
universal/standar………………...............................................
7 PEMBAHASAN
7.1 Gambaran kepatuhan dalam penerapan kewaspadaan 129
universal/standar.......................................................................
7.2 Hubungan budaya keterbukaan terhadap kepatuhan dalam 132
penerapan kewaspadaan universal/standar...............................
7.3 Hubungan budaya keadilan terhadap kepatuhan dalam 134
xi
Universitas Indonesia
penerapan kewaspadaan universal/standar...............................
7.4 Hubungan budaya pelaporan terhadap kepatuhan dalam 136
penerapan kewaspadaan universal/standar ..............................
7.5 Hubungan budaya belajar terhadap kepatuhan dalam 137
penerapan kewaspadaan universal/standar ..............................
7.6 Hubungan budaya informasi terhadap kepatuhan dalam 140
penerapan kewaspadaan universal/standar ..............................
7.7 Keterbatasan Penelitian……..................................................... 141
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 3.1 Rekapitulasi Tenaga Medis di RS Budhi Asih Jakarta……… 76
Tabel 3.2 Rekapitulasi Tenaga Non Medis di RS Budhi Asih Jakarta… 77
xiii
Universitas Indonesia
kewaspadaan universal/standar………………………………..
Tabel 6.21 Kepatuhan terhadap penerapan kewaspadaan 125
universal/standar oleh perawat dan bidan……………………..
Tabel 6.22 Hasil analisis bivariat budaya keselamatan pasien dan 127
kepatuhan penerapan kewaspadaan universal/standar………...
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Pendekatan sistematik keselamatan pasien………….. 34
Gambar 3.1 Logo RSUD Budhi Asih…………………….............. 52
Gambar 3.2 Struktur Organisasi RSUD Budhi Asih Jakarta……... 54
Gambar 4.1 Budaya Keselamatan Pasien dengan lima sub budaya 82
Gambar 4.2 Kerangka Teori Budaya Keselamatan Pasien……….. 85
Gambar 4.3 Budaya Keselamatan pasien berdasarkan dimensi 86
AHRQ dan penggolongan Carthey&Clarke………….
Gambar 4.4 Model Determinan Perilaku Kepatuhan……………... 87
Gambar 4.5 Kerangka Konsep Penelitian………………………… 88
xv
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Universitas Indonesia
ABSTRAK
This thesis describes relationship between Patient Safety Culture and compliance in
implementation of Universal Precautions/Standard Precautions by Nurses and Midwives
at inpatient unit in Budhi Asih Hospital Jakarta 2015. The study was a descriptive
analytical research on the relationship between open culture, just culture, reporting
culture, learning culture and information culture with the compliance in implementation
of universal precaution /standards precautions using cross sectional study design with
self administered questionnaires. The results showed that compliance to the
implementation of universal precautions by nurses and midwives in Budhi Asih Hospital
inpatient is good. Found an association between open culture and reporting culture with
compliance in the implementation of universal precautions or standards precautions.
Hospital management must integrate patient and officers safety aspects in every policy
and create a favorable climate of openness and reporting incidents that occurred as input
for the improvement of the hospital safety culture in the future.
PENDAHULUAN
Sejak 2400 tahun yang lalu Hipocrates telah mengeluarkan fatwa ”Primum,
Non Nocere” (First, Do No Harm). Fatwa ini mengamanatkan tentang
keselamatan pasien yang harus diutamakan. Dari fatwa ini tersirat bahwa
keselamatan pasien bukan hal yang baru dalam dunia pengobatan, karena pada
hakekatnya tindakan keselamatan pasien itu sudah menyatu dengan proses
pengobatan itu sendiri (Depkes, 2006)
1 Universitas Indonesia
2
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu
obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringatan (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
Universitas Indonesia
3
tertinggi yaitu 37,9% diantara delapan provinsi lainnya (Jawa Tengah 15,9%,
D.I.Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%, Jawa Barat
2,8%, Bali 1,4%, Aceh 1,07% dan Sulawesi Selatan 0,7%) (KKP-RS, 2008).
Data tentang KTD diatas menurut Depkes RI (2006) belum terlalu mewakili
KTD yang sebenarnya di Indonesia. Data statistik nasional mengenai KTD di
Indonesia belum ada namun berdasarkan penelitian-penelitian yang ada dan
kasus-kasus yang terjadi, jumlah KTD dapat diperkirakan relatif tinggi.
Misi rumah sakit Budhi Asih sangat vital untuk mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien sehingga mengharuskan
rumah sakit untuk berusaha mengurangi kesalahan medis sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan sistem
keselamatan pasien (patient safety) yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit Budhi
Asih terdiri atas enam sasaran utama yaitu ketepatan identifikasi pasien,
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,
kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan resiko pasien jatuh.
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Pembaca
Universitas Indonesia
11
pasien oleh perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih. Objek
penelitiannya adalah perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih.
Universitas Indonesia
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12 Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan
(misalnya pasien menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal
akan diberikan, tetapi staf lain segera mengetahui dan membatal
sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis
lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Kriteria:
a. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Kriteria:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Universitas Indonesia
18
Standar IV :
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif , dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan
pasien petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi
pasien sesuai dengan ” langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit”
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
antara lain yang terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi,
menejemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait
dengan semua KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi
suatu proses kasus resiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
di perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Universitas Indonesia
19
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari KNC (Near miss) sampai
dengan KTD (Adverse event).
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jalas
untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat
program keselamatan pasien mulai di laksanakan.
Universitas Indonesia
20
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan
dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang
keselamatan paien sesuai dangan tugasnya masing- masing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
Universitas Indonesia
21
Standar VII.
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal- hal terkait dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
Universitas Indonesia
22
a. Struktur
1. Kebijakan dan prosedur organisasi: terdapat kebijakan dan
prosedur tetap yang telah dibuat dengan mempertimbangkan
keselamatan pasien.
2. Fasilitas : fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan.
3. Persediaan : hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti
persediaan di ruang emergensi
b. Lingkungan
1. Pencahayaan dan permukaan berkontribusi terhadap pasien jatuh
atau cedera.
2. Temperatur : pengkondisian temperatur dibutuhkan dibeberapa
ruangan seperti ruang operasi.
3. Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat
perawat sedang memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya
sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien.
4. Ergonomik dan fungsional : ergonomi berpengaruh terhadap
penampilan seperti teknik memindahkan pasien, jika terjadi
kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain itu
penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan
fungsinya seperti pengaturan tempat tidur, jenis, penempatan alat
yang memperhatikan keselamatan pasien.
Universitas Indonesia
23
d. Proses
1. Desain kerja: desain proses yang tidak dilandasi riset yang
adekuat dan kurangnya penjelasan dapat berdampak terhadap tidak
konsisten perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak
terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan
research based practice yang diimplementasikan.
2. Karakteristik risiko tinggi: melakukan tindakan keperawatan
yang terus – menerus saat praktek akan menimbulkan kelemahan,
dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi
terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu
sistem pengingat untuk mengurangi kesalahan.
3. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal
ini lebih mudah tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi,
yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti pemberian obat
dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien – pasien
emergency oleh karena itu pada saat – saat tertentu waktu dapat
menentukan apakah pasien selamat atau tidak.
4. Perubahan jadwal dinas perawat juga berdampak terhadap
keselamatan pasien karena perawat sering tidak siap untuk
melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
5. Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan
tindakan diagnostik atau ketepatan pengaturan pemberian obat
seperti pada pemberian antibiotik atau trombolitik, keterlambatan
akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.
Universitas Indonesia
24
e. Orang
1. Sikap dan motivasi: sikap dan motivasi sangat berdampak
kepada kinerja seseorang. Sikap dan motivasi yang negatif akan
menimbulkan kesalahan-kesalahan
2. Kesehatan fisik: kelelahan, sakit dan kurang tidur akan
berdampak kepada kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan
waktu bereaksi seseorang
3. Kesehatan mental dan emosional: hal ini berpengaruh terhadap
perhatian akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang
penuh akan terjadi kesalahan – kesalahan dalam bertindak
4. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan:
bidan memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan
kepada penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan
perawatan penyakit – penyakit yang sebelumnya belum tren seperti
perawatan flu burung.
5. Faktor kognitif, komunikasi dan interpretasi : kognitif sangat
berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan
(error). Kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap
bagaimana cara membuat keputusan, pemecahan masalah baru
mengkomunikasikan hal – hal yang baru.
f. Budaya
1. Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman
kesalahan dan keselamatan pasien.
2. Filosofi tentang keamanan; keselamatan pasien tergantung
kepada filosofi dan nilai yang dibuat oleh para pimpinanan
pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
2) Fleksibilitas (flexible)
Budaya fleksibel adalah budaya yang cepat tanggap untuk
menghadapi perubahan yang terjadi di pelayanan kesehatan.
Strategi yang dapat dilakukan adalah
Universitas Indonesia
29
3) Keadilan (just)
Budaya keadilan adalah budaya yang memberikan lingkungan
saling percaya antara semua anggota tim dan mendorong untuk
memberikan data keamanan dan memiliki kesadaran terhadap
perilaku yang dapat atau tidak dapat diterima.
4) Pembelajaran (learning)
Budaya pembelajaran adalah budaya yang mampu dan siap untuk
mendapatkan pengetahuan dari pengalaman dan data serta ada
kemauan untuk menerapkan perubahan mayor yang ditunjukkan
sistem informasi keamanan. Budaya pembelajaran adalah pelaporan
dan belajar dari kejadian atau insiden dan near miss.
5) Kewaspadaan (wary)
Budaya kewaspadaan adalah budaya dimana semua anggota
senantiasa waspada terhadap kejadian tidak terduga. Menjadi
waspada adalah kombinasi antara pemberitahuan dan sadar bahwa
dalam tiap kejadian sebuah kejadian tidak terduga dapat terjadi.
Budaya pelaporan, pembelajaran dan fleksibel dapat mendukung
budaya kewaspadaan yang baik.
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Pada tahun 1985-88, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
mengeluarkan Universal Precautions (Kewaspadaan Universal). Di dalam
kewaspadaan universal, petugas kesehatan diharuskan untuk
memperlakukan setiap pasien dengan asumsi bahwa pasien berpotensi
menularkan/ tertular penyakit infeksi. Selanjutnya pada tahun 1996, CDC
merekomendasikan Kewaspadaan Universal untuk digantikan sebutannya
menjadi Standard Precautions (Kewaspadaan Standar) yang
menggabungkan Universal Precautions dan Body Substance Isolation.
Akan tetapi walaupun CDC sekarang menggunakan istilah Standard
Precautions untuk mendeskripsikan tindakan perlindungan terhadap
pajanan pada petugas kesehatan dan pasien, istilah Universal Precautions
Universitas Indonesia
36
1. cuci tangan
2. sarung tangan
4. gaun / apron
6. pengendalian lingkungan
7. linen
8. penanganan limbah
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lender
petugas dari risiko pajanan darah, semua cairan tubuh, secret, eksreta, kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir pasien (Depkes, 2003).
1. Sarung tangan
Berikut beberapa alasan mengenakan sarung tangan sebagai alat
pelindung diri adalah:
Mengurangi kemungkinan staf kontak dengan organisme
infeksi yang menginfeksi pasien.
Mengurangi kemungkinan staf memindahkan flora endogen
mereka sendiri ke pasien.
Mengurangi kemungkinan staf menjadi tempat kolonisasi
sementara mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada
pasien lain.
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
2. Pelindung wajah/masker/kacamata
Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau
semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu,
masker menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari
saluran pernapasan pasien dan mencegah penularan kuman patogen
dari saluran pernapasan perawat ke pasien. Masker yang dipakai
dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung
sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki
atau keluar dari sela-selanya.
Langkah-langkah penggunaan masker :
Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut
ada stip motal yang tipis).
Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang
kepala dengan tali melewati atas telinga.
Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah
dagu.
Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang
hidung.
3. Pelindung kepala
Tujuan pemakaian penutup kepala adalah mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas kea
lat-alat steril dan juga sebaliknya melindungi kepala dan rambut
petugas dari percikan bahan-bahan pasien (Depkes, 2003)
Universitas Indonesia
42
Gaun pelindung dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci dan
dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yang hanya dapat dipakai sekali saja (disposable).
Gaun pelindung sekali pakai ini biasanya dipakai dalam kamar
bedah, karena lebih banyak terpajan cairan tubuh yang dapat
menyebabkan infeksi.
Gaun pelindung kedap air dapat pula dibuat dari bahan yang dapat
dicuci melalui proses dekontaminasi dan dapat dipakai ulang.
Seperti misalnya plastik. Biasanya dipakai sebagai pelapis di
bagian dalam gaun pelindung steril tidak kedap air, untuk
mencegah tembusnya cairan tubuh kepada pemakai atau untuk
keperluan lain, seperti misalnya pada saat membersihkan luka,
melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase, menuangkan
cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau
Universitas Indonesia
43
2.6.2.3 Linen
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisik dan kimiawi.
Sterilasi secara fisik yaitu dengan pemanasan, radiasi, dan filtrasi
sedangkan sterilisasi secara kimiawi adalah dengan menggunakan bahan
kimia dengan cara merendam (misalnya dalam larutan glutardehid) dan
menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan gas etilin oksida).
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
BAB III
GAMBARAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
JAKARTA
Pada tahun 1946 Balai Pengobatan Panti Karya Harapan dikelola oleh
Jawatan Sosial Kota Praja yaitu untuk melayani warga miskin, terlantar
dan gelandangan dengan pimpinan Dr. Gofred sedangkan pada tahun 1957
Balai Pengobatan Karya Harapan ini dipimpin oleh dr. Tan Tjong Day.
Seiring berjalannya waktu Balai Pengobatan Karya Harapan berkembang
sehingga pada tahun 1962 semasa Moelyadi menjabat sebagai Menteri
Sosial Balai Pengobatan Karya Harapan dijadikan Rumah Sakit yang
bernama Rumah Sakit Sosial Budhi Asih. Pada saat itu maih di bawah
pengelolaan Dinas Sosial DKI Jakarta yang berkapasitas 60 tempat tidur.
Pada tahun 1990 status Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih berubah
menjadi tipe C dengan kapasitas 143 TT (tempat tidur). Sebagai Rumah
Sakit milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta, anggaran operasional dan
investasi sepenuhnya bersumber dari APBD DKI Jakarta dengan
Universitas Indonesia
48
49
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih bertekad untuk menjadi
rumah sakit unggulan di Jakarta pada tahun 2010. Untuk mewujudkan hal
itu maka Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih melakukan perluasan
areal gedung yang dimulai pada tahun 2003 sampai dengan Januari 2006
dengan tetap melaksanakan misi mulianya. Sehingga mulai tahun 2006
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih menempati gedung baru dengan
267 tempat tidur.
Anggaran dana yang digunakan untuk perluasan areal gedung berasal dari
Pemerintah DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 29 tahun 2006 tentang Pola Pengelolaan
Keuangan Khusus Ibukota Jakarta. Seiring dengan adanya otonomi di
berbagai bidang yang termasuk di dalamnya otonomi di bidang kesehatan,
membuat manajemen di rumah sakit ini diberikan kewenangan untuk
mengelola keuangan secara penuh.
Universitas Indonesia
50
Asih”, yang beralamat di Jalan Dewi Sartika Cawang III/ 200- 1360 Kodya
Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta.
3.2 Profil, Moto dan Logo Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Budhi Asih
5. Kecamatan : Cawang
8. Telepon : 8090282
Universitas Indonesia
51
19. Perpustakaan
20. ATM
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih adalah “ CARE For All “
yaitu merupakan moto dari setiap individu yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Daerah Budhi Asih baik dokter, perawat, tenaga administrasi,
kemampuan tenaga lainnya dalam memberikan pelayanan dengan
professional tanpa membedakan kepada pengunjung dan lapisan
masyarakat di seluruh etnis dan pribadi yang ada di kota metropolitan ini.
Makna dari motto tersebut sangant mendalam yaitu setiap individu dalam
memberikan pelayanan di RSUD Budhi Asih harus berkompeten
(competencies), tepat (accurate), dapat dipercaya/dihandalkan dan
mendengarkan (Reliable and Responsive), Empati (Empathy) dan untuk
semua lapisan masyarakat (For All).
Universitas Indonesia
52
3.3 Visi, Misi, Tujuan, Falsafah, Nilai Dasar RSUD Budhi Asih
3.3.1 Visi:
3.3.2 Misi
3.3.3 Tujuan
Universitas Indonesia
53
3.3.4 Falsafah
3.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih
Berdasarkan SK Menkes pada tanggal 10 April 2007 No 434/ Menkes/ SK/ IV/
2007 yang menetapkan bahwa RSUD Budhi Asih milik Pemerintah Daerah DKI
Jakarta statusnya berubah dari rumah sakit kelas C menjadi rumah sakit kelas B
Non Pendidikan, maka stuktur organisasinya pun mengikuti struktur organisasi
rumah sakit kelas B Non Pendidikan.
Universitas Indonesia
54
a. Direktur
Universitas Indonesia
55
d. SPI;
e. Komite Medik;
f. Komite Keperawatan;
1. Direktur :
Universitas Indonesia
56
Wakil Direktur Keuangan dan Umum merupakan unsur staf RSUD Budhi
Asih dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan, sumber daya manusia dan
barang/aset serta pelaksanaan kegiatan pemasaran, perencanaan,
ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Wakil Direktur Keuangan dan
Umum berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
Wakil Direktur Keuangan dan Umum mempunyai tugas memimpin
pengelolaan keuangan, sumber daya manusia dan barang/aset, serta
pelaksanaan kegiatan pemasaran, perencanaan, ketatausahaan dan
kerumahtanggaan.
Universitas Indonesia
57
i. penyelenggaraan pemasaran;
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
63
Wakil Direktur Pelayanan merupakan unsur Iini RSUD Budhi Asih dalam
pelaksanaan pelayanan medis, penunjang medis dan keperawatan. Wakil
Direktur Pelayanan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur. Wakil Direktur Pelayanan mempunyai tugas memimpin
dan mengoordinasikan pelayanan medis, penunjang medis dan
keperawatan. Untuk melaksanakan tugas nya Wakil Direktur Pelayanan
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan bahan rencana strategis, rencana kerja dan anggaran,
dan rencana bisnis anggaran Wakil Direktur Pelayanan;
b. melaksanakan rencana anggaran, dan rencana Pelayanan;
c. pelaksanaan pelayanan medis;
d. pelaksanaan pelayanan penunjang medis;
e. pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan;
f. pelaksanaan pelayanan rujukan dan ambulans;
g. pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan;
h. pelaksanaan urusan rekam medis;
i. pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan;
j. pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja;
k. pelaksanaan kesehatan lingkungan rumah sakit;
I. pelaksanaan pelayanan pemulasaraan jenazah;
m. pelaksanaan keselamatan pasien;
n. fasilitasi penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan;
o. penyusunan dan pelaksanaan standar pelayanan;
p. penyusunan dan pelaksanaan standar operasional prosedur
pelayanan medis, penunjang medis dan keperawatan;
Universitas Indonesia
64
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
4. SPI
SPI mempunyai tugas
a. menyusun petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan pengawas
internal:
b. menyusun jadwal pelaksanaan pengawasan internal;
c. melaksanakan kegiatan pengawasan internal;
d. mengolah dan melaporkan hasil pengawasan internal;
e. merekomendasikan tindak lanjut terhadap temuan hasil
pengawasan internal kepada Direktur;
f. memonitor pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan internal;
g. melaksanakan koordinasi dan fasilitasi dengan pemeriksa
eksternal dan aparat pemeriksa internal pemerintah; dan
h. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
kepada Direktur.
SPI dipimpin oleh seorang Kepala SPI yang diangkat dan diberhentikan
oleh Direktur dari Pegawai Negeri Sipil RSUD Budhi Asih yang
memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab,
SPI berkoordinasi dengan Wakil Direktur sesuai dengan substansi
pengawasan yang dilaksanakan. SPI dalam melaksanakan tugasnya tidak
dapat dipengaruhi oleh Wakil Direktur, Ketua Komite Medik, Kepala
Bidang, Kepala Bagian dan/atau pihak manapun di RSUD Budhi Asih
Universitas Indonesia
69
5. Komite Medik
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis, bertanggung jawab kepada Direktur.
Komite Medik merupakan organisasi fungsional yang dibentuk oleh
Direktur. Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme
staf medis dengan cara :
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan
pelayanan medis;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perlaku staf medis.
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
6. Komite Keperawatan
Universitas Indonesia
72
Universitas Indonesia
73
7. Komite Mutu
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
Tenaga Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih yang tercatat
pada data Unit Kepegawaian RSUD Budhi Asih adalah 575 orang yang
terdiri dari 255 orang PNS, 18 orang CPNS, 24 orang PTT, 168 orang Non
PNS, 10 orang Non Organik, 37 orang kontrak 1 th ke 2, 13 orang kontrak
1 tahun, 5 orang kontrak 3 bulan, 2 orang kontrak KLB, 26 orang kontrak
percobaan selama 3 bulan. Pengangkatan tenaga kerja Non PNS
dimungkinkan berdasarkan Perda No. 10 tahun 1997, Direktur Rumah
Sakit dapat mengangkat tenaga Non PNS sesuai kebutuhan Rumah Sakit.
Selain itu Direktur juga memiliki wewenang untuk melakukan
pengangkatan pegawai menjadi PNS dimana pengangkatan itu disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit. Dalam merekrut karyawannya baik PNS
maupun yang berasal dari instansi lain maupun Non PNS, RSUD Budhi
Asih memiliki sistem tersendiri. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
standar kualita kepegawaian serta dapat bersama-sama mencapai visi, misi
dan tujuan awal rumah sakit.
Universitas Indonesia
76
a. Tenaga Medis
Universitas Indonesia
77
Tenaga non medis yang bekerja di RS Budhi Asih Jakarta berjumlah 181
orang diantaranya berlatar belakang pendidikan magister sampai sekolah
dasar dan non ijazah.
Universitas Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
Selain jumlah SDM di atas RSUD Budhi Asih masih mempunyai SDM
yang berstatus sebagai bantuan/ tenaga harian lepas sebanyak 17 orang
yang direkrut dalam rangka untuk kelancaran pelayanan rumah sakit pada
saat terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) dan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan saat ini.
6. Telepon : 11 Hunting
7. Ambulance : 4 unit
9. Perpustakaan : 1 unit
Universitas Indonesia
80
6. Lantai 6 digunakan untuk ; Rawat inap bagian barat, rawat inap bagian
Timur
Universitas Indonesia
81
1. Pelayanan Medik
2. Rawat Inap
RSUD Budhi Asih memiliki 241 tempat tidur mulai lantai V sampai lantai IX
yang terdiri dari sisi barat dan timur yang digunakan sebagai ruang rawat inap.
Lantai V berjumlah 77 tempat tidur, lantai VI berjumlah 74 tempat tidur, lantai
VII berjumlah 23 tempat tidur, lantai VIII berjumlah 36 tempat tidur. Selain itu
memiliki fasilitas perinatologi 14 tempat tidur dan HCU/ICU berjumlah 7 tempat
tidur.
Universitas Indonesia
82
BAB IV
KERANGKA KONSEP, KERANGKA TEORI,
HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
82 Universitas Indonesia
83
Universitas Indonesia
84
Universitas Indonesia
85
PERFORMA ORGANISASI
Universitas Indonesia
86
5. Dukungan
manajemen terhadap
upaya KP
Universitas Indonesia
87
KEPATUHAN
Universitas Indonesia
88
Universitas Indonesia
89
Universitas Indonesia
90
Kepatuhan dalam Penerapan Perilaku perawat dan bidan dalam Kuesioner kepatuhan Rentang nilai Ordinal
Kewaspadaan melindungi dirinya dan pasien dari penerapan kewaspadaaan antara 11-55
universal/kewaspadaan standar penyakit yang ditularkan melalui darah universal/ standar menurut
(KU/KS) atau cairan tubuh lainnya dengan Sahara A (2011) yang 0, tidak patuh bila
melalukan tindakan-tindakan khusus diolah dari skala < mean,
sesuai dengan pedoman kewaspadaan
psikometrik Gershon,
universal/kewaspadaan standar 1, patuh bila >
et.al (1995) dan DeJoy,
mean
et.al (1995).
Jumlah pertanyaan terdiri
dari 11 pertanyaan.
variabel kepatuhan diukur
dengan perhitungan 5-poin
skala likert
Budaya Keterbukaan Gabungan dimensi keterbukaan Kuesioner budaya Tinggi, jika total Ordinal
komunikasi, kerjasama dalam unit, keterbukaan dalam budaya persepsi positif 75%
kerjasama antara unit, persepsi keselamatan pasien menurut
Rendah, jika total
keseluruhan tentang keselamatan pasien Puspitasari (2015) yang
persepsi positif <
dan dukungan manajemen terhadap diolah dari kuesioner AHRQ
75%
keselamatan pasien. (2007) dan penggolongan
budaya menurut
Universitas Indonesia
(Sambungan) 91
Cartey&Clarke (2010)
Budaya Keadilan Gabungan dimensi staffing dan respon Kuesioner budaya keadilan Tinggi, jika total Ordinal
non punitive terhadap kesalahan dalam budaya keselamatan persepsi positif 75%
Universitas Indonesia
(Sambungan)
92
Budaya Pelaporan Setiap anggota dapat melaporkan Kuesioner budaya pelaporan Tinggi, jika total Ordinal
kejadian error atau near miss, dalam budaya keselamatan persepsi positif 75%
ditunjukkan oleh frekuensi pelaporan pasien menurut Puspitasari
Rendah, jika total
kejadian dan kejadian yang dilaporkan (2015) yang diolah dari
persepsi positif <
oleh staf dalam 12 bulan terakhir kuesioner AHRQ (2007) dan
75%
penggolongan budaya
menurut Cartey&Clarke
(2010)
Universitas Indonesia
(Sambungan) 93
Budaya Belajar Gabungan dimensi pembelajaran Kuesioner budaya pelaporan Tinggi, jika total Ordinal
organisasi dan perbaikan berkelanjutan dalam budaya keselamatan persepsi positif 75%
dengan harapan staf terhadap sikap dan pasien menurut Puspitasari
Rendah, jika total
tindakan supervisor/manajer dalam (2015) yang diolah dari
persepsi positif <
mendorong keselamatan pasien (KP) kuesioner AHRQ (2007) dan
75%
penggolongan budaya
menurut Cartey&Clarke
(2010)
Harapan staf terhadap sikap dan Sikap positif atau negatif dari
tindakan supervisor/manajer supervisor/manajer terhadap upaya KP
dalam mendorong KP
Budaya Informasi Gabungan dari dimensi umpan balik dan Kuesioner budaya pelaporan Ordinal
Tinggi, jika total
komunikasi tentang insiden keselamatan dalam budaya keselamatan
Universitas Indonesia
(Sambungan)
94
pasien serta serah terima dan transisi pasien menurut Puspitasari persepsi positif 75%
oleh staf (2015) yang diolah dari
Rendah, jika total
kuesioner AHRQ (2007) dan
persepsi positif <
penggolongan budaya 75%
menurut Cartey&Clarke
(2010)
Universitas Indonesia
95
BAB 5
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Unit Rawat Inap Rumah sakit Budhi Asih, Jakarta
Timur yaitu Lantai V sampai Lantai IX bagian timur dan barat. Penelitian ini
dilakukan terhadap perawat dan bidan di rawat inap mulai jam 08.00 sampai
jam 16.00 selama 4 hari pada tanggal 22 sampai 25 Juni 2015.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat dan bidan di rawat inap RSUD
Budhi Asih sebanyak 223 orang. Sampel pada penelitian adalah perawat dan
bidan secara simple random sampling di rawat inap RS Budhi Asih. Kriteria
inklusi adalah perawat dan bidan di rawat inap yang bersedia menjadi
responden yang dibuktikan dengan mengisi surat kesediaan menjadi responden,
yang sedang memberikan asuhan kepada pasien saat penelitian dilakukan dan
minimal berstatus karyawan kontrak. Kriteria eksklusi adalah perawat dan bidan
95 Universitas Indonesia
96
yang sedang menjalani cuti panjang (cuti melahirkan), yang sedang menjalani
pendidikan di luar rs dan yang sedang menjalani masa percobaan.
Keterangan:
N = jumlah populasi
Universitas Indonesia
97
Tenaga pengamat adalah peneliti sendiri dibantu oleh 1 orang yang membantu
dalam pengumpulan data kuesioner. Untuk menyamakan persepsi, peneliti telah
mengadakan diskusi bersama pengumpul data. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
2. Alat tulis
Universitas Indonesia
98
Setuju 4 Sering 4
Netral 3 Kadang-kadang 3
Universitas Indonesia
99
Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa data kuesioner menggunakan
studi potong lintang yaitu pengamatan sesaat dan berkala pada responden
melalui kuesioner. Dalam pengumpulan data primer ini, peneliti dibantu oleh
dua orang teman dalam menyebarkan kuesioner ke ruangan-ruangan yaitu lantai
5 sampai dengan lantai 9 ruangan rawat inap RS Budhi Asih Jakarta. Data
sekunder melalui telaah dokumen yaitu penelusuran profil rumah sakit, struktur
organisasi, visi dan misi serta kebijakan mengenai keselamatan pasien.
1. Penyuntingan Data
2. Pengelompokan Data
Universitas Indonesia
100
2. Input Data
Universitas Indonesia
101
Universitas Indonesia
102
Universitas Indonesia
103
BAB 6
HASIL PENELITIAN
Karakteristik dari responden pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia,
pendidikan, lama bekerja di RS, jumlah jam kerja/minggu. Dalam penelitian ini
responden yang eligible terdiri dari 69 responden dengan distribusi frekuensi
karakteristik ditampilkan dalam Tabel 6.1
103
Universitas Indonesia
104
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Budhi Asih Jakarta
Tahun 2015
Variabel N %
Jenis Kelamin
Pria 16 23,2
Wanita 53 76,8
Usia
Pendidikan
SPK/SLTA 1 1,4
Diploma 32 46,4
S1 36 52,2
Lama kerja di RS
Universitas Indonesia
105
Dalam penelitian ini budaya keselamatan pasien dibentuk oleh penggolongan budaya
keselamatan pasien menurut Cartey&Clarke (2010) yaitu budaya keterbukaan,
budaya keadilan, budaya pelaporan, budaya belajar dan budaya informasi dan
dimensi keselamatan pasien dari AHRQ yang meliputi 12 dimensi yang telah
digunakan secara internasional sehingga terjamin validitas dan reliabilitasnya.
Rata-rata persepsi positif dihitung berdasarkan rata-rata jawaban setuju dan sangat
setuju dari responden. Dimensi budaya dengan rata-rata persepsi positif > 75 %
dikatakan tinggi sedangkan dimensi dengan rata-rata persepsi positif < 75% dikatakan
rendah.
Universitas Indonesia
106
Tabel 6.2. Dimensi keterbukaan komunikasi dalam budaya keterbukaan oleh perawat
dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015
Dimensi keterbukaan komunikasi dalam budaya keterbukaan oleh perawat dan bidan
di rawat Inap RS Budhi Asih tergolong tinggi. Rata-rata persepsi positif dalam
dimensi ini adalah 87%. Pernyataan yang mendukung tingginya keterbukaan
komunikasi adalah karyawan bebas menanyakan keputusan yang diambil kepala unit
(96%) dan tidak takut bertanya jika terjadi sesuatu yang tidak benar (93%). Terdapat
22% responden yang mengatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan
pernyataan karyawan di unit kami bebas berbicara jika melihat sesuatu yang dapat
berdampak negatif pada perawatan pasien.
Universitas Indonesia
107
Tabel 6.3 Dimensi kerjasama dalam unit dalam budaya keterbukaan oleh perawat dan
bidan di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015
Sebanyak 86% perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi persepsi
positif pada dimensi kerjasama dalam unit dalam budaya keterbukaan sehingga
dimensi ini tergolong tinggi.
Pernyataan yang mendukung tingginya dimensi kerjasama dalam unit adalah jika di
unit ada stafan yang harus diselesaikan maka staf bekerja bersama-sama sebagai tim
untuk menyelesaikannya, hampir seluruh responden menyatakan setuju dan sangat
setuju (97%) dan netral (3%) dan tidak ada responden yang menyatakan tidak setuju
atau sangat tidak setuju. Sebanyak 17% responden menyatakan tidak setuju atau
sangat tidak setuju dengan pernyataan jika unit kami sedang sibuk maka unit lain
Universitas Indonesia
108
akan membantu dibandingkan 64% responden menyatakan setuju dan sangat setuju.
Pernyataan bahwa setiap orang saling membantu satu sama lain di unit kami,
didukung oleh lebih dari 94% responden sedangkan yang tidak setuju atau sangat
tidak setuju sebanyak 3%.
Tabel 6.4 Dimensi kerjasama antar unit dalam budaya keterbukaan oleh perawat dan
bidan di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015
Dimensi kerjasama antar unit dalam budaya keterbukaan oleh perawat dan bidan di
rawat Inap RS Budhi Asih tergolong tinggi. Rata-rata persepsi positif dalam dimensi
ini adalah 81%. Pernyataan yang mendukung tingginya kerjasama antar unit adalah
terdapat kerjasama yang baik antar unit dalam rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang terbaik (93%) dan tidak takut bertanya jika terjadi sesuatu yang tidak
benar (93%), diikuti dengan pernyataan adanya koordinasi yang baik antar unit (80%)
dan staf merasa senang bekerja dengan staf dari unit lain (71%). Hanya 4% responden
Universitas Indonesia
109
menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan saya merasa
senang bekerja dengan staf yang berasal dari unit lain dalam RS ini.
Tabel 6.5 Dimensi persepsi keseluruhan tentang keselamatan pasien dalam budaya
keterbukaan oleh perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015
Sebanyak 80% perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi persepsi
positif pada dimensi kerjasama dalam unit dalam budaya keterbukaan sehingga
dimensi ini tergolong tinggi.
Pernyataan yang mendukung tingginya dimensi persepsi keseluruhan tentang
keselamatan pasien adalah staf tidak pernah mengorbankan keselamatan pasien
untuk menyelesaikan stafan (96%). Namun terdapat 20% responden yang tidak setuju
atau sangat tidak setuju dengan pernyataan kesalahan serius yang terjadi di unit ini
merupakan suatu ketidaksengajaan dan 14 % responden yang tidak setuju dan sangat
tidak setuju dengan pernyataan di unit kami jarang terjadi masalah yang berhubungan
Universitas Indonesia
110
dengan keselamatan pasien. Hanya 4% responden yang tidak setuju dan sangat tidak
setuju dengan pernyataan prosedur dan sistem di unit kami sudah baik dalam
mencegah insiden/error.
Tabel 6.6 Dimensi dukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien dalam
budaya keterbukaan oleh perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015
Universitas Indonesia
111
responden yang tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan manajemen
RS membuat suasana kerja yang mendukung upaya keselamatan pasien.
Tabel 6.7 Budaya keterbukaan dalam budaya keselamatan pasien oleh perawat dan
bidan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Dimensi
Keterbukaan Kerjasama Kerjasama Persepsi Dukungan
komunikasi dalam unit antar unit keseluruhan manajemen
tentang terhadap
keselamatan upaya
pasien keselamatan
pasien
Budaya
86,7% 85,9% 81,1% 79,7% 88,4% 84,4%
Keterbukaan
Universitas Indonesia
112
Tabel 6.8 Dimensi Staffing oleh perawat dan bidan dalam budaya keadilan di rawat
inap RS Budhi Asih Tahun 2015
Responden yaitu perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi persepsi
positif 59% pada dimensi staffing dalam budaya keadilan sehingga dimensi ini
tergolong rendah (rata-rata persepsi positif <75%). Sebanyak 46% responden setuju
dan sangat setuju dengan pernyataan di unit kami tidak pernah bekerja lembur untuk
melayani pasien dan sebanyak 38% menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju
dengan pernyataan tersebut. Lebih dari 65% responden menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju dengan pernyataan di unit kami tidak ada tenaga honorer untuk
kegiatan keselamatan pasien. Sebagian besar responden (80%) responden menyatakan
kami merasa kekurangan staf untuk menangani beban kerja dan responden yang tidak
Universitas Indonesia
113
setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan ini sebanyak 16%. Mayoritas
responden 91% setuju dan sangat setuju dengan pernyataan kami bekerja dalam
keadaan waspada dan berusaha berbuat banyak dengan cepat.
Tabel 6.9 Dimensi respon non-punitive terhadap kesalahan dalam budaya keadilan
oleh perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Sebanyak 66% perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi persepsi
positif pada dimensi respons non punitive terhadap kesalahan dalam budaya keadilan
sehingga dimensi ini tergolong kategori rendah. Terdapat 19% responden menjawab
tidak setuju atau sangat tidak setuju untuk pernyataan bahwa kesalahan yang
dilakukan tidak untuk menyalahkan mereka dibandingkan dengan 67% yang
menjawab setuju atau sangat tidak setuju dan 15% responden menjawab netral.
Sebanyak 19% responden menyatakan khawatir bahwa kesalahan yang dibuatnya
akan dicatat atau mempengaruhi penilaian kinerja dibandingkan dengan 53%
Universitas Indonesia
114
responden menyatakan tidak khawatir dan 28% menjawab netral. Untuk pernyataan
ketika insiden keselamatan pasien dilaporkan yang dicatat/dibicarakan adalah
masalahnya bukan pelakunya, sebanyak 80% responden menyataan setuju dan sangat
setuju, 13% menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dan 7% memilih netral.
Tabel 6.10 Budaya keadilan dalam budaya keselamatan pasien oleh perawat dan
bidan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Dimensi
Staffing Respon non-punitive
terhadap kesalahan
Budaya Keadilan 59,4% 66,3% 62,9%
Budaya keadilan dalam budaya keselamatan pasien yang meliputi dimensi staffing
dan respon non punitive terhadap kesalahan oleh perawat dan bidan di rawat inap RS
Budhi Asih tahun 2015 tergolong rendah. Rendahnya budaya keadilan ini dinyatakan
oleh dimensi yang rata-rata persepsi positif < 75%.
Universitas Indonesia
115
Tabel 6.11 Dimensi frekuensi pelaporan kejadian dalam budaya pelaporan oleh
perawat dan bidan dalam budaya keadilan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Dimensi frekuensi pelaporan kejadian dalam budaya pelaporan oleh perawat dan
bidan di rawat Inap RS Budhi Asih tergolong rendah. Rata-rata persepsi positif dalam
dimensi ini adalah 16%. Sebanyak 75% responden menyatakan pernah terjadi kondisi
yang berpotensi mencederai pasien (kejadian potensial cedera), 73% menyatakan
pernah terjadi kondisi pasien terpapar insiden namun tidak cedera dan 68%
menyatakan adanya kesalahan ditemukan namun diperbaiki sehingga pasien tidak
cedera (kejadian nyaris cedera) yang jarang atau tidak pernah dilaporkan. Responden
Universitas Indonesia
116
Tabel 6.12 Jumlah Kejadian yang Dilaporkan oleh perawat dan bidan dalam 12 Bulan
Terakhir di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015 berkaitan dengan posisi di RS
Universitas Indonesia
117
Tabel 6.13 Jumlah Kejadian yang Dilaporkan oleh perawat dan bidan dalam 12 Bulan
Terakhir di rawat inap RS Budhi Asih Tahun 2015 berkaitan dengan jam kerja dalam
seminggu di RS
40-59 jam 25 18 7 50
60-79 jam 6 4 3 13
Total 35 23 11 69
Berdasarkan Tabel 6.13 dari 69 responden dibagi berdasarkan jam kerja seminggu <
40 jam, 40-59 jam dan 60-79 jam. Terdapat 2 responden dengan jam kerja < 40 jam
yang melaporkan kejadian atau 33% responden dengan jam kerja < 40 jam pernah
melaporkan kejadian. Pada jam kerja 40-59 jam terdapat 25 orang yang pernah
melaporkan (50% responden pada jam kerja 40-59 jam) dengan 36% sebanyak 1-2
laporan dan 14 % sebanyak 3-5 laporan kejadian. Pada jam kerja 60-79 jam terdapat
54% pernah melaporkan kejadian.
Universitas Indonesia
118
Sebanyak 94% perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi persepsi
positif pada dimensi kerjasama dalam unit dalam budaya belajar sehingga dimensi ini
tergolong tinggi. Pernyataan yang mendukung tingginya dimensi pembelajaran
organisasi dan perbaikan berkelanjutan dalam budaya belajar adalah di unit kami
kesalahan yang terjadi digunakan untuk membuat perubahan yang positif, dimana
responden yang setuju atau sangat setuju (94%), netral (6%) dan tidak ada responden
yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju. Sebagian besar responden 94%
Universitas Indonesia
119
menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pernyataan kami aktif melakukan
kegiatan untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan hanya 3% responden yang
menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju dan netral. Pernyataan setelah kami
melakukan perubahan untuk meningkatkan keselamatan pasien kami melakukan
evaluasi terhadap keefektivitasannya mendapat jawaban setuju dan sangat setuju oleh
93% responden, 6% responden menyatakan netral dan hanya 1% yang tidak setuju
atau sangat tidak setuju.
Dimensi harapan staf terhadap sikap dan tindakan supervisor/manajer dalam promosi
keselamatan pasien dalam budaya belajar tergolong tingi. Rata-rata persepsi positif
dalam dimensi ini adalah 81%. Sebanyak 84% responden menyatakan setuju dan
sangat setuju dengan pernyataan kepala unit saya dengan serius mempertimbangkan
Universitas Indonesia
120
Tabel 6.16 Budaya belajar dalam budaya keselamatan pasien oleh perawat dan bidan
di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Dimensi
Pembelajaran organisasi Harapan staf terhadap sikap dan
dan perbaikan tindakan supervisor/manajer
berkelanjutan dalam promosi keselamatan
pasien
Budaya Belajar 93,7% 80,5% 87,1%
Universitas Indonesia
121
1. Dimensi umpan balik dan komunikasi tentang keselamatan pasien dalam budaya
informasi
Tabel 6.17 Dimensi Umpan Balik dan Komunikasi tentang Keselamatan Pasien
dalam budaya informasi oleh perawat dan bidan dalam budaya keadilan di rawat inap
RS Budhi Asih tahun 2015
Sebanyak 90% perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi persepsi
positif pada dimensi kerjasama dalam unit dalam budaya informasi sehingga dimensi
ini tergolong tinggi. Pernyataan yang mendukung tingginya dimensi umpan balik dan
komunikasi tentang keselamatan pasien dalam budaya informasi adalah karyawan di
unit kami mendapat informasi mengenai insiden yang terjadi di unit (94%), adanya
diskusi mengenai cara mencegah agar insiden tidak terulang kembali (93%) dan
Universitas Indonesia
122
Tabel 6.18 Dimensi serah terima dan transisi dalam budaya informasi oleh perawat
dan bidan dalam budaya keadilan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Dimensi serah terima dan transisi dalam budaya informasi tergolong rendah. Rata-
rata persepsi positif dalam dimensi ini adalah 72%. Sebanyak 86% responden
menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pernyataan informasi yang penting
mengenai perawatan pasien jarang hilang saat pergantian shift. 83% responden setuju
dan sangat setuju dengan pernyataan pergantian shift tidak menimbulkan masalah
Universitas Indonesia
123
bagi pasien di RS ini. Sebanyak 16% responden menyatakan tidak setuju atau sangat
tidak setuju dengan pernyataan bila terjadi pemindahan pasien dari unit yang lain
tidak pernah timbul masalah dibandingkan 65% responden menyatakan setuju dan
sangat setuju dan 19% responden menyatakan netral. Pernyataan bahwa masalah
jarang timbul dalam pertukaran informasi antar unit di RS ini didukung oleh 55%
responden sedangkan yang tidak setuju atau sangat tidak setuju sebanyak 12% dan
responden menyatakan netral sebanyak 33%.
Tabel 6.19 Budaya informasi dalam budaya keselamatan pasien oleh perawat dan
bidan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015
Dimensi
Umpan balik dan Serah terima dan transisi
komunikasi tentang
keselamatan pasien
Budaya Belajar 90,3% 72,1% 81,2%
Budaya informasi dalam budaya keselamatan pasien yang meliputi dimensi umpan
balik dan komunikasi tentang keselamatan pasien serta serah terima dan transisi oleh
perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih tahun 2015 tergolong tinggi.
Tingginya budaya belajar ini dinyatakan oleh dimensi yang rata-rata persepsi positif
> 75%.
Universitas Indonesia
124
Sebagian besar perawat dan bidan sudah patuh dalam penerapan Kewaspadaan
Universal/Standar. Hal ini ditunjukkan dari proporsi responden yang patuh yaitu
sebanyak 39 (56,5%) (Lihat Tabel 6.3). Mayoritas pegawai patuh (jawaban sering dan
selalu) terhadap membuang peralatan/benda tajam ke dalam container benda tajam
(98,6%), mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan (98,6%), memakai sarung
tangan disposable (94,2%), memakai masker (81,1%), membuang sampah infeksius
ke dalam plastic infeksius (95,6%), menghapus spills dengan desinfektan (85,5%),
tidak makan dan minum (92,7%)dan hati-hati menggunakan scapel atau benda tajam
lainnya (92,8%). Akan tetapi sebagian perawat dan bidan tidak recapping jarum
suntik (57,9%), patuh pemakaian google (33,3%) dan memakai kain
pelindung/celemek hanya 49,2% (Lihat Tabel 6.18)
Universitas Indonesia
125
N % N % %
Universitas Indonesia
126
(Sambungan)
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dan uji fisher exact
untuk melihat apakah ada hubungan antara budaya keterbukaan, budaya keadilan,
budaya pelaporan, budaya belajar dan budaya informasi terhadap kepatuhan dalam
penerapan kewaspadaan universal/standar oleh perawat dan bidan di rawat inap
RSUD Budhi Asih Jakarta tahun 2015.
Universitas Indonesia
127
Tabel 6.22 Hasil analisis bivariat budaya keselamatan pasien dan kepatuhan dalam
penerapan kewaspadaan universal di RSUD Budhi Asih tahun 2015
Budaya Keadilan
Budaya
Pelaporan
Rendah 23 33,3 39 56,5 62 89,8 0,002
Tinggi 7 10,1 0 0 7 10,1
Budaya Belajar
Rendah 6 8,7 4 5,8 10 14,5 0,312
Tinggi 24 34,8 35 50,7 59 85,5
Budaya Informasi
Dari analisis data bivariat menggunakan uji chi square dan uji fisher exact didapatkan
nilai budaya keterbukaan (p=0,015) dan budaya pelaporan (p=0,002) yaitu p <0,05
Universitas Indonesia
128
Universitas Indonesia
129
BAB 7
PEMBAHASAN
(Depkes, 2003). Oleh sebab itu, terdapat kemungkinan tidak semua perawat
dan bidan menggunakan google setiap kali melakukan tindakan keperawatan,
tergantung ruang rawat tempat perawat dan bidan bekerja. Ruangan-ruangan
yang berisiko tinggi untuk terkena cipratan darah adalah kamar operasi, IGD
dan Kamar Bersalin (VK).
Komponen lain yang masih rendah yaitu recapping jarum suntik. Berdasarkan
tabel 6.18 sebagian besar perawat dan bidan masih menutup kembali jarum
suntuk walaupun terdapat container benda tajam. Menurut peneliti ada
beberapa penyebab rendahnya kepatuhan responden terhadap pernyataan tidak
menutup kembali jarum suntik. Pertama, sebagian petugas kesehatan
diantaranya perawat dan bidan sudah diberikan pelatihan mengenai recapping
dengan teknik satu tangan (one hand scoop) sehingga sering tetap menutup
jarum suntik. Kedua, di RS Budhi Asih tidak semua ruangan tersedia
kontainer benda tajam, hanya ada pada ruangan tertentu saja sehingga petugas
kesehatan diperbolehkan melakukan recapping tetapi dengan menggunakan
teknik satu tangan. Kondisi dan situasi seperti ini yang mempengaruhi
rendahnya jawaban responden pada pernyataan ini. Menurut
Duerink,et.al.(2006) rendahnya kepatuhan dalam penerapan kewaspadaan
standar di Indonesia disebabkan oleh keterbatasan fasilitas dalam
pengendalian infeksi. Di banyak rumah sakit di Indonesia, kontainer untuk
pembungan benda tajam sering tidak tersedia. Hal yang sama terkadang
terjadi di rawat inap namun perawat dan bidan di RS Budhi Asih Jakarta
menggunakan recapping dengan teknik satu tangan sehingga membuat
perawat dan bidan aman dalam melakukan injeksi. Menurut pendapat peneliti,
Universitas Indonesia
131
Di RS Budhi Asih Jakarta pedoman yang terkait sudah mengikuti pedoman ini
yaitu penanganan jarum suntik secara hati-hati yaitu tidak menutup kembali
jarum suntik dan buang jarum pada tempat khusus. Namun terkadang tempat
pembuangan khusus benda tajam kurang atau sulit dijangkau sehingga
prosedur tersebut sering belum diterapkan oleh perawat dan bidan saat
melakukan injeksi. Untuk mendukung upaya safe injection oleh petugas
kesehatan, sebaiknya RS Budhi Asih menyediakan tempat khusus
pembuangan benda tajam di tempat yang mudah terjangkau perawat dan bidan
sehingga penerapan prosedurnya optimal.
Universitas Indonesia
132
Universitas Indonesia
133
motivasi yang tinggi hasil ini ditunjukkan dengan mayoritas responden tidak
mengorbankan keselamatan pasien untuk menyelesaikan pekerjaan. Motivasi
ini didukung oleh persepsi positif responden akan dukungan manajemen
terhadap upaya keselamatan pasien yang tergolong tinggi. Persepsi tingginya
dukungan manajemen ditandai dengan manajemen RS menunjukkan bahwa
keselamatan pasien adalah prioritas utama dan tidak hanya setelah kejadian
tidak diinginkan (KTD) terjadi . Dalam dimensi persepsi keseluruhan tentang
keselamatan pasien terdapat sekitar 20% responden yang tidak setuju atau
sangat tidak setuju dengan pernyataan kesalahan serius yang terjadi di unit ini
merupakan suatu ketidaksengajaan. Hal ini menurut peneliti dapat berarti dua
hal. Pertama, responden mengerti penerapan kewaspadaan universal/standar
sebagai pedoman namun di saat-saat tertentu seperti ketika beban kerja
meningkat, pedoman ini dihiraukan walaupun tahu hal itu salah. Hal yang
mendukung ini seperti dalam penelitian Sedlak (2004) bahwa stress dapat
secara langsung mempengaruhi kesakitan dengan merubah pola perilaku
individu (Sedlak, 2004 dalam Sahara, 2011). Di jam-jam sibuk atau banyak
pekerjaan dapat terjadi hal-hal yang sengaja dibiarkan. Kedua, ada responden
yang kurang mengerti maksud pernyataan di dalam kuesioner.
Universitas Indonesia
134
Responden yaitu perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih memberi
persepsi positif 59% pada dimensi staffing dalam budaya keadilan sehingga
Universitas Indonesia
135
Universitas Indonesia
136
Universitas Indonesia
137
Budhi Asih (p=0,002) dimana nilai p<0,05. Hasil ini menunjukkan tingginya
rendahnya budaya pelaporan berhubungan dengan kepatuhan dalam
penerapan kewaspadaan universal/standar oleh perawat dan bidan.
Budaya pelaporan dapat dinilai dengan tipe kesalahan yang dilaporkan oleh
staf. Semakin matang budaya keselamatan maka semakin meningkat
pengambilan risiko berkaitan dengan kesalahan yang dilaporkan. Pada budaya
pelaporan yang baik setiap kejadian yang dilaporkan menjamin semua staf
dalam organisasi untuk belajar dari pengalaman. Hal ini berarti staf siap
untuk melaporkan insiden atau near miss, sehingga dapat dinilai jenis error
dan dapat diketahui kesalahan yang biasa dilakukan oleh staf serta dapat
diambil tindakan sebagai bahan pembelajaran organisasi. Organisasi belajar
dari pengalaman sebelumnya dan mempunyai kemampuan untuk
mengidentifikasi faktor risiko terjadinya insiden sehingga dapat mengurangi
atau mencegah insiden yang akan terjadi. Perawat yang merasa aman bahwa
akan diperlakukan secara adil dan tidak mendapat hukuman karena laporan
tersebut akan mendorong untuk budaya keselamatan pasien. Dari catatan
dalam kuesioner di penelitian ini responden mengatakan perlu dukungan dari
atasan dan fasilitasi agar budaya keselamatan pasien meningkat juga bila ada
masalah di unit maka didiskusikan bersama dan diharapkan tidak terjadi lagi
dengan dicari pemecahannya. Hambatan dalam pembuatan laporan harus
dikikis habis antara lain: perasaan takut disalahkan, bingung bentuk
Universitas Indonesia
138
Universitas Indonesia
139
keselamatan pasien, kepala unit saya memberi pujian ketika dia melihat stafan
diselesaikan sesuai dengan prosedur keselamatan pasien.
Hal penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Nurmalia (2013) bahwa
penerapan budaya keselamatan pasien akan meningkatkan dimensi
pembelajaran. Selanjutnya dalam penelitian ini dikatakan bahwa peningkatan
dimensi pembelajaran ini berkaitan dengan feedback dan dukungan dari
organisasi serta rekan satu tim di rumah sakit. Teori yang kemungkinan
menjelaskan hal ini adalah konsep health belief model dimana kemungkinan
individu melakukan pencegahan bergantung secara langsung pada hasil dari
dua keyakinan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived
threat of injury or illness) dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
(benefits and cost). Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan
mengacu pada sejauh mana individu berpikir bahwa penyakit atau kesakitan
betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Dalam hal ini individu
belajar dari ancaman yang dirasakan meningkat maka perilaku pencegahan
akan meningkat. Menurut Henderson dalam Sahara (2011) staf yang merasa
dirinya berada pada risiko terinfeksi lebih mungkin untuk mematuhi pedoman
kewaspadaan universal/standar yaitu risiko yang dirasakan dianggap penting
karena mempunyai potensi mempengaruhi niat seseorang untuk mencari tahu
mengenai informasi kewaspadaan dan akhirnya belajar dan patuh terhadap
kewaspadaan tersebut.
Universitas Indonesia
140
Budaya keselamatan pasien yang terdiri dari beberapa dimensi tidak dapat
berdiri sendiri melainkan dimensi yang satu dengan yang lain saling
mempengaruhi (Jeffs, Law&Baker, 2007). Penerapan budaya keselamatan
pasien dikatakan berhasil apabila semua elemen yang ada di dalam rumah
sakit menerapkan budaya keselamatan pasien dalam kegiatannya sehari-hari
(Hudson, 1999; Reiling, 2006) oleh karena itu diperlukan adanya budaya
belajar. Karakteristik dari responden pada penelitian ini yaitu sebagian besar
responden adalah wanita (53%) berusia muda (<49 tahun) dengan pendidikan
minimal diploma dan bekerja di rumah sakit tidak lama (<15 tahun). Hal ini
dapat merupakan potensi bagi rumah sakit untuk meningkatkan budaya
keselamatan pasien dengan sumber daya manusia yang lebih terbuka terhadap
perubahan dan terus belajar.
Budaya informasi yang baik adalah ketika organisasi mampu belajar dari
pengalaman masa lalu sehingga memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi
dan menghindari insiden yang akan terjadi karena telah terinformasi dengan
jelas dari insiden yang sudah pernah terjadi, misalnya dari pelaporan kejadian
dan investigasi. Berdasarkan hasil analisis uji chi square tidak ditemukan
hubungan antara budaya informasi dengan kepatuhan dalam penerapan
kewaspadaan universal atau kewaspadaan standar oleh perawat dan bidan di
RS Budhi Asih Jakarta (nilai p=0,660). Artinya budaya informasi yang tinggi
tidak berkaitan dengan semakin patuhnya responden akan penerapan
kewaspadaan universal/standar. Namun sebagian besar responden memberi
persepsi positif pada dimensi kerjasama dalam unit dalam budaya informasi.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya responden yang setuju atau sangat
setuju dengan pernyataan kami mendapat informasi mengenai insiden yang
terjadi di unit, adanya diskusi mengenai cara mencegah agar insiden tidak
Universitas Indonesia
141
Pada saat pengumpulan data, kuesioner yang disebar bersifat self administered
questionnaire. Hal ini dikarenakan peneliti tidak dapat melakukan
pendampingan pada saat pengisian kuesioner oleh responden karena alasan
kesibukan responden sehingga terdapat beberapa kuesioner yang tidak diisi
lengkap oleh responden dan terdapat pula kuesioner yang hilang sehingga
Universitas Indonesia
142
Universitas Indonesia
143
BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahsan, dapat disimpulkan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mayoritas perawat dan bidan di rawat inap RS Budhi Asih Jakarta 2015 sudah
patuh dalam penerapan kewaspadaan Universal/Standar
Hal ini ditunjukkan dari proporsi responden yang patuh (56,5%) dibandingkan
yang tidak patuh (43,5%). Pernyataan pegawai patuh antara lain membuang
peralatan/benda tajam ke dalam container benda tajam (98,6%), mencuci
tangan setelah melepaskan sarung tangan (98,6%), memakai sarung tangan
disposable (94,2%), memakai masker (81,1%), membuang sampah infeksius
ke dalam plastic infeksius (95,6%), menghapus spills dengan desinfektan
(85,5%), tidak makan dan minum (92,7%) dan hati-hati menggunakan scapel
atau benda tajam lainnya (92,8%). Akan tetapi kepatuhan perawat dan bidan
akan tidak recapping jarum suntik (57,9%), patuh pemakaian google (33,3%)
dan memakai kain pelindung/celemek hanya 49,2%.
143
138
Universitas Indonesia
144
8.2. Saran
Setelah melakukan analisis hasil penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal
antara lain:
Universitas Indonesia
145
Universitas Indonesia
146
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian
selanjutnya yaitu pengukuran kepatuhan terhadap penerapan kewaspadaan
universal/standard dan budaya keselamatan pasien di RS Budhi Asih
Jakarta
Universitas Indonesia
147
DAFTAR PUSTAKA
ACSN Health and Safety Commission. (1993). Organising for Safety, ACSN Study
Group on Human Factors Third Report, London, HMSO.
Aditama, T.Y. (2002). Manajemen administrai rumah sakit. (Edisi 2). Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Agency for healthcare research 2 and Quality (AHRQ) Rockville, MD. (2011).
Organizational Culture Distinguishes Top Performing Hospitals in Patient Outcome
from Heart Attack: Research Activities, June 2011, No. 370.
http://www.ahrq.gov/news/newsletters/researchactivities/jun11
Agency for healthcare research and Quality (AHRQ) Rockville, MD. (2012). Survey
on Patient Safety Culture, http://www.ahrq.gov/professionals/quality-
patientsafety/patientsafetyculture/index.html
Atlas S, et.al. (2012). Shifting patient safety into high gear. Crico journal
Bates, D.W. et.al. (1995). Incidence of adverse drug events and potential adverse
drug events, The Journal of American Medical Association, 274 (1) 29-34.
http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/274/1/29
Universitas Indonesia
148
Center for advancing healh. (2010). A new definition of patient engagement : what is
engagement and why is it important? Journal of center for advancing health.
Dejoy, David M. (1996). Theoritical Models of Health Beahvior and Workplace self
protective behavior. Journal of safety research, 27 (2):61-71.
Depkes (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).
Bakti Husada.
Depkes (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (Edisi 2). Jakarta:
The Author.
Dewi SC. (2011). Hubungan fungsi manajemen kepala ruang dan karakteristik
perawat dengan penerapan keselamatan pasien dan perawat di IRNA I RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta. Jakarta: FIK UI.
Universitas Indonesia
149
Fleming, M (2006). Patient safety culture measurement and improvement: a "how to"
guide. Health Care Quarter, 8(1), 14-19. http://www.chsrf.ca
Flynn, E.(2004). Crossing the quality chasm: a new system for 21th century, USA:
National Academies Press. htp://cart.nap.edu/cart/pdfaccess.cgi?&record_id=10027
Foley, M. (2004). Caring for those who care. A tribute to nurses and their safety.
Online Jourbal of Issues in Nursing. Vol 9 No. 3.
Gershon, Robyn R.M, et.al. (1995). Compliance with universal precautions among
health care workers at three regional hospital. AJIC Am J Infect Control, 23:225-
236.
Gottlieb, S. 2003. Patient are at risk because of nurses'long hours, says report.
http://www.bmj.com
Henriksen, K., Dayton, E., Keyes, M.A., Carayon, P., Hughes, P., (2008)
Understanding adverse event: a human factors framework. Dalam Hughes R.G (Ed).
Patient safety and quality: an evidence based handbook for nurses. Rockville: US
Department of Health and Human Services.
Hikmah,S. (2008). Persepsi staf mengenai patient safety di IRD RSUP Fatmawati.
Skripsi. Jakarta: FKM-UI
Hughes, R.G (2008). Patient safety and quality: an evidence-based handbook for
nurses. Rockville MD: Agency for Healthcare Research and Quality Publications.
http://www.ahrq.gov/QUAL/nursehdbk/
Institute of Medicine. (2000). To err is human: building a safer health system. USA.
Jeffs, L., Law, M., & Baker, G. R (2007). Creating reporting & learning cultures in
health-care organizations. The Canadian Nurse, 103(3), 16.
Universitas Indonesia
150
Kirk, S., Parker, D., Claridge, T., Esmail, A., & Marshall, M (2007). Patient Safety
Culture in Primary Care : Developing a Theoritical Framework for Practical Use.
Journal of Quality Safety Health Care. 16 th edition. p 313-320.
Myers, S., et.al. (2010). Safety concern of hospital based new to practice registered
nurses and their preceptor. The journal of continuing education in nursing, 41(4).
National Patient Safety Agency (NPSA). (2004). Seven step to patient safety: the full
reference guide. London: National Patient Safety Agency
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Indonesia
151
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta:
EGC.
Prochaska JO and Prochaska JM. Behavior change. Jones and Barlett learning
Pronovost PJ, Goeschel CA, Marsteller JA, Sexton JB, Pham JC, Berenholtz SM.
(2009). Framework for patient safety research and improvement. Circulation.
Reason, J (2000). Human error: models and management. Journal BMJ, 320.
Reiling, J.G (2006). Creating a culture of patient safety through innovative hospital
design. Journal Advanced in Patient Safety, 2(20), 1-15.
Universitas Indonesia
152
Resfi YN, Siti Rahmalia HD, Jumaini. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku perawat terhadap upaya pencegahan infeksi luka post operasi pada pasien
bedah ekstremitas bawah. Riau : FIK Universitas Riau.
Rosyada, SD. (2014). Gambaran budaya keselamatan pasien pada perawat unit rawat.
Jakarta: FKIK UIN
Runciman, W.B., Baker, G.S., Michel, P., Dovey, S., Lilford, R.J., Jensen, N., et.al.
(2010). Tracing the foundation of conceptual framework for patient safety ontology.
Qual Saf health Care 2010;19.
Sammer Cristine, L. K., Sigh Karan, Mains Douglas (2009). "What is Patient Safety
Culture? A review of the Literature." Journal of Nursing Scholarship. 42(2): 156.
Sedlak, C. (2004). Overview and summary nurse safety: Have we addressed the risk?
Online Journal of Issues in Nursing. Vol 9. No.3.
The National Patient Safety Agency. 2004. Seven steps to patient safety: the full
reference guides. http://www.nrls.npsa.nhs.uk
Trinkoff, A.M., Brown, J.M., Caruso, Lipscomb, J.A., Johantgen, M., Nelson, A.L.,
et.al. (2007). Personal safety for nurses. http://www.ahrq.gov
Universitas Indonesia
153
World Health Organization (2007). The nine patient safety solutions. Geneva.
Yahya, A. (2006). Konsep dan program patient safety. Disampaikan pada konvensi
nasional mutu rumah samit ke VI. Bandung.
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 1
Setelah membaca dan mendengar penjelasan tentang penelitian ini, saya memahami
bahwa keikutsertaan saya sebagai responden penelitian bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit ini. Saya memahami bahwa peneliti
menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dan saya menyadari bahwa
penelitian ini tidak berdampak negatif bagi saya.
Dengan menandatangani surat persetujuan ini, saya secara sukarela bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Jakarta,
……………………….
( )
KUESIONER BUDAYA KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Mohon kesediaan Saudara mengikuti survei ini. Kuesioner ini dilakukan untuk
mengetahui persepsi Saudara tentang keselamatan pasien, kesalahan medis dan
pelaporan kejadian di rumah sakit Saudara.
Jawaban Saudara diperlukan hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan
mempengaruhi kondite Saudara. Oleh karena itu kami mengharapkan Saudara dapat
mengisi kuesioner ini dengan jujur sesuai dengan keadaan/suasana di unit tempat
Saudara bertugas di RS.Budhi Asih.
Daftar Istilah
“Keselamatan Pasien Rumah Sakit” adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan
pasien lebih aman. Yang meliputi *assesmen risiko, *identifikasi & pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, *pelaporan&analisis insiden, *kemampuan belajar dari
insiden& tindak lanjutnya serta *implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
“Insiden Keselamatan Pasien (IKP)” adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan/berpotensi mengakibatkan harm (penyakit,cedera,cacat, kematian dll) yang
tidak seharusnya terjadi.
1.“Kondisi Potensial Cedera-KPC” (situasi atau kondisi yang perlu dilaporkan) : suatu
situasi / kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi
insiden. contoh: - IGD yang sangat sibuk tetapi jumlah personil selalu kurang/understaffed -
penempatan defibrilato di UGD ternyata diketahui bahwa alat tersebut rusak, walaupun
belum diperlukan.
2."Kejadian Nyaris Cedera-KNC" : terjadinya insiden yang belum sampai terpapar/ terkena
pasien contoh: - unit transfusi darah sudah terpasang pada pasien yang salah, tetapi
kesalahan tersebut segera diketahui sebelum transfusi dimulai.
3. "Kejadian Tidak Cedera- KTC" : suatu insiden yang sudah erpapar ke pasien tetapi
tidak timbul cedera contoh:- darah transfusi yang salah sudah dialirkan tetapi tidak timbul
gejala inkompatibilitas.
Dalam kuesioner ini, yang dimaksud dengan "unit" adalah tempat kerja dimana Anda
menggunakan sebagian terbesar waktu kerja Anda atau melakukan sebagian besar pelayanan
klinis di tempat tersebut. Dimana unit kerja utama Anda di rumah sakit ini?
o UGD
o Kamar bersalin
o Kamar Operasi
o Ruang perawatan
o Poliklinik
o lainnya................
Mohon berikan jawaban Anda yang menunjukkan setuju atau tidaknya Anda terhadap
pernyataan berikut
1. BUDAYA KETERBUKAAN
2. BUDAYA KEADILAN
3. BUDAYA PELAPORAN
5. BUDAYA INFORMASI
Mohon berikan penilaian Anda tentang keselamatan pasien di unit kerja Anda
o A Sempurna
o B Sangat Baik
o C Dapat diterima
o D. Buruk
o E. Gagal
Bagian C: Jumlah kejadian yang Dilaporkan
Dalam 12 bulan terakhir, berapa banyak laporan kejadian yang Anda/unit Anda tuliskan dan
laporkan
1. Pendidikan terakhir :
a. SPK/SLTA c. S1 e. Lainnya,
sebutkan……….…
b. Diploma d. S2
c. 40-59 jam per minggu f. 100 jam per minggu atau lebih
Berikut ini adalah uraian mengenai penerapan kewaspadaan universal dalam Unit. Pilihlah
salah satu jawaban sesuai kondisi sebenarnya di lapangan.
TIDAK
No URAIAN JARANG KADANG2 SERING SELALU
PERNAH
1 Saya membuang
peralatan/benda tajam ke
dalam container benda tajam
Tulis komentar Anda mengenai budaya keselamatan pasien, dukungan pimpinan, pelaporan
insiden keselamatan pasien dan pelaksanaan kewaspadaan universal (universal precautions)
di rumah sakit Anda:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
No Nama
Responden e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 e9 e10 e11 Total Max Skor
1 boby 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 55 0
2 erika 4 4 3 3 3 4 4 4 4 5 4 42 55 0
3 ulfa 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 41 55 0
4 titis 5 5 3 5 3 5 5 4 5 5 5 50 55 1
5 bagus 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 3 50 55 1
6 nunung 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 3 49 55 1
7 yeni 5 5 3 5 3 5 5 4 5 5 5 50 55 1
8 roby 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 3 50 55 1
9 shanti 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 5 46 55 1
10 roma 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 5 46 55 1
11 imam 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 3 50 55 1
12 Marini 5 5 2 5 1 3 5 5 5 5 5 46 55 1
13 ina 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 1 47 55 1
14 arie 5 5 2 5 3 3 5 5 5 5 1 44 55 0
15 ike 5 5 2 5 3 4 5 5 5 5 4 48 55 1
16 an 5 5 3 5 2 4 5 5 5 5 4 48 55 1
17 menah 5 5 1 5 1 3 5 5 5 5 3 43 55 0
18 dini_w 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 55 0
19 siti_pur 5 5 3 5 2 5 4 4 1 2 1 37 55 0
20 nur_a 5 5 1 5 1 3 5 5 5 5 3 43 55 0
21 erni_s 5 5 1 5 1 3 5 5 5 5 3 43 55 0
22 rosmery 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 55 1
23 tri_l 5 5 3 5 2 5 5 5 5 5 3 48 55 1
24 dina 5 5 1 5 1 5 4 4 4 4 2 40 55 0
25 nuraini 5 5 2 5 2 5 5 5 5 1 5 45 55 0
26 ana 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 1 49 55 1
27 sri_pang 5 5 3 5 5 5 4 5 1 5 4 47 55 1
28 sanah 5 5 3 5 1 5 5 1 1 5 5 41 55 0
29 lis 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 55 1
30 andri 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 55 0
31 puji 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43 55 0
32 hotma 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 55 0
33 lulu 5 5 3 4 2 4 5 4 4 5 4 45 55 0
34 dina 5 5 2 5 1 5 5 5 5 5 5 48 55 1
35 wulansar 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 51 55 1
36 siska 5 5 2 4 2 4 4 3 4 5 4 42 55 0
37 Ge 5 5 1 5 1 5 5 4 5 5 5 46 55 1
A. Budaya keterbukaan
Cases
Count
kepatuhan
tinggi 21 36 57
Total 30 39 69
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.22.
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.22.
B. Budaya keadilan
Cases
Count
kepatuhan
tinggi 5 3 8
Total 30 39 69
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 69
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.48.
C. Budaya Pelaporan
Cases
Count
kepatuhan
tinggi 7 0 7
Total 30 39 69
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 69
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.04.
D. Budaya Belajar
Cases
Count
kepatuhan
tinggi 24 35 59
Total 30 39 69
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 69
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.35.
E. Budaya Informasi
Cases
Count
kepatuhan
tinggi 20 24 44
Total 30 39 69
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.87.