Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan kegiatan

pelayanan kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu organisasi yang melalui tenaga

medis professional, yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen,

menyelenggarakan pelayanan kedokteran dan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yang

dibina. (Trisnantoro; 2005)

Kepemimpinan adalah masalah relasi antara pemimpin dan para anggota yang

dipimpin. Kepemimpinan pada umumnya berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin

untuk mengajak (persuasi) dan menggerakkan orang lain secara bersama-sama guna

melakukan sesuatu, demi tercapainya suatu tujuan tertentu. Dengan adanya pemimpin

maka akan terwujud suatu interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-

individu yang dipimpin, dengan kata lain terealisasi relasi interpersonal (Kartono,

2002 ).

Pemimpin yang efektif sanggup mempengaruhi para pengikutnya untuk

mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada

tujuan dan misi organisasi (Gary Yukl, 2004). Hal ini membawa konsekuensi bahwa

setiap pemimpin berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalam

Universitas Sumatera Utara


membina, menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi karyawan di

lingkungannya agar dapat mewujudkan stabilitas organisasi dan peningkatan

produktivitas yang berorientasi pada tujuan organisasi

Menurut Lodge dan Derek (2003) menyebutkan perilaku pemimpin memiliki

dampak signifikan terhadap sikap, perilaku dan kinerja karyawan. Efektivitas

pemimpin dipengaruhi karakteristik bawahannya dan terkait dengan proses

komunikasi yang terjadi antara pemimpin dan bawahan. Pimpinan dikatakan tidak

berhasil apabila tidak dapat memotivasi, menggerakkan dan memuaskan karyawan

pada suatu pekerjaan dan lingkungan tertentu. Pemimpin yang cakap tentunya dapat

melakukan pantauan langsung serta mengarahkan dan memberikan masukan positif

bagi pegawainya, hal ini akan memunculkan minat pegawai untuk bekerja lebih giat

dan menghasilkan hasil kinerja yang maksimal.

Kinerja adalah kualitas hasil karya personil baik kualitas maupun kuantitas

dalam suatu organisasi.Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja

kelompok personil.Penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada personil yang

memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan

jajaran personil dalam organisasi. (Ilyas 2001)

Menurut Gibson et al (2006), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi

kinerja, yaitu (1) Variabel individual, terdiri dari: kemampuan dan keterampilan:

mental dan fisik, latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian, demografis:

umur asal-usul, jenis kelamin, (2) Variabel organisasional, terdiri dari: sumber daya,

Universitas Sumatera Utara


kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan, dan (3) Variabel psikologis:

persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.

Setiap organisasi memiliki gaya kepemimipinan dan fungsi kinerja yang

berbeda-beda yang tercermin dalam mutu pelayanan. Salah satunya adalah organisasi

bidang pelayanan medis yaitu rumah sakit.Rumah Sakit dalam memberikan

pelayanan melibatkan berbagai kelompok profesi dengan berbagai latar pendidikan

untuk mencapai tujuan kesehatan, dan kelompok keperawatan merupakan salah satu

komponen profesi di Rumah Sakit yang dianggap sebagai kunci dari keberhasilan

suatu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena perawat harus selalu

berada disamping pasien, sentuhan dan asuhan keperawatan dirasakan pasien sejak

masuk Rumah Sakit sampai pada waktu akan pulang (Sumijatun, 2010)

Kinerja perawat tergambar dari tugas perawat yang dilakukan sehari-hari

dalam bekerja yaitu memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien

dimulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis

keperawatan, menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan proses

keperawatan sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan akhirnya

mendokumentasikan hasil keperawatan sebagaimana tercantum dalam standar

operational procedur. Selain itu pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk

pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis,

sosiologis, spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan

masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

Universitas Sumatera Utara


kehidupan manusia, oleh karena itu perawat dituntut untuk mempunyai tingkat

pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sehingga dapat memberikan pelayanan

kesehatan secara optimal bagi masyarakat (Soeroso, 2002).

Asuhan keperawatan dalam sebuah rumah sakit pada umumnya rendah atau

kurang berkualitas, berarti hal yang sangat signifikan untuk dipertanyakan adalah

bagaimana pola kepemimpinannya, selanjutnya sejauh mana intervensi pimpinan

dalam menata dan memanage asuhan keperawatan, sehingga mutu dan kualitas

pelayanannya sangat memuaskan yang akhirnya tidak menimbulkan keluhan pada

masyarakat dalam segi pelayanan dan asuhan keperawatan.

Begitu juga halnya yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Sibuhuan. Rumah sakit ini terletak di Kabupaten Padang Lawas merupakan daerah

pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada dibagian tenggara Provinsi

Sumatera Utara.Tujuan RSUD Sibuhuan adalah menjadi rumah sakit yang memiliki

pelayanan ungulan. Pelayanan unggulan adalah sebuah konsep penyelenggaraan

pelayanan kesehatan menyangkut Standar Prosedur Operasional, Standar Pelayanan

Medis dan Standar Asuhan Keperawatan yang lebih efektif dan efisien, cepat dan

tepat serta dapat memberikan kepuasan optimal bagi pasien. Pelayanan unggulan

yang ditawarkan kepada customer (masyarakat) diselenggarakan dengan

mempertimbangkan indikator pelayanan rawat inap dan rawat jalan, keadaan

geografi, demografi dan sosial ekonomi, local specifics dan lain-lain, yang

kompatibel dengan aspek kapabilitas rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Gambaran organisasi struktural di RSUD Sibuhuan sebagai berikut :

Direktur

Sub Bagian
Tata Usaha

Seksi Seksi Pelayanan


Pelayanan dan Penunjang Medik dan
Keperawatan Non Medik

Kelompok Jabatan
Fungsional

Gambar 1.1. Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan

Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan masih rendah dilihat dari

angka rata-rata pemanfaatan tempat tidur, lama rawatan dan status rawatan.

Berdasarkan laporan kinerja RSUD Sibuhuan tahun 2011 - 2012, diketahui rata-rata

pemakaian tempat tidur BOR (Bed Occupancy Rate) 31,01 %, Nilai parameter dari

BOR ini idealnya antara 60-85 %. Rata-rata lamanya penderita dirawat LOS (Length

Of Stay) 3,5 hari, Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari. Lamanya tempat

tidur tidak dipakai TOI (Turn Over Interval) 14,48 hari, Idealnya tempat tidur kosong

hanya dalam waktu 1-3 hari.dan frekuensi pemakain tempat tidur BTO (Bed Turn

Universitas Sumatera Utara


Over) 32,4 kali, Idealnya selama satu tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali. (Depkes RI, 2010).

Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa BOR di RSUD Sibuhan masih

dinilai rendah karna tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu hanya

31,1%. Dari keterangan di atas tampak bahwa kinerja pelayanan RSUD Sibuhuan

untuk tahun 2011-2012 masih jauh dari nilai parameter ideal.

Pencapaian kinerja ini belum maksimal dapat berkaitan dengan kinerja

perawat secara langsung. Perawat di RSUD Sibuhuan terdiri dari 83 orang perawat

dengan pembagian ruang kerja untuk bagian rawat inap sebagai berikut :

Tabel 1.1. Tenaga Keperawatan di RSUD Sibuhuan

No Nama Ruangan Bed Jumlah


1 Rawatan Umum 17 14
2 Rawatan Bedah 8 17
3 Kelas I 10 18
4 VIP 5 15
5 Ruang Anak 10 19
Total 50 83
Sumber Data : Sub Bag TU RSUD Sibuhuan

Menurut kepala perawat di RSUD Sibuhuan bahwa keluhan yang diterima

dari kepala ruangan mengenai kondisi perawat yang bertugas di ruang rawat inap,

khususnya saat mereka bekerja pada shift malam. Perawat sering datang terlambat

sehingga operan pasien tidak berjalan dengan baik, pencatatan dan pelaporan pasien

oleh perawat kepada kepala ruangan yang tidak lengkap. Fungsi pengkajian yang

berjalan masih kurang teratur seperti observasi pasien rawat inap jarang dilakukan

Universitas Sumatera Utara


bahkan beberapa perawat hanya melakukan kunjungan apabila pasien memerlukan

bantuan saja, pemeriksaan riwayat kesehatan juga jarang dilakukan dan jarang

melakukan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

Sejalan dengan hal tersebut dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti di

RSUD Sibuhuan dengan cara memberikan kuesioner kepada keluarga pasien diruang

rawat inap ditemukan bahwa keluarga pasien merasa bahwa perawat jarang

melakukan kunjungan kepada pasien di ruang rawat, jarang menanyakan keluhan

ataupun perkembangan kesehatan pasien, mengecek kondisi pasien seringnya hanya

ketika ada dokter yang melakukan pemeriksaan saja.

Dilihat dari keluhan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan asuhan

keperawatan belum berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti motivasi perawat yang

rendah, kesadaran perawat untuk bekerja sesuai peraturan yang berlaku dan dapat

juga karena fungsi kepemimpinan dari kepala ruangan yang rendah sehingga

pelaksanaan tugas asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik.

Dari hasil wawancara dengan 4 orang perawat diruang rawat inap mengenai

kepemimpinan kepala ruangan diperoleh hasil wawancara bahwa 2 orang perawat

mengatakan bahwa kepemimpinan yang ditunjukkan kepala ruangan bersikap otoriter

dimana hanya menginstruksikan pekerjaan saja tanpa mengevaluasi hasil, membuat

jadwal jaga dan jarang menanyakan masalah-masalah kerja. Sedangkan 2 perawat

lagi mengatakan bahwa kepala ruangan menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan

asuhan keperawatan kepada perawat dan jarang melakukan koordinasi dengan

Universitas Sumatera Utara


perawat pelaksana. Dari data diatas diperoleh bahwa gaya kepemimpinan kepala

ruangan cenderung bersifat pasif dan tidak responsif terhadap apa yang dikerjakan

pengikutnya. Kepemimpinan kepala ruangan masih belum mampu mendukung

perawat dalam melaksanakan tugas secara optimal, kepala ruangan kurang dalam

membimbing perawat dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan sehingga

berdampak pada pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum berjalan dengan

baik.Padahal demi kelancaran pelaksanaan kerja di rumah sakit sangat diperlukan

kerja sama yang baik antara perawat dan pemimpin sehingga kegiatan dirumah sakit

dalam berjalan dengan lancar.

Dengan demikian, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh

gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat di RSUD Sibuhuan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi

masalah penelitiannya adalah bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Sibuhuan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Sibuhuan.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan dalam

merenecanakan kepemimpinan yang tepat terhadap pelaksanaan asuhan

keperawatan.

2. Sebagai bahan studi kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di

program studi ilmu kesehatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai