Anda di halaman 1dari 148

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMANFAATAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN


(RTK) OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH
KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh

ZUFRIZAL
NIM. 157032108

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMANFAATAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN
(RTK) OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH
KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar magister Kesehatan Masyarakat
dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ZUFRIZAL
NIM. 157032108

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 30 Januari 2020

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.


Anggota : 1. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.
2. Prof. Drs Heru Santosa, M.S., Ph.D.
3. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa Tesis yang berjudul “Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)

oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kabupaten Langkat” beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2020

Zufrizal

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) merupakan salah satu program pemerintah


daerah yang bertujuan untuk mengurangi kematian ibu. Namun kenyataannya,
masih banyak masyarakat yang tidak memanfaatkan fasilitas ini. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten
Langkat. Penelitian ini merupakan penelitian survei penjelasan yang dilaksanakan
di 10 Puskesmas di Kabupaten Langkat. Sampel penelitian adalah ibu yang
bersalin pada Januari-Juli 2019 di 10 Puskesmas di Kabupaten Langkat sebanyak
185 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode analisis data
yang digunakan adalah chi square pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya 9,2% responden yang memanfaatkan RTK. Ada
hubungan yang signifikan antara kesehatan ibu dengan pemanfaatan rumah
tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin. Pengetahuan, sikap, paritas, dukungan
keluarga, jarak tempuh, dan jaminan kesehatan tidak berhubungan dengan
pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin. Disarankan
kepada Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat hendaknya
melakukan pengawasan rutin terhadap pelaksanaan program kerja yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak khususnya pemanfaatan rumah tunggu kelahiran
(RTK) di seluruh Puskesmas yang berada di Kabupaten Langkat.

Kata kunci : Rumah tunggu kelahiran, pemanfaatan

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Maternity House for Childbirth (MHC) is one of the local government programs
that aim to reduce maternal mortality. However, in reality, there are still many
people who do not take advantage of this facility. The purpose of this study was to
analyze the factors associated utilization of maternity house for childbirth (MHC)
in Langkat Regency. This research is an explanatory survey research conducted
in 10 Puskesmas in Langkat Regency. The research sample was 185 mothers who
gave birth in January-July 2019 at 10 Puskesmas in Langkat Regency. Data aids
using a questionnaire. The data analysis method used was chi square at the 95%
level of confidence. The results showed that only 9.2% of respondents make used
of MHC. There is a significant relationship between utilization of maternity house
for childbirth (MHC) by mothers who give birth. Knowledge, attitudes, parity,
family support, distance traveled, and health insurance are not related to the
utilization of maternity house for childbirth (MHC). It is suggested to the Langkat
Regency Health Office to carry out routine supervision of the implementation of
work programs related to maternal and child health, especially the utilization of
maternity house for childbirth (MHC) in all Puskesmas in Langkat Regency.

Keywords: Maternity house for childbirth, utilization

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat

serta karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam penulisan tesis ini

sudah tentu banyak pihak yang telah ikut memberikan bantuan, maka penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU dan sekaligus Dosen Pembimbing I.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A, M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II, atas kesediaan

waktunya untuk memberikan bimbingan, dorongan, perhatian dan saran

kepada penulis selama proses penyelesaian tesis.

6. Prof. Drs Heru Santosa, M.S., Ph.D. selaku Dosen Penguji I, atas segala

masukan selama proses penyelesaian tesis ini.

7. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Penguji II, atas segala

masukan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian

tesis.

8. Dr. Sofyan Armanya., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat

yang memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan serta

vi
Universitas Sumatera Utara
melakukan penelitian.

9. Seluruh Kepala Puskesmas yang terlibat dalam penelitian ini yang

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Seluruh bidan desa yang telah bersedia membantu penulis.

11. Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

khususnya Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

12. Anak-anakku tersayang yaitu Alif, Rafii dan Puan, serta kedua orang tuaku

yang senatiasa mendampingi serta memberikan dorongan yang sangat berarti

selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan tesis ini.

13. Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada para sahabat

khususnya peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara angkatan 2015 yang senantiasa memberikan semangat kepada

penulis selama penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan.

Atas saran dan masukan yang telah diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2020

Zufrizal

vii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 10
Kematian Ibu 10
Penyebab-penyebab kematian ibu 10
Persalinan 11
Definisi persalinan 11
Bentuk persalinan 12
Tanda-tanda persalinan 12
Faktor-faktor penting dalam persalinan 12
Tempat-tempat persalinan 13
Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) 14
Definisi rumah tunggu kelahiran 14
Sasaran pemanfaatan rumah tunggu kelahiran 15
Indikator rumah tunggu kelahiran 16
Pembagian rumah tunggu kelahiran 17
Sistem rujukan rumah tunggu kelahiran 18
Pelayanan Kesehatan 18
Pemanfaatan pelayanan kesehatan 21
Faktor kontesktual 21
Faktor individu 23
Perilaku kesehatan 25
Hasil 26
Landasan Teori 27

viii
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Konsep 29
Hipotesis 29

Metode Penelitian 30
Jenis Penelitian 30
Lokasi dan Waktu Penelitian 30
Populasi dan Sampel 31
Variabel dan Definisi Operasional 33
Metode Pengumpulan Data 37
Metode Pengukuran 37
Metode Analisis Data 40

Hasil Penelitian 42
Deskripsi Lokasi Penelitian 42
Gambaran rumah tunggu kelahiran 42
Demografi 45
Distribusi Karakteristik Responden 45
Distribusi Paritas yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 46
Distribusi Jarak Tempuh yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin 47
Distribusi Pengetahuan yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin 47
Distribusi Sikap yang Berhubungan dengan Pemanfaatan
Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 49
Distribusi Dukungan Keluarga yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin 51
Distribusi Jaminan Kesehatan yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin 53
Distribusi Kondisi Kesehatan Ibu yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin 55
Distribusi Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh
Ibu Bersalin 56
Hubungan Paritas, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga,
jarak tempuh, jamina kesehatan dan Kondisi Kesehatan Ibu
dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh
Ibu Bersalin 57

ix
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan 62
Hubungan Paritas dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu
Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 62
Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu
Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 64
Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu
Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 65
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 67
Hubungan Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu
Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 69
Hubungan Jaminan Kesehatan dengan Pemanfaatan Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 71
Hubungan Kondisi Kesehatan Ibu dengan Pemanfaatan Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin 72
Implikasi Penelitian 75
Keterbatasan Penelitian 75

Kesimpulan dan Saran 76


Kesimpulan 76
Saran 76

Daftar Pustaka 78
Lampiran 83

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Persentase Ibu yang Melahirkan Anak Lahir Hidup dalam Dua


Tahun Terakhir Menurut Tempat Persalinan dan Tipe Daerah
Tahun 2015 14

2 Distribusi Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian pada 10 RTK


di Kabupaten Langkat 33

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 35

4 Metode Pengukuran 40

5 Gambaran Rumah Tunggu Kelahiran 42

6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 46

7 Distribusi Kategori Variabel Paritas 47

8 Distribusi Kategori Variabel Jarak Tempuh 47

9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan


yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu
Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten Langkat 48

10 Distribusi Kategori Variabel Pengetahuan 49

11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran
(RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten Langkat 50

12 Distribusi Kategori Variabel Sikap 51

13 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Dukungan


Keluarga yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten
Langkat 52

14 Distribusi Kategori Variabel Dukungan Keluarga 53

15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Jaminan


Kesehatan yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah

xi
Universitas Sumatera Utara
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten
Langkat 54

16 Distribusi Kategori Variabel Jaminan Kesehatan 55

17 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kondisi


Kesehatan Ibu yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten
Langkat 55

18 Distribusi Kategori Variabel Kondisi Kesehatan Ibu 56

19 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pemanfaatan


RumahTunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di
Kabupaten Langkat 57

20 Distribusi Kategori Variabel Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) 57

21 Hubungan Paritas, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga,


Jarak Tempuh, Jaminan Kesehatan dan Kondisi Kesehatan Ibu
dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh
Ibu Bersalin di Kabupaten Langkat 61

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman
1 Tempat persalinan 14

2 A behavioral model of health services use including contextual


and individual characteristics 27

3 Kerangka konsep 29

4 Peta Kabupaten Langkat 45

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

No Judul Halaman
1 Lembar Permintaan Menjadi Responden 83

2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 84

3 Kuesioner Penelitian 85

4 Rekap Laporan Persalinan Kabupaten Langkat Tahun 2018 89

5 Rekap Laporan Persalinan dan Pemanfaatan RTK Januari-


Juli 2019 Kabupaten Langkat 90

6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 91

7 Output Hasil Penelitian 97

8 Dokumentasi 119

9 Surat Komisi Pembimbing 126

10 Surat Permohonan Izin Penelitian 127

11 Surat Izin Penelitian 128

12 Surat Selesai Penelitian 129

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome


AKI Angka Kematian Ibu
ANC Antenatal Care
BPS Badan Pusat Statistik
df Degree of Freedom
dL Desi Liter
Dinkes Dinas Kesehatan
HIV Human Immunodeficiency Virus
ICD-10 The International Statistical Classification of Disease Health
Problem 10th Revision
KEK Kurang Energi Kronis
Kemenkes Kementerian Kesehatan
KIBBLA Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Km Kilometer
MMR Maternal Mortality Rate
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PNS Pegawai Negeri Sipil
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RTK Rumah Tunggu Kelahiran
Sarpras Sarana dan Prasarana
SD Sekolah Dasar
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SIAGA Siap Antar Jaga
SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SUPAS Survei Penduduk Antar Sensus
WHO World Health Organization

xv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Zufrizal, lahir tanggal 20 Oktober 1973 di Cot Ara.

Pendidikan formal penulis, di mulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri Mangki

tamat Tahun 1986, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Simpang Tiga

tamat Tahun 1989, Sekolah Menengah Atas P.Baro tamat Tahun 1992, SPPH

Depkes tamat Tahun 1993, Strata-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2007.

Penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan di Program Studi S-2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, dengan Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2015-2017.

Bekerja sebagai Kepala Puskesmas Tangkahan Durian Kabupaten Langkat

dari Tahun 2012 sampai dengan sekarang.

Medan, Januari 2020

Zufrizal

xvi
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)

merupakan indikator untuk mengukur status kesehatan ibu di suatu wilayah. Saat

ini, kematian ibu masih menjadi masalah krusial di dunia. Menurut laporan World

Health Organization (WHO) tahun 2014, AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa.

Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000

jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Indonesia masih

menduduki posisi tertinggi AKI di kawasan Asia Tenggara yaitu 190 per 100.000

kelahiran hidup, kemudian disusul oleh Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup,

Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup,

dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012, AKI di Indonesia naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup bila

dibandingkan pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. AKI dari

hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 sebesar 305 per 100.000

kelahiran hidup. Peningkatan AKI ini merupakan tantangan bagi pemerintah

untuk mencapai sasaran RPJMN tahun 2015-2019 yaitu sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).

Provinsi Sumatera Utara merupakan lima dari enam Provinsi yang ada di

Indonesia yang memiliki AKI tertinggi selain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur dan Sulawesi Selatan (Harian Analisa Daily, 2016). Menurut

pernyataan dari Gubernur Sumatera Utara, hasil laporan dari Dinas Kesehatan

1
Universitas Sumatera Utara
2

Provinsi Sumatera Utara bahwa angka kematian ibu pada tahun 2016 mencapai

228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun kematian ibu mengalami penurunan

bila dibandingkan dengan AKI tahun 2015 yaitu 260 per 100.000 kelahiran hidup,

namun angka ini masih tetap tinggi dan belum mencapai target SDG’s (Waspada

Online, 2016).

Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Langkat, pada tahun 2014

kematian ibu sebesar 72,43 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini

mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 110,4 jiwa per 100.000 kelahiran

hidup. Pada tahun 2016, kematian ibu di Kabupaten Langkat mengalami

penurunan menjadi 64 per 100.000 kelahiran hidup yang berarti jumlah ibu yang

mati sebanyak 13 jiwa per 20.215 jiwa kelahiran hidup dengan penyebab

terbanyak adalah pendarahan, esklampsia dan penyebab lain (Pemerintah

Kabupaten Langkat, 2019). Walaupun kematian ibu mengalami penurunan,

namun Langkat masih merupakan salah satu Kabupaten penyumbang AKI

terbanyak di Provinsi Sumatera Utara, tepatnya menempati nomor urutan kedua

setelah Kabupaten Deli Serdang (Kemenkes RI, 2014).

Kematian ibu dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan masa

nifas. Menurut (WHO, 1996), kematian ibu dapat disebabkan komplikasi obstetri

pada pendarahan, sepsis, persalinan yang tersumbat, gangguan hipertensi pada

kehamilan dan aborsi septik. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian

(Fibriani, 2007) bahwa kematian ibu dapat disebabkan kehamilan itu sendiri dan

komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, komplikasi obstetri, status kesehatan

ibu, status reproduksi, akses, perilaku penggunaan pelayanan kesehatan serta

Universitas Sumatera Utara


3

faktor sosio–kultural dan ekonomi.

Selain itu, kematian ibu juga dapat disebabkan oleh tiga faktor dari risiko

keterlambatan (3T) yaitu terlambat dalam pemeriksaan, terlambat dalam

memperoleh pelayanan persalinan dan terlambat tiba ke fasilitas pelayanan

kesehatan dan 4 terlalu (4T) yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu tua dan

terlalu dekat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

2562/MENKES/PER/XII/2011). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil

penelitian dari (Fransiska, 2017) bahwa kematian maternal dapat dipengaruhi

langsung oleh keterlambatan pengambilan keputusan, keterlambatan di jalan,

keterlambatan mendapatkan penanganan dan komplikasi obstetri, sedangkan

pengaruh tidak langsungnya adalah kehamilan berisiko tinggi, tidak rutin dalam

pemeriksaan ANC, pendidikan dan pekerjaan ibu.

Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu target dari

Rancangan SDGs. Pada tahun 2030 penurunan AKI secara global yaitu 70

kematian per 100.000 kelahiran hidup. Keberhasilan program tersebut di ukur

melalui indikator persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih dan persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun pada

kenyataannya, banyak ibu hamil yang tidak dapat mengakses pelayanan

kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dan proses pencarian

pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut (Andersen, Rice,

& Kominski, 2001), terdapat tiga faktor yang memengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan yaitu faktor predisposisi (demografi, struktur sosial dan

Universitas Sumatera Utara


4

kepercayaan kesehatan), faktor pemungkin (kebijakan kesehatan, keuangan dan

organisasi) dan faktor kebutuhan (lingkungan dan indikasi kesehatan ibu). Model

Andersen ini menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan infrastruktur yang belum

memadai serta transportasi di daerah terpencil masih sangat terbatas, maka akan

sulit membawa seorang ibu dengan komplikasi ke sarana kesehatan terdekat yang

sesuai karena jarak tempuh yang lama. Maka demikian Pemerintah membuat

Program Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) yang memiliki fungsi penting sebagai

tempat tinggal sementara bagi ibu hamil sampai tiba saat persalinan (WHO,

1996).

RTK merupakan Program Pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan

jumlah kematian ibu, mampu meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan, mampu meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas kesehatan serta

mampu menangani kasus kegawatdaruratan (Kemenkes RI, 2009). Program ini

tercantum pada Permenkes Republik Indonesia Nomor

2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan;

Permenkes Nomor 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan masa Sebelum

Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan

Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual; dan Permenkes

Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, serta sarana dan Prasarana Penunjang

Subbidang Sarpras Anggaran Kesehatan tahun 2016 (Peraturan Menteri

Universitas Sumatera Utara


5

Kesehatan Republik Indonesia nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011). Oleh

karena itu untuk mendukung Program Pemerintah tersebut, Pemerintah Kabupaten

Langkat telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 tentang

KIBBLA (Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak) dan Surat Edaran Nomor

441-885-DINKES Tahun 2015 ( Pemerintah Kabupaten Langkat, 2019).

Program Pemerintah tersebut telah dilaksanakan oleh beberapa daerah di

Indonesia yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cilegon dan Kabupaten

Kepulauan Meranti Riau (Pedoman Media Siber, 2015). Namun sampai saat ini

belum ada target dari Pemerintah mengenai pemanfaatan RTK tersebut.

Sasaran dari pemanfaatan RTK tersebut adalah ibu hamil dengan faktor

risiko dan risiko tinggi serta ibu hamil dari lokasi dan geografi yang sulit

(Kemenkes RI, 2009; van Lonkhuijzen, Stekelenburg, & van Roosmalen).

Menurut hasil penelitian dari (Hong & Them, 2015), dua dari empat penyebab

rendahnya pemanfaatan rumah tunggu kelahiran dikarenakan oleh faktor geografis

dan tidak mempunyai biaya. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil

penelitian (Adriana, 2014) bahwa akses ke palayanan kesehatan merupakan

variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang

memadai dan penelitian (Bakoil, 2017) yang menyatakan jaminan kesehatan juga

berpengaruh secara tidak langsung terhadap pemanfaatan rumah tunggu

persalinan.

Kabupaten Langkat terdiri dari tiga wilayah yaitu Langkat Hulu, Langkat

Hilir dan Langkat Teluk Haru dimana memiliki 30 RTK dari 30 Puskesmas yang

tersebar di 23 Kecamatan. Hasil wawancara peneliti dengan Kepala Dinas

Universitas Sumatera Utara


6

Kesehatan, Program RTK ini mulai dicanangkan sejak Januari 2016 serentak di

seluruh Puskesmas wilayah Kabupaten Langkat. Sosialisasi juga telah dilakukan,

baik itu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat kepada setiap Puskesmas

maupun masyarakat. Namun kenyataannya, masyarakat belum antusias

memanfaatkan RTK. Hal ini dapat terlihat dari hasil rekap laporan dari data Dinas

Kesehatan dan seluruh Puskesmas menunjukkan bahwa pada Januari sampai

dengan Juli 2019 hanya 17,62 persen yang memanfaatkan RTK dari jumlah total

10.390 orang ibu yang bersalin di seluruh Puskesmas wilayah Kabupaten Langkat.

Ada beberapa alasan yang mendasari ibu tidak memanfaatkan fasilitas

yang disediakan oleh Pemerintah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

terhadap 20 orang ibu yang pernah bersalin di 10 Puskesmas di wilayah

Kabupaten Langkat, 70 persen mengatakan keluarga tidak mendukung sehingga

tidak ada yang mendampingi selama berada di RTK, 55 persen mengatakan ada

masalah terhadap jarak dan waktu tempuh ke RTK sehingga lebih memilih

melakukan persalinan di bidan desa terdekat, 60 persen mengatakan bukan

merupakan persalinan yang pertama, 85 persen mengatakan kondisi dan

kehamilan mereka dalam keadaan sehat, dan 55 persen belum mengetahui dengan

jelas tentang manfaat, fasilitas yang diperoleh dan biaya selama berada di RTK

sehingga mereka menganggap tidak memerlukan RTK tersebut karena bersalin

dapat dilakukan dimana saja.

Hasil observasi peneliti di lapangan diperoleh bahwa posisi 10 lokasi

seluruh RTK di Kabupaten Langkat yaitu RTK Puskesmas Pematang Jaya, RTK

Puskesmas Besitang, RTK Puskesmas Securai, RTK Puskesmas TKH. Durian,

Universitas Sumatera Utara


7

RTK Puskesmas Beras Basah, RTK Puskesmas Gebang, RTK Puskesmas

Pangkalan Susu, RTK Puskesmas Pangkalan Brandan, RTK Puskesmas Pantai

Cermin dan RTK Puskesmas Tanjung Beringin berada tidak jauh dari Puskesmas

dan fasilitas yang tersedia di RTK tersebut sudah sesuai dengan standar seperti

yang tercantum pada Permenkes. Namun, kekurangan yang dimiliki oleh hampir

seluruh RTK adalah hanya mampu menampung kurang dari empat orang ibu

dalam waktu bersamaan dikarenakan ukuran rumah yang digunakan tidak terlalu

besar. Hal ini dapat menjadi alasan lain masyarakat tidak bersedia memanfaatkan

RTK.

Hasil wawancara peneliti dengan bidan di tiap-tiap RTK, seluruh RTK

telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, ditinjau dari

fasilitas yang tersedia, lokasi yang mudah terjangkau dan tenaga kesehatan yang

memadai. Sepuluh rumah tunggu kelahiran yang diteliti dalam penelitian ini

merupakan jenis rumah tunggu kelahiran Puskesmas.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu Birmeta (2013), Jodi et al (2013),

Ruiz et al (2013) dan Kawakatsu et al (2014) menunjukkan bahwa faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran yaitu faktor

demografi, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, interval kelahiran, jarak dan waktu

tempuh, kondisi sosial ekonomi, kelengkapan fasilitas rumah tunggu kelahiran,

pelayanan dan keterampilan tenaga kesehatan, sistem rujukan, keterlibatan dan

peran serta masyarakat, dan kesehatan ibu. Hasil penelitian tersebut juga di

dukung oleh penelitian (Sukoco & Suparmi, 2017; Fajriah, 2013)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perlu

Universitas Sumatera Utara


8

dilakukan penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan Rumah Tunggu

Kelahiran. Penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di

wilayah Kabupaten Langkat.

Perumusan Masalah

Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara sebagai penyumbang kematian ibu tertinggi yaitu 13 kasus selama tahun

2017. Untuk mengantisipasi peningkatan kematian ibu tersebut, maka Pemerintah

Kabupaten Langkat telah mengeluarkan dua Peraturan yakni Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2013 tentang KIBBLA (Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan

Anak) dan Surat Edaran Nomor 441-885-DINKES Tahun 2015, serta

pembentukan Program Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) sejak Januari 2016 di

seluruh Puskesmas di wilayah Kabupaten Langkat. Program Rumah Tunggu

Kelahiran tersebut merupakan salah satu Program Pemerintah dan juga bagian

dari Program Jaminan Persalinan (Jampersal). Maka demikian, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di wilayah

Kabupaten Langkat”.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di wilayah Kabupaten Langkat

Universitas Sumatera Utara


9

Manfaat Penelitian

Dinas kesehatan kabupaten Langkat. Sebagai bahan masukan bagi

Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk dijadikan bahan kajian dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah tunggu kelahiran.

Instansi terkait. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

seluruh Puskesmas di Kabupaten Langkat dalam rangka meningkatkan upaya

pencapaian target pelayanan persalinan oleh petugas.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Kematian Ibu

World Health Organization (WHO) dalam The International Statistical

Classification of Disease Health Problem 10th Revision (ICD-10) mendefinisikan

kematian ibu adalah kematian wanita saat hamil sampai 42 hari setelah

berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada umur kehamilan dan letak

kehamilan di dalam atau di luar kandungan disebabkan oleh kehamilannya atau

kondisi tubuh yang memburuk yang diakibatkan kehamilan atau kesalahan pada

pertolongan persalinan, tetapi tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh

kecelakaan atau kelalaian (WHO, 2014).

Penyebab-penyebab kematian ibu. Berdasarkan definisi kematian ibu

diatas maka secara garis besar penyebab-penyebab kematian ibu dapat dibagi atas

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung (WHO, 2014) :

Penyebab langsung (direct maternal death). Penyebab langsung (direct

maternal death) yaitu kematian maternal yang langsung disebabkan oleh

komplikasi obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang

disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan-

tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin atau nifas seperti

pendarahan, toxemia dan infeksi.

Penyebab tidak langsung (indirect maternal death). Penyebab tidak

langsung (indirect maternal death) yaitu kematian maternal yang disebabkan oleh

suatu penyakit yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah

berat akibat kehamilan, persalinan dan nifas.

10
Universitas Sumatera Utara
11

Menurut (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

2562/MENKES/PER/XII/2011), penyebab tidak langsung merupakan penyebab

yang terjadi karena pengaruh sosial ekonomi, pendidikan, kedudukan dan peranan

wanita, sosial budaya, dan transportasi. Hal ini dikenal dengan sebutan tiga

terlambat dan empat terlalu. Tiga terlambat tersebut adalah :

a. Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera

mencapai pertolongan.

b. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan yang mampu memberikan

pertolongan persalinan.

c. Terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan

kesehatan.

Empat terlalu tersebut adalah :

a. Terlalu muda untuk punya anak (umur<20 tahun).

b. Terlalu banyak melahirkan anak (anak >3 orang).

c. Terlalu dekat jarak melahirkan anak (<2 tahun).

d. Terlalu tua untuk melahirkan (umur > 35 tahun).

Persalinan

Definisi persalinan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Manuaba, 2010).

Yang dimaksud dengan persalinan dan kelahiran dikatakan normal

menurut pendapat (Sumarah, Widyastut, & Wiyati, 2009) merupakan proses

Universitas Sumatera Utara


12

pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

Bentuk persalinan. Bentuk-bentuk dari persalinan terdiri dari persalinan

spontan, persalinan buatan dan persalinan anjuran (Manuaba, 2010).

Persalinan spontan. Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi

dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi

yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

Persalinan buatan. Persalinan buatan adalah proses persalinan yang

dibantu dengan tenaga dari luar msalnya ekstraksi dengan fosep atau dilakukan

operasi seksio caesaria.

Persalinan anjuran. Persalinan anjuran adalah persalinan yang mana

prosesnya ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

Tanda-tanda persalinan. Tanda-tanda dari persalinan menurut

(Manuaba, 2010) sebagai berikut :

1. Kekuatan his/kontraksi otot makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir

bercampur darah).

3. Dapat disertai ketuban pecah.

4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks,

pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks).

Faktor-faktor penting dalam persalinan. Menurut (Manuaba, 2010) dan

Universitas Sumatera Utara


13

(Sumarah, Widyastut, & Wiyati, 2009), faktor-faktor penting dalam persalinan

adalah :

Power. Power yaitu tenaga atau kekuatan yang berasal kemampuan ibu

melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk

mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga

sebagai kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Kekuatan primer

berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di

segmen uterus bagian atas, sedangkan kekuatan sekunder terjadi segera setelah

bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat

mendorong keluar sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong

kebawah ini disebut kekuatan sekunder. Kekuatan sekunder ini penting untuk

mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina.

Passenger. Pasanger merupakan janin dan plasenta.

Passage. Passage merupakan jalan lahir yang terdiri dari panggul ibu

yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar

vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul

ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam

proses persalinan, sehingga bentuk dan ukuran panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai.

Tempat-tempat persalinan. Salah satu faktor utama yang berkonribusi

terhadap tingginya AKI adalah terbatasnya tempat persalinan yang memadai.

Upaya mengurangi risiko kematian ibu sangat penting dengan cara meningkatkan

persalinan yan dilakukan tenaga kesehatan professional (BKKBN, BPS,

Universitas Sumatera Utara


14

Kementerian Kesehatan, dan Measure DHS ICF International, 2013).

Gambar 1. Tempat persalinan

Tabel 1

Persentase Ibu yang Melahirkan Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Tempat Persalinan dan Tipe Daerah Tahun 2015

Tempat Persalinan Tipe Daerah


Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
RS/RS Bersalin 38,35 18,45 28,40
Klinik/Bidan/Prakter Dokter 44,23 31,11 37,67
Puskesmas/Polindes/Pustu 8,22 14,89 11,55
Rumah 8,85 34,98 21,91
Lainnya 0,35 0,57 0,46
Sumber : BPS (2015)

Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)

Definisi rumah tunggu kelahiran. Rumah tunggu kelahiran atau

maternity waiting homes merupakan fasilitas tempat tinggal, yang berada dekat

fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Poskesdes) yang dapat digunakan sebagai

Universitas Sumatera Utara


15

tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya selama beberapa hari,

saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah persalinan (Kemenkes

RI, 2009).

Penentuan lokasi rumah tunggu harus berada dekat dengan fasilitas

pelayanan kesehatan agar dapat membawa ibu hamil saat akan melahirkan tiba

atau terjadi kegawatdaruratan. Jarak yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 10

menit dengan berjalan kaki (Kemenkes RI, 2009).

Sasaran pemanfaatan rumah tunggu kelahiran. Sasaran pemanfaatan

rumah tunggu kelahiran adalah ibu hamil dengan faktor risiko dan risiko tinggi

serta ibu hamil dari lokasi geografi yang sulit. Yang dimaksud dengan ibu hamil

dengan faktor risiko dan risiko tinggi adalah (Kemenkes RI, 2009):

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2. Anak lebih dari 4.

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan minimal 2 tahun.

4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

atau penambahan berat badan <9 kg selama masa kehamilan.

5. Anemia dengan dari Haemoglobin < 11 gr/dL.

6. Tinggi badan >145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang

belakang.

7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkolosis, kelainan

jantung ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik

Lupus Eritematosus, dan lain-lain), tumor dan keganasan.

Universitas Sumatera Utara


16

9. Riwayat kehamilan yang buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik

terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.

10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,

ekstraksi vakum/forceps.

11. Riwayat nifas dengan komplikasi : pendarahan pasca persalinan, infeksi masa

nifas, psikosis postpartum (postpartum blues).

12. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat

kongenital.

13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.

14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.

15. Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia

kehamilan > 32 minggu.

Indikator rumah tunggu kelahiran. Pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran oleh masyarakat dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai

berikut (Kemenkes RI, 2009):

1. Persentase ibu hamil yang memanfaatkan rumah tunggu kelahiran yang

datang sebelum bersalin.

2. Persentase ibu hamil berisiko dan risiko tinggi yang jauh datang beberapa hari

sebelum bersalin.

3. Jumlah ibu hamil yang didampingi keluarga.

4. Jumlah kematian ibu.

5. Jumlah kematian neonatal.

6. Jumlah komplikasi obstetri dan neonatal yang tertangani.

Universitas Sumatera Utara


17

Pembagian rumah tunggu kelahiran. Berdasarkan lokasi dan fungsinya,

rumah tunggu kelahiran dibedakan menjadi (Kemenkes RI, 2009):

Rumah tunggu poskesdes. Rumah tunggu poskesdes merupakan suatu

bangunan atau ruangan yang letaknya berada dekat dengan poskesdes yang

digunakan bagi para ibu hamil dengan non risiko.

Rumah tunggu puskesmas. Rumah tunggu puskesmas merupakan rumah

tunggu kelahiran yang letaknya berada dekat dari Puskesmas yang mampu

memberikan pertolongan persalinan non risiko dan atau beberapa risiko yang

disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas itu sendiri.

Rumah tunggu rumah sakit. Rumah tunggu rumah sakit adalah rumah

tunggu kelahiran yang berada dekat dengan rumah sakit, digunakan oleh ibu hamil

yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit.

Berdasarkan bentuk pelayanan yang ditawarkan, rumah tunggu kelahiran

dibedakan menjadi :

Rumah tunggu kelahiran tanpa pelayanan. Rumah tunggu kelahiran

yang hanya menyediakan fasilitas tinggal saja. Ibu hamil dan pendampingnya

dapat tinggal disini, tetapi menyediakan keperluan sehari-harinya sendiri.

Rumah tunggu kelahiran dengan pelayanan. Rumah tunggu kelahiran

dimana ibu hamil mendapatkan pelayanan seperti makanan dan minuman,

mencuci pakaian dan lain-lain (tergantung kesepakatan setempat). Pengadaan

kebutuhan sehari-hari ibu hamil selama berada di rumah tunggu dapat dikelola

oleh masyarakat melalui biaya masyarakat sekitar, pemerintah daerah atau

donatur.

Universitas Sumatera Utara


18

Rumah tunggu kelahiran dengan pelayanan tambahan. Rumah tunggu

kelahiran yang menyediakan berbagai macam kegiatan tambahan seperti

memberikan keterampilan perempuan, penyuluhan kesehatan, peningkatan

pendapatan dan sebagainya.

Sistem rujukan rumah tunggu kelahiran. Rumah tunggu kelahiran

merupakan salah satu mata rantai dari jejaring dalam rujukan kasus dalam rangka

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Sistem rujukan akan berjalan apabila

semua mata rantainya berfungsi dengan baik dan saling berkaitan satu dengan

yang lain. Tidak berfungsinya satu mata rantai dapat mengakibatkan kegagalan

dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2009).

Mata rantai rujukan dapat berupa fasiliats pelayanan kesehatan pemerintah

atau fasilitas pelayanan kesehatan yang dibentuk oleh masyarakat :

a. Fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, meliputi Puskesmas Pembantu,

Puskesmas, RS Umum dan RS Polri/TNI.

b. Fasilitas pelayanan kesehatan non pemerintah/swasta antara lain Posyandu,

Poskesdes, Dokter/Bidan praktek swasta, Klinik dan RS Swasta. Fasilitas

non kesehatan yang dapat dipakai sebagai rumah tunggu kelahiran seperti

rumah dukun, panti sosial, wisma keagamaan, wisma masyarakat, rumah

tokoh dan sebagainya (Kemenkes RI, 2009).

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah penggunaan faslitas pelayanan kesehatan yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan oleh

petugas/tenaga ataupun bentuk kegiatan-kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


19

kesehatan tersebut (Azwar, 1996). Kemenkes (2009) mendefinisikan pelayanan

kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Kebutuhan akan layanan

kesehatan membutuhkan 5 elemen yakni (Ridwan, 2011) :

Accesbility. Definisi dan aspek konsep akses ke perawatan medis yang

ditinjau dan diintegrasikan ke dalam kerangka kerja yang memandang kebijakan

kesehatan seperti yang dirancang untuk mempengaruhi karakterisitik dari sistem

penyedia layanan kesehatan dan populasi berisiko dalam rangka membawa

perubahan dalam pemanfaatan kesehatan pelayanan perawatan dan kepuasan

konsumen dengan pelayanan tersebut. Akses dapat berupa ketersediaan

dimanapun dan kapanpun pasien membutuhkan. Akses juga dapat berupa

ketersediaan finansial dan sumber pelayanan kesehatan di dalam suatu daerah.

Baik rural maupun urban, harus memiliki akses yang seimbang untuk pelayanan

kesehatan.

Availability. Ketersediaan dalam pelayanan kesehatan. Namun, tidak

semua pelayanan kesehatan dapat tersedia untuk beberapa populasi yang berbeda,

atau para dokter mungkin memiliki kecenderungan yang berbeda untuk

menawarkan pengobatan bagi pasien dengan kebutuhan yang sama dari kelompok

populasi yang berbeda.

Knowledge. Pengetahuan dalam pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan.

Terutama mengenai perawatan atau pengobatan. Pengetahuan diperlukan sebagai

Universitas Sumatera Utara


20

titik puncak untuk mencapai sikap dan perilaku.

Attitude. Sikap adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sakit, penyakit dan sistem pelayanan kesehatan. Pasien

dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang pelayanan kesehatan akan

merasakan kemampuan secara lebih dalam hal meningkatkan kewaspadaan

mereka dalam menjaga kesehatan.

Beliefs. Kadang-kadang, di suatu daerah atau tempat, penduduk di

dalamnya memiliki berbagai macam kepercayaan yang berkaitan dengan layanan

kesehatan, yang tentu saja memberikan dampak pada status kesehatan penduduk

tersebut. Misalnya, di daerah Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil

pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan

daging karena akan menyebabkan pendarahan yang banyak. Tentunya hal ini

sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan bayi. Selain itu, larangan untuk

memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita

hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat

di daerah pedesaan.

Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik menurut

(Azwar, 1996) sebagai berikut :

1. Tersedia dan berkesinambungan (available and continuous).

2. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate).

3. Mudah dicapai (accessible).

4. Mudah dijangkau (affordable).

5. Bermutu (quality).

Universitas Sumatera Utara


21

Pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut (Andersen, Rice, &

Kominski, 2001), peningkatan akses ke pelayanan kesehatan paling baik jika

berfokus kepada kontekstual dan determinan individu. Secara kontekstual dibagi

atas tiga kondisi yaitu :

1. Kondisi yang ada yang memengaruhi orang untuk menggunakan atau tidak

menggunakan layanan, meskipun kondisi ini tidak secara langsung

bertanggung jawab untuk penggunaan.

2. Kondisi yang memfasilitasi atau menghalangi penggunaan layanan.

3. Kondisi atau kebutuhan penyedia layanan kesehatan yang membutuhkan

peawatan medis.

Faktor kontekstual. Faktor kontekstual lebih menekankan akan

pentingnya masyarakat, struktur dan proses memberikan perawatan. Namun,

fokus utama tetap pada perilaku individu (terutama penggunaan layanan

kesehatan) dan hasil yang diperoleh mengenai kesehatan mereka dan kepuasan

dalam layanan.

Karakteristik predisposisi kontekstual (contextual predisposing

characteristics). Karakteristik predisposisi kontekstual terdiri dari demografis

termasuk usia, jenis kelamin, dan komposisi status perkawinan suatu komunitas;

sosial termasuk tingkat pendidikan, komposisi etnis dan ras, proporsi imigran

baru, tingkat pekerjaan, dan tingkat kejahatan.; serta keyakinan yang mengacu

pada nilai-nilai komunitas atau organisasi yang mendasari, norma-norma budaya

dan perspektif politik yang berlaku mengenai bagaimana layanan kesehatan harus

diatur, dibiayai, dan dapat diakses oleh penduduk.

Universitas Sumatera Utara


22

Karakteristik pendukung kontekstual (contextual enabling

characteristics). Karakteristik pendukung kontekstual terdiri dari kebijakan

kesehatan, pembiayaan dan organisasi.

Kebijakan kesehatan. Kebijakan ksehatan adalah keputusan otoritatif yang

dibuat berkaitan dengan kesehatan. Kebijakan kesehatan ini dapat menjadi

kebijakan publik yang dibuat di cabang legislatif, eksekutif, atau yudisial

pemerintah, di semua tingkatan dari lokal hingga nasional. Dan juga bisa menjadi

kebijakan yang dibuat di sektor swasta oleh pengambil keputusan seperti eksekutif

organisasi perawatan yang dikelola mengenai lini produk, harga, atau pemasaran,

atau oleh lembaga akreditasi seperti Komisi Gabungan Akreditasi Organisasi

Perawatan Kesehatan (JCAHO) atau penilaian kualitas organisasi seperti Komite

Nasional untuk Jaminan Kualitas (NCQA).

Pembiayaan. Pembiayaan adalah serangkaian tindakan yang menunjukkan

sumber daya yang tersedia berpotensi untuk membayar layanan kesehatan,

termasuk pendapatan per kapita masyarakat, dan kekayaan. Selain itu berupa

insentif untuk membeli atau menyediakan layanan seperti tingkat pertanggungan

asuransi kesehatan, harga perawatan medis, barang dan jasa lainnya, serta pemberi

kompensasi. Juga termasuk di sini adalah pengeluaran per kapita untuk layanan

kesehatan.

Organisasi. Organisasi mencakup jumlah dan distribusi fasilitas dan

personel layanan kesehatan serta bagaimana mereka terstruktur untuk

menawarkan layanan seperti rasio dokter dan tempat tidur rumah sakit terhadap

populasi. Struktur juga mencakup bagaimana perawatan medis diatur dalam

Universitas Sumatera Utara


23

lembaga atau sistem pengiriman tertentu di mana orang menerima perawatan,

seperti jam kantor dan lokasi layanan, campuran penyedia, pemanfaatan dan

pengawasan kontrol kualitas, serta program penjangkauan dan pendidikan

Karakteristik kebutuhan kontekstual (contextual need characteristics).

Karakteristik kebutuhan kontekstual terdiri dari lingkungan, dan indeks kesehatan

penduduk.

Lingkungan. Lingkungan termasuk tindakan yang berkaitan dengan

kesehatan lingkungan fisik, seperti kualitas perumahan, air, dan udara (misalnya,

yang berada di kabupaten yang memenuhi standar kualitas udara ambien nasional

sepanjang tahun). Faktor-faktor lain yang menunjukkan seberapa sehat lingkungan

adalah cedera dan tingkat kematian di tempat kerja atau kecelakaan.

Indeks kesehatan penduduk. Indeks kesehatan penduduk adalah indikator

kesehatan masyarakat yang lebih umum yang mungkin tidak terkait dengan

lingkungan fisik. Indeks ini termasuk tingkat mortalitas umum dan spesifik

(misalnya, kematian bayi; mortalitas yang disesuaikan dengan usia; dan angka

kematian untuk penyakit jantung, kanker, stroke, HIV); morbiditas (kejadian

penyakit menular masa kanak-kanak yang dapat dicegah dan AIDS, dan

prevalensi kanker, hipertensi, dan karies gigi yang tidak diobati); dan kecacatan.

Faktor individu. Faktor-faktor individu mencakup karakteristik

predisposisi individu, karakteristik pendukung individu dan karakteristik

kebutuhan individu.

Karakteristik predisposisi individu (individual predisposing

characteristics). Karakteristik predisposisi individu terdiri dari demografi, social

dan keyakinan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


24

Demografi. Demografi, seperti usia dan jenis kelamin individu

Sosial. Sosial, merupakan faktor yang menentukan status seseorang dalam

komunitas serta kemampuannya mengatasi masalah seperti pendidikan, pekerjaan,

dan etnis seseorang. Selain itu juga termasuk jaringan sosial dan interaksi sosial

yang dapat memfasilitasi atau menghambat akses ke layanan kesehatan.

Keyakinan kesehatan. Keyakinan kesehatan adalah sikap, nilai, dan

pengetahuan yang dimiliki orang tentang layanan kesehatan dan kesehatan yang

dapat memengaruhi persepsi berikutnya tentang kebutuhan dan penggunaan

layanan kesehatan.

Karakteristik pendukung individu (individual enabling characteristics).

Karakteristik pendukung individu terdiri dari pembiayaan dan organisasi layanan

kesehatan.

Pembiayaan. Pembiayaan, bagi individu melibatkan pendapatan dan

kekayaan yang tersedia untuk membayar layanan kesehatan. Pembiayaan juga

termasuk harga efektif perawatan kesehatan kepada pasien yang ditentukan

dengan memiliki asuransi dan persyaratan pembagian biaya.

Organisasi layanan kesehatan. Organisasi layanan kesehatan untuk

individu menggambarkan apakah individu memiliki sumber perawatan reguler

seperti dokter swasta, klinik komunitas, ruang gawat darurat, juga termasuk sarana

transportasi dan waktu perjalanan yang dilaporkan, serta waktu menunggu

perawatan.

Karakteristik kebutuhan individu (individual need characteristics).

Karakteristik kebutuhan individu terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


25

1. Kebutuhan yang dirasakan adalah bagaimana orang memandang kesehatan itu

sendiri. Juga termasuk disini adalah bagaimana mereka mengalami, dan secara

emosional menanggapi, gejala penyakit, rasa sakit, dan khawatir tentang

kondisi kesehatan mereka (adalah kondisi yang dinilai cukup penting untuk

mencari bantuan profesional).

2. Kebutuhan yang dirasakan sebagian besar merupakan fenomena sosial yang

sebagian besar dapat dijelaskan oleh karakteristik sosial (seperti etnis atau

pendidikan) dan keyakinan kesehatan (sikap kesehatan, pengetahuan tentang

perawatan kesehatan, dan sebagainya). Kebutuhan yang dievaluasi mewakili

penilaian profesional dan pengukuran objektif tentang status fisik pasien dan

kebutuhan perawatan medis (pembacaan tekanan darah, suhu, jumlah sel darah,

serta diagnosis dan prognosis untuk kondisi tertentu yang dialami pasien).

3. Kebutuhan yang dirasakan membantu kita lebih memahami proses pencarian

perawatan dan kepatuhan pada rejimen medis, sementara kebutuhan yang

dievaluasi lebih erat hubungannya dengan jenis dan jumlah perawatan yang

diberikan setelah pasien datang ke dokter atau penyedia perawatan.

Perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan pribadi terdiri dari tiga komponen

yaitu praktik kesehatan pribadi, proses perawatan medis dan penggunaan layanan

kesehatan pribadi.

Praktik kesehatan pribadi. Praktik kesehatan pribadi adalah perilaku yang

dilakukan oleh individu yang dapat memengaruhi status kesehatannya seperti diet

dan nutrisi, olahraga, pengurangan stres, pengurangan penggunaan alkohol dan

tembakau, perawatan diri, dan kepatuhan terhadap rejimen medis.

Universitas Sumatera Utara


26

Proses perawatan medis. Proses perawatan medis adalah perilaku

penyedia yang berinteraksi dengan pasien dalam proses pemberian perawatan

seperti konseling dan pendidikan pasien, tes pemesanan, pola meresepkan, dan

kualitas komunikasi penyedia-pasien.

Penggunaan layanan kesehatan pribadi. Penggunaan layanan kesehatan

pribadi adalah komponen penting dari perilaku kesehatan dalam akses yang

komprehensif terhadap perawatan yang bertujuan untuk memprediksi penggunaan

layanan kesehatan yang diukur secara lebih luas sebagai unit perawatan

ambulatori dokter, layanan rawat inap rumah sakit, dan kunjungan perawatan gigi.

Hasil. Salah satu hasil yang diperoleh setelah diberikan layanan adalah

bagaimana status kesehatan individu atau pasien yang dirasakan. Hal ini

tergantung pada banyak faktor, selain dari penggunaan layanan kesehatan pribadi,

termasuk semua faktor kontekstual serta karakteristik demografis dan sosial

individu, kepercayaan kesehatan, dan praktik kesehatan pribadi.

Status kesehatan menunjukkan sejauh mana seseorang dapat hidup yang

fungsional, nyaman, dan bebas rasa sakit yang dievaluasi tergantung pada

penilaian profesional, berdasarkan standar klinis yang ditetapkan dan praktik-

praktik canggih. Hasil lain yang diperoleh setelah diberikan layanan dapat juga

dilihat dari kepuasan terhadap perawatan kesehatan yang mereka terima. Hal ini

dapat dinilai berdasarkan penilaian pasien tentang waktu tunggu dan perjalanan,

komunikasi dengan penyedia layanan, dan perawatan teknis yang diterima.

Teori (Andersen, Rice, & Kominski, 2001) selengkapnya dapat dilihat

pada skema berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


27

Contextual Individual Health Outcomes


Characteristic Characteristic Behaviors

Predisposing Enabling Need Predisposing Enabling Need Personal Perceiced


health health
Demographic Health Environ Demographic Health Perceived practices practices
Policy mental Policy

Process Evaluated
Social Financing Population Social Organization Evaluated of health
health medical
indices care

Beliefs Organization Beliefs Consumer


satisfaction
Use of
personal
health
services

Gambar 2. A behavioral model of health services use including contextual and


individual characteristics

Landasan Teori

Berdasarkan pendapat (Andersen, Rice, & Kominski, 2001) dalam

bukunya yang berjudul “Changing the U.S Health Care System : Key Issues in

Health Services, Policy and Management”, keputusan seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung dari tiga komponen yaitu faktor

predisposisi (predisposing), faktor pendukung (enabling), dan faktor kebutuhan

(need).

Faktor predisposisi (predispossing). Faktor predisposisi (predisposing)

adalah faktor yang menggambarkan karakteristik/ciri perorangan yang telah ada

sebelum seseorang tersebut sakit dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor

ini menjadi dasar atau motivasi seseorang untuk berperilaku dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan. Andersen membagi faktor predisposisi menjadi tiga

Universitas Sumatera Utara


28

komponen yaitu demografi, struktur sosial dan keyakinan/kepercayaan.

Faktor Demografi. Faktor demografi terdiri dari umur, jenis kelamin,

status pernikahan dan besar keluarga.

Faktor Struktur Sosial. Faktor struktur sosial terdiri dari suku bangsa,

pendidikan, pekerjaan.

Faktor Keyakinan/kepercayaan. Faktor keyakinan/kepercayaan terdiri

dari : pengetahuan, sikap, persepsi.

Faktor pendukung (enabling). Faktor pendukung (enabling) adalah

kondisi yang membuat seseorang mampu melakukan tindakan pelayanan

kesehatan, yaitu pendapatan keluarga, keikutsertaan dalam program asuransi

kesehatan dan kemampuan membeli jasa pelayanan, serta sumber daya

masyarakat yaitu jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jarak ke fasilitas

kesehatan, ketersediaan petugas kesehatan, ketersediaan obat, ketersediaan sarana

dan kemudahan rujukan.

Faktor kebutuhan (need). Faktor kebutuhan (need) merupakan

komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan karena memberikan kontribusi 43 persen dan merupakan faktor terkuat.

Universitas Sumatera Utara


29

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi
1. Paritas
2. Pengetahuan
3. Sikap

Faktor Pemungkin
1. Dukungan keluarga Pemanfaatan Rumah
2. Jarak tempuh Tunggu Kelahiran
3. Jaminan Kesehatan

Faktor Kebutuhan
1. Kondisi Kesehatan
Ibu

Gambar 3. Kerangka konsep

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan faktor predisposisi (paritas, pengetahuan, sikap) dengan

pemanfaatan RTK di wilayah Kabupaten Langkat.

2. Ada hubungan faktor pendukung (jaminan kesehatan, dukungan keluarga,

waktu tempuh) dengan pemanfaatan RTK di wilayah Kabupaten Langkat.

3. Ada hubungan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan ibu) dengan

pemanfaatan RTK di wilayah Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei penjelasan atau explanatory

research dengan desain potong lintang (cross sectional) yang bertujuan untuk

menjelaskan hubungan faktor predisposisi (predisposing factor), faktor

pemungkin (enabling factor), dan faktor kebutuhan (need factor) dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran di wilayah Kabupaten Langkat.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 10 RTK (Rumah Tunggu Kelahiran) Puskesmas

di Kabupaten Langkat yaitu RTK Puskesmas Tanjung Beringin, RTK Puskesmas

Pantai Cermin, RTK Puskesmas Pangkalan Brandan, RTK Puskesmas Pangkalan

Susu, RTK Puskesmas Gebang, RTK Puskesmas Beras Basah, RTK Puskesmas

Tangkahan Durian, RTK Puskesmas Securai, RTK Puskesmas Besitang dan RTK

Puskesmas Pematang Jaya. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan Kabupaten

Langkat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dimana

angka kematian ibu masih tergolong tinggi sehingga Pemerintah Kabupaten

Langkat mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 tentang KIBBLA

(Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak) dan Surat Edaran Nomor 441-885-

DINKES Tahun 2015 terkait persalinan harus dilakukan di pelayanan kesehatan

yang bertujuan untuk mengantisipasi masalah tersebut.

Penelitian ini dimulai pada Agustus 2019 - Desmber 2019, dimulai dari

pengumpulan data primer dalam bentuk survei awal di lokasi penelitian,

pengumpulan data sekunder, identifikasi masalah, penelusuran kepustakaan,

30
Universitas Sumatera Utara
31

penentuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data

dan penyusunan hasil penelitian.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin

pada Januari-Juli 2019 sebanyak 3521 orang di 10 Puskesmas di Kabupaten

Langkat. Pertimbangan memilih ibu yang melahirkan sebagai populasi

dikarenakan masih rendahnya antusiasme masyarakat untuk memanfaatkan RTK.

Hal ini sesuai dengan hasil rekap laporan dari data Dinas Kesehatan dan seluruh

Puskesmas di Kabupaten Langkat Januari-Juli 2019 yang menunjukkan bahwa

hanya 17,62 persen ibu yang memanfaatkan RTK untuk persalinannya.

Sampel. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi yang dipilih dengan mengikuti prosedur tertentu sehingga

dapat mewakili populasinya (Sugiyono, 2014). Dalam pengujian hipotesis untuk

proporsi populasi tunggal, maka menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan

rumus :

dengan :

n = besar sampel minimum

Z1-α = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5% = 1.96

Z1-β = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β 20% = 0.842

P0 = proporsi ibu yang tidak memanfaatan RTK = 57% (0,57)

(Abdulkadir, 2017)

Universitas Sumatera Utara


32

Pa = perkiraan proporsi ibu yang memanfaatan RTK diharapkan

= 67% (0,67)

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di

populasi = 10% (0,10) (Lameshow et al., 1990)

Teknik sampling. Berdasarkan rumus perhitungan diatas maka diperoleh

besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak 185 orang ibu

bersalin. Untuk menentukan jumlah sampel di setiap RTK di Kabupaten Langkat

dilakukan dengan sampel alokasi proporsional (proportionate sampling) dengan

alasan jumlah subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama dapat

ditentukan dengan rumus :

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 2

Distribusi Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian pada 10 RTK di Kabupaten


Langkat

RTK Jumlah Ibu Perhitungan Sampel


Bersalin Penelitian
Tanjung Beringin 535 (535/3531) x 185 28
Pantai Cermin 758 (758/3531) x 185 40
Gebang 444 (444/3531) x 185 23
Securai 332 (332/3531) x 185 17
Pangkalan Brandan 272 (272/3531) x 185 14
Tangkahan Durian 214 (214/3531) x 185 11
Pangkalan Susu 204 (204/3531) x 185 11
Beras Basah 210 (210/3531) x 185 11
Besitang 417 (417/3531) x 185 22
Pematang Jaya 145 (145/3531) x 185 8
TOTAL 3531 185
Sumber: Rekap Laporan Dinas Kesehatan dan Seluruh Puskesmas Kabupaten
Langkat Januari-Juli 2019 (2019)

Setelah diperoleh jumlah sampel di setiap RTK Puskesmas, selanjutnya

dilakukan pemilihan/ penentuan sampel dengan menggunakan bantuan aplikasi

Random Number Generator.

Variabel dan Definisi Operasional

Uji Validitas dan Reliabilitas. Sesuai dengan prinsip uji validitas dan

reliabilitas tentang syarat minimal pengambilan jumlah responden, maka pada

penelitian ini uji coba instrumen dilakukan di RTK Puskesmas Tanjung Selamat

Kabupaten Langkat dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang ibu bersalin yang

memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya. Uju instrumen ini dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian

survei yang sebenarnya saat penelitian. Teknik pengukurannya menggunakan test

retest . dimana instrumen yang diuji sama, responden pada populasi yang sama,

namun waktu pemberian instrumen waktunya berbeda.

Universitas Sumatera Utara


34

Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 34

item yang terdiri atas 8 variabel, yakni paritas, pengetahuan, sikap, jaminan

kesehatan, dukungan keluarga, waktu tempuh, kondisi kesehatan ibu dan

pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran. Daftar pertanyaan yang ada di kuesioner

mewakili masing-masing variabel merupakan pertanyaan baru sehingga perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya untuk mendapatkan kualitas hasil

penelitian yang baik.

Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor masing-

masing variabel dengan skor totalnya. Variabel dinyatakan valid bila skor variabel

tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang

digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan nilai rtabel

dengan tabel r menggunakan df= n-2 pada derajat kepercayaan 95% maka

diperoleh nilai rtabel pada df=28 adalah sebesar 0,361. Keputusan uji bila

rhitung>rtabel maka variabel valid, sedangkan bila rhitung<rtabel maka variabel tidak

valid (Sugiyono, 2014).

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha

dengan membandingkan nilai rtabel dengan rhitung dimana rhasil adalah nilai Alpha

Cronbach’s. Keputusan uji bila nilai Alpha Cronbach’s > nilai rtabel. Semakin

tinggi nilai Cronbach Alpha maka tingkat realibilitas data semakin baik

(Sugiyono, 2014).

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software

Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22, menghasilkan tabel

berikut yang menunjukkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

Universitas Sumatera Utara


35

Tabel 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Indikator Corrected Item Total Keterangan


Correlation
Variabel Pengetahuan:
Pertanyaan 1 0,791 Valid
Pertanyaan 2 0,552 Valid
Pertanyaan 3 0,416 Valid
Pertanyaan 4 0,422 Valid
Pertanyaan 5 0,618 Valid
Pertanyaan 6 0,475 Valid
Pertanyaan 7 0,692 Valid
Pertanyaan 8 0,627 Valid
Cronbach’s Alpha 0,840 Reliabel
Variabel Sikap:
Pertanyaan 1 0,459 Valid
Pertanyaan 2 0,379 Valid
Pertanyaan 3 0,577 Valid
Pertanyaan 4 0,662 Valid
Pertanyaan 5 0,819 Valid
Pertanyaan 6 0,792 Valid
Cronbach’s Alpha 0,835 Reliabel
Variabel Dukungan
Keluarga: 0,669 Valid
Pertanyaan 1 0,514 Valid
Pertanyaan 2 0,471 Valid
Pertanyaan 3 0,669 Valid
Pertanyaan 4 0,495 Valid
Pertanyaan 5 0,775 Valid
Pertanyaan 6 0,761 Valid
Pertanyaan 7
Cronbach’s Alpha 0,856 Reliabel
Variabel Jaminan
Kesehatan: 0,774 Valid
Pertanyaan 1 0,635 Valid
Pertanyaan 2 0,735 Valid
Pertanyaan 3 0,619 Valid
Pertanyaan 4
Cronbach’s Alpha 0,834 Reliabel
Variabel Kesehatan Ibu:
Pertanyaan 1 0,743 Valid
Pertanyaan 2 0,537 Valid
Pertanyaan 3 0,594 Valid
Pertanyaan 4 0,703 Valid
Cronbach’s Alpha 0,820 Reliabel

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen seperti yang

diperlihatkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai Corrected Item Total

Correlation (r hitung) dari setiap butir variabel pertanyaan > nilai rtabel (0,361),

yang artinya setiap butir variabel pertanyaan dinyatakan valid dan nilai alpha

cronbach setiap variabel dependen dan independen bernilai lebih besar dari 0,7

sehingga semua instrumen variabel penelitian dapat dinyatakan reliabel

(konsisten) untuk dijadikan kuesioner penelitian.

Definisi operasional. Adapun definisi operasional pada penelitian ini

sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran adalah kunjungan yang dilakukan

oleh ibu untuk penggunaan rumah tunggu kelahiran sebelum dan sesudah

persalinan.

2. Paritas adalah jumlah persalinan terakhir yang ibu alami saat pemanfaatan

ataupun tidak memanfaatkan rumah tunggu kelahiran.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu bersalin tentang

rumah tunggu kelahiran.

4. Sikap adalah respon tertutup ibu yang bersalin mengenai setuju atau tidak

setuju tentang pemanfaatan rumah tunggu kelahiran dalam persalinan.

5. Waktu tempuh adalah waktu yang ditempuh ibu ke rumah tunggu kelahiran

di tiap Puskesmas di Kabupaten Langkat.

6. Dukungan keluarga adalah segala bentuk bantuan atau dorongan yang

diterima dari suami dalam mendukung ibu untuk bersalin dengan

menggunakan rumah tunggu kelahiran di tiap Puskesmas di Kabupaten

Langkat.

Universitas Sumatera Utara


37

7. Jaminan kesehatan adalah asuransi kesehatan sosial yang dimiliki ibu yang

bertujuan membantu para ibu hamil yang terkendala biaya untuk melakukan

persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

8. Kondisi kesehatan ibu adalah keadaan kesehatan yang dirasakan ibu atas

penyakit yang diderita sebelum maupun sesudah kehamilan yang akan

memberi pengaruh pada kehamilan atau akan diperberat oleh kehamilan

tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain:

Wawancara. Metode wawancara langsung dilakukan terhadap responden

yaitu ibu bersalin yang berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan di kuesioner

penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Wawancara dilakukan oleh

peneliti dan dibantu oleh bidan desa dari tiap Puskesmas. Sebelum pengumpulan

data melalui wawancara, peneliti memberikan penjelasan pengisian kuesioner

pada pewawancara untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kegagalan dan

data bias.

Studi kepustakaan/ literatur. Studi kepustakaan yang dilakukan yaitu

studi dokumen dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang berhubungan

dengan penelitian ini.

Metode Pengukuran

Variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK).

Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK). Pengukuran variabel

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran mencakup 1 pertanyaan dengan

Universitas Sumatera Utara


38

menggunakan skala ukur nominal. Setiap jawaban ”ya” diberi bobot nilai 2 dan

jawaban ”tidak” diberi bobot nilai 1 (skala Guttman), kemudian hasil ukur

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Tidak memanfaatkan, apabila nilai yang diperoleh 1

b. Memanfaatkan, apabila nilai yang diperoleh 2

Variabel Independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, jaminan kesehatan, kondisi kesehatan

ibu, jarak dan paritas.

1. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan mencakup 8 pertanyaan dengan

menggunakan skala ukur ordinal. Setiap jawaban “benar” diberi bobot nilai 2

dan jawaban ”salah” diberi bobot nilai 1 (skala Guttman), kemudian hasil ukur

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:

a. Buruk, apabila total nilai mencapai 8-12

b. Baik, apabila total nilai mencapai 13-16

2. Sikap

Pengukuran variabel sikap mencakup 6 pernyataan dengan menggunakan skala

ukur ordinal. Untuk pernyataan positif, setiap jawaban ”setuju” diberi bobot

nilai 2 dan jawaban ”tidak setuju” diberi bobot nilai 1 (skala Guttman). Untuk

pernyataan negatif, setiap jawaban ”setuju” diberi bobot nilai 1 dan jawaban

”tidak setuju” diberi bobot nilai 2. Hasil ukur dikelompokkan menjadi 2

kategori yaitu :

a. Negatif, apabila total nilai mencapai 6-8

Universitas Sumatera Utara


39

b. Positif, apabila total nilai mencapai 9-12

3. Dukungan Keluarga

Pengukuran variabel dukungan keluarga mencakup 7 pertanyaan dengan skala

ukur ordinal. Setiap jawaban ”ya” diberi bobot 2 dan ”tidak” diberi bobot 1

(skala Guttman), kemudian hasil ukur dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:

a. Rendah, apabila total nilai mencapai 7-8

b. Sedang, apabila total nilai mencapai 9-11

c. Tinggi, apabila total nilai mencapai 12-14

4. Jaminan Kesehatan

Pengukuran variabel jaminan kesehatan mencakup 4 pernyataan dengan skala

ukur ordinal. Setiap jawaban ”ya” diberi bobot 2 dan ”tidak” diberi bobot 1

(skala Guttman), kemudian hasil ukur dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:

a. Tidak memiliki, apabila total nilai mencapai 4-5

b. Memiliki, apabila total nilai mencapai 6-8

5. Kondisi Kesehatan Ibu

Pengukuran variabel kondisi kesehatan ibu mencakup 4 pernyataan dengan

skala ukur ordinal. Setiap jawaban ”tidak” diberi bobot 2 dan ”ya” diberi bobot

1 (skala Guttman), kemudian hasil ukur dikelompokkan menjadi 2 kategori

yaitu :

a. Tidak sehat, apabila total nilai mencapai 4-5

b. Sehat, apabila total nilai mencapai 7-8

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 4

Metode Pengukuran

Variabel Alat ukur Kategori Skala Ukur


Variabel Dependen
Pemanfaatan RTK
Kuesioner a. Tidak memanfaatkan Nominal
(1 item) b. Memanfaatkan
Variabel Independen
Paritas Kuesioner a.Berisiko (paritas>4) Ordinal
b.Tidak berisiko
Pengetahuan Kuesioner a. Buruk Ordinal
(8 item) b. Baik
Sikap Kuesioner a. Negatif Ordinal
(6 item) b. Positif
Dukungan Keluarga Kuesioner a. Rendah Ordinal
(7 item) b. Sedang
c. Tinggi
5Jarak Tempuh Kuesioner a. >10 menit dengan Ordinal
berjalan kaki
b. ≤10 menit dengan
berjalan kaki
(Kemenkes RI, 2009) Ordinal

6. Jaminan Kuesioner a. Tidak memiliki


Kesehatan (4 item) b. Memiliki Ordinal

Kuesioner a. Tidak sehat


7. Kondisi (4 item) b. Sehat
Kesehatan Ibu

Metode Analisa Data

Teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui

distribusi frekuensi yang berkaitan dengan karakteristik responden dan seluruh

variabel penelitian. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

Universitas Sumatera Utara


41

Analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan

masing-masing variabel dengan cara melakukan tabulasi silang antara variabel

independen dengan dependen dan menggunakan uji Chi-Square pada taraf

kepercayaan 95% (p<0,05).

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambaran rumah tunggu kelahiran. Rumah tunggu kelahiran

merupakan suatu tempat yang berada dekat pada fasilitas kesehatan (rumah sakit,

puskesmas, dan poskesdes) yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal

sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau keluarga)

selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah

persalinan. Rumah tunggu kelahiran bertujuan untuk menurunkan angka kematian

ibu dan anak akibat keterlambatan penanganan pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

Tabel 5

Gambaran Rumah Tunggu Kelahiran

RTK Gambaran
Tanjung Beringin Letak RTK dengan Puskesmas Tanjung Beringin ±200
meter di pinggir jalan Banda Aceh Medan dan dikelilingi
oleh rumah penduduk. Rumah permanen dengan ventilasi
yang cukup, kamar mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu
dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
Permenkes RI Nomor 82 tahun 2015
Pantai Cermin Letak RTK dengan Puskesmas Pantai Cermin ±30 meter
di pinggir jalan umum dan dikelilingi oleh rumah
penduduk. Rumah permanen dengan ventilasi yang cukup,
kamar mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu dan
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI
Nomor 82 tahun 2015
Gebang Letak RTK dengan Puskesmas Gebang ±50 meter di
pinggir jalan umum dan dikelilingi oleh rumah penduduk.
Rumah permanen dengan ventilasi yang cukup, kamar
mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu dan memenuhi
syarat yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI Nomor
82 tahun 2015
Securai Letak RTK dengan Puskesmas Securai ±200 meter di
pinggir jalan umum dan dikelilingi oleh rumah penduduk.
Rumah permanen dengan ventilasi yang cukup, kamar
mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu dan memenuhi

(bersambung)
42
Universitas Sumatera Utara
43

Tabel 5

Gambaran Rumah Tunggu Kelahiran

RTK Gambaran
syarat yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI Nomor 82
tahun 2015
Pangkalan Letak RTK dengan Puskesmas Pangkalan Brandan ±50
Brandan meter di pinggir jalan umum dan dikelilingi oleh rumah
penduduk. Rumah permanen dengan ventilasi yang cukup,
kamar mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu dan
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI
Nomor 82 tahun 2015
Tangkahan Durian Letak RTK dengan Puskesmas Tangkahan Durian ±150
meter di pinggir jalan Banda Aceh dan Medan dan
dikelilingi oleh rumah penduduk. Rumah permanen
dengan ventilasi yang cukup, kamar mandi, kamar tidur,
dapur, air, lampu dan memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh Permenkes RI Nomor 82 tahun 2015
Pangkalan Susu Letak RTK dengan Puskesmas Pangkalan Susu ±150
meter di pinggir jalan umum dan dikelilingi oleh rumah
penduduk. Rumah permanen dengan ventilasi yang cukup,
kamar mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu dan
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI
Nomor 82 tahun 2015
Beras Basah Letak RTK dengan Puskesmas Beras Basah ±100 meter di
kelilingi oleh rumah penduduk. Rumah permanen dengan
ventilasi yang cukup, kamar mandi, kamar tidur, dapur,
air, lampu dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan
oleh Permenkes RI Nomor 82 tahun 2015
Besitang Letak RTK dengan Puskesmas Besitang
±100 meter berada di pinggir jalan umum dan dikelilingi
oleh rumah penduduk. Rumah permanen dengan ventilasi
yang cukup, kamar mandi, kamar tidur, dapur, air, lampu
dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh
Permenkes RI Nomor 82 tahun 2015
Pematang Jaya Letak RTK dengan Puskesmas Pematang Jaya ±300 meter
di kelilingi oleh rumah penduduk. Rumah permanen
dengan ventilasi yang cukup, kamar mandi, kamar tidur,
dapur, air, lampu dan memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh Permenkes RI Nomor 82 tahun 2015

Ada beberapa alat dan bahan yang terdapat di rumah tunggu kelahiran.

Alat dan bahan tersebut antara lain timbangan badan, tensimeter, thermometer,

Universitas Sumatera Utara


44

pita centimeter, Doppler, stop watch, handscoon, alat tulis, partograf dan partus

set.

Standard operation procedure (SOP) yang diterapkan di rumah tunggu

kelahiran di Kabupaten Langkat sebagai berikut:

1. Bidan desa melakukan koordinasi dengan bidan koordinator tentang

kehamilan pasien.

2. Petugas kesehatan menjemput pasien hamil dari rumah pasien ke rumah

tunggu kelahiran.

3. Petugas kesehatan melakukan anmnese dan menentukan TTP terhadap

pasien, serta melakukan pemeriksaan (vital sign, DJJ, VT).

4. Petugas kesehatan melakukan pemantauan pasien hamil dengan asuhan

kebidanan dan partograf.

5. Petugas kesehatan menjelaskan kepada pihak keluarga pasien tentang

keadaan ibu hamil.

6. Petugas kesehatan terus melakukan pemantauan ibu hamil sampai adanya

tanda-tanda persalinan.

7. Bila pembukaan hamper lengkat (VT) 6 sampai dengan 7, petugas kesehatan

mengantar pasien hamil ke puskesmas lahir secara normal (sprontan).

8. Bila pasien tidak memungkinkan untuk lahir secara normal (spontan),

petugas kesehatan merujuk pasien ke rumah sakit.

9. Petugas kesehatan mengantar pasien nifas ke rumah pasien.

Universitas Sumatera Utara


45

Gambar 1. Peta Kabupaten Langkat

Demografi. Jumlah penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2017 adalah

sebesar 1.028.309 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 517.804 jiwa, dan

perempuan sebanyak 510.505 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 252.715 KK,

atau rata-rata 4 jiwa/rumah tangga.

Distribusi Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden yang diteliti dalam hal ini meliputi

umur, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

berumur dengan kategori berisiko sebanyak 6 orang (3,2%), sedangkan responden

berumur tidak berisiko sebanyak (96,8%). Tingkat pendidikan responden pada

penelitian ini yang paling tinggi adalah SLTA sebanyak 79orang (42,7%), tamat

SLTP sebanyak 58 orang (31,4%), tamat diploma/sarjana sebanyak 44 orang

(23,8%), dan 4 orang (2,2%) hanya tamat SD.

Distribusi pekerjaan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga

sebanyak 129 orang (69,7%), dan lain-lain sebnayak 26 orang (14,1%), karyawan

sebanyak 18 orang (9,7%), wiraswasta sebanyak 9 orang (4,9%), dan asisten

Universitas Sumatera Utara


46

rumah tangga sebanyak 3 orang (1,6%). Distribusi frekuensi karakteristik

responden secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)


Umur (tahun)
Berisiko (<21 tahun atau >35 6 3,2
tahun)
Tidak berisiko (21-35 tahun) 179 96,8
Total 185 100,0
Pendidikan
Tidak tamat SD 0 0,0
Tamat SD 4 2,2
Tamat SLTP 58 31,4
Tamat SLTA 79 42,7
Tamat Diploma/Akademik 44 23,8
Total 185 100,0
Pekerjaan
PNS 0 0,0
Buruh Pabrik 0 0,0
Karyawan 18 9,7
Wiraswasta 9 4,9
Asisten rumah Tangga 3 1,6
Ibu rumah tangga 129 69,7
Dan lain lain 26 14,1
Total 185 100,0

Distribusi Paritas yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi paritas yang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin diperoleh hasil bahwa responden dengan paritas

berisiko (>4) berjumlah 42 orang (22,7%) dan responden dengan paritas tidak

berisiko (≤4) berjumlah 143 orang (77,3%). Distribusi kategori paritas dengan

pemanfaatan RTK oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel

berikut.

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 7

Distribusi Kategori Variabel Paritas

Paritas Jumlah %
Berisiko 42 22,7
Tidak berisiko 143 77,3
Total 180 100,0

Distribusi Jarak Tempuh yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah


Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin.

Distribusi jarak tempuh yang berhubungan dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin diperoleh hasil bahwa responden

dengan jarak tempuh >10 menit dengan berjalan kaki berjumlah 171 orang

(92,4%) dan responden dengan jarak tempuh ≤10 menit berjumlah 14 orang

(7,6%). Distribusi kategori jarak tempuh dengan pemanfaatan RTK oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada berikut.

Tabel 8

Distribusi Kategori Variabel Jarak Tempuh

Jarak Tempuh Jumlah %


>10 menit dengan berjalan kaki 71 92,4
≤10 menit dengan berjalan kaki 14 7,6
Total 185 100,0

Distribusi Pengetahuan yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah


Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi jawaban responden tentang pengetahuan yang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin di Kabupaten Langkat

Jawaban
Pengetahuan Benar Salah
n % n %
Rumah tunggu kelahiran adalah tempat tinggal 128 69,2 57 30,8
sementara bagi para ibu yang bersalin
Rumah tunggu kelahiran memiliki tujuan untuk 185 100,0 0 0,0
meyelamatkan ibu dan bayi
Para ibu yang akan melahirkan disarankan
untuk menempati rumah tunggu kelahiran 42 22,7 143 77,3
sebelum dan sesudah bersalin
Rumah tunggu kelahiran bermanfaat bagi ibu 42 22,7 143 77,3
bersalin yang mengalami komplikasi selama
kehamilan.
Rumah tunggu kelahiran harus dekat dari 34 19,4 151 81,6
rumah.
Rumah tunggu kelahiran harus dekat dari 123 66,5 62 33,5
fasilitas kesehatan
Rumah tunggu kelahiran harus bersih, nyaman 185 100,0 0 0,0
dan fasilitas lengkap
Keluarga dapat menemani ibu selama berada di 57 30,8 128 69,2
rumah tunggu kelahiran

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

mayoritas menyatakan benar tentang rumah tunggu kelahiran adalah tempat

tinggal sementara bagi para ibu yang bersalin (69,2%). Responden mayoritas

menyatakan benar tentang rumah tunggu kelahiran memiliki tujuan untuk

meyelamatkan ibu dan bayi (100%). Responden mayoritas menyatakan benar

tentang rumah tunggu kelahiran harus dekat dari fasilitas kesehatan (66,5%).

Responden mayoritas menyatakan benar tentang rumah tunggu kelahiran harus

bersih, nyaman dan fasilitas lengkap (100%).

Responden mayoritas menyatakan salah tentang para ibu yang akan

Universitas Sumatera Utara


49

melahirkan disarankan untuk menempati rumah tunggu kelahiran sebelum dan

sesudah bersalin (77,3%). Responden mayoritas menyatakan salah tentang rumah

tunggu kelahiran bermanfaat bagi ibu bersalin yang mengalami komplikasi selama

kehamilan (77,3%). Responden mayoritas menyatakan salah tentang rumah

tunggu kelahiran harus dekat dari rumah (81,6%). Responden mayoritas

menyatakan salah tentang keluarga dapat menemani ibu selama berada di rumah

tunggu kelahiran (69,2%). Dari hasil jawaban responden sebagaimana terlihat

pada tabel 8 diatas, maka responden dengan pengetahuan baik berjumlah 55 orang

(29,7%) dan responden dengan pengetahuan buruk berjumlah 130 orang (70,3%).

Distribusi kategori pengetahuan dengan pemanfaatan RTK oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10

Distribusi Kategori Variabel Pengetahuan

Pengetahuan Jumlah %
Baik 29 15,7
Buruk 156 84,3
Total 185 100,0

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

pengetahuan responden adalah buruk berjumlah 156 orang (84,3%), sedangkan

pengetahuan baik hanya 29 orang (15,7%).

Distribusi Sikap yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi jawaban responden tentang sikap yang berhubungan

dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di

Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap yang Berhubungan


dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di
Kabupaten Langkat

Jawaban
Sikap Setuju Tidak Setuju
n % n %
Menurut saya, rumah tunggu kelahiran tidak 61 33,0 124 67,0
penting. Saya lebih nyaman melahirkan di
rumah
Menurut saya, rumah tunggu kelahiran sangat 69 37,3 116 62,7
membantu bagi kami yang
tempat tinggalnya jauh.
Menurut saya, berada sementara di rumah 58 31,4 127 68,6
tunggu kelahiran sebelum melahirkan sangat
merepotkan.
Menurut saya, setelah melahirkan saya 90 48,6 95 51,4
memilih pulang ke rumah dengan bayi saya
daripada inap di rumah tunggu kelahiran.
Saya akan memanfaatkan rumah tunggu 77 41,6 108 58,4
kelahiran jika ada keluarga saya yang
menemani.
Menurut saya, rumah tunggu kelahiran dapat 70 37,8 115 62,2
membantu untuk mengatasi risiko sebelum
dan sesudah melahirkan.

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

mayoritas menyatakan tidak setuju tentang rumah tunggu kelahiran tidak penting.

Saya lebih nyaman melahirkan di rumah (67%). Responden mayoritas

menyatakan tidak setuju tentang rumah tunggu kelahiran sangat membantu bagi

kami yang tempat tinggalnya jauh (62,7%). Responden mayoritas menyatakan

benar tentang berada sementara di rumah tunggu kelahiran sebelum melahirkan

sangat merepotkan (68,6%). Responden mayoritas menyatakan tidak tentang

setelah melahirkan saya memilih pulang ke rumah dengan bayi saya daripada inap

di rumah tunggu kelahiran (51,4%).

Universitas Sumatera Utara


51

Sementara, responden mayoritas menyatakan tidak setuju tentang saya

akan memanfaatkan rumah tunggu kelahiran jika ada keluarga saya yang

menemani. (58,4%). Responden mayoritas menyatakan benar tentang rumah

tunggu kelahiran dapat membantu untuk mengatasi risiko sebelum dan sesudah

melahirkan (62,2%). Dari hasil jawaban responden sebagaimana terlihat pada

tabel 10 diatas, maka responden dengan sikap positif berjumlah 71 orang (38,4%)

dan responden dengan sikap negatif berjumlah 114 orang (61,6%).

Distribusi kategori sikap dengan pemanfaatan RTK oleh ibu bersalin di

Kabupaaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12

Distribusi Kategori Variabel Sikap

Sikap Jumlah %
Positif 6 3,2
Negatif 179 96,8
Total 185 100,0

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

sikap responden adalah negatif berjumlah 179 orang (96,8%), sedangkan sikap

positif hanya 6 orang (3,2%).

Distribusi Dukungan Keluarga yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi jawaban responden tentang dukungan keluarga yang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Dukungan Keluarga yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin di Kabupaten Langkat

Jawaban
Dukungan Keluarga Ya Tidak
n % n %
Apakah suami bersedia menemani ibu selama 103 55,7 82 44,3
berada di rumah tunggu kelahiran?
Apakah suami mengizinkan ibu berada di 153 82,7 32 17,3
rumah tunggu kelahiran sebelum dan sesudah
melahirkan?
Apakah suami menganjurkan ibu untuk 70 37,8 115 62,2
memanfaatkan rumah tunggu kelahiran?
Apakah suami membantu ibu untuk mencari 41 22,2 144 77,8
informasi tentang manfaat rumah tunggu
kelahiran dan hak-hak yang akan ibu peroleh
selama berada di rumah tinggu kelahiran?
Apakah suami pernah mengingatkan ibu 52 28,1 133 71,9
kembali untuk memanfaatkan rumah tunggu
kelahiran?
Selama berada di rumah tunggu kelahiran, 55 29,7 130 70,3
apakah suami ibu membantu ibu memenuhi
segala kebutuhan ibu?
Apakah suami selalu menemani ibu selama 47 25,4 138 74,6
berada di rumah tunggu kelahiran?

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

mayoritas menyatakan ya tentang dukungan suami yang bersedia menemani ibu

selama berada di rumah tunggu kelahiran (55,7%). Responden mayoritas

menyatakan ya tentang dukungan suami yang mengizinkan ibu berada di rumah

tunggu kelahiran sebelum dan sesudah melahirkan (82,7%).

Sementara, responden mayoritas menyatakan tidak tentang suami

membantu ibu untuk mencari informasi tentang manfaat rumah tunggu kelahiran

dan hak-hak yang akan ibu peroleh selama berada di rumah tinggu kelahiran

(77,8%). Responden mayoritas menyatakan tidak tentang suami pernah

Universitas Sumatera Utara


53

mengingatkan ibu kembali untuk memanfaatkan rumah tunggu kelahiran (71,9%).

Responden mayoritas menyatakan tidak tentang selama berada di rumah tunggu

kelahiran, suami ibu membantu ibu memenuhi segala kebutuhan ibu (70,3%).

Responden mayoritas menyatakan tidak tentang suami selalu menemani ibu

selama berada di rumah tunggu kelahiran (74,6%). Dari hasil jawaban responden

sebagaimana terlihat pada tabel 12 diatas, maka responden yang mendapat

dukungan keluarga berjumlah 22 orang (11,9%) dan responden yang tidak

mendapat dukungan keluarga berjumlah 163 orang (88,1%).

Distribusi kategori dukungan keluarga dengan pemanfaatan RTK oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14

Distribusi Kategori Variabel Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga Jumlah %


Tinggi 3 1,6
Sedang 48 25,9
Rendah 134 72,4
Total 185 100,0

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

memperoleh dukungan keluarga yang rendah berjumlah 134 orang (72,4%),

sedang berjumlah 48 orang (25,9%), dan tinggi hanya 3 orang (1,6%).

Distribusi Jaminan Kesehatan yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi jawaban responden tentang jaminan kesehatan yang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Jaminan Kesehatan yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin di Kabupaten Langkat

Jawaban
Jaminan Kesehatan Ya Tidak
n % n %
Apakah ibu memiliki jaminan kesehatan dari 185 100,0 0 0,0
Pemerintah?
Jika ibu memiliki jaminan kesehatan, apakah 57 30,8 128 69,2
ibu tetap dituntut untuk membayar segala
kebutuhan selama ibu
Jaminan kesehatan sangat membantu kami 67 36,2 118 63,8
yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah.
Saya tidak menemukan hambatan dalam 83 44,9 102 55,1
menggunakan jaminan kesehatan tersebut

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

mayoritas menyatakan ya tentang ibu memiliki jaminan kesehatan dari Pemerintah

(100,0%). Sementara, responden mayoritas menyatakan tidak tentang jika ibu

memiliki jaminan kesehatan, apakah ibu tetap dituntut untuk membayar segala

kebutuhan selama ibu tinggal di rumah tunggu kelahiran (69,2%). Responden

mayoritas menyatakan tidak tentang jaminan kesehatan sangat membantu kami

yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah (63,8%).

Responden mayoritas menyatakan tidak tentang saya tidak menemukan

hambatan dalam menggunakan jaminan kesehatan tersebut (55,1%). Dari hasil

jawaban responden sebagaimana terlihat pada tabel 14 diatas, maka responden

yang memiliki jaminan kesehatan berjumlah 132 orang (71,4%) dan responden

yang tidak memiliki jaminan kesehatan berjumlah 53 orang (28,6%).

Distribusi kategori jaminan kesehatan dengan pemanfaatan RTK oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 16

Distribusi Kategori Variabel Jaminan Kesehatan

Jaminan Kesehatan Jumlah %


Memiliki 59 31,9
Tidak memiliki 126 68,1
Total 185 100,0

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden tidak memiliki jaminan kesehatan berjumlah 126 orang (68,1%),

sedangkan responden yang memiliki jaminan kesehatan hanya 59 orang (31,9%).

Distribusi Kondisi Kesehatan Ibu yang Berhubungan dengan Pemanfaatan


Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi jawaban responden tentang kondisi kesehatan ibu

yang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kondisi Kesehatan Ibu yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu
Bersalin di Kabupaten Langkat

Jawaban
Kondisi Kesehatan Ibu Ya Tidak
n % n %
Apakah ibu memiliki riwayat penyakit 146 78,9 39 21,1
berisiko?
Apakah selama kehamilan, ibu pernah 136 73,5 49 26,5
mengalami kesulitan?
Apakah pada saat persalinan, ibu pernah 137 74,1 48 25,9
mengalami kesulitan?
Apakah pada saat masa nifas, ibu pernah 91 49,2 94 50,8
mengalami kesulitan?

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

mayoritas menyatakan ya tentang ibu memiliki riwayat penyakit berisiko (78,9%).

Universitas Sumatera Utara


56

Responden mayoritas menyatakan ya tentang selama kehamilan, ibu pernah

mengalami kesulitan (73,5%). Responden mayoritas menyatakan ya tentang pada

saat persalinan, ibu pernah mengalami kesulitan (74,1%). Sementara, responden

mayoritas menyatakan tidak tentang pada saat masa nifas, ibu pernah mengalami

kesulitan (50,8%). Dari hasil jawaban responden sebagaimana terlihat pada tabel

16 diatas, maka responden yang sehat kondisi kesehatannya berjumlah 58 orang

(31,4%) dan responden yang tidak sehat kondisi kesehatannya berjumlah 127

orang (68,6%).

Distribusi kategori kondisi kesehatan ibu dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18

Distribusi Kategori Variabel Kondisi Kesehatan Ibu

Kondisi Kesehatan Ibu Jumlah %


Sehat 23 12,4
Berisiko 162 87,6
Total 185 100,0

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

kondisi kesehatan ibu dalam keadaan berisiko berjumlah 162 orang (87,6%),

sedangkan ibu yang sehat hanya 23 orang (12,4%).

Distribusi Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Distribusi frekuensi jawaban responden tentang pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaaten Langkat dapat dilihat

pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten Langkat

Jawaban
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran Ya Tidak
n % n %
Apakah ibu memanfaatkan rumah tunggu 17 9,2 168 90,8
kelahiran sebelum dan sesudah persalinan?

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

mayoritas menyatakan tidak tentang saya memanfaatkan rumah tunggu kelahiran

sebelum dan sesudah persalinan (90,8%).

Distribusi kategori pemanfaatan RTK oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20

Distribusi Kategori Variabel Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)

Pemanfaatan RTK Jumlah %


Memanfaatkan 17 9,2
Tidak memanfaatkan 168 90,8
Total 185 100,0

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden tidak memanfaatkan RTK berjumlah 168 orang (90,8%), sedangkan

responden yang memanfaatkan hanya 17 orang (9,2%).

Hubungan Paritas, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga, Jarak


Tempuh, Jaminan Kesehatan dan Kondisi Kesehatan Ibu dengan
Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Hubungan masing-masing variabel bebas, yaitu paritas, pengetahuan,

sikap, dukungan keluarga, jarak tempuh, jaminan kesehatan dan kondisi kesehatan

ibu dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di

Universitas Sumatera Utara


58

Kabupaten Langkat dilakukan uji bivariat menggunakan uji statistik Chi-square,

dengan taraf kemaknaan 95%.

Berdasarkan hasil tabulasi silang paritas dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwa

dari 143 responden dengan paritas tidak berisiko, hanya 12 orang (8,4%) yang

memanfaatkan RTK, sedangkan 131 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan

(91,6%). Hasil statistik juga diperoleh bahwa dari 42 responden dengan paritas

berisiko, hanya lima orang (11,9%) yang memanfaatkan RTK, sedangkan 37 ibu

bersalin lainnya tidak memanfaatkan (88,1%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=544, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat (p>0,05).

Berdasarkan hasil tabulasi silang pengetahuan dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwa

dari 29 responden dengan tingkat pengetahuan baik, hanya 1 orang (3,4%) yang

memanfaatkan RTK, sedangkan 28 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan

(96,6%). Hasil statistik juga diperoleh bahwa dari 156 responden dengan tingkat

pengetahuan buruk, hanya 16 orang (10,3%) yang memanfaatkan RTK,

sedangkan 140 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan (89,7%). Hasil uji Chi-

square diperoleh nilai p=0,480, artinya tidak ada hubungan signifikan antara

pengetahuan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat (p>0,05).

Hasil tabulasi silang sikap dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran

Universitas Sumatera Utara


59

(RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwa dari 6 responden

dengan sikap positif, tidak ada responden yang memanfaatkan RTK. Hasil

statistik juga diperoleh bahwa dari 179 responden dengan tingkat pengetahuan

buruk, hanya 17 orang (9,5%) yang memanfaatkan RTK, sedangkan 162 ibu

bersalin lainnya tidak memanfaatkan (90,5%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=0,1000, artinya tidak ada hubungan signifikan antara sikap dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat (p>0,05).

Hasil tabulasi silang dukungan keluarga dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwa

dari 3 responden dengan dukungan keluarga yang tinggi, tidak ada responden

yang memanfaatkan RTK. Empat puluh delapan responden dengan dukungan

keluarga yang sedang, hanya tiga yang memanfaatkan RTK (6,2%), sedangkan 45

ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan (93,8%). Hasil statistik juga diperoleh

bahwa dari 134 responden dengan tingkat dukungan keluarga yang rendah, hanya

14 orang (10,4%) yang memanfaatkan RTK, sedangkan 120 ibu bersalin lainnya

tidak memanfaatkan (89,6%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,590,

artinya tidak ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat (p>0,05).

Hasil tabulasi silang jarak tempuh dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwa dari 14

responden dengan jarak dekat, seluruhnya tidak memanfaatkan RTK (100%).

Universitas Sumatera Utara


60

Hasil statistik juga diperoleh bahwa dari 171 responden dengan jarak jauh, hanya

17 orang (9,9%) yang memanfaatkan RTK, sedangkan 154 ibu bersalin lainnya

tidak memanfaatkan (90,1%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p=0,076,

artinya tidak ada hubungan signifikan antara jarak tempuh dengan pemanfaatan

rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat (p>0,05).

Hasil tabulasi silang jaminan kesehatan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwadari 59

responden yang memiliki jaminan kesehatan, hanya 6 orang (10,2%) yang

memanfaatkan RTK, sedangkan 53 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan

(89,8%). Hasil statistik juga diperoleh bahwa dari 126 responden yang tidak

memiliki jaminan kesehatan, hanya 11 orang (8,7%) yang memanfaatkan RTK,

sedangkan 115 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan (91,3%). Hasil uji Chi-

square diperoleh nilai p=0,788, artinya tidak ada hubungan signifikan antara

jaminan kesehatan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat (p>0,05).

Hasil tabulasi silang kondisi kesehatan ibu dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat diketahui bahwa

dari 23 responden dalam kondisi kesehatan yang sehat, hanya 1 orang (4,3%)

yang memanfaatkan RTK, sedangkan 22 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan

(95,7%). Hasil statistik juga diperoleh bahwa dari 162 responden dalam kondisi

kesehatan yang berisiko, hanya 16 orang (9,9%) yang memanfaatkan RTK,

sedangkan 146 ibu bersalin lainnya tidak memanfaatkan (90,1%). Hasil uji Chi-

square diperoleh nilai p=0,027, artinya tidak ada hubungan signifikan antara

Universitas Sumatera Utara


61

jaminan kesehatan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat (p>0,05). Hasil penelitian yang lebih rinci

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 21

Hubungan Paritas, Pengetahuan, Sikap, Dukungan Leluarga, Jarak Tempuh,


Jaminan Kesehatan dan Kondisi Kesehatan Ibu dengan Pemanfaatan Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten Langkat

Pemanfaatan RTK
Tidak
Variabel Memanfaatkan Total
memanfaatkan p value
n % n % n %
Paritas
Tidak berisiko 12 8,4 131 91,6 143 100,0 0,544
Berisiko 5 11,9 37 88,1 42 100,0
Pengetahuan
Baik 1 3,4 28 96,6 29 100,0 0,480
Buruk 16 10,3 140 89,7 156 100,0
Sikap
Positif 0 0,0 6 100,0 6 100,0 1,000
Negatif 17 9,5 162 90,5 179 100,0
Dukungan Keluarga
Tinggi 0 0,0 3 100,0 3 100,0
Sedang 3 6,2 45 93,8 48 100,0 0,590
Rendah 14 10,4 120 89,6 134 100,0
Jarak tempuh
≤10 menit dengan 0 0,0 14 100,0 14 100,0
berjalan kaki 0,076
>10 menit dengan 17 9,9 154 90,1 171 100,0
berjalan kaki
Jaminan Kesehatan
6 10,2 53 89,8 59 100,0
Memiliki 0,788
11 8,7 115 91,3 126 100,0
Tidak memiliki
Kondisi Kesehatan Ibu
Sehat 1 4,3 22 95,7 23 100,0 0,027
Tidak sehat 16 9,9 146 90,1 162 100,0

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Penelitian ini diperoleh bahwa 9,2 persen responden telah memanfaatkan

RTK. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di

Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan persentase

pemanfaatan RTK sebesar 31,2 % (Huru, 2014).

Pada penelitian ini, ada 7 faktor yang diduga berhubungan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat antara lain paritas, pengetahuan, sikap, kesempatan, dukungan keluarga,

jarak tempuhjaminan kesehatan, dan kondisi kesehatan ibu. Hasil analisis statistik

menunjukkan hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan secara signifikan

dpemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya

peneliti mencoba membahas permasalahan yang ada dan membandingkan dengan

penelitian terdahulu serta teori-teori yang dikemukakan pada uraian berikut ini.

Hubungan Paritas dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)


oleh Ibu Bersalin

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 42 orang

memiliki paritas yang berisiko (22,7%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=0.544, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat. Hasil ini sejalan dengan penelitian (Sukoco & Suparmi, 2017)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan paritas dengan pemanfaatan RTK.

Penelitian (Harahap, Badiran, & Rifai, 2018) tentang faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran di wilayah Puskesmas

62
Universitas Sumatera Utara
63

Binjai Serangan Kabupaten Asahan diperoleh hasil yang tidak sejalan dengan

penelitian ini yaitu variabel paritas yang paling dominan berpengaruh terhadap

pemanfaatan RTK dengan nilai Exp(B) 9,331(CI: 95% 3,429-25,393). Demikian

pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani dkk (2014) yang tidak

sesuai dengan penelitian ini bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan

pemanfaatan jampersal pada ibu bersalin di Puskesmas Tebet.

Hulliana (2001) dalam (Harahap, Badiran, & Rifai, 2018) mendefinisikan

paritas sebagai jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500

gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Bila berat badan tak diketahui

maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Hasil penelitian (Tongun,

Mukunga, Tylleskar, & Sebit, 20) menyatakan bahwa primipara berisiko 2,95%

memanfaatkan rumah tunggu kelahiran dibandingkan dengan ibu bersalin yang

multipara.

Paritas pada ibu memiliki hubungan dengan pemanfaatan Rumah Tunggu

Kelahiran (RTK) dimana adanya persepsi ibu mengenai pentingnya

memanfaatkan RTK pada saat akan melahirkan yang tidak begitu penting. Hal ini

yang menyebabkan ibu tidak memanfaatkan RTK karena berpikir melahirkan

langsung di fasilitas kesehatan tanpa harus singgah terlebih dahulu di RTK adalah

sama (Harahap, Badiran, & Rifai, 2018).

Pada penelitian ini faktor paritas tidak memiliki hubungan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa masih ada faktor lainnya selain faktor

paritas yang lebih berpeluang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu

Universitas Sumatera Utara


64

kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran


(RTK) oleh Ibu Bersalin

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 156 orang

memiliki pengetahuan yang buruk (84,3%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=0,480, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Harahap, Badiran, & Rifai, 2018) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki

pengaruh secara signifikan dengan memanfaatkan RTK.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pengelihatan dan indra pendengaran (Furi & Megatsari, 2014).

Pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat pendidikan. Hasil penelitian

(Margolis, 2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, semakin

besar kemungkinan ia akan melahirkanfasilitas kesehatan. Para ibu ini lebih

cenderung terlibat dalam perilaku mencari kesehatan karena lebih tinggi tingkat

pengetahuannya. Rendahnya pemanfaataan kemungkinan disebabkan rendahnya

pengetahuan terkait dengan rumah tunggu kelahiran. Penelitian ini menunjukkan

70,3 persen responden memiliki pengetahuan yang buruk tentang RTK. Hasil ini

lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Kenya bahwa

sekitar 66,4 persen responden tidak mengetahui adanya RTK (Abdulkadir, 2017).

Pengetahuan masyarakat sangat penting untuk membentuk sikap yang

Universitas Sumatera Utara


65

positif sehingga mendorong masyarakat dalam meningkatkan akses terhadap

fasilitas kesehatan (Yar, Said, & Yar, 2013; Abdulkadir, 2017). Dari pernyataan

tersebut menunjukkan bahwa pentingnya tenaga kesehatan untuk melakukan

promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pemanfaatan RTK

(Lori, Wadsworth, Munro, & Rominski, 2013).

Pada penelitian ini faktor pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Semakin baik dan semakin sering informasi RTK diterima oleh responden, hal ini

akan berdampak kepada pengetahuan mereka tentang manfaat dari rumah tunggu

kelahiran tersebut. Dengan adanya pengetahuan baik ini, responden akan

termotivasi untuk tinggal di RTK sebelum dan sesudah persalinan berlangsung.

Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa masih ada faktor lainnya selain faktor

pengetahuan yang lebih berpeluang berhubungan dengan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)


oleh Ibu Bersalin

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 162 orang

memiliki sikap yang negatif (96,8%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=1,000, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat. Sejalan dengan hasil penelitian Huru (2014) yang menunjukkan bahwa

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemanfaatan

rumah tunggu oleh ibu bersalin di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

Universitas Sumatera Utara


66

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Harahap, Badiran, & Rifai, 2018) menyatakan bahwa sikap memiliki pengaruh

secara signifikan dengan memanfaatkan RTK. Demikian pula dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Handayani, Suharmiati, Kurniawan, Nuraini, & Wasito,

2014) yang tidak sesuai dengan penelitian ini dinyatakan bahwa ada hubungan

antara sikap ibu dengan pemanfaatan jampersal pada ibu bersalin di Puskesmas

Tebet. Penelitian Pratiwi (2014), juga menunjukkan hasil yang tidak sesuai

dimana adanya hubungan sikap dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Barebbo Kabupaten Bone.

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup (Meilani, Shaluhiyah, & Suryoputro, 2014;

Harahap, Badiran, & Rifai, 2018).

Sikap seseorang akan sangat memengaruhi terjadinya atau terciptanya

perilaku. Sikap yang didasari dengan kemauan yang baik akan mengahasilkan

perilaku yang baik pula. Sama halnya dengan perilaku untuk memanfaatkan

Rumah Tunggu Kelahiran. Keingintahuan ibu tentang pentingnya memanfaatkan

RTK pada saat akan melahirkan membuat dan merubah sikap ibu menjadi mau

untuk memanfaatan RTK (Harahap, Badiran, & Rifai, 2018).

Pada penelitian ini faktor sikap tidak memiliki hubungan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Sikap positif dari responden terbentuk dari pengetahuan baik yang mereka miliki

Universitas Sumatera Utara


67

mengenai RTK. Selain itu, sikap ini juga tercermin akibat pengalaman dari orang-

orang di sekitar yang pernah memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan tersebut.

Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa masih ada faktor lainnya selain faktor

sikap yang lebih berpeluang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 134 orang

memiliki dukungan keluarga yang rendah (72,4%). Hasil uji Chi-square diperoleh

nilai p=0,590, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di

Kabupaten Langkat.

Harahap, Badiran dan Rifai (2018) menyatakan bahwa dukungan keluarga

memiliki pengaruh secara signifikan dengan memanfaatkan RTK. Tidak sesuai

juga dengan penelitian Sampeluna dkk yang menyatakan bhawa ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD

Lakipadada Kab. Tana Toraja (Masitah, Yuniar, & Lisnawaty, 2016). Penelitian

(Usman, 2018) juga diperoleh hasil yang sama bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan suami/keluarga dengan pemanfaatan antenatal care di

Puskesmas Madising Na Mario Kota Parepare.

Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk

melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil

adalah suami dan keluarganya. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian

(Triwulan, 2018), dukungan pendamping (suami/keluarga) merupakan faktor yang

Universitas Sumatera Utara


68

paling dominan memengaruhi pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu

bersalin di Puskesmas Kabupaten Aceh Timur tahun 2018. Responden yang

memiliki dukungan pendamping (suami/keluarga) yang baik akan memiliki

kecenderungan 11,045 kali untuk memanfaatkan rumah tunggu kelahiran di

Puskesmas Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.

Dukungan keluarga pada ibu yang akan melahirkan merupakan suatu

bentuk yang sangat diharapakan hadir pada setiap keluarga. Hal ini bisa

disebabkan dari keinginan ibu yang ingin lebih dekat dengan fasilitas kesehatan

karena sebagai antisipasi apabila ada keadaan yang darurat ibu akan cepat

mendapakan penangan. Namun keluarga yang tidak mendukung karena harus

meninggalkan keluarganya (suami dan anak – anaknya) apabila ibu menginap di

RTK (Harahap, Badiran, & Rifai, 2018). Oleh sebab itu, persepsi antara ibu dan

keluarga tidak sependapat sehingga muncul hasil penelitian bahwa ibu yang

memanfaatkan RTK mayoritas ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari

keluarganya.

Pada penelitian ini faktor dukungan keluarga tidak memiliki hubungan

dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat. Keluarga menganggap bahwa tinggal di rumah tunggu kelahiran

sebelum maupun sesudah persalinan adalah ribet. Disamping kendala tidak ada

yang menjaga anak, sehingga menyebabkan mereka memilih melakukan

persalinan di bidan desa terdekat. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa masih

ada faktor lainnya selain faktor dukungan keluarga yang lebih berpeluang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di

Universitas Sumatera Utara


69

Kabupaten Langkat.

Hubungan Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran


(RTK) oleh Ibu Bersalin di Kabupaten Langkat

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 71 orang

memiliki jarak tempuh >10 menit dengan berjalan kaki (92,4%). Hasil uji Chi-

square diperoleh nilai p=0,076, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara

jarak tempuh dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu

bersalin di Kabupaten Langkat.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (Sukoco & Suparmi, 2017)

menyatakan bahwa ada hubungan jarak tempuh dengan pemanfaatan RTK.

Demikian juga penelitian (Mardiyah, 2013) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara aksesibilitas dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan antenatal oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo

Kabupaten Jember. Begitu pula dengan penelitian (Anggraeni, 2012), yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keterjangkauan

puskesmas dengan pemanfatan pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas

Kabupaten Tanah Laut Kalimantan.

Akses pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan itu harus dapat

dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi,

organisasi dan bahasa. Salah satunya yaitu keadaan geografis yang dapat diukur

dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain yang

dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Masitah,

Yuniar, & Lisnawaty, 2016). Akses dapat memengaruhi frekuensi kunjungan di

tempat pelayanan kesehatan, makin dekat jarak tempat tinggal dengan pusat

Universitas Sumatera Utara


70

pelayanan kesehatan semakin besar jumlah kunjungan di pusat pelayanan

kesehatan tersebut, begitu pula sebaliknya (Wahyuni, 2012).

Penelitian (Sukoco & Suparmi, 2017) menyatakan bahwa responden yang

bertempat tinggal 25 km memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar untuk

memanfaatkan RTK dibandingkan ibu yang tinggal dengan jarak >25 km. Pada

penelitian ini menunjukkan hal yang sama bahwa 171 responden memiliki jarak

yang jauh dari RTK namun hanya 35 yang memanfaatkan. Hal tersebut tidak

sejalan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan dimana ibu hamil dengan

kesulitan akses dan memiliki jarak jauh ke fasilitas kesehatan diharapkan lebih

memanfaatkan RTK, sehingga dapat meminimalkan risiko apabila terjadi

komplikasi saat persalinan (Kemenkes RI, 2012).

Seluruh rumah tunggu kelahiran dalam penelitian ini memiliki akses yang

mudah dicapai. Dikarenakan RTK berada di sebelah Puskesmas, sehingga

masyarakat mudah untuk mencapainya. Sesuai dengan pendapat (Masitah, Yuniar,

& Lisnawaty, 2016) bahwa suatu pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan

tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan. Dengan adanya

jarak tempuh yang relatif singkat menjadi faktor yang bisa menjadi bahan

pertimbangan dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan bagi pengguna

atau konsumen (Triwulan, 2018).

Pada penelitian ini faktor jarak tempuh tidak memiliki hubungan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Kemungkinan faktor peneyebabnya dikarenakan sebagian besar responden hanya

memiliki sepeda motor sebagai sarana pengangkutan sehari-hari. Ditambah

Universitas Sumatera Utara


71

dengan jarak yang cukup jauh dari fasilitas kesehatan menyebabkan mereka

memiliki melakukan persalinan di bidan desa ataupun dukun beranak. Oleh karena

itu, peneliti berasumsi bahwa masih ada faktor lainnya selain faktor jarak tempuh

yang lebih berpeluang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran

oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat. Misalnya alat transportasi..

Hubungan Jaminan Kesehatan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 126 orang

tidak memiliki jaminan kesehatan (68,1%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=0,788, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jaminan kesehatan

dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di

Kabupaten Langkat. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (Masitah, Yuniar, &

Lisnawaty, 2016) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara akses

dan kepemilikan asuransi kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Asuransi kesehatan mempengaruhi konsumsi pelayanan secara signifikan.

Manfaat asuransi kesehatan adalah membebaskan peserta dari kesulitan

menyediakan dana tunai, biaya kesehatan dapat diawasi, dan tersedianya data

kesehatan. Kepemilikan Jaminan Kesehatan keluarga yang dapat dimanfaatkan di

Puskesmas misalnya: Askes, Jamkesmas, BPJS. Asuransi kesehatan mempunyai

peran yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat terutama

pada saat sakit sehingga kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan akan

terpenuhi dan pembiayaan kesehatan lebih terjamin (Thabrany, 2014).

Responden berpendapat kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan

terpenuhi dan pembiayaan kesehatan yang lebih terjamin sehingga responden

Universitas Sumatera Utara


72

percaya dengan adanya kartu pengobatan gratis maka sangat membantu mereka

apalagi pada saat sakit.

Pemerintah sampai saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat salah satunya dengan membuat program

asuransi kesehatan nasional atau saat ini lebih di kenal dengan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN), asuransi kesehatan dapat meningkatkan akses terhadap pelayanan

kesehatan (Masitah, Yuniar, & Lisnawaty, 2016).

Pada penelitian ini faktor jaminan kesehatan tidak memiliki hubungan

dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat. Sebagian besar responden tidak memiliki jaminan kesehatan. Salah satu

penyebabnya berkaitan dengan pendapatan. Minimnya pendapatan, menyebabkan

responden memilih dukun beranak untuk melakukan persalinan.Oleh karena itu,

peneliti berasumsi bahwa masih ada faktor lainnya selain faktor jaminan

kesehatan yang lebih berpeluang berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat.

Hubungan Kondisi Kesehatan Ibu dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu


kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin

Berdasarkan penelitian terhadap 185 orang responden diperoleh 162 orang

dalam kondisi yang berisiko (87,6%). Hasil uji Chi-square diperoleh nilai

p=0,027, artinya ada hubungan yang signifikan antara jaminan kesehatan dengan

pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di Kabupaten

Langkat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Vermeiden, Braat, Medhin,

Gaym, van de Akker, & Stekelenburg, 2018) bahwa ibu bersalin yang pernah

Universitas Sumatera Utara


73

mengalami komplikasi pada persalinan sebelumnya yang lebih banyak

menggunakan rumah tunggu kelahiran. Demikian juga dengan penelitian

(Triwulan, 2018) bahwa terdapat pengaruh kondisi kehamilan dengan

pemanfaatan RTK. Sejalan pula dengan penelitian oleh (Napirah, Rahman, &

Tony, 2016) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

persepsi terhadap kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Wahyuni, 2012)

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi

kondisi sakit dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sumber

Rejo Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.

Kondisi kehamilan merupakan suatu keadaan yang dialami ibu saat

kehamilan yang menimbulkan perubahan-perubahan pada fisik, maupun

psikologis. Persepsi kondisi kehamilan merupakan salah satu faktor sosio

psikologi konsumen yang memungkinkan seseorang dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan. Banyak sekali perubahan yang terjadi selama baik pada

trimester pertama, kedua maupun ketiga (Triwulan, 2018).

Menurut Hidayati (2009) dalam (Triwulan, 2018), dalam beberapa

kunjungan kehamilan ibu hamil menyampaikan keluhan yang menimbulkan

kekhawatiran ibu selama kehamilan dan persalinan kelak. Keluhan yang dialami

pada trimester pertama seperti keputihan, mula/muntah, keputihan, sakit kepala,

kelelahan. Pada trimester kedua seperti konstipasi, varises, gatal-gatal, nyeri sendi

dan pada trimester ketiga seperti sesak nafas, kram kaki, insomnia,

pembengkakan.

Universitas Sumatera Utara


74

Menurut Andersen (1973) dalam Triwulan (2018), penilaian individu

terhadap kesehatan merupakan cara pandang individu dalam mengamati gejala

penyakit, tingkat kesakitan dan kekhawatiran mengenai kesehatan yang

menjadikannya sangat penting dan mengharuskan individu untuk mencari

pelayanan kesehatan yang lebih baik atau mempengaruhi seseorang dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran lebih tinggi pada ibu bersalin yang memiliki persepsi kondisi

kehamilan dengan ada keluhan. Ibu hamil yang akan bersalin menilai banyak

keluhan yang dirasakan selama kehamilannya, sehingga timbul kekhawatiran akan

efek yang ditimbulkan atau sesuatu yang nantinya akan menimbulkan risiko saat

persalinan (Triwulan, 2018). Maka demikian, pemerintah memperkenalkan rumah

tunggu kelahiran sebagai strategi untuk meningkatkan akses keperawatan terampil

bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu, dengan membawa ibu dekat

dengan fasilitas persalinan. Oleh karena itu, salah satu sasaran dari RTK

diperuntukkan kepada ibu hamil dengan faktor risiko dan risiko tinggi adalah

(Kemenkes RI, 2009).

Pada penelitian ini, kondisi kesehatan ibu merupakan satu-satunya faktor

yang memiliki hubungan secara signifikan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran oleh ibu bersalin di Kabupaten Langkat. Oleh karena itu, peneliti

berasumsi bahwa kondisi kesehatan ibu merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di

Kabupaten Langkat

Universitas Sumatera Utara


75

Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya faktor kesehatan ibu yang

berpengaruh terhadap pemanfaatan RTK di Kabupaten Langkat. Oleh karena itu,

implikasi dari penelitian ini adalah tidak dibutuhkan lagi adanya RTK di setiap

Puskesmas. Karena tidak seluruhnya ibu bersalin memanfaatkan RTK tersebut.

Jika kondisi kesehatan ibu bersalin sehat, ibu bersalin dapat memeriksa dan

melakukan persalinan di bidan desa, rumah sakit, ataupun sarana pelayanan

lainnya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Jika kondisi kesehatan ibu bersalin

dalam keadaan tidak sehat, ibu bersalin dapat datang ke Puskesmas agar dilakukan

penanganan secara langsung, tanpa harus menginap di RTK. Hal ini disebabkan

akses menuju ke seluruh Puskesmas dapat ditempuh dengan lancar tanpa adanya

hambatan.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah:

1. Pada saat pengumpulan data peneliti dibantu oleh bidan desa setempat

mengingat kendala bahasa sebagian responden yang tidak bisa berbahasa

Indonesia dengan fasih.

2. Peneliti tidak meneliti semua faktor-faktor yang diduga berhubungan

dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di

Kabupaten Langkat, sehingga perlu adanya peneliti lain yang meneliti lebih

dalam tentang faktor-faktor yang belum dilakukan oleh peneliti saat ini.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Hasil penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran (RTK) di Kabupaten Langkat hanya

sebesar 9,2 persen, sedangkan tidak memanfaatkan 90,8 persen.

2. Ada hubungan kondisi kesehatan ibu dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=0,027).

3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=480).

4. Tidak ada hubungan sikap dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran

(RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=480).

5. Tidak ada hubungan paritas dengan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran

(RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=544).

6. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=590).

7. Tidak ada hubungan jarak tempuh dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=0,076).

8. Tidak ada hubungan jaminan kesehatan dengan pemanfaatan rumah tunggu

kelahiran (RTK) oleh ibu bersalin di wilayah Kabupaten Langkat (p=788).

Saran

Hasil penelitian ini memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat hendaknya

melakukan pengawasan rutin terhadap pelaksanaan program kerja yang

76
Universitas Sumatera Utara
77

berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak khususnya pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran (RTL) di seluruh Puskesmas yang berada di Kabupaten

Langkat.

2. Disarankan kepada Puskesmas untuk melakukan pemetaan ibu hamil yang

berisiko tinggi agar mudah dilakukan pemantauan demi mencegah terjadinya

kematian ibu.

3. Disarankan kepada Puskesmas terkait hendaknya menyiapkan mobil

ambulance 1x24 jam untuk menjemput ibu hamil menuju rumah tunggu

kelahiran, terutama ibu bersalin yang berada jauh dari rumah tunggu kelahiran

(RTK).

4. Disarankan kepada Puskesmas terkait hendaknya menggalakkan program

suami/keluarga “SIAGA” melalui penyuluhan, pendekatan kepada

suami/keluarga dibantu tokoh masyarakat/ tokoh agama setempat dengan

tujuan meningkatkan peran keluarga dalam mendukung ibu bersalin untuk

memanfaatkan rumah tunggu kelahiran.

5. Disarankan kepada Puskesmas terkait hendaknya memberikan edukasi, saran,

dan anjuran saat ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan ANC,

sekaligus untuk memberikan arahan kepada ibu hamil untuk memanfaatkan

rumah tunggu kelahiran sebelum dan sesudah persalinan.

6. Disarankan kepada Puskesmas hendaknya memberikan tugas kepada bidan

desa untuk rutin melakukan kunjungan ibu hamil di setiap desa untuk

memantau perkembangan ibu hamil dan mengantisipasi ibu hamil yang tidak

rutin melakukan pemeriksaan ANC.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Abdulkadir, R. (2017). Awareness, attitude towards and utilization of maternity


waiting home by mothers in Merti sub country Isiolo country. (Thesis,
Jomo Kenyatta University of Agriculture and Technology). Diakses dari
http://ir.jkuat.ac.ke.

Adriana, N. (2014). Akses pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan


faslitas kesehatan persalinan yang memadai di Puskesmas Kawangu
Kabupaten Sumba Timu. Public Health and Preventive Medicine Archive
(PHPMA), 2(5), 135-139.

Andersen, R., Rice, T., & Kominski, G. (2001). Changging the U.S. Health care
system, key issues in health services, policy, and management (Second
Edition). San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Company.

Anggraeni, S. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


pemanfaatan pelayanan kesehatan (PKPR) di wilayah Puskesmas
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. (Tesis, Universitas
Diponegoro). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id.

Azwar, A. (1996). Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.

Bakoil, M. (2017). Pengembangan model akses rumah tunggu persalinan pada


pertolongan persalinan. (Tesis, Universitas Airlangga). Diakses dari
http://repository.unair.ac.id/64566.

Birmeta, K., Dibaba, Y., & Woldeyohanes, D. (2013). Determinants of maternal


health care utilization in Holeta Town, central Ethiopia. BMC Health
Services Research, 13, 256.

BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan, dan Measure DHS ICF International.


(2013). Survei demografi kesehatan Indonesia 2012. Diakses dari
http://simakip.uhamka.ac.id/download/?type=pengumuman&id=288.

Fajriah, R. (2013). Perilaku ibu dalam pemanfaatan rumah tunggu kelahiran di


desa Nilo Dingin Kecamatan Lembah Masurai Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi (Tesis, Universitas Diponegoro). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/53609/.

Fibriani, A. (2007). Faktor-faktor risiko yang memengaruhi kematian maternal,


Studi Kasus di Kabupaten Cilacap (Tesis, Universitas Diponegoro).
Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/16634/.

78
Universitas Sumatera Utara
79

Fransiska, R. (2017). Analisis determinan kematian maternal di Kabupaten


Bondowoso (Tesis, Universitas Sebelas Maret). Diakses dari
https://eprints.uns.ac.id/36204/1/S021508049_pendahuluan.pdf.

Furi, L., & Megatsari, H. (2014). Faktor yang mempengaruhi ibu bersalin pada
dukun bayi dengan pendekatan WHO di Desa Brongkal Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Malang. J Promkes, 2(1), 7.

Handayani, L., Suharmiati, S., Kurniawan, A., Nuraini, S., & Wasito, B. (2014).
Utilization of service delivery insurance (Jampersal) for maternal and child
health Services in 12 districts/cities: eliminate the socio-cultural obstacle
on safe delivery. Bul Penelit Sist Kesehat, 16.

Harahap, R., Badiran, M., & Rifai, A. (2018). Faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan rumah tunggu kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Binjai
Serbangan Kabupaten Asahan. Journal of The Global Health, 1(1), 28-36.

Harian Analisa Daily. (2016). Sumut Posisi 5 AKI dan AKB. Diakses 15 Agustus
2019 dari: http://harian.analisadaily.com/kota/news/sumut-posisi-5-aki-
dan-akb/281569/20 16/12/02.

Hong, R., & Them, R. (2015). Inequality in Access to health care in Cambodia:
socioeconomically disadvantaged women giving birth at home assisted by
unskilled birth attendants. Asia Pac J Public Health, 27(2).

Jodi, R., Anna, C., Michelle, L., & Sarah, R. (2013). Promoting access : the use
maternity waiting homes to achieve safe motherhood. Midwifery, 29(10),
1095-102.

Kawakatsu, Y., Sugishita, T., Oruenjo, K., & Wakhule, S. (2014). Determinats of
health facility utilization for childbirth in Rural Western Kenya : cross-
sectional study. BMC Pregnancy & Childbirth, 14, 265.

Kemenkes RI. (2009). Pedoman pelayanan rumah tunggu kelahiran. Diakses dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/
02Buku-KIA-06-10-2015-small.pdf.

Kemenkes RI. (2012). Pedoman pelayanan rumah tunggu kelahiran. Diakses dari
https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/PMK%20No.%2097%20ttg
%20Pelayanan%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf.

Kemenkes RI. (2013). Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan. Diakses dari https://www.litbang.kemkes.
go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/.

Kemenkes RI. (2014). Profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.
Diakses dari https://www.pusdatin.kemkes.go.id/ resources/download/
profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/02_Sumut_2014.pdf.

Universitas Sumatera Utara


80

Lori, J., Wadsworth, A., Munro, M., & Rominski, S. (2013). Promoting access :
the use of maternity waiting homes to achieve safe motherhood. PMC
Journal, 29(10), 1095-102.

Manuaba, I. (2010). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk


pendidikan bidan (Edisi 2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Mardiyah, U. (2013). Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan


antenatal oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember. eJournal Pustaka Kesehatan, 2(1).

Margolis, R. (2013). Educational differences in healthy behavior changes and


adherence among middle-aged Americans. J. Health Soc. Behavior, 54,
353–368.

Masitah, A., Yuniar, N., & Lisnawaty. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat desa
Tanailandu di wilayah kerja Puskesmas Kanapa-napa Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah tahun 2015. JIM Kesmas, 1(3).

Meilani, N., Shaluhiyah, Z., & Suryoputro, A. (2014). Perilaku ibu dalam
memberikan pendidikan seksualitas pada remaja awal. Kesmas Natl Public
Heal J, 8(8), 411–7.

Napirah, M., Rahman, A., & Tony, A. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso. Jurnal
Pengembangan Kota, 4(1).

Pemerintah Kabupaten Langkat. (2019). Langkat Upayakan Penurunan Angka


Kematian Ibu Melahirkan dan Bayi Baru Lahir. Diakses dar
http://www.langkatkab.go.id/berita/528/pemkab-langkat-upayakan-
penurunan-angka-kematian-ibu-melahirk.

Pedoman Media Siber. (2015). Dinkes Cilegon Dirikan Rumah Tunggu Kelahiran
di 4 Kecamatan. Diakses 20 Agustus 2019 dari:
http://www.beritacilegon.co.id/kota-cilegon/dinkes-cilegon-dirikan-rumah-
tunggu-kelahiran-di-4-kecamatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


2562/MENKES/PER/XII/2011. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

Ridwan, A. (2011). Epidemiologi perencanaan dan pelayanan kesehatan.


Makasar: Masagena Press.

Ruiz, M., Van Dijk, M., Berdichevsky, K., Munguí, A., Burks, C., & García, S.
(2013). Barriers to the use of maternity waiting homes in indigenous

Universitas Sumatera Utara


81

regions of Guatemala: a study of users’ and community members


perceptions. Cult Health Sex, 15(2).

Sugiyono. (2014). Statistika untuk penelitian (Cetakan ke-14). Bandung: Alfabeta.

Sukoco, N., & Suparmi. (2017). Pemanfaatan rumah tunggu kelahiran di


Puskesmas Adaut Kecamatan Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat
tahun 2015. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(1), 65-72.

Sumarah, Widyastut, Y., & Wiyati, N. (2009). Perawatan ibu bersalin (asuhan
kebidanan pada ibu bersalin) (Cetakan ke-4). Yogyakarta: Penerbit
Fitramaya.

Thabrany, H. (2014). Jaminan kesehatan nasional. Jakarta: Rajawali Pers.

Tongun, J., Mukunga, D., Tylleskar, T., & Sebit, M. (20, 19). Determinants of
health facility utilization at birth in South Sudan. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 16, 2445.

Triwulan, A. (2018). Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan rumah


tunggu kelahiran oleh ibu bersalin di Puskesmas Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2018 (Tesis, Universitas Sumatera Utara]. Diakses dari
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10010.

Usman. (2018). Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan antenatal care di


Puskesmas Madising Na Mario Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia dan
Kesehatan, 1(1).

van Lonkhuijzen, L., Stekelenburg, J., & van Roosmalen, J. (n.d.). Maternity
waiting facilities for improving maternal and neonatal outcome in low-
resource countries (review) cochrane database of systematic reviews.
Cochrane Database Syst Rev, 8(3).

Vermeiden, T., Braat, F., Medhin, G., Gaym, A., van de Akker, T., &
Stekelenburg. (2018). Factors associated with intended use of a maternity
waiting home in Southern Ethiopia: a community-based cross-sectional
study. BMC Pregnancy and Childbirth, 38.

Wahyuni, N. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan


pelayanan kesehatan di Puskesmas Sumber Rejo Kota Balikpapan
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012 (Skripsi, Universitas Indonesia).
Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320041-S-
Nanik%20Sri%20Wahyuni.pdf.

Waspada Online. (2016). Pemprovsu Serius Tangani Kesehatan Ibu dan Anak.
Diakses 20 Agustus 2019 dari http://waspada.co.id/sumut/2016-
pemprovsu-serius-tangani-kesehatan-ibu-dan-anak.

Universitas Sumatera Utara


82

WHO. (1996). Maternity Waiting Homes: a Review of Experiences. Diakses dari


https://www.who.int/reproductivehealth/publications/maternal_perinatal_
health/MSM_96_21/en/.

WHO. (2014). Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2013, Estimate by WHO,


UNICEF, UNFPA, The World Bank and the United Nations Population
Division. Diakses dari https://www.who.int/reproductivehealth/
publications/monitoring/maternal-mortality-2013/en/.

Yar, I., Said, I., & Yar, I. (2013). Knowledge and barriers in utilization of
maternal health care services in Kano State, Northern Nigeria. Eur J Biol
Med Sci Res, 1(1), 1–14.

Universitas Sumatera Utara


83

Lampiran 1. Lembar Permintaan Menjadi Responden

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. :

Ibu / Saudari calon Responden

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Pasca Sarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, saya akan melakukan

penelitian tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah

Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kabupaten Langkat”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara faktor predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan dengan pemanfaatan

Rumah Tunggu Kelahiran (RTK), untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan

Ibu/Saudara untuk menjadi Responden dalam penelitian ini, selanjutnya kami

mohon kesediaan Ibu/Saudari untuk mengisi kuisioner yang saya sediakan dengan

kejujuran dan apa adanya. Jawaban Ibu/Saudara dijamin kerahasiaannya.

Demikian, lembar persetujuan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan

terima kasih.

Langkat, 2019

Peneliti,

Zufrizal
NIM.157032108

Universitas Sumatera Utara


84

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) oleh Ibu

Bersalin di Wilayah Kabupaten Langkat. Maka dengan ini saya secara sukarela

dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya

Langkat, 2019

Responden,

Universitas Sumatera Utara


85

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Rumah Tunggu


Kelahiran (RTK) oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kabupaten Langkat

Petunjuk : Isilah data yang sesuai pada tempat yang telah disediakan di bawah ini.

1. Umur :( ) tahun

2. Pendidikan :( ) Tidak Tamat SD

( ) Tamat SD

( ) Tamat SLTP

( ) Tamat SLTA

( ) Tamat Diploma/ Sarjana

3. Pekerjaan :( ) PNS

( ) Buruh Pabrik

( ) Karyawan

( ) Wiraswasta

( ) Asisten Rumah Tangga

( ) Ibu Rumah Tangga

( ) dan lain-lain

4. Paritas :( ) >4

( ) ≤4

5. Waktu Tempuh :( ) ≤ 10 menit dengan berjalan kaki

( ) >10 menit dengan berjalan kaki

Universitas Sumatera Utara


86

Pengetahuan

Jawablah setiap pernyataan di bawah ini sesuai dengan yang ibu ketahui.

1. Rumah tunggu kelahiran adalah tempat tinggal sementara bagi para ibu yang

bersalin.

a. Benar b. Salah

2. Rumah tunggu kelahiran memiliki tujuan untuk meyelamatkan ibu dan bayi.

a. Benar b. Salah

3. Para ibu yang akan melahirkan disarankan untuk menempati rumah tunggu

kelahiran sebelum dan sesudah bersalin

a. Benar b. Salah

4. Rumah tunggu kelahiran bermanfaat bagi ibu bersalin yang mengalami

komplikasi selama kehamilan.

a. Benar b. Salah

5. Rumah tunggu kelahiran harus dekat dari rumah.

a. Benar b. Salah

6. Rumah tunggu kelahiran harus dekat dari fasilitas kesehatan.

a. Benar b. Salah

7. Rumah tunggu kelahiran harus bersih, nyaman dan fasilitas lengkap.

a. Benar b. Salah

8. Keluarga dapat menemani ibu selama berada di rumah tunggu kelahiran

a. Benar b. Salah

Universitas Sumatera Utara


87

Sikap

Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)
pada tempat yang telah disediakan.

No. Pernyataan S TS
1. Menurut saya, rumah tunggu kelahiran tidak penting.
Saya lebih nyaman melahirkan di rumah.
2. Menurut saya, rumah tunggu kelahiran sangat membantu
bagi kami yang tempat tinggalnya jauh.
3. Menurut saya, berada sementara di rumah tunggu
kelahiran sebelum melahirkan sangat merepotkan.
4. Menurut saya, setelah melahirkan saya memilih pulang ke
rumah dengan bayi saya daripada inap di rumah tunggu
kelahiran.
5. Saya akan memanfaatkan rumah tunggu kelahiran jika ada
keluarga saya yang menemani.
6. Menurut saya, rumah tunggu kelahiran dapat membantu
untuk mengatasi risiko sebelum dan sesudah melahirkan.

Keterangan S : Setuju, TS : Tidak Setuju

Dukungan Keluarga

Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)
pada tempat yang telah disediakan.

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Apakah suami bersedia menemani ibu selama berada di
rumah tunggu kelahiran?
2. Apakah suami mengizinkan ibu berada di rumah tunggu
kelahiran sebelum dan sesudah melahirkan?
3. Apakah suami menganjurkan ibu untuk memanfaatkan
rumah tunggu kelahiran?
4. Apakah suami membantu ibu untuk mencari informasi
tentang manfaat rumah tunggu kelahiran dan hak-hak
yang akan ibu peroleh selama berada di rumah tinggu
kelahiran?
5. Apakah suami pernah mengingatkan ibu kembali untuk
memanfaatkan rumah tunggu kelahiran?
6. Selama berada di rumah tunggu kelahiran, apakah suami
ibu membantu ibu memenuhi segala kebutuhan ibu?
7. Apakah suami selalu menemani ibu selama berada di
rumah tunggu kelahiran?

Universitas Sumatera Utara


88

Jaminan Kesehatan

Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)
pada tempat yang telah disediakan.

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Apakah ibu memiliki jaminan kesehatan dari Pemerintah?
Jika jawaban iya, sebutkan .....................................
2. Jika ibu memiliki jaminan kesehatan, apakah ibu tetap
dituntut untuk membayar segala kebutuhan selama ibu
tinggal di rumah tunggu kelahiran?
3. Jaminan kesehatan sangat membantu kami yang memiliki
tingkat ekonomi yang rendah.
4. Saya tidak menemukan hambatan dalam menggunakan
jaminan kesehatan tersebut.

Kondisi Kesehatan Ibu

Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)
pada tempat yang telah disediakan.

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Apakah ibu memiliki riwayat penyakit berisiko?
Jika iya, sebutkan ....
2. Apakah selama kehamilan, ibu pernah mengalami
kesulitan?
Jika iya, sebutkan .....
3. Apakah pada saat persalinan, ibu pernah
mengalami kesulitan?
Jika iya, sebutkan .....
4. Apakah pada saat masa nifas, ibu pernah
mengalami kesulitan?
Jika iya, sebutkan ....

Pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran

Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)
pada tempat yang telah disediakan.

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Apakah ibu memanfaatkan RTK sebelum dan sesudah
persalinan.

Universitas Sumatera Utara


89

Lampiran 4. Rekap Laporan Persalinan

REKAP LAPORAN PERSALINAN


KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2018

Persalinan
RTK Laki-laki Perempuan Total
1 2 3
Bahorok 224 318 542
Bukit Lawang 172 181 353
Serapit 178 167 345
Tanjung Langkat 260 283 543
Marike 150 144 294
Namu Ukur 250 237 487
Namu Trasi 266 277 543
Kuala 430 444 874
Selesai 653 693 1346
Sambirejo 453 486 939
Stabat 433 440 873
Karang Rejo 431 441 872
Stabat Lama 439 440 879
Hinai Kiri 199 193 392
Desa Teluk 392 383 775
Secanggang 150 145 295
Tanjung Beringin 491 481 972
Tanjung Selamat 511 494 1005
Sei Bamban 359 375 734
Sawit Seberang 255 276 531
Pantai Cermin 731 707 1438
Gebang 447 436 883
Securai 324 319 643
Pangkalan Brandan 230 237 467
Desa Lama 483 505 988
Tangkahan Durian 232 236 468
Pangkalan Susu 211 230 441
Beras Basah 235 228 463
Besitang 480 479 959
Pematang Jaya 138 153 291
JUMLAH 10.207 10.428 20.635
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Langkat, 2019

Universitas Sumatera Utara


90

Lampiran 5. Rekap Laporan Persalinan Dan Pemanfaatan RTK

REKAP LAPORAN PERSALINAN DAN PEMANFAATAN RTK


Januari-Juli 2019
KABUPATEN LANGKAT

Persalinan Pemanfaatan RTK


RTK di di non Total Memanfaatkan Tidak
Fasyankes Fasyankes Memanfaatkan
1 2 3 4 5
Bahorok 236 2 238 53 185
Bukit Lawang 168 1 163 30 143
Serapit 171 1 172 - 172
Tanjung Langkat 268 - 268 69 199
Marike 143 - 143 - 143
Namu Ukur 248 - 248 - 248
Namu Trasi 271 2 273 - 273
Kuala 458 1 459 91 368
Selesai 735 - 735 126 609
Sambirejo 456 - 456 95 361
Stabat 436 - 436 107 329
Karang Rejo 462 - 462 - 462
Stabat Lama 441 1 442 166 276
Hinai Kiri 176 2 177 40 137
Desa Teluk 432 2 434 79 355
Secanggang 120 - 120 - 120
Tanjung Beringin 535 - 535 85 450
Tanjung Selamat 519 1 520 125 395
Sei Bamban 385 - 385 98 287
Sawit Seberang 298 - 298 22 276
Pantai Cermin 758 - 758 100 658
Gebang 444 2 446 84 363
Securai 332 3 335 81 254
Pangkalan Brandan 272 - 272 73 199
Desa Lama 436 - 436 125 311
Tangkahan Durian 214 - 214 38 176
Pangkalan Susu 204 - 204 35 169
Beras Basah 210 1 211 38 173
Besitang 417 1 418 46 372
Pematang Jaya 145 - 145 25 120
JUMLAH 10.390 20 10.390 1.831 (17,62%) 8.559 (82,38%)
Sumber : Rekap Laporan Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kabupaten Langkat, 2019

Universitas Sumatera Utara


91

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.840 8

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
pengetahuan 1 .50 .509 30
pengetahuan 2 .43 .504 30
pengetahuan 3 .50 .509 30
pengetahuan 4 .47 .507 30
pengetahuan 5 .63 .490 30
pengetahuan 6 .57 .504 30
pengetahuan 7 .50 .509 30
pengetahuan 8 .53 .507 30

Universitas Sumatera Utara


92

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
pengetahuan 1 3.63 5.551 .791 .792
pengetahuan 2 3.70 6.079 .552 .824
pengetahuan 3 3.63 6.378 .416 .841
pengetahuan 4 3.67 6.368 .422 .840
pengetahuan 5 3.50 5.983 .618 .816
pengetahuan 6 3.57 6.254 .475 .834
pengetahuan 7 3.63 5.757 .692 .806
pengetahuan 8 3.60 5.903 .627 .815

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.835 6
Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
sikap 1 .53 .507 30
sikap 2 .57 .504 30
sikap 3 .60 .498 30
sikap 4 .53 .507 30
sikap 5 .47 .507 30
sikap 6 .57 .504 30

Universitas Sumatera Utara


93

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
sikap 1 2.73 3.857 .459 .838
sikap 2 2.70 4.010 .379 .853
sikap 3 2.67 3.678 .577 .815
sikap 4 2.73 3.513 .662 .798
sikap 5 2.80 3.269 .819 .764
sikap 6 2.70 3.321 .792 .770

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.856 7

Universitas Sumatera Utara


94

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
dukungan keluarga 1 .47 .507 30
dukungan keluarga 2 .60 .498 30
dukungan keluarga 3 .50 .509 30
dukungan keluarga 4 .47 .507 30
dukungan keluarga 5 .57 .504 30
dukungan keluarga 6 .57 .504 30
dukungan keluarga 7 .60 .498 30

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
dukungan keluarga 1 3.30 4.907 .669 .828
dukungan keluarga 2 3.17 5.247 .514 .850
dukungan keluarga 3 3.27 5.306 .471 .856
dukungan keluarga 4 3.30 4.907 .669 .828
dukungan keluarga 5 3.20 5.269 .495 .853
dukungan keluarga 6 3.20 4.717 .775 .812
dukungan keluarga 7 3.17 4.764 .761 .815

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.

Universitas Sumatera Utara


95

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.834 4

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
jaminan kesehatan 1 .47 .507 30
jaminan kesehatan 2 .47 .507 30
jaminan kesehatan 3 .57 .504 30
jaminan kesehatan 4 .40 .498 30

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
jaminan kesehatan 1 1.43 1.495 .774 .738
jaminan kesehatan 2 1.43 1.633 .635 .802
jaminan kesehatan 3 1.33 1.540 .735 .757
jaminan kesehatan 4 1.50 1.776 .519 .850

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.

Universitas Sumatera Utara


96

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.820 4

Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
kesehatan ibu 1 .57 .504 30
kesehatan ibu 2 .67 .479 30
kesehatan ibu 3 .60 .498 30
kesehatan ibu 4 .50 .509 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
kesehatan ibu 1 1.77 1.426 .743 .725
kesehatan ibu 2 1.67 1.678 .537 .820
kesehatan ibu 3 1.73 1.582 .594 .796
kesehatan ibu 4 1.83 1.454 .703 .745

Universitas Sumatera Utara


97

Lampiran 7. Output Hasil Penelitian

OUTPUT HASIL PENELITIAN

Frequencies

Statistics
umur pendidikan pekerjaan Paritas Waktu pengetahua
tempuh n1
Valid 185 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0 0

Statistics
pengetahuan pengetahuan pengetahuan pengetahuan pengetahuan
2 3 4 5 6
Valid 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
pengetahuan pengetahuan sikap 1 sikap 2 sikap 3 sikap 4
7 8
Valid 185 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0 0

Statistics
sikap 5 sikap 6 dukungan dukungan dukungan
keluarga 1 keluarga 2 keluarga 3
Valid 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
dukungan dukungan dukungan dukungan jaminan
keluarga 4 keluarga 5 keluarga 6 kelaurga 7 kesehatan 1
Valid 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0

Universitas Sumatera Utara


98

Statistics
jaminan jaminan jaminan kesehatan kesehatan
kesehatan 2 kesehatan 3 kesehatan 4 ibu 1 ibu 2
Valid 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
kesehatan kesehatan rtk 1 rtk 2 rtk 3 rtk 4
ibu 3 ibu 4
Valid 185 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0 0

Statistics
rtk 5 rtk 6 kategori kategori kategori
pengetahuan sikap dukungan
keluarga
Valid 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
kategori jaminan kategori kesehatan kategori pemanfaatan
kesehatan ibu rtk
Valid 185 185 185
N
Missing 0 0 0

Frequency Table

umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
179 96.8 96.8 96.8
berisiko
Valid
Berisiko 6 3.2 3.2 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


99

pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tamat SD 4 2.2 2.2 2.2
tamat SLTP 58 31.4 31.4 33.5
tamat SLTA 79 42.7 42.7 76.2
Valid
tamat
44 23.8 23.8 100.0
diploma/sarjana
Total 185 100.0 100.0

pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Karyawan 18 9.7 9.7 9.7
Wiraswasta 9 4.9 4.9 14.6
Asisten rumah
3 1.6 1.6 16.2
Valid tangga
Ibu rumah tangga 129 69.7 69.7 85.9
dan lain-lain 26 14.1 14.1 100.0
Total 185 100.0 100.0

Paritas
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
143 77.3 77.3 77.3
berisiko
Valid
Berisiko 42 22.7 22.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


100

Waktu tempuh
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
dekat 14 7.6 7.6 7.6
Valid jauh 171 92.4 92.4 100.0
Total 185 100.0 100.0

pengetahuan 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 57 30.8 30.8 30.8
Valid Benar 128 69.2 69.2 100.0
Total 185 100.0 100.0

pengetahuan 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Benar 185 100.0 100.0 100.0

pengetahuan 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 143 77.3 77.3 77.3
Valid Benar 42 22.7 22.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

pengetahuan 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 143 77.3 77.3 77.3
Valid Benar 42 22.7 22.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


101

pengetahuan 5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 151 81.6 81.6 81.6
Valid Benar 34 18.4 18.4 100.0
Total 185 100.0 100.0

pengetahuan 6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 62 33.5 33.5 33.5
Valid Benar 123 66.5 66.5 100.0
Total 185 100.0 100.0

pengetahuan 7
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Benar 185 100.0 100.0 100.0

pengetahuan 8
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Salah 128 69.2 69.2 69.2
Valid Benar 57 30.8 30.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


102

sikap 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
124 67.0 67.0 67.0
setuju
Valid
Setuju 61 33.0 33.0 100.0
Total 185 100.0 100.0

sikap 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
116 62.7 62.7 62.7
setuju
Valid
Setuju 69 37.3 37.3 100.0
Total 185 100.0 100.0

sikap 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
127 68.6 68.6 68.6
setuju
Valid
Setuju 58 31.4 31.4 100.0
Total 185 100.0 100.0

sikap 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
95 51.4 51.4 51.4
setuju
Valid
Setuju 90 48.6 48.6 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


103

sikap 5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
108 58.4 58.4 58.4
setuju
Valid
Setuju 77 41.6 41.6 100.0
Total 185 100.0 100.0

sikap 6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
115 62.2 62.2 62.2
setuju
Valid
Setuju 70 37.8 37.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

dukungan keluarga 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 82 44.3 44.3 44.3
Valid Ya 103 55.7 55.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

dukungan keluarga 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 32 17.3 17.3 17.3
Valid Ya 153 82.7 82.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

dukungan keluarga 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 115 62.2 62.2 62.2
Valid Ya 70 37.8 37.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


104

dukungan keluarga 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 144 77.8 77.8 77.8
Valid Ya 41 22.2 22.2 100.0
Total 185 100.0 100.0

dukungan keluarga 5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 133 71.9 71.9 71.9
Valid Ya 52 28.1 28.1 100.0
Total 185 100.0 100.0

dukungan keluarga 6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 130 70.3 70.3 70.3
Valid Ya 55 29.7 29.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

dukungan keluarga 7
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 138 74.6 74.6 74.6
Valid Ya 47 25.4 25.4 100.0
Total 185 100.0 100.0

jaminan kesehatan 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Ya 185 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


105

jaminan kesehatan 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 128 69.2 69.2 69.2
Valid Ya 57 30.8 30.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

jaminan kesehatan 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 118 63.8 63.8 63.8
Valid Ya 67 36.2 36.2 100.0
Total 185 100.0 100.0

jaminan kesehatan 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 102 55.1 55.1 55.1
Valid Ya 83 44.9 44.9 100.0
Total 185 100.0 100.0

kesehatan ibu 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ya 146 78.9 78.9 78.9
Valid Tidak 39 21.1 21.1 100.0
Total 185 100.0 100.0

kesehatan ibu 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ya 136 73.5 73.5 73.5
Valid Tidak 49 26.5 26.5 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


106

kesehatan ibu 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ya 137 74.1 74.1 74.1
Valid Tidak 48 25.9 25.9 100.0
Total 185 100.0 100.0

kesehatan ibu 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Ya 91 49.2 49.2 49.2
Valid Tidak 94 50.8 50.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

kesehatan ibu 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 146 78.9 78.9 78.9
Valid Ya 39 21.1 21.1 100.0
Total 185 100.0 100.0

kesehatan ibu 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 136 73.5 73.5 73.5
Valid Ya 49 26.5 26.5 100.0
Total 185 100.0 100.0

kesehatan ibu 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 137 74.1 74.1 74.1
Valid Ya 48 25.9 25.9 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


107

kesehatan ibu 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 91 49.2 49.2 49.2
Valid Ya 94 50.8 50.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

rtk 1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 93 50.3 50.3 50.3
Valid Ya 92 49.7 49.7 100.0
Total 185 100.0 100.0

rtk 2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 124 67.0 67.0 67.0
Valid Ya 61 33.0 33.0 100.0
Total 185 100.0 100.0

rtk 3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 99 53.5 53.5 53.5
Valid Ya 86 46.5 46.5 100.0
Total 185 100.0 100.0

rtk 4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 142 76.8 76.8 76.8
Valid Ya 43 23.2 23.2 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


108

rtk 5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 116 62.7 62.7 62.7
Valid Ya 69 37.3 37.3 100.0
Total 185 100.0 100.0

rtk 6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 101 54.6 54.6 54.6
Valid Ya 84 45.4 45.4 100.0
Total 185 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
kategori kategori kategori kategori kategori
pengetahua sikap dukungan jaminan kesehatan
n keluarga kesehatan ibu
Valid 185 185 185 185 185
N
Missing 0 0 0 0 0

Statistics
kategori pemanfaatan rtk
Valid 185
N
Missing 0

Frequency Table
kategori pengetahuan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
baik 29 15.7 15.7 15.7
Valid buruk 156 84.3 84.3 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


109

kategori sikap
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Positif 6 3.2 3.2 3.2
Valid Negatif 179 96.8 96.8 100.0
Total 185 100.0 100.0

kategori dukungan keluarga


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tinggi 3 1.6 1.6 1.6
sedang 48 25.9 25.9 27.6
Valid
rendah 134 72.4 72.4 100.0
Total 185 100.0 100.0

kategori jaminan kesehatan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Memiliki 59 31.9 31.9 31.9
Tidak
Valid 126 68.1 68.1 100.0
memiliki
Total 185 100.0 100.0

kategori kesehatan ibu


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sehat 23 12.4 12.4 12.4
Valid Tidak sehat 162 87.6 87.6 100.0
Total 185 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


110

kategori pemanfaatan rtk


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
memanfaatkan 17 9.2 9.2 9.2
tidak
Valid 168 90.8 90.8 100.0
memanfaatkan
Total 185 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori pengetahuan *
kategori pemanfaatan 185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
rtk

kategori pengetahuan * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk Total
memanfaatkan tidak
memanfaatkan
Count 1 28 29
baik % within kategori 100.0
3.4% 96.6%
kategori pengetahuan %
pengetahuan Count 16 140 156
buruk % within kategori 100.0
10.3% 89.7%
pengetahuan %
Count 17 168 185
Total % within kategori 100.0
9.2% 90.8%
pengetahuan %

Universitas Sumatera Utara


111

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1.358 1 .244
Continuity Correctionb .665 1 .415
Likelihood Ratio 1.678 1 .195
Fisher's Exact Test .480 .215
Linear-by-Linear
1.351 1 .245
Association
N of Valid Cases 185

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.66.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Paritas * kategori
185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
pemanfaatan rtk

Paritas * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk Total
memanfaatkan tidak
memanfaatkan
Count 12 131 143
Tidak
% within 100.0
berisiko 8.4% 91.6%
Paritas %
Paritas
Count 5 37 42
Berisiko % within 100.0
11.9% 88.1%
Paritas %
Count 17 168 185
Total % within 100.0
9.2% 90.8%
Paritas %

Universitas Sumatera Utara


112

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig.
Sig. (2- (2-sided) (1-sided)
sided)
a
Pearson Chi-Square .480 1 .488
Continuity Correctionb .151 1 .697
Likelihood Ratio .454 1 .500
Fisher's Exact Test .544 .335
Linear-by-Linear
.478 1 .490
Association
N of Valid Cases 185
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.86.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Waktu tempuh *
kategori pemanfaatan 185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
rtk

Waktu tempuh * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk Total
memanfaatkan tidak
memanfaatkan
Count 0 14 14
dekat % within Waktu
0.0% 100.0% 100.0%
Waktu tempuh
tempuh Count 17 154 171
jauh % within Waktu
9.9% 90.1% 100.0%
tempuh
Count 17 168 185
Total % within Waktu
9.2% 90.8% 100.0%
tempuh

Universitas Sumatera Utara


113

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact
Sig. (2- (2-sided) Sig. (1-
sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.533 1 .216
Continuity Correctionb .573 1 .449
Likelihood Ratio 2.812 1 .094
Fisher's Exact Test .370 .246
Linear-by-Linear
1.524 1 .217
Association
N of Valid Cases 185
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.29.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori sikap *
kategori pemanfaatan 185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
rtk

kategori sikap * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk Total
memanfaatkan tidak
memanfaatkan
Count 0 6 6
Positif % within kategori
0.0% 100.0% 100.0%
kategori sikap
sikap Count 17 162 179
Negatif % within kategori
9.5% 90.5% 100.0%
sikap
Count 17 168 185
Total % within kategori
9.2% 90.8% 100.0%
sikap

Universitas Sumatera Utara


114

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .627 1 .428
Continuity Correctionb .005 1 .941
Likelihood Ratio 1.177 1 .278
Fisher's Exact Test 1.000 .556
Linear-by-Linear
.624 1 .430
Association
N of Valid Cases 185
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .55.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori dukungan
keluarga * kategori 185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
pemanfaatan rtk

kategori dukungan keluarga * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk
memanfaatka tidak
n memanfaatkan
Count 0 3
tinggi % within kategori
0.0% 100.0%
dukungan keluarga
kategori Count 3 45
dukungan sedang % within kategori
6.2% 93.8%
keluarga dukungan keluarga
Count 14 120
rendah % within kategori
10.4% 89.6%
dukungan keluarga
Count 17 168
Total % within kategori
9.2% 90.8%
dukungan keluarga

Universitas Sumatera Utara


115

kategori dukungan keluarga * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


Total

Count 3
tinggi % within kategori dukungan
100.0%
keluarga
Count 48
kategori dukungan
sedang % within kategori dukungan
keluarga 100.0%
keluarga
Count 134
rendah % within kategori dukungan
100.0%
keluarga
Count 185
Total % within kategori dukungan
100.0%
keluarga

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.055a 2 .590
Likelihood Ratio 1.377 2 .502
Linear-by-Linear
1.037 1 .308
Association
N of Valid Cases 185

a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The


minimum expected count is .28.
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori jaminan
kesehatan * kategori 185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
pemanfaatan rtk

Universitas Sumatera Utara


116

kategori jaminan kesehatan * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk
memanfaatkan tidak
memanfaatkan
Count 6 53
Memiliki % within kategori
kategori 10.2% 89.8%
jaminan kesehatan
jaminan
Count 11 115
kesehatan Tidak
% within kategori
memiliki 8.7% 91.3%
jaminan kesehatan
Count 17 168
Total % within kategori
9.2% 90.8%
jaminan kesehatan

kategori jaminan kesehatan * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


Total

Count 59
Memiliki % within kategori jaminan
100.0%
kategori jaminan kesehatan
kesehatan Count 126
Tidak
% within kategori jaminan
memiliki 100.0%
kesehatan
Count 185
Total % within kategori jaminan
100.0%
kesehatan

Universitas Sumatera Utara


117

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .100 1 .752
Continuity Correctionb .002 1 .966
Likelihood Ratio .098 1 .754
Fisher's Exact Test .788 .472
Linear-by-Linear
.099 1 .753
Association
N of Valid Cases 185
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.42.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori kesehatan ibu *
185 100.0% 0 0.0% 185 100.0%
kategori pemanfaatan rtk

kategori kesehatan ibu * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


kategori pemanfaatan rtk
memanfaatkan tidak
memanfaatkan
Count 1 22
Sehat % within kategori
4.3% 95.7%
kategori kesehatan ibu
kesehatan ibu Count 16 146
Tidak sehat % within kategori
9.9% 90.1%
kesehatan ibu
Count 17 168
Total % within kategori
9.2% 90.8%
kesehatan ibu

Universitas Sumatera Utara


118

kategori kesehatan ibu * kategori pemanfaatan rtk Crosstabulation


Total

Count 23
Sehat
kategori % within kategori kesehatan ibu 100.0%
kesehatan ibu Count 162
Tidak sehat
% within kategori kesehatan ibu 100.0%
Count 185
Total
% within kategori kesehatan ibu 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .738 1 .390
Continuity Correctionb .224 1 .636
Likelihood Ratio .878 1 .349
Fisher's Exact Test .027 .344
Linear-by-Linear
.734 1 .392
Association
N of Valid Cases 185

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.11.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


119

Lampiran 8. Dokumentasi

FOTO RUMAH TUNGGU KELUARGA (RTK) KABUPATEN LANGKAT

Universitas Sumatera Utara


120

Universitas Sumatera Utara


121

Universitas Sumatera Utara


122

Universitas Sumatera Utara


123

Universitas Sumatera Utara


124

FOTO PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


125

Universitas Sumatera Utara


126

Universitas Sumatera Utara


127

Lampiran 9. Komisi Pembimbing

Universitas Sumatera Utara


128

Lampiran 10. Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


129

Lampiran 11. Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


130

Lampiran 12. Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai