Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN PERAN BED MANAGEMENT OFFICER (BMO) DENGAN

WAKTU TUNGGU RAWAT INAP (BOARDING TIME)


DI UNIT GAWAT DARURAT RS SANTA MARIA
PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN

ERLINA PERANGIN-ANGIN
NIM. 163120006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2018
HUBUNGAN PERAN BED MANAGEMENT OFFICER (BMO) DENGAN
WAKTU TUNGGU RAWAT INAP (BOARDING TIME)
DI UNIT GAWAT DARURAT RS SANTA MARIA
PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Pendidikan Sarjana Keperawatan

ERLINA PERANGIN-ANGIN
NIM.163120006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2018
HUBUNGAN PERAN BED MANAGEMENT OFFICER (BMO) DENGAN
WAKTU TUNGGU RAWAT INAP (BOARDING TIME) DI UNIT
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT SANTA MARIA PEKANBARU

ERLINA PERANGIN-ANGIN
NIM.163120006

Proposal Penelitian ini Telah disetujui


Tanggal, April 2018
Pembimbing

Ns. Emulyani , M.Kep

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.KMB


NIDN : 1001058102
HUBUNGAN PERAN BED MANAGEMENT OFFICER (BMO) DENGAN
WAKTU TUNGGU RAWAT INAP (BOARDING TIME) DI UNIT
GAWAT DARURAT RS SANTA MARIA
PEKANBARU

Proposal Penelitian ini Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan tim


penguji Proposal Program Sarjana Keperawatan STKes Payung Negeri
Pekanbaru

ERLINA PERANGIN-ANGIN
NIM.163120006

Pekanbaru, April 2018

Pembimbing Ketua Penguji Penguji

Ns. Emulyani , M.Kep

Mengesahkan,

Sekolah Tinggi S1 Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru


Ketua,

Ns. Hj. Deswinda, S.kep,M.Kes


NIDN : 1024027001
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Erlina Perangin-Angin
NIM : 163120006
Program Studi : Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Judul Proposal : Hubungan Peran Bed Management Officer (BMO) dengan
Waktu Tunggu (Boarding Time) di UGD RS Santa Maria
Pekanbaru

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Penelitian yang saya tulis


ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pemikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya
sendiri
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Proposal ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya tersebut.

Pekanbaru, April 2018


Yang membuat pernyataan

Erlina Perangin-angin
161320006
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga penyusunan proposal dengan judul
hubungan “ Hubungan Peran Bed Management Officer (BMO) dengan Waktu
Tunggu ( Boarding Time ) di Unit Gawat Darurat RS Santa Maria Pekanbaru”
Proposal penelitian ini disusun penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Payung Negeri Pekanbaru Program S1 Ilmu Keperawatan Tahun 2018.
Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Ns.Hj.Deswinda,S.Kep,M.Kes., selaku ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru yang telah memberikan ijin untuk terlaksananya penyusunan
penelitian ini.
2. Ibu Ns. Sri Yanti, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB, selaku ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
3. Ibu Nn. Emulyani, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Ibu...... selaku dosen penguji I
5. Ibu .......selaku dosen penguji II
6. Seluruh Staf Dosen beserta karyawan dan karyawati STIKes Payung Negri
Pekanbaru yang telah banyak memberi pengetahuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
7. Dokter Arifin selaku direktur RS Santa Maria Pekanbaru yang telah
mengijinkan dan memberikan data serta informasi untuk penelitian ini.
8. Teristimewa ucapan trimakasih kepada suami, anak-anak saya,serta kedua
morangtua saya karena selalu memberikan dorongan semangat, motivasi,
kasih sayang serta doa yang tiada henti bagi penulis.
9. Teman-teman seperjuangan program B Santa Maria yang telah menjadi
rekan selama di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan motivasi dan dukungan doanya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas
segala amal baik yang telah diberikan kepada penulis. Dalam penyusunan
proposal ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pekanbaru, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ........................................................................... ii

HALAMAN SAMPUL JUDUL/ DALAM .......................................................... 3

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. 4

HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................. 5

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 6

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 8

DAFTAR TABEL .................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ............................................ Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.

1. Tujuan Umum.......................................... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan Khusus ......................................... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.

1. Institusi Tempat Penelitian ...................... Error! Bookmark not defined.

2. Institusi Pendidikan ................................. Error! Bookmark not defined.

3. Penelitian Selanjutnya ............................. Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................. Error! Bookmark not defined.

B. Penelitian Terkait ........................................ Error! Bookmark not defined.

C. Kerangka Konseptual .................................. Error! Bookmark not defined.


D. Hipotesis......................................................Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......... Error! Bookmark not defined.

A. Jenis dan Desain Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................... Error! Bookmark not defined.

C. Populasi dan Sampel ................................... Error! Bookmark not defined.

D. Instrumen Penelitian.................................... Error! Bookmark not defined.

E. Definisi Operasional.................................... Error! Bookmark not defined.

F. Etika Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.

G. Prosedur Pengumpulan Data ....................... Error! Bookmark not defined.

H. Analisa Data ................................................ Error! Bookmark not defined.

1. Analisa Univariat ..................................... Error! Bookmark not defined.

2. Analisa Bivariat ....................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR TABEL

Tabel 1 :
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 3
1. Tujuan Umum……………………………………………….. 3
2. Tujuan Khusus………………………………………………. 3
D. Manfaat penelitian……………………………………………… 3
1. Institusi Tempat Penelitian………………………………….. 3
2. Institusi Pendidikan………………………………………… 3
3. Penelitian Selanjutnya………………………………………. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 5

A. Tinjauan Teoritis…………………………………………………. 5
1. Konsep Pelayanan Unit Gawat Darurat……………………… 5
2. Waktu Tunggu……………………………………………….. 7
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Waktu Tunggu Pelayanan
Gawat Darurat………………………………………………….7
B. Penelitian Terkait………………………………………………….. 8
C. Kerangka Konseptual…………………………………………….. 8
D. Hipotesis………………………………………………………….. 9
1. Hipotesis Kerja ( ha )………………………………………… 9
2. Hipotesis null ( ho )……………………………………………9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 10


A. Jenis dan Desain Penelitian……………………………………….10
B. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………. 10
C. Populasi dan Sample………………………………………………10
1. Populasi…………………………………………………….....10
2. Sample………………………………………………………...10
D. Instrumen Penelitian………………………………………………11
E. Defenisi Operasional……………………………………………. 11
F. Etika Penelitian………………………………………………….. 12
1. Informed consent……………………………………………. 12
2. Anonimity ( tanpa nama )…………………………………… 13
3. Confidentiality ( kerahasiaan )………………………………. 13
G. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………….. 13
1. Tahap Persiapan……………………………………………… 13
2. Tahap Pelaksanaan……………………………………………13
H. Analisa Data …………………………………………………… 14
1. Pengolahan Data…………………………………………… 14
2. Analisa Data………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat ( UU
Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 1 ayat1.
Dalam menyelengarakan pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki pintu
utama yang salah satunya adalah pelayanan gawat darurat. Dari UU
Republik Indonesia No 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tersebut menyatakan
bahwa penyelenggaran pelayanan gawat darurat merupakan salah satu
tanggung jawab rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki standar pelayanan
gawat darurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan respon cepat
dan penanganan yang tepat ( Permenkes no 856 tahun 2009 ). Gawat darurat
adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan
jiwanya ( akan menjadi cacat atau mati ) bila tidak mendapatkan
pertolongan segera ( Permenkes no 145 tahun 2007 ).

Unit Gawat Darurat (UGD) adalah area didalam rumah sakit yang
dirancang dan di gunakan untuk memberikan standar perawatan gawat
darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak (
Queenslan Health ED, 2012 ). Unit ini memiliki tujuan utama yaitu untuk
menerima, melakukan triase, menstabilisasi dan memberikan pelayanan
kesehatan akut untuk pasien termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi
dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australian College for
Emergency Medicine, 2014). Pelayanan gawat darurat merupakan system
yang kompleks dalam pelayanan rumah sakit, diperlukan alat kerja yang
tepat sehingga mampu mengelola dengan baik keterkaitan dan saling
bergantungnya antara tenaga kesehatan, alur kerja, kebutuhan akan
penunjang dan semua komponen tersebut saling berkaitan.
Masalah yang sering terjadi di Unit Gawat Darurat adalah
penumpukan pasien, hal ini merupakan salah satu akibat dari
ketidakmampuan mengelola alur yang komplek. The College Of Emergency
Medicine (2012) menyimpulkan beberapa penyebab terjadinya
overcrowding di ruang Unit Gawat Darurat yaitu prosedur pelayanan,
respon dari tim rawat inap, tata letak, kapasitas jumlah tempat tidur, jumlah
pasien, jumlah dan kemampuan staf Unit Gawat Darurat. Penumpukan
pasien di Unit Gawat Darurat dapat menyebabkan lamanya waktu tunggu
pasien untuk di rawat inap. Lama waktu tunggu di Unit Gawat Darurat dapat
juga menyebabkankan keterlambatan transfer ke ICU dan kesalahan
pengobatan. Salah satu dimensi mutu pelayanan kesehatan adalah akses
terhadap pelayanan yang di tandai dengan waktu tunggu pasien.
Boarding Time adalah lamanya waktu tunggu rawat inap dari UGD
sampai masuk ke ruang rawat inap, diidentifikasi sebagai penyumbang
utama terjadinya penumpukan pasien di UGD ( United States General
Accounting Office 2003, Hoot & Aronsky 2008, Pines et.al, 2011).
Ketidakseimbangan jumlah pasien dan ketersediaan ruang rawat dapat
berakibat pada memanjangnya waktu tunggu atau masa rawat pasien di Unit
Gawat Darurat. Hal tersebut berdampak pada bertambahnya aktivitas dan
beban kerja perawat selama pasien menunggu ketersediaan ruang rawat inap
di ruang UGD ( Erlan Nurmansyah dkk, 2014). Menurut Ilyas (2011),
sampai saat ini belum ada standar yang dapat menjadi rujukan waktu
pelayanan. Penelitian tentang berapa lama waktu tunggu pasien yang
dirawat inap dari UGD sulit ditemukan, khususnya di Indonesia diperlukan
penelitian yang cukup tentang waktu tunggu pelayanan baik yang mencakup
rumah sakit pemerintah, swasta maupun rumah sakit non profit, sehingga
dengan banyak variasi bias memperlihatkan dalam waktu tunggu karena
adanya perbedaan karakteristik, sarana dan prasarana serta kualitas
pemberi pelayanan.
Salman (2016) dalam penelitiannya di Amerika Serikat dengan judul
Improving Emergency Departement Patient Flow: Queuing Theory and
Practical Application of Split Flow, menampilkan data rata-rata waktu
tunggu selama penangan di Unit Gawat Darurat sampai di rawat inap
berkisar antara 2 jam 56 menit (176 menit) sampai 3 jam 36 menit (216
menit). Penelitian lain yang telah di publikasikan pada tahun 2015 yang
dilakukan oleh Pengyi Shi et.al, 2012 tentang Model and Insights for
Hospital Inpatient Operations : Time Dependent ED Boarding Time,
ditampilkan data bahwa lamanya waktu tunggu rawat inap berbeda
tergantung dari jam pelayanan, dimana rata-rata waktu tunggu rawat inap
pasien di National University Hospital (NUH) Singapore adalah 2.82 jam
(169 menit), tetapi bila dilihat pada jam pelayanan pada 07.00-10.00 maka
rata-rata waktu tunggunya menjadi 4 jam (240 menit), dan 30 persen
diantaranya mengalami keterlambatan waktu tunggu sampai 6 jam (360
menit). Sedangkan penelitian tentang berapa lama waktu tunggu pasien yang
dirawat inap dari Unit Gawat Darurat di RSUD Cengkareng Jakarta Barat
tahun 2012 rata-rata waktu pelayanan pasien UGD untuk masuk rawat inap
berdasarkan status triase pasien gawat darurat adalah 119,4 menit dan pasien
gawat tidak darurat adalah 108,5 menit ( UI Library-Tesis (Membership),
2012).
Standar waktu tunggu pasien yang masuk di Unit Gawat Darurat
Rumah Sakit Santa Maria adalah 60 menit. Lama waktu tunggu rawat inap
(Boarding Time) di Unit Gawat Darurat RS Santa Maria Pekanbaru pada
periode bulan Januari sampai bulan Februari 2018 didapatkan data dari 100
orang pasien maka di peroleh waktu tunggu ≥ 60 menit dengan persentase
60%, sedangkan waktu tunggu ≤ 60 menit persentase 40%. Tingginya
angka waktu tunggu rawat inap (boarding time) dari UGD >60 menit
selama evaluasi tahun 2018, tentunya berdampak pada kualitas layanan
terutama dalam hal kecepatan pelayanan dan juga keselamatan pasien.
Dampak dari overcrowding di ungkapkan The College Of
Emergency Medicine (2012) diantaranya meningkatnya beban kerja,
kelelahan staf, kecemasan pasien, medical error, inefficiency, terabaikannya
pasien safety, dan terhambatnya pelayanan. Efek penumpukan pasien di
Unit Gawat Darurat juga mengakibatkan resiko kesalahan medis (
khususnya kesalahan pengobatan) pada pasien sakit kritis bias terjadi di
UGD selama pasien masuk di UGD dapat menyebabkan menurunkan
tekanan darah dan oksigenasi, aritmia jantung dan disfungsi multi-organ
(Richardson & Mountain, 2009). Selain dampak pada kualitas, pelayanan
tepat waktu dan kepuasan pasien. Penumpukan pasien di Unit Gawat
Darurat juga berdampak terhadap psikologis petugas UGD, sebagai
penyebab utama stress dengan beban kerja dan penumpukan pasien di Unit
Gawat Darurat(Healy & Tyrreii, 2011). Lama waktu tunggu di UGD yang
disebabkan oleh kepadatan pasien, juga dapat menyebabkan keterlambatan
transfer ke ICU dan kesalahan pengobatan. Kesalahan pengobatan ini dapat
terjadi karena rasio perawat-pasien yang kurang sehingga ketidakmampuan
perawat untuk mengelola obat yang diberikan dengan benar dan kelelahan
perawat akibat tingginya volume pasien (Marija Djokovic, 2012). Bernstein
et al. (2009) melaporkan angka kematian pada pasien ICU yang ditransfer
dari UGD setelah lebih dari 6 jam adalah 17,4%, dibandingkan saat pasien
dipindahkan dalam waktu kurang dari 6 jam adalah 12,9%.
Upaya penanganan waktu tunggu yang terlalu lama di Unit Gawat
Darurat telah dilakukan untuk mengatasi masalah penumpukan pasien di
Unit Gawat Darurat, antara lain dengan intervensi yang paling umum adalah
metode aliran tertentu ( PSF atau Pasien Spesific Flow ) yaitu metode yang
memisahkan pasien dengan kondisi darurat atau tidak, triase cepat (RT atau
Rapid Triase ) yaitu melakukan proses triase simultan. Petugas di Triase (
PIT atau Provider In Triase yaitu dengan menempatkan dokter atau perawat
di area triase di UGD, koordinator aliran BMO dan penggunaan
pemeriksaan penunjang langsung di Unit Gawat Darurat (POC atau Poin Of
Care), (Susan L. Flaming. (2015). Seamus O. Murphy, 2012 (departemen
Darurat, Universitas Rumah Sakit Kansas, Kansas City, KS) melakukan
penelitian dengan konsep jalur cepat (di mana memisahkan pasien sesuai
kondisi darurat oleh dokter atau perawat
BMO adalah petugas klinis berpengalaman yang bertanggung jawab
untuk memfasilitasi jalannya alur pasien melalui UGD dari mulai masuk
selama diagnostic sampai pengalihan (Susan L.Flaming, 2015). Pelaksanaan
BMO merupakan intervensi dalam mengatur aliran keluar masuk pasien
UGD, meningkatkan kepuasan pasien dan kinerja keuangan ( Bayley et
al,2005). Pentingnya pelaksanaan BMO terletak pada potensi peran ini
berdampak pada potensi efisiensi operasional, perbaikan keuangan dan
kepuasan pasien. Perbaikan dalam hal tersebut secara efektif akan
memposisikan UGD lebih ekonomis dan pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan, yang dapat membantu meringankan beban kepadatan pasien
dan menempatkan UGD yang lebih baik untuk bersaing dalam lingkungan
kesehatan. ( Hsai et al.,2011). Peran BMO aktif dalam fase aliran keluar dan
masuk pasien Unit Gawat Darurat (Throughput model ) di mulai dengan
kedatangan pasien, memfasilitasi triase serta pengobatan secara efisien
serta tepat waktu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data di atas, dapat digambarkan bahwa boarding time di Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Santa Maria masih lama atau belum
mencapai tandar. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah Bagaimana hubungan peran Bed Managemen
Officer (BMO) dengan waktu tunggu rawat inap (Boarding Time) di Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui hubungan peran Bed Management Officer ( BMO)
dengan waktu tunggu Rawat Inap ( Boarding Time )di Unit Gawat
Darurat Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui gambaran peran BMO di Unit Gawat Darurat RS
Santa Maria Pekanbaru .
b. Mengetahui gambaran waktu tunggu di Unit Gawat Darurat RS
Santa Maria Pekanbaru.
c. Menganalisa hubungan peran BMO dengan waktu tunggu
Rawat Inap (Boarding Time ) di Unit Gawat Darurat RS Santa
Maria Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
1. Institusi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan
bagi Rumah Sakit terhadap peran dan fungsi BMO dalam meningkatkan
pelayanan waktu tunggu Rawat Inap di Unit Gawat Darurat RS
Santa Maria .
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Dengan hasil dari penelitian ini nantinya dapat menambah wawasan
atau menjadi referensi yang bermanfaat sehingga dapat di
pergunakan untuk Penelitian lebih lanjut serta sebagai bahan evaluasi
untuk pendidikan Keperawatan.
3. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat di gunakan untuk menerapkan ilmu yang di
peroleh selama pendidikan dan menambah wawasan. Dan juga
dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian
selanjutnya, serta perbandingan ilmu bagi peneliti lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Pelayanan UGD
a. Pengertian Pelayanan Gawat Darurat
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa
dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU N0. 44 tahun 2009
tentang RS). Pelayanan gawat darurat ( emergency care ) adalah
bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita
dalam waktu segera (immediately) untuk menyelamatkan
kehidupannya (life saving). Unit kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat
( emergency unit ).
Menurut AHA ( American Heart Association ) yang
dikutip dari Herkutanto (2008) pengertian tentang gawat darurat
adalah: An emergency is any condition that in the opinion of the
patient, his family, or whoever assumes the responsibility of
bringing the patient to the hospital requires immediate medical
attention. This condition continues until a determination has been
made by a health care professional that the patient,s life or well
being is not threatened. Pelayanan yang dilakukan di UGD
melibatkan berbagai sub prosedur alur yang dilalui oleh pasien,
mulai dari pendaftaran, bertemu dengan dokter spesialis, perawat,
pelayanan laboratorium, pemeriksaan radiologi, unit rawat inap,
dan lain sebagainya. Meskipun ada upaya mengoptimalkan
performa kerja dari masing-masing unit tersebut, tetapi tanpa
mempertimbangkan tujuan yang lebih luas, maka mungkin saja
tujuan dari performa kerja secara keseluruhan di UGD dapat
tercapai akan menjadi sulit.

Pelayanan gawat darurat ( emergency care ) adalah


pelayanan UGD yang optimal melalui pelayanan yang cepat, tepat
dan professional dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan
sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian dan
dapat memberikan pelayanan terbaik kepada anda dan keluarga
yang teristimewa ( time saving is live saving ).

b. Standar Unit Gawat Darurat Rumah Sakit


Menurut (Keprmenkes RI No.856/Menkes/SK/IX/2009
bahwa standar Unit Gawat Darurat suatu Rumah Sakit terdiri dari,
Standar 1 : Falsafah dan Tujuan, Unit Gawat Darurat dapat
memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang
menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan
standar kriteria, rumah sakit menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat secara terus menerus selama 24 jam, ada Unit Gawat
Darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit
pelayanan lainnya di rumah sakit, ada kebijakan / peraturan /
prosedur tertulis tentang pasien yang tidak tergolong akut gawat,
adanya evaluasi tentang fungsi Unit Gawat Darurat di sesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Standar 2 : administrasi dan
pengelolaan, UGD harus dikelola dan diintegrasikan dengan unit
lainnya di rumah sakit, ada dokter yang terlatih sebagai kepala
UGD yang bertanggungjawab atas pelayanan di UGD, ada perawat
sebagai penanggungjawab pelayanan keperawatan gawat darurat,
standar 3 : Evaluasi dan pengendalian mutu, ada ketentuan tertulis
tentang managemen informasi medis ( prosedur ) rekam medis.
Semua pasien yang masuk harus melalui triase,triase harus
dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah /
berpengalaman, triase sangat penting untuk penilaian kegawat
daruratan pasien dan pemberian pertolongan sesuai dengan derajat
kegawatannya.
Tujuan pelayanan gawat darurat,seperti disebutkan dalam
Kepmenkes RI No. 856/ Menkes /SK /IX/2009 adalah :
1) Mencegah cacat dan kematian pada pasien gawat darurat
sehingga dapat hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.
2) Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan
memperoleh penanganan yang lebih memadai
3) Menanggulangi korban bencana
4) Melakukan korban musibah masal dan bencana yang terjadi di
dalam maupun diluar rumah sakit.
5) Mampu memberikan layanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan masalah medis akut
c. Prinsip umum pelayanan UGD
Sedangkan prinsip umum UGD berdasarkan Depkes (2010) :

1) Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat


yang memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi
2) Layanan di UGD Rumah Sakit harus dapat memberikan
pelayanan 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
3) Rumah Sakit tidak bisa membuat uang muka saat sedang
menangani kasus darurat.
4) Pasien gawat darurat harus paling lama lima menit sampai di
UGD
5) Setiap Rumah Sakit wajib dilakukan untuk menyesuaikan
pelayanan gawat darurat minimal sesuai dengan klasifiksai.
d. Alur Proses Pelayanan Pasien di Unit Gawat Darurat
Alur pasien yang efisien mampu memaksimalkan seberapa
banyak pasien yang ditangani di UGD, dan memperkecil
keterlambatan di setiap proses yang dilalui, tanpa adanya
penurunan dari mutu layanan yang diberikan. Pengelolaan yang
efektif dalam alur pasien di UGD dan juga alur UGD yang
berkaitan dengan rawat inap sangatlah penting untuk pemberian
pelayanan pasien yang bermutu dan menjaga keselamatan pasien (
Begley et al 2014).
Seperti dikutip pada Hospital Based Emergency Care : at
the Breaking Point ( 2010) penumpukan pasien di Unit Gawat
Darurat mengakibatkan ancaman yang serius terhadap mutu
pelayanan , keselamatan pasien dan lamanya waktu tunggu di
UGD. Faktor-faktor internal yang menyebabkan penumpukan
pasien di Unit Gawat Darurat salah satunya akibat dari tidak
efisiensinya pengelolaan alur di rumah sakit. Keterbatasan sarana
dan prasarana rumah sakit diantaranya seperti tempat tidur rawat
inap , sumber daya manusia dan alat kesehatan merupakan faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya penumpukan di karenakan
memanjangnya waktu tunggu di UGD akibat terhambatnya akses
ke ruang rawat inap.
2. Boarding Time
Boarding Time adalah waktu yang di pergunakan oleh pasien
untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan dan rawat inap dari tempat
pendaftaran sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter ( Depkes RI,
2007). Sedangkan menurut (United States General Accounting Office
Pines et.al., 2011) defenisi dari Boarding Time adalah lamanya waktu
tunggu rawat inap dari Unit Gawat Darurat sampai masuk ke ruang
ranap, sebagai penyumbang utama terjadinya penumpukan pasien di
Unit Gawat Darurat. Keterlambatan pelayanan merupakan dampak
dari tidak sesuainya antara kebutuhan permintaan dan kapasitas yang
dimiliki. Adanya ketidaksesuaian ini bisa bersifat sementara karena
adanya variable alamiah, seperti terjadinya wabah tertentu Waktu
tunggu dapat berbeda-beda, tergantung dari rentang waktu saat
memulai sampai saat mengakhiri suatu pengamatan dan penelitian.
Menurut Azwar yang dikutip oleh Virgin (2000, p.2) waktu tunggu
merupakan salah satu aspek mutu dilihat dari dimensi pelanggan.
Lamanya waktu tunggu dapat dipengaruhi beberapa hal seperti:
keluarga pasien tidak ada atau tidak ditempat, tidak siap dengan biaya,
fasilitas rumah sakit belum memadai, bahan dan obat habis, serta lain-
lain (Mashuri, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Harris & Sharma (2010) yang
mengukur lamanya waktu tunggu di UGD yang memerlukan rawat
inap, menyatakan bahwa waktu transfer ke rawat inap adalah 2-4 jam
sebagai waktu rata-rata yang menjadi target pencapaian untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan kasus
kritis, serta dalam upaya memberikan tempat bagi UGD untuk
melayani kasus akut pasien berikutnya.

Menurut Ilyas ( 2011), sampai saat ini belum ada standar yang
dapat menjadi rujukan waktu pelayanan. Sebaiknya diadakan
penelitian yang cukup luas dan mencakup varian rumah sakit yang
ada. Diperlukan penelitian yang cukup tentang waktu tunggu
pelayanan baik yang mencakup rumah sakit pemerintah , swasta
maupun rumah sakit non profil, sehingga dengan banyak variasi bisa
memperlihatkan variasi dalam waktu tunggu karena adanya perbedaan
karakteristik , status , prasarana , sarana dan kualitas pemberi
pelayanan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Waktu Tunggu Pelayanan


Gawat Darurat
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Fenny Virgin waktu
tunggu pasien UGD dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a) Faktor pasien ( pola kedatangan pasien, jenis kasus dan tingkat


kegawatan, kemampuan financial).
b) Faktor petugas / sumber daya manusia di rumah sakit ( Respon
time, kecepatan pelayanan )
c) Ketersediaan alat, baik medis, maupun non medis
d) Ketersediaan obat
e) Prosedur pelayanan gawat darurat
f) Unit lain yang terkait dengan pelayanan gawat darurat
Menurut skala triase nasional Australia,untuk pasien yang
memerlukan resusitasi harus segera ( immediate) ditangani, pasien
gawat darurat dalam 10 menit, pasien urgent dalam 30 menit, pasien
semi urgent dalam 60 menit, pasien non urgent dalam 120 menit. (
Pardede,Hanibal,2000 ). Seperti yangdi kutip dari Ilyas (2011) bahwa
sampai saat ini belum ada standart yang dapat menjadi rujukan waktu
pelayanan. Penelitian tentang berapa lama waktu tunggu pasien yang
dirawat inap dari Unut Gawat Darurat sulit ditemukan, khususnya di
Indonesia. Data survey penelitian oleh The Emergency Departement
Benchmarking Allianc (EDBA) di Amerika Serikat, lama waktu tunggu
pasien di UGD paling tinggi sekitar 160 menit, dengan waktu terendah
65 menit, dengan kesimpulan lama waktu tunggu
di kutip dari Ilyas (2011) bahwa sampai saat ini belum ada
standart yang dapat menjadi rujukan waktu pelayanan. Penelitian
tentang berapa lama waktu tunggu pasien yang dirawat inap dari Unut
Gawat Darurat sulit ditemukan, khususnya di Indonesia. Data survey
penelitian oleh The Emergency Departement Benchmarking Allianc
(EDBA) di Amerika Serikat, lama waktu tunggu pasien di UGD paling
tinggi sekitar 160 menit, dengan waktu terendah 65 menit, dengan
kesimpulan lama waktu tunggu rata-rata 119 menit pada tahun 2012
telah menurun menjadi 112 menit pada tahun 2014. Penelitian lain yang
telah dipublikasikan pada 2015 yang dilakukan oleh Pengyi Shi
et.al,2012 tentang Models and Insights for Hospital Inpatient
Operation: Time Dependent ED Boarding Time, ditampilkan data
bahwa lamanya waktu tunggu rawat inap berbeda tergantung dari jam
pelayanan.
4. Pengertian Bed Management Officer ( BMO)
Bed Management Officer (BMO) adalah petugas klinis
berpengalaman yang bertanggung jawab untuk memfasilitasi jalannya
alur pasien melalui Unit Gawat Darurat dari masuk sampai peralihan.
(Susan l.Falming, 2015). Peran utama dari BMO adalah sebagai
penghubung antara unit rawat inap dan Unit Gawat Darurat, mengelola
proses penerimaan pasien baru di Unit Gawat Darurat, mempercepat
pemesanan tempat tidur dan proses penempatan pasien rawat inap
( Murphy SO, 2012 ). Tahap alur keluar dan masuk pasien Unit Gawat
Darurat dibagi menjadi 4 segmen :
a. Setibanya di Unit Gawat Darurat
b. Triase dan penempatan kamar
c. Evaluasi diagnostik dan pengobatan Unit Gawat Darurat
d. Penempatan pasien

1. Konsep Bed Management Officer (BMO)


Kehadiran “ bunout” sebuah konsep yang banyak di gunakan di
organisasi psikologi didefinisikan sebagai kelelahan emosional,
depersonalisasi dan rasa berkurang dari prestasi pribadi, tersebar luas
di kalangan perawat di UGD, dengan factor kontribusi tertinggi dari
lingkungan kerja yang ditandai dengan tingginya tuntutan akibat
kepadatan pasien dan kurangnya sumber daya yang memadai (O
Mahoney, 2011). Pelaksanaan BMO merupakan intervensi dalam
mengatur keluar masuk pasien UGD, meningkatkan kepuasan pasien
dan kinerja keuangan (Handel & McConnell,2008). Pengaruh dari
peran BMO ini diterapkan pada metric alur keluar dan masuk pasien
UGD (Throughtput) yaitu lama waktu tunggu pasien di UGD
(Disharge Length of Stay / DCLOS), persentase pasien yang batal
berobat di UGD (Left Without Being Seen / LWBS), dan persentase
pasien yang pulang tanpa menyelesaikan administrasi setelah di
periksa petugas medis (Elopement) (Susan L.Flaming, 2015). Ketiga
metrik tersebut berhubungan dengan efisiensi, kepuasan pasien,
keuangan, metric tersebut teridentifikasi sebagai tiga tantangan utama
dalam UGD yang secara langsung terkena dampak terhadap
penumpukan pasien, waktu tunggu dan overcrowding.
2. Uraian Tugas BMO
Uraian Tugas BMO adalah sebagai berikut :
a) Menempatkan pasien dan mengatur bed sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang berlaku,berkoordinasi dengan petugas
admission
b) Melakukan update data keberadaan kamar perawatan.
c) Memberikan informasi keberadaan kamar perawatan kepada
petugas admission.
d) Mengkoordinir alur bed di rumah sakit dengan menerapkan
pengkajian klinis pada saat proses pendaftaran.
e) Menjaga keselamatan pasien.
f) Bekerjasama dengan tim Pencegahan Pengendalian Infeksi ( PPI)
dalam menentukan status infeksi /non infeksi pasien dan
penempatannya secara tepat.
g) Bekerjasama dengan unit keperawatan untuk mempercepat proses
rawat inap.
h) Bekerjasama dengan Penanggung jawab ruangan untuk mengkaji
kebutuhan bed dan penempatan pasien yang efisien.
i) Bekerjasama dengan perawat ruangan untuk mempercepat proses
transfer.
j) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan atasan maupun bagian
lain sesuai dengan struktur organisasi.
B. Penelitian Terkait
Penelitian serupa pernah di lakukan oleh Pengyi Shi et.al, pada tahun
2012 tentang Models and Insights for Hospital Inpatient Operation: Time-
Dependent ED Boarding Time, ditampilkan data bahwa lamanya waktu
tunggu rawat inap berbeda tergantung dari jam pelayanan, dimana rata-rata
waktu tunggu rawat inap pasien di National University Hospital (NUH)
Singapore adalah 2.82 jam (169 menit), tetapi bila dilihat pada jam
pelayanan pada 07.00-10.00 maka rata-rata waktu tunggunya menjadi 4 jam,
dan 30% diantaranya mengalami keterlambatan waktu tunggu sampai 6 jam.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan Bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan
variable –variabel penelitian secara logis beberapa factor yang dianggap
penting untuk masalah ( Mardalis, 2014). Berdasarkan pola pemikiran diatas
maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel independen variabel dependen

Peran Bed Management Waktu Tunggu


Officer(BMO)

D. Hipotesis
1. Ho: Tidak terdapat hubungan antara Peran Bed Management (BMO)
dengan Waktu Tunggu pasien rawat inap di RS Santa Maria
Pekanbaru.
2. Ha: Terdapat hubungan antara Peran Bed Management Officer
(BMO) dengan Waktu Tunggu Pasien rawat inap RS Santa Maria
Pekanbaru.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan desain
penelitian Korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variable /
mengungkapkan hubungan korelatif antar variable, metode studi retrospektif
dan kuesioner, waktu dalam penelitian menggunakan pendekatan desain
Cross Secsional. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan antara
peran Bed Management Officer (BMO) dengan Waktu tunggu rawat inap (
Boarding Time ) di Unit Gawat Darurat RS Santa Maria Pekanbaru tahun
2018.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Di Unit Gawat Darurat RS Santa Maria
Alamat : Jalan A. Yani no 68 Pekanbru.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan
penyusunan hasil, hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Uraian Kegiatan Tahun 2018
Mar April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan (Pengajuan Judul
1
Skripsi)
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal Skripsi
Pelaksanaan, pengumpulan
4
dan pengolahan data
5 Penyusunan laporan skripsi
6 Seminar hasil skripsi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang masuk ke UGD


yang diputuskan rawat inap di Rumah Sakit Santa Maria.

2. Sampel
a. Prosedur Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dengan consecutive sampling yaitu
memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pe
milihan ,sampai jumlah yang diinginkan terpenuhi. Prosedur pe
ngambilan sampel adalah pasien yang masuk ke UGD RS Santa

Maria yang di putuskan untuk dirawat ditentukan berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah semua pasien UGD yang akan dirawat
Inap.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah pasien UGD yang dilakukan
observasi khusus di UGD karena kondisi status kesehatan
pasien.
b. Jumlah sampel
Rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan
Rumus Slovin yakni ukuran sampel yang merupakan
perbandingan dari ukuran populasi dengan persentasi kelonggaran
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini untuk populasi variable dependent yaitu
Waktu tunggu rawat inap ( Boarding Time )adalah pasien yang masuk ke Unit
Gawat Darurat yang diputuskan rawat inap ,sedangkan untuk polpulasi variable
independent yaitu peran Bed Managementg Officer ( BMO) adalah seluruh
perawat Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru 2017
2. Sample

Untuk pengambilan sample variable independent menggunakan metode


total sampling,sedangkan pengambilan sample variable dependent yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan metode minimum sampling karena penelitian ini
merupakan deskriptif korelasional.

Variabel Dependent :

Populasi (N) pada penelitian untuk variable dependent yaitu pasien yang masuk ke
Uit Gawat Darurat dan diputuskan untuk rawat inap. Agar karakteristik sample
tidak menyimpang dari populasinya ,maka sebelum dilakukan pengambilan sample
perlu ditentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian. Kriteria
Inklusi adalah semua pasien Unit Gawat Darurat yang akan dirawat inap.
Sedangkan kriteria Eksklusi adalah pasien Unit Gawat Darurat yang dilakukan
observasi khusus di Unit Gawat Darurat karena kondisi status kesehatan pasien.

Variabel Independent :

Sedangkan Populasi (N) pada penelitian untuk variable Independent yaitu seluruh
perawat Unit Gawat Darurat. Pada variable Independent ini ditetapkan kriteria
Inklusinya : perawat yang terdaftar sebagai tenaga keperawatan UGD di RS Santa
Maria Pekanbaru dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria Eklusi :
perawat yang sedang cuti dan perawat yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: lembar
pengumpulan data yang berisi mengenai jam pasien diputuskan rawat inap dan
jam diantar ke rawat inap .Data diperoleh dari buku register pasien Unit Gawat
Darurat RS Santa Maria Pekanbaru dan Rekam Medis pasien. Serta lembar
kuesioner yang terdiri dari pernyataan tentang uraian tugas BMO dan
lembar ceklist yang menggunakan skala Likert. Dimana apabila respon pada
pernyataan menjawab sangat tidak baik akan diberi nilai 1,tidak baik diberi nilai
2,baik diberi nilai 3 dan sangat baik diberi nilai 4.
E. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati,sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Putra,2012).

Defenisi Operasional merupakan penjelasan semua table dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian ( Setiadi,2012).
No Variabel Defenisi Cara Alat Skala
Operasional ukur ukur ukur

Variabel Independen
1. Peran Bed Peran yg dinilai Diukur dari Kuesioner Ordinal
Managem sesuai uraian uraian tugas
Officer tugas BMO dengan skor
(BMO) terhadap waktu sbb:
Tunggu rawat inap sangat baik=4
Di UGD RS Santa baik =3
Maria Pekanbaru tidak baik =2
Sangat tidak
baik = 1
Variabel Dependen
2. Waktu Lamanya waktu Observasi Lembar Interval
Tunggu tunggu rawat pengumpulan
Rawat inap rawat inap data penelitian
( Boarding Time ) dari UGD
sampai di
antar ke ruang rawat inap

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini ,peneliti mengajukan permohonan ijin kepada :


Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negri Pekanbaru dan meminta
ijin kepada Direktur Rumah Sakit Pekanbaru .Setelah mendapat persetujuan ,
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika
dalam penelitian.

1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)


Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan. Jika mereka
setuju maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti,maka peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data,cukup dengan
memberi kode berupa angka pada masing-masing lembar tersebut
3. Confidentiality ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijamin oleh peneliti ,
hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan
sebagai hasil Riset.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Data-data yang telah di peroleh dan terkumpul diolah melalui tahapan
berikut :
1. Tahap persiapan
a. Mengurus surat permohonan izin studi pendahuluan,dari STIKes
Payung Negeri Pekanbaru untuk RS Santa Maria Pekanbaru.
b. Meminta uzin kepada Direktur RS Santa Maria Pekanbaru,melalui
Diklat RS,untuk mengadakan studi pendahuluan
c. Melakukan studi pendahuluan dengan mendata lama waktu
tunggu ( boarding time ) pasien UGD yang dirawat inap pada
bagian keperawatan RS Santa Maria
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengurus surat permohonan izin penelitian dari STIKes Payung
Negeri
Kepada Direktur RS Santa Maria Pekanbaru
b. Menyiapkan dan mendata kembali kelengkapan dokumen
sebagai pendukung penelitian.
c. Mendata lama waktu tunggu pasien(boarding time ) yang diperoleh
dari buku register pasien UGD RS Santa Maria sesuai lembar
pengumpulan data penelitian.Data pasien yang diambil disesuaikan
dengan jam kerja dari BMO yaitu dari jam 07.00 wib s/d jam
14.00wib.

d. Menandatangani responden untuk pengisian kuesioner


dengan menjelaskan tujuan penelitian dan jaminan terhadap hak-
hak responden
e. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya
kepada responden.
f. Mengumpulkan kuesioner untuk diolah dengan system
komputerisasi
g. Membuat laporan hasil penelitian.

H. Analisa Data
1. Pengolahan data
Sebelum data yang didapat dianalisa, terlebih dahulu diolah
dengan cara sebagai berikut :
a. Editing
Setelah lembar pengumpulan data penelitian lama waktu tunggu rawat
inap diisi
Selanjutnya diperiksa kembali kelengkapan datanya. Begitu juga dengan
lembar kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung oleh
peneliti dan selanjutnya di periksa kelengkapan data apakah dapat
dibaca atau tidak dan kelengkapan isian. Jika isian belum lengkap
responden diminta untuk melengkapinya .
b. Coding
Untuk mempermudah peneliti dalam menentukan lama waktu tunggu
rawat inap pasien maka peneliti membedakannya sesuai kategori
cepat.Untuk data kuesioner peneliti memberi kode berupa angka pada
lembar kanan atas kuesioner
Coding ini dilakukan untuk pemberian kode pada identitas kuesioner.
c. Entry
Setelah data dikumpulkan data dimasukkan untuk selanjutnya diolah
kedalam analisa data ,menggunakan aplikasi SPSS.
d. Cleaning
Data yang sudah ada tadi dicek lagi kelengkapannya,jika data yang sudah
dimasukkan ternyata tidak lengkap ,maka sample dianggap gugur dan
diambil sample yang baru.
e. Processing
Selanjutnya data diproses dengan mengelompokan data kedalam variable
yang sesuai.
f. Scoring
Setiap jawaban responden diberi nilai ,setelah data terkumpul semua nilai
responden di totalkan.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran atau
deskripsi dari setiap variable yang diteliti yaitu peran Bed Management
Officer dan lama waktu tunggu rawat inap ( Boarding Time ) di Unit
Gawat Darurat RS Santa Maria Pekanbaru
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable
independen ( peran Bed Management Officer ) dengan variable
dependen (lama waktu tunggu pasien rawat inap ) di Unit Gawat
Darurat RS Santa Maria Pekanbaru. Karena variable independen yang
digunakan adalah variable kategorik dan dihubungkan dengan variable
dependen yang merupakan kategorik ,maka uji bivariat yang digunakan
adalah Chi Square dengan menggunakan nilai alpa ( 0,5).Apabila dari
uji statistik didapatkan p value lebih keci (0,05) maka dapat dikatakan
ada hubungan yang signifikan antara variable independen dengan
variable dependen dan bila p value lebih besar dari (0,05) tidak ada
hubungan yang signifikan antara variable independen dengan variable
dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Australian College for Emergency medicine ,(2014)


Erlan Nurmansyah .dkk,(2014). Tingkat Ketergantungan dan Lama Perawatan
Pasien Rawat Observasi di IGD, Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran.

Institute Of Medicine, ( 2006 ), Hospital Based emergency care at the breaking


Point , United States of America, American Academic of Scince.

Permenkes no. 856. ( 2009 ). Standar Pelayanan Gawat Darurat.

Susan L. Flaming . ( 2015 ). The effect of implementing a flow coordinator on


emergency departement throughput. California State University.

Undang-undang Dasar Republik Indonesia No. 44. ( 2009 ). Tentang Rumah


Sakit.

17
PROFIL WIRAUSAHA

SANGGAR SENAM “A D E L I A”
Disusun Oleh :

Erlina Perangin-angin ( 163120006 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2017

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1

BAB II JENIS DAN BENTUK USAHA………………………………… . 3

BAB III PROFIL USAHA…………………................................................. 4

BAB IV PERSAMAAN- PERBEDAAN WIRASWASTA DAN

WIRAUSAHA …………………………………………………… 5

Daftar Pustaka…………………………………………………………….... 6

BAB I

PENDAHULUAN
Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

mendapatkan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan

meningkatkan harga dirinya. Ada dua jenis sector usaha yang dapat dipilih

individu dalam bekerja yaitu sektor formal dan informal, misalnya dengan

menjadi wirausaha. Individu yang mau menciptakan pekerjaan sesuai bidang

pendidikan dan keahliannya, memiliki, mengelola dan melembagakan usahanya

sendiri itulah yang disebut wirausaha. Faktor yang mendorong seseorang

mengambil keputusan karier berwirausaha dapat diketahui melalui penilaian

kepribadian khususnya pengalaman dan latar belakangnya. Ha ini perlu dilakukan

untuk melihat keterampilan dan kompetensi yang dimiliki seorang wirausahawan,

pengembangan nilai-nilai kewirausahaan, dan mendorong untuk mencetuskan ide-

ide kewirausahaan (Sjabadhyni,2001:270).

Orang yang memiliki jiwa kewirausahaan memiliki cirri-ciri antara lain

mempunyai visi yang jelas, kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang, mampu

berorientasi pada kepuasan konsumen, keuntungan financial, berani menanggung

resiko,berjiwa kompetisi secara sehat dan adil, cepat, tanggap dan gerak cepat dan

terakhir seorang wirausaha harus memiliki jiwa social (Astamoen,2005:53).

Ketika individu memutuskan bekerja sebagai wirausaha, individu tersebut harus

mengetahui seluk beluk usaha yang akan dijalani serta mengetahui kelebihan dan

kekurangan usaha yang akan ditekuninya.


Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi seorang wirausahawan

yang ingin sukses dalam kariernya, antara lain modal, usia dan bakat. Tantangan

yang dihadapi para wirausahawan berbeda-beda, maka hasilnya juga bervariasi

tergantung kemampuan orang tersebut dalam memecahkan masalahnya. Banyak

orang yang memandang sebelah mata pada wirausahawan karena bagi mereka,

ketika memutuskan berwirausaha mereka memerlukan modalyang besar, tempat

usaha yang luas, usia yang lebih muda atau lebih tua, kemauan untuk bekerja

keras,tekanan emosional yang tinggi, komitmen bahkan ada yang menganggap

berwirausaha itu adalah bakat yang diturunkan faktor genetik, sehingga terkadang

menjadi hambatan terbesar seorang untuk berwirausaha.


BAB II

Jenis dan bentuk Wirausaha

Ada tiga jenis wirausaha, antara lain:

1). Necessity Entrepreneur yaitu menjadi wirausaha karena terpaksa dan

desakan kebutuhan hidup.

2).Replicative Entrepreneur, yang cenderung meniru-niru bisnis yang sedang

ngetren sehingga rawan terhadap persaingan dan kejatuhan.

3).Inovative Entrepreneur, wirausaha inovatif yang terus berpikir kreatif dlm

melihat peluang dan meningkatkannya.


Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961) dapat dituliskan sebagai berikut ini.

1. Innovating Entrepreneurship

Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-

transformasi atraktif.

2. Imitative Entrepreneurship

Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur.

3. Fabian Entrepreneurship

Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera

melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka

tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada

industri yang bersangkutan.

4. Drone Entrepreneurship

Drone= malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk

melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal

tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen

lain.

Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang

lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu

ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).

Bentuk-bentuk kewirausahaan

Bentuk — bentuk badan usaha dilihat dari segi sistem pengelolaannya:

a). Badan usaha industri


Adalah badan usaha yang mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi yang

siap dikonsumsi.

b). Badan usaha peniagaan

Adalah badan usaha yang pengelolaan usahanya membeli barang-barang untuk

dijual kembali tanpa mengubah sifat barang.

c). Badan usaha agraris

Adalah badan usaha yang bergerak dalam pengelolahan dalam usaha tanah.

d). Badan usaha ekstraktif

Adalah badan usaha yang mengelola dan mengelola penggalian, mengambil,

serta mengumpulkan kekayaan dari alam yang sudah tersedia sebelumnya.

e). Badan usaha jasa

Adalah badan usaha yang aktivitasnya usahanya bergerak dalam bidang

pemberian atau pelayanan jasa pada konsumen.

Bentuk-bentuk badan usaha dilihat dari legititas hukum:

1. Badan usaha perseorangan

Adalah badan usaha yang didirikan oleh seseorang dan sendiri yang

memimpin, pemiliknya, serta bertanggung jawab atas pekerjaannya.

2. Persekutuan firma
Adalah badan usaha yang didirikan oleh lebih dari satu orang untuk

menjalankan perusahaan dengan nama bersama, serta merekalah

pemiliknya.

3. Persekutuan komanditer (CV)

Adalah suatu perkumpulan dimana satu atau lebih anggotanya mengikat

diri untuk menyerahkan modalnya kedalam perusahaan yang dijalankan

oleh satu orang atau lebih beberapa anggota lainnya, dengan nama

bersama dan mereka merupakan pemiliknya.

4. Perseroan terbatas (PT)

Adalah suatu perseroan yang memperoleh modalnya dengan mengeluarkan

sero-sero (saham), dimana tiap orang dapat memiliki satu atau lebih

saham, serta bertanggung jawab sebesar modal yang diberikan.


BAB III

PROFIL WIRAUSAHA

1. Jenis Usaha : Sanggar Senam

2. Nama Sanggar : Sanggar Senam “ A D E L I A “

3. Nama Pemilik : Septaria

4. Tahun Berdiri : 05 Agustus 2008

5. Alamat : Jalan Jati 2 Blok AA 22/18 Pandau Permai

6. Jumlah Pegawai : 2 orang

7. Pendapatan / bulan : ± Rp 3.500.000

8. Kegiatan :

a. Sanggar ini berdiri dalam bidang jasa, memberikan ke


bugaran dan kesehatan bagi orang–orang yang

mengikuti senam di sanggar tersebut

b. Sanggar senam ini melayani bermacam-macam jenis

jenis senam yaitu : Senam Aerobik, Senam

Zumba, Senam YOGA ,dll

c. Sanggar senam ini juga melayani senam perkelompok

untuk kantoran dan untuk anak sekolah

BAB IV

PERSAMAAN- PERBEDAAN WIRASWASTA DAN WIRAUSAHA

A. Persamaan

1. Wirausaha dan wiraswasta sama-sama memburu keuntungan dan manfaat

secara maksimal
2. Wirausaha dan wiraswasta sama-sama membawa usaha kearah kemajuan,

perluasan perkembangan.

3. Seorang wiraswasta dan wirausaha sama-sama menerima tantangan dan

menanggung resiko ekonomi

4. Wirausaha dan wiraswasta sama-sama merupakan orang-orang yang

memiliki mental kuat dan mandiri untuk tidak tergantung pada orang lain.

5. Wirausaha dan wiraswasta adalah seorang yang mampu melihat peluang

dengan menggunakan sumber daya yang gunanya memperoleh keuntungan

dengan melalui tindakan yang tepat guna meraih sukses

B. Perbedaan

1. Wirausaha merupakan pebisnis yang menciptakan peuang bisnis seorang

diri dengan ciptaan hal yang baru.

2. Wiraswasta bisa dianggap karyawan yang mandiri dan tidak bergantung

pada orang lain.

3. Wirausaha adalah seseorang yang dapat menciptakan system ekonomi yang

ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan

menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.

4. Wiraswasta adalah orang yang berani bersikap, berfikir dan bertindak

menurut kemampuan dan keberanian untuk menciptakan pekerjaan sendiri,

mencari nafkah dan berkarir dengan sikap mandiri.


5. Wirausaha pasti bekerja sendiri, bukan bekerja pada orang lain, sedangkan

wiraswasta biasa digunakan bagi seorang karyawan yang bekerja pada

orang lain.

6. Wiraswasta mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab atau

manager, seorang wirausaha tidak selalu pedagang/businessman atau

manager

Anda mungkin juga menyukai