PROPOSAL PENELITIAN
INDRIYANI
153010111
PROPOSAL PENELITIAN
INDRIYANI
153010111
HALAMAN PERSETUJUAN
i
HUBUNGAN BURNOUT (KEJENUHAN KERJA) DENGAN
KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT SANSANI
PEKANBARU
PROPOSAL
INDRIYANI
15.3.0.1.0.111
Proposal ini telah disetujui pada :
April 2018
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Nama : Indriyani
NIM : 15.3.0.10.111
INDRIYANI
15.3.0.1.0.111
iii
KATA PENGANTAR
1. Ibu Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes, selaku ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru yang telah memberikan izin untuk terlaksananya penyusunan
proposal ini.
2. Ibu Ns. Sri Yanti,S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.KMB, selaku ketua Program
Studi SI Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Emulyani, M.Kep, selaku pembimbing saya yang telah
meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, petunjuk
dan saran kepada penulis sehingga proposal ini terselesaikan.
4. Ibu Desti Puswati, M.Kep, telah bersedia menjadi penguji I dalam proses
pembuatan proposal ini.
5. Ibu Ns. Putri Indah Pratiwi, S.Kep, telah bersedia menjadi penguji II
dalam proses pembuatan proposal ini.
6. Seluruh Staf Dosen beserta karyawan dan karyawati STIKes Payung
Negeri Pekanbaru yang telah banyak memberi pengetahuan dan bimbingan
iv
kepada penulis selama mengikuti pendidikan di STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
7. Ibu Santi Holydina, S. Tr. Keb selaku Pemimpin Rumah Sakit Sansani
Pekanbaru, telah mengizinkan melakukan penelitian di Rumah Sakit
Sansani Pekanbaru dan bekerja sama dalam pembuatan proposal penelitian
ini.
8. Teristimewa ucapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda Sariyadi, Ibunda Zuraida dan Abangda Handaleo serta Adinda
Riski Ramdani dan Dinda Sabila serta Mbah H.Yusman dan Hj. Ngatinam
serta Andung Hj. Hasiyah, karena selalu memberikan dukungan, motivasi,
doa, bantuan moril dan materil yang tiada henti-hentinya.
9. Sahabat-sahabat teristimewa ine, Eva, della, gita, devi, zulfa,maya, rasma,
rifda, lisna, efi, wanita wanita sholeha, ibal family, Irian Fams, kelas 4c
dan Sahabat dan Teman-teman seperjuangan Program StudiI S1
Keperawatan yang telah memberikan semangat, kritik dan saran kepada
penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ................................................................................................................. i
SAMPUL DALAM ............................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ...................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................................vii
DAFTAR SKEMA............................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................ix
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9
BAB II............................................................................................................................... 11
A. Tinjauan Teori ....................................................................................................... 11
1. Konsep Perawat ................................................................................................ 11
2. Konsep Kinerja ................................................................................................. 15
3. Konsep Brunout (kejenuhan kerja) ................................................................... 20
B. Teori Hubungan Burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat ..................... 25
C. Penelitian Terkait ..................................................................................................... 26
D. Kerangka Konsep ..................................................................................................... 27
E. Hipotesis ................................................................................................................... 27
BAB III ............................................................................................................................. 28
A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ................................................................................................. 29
D. Instrumen Penelitian ................................................................................................. 30
E. Defenisi Operasional ................................................................................................. 31
F. Etika Penelitian ......................................................................................................... 33
G. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................................... 33
H. Analisa Data .............................................................................................................. 35
vi
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 29
LAMPIRAN...................................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR SKEMA
viii
DAFTAR LAMPIRAN
2. Kuesioner Kinerja
5. Lembar Konsul
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan preventif
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan medik dan pusat penelitian medik (Cahyani, 2017). Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Nurhidayah, 2018).
Rumah Sakit, selain profesi dokter, juga terdapat perawat yang
memegang peranan penting dalam hal melayani dan merawat orang yang
sakit secara langsung. Dalam melaksanakan tugas nya sehari hari, seorang
perawat sering dihadapkan pada suatu usaha penyelamatan kelangsungan
hidup atau nyawa seseorang. Berkaitan dengan ruang lingkup kerjanya,
perawat sering berhadapan dengan hal hal yang monoton dan rutin, ruang
kerja yang penuh bagi yang bertugas dibangsal, harus berhati hati
menangani peralatan diruang operasi, serta harus dapat bertindak cepat dan
tepat dalam memberikan pelayanan keperawatan (Tawale, 2011).
Pelayanan keperawatan diberikan kepada pasien sebagai pengguna
jasa pelayanan keperawatan yang bermutu dan berkualitas. Pada pasal 63
UU No. 36 tahun 2014 pelayanan keperawatan merupakan pelayanan
kesehatan. Kualitas pelayanan dipengaruhi oleh karakteristik organisasi,
karakteristik perawat (individu), dan karakteristik kerja (Majore & Kalalo,
2018). Kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang
muaranya berasal dari perawat adalah perawat yang mempunyai kinerja
yang baik. ( Majoro & Kalalo, 2018).
1
2
keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain, serta dituntut untuk
mampu bekerja dalam tim. Kompleksnya tuntutan pekerjaan dan tanggung
jawab perawat menyebabkan profesi perawat rentan mengalami burnout
(kejenuhan kerja) (Asi, 2013).
Burnout (kejenuhan kerja) adalah sindrom yang berhubungan
dengan pekerjaan yang ditandai dengan tingkat kelelahan yang berlebihan,
sinisme, dan penurunan efikasi profesional. Kecendrungan Burnout
(kejenuhan kerja) yaitu sejenis stress yang banyak dialami oleh orang
orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap
manusia lainnya, seperti perawat, dokter, bidan, pendidikan, kepolisian,
keagaaman, dan penyediaan layanan seperti pustakawan dan staf
perpustakaan, terus menerus menghadapi resiko kecendrungan Burnout
(kejenuhan kerja). Istilah burnout (kejenuhan kerja) sebenarnya dikenalkan
oleh Bradley pada tahun 1969, namun tokoh yang dianggap sebagai
penemu dan penggagas istilah burnout (kejenuhan kerja) sendiri
sebenarnya adalah Herbert Freudberger yang bekerja di sebuah klinik
kecanduan obat di New York melihat bahwa banyak tenaga sukarelawan
yang mengalami penurunan motivasi dan semangat kerja, yang disertai
dengan kelelahan fisik dan mental. Ia menggambarkan orang yang
mengalami sindrom tersebut bagaikan seperti gedung yang terbakar habis.
Kini hanya tinggal kerangka saja. Gedung yang awalnya diramaikan
dengan banyak nya aktivitas didalamnya, kini hanya tampak kerangka
luarnya saja. Begitu pula bila orang mengalami sindrom ini, dari luar
masih tampak utuh, namun didalamnya kosong dan bermasalah (Sari,
2015).
Burnout (kejenuhan kerja) memiliki tiga dimensi, pertama
kelelahan emosional pada dimensi ini akan muncul perasaan frustasi, putus
asa, tertekan dan terbelenggu oleh pekerjaan, dimensi kedua
depersonalisasi, pada dimensi ini akan muncul sikap negatif, kasar,
menjaga jarak dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan ketiga
dimensi reduced personal accomplishment, pada dimensi ini akan ditandai
4
dengan adanya sikap tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan
bahkan kehidupan (Tinambunan & Tampubolon, 2018). Adapun beberapa
gejala-gejala burnout (kejenuhan kerja) yaitu: kelelahan fisik yang dapat
dilihat pada gejala gejala sakit fisik yang terjadi, seperti sakit kepala,
demam, sakit punggung, dan rentan terhadap penyakit dll. Kelelahan
emosional yang ditandai dengan rasa tidak berdaya, depresi, bosan, mudah
tersinggung, perasaan tidak menolong, suka marah, dan gelisah. Kelelahan
mental misalnya merasa sia-sia, sedih, tertekan, tidak yakin, tidak puas
dengan hasil kerja, tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada orang
lain dan lain sebagainya (Nurvia & Safitri, 2012).
Burnout (kejenuhan kerja) dapat disebabkan oleh faktor individu,
lingkungan, dan budaya. Termasuk dalam faktor lingkungan adalah
konflik peran. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang keahlian juga
dapat memicu terjadinya burnout (kejenuhan kerja). Begitu pula dengan
peran ganda, seorang wanita yang berperan sebagai pekerja dan ibu rumah
tangga akan lebih berpotensi terjadinya burnout (kejenuhan kerja). Faktor
lainnya adalah beban kerja yang berlebihan, meliputi lama nya jam kerja,
banyaknya tanggung jawab yang harus diterima, dan banyaknya tugas
yang harus diselesaikan. Keterlibatan terhadap pekerjaan tingkat
fleksibelitas waktu kerja, dan dukungan sosial juga mempengaruhi
terjadinya burnout (kejenuhan kerja) (Soedirman, 2009).
Salah satu Profesi yang sangat rentan terhadap burnout (kejenuhan
kerja) adalah perawat yang disebabkan oleh Shift kerja, beban kerja,
konflik sesama perawat dan kurang nya penghargaan yang diberikan
terhadap perawat, baik dari segi kurang baiknya manajemen kerja, gaji
yang dibayarkan, dan lainnya juga akan meningkatkan potensi burnout
(kejenuhan kerja) dikalangan perawat. Masalah burnout (kejenuhan kerja)
pada perawat harus segera diatasi karena perawat yang tidak bisa
mengatasi burnout (kejenuhan kerja) akan berpengaruh pada kualitas
pelayanan nya sehingga berdampak pada pasien yang akan menerima
pelayanan. (Allarcon, 2011).
5
kerja) selama bertugas di instasi rawat inap Rs. Kanker sebagian besar
perawat memiliki tingkat burnout (kejenuhan kerja) yang tinggi yaitu
sebanyak 83,9%, jauh lebih besar dibandingkan perawat dengan tingkat
burnout(kejenuhan kerja) sedang sebanyak 16,1%. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Exparson Sipayung (2017) di ruangan IGD
Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru didapatkan data sebanyak 30
responden (88,2%) mengalami burnout (kejenuhan kerja) dalam tingkatan
yang sedang.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit
Sansani Pekanbaru kepada 5 orang perawat, bahwa 4 (80%) dari 5 orang
perawat mengeluh kejenuhan kerja, beberapa faktor yang diungkapkan
perawat adalah perawat yang mempersepsikan beban kerjanya berlebihan
dengan tenaga kerja yang ada dan perawat juga mengatakan masih ada gaji
yang dibayarkan belum mencapai UMR. Salah satu perawat juga
mengatakan pernah mengalami konflik sesama perawat, konflik juga yang
memicu perawat merasa jenuh dalam bekerja. 1 (20%) dari 5 orang
perawat yang berada di ruangan ICU mengatakan tidak mengalami
kejenuhan kerja karena pasien yang berada di ruangan ICU tidak sama
dengan pasien yang berada di ruangan rawat inap, pasien yang dirawat
diruangan ICU dalam sehari kadang berjumlah 1 pasien saja. Penulis juga
melakukan wawancara terhadap 5 orang keluarga pasien, keluarga pasien
mengeluh kurangnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat,
keluarga pasien juga mengatakan tidak jarang mereka menemukan perawat
yang suka marah marah, yang sinis, dan yang kurang ramah terhadap
pasien dan keluarga pasien. Dari hal tersebut lah bisa mengakibatkan
penurunan kepuasan pasien diakibatkan pelayanan yang kurang baik.
B. Rumusan Masalah
Profesi perawat sangat rentan terhadap burnout (kejenuhan kerja)
yang disebabkan oleh Shift kerja, beban kerja, konflik sesama perawat dan
kurang nya penghargaan yang diberikan terhadap perawat, baik dari segi
8
kurang baiknya manajemen kerja, gaji yang dibayarkan, dan lainnya juga
akan meningkatkan potensi burnout (kejenuhan kerja) dikalangan perawat.
Dampak burnout bisa mengakibatkan rasa malas bekerja, produktivitas
kerja menurun, kinerja menjadi buruk dan berpengaruh terhadap pelayanan
keperawatan yang akan diberikan. Apabila kinerja menurun maka kualitas
pelayanan tidak sesuai dengan prosedur yang ada, akibatnya pasien merasa
tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit
Sansani Pekanbaru kepada 5 orang perawat, bahwa 4 (80%) dari 5 orang
perawat mengeluh kejenuhan kerja, beberapa faktor yang diungkapkan
perawat adalah perawat yang mempersepsikan beban kerjanya berlebihan
dengan tenaga kerja yang ada dan perawat juga mengatakan masih ada gaji
yang dibayarkan belum mencapai UMR. Salah satu perawat juga
mengatakan pernah mengalami konflik sesama perawat, konflik juga yang
memicu perawat merasa jenuh dalam bekerja. 1 (20%) dari 5 orang
perawat yang berada di ruangan ICU mengatakan tidak mengalami
kejenuhan kerja karena pasien yang berada di ruangan ICU tidak sama
dengan pasien yang berada di ruangan rawat inap, pasien yang dirawat
diruangan ICU dalam sehari kadang berjumlah 1 pasien saja. Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui atau mengidentifikasikan hubungan
burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat di Rumah Sakit
Sansani Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian burnout (kejenuhan kerja)
pada perawat di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Dapat menambah wawasan kepada tim medis dan kesehatan
dalam memahami hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar
mengajar bagi mahasiswa dan mahasiswi STIKes Payung Negeri
Khususnya jurusan keperawatan dalam mempelajari hubungan
burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat di Rumah Sakit
Sansani Pekanbaru.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dan masukan dalam
penyusunan penelitian selanjutnya khusus nya yang berhubungan
dengan burnout (kejenuhan kerja) terhadap kinerja perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Perawat
a. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat baik didalam dan diluar negeri sesuai dengan peraturan
perundang undangan (Undang-Undang Keperawatan 2014).
Defenisi perawat menurut UU RI NO. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(Widyawati,2012). Tyalor C. Lilis C. Lemone (1989)
mendefenisikan perawat adalah seseorang karena sakit, luka dan
proses penuaan (Widyawati, 2012).
Keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan yang
menghadapi klien selama 24 jam terus menerus selama menjalani
perawatan dalam upaya membantu mengatasi masalah klien dalam
aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan oleh
perawat yang merupakan bentuk dari asuhan keperawatan
(Nurhidayah, 2018).
Keperawatan mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia serta mempelajari berbagai
upaya untuk mencapai kebutuhan dasar. Keperawatan didasarkan
oleh ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup sikap, kemampuan
intelektual, dan keterampilan teknik. Bentuk layanan keperawatan
sesuai dengan empat kebutuhan manusia yaitu bilogis, psikologis,
10
11
c. Fungsi Perawat
1) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan dalam
kegiatannya atas esan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3) Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelomok tim yang bersifat
saling ketergantungan diantara tim satu dengan tim yang
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan.
13
1) Kebutuhan Biologis
Pelayanan perawat pada kebutuhan biologis diberikan
kepada pasien/klien yang membutuhkan perawatan secara
jasmani dengan kesehatan fisik.
15
2) Kebutuhan Psikologis
Pelayanan perawat pada kebutuhan psikologis diberikan
kepada pasien/klien yang membutuhkan perawatan secara
psikologis yang berkaitan dengan kesehatan mental pasien.
Gangguan kesehatan mental misalnya stress ataupun depresi,
yang dapat disebabkan oleh berbagai macam hal.
3) Kebutuhan Sosial dan Kultural
Pelayanan perawat pada kebutuhan psikologis diberikan
kepada pasien/klien yang mengalami hal hal yang terjadi
langsung ditengah tengah kehidupan bermasyarakat. Misalnya,
pasien/klien yang mengalami kekerasan fisik yang berdampak
pada kesehatan fisik maupun mental. Pelayanan nya dapat
diberikan dalam bentuk seminar, penyuluhan, ataupun
pendamping terhadap pasien (Widyawati, 2012).
2. Konsep Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja atau performance adalah sebagai hasil pekerjaan
atau prestasi kerja. Pada kenyataannya kinerja tidak hanya
sebagai hasil dari suatu pekerjaan, namun juga didalamnya
terdapat uraian dari pelaksanaan pekerjaan. Kinerja adalah hasil
karya yang berhubungan erat dengan tujuan strategi organisasi,
kepuasan konsumen, serta berpengaruh kepada aspek keuangan.
Kinerja tidak hanya menyangkut bagaimana cara melakukan
pekerjaan tetapi juga menyangkut apa yang dikerjakan (Hidayat,
2015).
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target, sasaran, atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu (Devina, 2018).
16
2. Penyesuaian gaji
Penilaian kinerja dapat digunakan sebagai informasi untuk
memberikan kompensasi karyawan secara layak sehingga
dapat memotivasi karyawan. Dalam hal ini keputusan untuk
penempatan yaitu karyawan ditempatkan atau diberikan posisi
berdasarkan keahlian dan kemapuan.
3. Pendidikan dan Pelatihan
Dengan dilakukannya penilaian kinerja maka akan diketahui
kelemahan atau kekurangan dari karyawan sehingga dilakukan
suatu program pendidikan dan pelatihan karyawan.
4. Perencanaan karier
Penilaian kinerja dapat digunakan sebagai pedoman dalam
program perencanaan karir karyawan.
1. Mengidentifikasi kelemahan kelemahan dalam proses
penempatan
Penilaian kinerja dapat memberikan gambaran bagi
perusahaan untuk mengetahui kelemahan kelemahan yang
ada sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan.
2. Perlakuan kesempatan yang sama kepada semua pegawai
Penilaian kinerja yang obyektif menunjukkan adanya
perlakuan yang adil bagi semua pegawai.
3. Membantu karyawan dalam mengatasi masalah yang
bersifat eksternal
Penilaian Kinerja akan memberikan informasi kepada
atasan tentang hal hal yang menyebabkan turunnya kinerja,
sehingga manajemen dapat membantu menyelesaikannya
(Devina, 2018).
e. Dimensi Kinerja
Dimensi kinerja menurut Gomes, (1997), memperluaskan
dimensi prestasi kerja karyawan yang berdasarkan :
20
2) Kelelahan Mental
Kelelahan mental yang di tunjukkan oleh adanya sikap sinis
terhadap orang lain, bersikap negatif tedahap orang lain, dan
kehidupan pada umumnya diekspresikan dengan mudah curiga
kepada orang lain, menunjukkan sikap agresif baik dalam
bentuk ucapan maupun perbuatan, menunjukkan sikap masa
bodoh terhadap orang lain.
3) Kelelahan Emosional
Kelelahan Emosional yang ditunjukkan oleh gejala gejala
seperti stres, perasaan tidak berdaya, dan merasa terperangkap
dalam melaksanakan pekerjaan, mengalami kebosanan atau
kejenuhan dalam bekerja (Tawale, 2011).
C. Penelitian Terkait
1. Penelitian Sari (2015) tentang Faktor-faktor yang berhubungan
dengan burnout perawat di RSUD Haji Makkasar. Penelitian ini
menggunakan metode cross sectional. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 50 orang. pengambilan sampel yang
digunakan yaitu teknik purposive sampling. Pengambilan data
menggunakan kuesioner dan menggunakan uji chi square dengan hasil
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia
dengan perawat (p=0,002), jenis kelamin dengan burnout perawat
(p=0,041), status perkawinan dengan burnout perawat (p=0,005).
2. Penelitian Ramdan & Fadly (2016) tentang Analisis Faktor yang
Berhubungan dengan Burnout pada Perawat Kesehatan Jiwa. Metode
yang digunakan adalah Cross Sectional dilaukan tehadap 125 orang
perawat di Rumah Sakit Atma Husada Samarinda menunjukkan
bahwa 56% perawat mengalami burnout, variabel jenis kelamin
(p=0,000), status kepegawaian, (p=0,034), beban kerja, (p=0,022),
dukungan keluarga, (0,000) dan kepemimpinan, (p=0,000)
berhubungan dengan burnout, sedangkan umur tidak berhubungan
dengan burnout (p=0,426).
3. Penelitian Tawale (2011) tentang Hubungan antara motivasi kerja
Perawat dengan kecendrungan mengalami burnout pada perawat di
RSUD Serui-Papua. Jenis penelitiannya adalah penelitian
korelasional. Adapun variabel yang digunakan adalah variabel
tergantung :kecendrungan mengalami burnout dan variabel bebas:
27
Skema 2.1
Kerangka Konsep
Burnout
Kinerja Perawat
- Rendah
- Sedang -Tinggi
- Tinggi -Rendah
- Sangat Serius
-
E. Hipotesis
Hipotesis didalam suatu penelitian berarti suatu jawaban sementara
dari pertanyaan penelitian yang kebenarannya harus dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan
antara dua variabel, variabel bebas dan variabel terikat.
28
METODOLOGI PENELITIAN
28
29
29
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
1. Persiapan
(pengajuan judul
skripsi)
2. Pembuatan
proposal
3. Seminar Proposal
4. Pelaksanaan
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
5. Pengolahan Data
(analisa data)
6. Presentasi/Semin
ar Hasil Skripsi
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah keseluruhan perawat yang bekerja di Rumah Sakit Sansani
pekanbaru. Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan
diterapkan (digeneralisir). Namun peneliti dibatasi oleh karakteristik
demografi (letak wilayah), waktu untuk menjangkau seluruh anggota
populasi, ketersediaan dana untuk melaksanakan penelitian pada seluruh
anggota populasi serta ketersediaan sumberdaya manusia sebagai
pelaksanaan penelitian. Akibat beberapa keterbatasan ini, maka
digunakanlah populasi terjangkau yang merupakan bagian dari populasi
30
B. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen Penelitian ini dapat berupa : kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan dan sebagainya (Notoadmojo, 2012). Kuesioner adalah suatu
bentuk atau dokumen yang berisi beberapa item pertanyaan atau pernyataan
yang dibuat berdasarkan indikator indikator suatu variabel (Dharma, 2011).
Instrument pengukuran yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan Maslach Burnout Invertor Human Service Survey (MBIHSS)
yang merupakan instrument yang sudah baku. Instrument MBIHSS ini
digunakan untuk mengukur kejadian burnout (kejenuhan kerja). Instrument
ini memiliki 3 aspek yaitu kejenuhan fisik (Physical exhaustion) sebanyak 9
pertanyaan, depersonalisasi sebanyak 5 pertanyaan, dan pencapaian diri
(personal accomplishment) sebanyak 8 pertanyaan (Mizmir, 2011).
Kuesioner ini dikembangkan oleh Maslach dan jakson (1981)
didesain untuk mengukur aspek dan gejala burnout, kuesioner ini dalam versi
aslinya berbahasa asing, namun kuesioner ini telah diterjemahkan kedalam
31
bahasa Indonesia dan digunakan dalam penelitian oleh Mizmir (2011), oleh
karena itu peneliti tidak melakukan pengujian kembali validitas dan
reliabilitas kuesioner yang digunakan.
Instrument ini, skala pengukurannya dimulai dari 0 = tidak setuju
hingga 10 = setuju. Nantinya hasil penelitian menggunakan kuesioner ini
akan diketahui pada rentang nilai dan tingkatan berapa burnout pada perawat
dengan merujuk pada ketentuan hasilnya sebagai berikut :
1) Skor 0-2 (rendah)
2) Skor 3-5 (sedang)
3) Skor 6-8 Sinyal Kuning (tinggi)
4) Skor 9-10 Sinyal Merah (sangat serius)
Skala ukur yang digunakan dalam alat untuk mengukur variabel
dependen Kinerja Perawat menggunakan skala likert. Kuesioner ini
merupakan kuesioner yang sudah baku karna telah digunakan pada penelitian
sebelumnya oleh (Septiyan 2014) dengan judul “Hubungan Mekanisme
Koping terhadap Kinerja perawat di ruang rawat inap”. Oleh karna itu penulis
tidak melakukan uji validasi lagi. Yang mana Pertanyaan positif akan diberi
nilai “selalu” 4, “sering” 3, “kadang kadang” 2, “tidak pernah” 1. Untuk
pertanyaan yang negatif jika “selalu” 1, sering “2”, “kadang kadang” 3, dan
“tidak pernah” 4. Kinerja tinggi apabila nilai median ≥ 95 dan kinerja rendah
apabila nilai median 95. Pada penelitian ini nilai r table yang digunakan
adalah (r=0,444).
C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah untuk membatasi variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan
data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan
yang lain (Notoatmodjo, 2012).
32
Tabel 3.2
Tabel Defenisi Operasional
D. Etika Penelitian
Peneliti akan menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian
hendaknya memegang teguh sikap ilmiah serta berpegang teguh pada etika
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Dalam melakukan penelitian, peneliti
mempertimbangkan beberapa etika dalam penelitian diantaranya sebagi
berikut:
1. Informed consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan responden menandatangani surat
persetujuan menjadi responden.
2. Veracity (Kejujuran)
Veracity atau kejujuran merupakan upaya untuk menyampaikan
kebenaran informasi yang diberikan, tidak melakukan kebohongan dalam
hal ini peneliti memberikan informasi yang benar.
3. Anonymity (Tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan tau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada masing-masing lembar pengumpulan
data tersebut.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang berasal dari responden dan telah dikumpul
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanyakelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,
dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
e. Processing
Data selanjutnya diproses dengan mengelompokkan kevariabel
yang sesuai.
F. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi
dari setiap variabel.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga
berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen yaitu Burnout (kejenuhan kerja) dan variabel dependennya
adalah kinerja. Penelitian ini untuk menguji hipotesis menggunakan salah
satu program komputer, uji analisis yang digunakan adalah Chi Square
dengan p (signitifkan) pada α = 0,05 sehingga apabila hasil uji statistic
tersebut menunjukkan p value < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada
hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Sansani Pekanbaru, namun apabila p value > 0,05 maka Ho gagal
ditolak artinya tidak ada hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan
kinerja perawat di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru.
36
Tabel 3.3
Hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat
Di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru
Kinerja
Sedang e f e+f
Rendah g h g+h
N a+c+e+g b+d+f+h a+b+c+d+e+f+g+h
Keterangan :
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini tentang hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru, dilaksanakan mulai tanggal 21 Mei-
02 Juli 2019. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, menggunakan pendekatan
cross sectional. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan penyebaran
kuesioner kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah keseluruhan
perawat yang bekerja di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru dengan jumlah 72 orang.
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel burnout (kejenuhan kerja)
adalah menggunakan skala MBI (Maslach Burnout Inventory) dan kuesioner yang
digunakan untuk pengukuran variabel kinerja menggunakan skala likert.
Pengolahan data dalam penelitian ini dibantu oleh program pengolah data
statistik. Hasil penelitian diuraikan dalam bagian-bagian berikut ini : karakteristik
responden, analisis univariat dan analisis bivariat.
B. Analisis data
1. Analisis Univariat
a. Data Umum Responden
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Sansani
Pekanbaru
Berdasarkan table 4.1 didapatkan rentang usia terbanyak yaitu pada umur
20-29 tahun sebanyak 59 orang (81%).
38
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Sansani
Pekanbaru
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Rumah Sakit
Sansani Pekanbaru
No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1 D3 43 orang 59,7%
2 D4 1 orang 1,4 %
3 S1 28 orang 38,9%
Jumlah 72 orang 100%
Sumber : Analisa Data primer, 2019
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Rumah Sakit Sansani
Pekanbaru
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Burnout (Kejenuhan Kerja) di Rumah
Sakit Sansani Pekanbaru
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Sansani
Pekanbaru
2. Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel
berdasarkan analisis univariat, maka data akan dianalisis lebih lanjut untuk
melihat apakah ada hubungan antara dua variabel dalam penelitian
hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Sansani Pekanbaru. Analisis yang digunakan untuk melihat
hubungan antara dua variabel digunakan analisis bivariat. Kegunaan
analisis bivariat bisa untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
signifikan antara dua variabel. Jenis analisis bivariat yang digunakan
40
adalah uji kai kuadrat/chi-square test (x²). Hasil analisis bivariat dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut :
N % N % N %
Burnout
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 21 Mei-02 Juli 2019
diperoleh data yang merupakan langkah awal untuk memulai analisis hubungan
antara dua variabel. Data tersebut dapat dijadikan acuan dan tolak ukur dalam
melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir. Berikut ini diuraikan
pembahasan penelitian tentang hubungan burnout(kejenuhan kerja) dengan
kinerja perawat di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru.
A. Analisis Univariat
b. Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kinerja perawat didapatkan
bahwa kinerja perawat terbanyak pada kategori tinggi dengan jumlah 56
orang (84,6%). Menurut (Hidayat, 2015) Kinerja adalah hasil karya yang
berhubungan erat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen,
serta berpengaruh kepada aspek keuangan. Kinerja tidak hanya
44
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa
adanya hubungan antara burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat
di Rumah Sakit Sansani Pekanbaru dengan kejadian burnout (kejenuhan
kerja) sebanyak 27 orang (77,1%) responden yang memiliki burnout
(kejenuhan kerja) rendah mengalami kinerja pada katagori tinggi, yang
kedua responden yang memiliki burnout (kejenuhan kerja) sedang
sebanyak 24 orang (96,0%) mengalami kinerja pada katagori tinggi,
kemudian responden yang memiliki burnout (kejenuhan kerja) tinggi
sebanyak 7 orang (58,3%) mengalami kinerja pada katagori rendah. Hasil
uji statistic diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan burnout (kejenuhan kerja) dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Sansani Pekanbaru.
45
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan peneliti saat melakukan penelitian adalah
kesulitan waktu dalam mengumpulkan data dan harus bisa menyesuaikan dengan
46
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Allarcon, G.M. (2011) . a meta analysis of burnout with job demand resources
and attitude . Journal of Vocational Behavior.79.549.562.
Asi, Sri Pahalendang. 2013. “Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap
Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Jurnal. Jurnal
Aplikasi Manajemen Volume 11 Nomor 3 September 2013.
Cahyani, Dwi. (2017). Pengaruh kepuasan kerja dan stres kerja terhadap kinerja
perawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Devina, Ulfa. (2018). Pengaruh etika kerja terhadap kinerja perawat Rumah Sakit
Umum daerah Dr. Abdul Moelek Provinsi Lampung.
Lekahena, F. 2015. (2015). Hubungan antara stres kerja dengan burnout pada
perawat di Rsud Dr. M. Haulussy kota Ambon.
Majore, C. E., & Kalalo, F. P. (2018). Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Kinerja
Perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Pancaran Kasih GMIM Manado.
Journal Keperawatan (e-Kp), 6.
Novita Dian. (2010). Hubungan antara efikasi diri (self efficacy) dan stres dengan
kejenuhan kerja (burnout) pada perawat igd dan icu rsud kota bekasi.