DISUSUN OLEH :
KEDIRI
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan, yang mana atas berkat rahmat, nikmat dan
hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyusun makalah yang berjudul “Manajemen Asuhan Keperawatan Gingivitis dan
Stomatitis “ ini karena ada sangkut pautnya antara ilmu keperawatan dengan Ilmu Keperawatan
khususnya Sistem Pencernaan. Penulis berharap makalah ini akan berguna dalam menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di bidang Ilmu Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan segala kekurangan dan
kemampuan yang sangat terbatas dimiliki oleh penulis, sehingga dalam penulisan, penyusunan
kalimat dan dalam mencari sumber buku serta internet masih kurang dan teramat sulit. Namun
penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan berusaha untuk menjadikan yang terbaik.
Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini
dapat memenuhi harapan kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat terjadi pada anak-
anak, orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja. Secara klinis gingivitis ditandai
dengan adanya inflamasi gingival berupa perubahan wama, konsistensi, perubahan tekstur
permukaan, perubahan ukuran, perubahan bentuk, pendarahan pada probing dan perubahan pada
tipe saku. Sedangkan Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah
mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung,
bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan
merupakan penyakit yang dapat diakibatkan oleh jamur pada mulut dan saluran kerongkongan.
Stomatitis sering terjadi di beberapa bagian di dalam rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir,
lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut (Anonim 2010).
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh akumulasi
plak. Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2001 kelainan periodontal pada tahun 2001
terjadi sebesar 61%. Penyakit periodontal salah satunya gingivitis yang disebabkan infeksi
bakteri, secara langsung melalui aliran darah (hematogen), maupun tidak langsung dari respon
imun sistemik infeksi melalui peningkatan mediator infeksi (PGE2, IL1, IL6 dan TNFα) oleh
pertahanan tubuh. Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva,
sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan
akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Pada sariawan atau
stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih
kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat
menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit
dalam rongga mulut.
Radang gusi adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya penyakit/ kelainan
pada gingiva (Depkes, R.I., 1996). Radang gusi adalah reaksi gingiva terhadap rangsangan
dari plak, dari sulkus keluar cairan yaitu eksudat yang diperlukan untuk pertumbuhan
bakteri (Konig, dkk., 1982).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum
(William dan wilkins, 2008).
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti
tembakau;defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur;atau penggunaan obat
kemoterapi (Potter & Perry,2005).
Etiologi Stomatitis
Etiologi yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
a. Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien
buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b. Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang
ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain
itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan bagian
daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen.
Daya tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh
menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan
gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
c. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat
mengakibatkan stomatitis aphtosa.
d. Infeksi jamur
Namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh
(imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
e. Infeksi virus
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi
tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat
diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan
respon dari lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi
HSV biasa disebut stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung frekuensinya
lebih banyak terjadi dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut
terjadi setelah nyeri luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi
erythematous. lesi ditingkat ini biasa terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10
sampai 14 hari. Gelembung mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva,
saat dengan lesi herpes. Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien mengatakan
adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi HSV utama dikarakteristikkan dari gejala
yang timbul dari infeksi termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.
f. Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan
gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau
melekat pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.
Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :
a. Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang
mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak
terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif
tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa
didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang
menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.
b. Pada penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya alkohol,
lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan
kerusakan yang pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan
sekret sebagai bentuk pertahanan tubuh.
c. Reaksi alergi
Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
d. Alergi
Bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan
dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi
makanan tersebut.
e. Faktor psikologis (stress)
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi
terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh
untuk respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini
juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada
tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).
f. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi).
Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa
penderita wanita.
g. Kekurangan vitamin C
Mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi
mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
h. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan..
i. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan
Seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya
stomatitis apthosa.
2.3 WOC Gingivitis dan Stomatitis
WOC Stomatitis
Eksternal
Internal
Rokok
Kebersihan mulut berkurang Penggunaan obat kumur
Makan dan minum yang panas Alergi
dan pedas Reaksi alergi
Luka pada bibir akibat gigitan Stress
atau benturan Gangguan hormonal
Infeksi jamur Kekurangan vitamin C dan
Infeksi virus vitamin B
Letak susunan gigi / kawat gigi Kelainan pencernaan
l
Zat
trauma Defisiensi Alergi dan Obat- berbahaya stress Gangguan Gangguan genetik
nutrisi sensitifitas obatan dalam rokok hormonal imunologi
ulser p Respon
Allergen Mukosa Resiko
Penurunan Penggunaan tubuh Pra
mulut terjadi
kadar obat menstru imun
Kerusakan Kerusakan rusak SAR
vitamin nonsteroidal asi
pada mukosa jaringan Imun
mulut kulit Penuru Adanya
Lebih nan Penurunan ulser pada
beresiko imun Berpenga estrogen mukosa
Mukosa meradang pada ruh pada dan
dan edematosis bagian fisik dan progestero Peningkatan
mulut emosi n jumlah HLA
Penurunan system
System lakto
imun
peroksidase rusak
Kekurangan vitamin
saliva
Adanya
Di respon Secara
alergen local Timbul rasa
oleh tubuh gatal dan
Secara Mengurangi
terbakar
sistemik peradangan
Mukosa
Secara
mulut rusak
normal Adanya reaksi
jaringan berlebih Melepuh di
jaringan mulut
Ulserasi Melakukan aksi
lokal fagositosis Reaksi
pertahanan
abnormal
MK: Adanya pecah
perubahan dan berwarna
Rusak pada putih
mukosa
jaringan mukosa
oral
mulut
Nafsu
Reaksi ulser makan
Masa Stadium pre ulcerasi Stadium ulserasi
prodromal Anorexia
atau penyakit
edema MK: nyeri
1-24 jam Rasa sakit
Nutrisi
hipersentifitas Kurang dari
Peninggian 1-3
Terjadi nekrosis kebutuhan
hari pada ulser
di tengah ulser tubuh
rasa terbakar
MK: resiko
kekambuhan tidak
adekuat
WOC Gingivitis
Bakteri,Jamur,Virus
Bakteri/jamur/virus menginfeksi
Jaringan dalam mulut
Peradangan
2. Gingivitis kronis
Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:
a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis)
b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis)
c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis)
e. Pemolesan
Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies, lakukan
pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif
yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama
makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal,
seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang
lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal,
sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin
dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada
responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal
juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan
menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan
jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan
yaitu:
1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian
1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100
pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien
berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang
diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode
follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
2.Infeksi
Mucositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistim imun
yang menurun. Tidak hanya mulut itu sendiri yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya
epitel oral sebagai suatu protektif barrier terjadi pada infeksi lokal dan menghasilkan
jalan masuk buat mikroorganisme pada sirkulasi sistemik. Ketika ketahanan mukosa
terganggu, infeksi lokal dan sistemik dapat dihasilkan oleh indigenous flora seperti
mikroorganisme nosokomial dan oportunistik. Ketika jumlah netrofil menurun
sampai 1000/kubik/mm, insiden dan keparahan infeksi semakin meningkat. Pasien
dengan neutropenia berkepanjangan berada pada resiko tinggi buat perkembangan
komplikasi infeksi yang serius.Penggunaan antibiotik berkepenjangan pada penyakit
neutropenia mengganggu flora mulut, menciptakan suatu lingkungan favorit buat
jamur untuk berkembang yang dapat bereksaserbasi oleh terapi steroid secara
bersamaan. Dreizen dan kawan-kawan melaporkan bahwa sekitar 70 % infeksi oral
pada pasien dengan tumor solid disebabkan oleh Candida Albicans dan jamur
lainnya, 20 % disusun oleh Herpex Simplex Virus (HSV) dan sisanya disusun oleh
bakteri bacillus gram negatif. Pada pasien dengan keganasan hematologik, 50 %
infeksi oral akibat bakteri Candida Albicans, 25 % akibat HSV, dan 15 % oleh
bakteri bacillus gram negatif. HSV merupakan gejala paling umum pada infeksi oral
viral.
3. Hemorrhage
Hemorrhage dapat terjadi sepanjang perawatan akibat trombositopenia dan atau
koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi perdarahan
secara spontan atau dari trauma minimal. Perdarahan oral dapat berbentuk minimal,
dengan ptekiae berlokasi pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat
menjadi lebih parah dengan hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival.
Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi ketika jumlah platelet mencapai paling
kurang 50.000/kubik/mm.
4. Xerostomia
Xerostomia dapat dikenali sebagai berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala
klinik tanda xerostomia termasuk diantaranya : rasa kering, suatu sensasi rasa luka
atau terbakar (khususnya melibatkan lidah), bibir retak-retak, celah atau fissura pada
sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, kesulitan untuk memakai gigi palsu,
dan peningkatan frekuensi dan atau volume dari kebutuhan cairan. Pengaturan
perawatan preventif oral, termasuk applikasi topikal flour harus segera dimulai untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut. Xerostomia dapat dihasilkan melalui reaksi
inflammatory dan efek degeneratif radiasi ionisasi pada glandula saliva parenkim,
khususnya pada serous acinar. Perubahan ini biasanya sangat pesat dan bersifat
irreversible, khususnya ketika glandula saliva termasuk daerah penyorotan radiasi.
Aliran saliva mengalami penurunan 1 minggu setelah perawatan dan berkurang
secara progresif ketika perawatan terus dilanjutkan, Derajat dari disfungsi tersebut
sangat berhubungan dengan dosis radiasi dan volume jaringan glandula pada
lapangan radiasi. Glandula parotid dapat menjadi lebih rentan terhadap efek radiasi
daripada glandula submandibular, sublingual, dan jaringan glandula saliva minor.
Xerostomia mengganggu kapasitas buffer mulut dan kemampuan pembersihan
mekanis, sering berkonstribusi pada dental karies dan penyakit periodontal yang
progresif. Perkembangan dental karies berakselerasi dengan sangat cepat pada
terjadinya xerostomia akibat hilangnya immunoprotein protektif yang merupakan
komponen dari saliva. Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal dari fungsi mulut
seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan aliran saliva
yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi xerostomia (normal = 0,3-
0,5 ml/menit).Xerostomia menghasilkan perubahan didalam rongga mulut antara
lain:
1.Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang akan
mengganggu kenyamanan pasien.
2.Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH
umumnya 4,5 dan demineralisasi dapat terjadi.
3. Flora oral menjadi patogenik.
4.Plak menjadi tebal dan berat, debris tetap bertahan akibat ketidakmampuan
pasien untuk membersihkan mulut.
5.Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan gigi.
6.Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi
selanjutnya pada gigi dan kemudian dapat menimbulkan kerusakan gigi
5.Nekrosis Akibat Radiasis
Nekrosis dan infeksi pada jaringan yang telah dilakukan penyorotan radiasi
sebelumnya (osteoradionekrosis) merupakan suatu komplikasi yang serius bagi
pasien yang menjalani terapi radiasi pada tumor kepala dan leher. Komplikasi
oral akibat terapi radiasi memerlukan terapi dental yang agresif sebelum, selama
dan setelah terapi radiasi untuk meminimalisasi tingkat keparahan (xerostomia
permanent, karies ulseratif, osteomyelitis akibat radiasi dan osteoradionekrosis).
BAB III
SKENARIO KASUS
Pasien perempuan berusia 6 tahun rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada
pukul 08.00 WIB dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di
dalam mulut dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di ruang X tampak cukup,
kesadaran composmetis, suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan (sariawan) di
bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah berwarna putih,
terdapat nyeri tekan. Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro. Pada usia 4 tahun An. G
pernah sakit demam dan di rawat di rumah sakit selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami
penyakit stomatitis. An G berat badan lahir 3 kg, pendidikan yang ditempuh An G sekarang yaitu
PAUD di sekitar rumahnya. An G sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebaya baik dirumah
atau di Posyandu PAUD. An G memiliki masalah pada pertumbuhan gigi yaitu Caries, sedangkan
hasil pemeriksaan berat badan sebelum sakit 18 kg namun saat sakit mengalami penurunan berat
badan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STOMATITIS
Pengkajian
Tanggal Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Ruang :
Waktu Pengkajian :
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. G
Tanggal Lahir : 15 Mei 2012
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/ TB : 14 kg/ 113 cm
Alamat : Jl. Budi Utomo- Cilacap
Agama : Islam
Pendidikan : PAUD
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Tanggal Masuk : 15 Mei 2012
No. RM : 237 784
Diagnosa Medik : Stomatitis
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan klien mengeluh sakit di daerah mulut
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada pukul 08.00 WIB
dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di dalam
mulut dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di bangsal Catelya cukup,
kesadaran copos metis, suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan (sariawan)
di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah
berwarna putih, terdapat nyeri tekan. Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ibu klien mengatakan pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan di rawat di rumah
sakit selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang. An. G tidak
memiliki alergi. An. G belum pernah mengalami cidera berat.
5. Riwayat kehamilan
Ibu An. G sudah hamil 2x. anak pertama sekarang berumur 8 tahun dan An. G merupakan
anak kedua. Kesehatan selama hamil baik, tidak ada keluhan.
6. Riwayat persalinan
An G lahir secara normal (spontan) BB lahir 3 kg, melahirkan di bidan dekat rumah.
7. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan An G imunisasi sudah lengkap.
C. PEMERIKSAAN FISIK
11. Abdomen :
Inspeksi : umbilicus bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran abdomen
2. Pemeriksaan Penunjang :
ANALISA DATA
PEMBAHASAN
INTERVENSI
Intervensi di lahan :
1. Anjurkan pemakaian obat kumur.
2. Berikan terapi bermain.
3. Observasi tingkat intensitas nyeri yang dialami
pasien
4. Kolaboratif pemberian antibiotik dan antiinflamasi
2. Tujuan : Teori Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang cara dan
keperawatan dalam waktu 3 x teknik peningkatan kondisi membrane mukosa.
24 jam : 2. Anjurkan pemakaian obat kumur.
terjadi penurunan 3. Intervensi kolaboratif pemberian antibiotik
jumlah peradangan
Edema berkurang
Intervensi di lahan :
1. Anjurkan pemakaian obat kumur
2. Pantau kondisi membran mukosa
3. Kolaboratif pemberian antibiotik
3. Tujuan : Teori Intervensi :
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang cara dan
keperawatan dalam 2x24 jam teknik peningkatan kondisi gangguan gigi dan
kebutuhan nutrisi pasien gusi.
dapat tercukupi dengan 2. Cari sumber yang meningkatkan penerimaan
kriteria hasil sebagai berikut : informasi.
BB terkontrol 3. Beri informasi tentang diet dan nutrisi yang sesuai
Tidak tampak pucat dengan kondisi individu
Keadaan umum 4. Beri penjelasan tentang cara, dosis, dan waktu
membaik. pemakaian obat-obatan yang telah diresepkan.
5. Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang
kondisi stomatis tidak sembuh setelah selesai
menghabiskan obat.
Intervensi di lahan :
1. Beri informasi tentang diet dan nutrisi yang sesuai
dengan kondisi individu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan yang
mengandung kalori dan protein.
3. Catat intake dan output
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut,biasanya
berupa bercak putih kekuningan.Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun
berkelompok.Sariawan juga dapat menyerang selaput lender pipi bagian dalam,bibir bagian
dalam,lidah,gusi,serta langit-langit dalam rongga mulut.meskipun tidak tergolong berbahaya
ternyata sariawan sangat mengganggu.
5.2 Saran
1. Julianti et al. Tutorial gigi dan mulut. 2008. fakultas kedokteran universitas Riau. Pekanbaru
2. Mustaqimah DN.2002. Infeksi dalam bidang periodonsia. JKGUI
3. Anggraini,siti.2007. Plak gigi sumber penyakit gigi dan mulut.EGC.Jakarta