1. Jelaskan tentang Patient Reported Outcome dan Patient Reported Outcome Measures?
Patient Reported Outcome ( PRO ) adalah hasil yang dilaporkan berupa hasil kesehatan yang
langsung dilaporkan oleh pasien yang mengalaminya. Berbeda dengan hasil yang dilaporkan oleh
orang lain, seperti hasil yang dilaporkan dokter , hasil yang dilaporkan perawat , dan sebagainya.
Metode PRO ini contohnya seperti kuesioner , digunakan dalam uji klinis atau pengaturan klinis
lainnya, untuk membantu lebih memahami kebenarannya atau efektivitas pengobatan.
Penggunaan PRO digital, atau hasil elektronik yang dilaporkan pasien (ePRO), sedang meningkat
dalam pengaturan penelitian kesehatan saat ini.
Patient Reported Outcome ( PRO )adalah istilah umum yang mencakup berbagai macam
pengukuran potensial, tetapi secara khusus mengacu pada "pelaporan diri" oleh pasien. Data PRO
dapat dikumpulkan melalui kuesioner yang dikelola sendiri, yang diisi sendiri oleh pasien, atau
melalui wawancara pasien. Yang terakhir hanya akan memenuhi syarat sebagai PRO, namun, jika
pewawancara mendapatkan pandangan pasien dan tidak menggunakan tanggapan untuk
membuat penilaian profesional atau penilaian dampak pengobatan pada kondisi pasien. Dengan
demikian, PRO digunakan sebagai sarana mengumpulkan perspektif hasil pasien - bukan klinis -
atau lainnya. Perspektif yang dilaporkan pasien dapat menjadi aset penting dalam mendapatkan
perawatan atau persetujuan obat .
Kuesioner PRO yang dirancang dengan baik harus menilai karakteristik tunggal yang
mendasari atau, jika membahas beberapa karakteristik, harus berupa sejumlah skala
yang masing-masing membahas karakteristik tunggal. "Karakteristik" pengukuran ini
disebut konstruk dan kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkannya, disebut
instrumen, ukuran, alat timbangan, atau alat ukur. Biasanya, alat PRO harus menjalani
validasi dan pengujian ekstensif.
Kuisioner dapat bersifat umum (dirancang untuk digunakan pada populasi penyakit
apa pun dan mencakup aspek luas dari konstruk yang diukur) atau ditargetkan dengan
kondisi tertentu (dikembangkan secara khusus untuk mengukur aspek-aspek hasil yang
penting bagi orang dengan kondisi medis tertentu).
Dalam uji farmakologi klinis, PRO digunakan sebagai salah satu ukuran hasil primer
atau untuk melengkapi ukuran hasil primer. Ketika uji klinis melibatkan kondisi di mana
tidak ada pengukuran hasil yang objektif, seperti tingkat morbiditas atau biomarker
untuk gejala, dan di mana hasil hanya dapat diamati secara subjektif kepada pasien
dalam hal dampak, PRO dapat digunakan sebagai ukuran hasil utama.
PRO juga digunakan untuk melengkapi hasil primer seperti survival rate dan
biomarker karena mereka mencerminkan komponen penting bagi pasien dan dapat
mencakup laporan pasien tentang gejala dan indeks lain seperti kualitas hidup. Oleh
karena itu, PRO dapat digunakan sebagai hasil primer atau sebagai hasil sekunder dari
suatu penelitian, sedangkan PROM adalah ukuran PRO, seperti kualitas hidup.
Ruang lingkup PRO
Patient Reported Outcome Measures (PROM) adalah alat atau instrumen yang digunakan
untuk mengukur PRO. Alat-alat ini dapat mengukur status kesehatan pasien seperti
kualitas hidup terkait kesehatan. Alat-alat ini sering berupa kuesioner yang diisi sendiri
(oleh pasien).
PROM dapat mencakup instrumen atau alat yang mengukur status fungsional,
kualitas hidup terkait kesehatan, gejala dan dampak gejala, pengalaman pribadi atas
asuhan, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan seperti kecemasan dan
depresi. Mereka dapat bersifat umum atau spesifik penyakit.
PROM yang lebih luas memeriksa aspek-aspek yang sesuai dengan berbagai kondisi
yang berbeda dan memungkinkan perbandingan di berbagai kondisi medis ini untuk
membantu dalam evaluasi dan penerapan metode baru dalam memberikan perawatan
dan pemerataan pemberian layanan.
PROM yang lebih luas, seperti EuroQol EQ-5D, juga memungkinkan analisis
efektivitas biaya sebagai bagian dari analisis utilitas biaya untuk memeriksa biaya
intervensi terkait kesehatan dan manfaat yang dihasilkannya dalam terminologi usia
harapan hidup dalam kesehatan penuh.
PROM spesifik penyakit memiliki ukuran validitas dan kredibilitas yang lebih besar
daripada PROM generik, tetapi perbandingan ini tidak selalu dapat dilakukan di berbagai
kondisi. Seringkali, studi klinis menggunakan kombinasi PROM generik dan spesifik
penyakit. Misalnya, sebuah penelitian yang melibatkan pasien asma dapat mencakup
PROM 'kontrol asma' (spesifik penyakit) bersama dengan PROM generik seperti EuroQol
EQ-5D sebagai ukuran kualitas hidup.
Pada tahun 1975, profesi medis di Swedia menetapkan penggunaan luas PROM
dengan menggunakan database klinis spesifik penyakit yang dikenal sebagai register
kualitas.
Peningkatan penggunaan PROM ini telah mencapai puncaknya pada PRO yang
memperoleh kredibilitas yang lebih besar di antara badan pengatur yang bertujuan untuk
menstandarisasi penggunaan dan interpretasi mereka dalam uji klinis. Misalnya, baik
Badan POM AS dan Badan POM Eropa telah merilis pedoman yang mengamanatkan
penggunaan PROM untuk mendukung penetapan klaim.
Sejak 2009, telah menjadi kewajiban di Inggris untuk menggunakan PROM untuk
melaporkan hasil untuk pasien bedah elektif tertentu sebagai metode pengumpulan
informasi tentang efektivitas perawatan pasien dalam NHS dari perspektif pasien.
Adopsi wajib dari PROM ini telah didorong oleh pemerintah Inggris untuk
memungkinkan perbandingan layanan kesehatan dan untuk mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan dari pemberian layanan kesehatan, mendorong peningkatan kualitas,
menginformasikan pengawasan, dan mempromosikan pilihan. Departemen Kesehatan
juga merilis pedoman pada standar nasional (dalam NHS) untuk pengumpulan rutin wajib
PROM yang melibatkan beberapa prosedur bedah elektif.
Terakhir, meluasnya penggunaan dan kelayakan PROM telah dibatasi oleh proses
pengumpulan, analisis, dan penyajian data PROM yang memakan waktu dan mahal
dalam format kertas konvensional. Internet membuka banyak peluang untuk membantu
meningkatkan kelayakan dan keefektifan biaya dari pengumpulan dan pengumpulan data
PROM dan pengalaman pasien.
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering
terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya.
Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan. Hal tersebut
diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit
dan kekurangan gizi.
Terapi gizi yang menjadi salah satu factor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien
harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan satatus gizi dan kesehatan masyarakat baik dalam maupun diluar rumah
sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang
bergerak di bidang gizi.
c. Penyelenggaraan makanan
Kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit salah satunya adalah Asuhan Gizi. Asuhan
Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi pasien.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
3. Jelaskan Perbedaan tugas dan fungsi dokter spesialis gizi klinik dengan dietesen atau
nutrisionis ?
Definisi
Ahli gizi adalah tenaga spesialisi yang bertugas memberikan saran dan informasi
kepada pasien tentang penatalaksanaan gizi dan masalah kesehatan, terlibat dalam
diagnosis dan pengobatan masalah kesehatan yang terkait gizi dan nutrisi.
Ahli gizi merupakan profesi khusus, yakni orang yang mengabdikan diri dalam bidang
gizi serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui suatu pendidikan khusus
di bidang gizi. Ahli gizi memiliki peran penting terutama dalam mengatur gizi pada
kelompok khusus, termasuk penderita kanker, diabetes, penyakit ginjal, atau pada ibu
hamil, juga masyarakat secara keseluruhan.
Tak hanya mempelajari bagaimana zat-zat gizi dicerna, diserap, digunakan, disimpan,
dan dikeluarkan oleh tubuh, ilmu gizi klinik juga mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan zat-zat gizi dengan kesehatan serta penyakit-penyakit terkait gizi
(nutrition–related diseases), baik akut maupun kronis. Selain itu, ilmu gizi juga
mempelajari keterkaitannya dengan proses metabolisme dalam aspek kesehatan
preventif (pencegahan penyakit), kuratif, dan rehabilitatif.
Dokter spesialis gizi adalah dokter yang bertugas menangani kondisi pasien dan
memperbaiki status gizi pasien sesuai kebutuhan dan kondisi penyakitnya. Sedangkan
ahli gizi lebih berperan dalam menentukan porsi dan jenis makanan, memberikan edukasi
seputar gizi, serta membantu pasien dalam menjalani pola makan sehat. Patut diingat,
meski memiliki tanggung jawab dan peran di bidang yang sama, dokter spesialis gizi dan
ahli gizi tidaklah sama.
Banyak dari kita yang salah kaprah memaknai istilah ahli gizi sama dengan dokter
spesialis gizi. Padahal, meski sama-sama tenaga gizi, wewenang dan kompetensi
keduanya jelas berbeda.
Ahli gizi dan atau ahli madya gizi adalah seseorang pakar nutrisi yang berkompetensi
memberikan informasi tentang gizi, serta rekomendasi makanan dan pola makan sehat
kepada masyarakat pada umumnya. Latar belakang pendidikan ahli gizi adalah Diploma
III, sedangkan kategori ahli gizi dengan latar belakang pendidikan S1 dikenal dengan
nama sarjana gizi dan ahli gizi.
Sedangkan dokter spesialis gizi adalah dokter spesialis yang fokus menangani
masalah kesehatan pasien terkait gizi, serta memberikan terapi medis gizi sesuai kondisi
pasien dan berorientasi pada riwayat penyakit dan keadaan umum pasien. Latar belakang
pendidikannya adalah dokter umum yang sudah menyelesaikan pendidikan magister (S2)
gizi dan menjalani pendidikan spesialisasi ilmu gizi klinik selama 6 semester.
Ilmu gizi klinik sendiri adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara
makanan dan asupan nutrisi di dalamnya dengan kesehatan dan penyakit-penyakit
terkait gizi serta kondisi medis tertentu. Mulai dari penyakit akut maupun kronis, serta
proses penuaan (degeneratif). Ilmu gizi klinik digunakan dalam aspek pencegahan,
penyembuhan, dan pencegahan komplikasi berlanjut dari suatu penyakit.
Ahli gizi memiliki wewenang merumuskan asupan gizi yang Anda butuhkan untuk
mendukung kesehatan Anda, sedangkan dokter spesialis gizi punya wewenang lebih.
Dokter spesialis gizi tidak hanya merumuskan asupan nutrisi, tapi juga melakukan terapi
medis lainnya terkait kondisi pasien, misalnya meresepkan obat-obatan, suplemen, atau
tindakan medis yang terkait gizi dan kondisi pasien.
Tak jarang, dokter spesialis gizi akan bekerja sama dengan dokter spesialis lain dalam
menangani kondisi pasien, misalnya dokter bedah dan dokter penyakit dalam. Dokter
spesialis gizi juga berperan penting dalam memajukan kesehatan masyarakat melalui
upaya edukasi dan promosi kesehatan, khususnya di bidang gizi.
Kewenangan Klinis
Dalam hal ini, seorang dokter spesialis gizi klinik harus memiliki kompetensi yang
sesuai dengan bidang kerjanya, yakni memberikan penatalaksanaan nutrisi seperti:
Memberikan pelayanan konsultasi gizi, edukasi gizi, dan tata cara diet.
Menentukan status gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi, dan
status gizi.
Menegakkan diagnosis penyakit terkait masalah gizi berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat medis yang dilakukan.
Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan menghitung
kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang
sesuai dengan kondisi pasien.
Merancang dan mengubah susunan diet, dan menerapkannya mulai dari
perencanaan menu hingga saran penyajian makanan.
Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi hingga menyelenggarakan administrasi pelayanan
gizi.
Kondisi Kesehatan Khusus yang Memerlukan Ahli Gizi dan Spesialis Gizi
Tak hanya membantu merencanakan pola dan menu makan terbaik untuk program
diet atau penurunan berat badan serta tubuh yang lebih sehat, konsultasi ke ahli gizi
mungkin perlu dilakukan oleh sekelompok orang dengan kondisi kesehatan tertentu,
seperti:
Diabetes.
Kanker.
Malnutrisi, baik karena gizi buruk ataupun obesitas.
Gangguan sistem kekebalan tubuh.
Penyakit pada sistem pencernaan.
Penyakit jantung.
Tekanan darah tinggi.
Kolesterol tinggi.
Penyakit ginjal dan hati.
Kehamilan dan menyusui.
Meliputi gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia. Penderita gangguan makan
seringkali mengalami malnutrisi dan dehidrasi berat yang berbahaya bagi
kesehatannya. Selain diobati oleh psikiater, perbaikan status gizi pada penderita
gangguan makan juga lazimnya ditangani oleh dokter spesialis gizi.
4. Apa yang anda ketahui tentang konsep keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses
asuhan ?
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan pasien, dan merupakan perawat utama
bagi pasien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan
pasien di rumah sakit. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak
diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan pasien harus dirawat kembali
(kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat pasien di rumah sehingga memungkinkan pasien tidak
kambuh atau dapat dicegah.
Sebuah survei yang dilakukan di rumah sakit Amerika Serikat mengenai praktek
pasien dan keterlibatan pasien dan keluarga pasien dalam mengelola pasien di rumah
sakit menunjukkan hal yang luar biasa. Hasilnya pasien dan keluarga pasien yang
dilibatkan dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam perawatan dan
menjadikan pasien sebagai mitra dapat meningkatkan optimalisasi kesembuhan pasien,
selain itu dengan melibatkan anggota keluarga seperti berpartisipasi dalam koordinasi
keperawatan sangat penting.
Beberapa rumah sakit mengizinkan pasien untuk membawa alat komunikasi yang
perlu digunakan. Hal ini juga terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit
Amerika serikat bahwa dengan keterlibatan pasien maupun anggota keluarganya dalam
merawat dan memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk berkunjung ke
rumah sakit lebih lama dapat menguragi resiko kecemasan yang berlebihan yang diderita
oleh pasien. Tentunya hal ini dapat dirasakan jika penderita merasakan adanya dukungan
sosial dari orang-orang sekitarnya, merasa dirinya dihargai, diperhatikan dan dicintai.
Contohnya adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa di rawat di rumah sakiy
maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya datang berkunjung. Dengan
kunjungan tersebut maka orang yang sakit atau pasien ini tentu merasa mendapat
dukungan sosial sehingga secara tidak langsung dapat mempercepat kesembuhan
Keluarga yang akan menerima penderita di rumah sepulang dari rumah sakit. Begitu
siap dipulangkan keluarga menerima estafet pengelolaan penderita di rumah sebagai
kelanjutan pengelolaan di rumah sakit. Karena itu selama di rumah sakit keluarga berhak
atas informasi pengobatan, perawatan, dan penanganan lainnya terhadap penderita.
Karena itu bertanya kepada pihak rumah sakit merupakan hak keluarga untuk
memperoleh informasi tersebut. Keluarga perlu perlu mulai membuka dan menjalin
'kedekatan' dengan personel rumah sakit untuk keperluan ini.
Standar Akreditasi terkait keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses asuhan
Standar HPK
- HPK 1 Ada regulasi bahwa rumah sakit bertanggung jawab dan mendukung hak
pasien dan keluarga selama dalam asuhan.
- HPK 2 Rumah sakit menetapkan regulasi dan proses untuk mendukung partisipasi
pasien dan keluarga di dalam proses asuhan.
- HPK 2.1 Pasien diberitahu tentang semua aspek asuhan medis dan tindakan.
- HPK 2.2 Pasien dan keluarga menerima informasi tentang penyakit, rencana
tindakan, dan DPJP serta para PPA lainnya agar mereka dapat memutuskan tentang
asuhannya.
- HPK 2.3 Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak dan
tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau tidak
melanjutkan pengobatan.
- HPK 2.4 Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak
pelayanan resusitasi, menunda, atau melepas bantuan hidup dasar (do not
resucitate/DNR).
- HPK 5.1 Rumah sakit menetapkan regulasi pelaksanaan persetujuan khusus
(informed consent) oleh DPJP dan dapat dibantu oleh staf yang terlatih dengan
bahasa yang dapat dimengerti sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- HPK 5.2 Persetujuan khusus (informed consent) diberikan sebelum operasi,
anestesi (termasuk sedasi), pemakaian darah dan produk darah, tindakan dan
prosedur, serta pengobatan lain dengan risiko tinggi yang ditetapkan oleh regulasi
rumah sakit.
- HPK 5.3 Rumah sakit menetapkan proses dalam konteks peraturan perundang-
undangan siapa pengganti pasien yang dapat memberikan persetujuan dalam
persetujuan khusus (informed consent) bila pasien tidak kompeten.
Standar ARK
- ARK 1.3 Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien dan memberi
tahu pasien jika terjadi penundaan dan kelambatan pelaksanaan
tindakan/pengobatan dan/atau pemeriksaan penunjang diagnostik.
- ARK 2.1 Saat admisi, pasien dan keluarga pasien dijelaskan tentang rencana
asuhan, hasil yang diharapkan dari asuhan, dan perkiraan biayanya.
Standar AP
- AP 1 EP 4 Ada bukti keterlibatan keluarga dalam melengkapi asesmen awal.
Standar PAP
- PAP 2.4 Pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan dan pengobatan
termasuk hasil asuhan yang tidak diharapkan.
Standar MKE
- MKE 2 Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk mendapatkan pelayanan.
Peran CASE MANAJER terkait keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses asuhan
CASE MANAJER adalah “Liaison” atau penghubung antara :
- Rumah Sakit
- Tim Profesional Pemberi Asuhan
- Pasien-Keluarga
- Pembayar
Titik Penting wajib melakukan komunikasi dengan keluarga pasien
• Saat Pasien Masuk Rumah Sakit.
• Pada proses pembuatan Discharge Planning Dan saat Keluar Rumah Sakit.
• Sebelum Melakukan Prosedur.
• Saat Terjadi Perubahan yang bermakna pada kondisi pasien terutama yang
mengancam jiwa.
• Saat pengambilan keputusan DNR.
• Atas permintaan pasien atau keluarga atas persetujuan pasien.
Keberhasilan Discharge
Planning Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa keberhasilan tindakan
discharge planning dapat dilihat dari kemampuan pasien dalam tindakan keperawatan
lanjutan secara aman dan realistis setelah keluar rumah sakit dan dapat dilihat dari
kesiapan untuk menghadapi pemulangan Ada beberapa indikator untuk menilai
keberhasilan dalam Discharge Planning antara lain : bahwa pasien dan keluarga dapat
memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan pengobatan ketika
pulang, antisipasi perawatan tingkat lanjut, dan respons jika terjadi kegawatan,
Pendidikan khusus pada keluarga dan pasien untuk memastikan perawatan yang tepat
setelah pasien pulang, terlaksananya koordinasi dengan sistem pendukung di
masyarakat, untuk membantu pasien dan keluarga membuat koping terhadap perubahan
dalam status kesehatan, serta melakukan relokasi dan koordinasi sistem pendukung atau
memindahkan pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.
Unsur Discharge Planning
Menurut Discharge Planning Association (2008) mengemukakan bahwa unsur
perencanaan pemulangan meliputi informasi pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi
untuk kontrol, pengobatan di rumah yang mencakup resep obat baru, daftar obatyang
harus tersedia saat di rumahdan yang harus dihentikan. Form informasi obat pada
Discharge Planning berisi daftar nama obat, dosis, frekuensi dan efek samping yang dapat
terjadi pada pasien. Selain itu, pada form discharge planning juga berisi tentang
kebutuhan pemeriksaan penunjang medis yang dianjurkan beserta persiapannya.
Informasi mengenai pilihan gaya hidup, perubahan aktivitas dan latihan, diet yang
dianjurkan dan pembatasannya, petunjuk perawatan diri misalnya perawatan luka,
pemakaian obat juga dapat dituliskan dalam form discharge planning.