SKRIPSI
Oleh
FRANSISKA TUMANGGER
NIM. 151000254
SKRIPSI
Oleh
FRANSISKA TUMANGGER
NIM. 151000254
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-
seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Fransiska Tumangger
iii
Abstrak
UNICEF Indonesia menyebutkan bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di
Indonesia, lebih dari 50 persen tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-
tahun pertama kehidupannya (UNICEF, 2016). Jumlah anak yang diberi ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2018 sebanyak 51 bayi
(12,75%). Pemberian ASI eksklusif di puskesmas ini masih di bawah standar
Nasional yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu faktor internal ibu
(pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu dan paritas/jumlah anak) dan faktor
eksternal ibu (pengetahuan ibu, peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan)
dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian merupakan survei analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
mempunyai bayi umur 7-12 bulan berjumlah 500 ibu yang tercatat di wilayah kerja
Puskesmas Sering tahun 2019. Sampel sebanyak 127 responden menggunakan
purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan
kuesioner dan di analisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik
Chi-Square dengan nilai kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, tradisi/kebiasaan dengan
pemberian ASI eksklusif dengan masing-masing p value 0,001. Perlu adanya
peningkatan pengetahuan berupa penyuluhan dan konseling kepada ibu-ibu
terutama kepada ibu hamil dan menyusui melalui petugas kesehatan mengenai ASI
eksklusif, dan dampak pemberian makanan/minuman tambahan pada bayi.
iv
Abstract
UNICEF Indonesia noted that of the 5 million children born every year in
Indonesia, more than 50 percent do not get breastfeeding optimally in the first
years of life (UNICEF, 2016). The number of children who are exclusively
breastfed in the working area of the Puskesmas is often in 2018 as many as 51
babies (12.75%). Exclusive breastfeeding at this puskesmas is still below the
National standard of 80%. This study aims to determine factors related to
exclusive breastfeeding, namely internal factors of mother (mother's education,
mother's age, mother's occupation and parity / number of children) and external
factors of mother (mother's knowledge, role of childbirth and tradition / habits)
with exclusive breastfeeding. The research is an analytic survey with cross
sectional approach. The population in this study were all mothers who had babies
aged 7-12 months totaling 500 mothers registered in the work area of the Public
Health Center. Often in 2019. A sample of 127 respondents used purposive
sampling. Data was collected through interviews using a questionnaire and
analyzed univariately and bivariately using the Chi-Square statistical test with a
significance value of 0.05. The results showed that there was a relationship of
knowledge, education, work, tradition / habits with exclusive breastfeeding with
each p value of 0.001. There is a need to increase knowledge in the form of
counseling and counseling to mothers, especially to pregnant and lactating
mothers through health workers regarding exclusive breastfeeding, and the impact
of providing additional food / drinks to infants.
v
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Tembung Tahun 2019” yang merupakan salah satu prasyarat unuk meraih gelar
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
vi
6. drh. Hiswani, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
Sering.
10. Orang tua penulis yang tercinta dan tersayang (Tiurlan Tumangger dan Ledi
Uli Berutu, S.Pd.) yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moril
Tumangger, Nova Hilerry Tumangger dan Erik Tumangger yang juga selalu
12. Teman satu KTB Army Of God (kakak Devy Sitepu, Rotua Pakpahan, Icha
Jane Ria, Peroima Sipayung) yang mendukung saya dalam doa serta
13. Teman penulis (Binur Fretty, Erika Nakhe) yang telah mendukung,
vii
14. Teman penulis (Binur Fretty, Erika Nakhe, Ria Agnes, Yunita, Nur Fadila)
15. Sepupu Penulis (Katrin Siregar dan David Berutu) teman penulis Saorlina,
Ade, dan Rosdiana yang telah mendukung dan membantu saya dalam
2015. Terima kasih atas bantuan, masukan, semangat dan dorongan serta
Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan Rahmat-Nya kepada kita semua
Fransiska Tumangger
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Definisi ASI Eksklusif 7
Komposisi ASI 7
Stadium Laktasi 10
Manfaat ASI 11
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI 13
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI 14
Landasan Teori 20
Kerangka Teori 22
Kerangka Konsep 22
Hipotesis Penelitian 23
Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Populasi dan Sampel 24
Variabel dan Definisi Operasional 27
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 30
Metode Analisis Data 31
ix
Hasil Penelitian 33
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33
Letak dan geografis 33
Demografi 33
Visi, misi, motto, dan tata nilai puskesmas 33
Analisis Univariat 35
Faktor internal ibu 35
Faktor eksternal ibu 36
Pemberian ASI eksklusif 38
Analisis bivariat 38
Faktor internal ibu 38
Faktor eksternal ibu 41
Pembahasan 43
Faktor Internal Ibu 43
Faktor Eksternal Ibu 51
Keterbatasan Penelitian 58
Daftar Pustaka 61
Lampiran 66
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Daftar Gambar
No Judul Halaman
2 Kerangka konsep 22
xii
Daftar Lampiran
1 Kuesioner Penelitian 66
2 Master Data 72
xiii
Daftar Istilah
xiv
Riwayat Hidup
anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Tiurlan Tumangger dan Ledi Uli
Berutu.
Fransiska Tumangger
xv
Pendahuluan
Latar Belakang
produkif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dimulai sejak masa kehamilan, bayi, anak sekolah, remaja, dewasa, sampai
usia lanjut. Setiap tahap dari siklus tersebut, manusia mengalami masalah gizi
yang berbeda-beda. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang
baik adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sampai bayi
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang baik melindungi bayi terhadap
infeksi dan mencegah malnutrisi kerena mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh bayi. Penelitian yang dilakukan Lancet (2008) bayi yang diberi ASI
secara eksklusif empat belas kali lebih sulit terkena penyakit diare dibandingkan
yang tidak memberikan ASI eksklusif. ASI secara drastis mengurangi kematian
akibat infeksi saluran pernapasan akut dan diare, yang merupakan masalah utama
ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada
umur tersebut. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan membunuh kuman dalam jumlah
1
2
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada
terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Produksi ASI yang tidak lancar
merupakan salah satu kendala utama yang sering dialami seorang ibu dalam
pemberian ASI ekslusif. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan
dunia dan hanya 30,6% dari mereka yang mendapat ASI ekslusif pada usia 0
sampai 6 bulan pertama. ASI sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, namun belum
Ekslusif secara optimal. Pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif di negara India
sudah mencapai 46%, diikuti negara Filipina 34%, di negara Vietnam 27% dan di
Indonesia yaitu 18 per 1000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality Rate
dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development menargetkan pada tahun
2030 dapat mengurangi angka Infant Mortality Rate (IFR) 12 per 1.000 kelahiran
hidup dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) 25 per 1.000 kelahiran
hidup. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif
bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari 50% tidak
(UNICEF, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa ibu di Indonesia masih jarang yang
Provinsi NTB 79,7% dan terendah di provinsi Maluku 25,2%. Sementara target
meningkat dalam lima tahun terakhir, dari 42% pada Survei Demografi dan
Kesehatan 2012 (SDKI) menjadi 52% pada SDKI 2017. Namun presentase anak
yang tidak mendapat ASI naik dari 8 persen SDKI 2012 menjadi 12% SDKI 2017.
(menerima ASI, air atau cairan selain ASI) dan 37 persen anak dibawah 2 tahun
tertinggi bayi yang diberi ASI eksklusif adalah Jawa Tengah sebesar 68,18%
sedangkan provinsi dengan persentase terendah bayi yang diberi ASI eksklusif
bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2016 terjadi penurunan yang tajam dibanding
4
tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional yaitu ≤ 40% sebesar 28,5%.
Utara 4.069 bayi (97,90%), Samosir 659 bayi (94,8%), Humbang Hasundutan
1.796 bayi (84,0%), Simalungun 5.411 bayi (60,6%), Dairi 1.576 bayi (55,7%),
PakPak Bharat 261 bayi (50,5%), Deli Serdang 10.355 bayi (47,1%), Asahan
3.317 bayi (43,6%), Labuhan Batu 2.256 bayi (40,9%) dan untuk Kota yaitu
Gunung Sitoli 1.159 bayi (84,5%), Sibolga 360 bayi (46,7%). Sedangkan daerah
dengan pencapaian <10 persen yaitu Kota Medan 1. 589 bayi (6,7%), Tebing
Puskesmas Sering tahun 2018 hanya 51 bayi (12,75%) yang diberi ASI eksklusif
dari 400 jumlah bayi. Sementara target Nasional cakupan ASI eksklusif di tahun
Adapun informasi yang diperoleh dari 5 orang ibu yang tidak memberikan
ASI eksklusif mengatakan alasan tidak diberi ASI eksklusif karena ASI kurang
(anak pertama ada yang ASI eksklusif namun ASI setelah anak kedua ibu merasa
ASI kurang sehingga memberi makanan tambahan), Ibu yang bekerja mengatakan
tidak sempat memberi ASI pada bayi. Kurangnya mengetahui tentang ASI
eksklusif, mengikuti kebiasaan yang memberikan madu, air putih, bubur dan
5
pisang. ASI tidak keluar setelah 30 menit bayi lahir sehingga penolong persalinan
2019”. Cakupan ASI eksklusif memengaruhi angka kematian bayi sehingga perlu
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Manfaat Penelitian
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 6
diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
Komposisi ASI
ASI. Selain itu, ASI juga mengandung bioaktif faktor yang dapat mencegah
infeksi dan membantu pencernaan dan penyerapan zat gizi (WHO, 2010).
mamalia lainnya. Karbohidrat dalam ASI selain berperan penting sebagai sumber
energi juga dapat mencegah infeksi lewat peningkatan pertumbuhan bakteri baik
2018).
7
8
Lemak. Lemak ASI merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena mengandung jumlah lemak yang sehat dan tepat secara
proposional. Enzim lipase menyebabkan lemak pada ASI mudah dicerna dan
diserap oleh bayi. Lemak utama ASI merupakan lemak ikatan panjang yang
syaraf dan perkembangan otak. Lemak pada ASI juga mengandung kolesterol
yang berguna untuk pertumbuhan otak bayi. Pada saat pertumbuhan otak yang
cepat diperlukan kadar kolestrol yang tinggi. Kolesterol pada ASI berfungsi dalam
membentuk enzim sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung di usia muda
(Maryunani, 2018).
Protein. ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu mamalia
lainnya, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Asam amino merupakan
kandungan ASI yang cocok untuk bayi. Dalam 100 ml ASI terdapat 0,9 gr protein,
jumlah ini lebih sedikit dibandingkan protein pada mamalia lainnya. Kelebihan
ASI mengandung protein Whey dan Casein. Whey adalah protein yang
halus, lembut dan mudah dicerna sedangkan casein adalah protein yang bentuknya
kasar, mengumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara whey dan casein dalam
ASI adalah 65:35 sedangkan pada susu sapi 20:80. Protein yang dimiliki ASI yang
tidak terdapat dalam susu sapi adalah lysosom, lactoferin, dan taurin. lysosom
ketahanan sel darah merah, vitamin K diperlukan sebagai katalisator dalam proses
pembekuan darah dan terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup serta mudah
Mineral. Mineral dalam ASI memliki kualitas yang lebih baik dan lebih
mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Selenium
merupakan mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan di susu
formula dan susu sapi berfungsi untuk pertumbuhan bayi. Bayi yang mendapat
ASI eksklusif berisko sangat kecil untuk kekuragan zat besi, walaupun kadar zat
besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenkan zat besi yang terdapat dalam ASI lebih
mudah diserap dibandingkan yang terdapat dalam susu sapi (Hendarto dan
Pringgadini, 2008).
merupakan faktor pelindung dalam ASI. Sel darah putih berguna untuk
membentuk antibodi dan kekebalan tubuh bayi yang protektif dalam jumlah cukup
banyak. Sel ini secara berangsur-angsur berkurang setelah bayi memiliki sistem
kekebalan bayi yang cukup. Selain itu, sel-sel ini juga mampu menyalurkan dan
masuk dalam tubuh bayi merupakan fungsi dari immunogloblin. Saat antibodi dari
10
ibu turun, antibodi dari ASI akan meneruskan tugas melindungi bayi sampai
Stadium Laktasi
hari pertama sampai hari ketiga kelahiran bayi. Cairan encer dan berwarna
Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat
untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
protein 8,5%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4% serta air
matang. Kolostrum mengandung 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI yang
matang. Kolostrum memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan ASI biasa
ASI transisi. ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI matang. Pada tahap ini, kadar protein semakin
rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Pada masa ini,
ASI matang (mature). ASI mature disekresikan pada hari kesepuluh dan
seterusnya. Pada tahapan ini, volume ASI mulai normal yaitu 300-800 ml/ 24 jam.
Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi bayi. Menurut Roesli (2012) manfaat ASI bagi bayi
sebagai berikut:
sebagai makanan tunggal yang cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai
usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi mulai diberi makanan padat tambahan,
esklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit karena ASI mengandung berbagai
zat kekebalan.
berguna untuk pertumbuhan otak dan tidak didapatkan pada susu formula, yaitu
taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang. Selain itu, ASI juga mengandung
400 zat gizi yang tidak ada dalam susu formula. ASI merupakan susu terbaik untuk
pertumbuhan otak anak. Sebuah studi pada bayi prematur di Inggris menunjukkan
bahwa bayi premature yang diberikan ASI memiliki Intelectual Quetion (IQ) lebih
tinggi 8,3 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI (Sears, Wiliam & Martha,
2007).
telindungi dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar perkembangan
emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang
baik.
telinga, memiliki barisan gigi yang kuat, jantung menjadi sehat, meningkatkan
Manfaat bagi ibu. Menurut Maryunani (2018) manfaat bagi ibu sebagai
berikut :
sehingga pendarahan akan cepat berhenti. Sebagaian besar kematian post natal
pada ibu terjadi karena pendarahan. Oleh karena itu, menyusui dapat menurunkan
ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu. Tubuh mengubah lemak yang
tertimbun selama hamil menjadi energi. Saat menyusui dibutuhkan energi yang
cukup. Dengan demikian berat badan ibu menyusui akan lebih cepat kembali ke
kontraksi pada otot polos yang menyebabkan uterus mengecil dan kembali ke
Pendarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu
penyebab anemia.
menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi sehingga memicu kanker payudara
Menurut Roesli (2000) angka kejadian kanker akan berkurang 25 persen jika
13
memberikan ASI eksklusif dan memberikan sampai umur 2 tahun. Menyusui juga
dapat melindungi ibu dari risiko kanker indung telur sebesar 20-25 persen.
susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula yang
membutuhkan dana.
Manfaat bagi negara. Menurut Wiji (2018) pemberian ASI eksklusif akan
2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit diare dan penyakit saluran
pernapasan.
membangun negara.
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar Wiji
(2018). Ibu yang menyusui dianjurkan makan dalam porsi yang lebih banyak dari
biasanya karena ibu membutuhkan kalori tambahan sekitar 300-500 kalori per hari
yang berlemak dan mengandung gula serta minuman bersoda (Sears dkk, 2007).
14
berpengaruh terhadap produksi ASI. Perasaan gelisah, kurang percaya diri, rasa
oksitosin.
banyak rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar
diberikan, hal ini mempengaruhi presepsi ibu bahwa susu sapi lebik baik dari ASI.
Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang
gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Sumarah &
Wiyati, 2009).
kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi
ASI. Menurut Siregar (2004) kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen yang
dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produk ASI
secara keseluruhan sehingga kontrasepsi pil tidak dianjurkan untuk ibu yang
melakukan program ASI eksklusif. Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD
dan Spiral merupakan kontrasepsi yang dianjurkan. AKDR merangsang uterus ibu
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu
hormon yang dapat merangsang produk ASI (Sumarah & Wiyati, 2009).
Faktor internal ibu. Beberapa faktor pemberian ASI dari internal ibu :
15
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan
alasan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa
pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui ASI
(Prasetyono, 2012).
antara variabel pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Begitu juga dengan
hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) ada hubungan tingkat pendidikan
dan Pariani, 2010). Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila tidak
menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama
pada saat usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat
16
bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor,
tapi bisa juga bekerja di ladang, bagi masyarakat pedesaan (King, 2005). Pada
Pekan ASI Sedunia (PAS) 2015 diperingati dengan tema “Mari Dukung Menyusui
bahwa adanya perhatian Nasional terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.
pemberian ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah memberikan kesempatan bagi ibu
bekerja untuk menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau menyediakan
tempat untuk memerah ASI berupa ruangan ASI di tempat kerja. Dengan
demikian, hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat
Kesehatan, 2015).
antara variabel pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan
hasil penelitian Okawary (2015) ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian
ASI eksklusif.
Usia ibu. Berdasarkan Wawan dan dewi (2010) Usia yaitu umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekutan seseorang akan lebih matang dalam berpikir.
Sebagian besar ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 20-30 tahun dimana
pada umur tersebut merupakan masa reproduksi sehat sehingga ibu mampu
persalinan, nifas dan merawat bayinya sendiri. Perilaku seorang baik postif
maupun negatif akan dipengaruhi oleh umur dan umur termasuk dalam faktor
17
prediposisi, dimana semakin matang umur seorang maka secara ideal semakin
hidup. Paritas dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram
(Varney, 2006).
anak lebih dari satu cenderung lebih memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta
asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam
sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus
2002).
Faktor eksternal ibu. Beberapa faktor pemberian ASI dari eksternal ibu :
Pengetahuan ibu. Pegetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
suatu domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang,
pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
18
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang.
Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan
ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi
tentang ASI akan menyusui anaknya secara eksklusif dibandingkan dengan ibu
Tahu (know). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah. Dalam tahap ini
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
penilaian terhadap materi atau objek. Kriteria penilaian dapat diaambil dari yang
Tradisi/kebiasaan. Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh,
jus, dan air manis kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama merupakan
nilai budaya di masyarakat dan umum dilakukan di banyak negara. Kebiasaan ini
seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran
kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam
melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.
cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun
24 jam terakhir, bahwa ibu di Indonesia cenderung memberikan air putih kepada
bayinya selain ASI yaitu 29,18% dan bayi yang diberi air lainnya seperti air tajin,
madu, teh, dan air gula yaitu 8.30% dan data Susenas menunjukkan bahwa satu
diantara dua bayi diberi ASI eksklusif. Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif
Penolong persalinan di Indonesia terdiri dari dokter, bidan, dan dukun bayi. Dokter
20
mempercayakan proses kelahiran dengan bantuan dukun bayi. Dukun bayi tahu
Disebagian masyarakat dan rumah sakit saran dari petugas kesehatan juga
kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada
semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di mesir banyak menyarankan para
ibu untuk memberikan air manis kepada bayinya segera setelah melahirkan
(LINKAGES, 2002). Dokter, perawat, dan petugas kesehatan wanita lainnya bisa
juga menjadi seorang ibu. Bila mereka harus menganjurkan dan menolong wanita
lain menyusui, mereka sendiri harus bisa melakukan untuk diri mereka sendiri dan
menggunakan susu botol. Hal ini disebabkan karena persoalan yang dihadapi
Landasan Teori
Faktor ini termaasuk di dalamnya skil personal dan sumber-sumber seperti halnya
sebagainya.
tergantung perilaku setiap orang. Misalnya peran tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), dan peran petugas kesehatan. Faktor ini termasuk peran penolong
persalinan.
Kerangka Teori
Faktor
Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
3. Keyakinan
4. Nilai-nilai
Faktor Pemungkin :
1. Puskesmas Pemberian ASI Eksklusif
2. Obat-obatan
3. Sekolah
Faktor Penguat :
1. Tokoh Masyarakat
2. Tokoh Agama
3. Petugas kesehatan
Kerangka Konsep
Hipotesis Penelitian
pekerjaan, dan paritas/ jumlah anak) dengan pemberian ASI Eksklusif. Ada
Jenis Penelitian
Kecamatan Medan Tembung Kota Medan dengan pertimbangan bahwa data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia dan belum pernah dilakukan penelitian
Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
bayi usia 7-12 bulan berjumlah 500 ibu yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas
Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai
Besar sampel. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat
1990).
24
25
n= α/2 p (1-P) N
Keterangan :
N = Besar populasi
n 213,70
1,68
n = 127,2 ≈ 127
Tabel 1
b. Pemilihan sampel harus memerhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
ditetapkan peneliti.
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi :
a. Bayi yang dimiliki ibu saat lahir tidak dalam kondisi sehat, yang mengalami
tentang ASI Eksklusif baik definisi, manfaat, komposisi, produksi ASI, cara
Usia ibu. Umur ibu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun (Wawan dan Dewi, 2010) pada saat penelitian yang dinyatakan dalam tahun
1. < 20 tahun
2. 20-35 tahun
3. > 35 tahun
1. SD
2. SMP/SLTP
3. SMA/SLTA/SMK
4. Akademi/Perguruan Tinggi
28
Dengan Kategori :
2. Wiraswasta/pedagang
3. Buruh
4. Pegawai swasta
5. PNS/TNI/POLRI
Dengan Kategori :
Rumah Tangga
seorang perempuan (BKKBN, 2006). Menurut Varney (2006) istilah paritas dibagi
seorang wanita.
2. Multiparitas atau pleuriparitas adalah kelahiran bayi hidup dua kali atau
seorang wanita.
Dengan kategori :
1. < 3 anak
2. ≥ 3 anak
Dengan kategori :
ya
tidak
yang masih dijalankan oleh masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara
yang telah ada merupakan paling baik dan benar (KBBI, 2019).
Dengan kategori :
1. Ada
2. Tidak ada
memberikan makanan atau minuman lain kecuali vitamin, mineral, dan suplemen
Data primer. Merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara yaitu
Metode Pengukuran
pilihan jawaban “Benar” dan “Salah“ apabila responden menjawab benar nilainya
1, jika salah nilainya 0 maka skor tertinggi 15 dan skor terendah 0 dengan skala
ibu dengan mengajukan 3 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”
ASI ekslusif pada bayi dengan mengajukan 4 pertanyaan dengan pilihan jawaban
“ada” dan “tidak ada” apabila responden menjawab ada diberi nilainya 0, jika
31
tidak ada diberi nilainya 1 maka nilai tertinggi 1 dan terendah 0 dengan skala
ordinal.
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan yang didasarkan pada skala nominal.
Dikategorikan menjadi :
Tabel 2
dan tradisi/kebiasan.
square pada tingkat kepercayaan 95% dan disajikan dalam bentuk diagram bar.
Keterangan :
selama 6 bulan.
Hasil Penelitian
yang berada di Kota Medan, terletak di jalan Sering no.20 Kelurahan Siderejo
Luas wilayah kerja Puskesmas Sering kurang lebih 384 Ha, terdiri dari 3
67.623 jiwa dimana laki-laki 24.152 jiwa dan perempuan 43.471 jiwa.
33
34
masyarakat
Kebanggan Kami”.
M Kerjasama
A Ikhlas
T Tanggab
A Integritas
P Profesional
Anggrek 9, Anggrek 10, Anggrek 11, Anggrek 12 dan Sweeping. Kelurahan Indra
Analisis Univariat
Tabel 3
Faktor Internal n %
Pendidikan
SD 12 9,4
SMP/SLTP 27 21,3
SMK/SLTA/SMK 50 39,4
Akademi/Perguruan 38 29,9
Tinggi
Usia
<20 tahun 1 0,8
20-35 tahun 110 86,6
>35 tahun 16 12,6
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 90 70,9
Wiraswasta 13 10,2
Pengawai swasta 19 15,0
PNS/TNI/POLRI 5 3,9
Paritas/ Jumlah Anak
1 33 26,0
2 54 42,5
3 29 22,8
4 6 4,7
5 2 1,6
6 2 1,6
7 1 0,8
36
orang (39,4%) dan yang terendah adalah ibu dengan pendidikan SD yaitu 12 orang
(9,4%). Proporsi usia ibu terbanyak adalah ibu dengan usia 20-35 tahun yaitu
sebanyak 110 orang (86,6%) dan yang terendah kelompok umur <20 tahun
sebanyak 1 orang (0,8%). Proporsi pekerjaan ibu terbanyak adalah ibu yang tidak
terbanyak yaitu ibu yang memiliki 2 orang anak sebanyak 54 orang (42,5%) dan
yang terendah ibu yang memiliki 7 orang anak sebanyak 1 orang (0,8%).
Faktor eksternal ibu. Data distribusi frekuensi faktor eksternal ibu dapat
Tabel 4
Faktor Internal n %
Pengetahuan
Baik 27 21,3
Cukup 52 40,9
Kurang 48 37,8
Peran Penolong
Persalinan 95 74,8
Baik 32 25,2
Kurang
Tradisi/Kebiasaan
Baik 42 33,1
Kurang 85 66,9
37
pengetahuan ibu terbanyak adalah ibu dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak
52 orang (40,9%) dan yang terendah adalah ibu dengan pengetahuan baik
kurang dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 85 orang (66,9%). Dan ibu dengan
Tabel 5
Tradisi/Kebiasaan n %
Tidak ada 69 54,3
Ada 58 45,7
Biskuit 1 0,8
Bubur nasi 31 24,4
Bubur roti 2 1,6
Pisang 8 6,3
Pisang, biskuit 4 3,1
Pisang, bubur nasi 10 7,9
Pisang, SUN 2 1,6
Total 127 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang tidak ada
(eksklusif dan tidak ada kebiasaan) adalah sebanyak 69 orang (54,3%). Sedangkan
ibu yang memberi makanan tambahan selain ASI terbanyak yaitu kebiasaan
Pemberian ASI eksklusif. Data distribusi ibu yang memberi dan tidak
memberi ASI eksklusif pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang diberi
ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 sebanyak 46 orang
Analisis Bivariat
usia, pekerjaan dan paritas/jumlah anak) dan faktor eksternal ibu (pengetahuan,
Faktor internal ibu. Berikut adalah hubungan antara faktor internal ibu
Tabel 7
Tabulasi Silang antara Faktor Internal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
antara faktor internal ibu berdasarkan pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif
diperoleh bahwa sebanyak 45 orang (51,1%) ibu dengan pendidikan tinggi yang
memberi ASI eksklusif pada bayinya. Sedangkan sebanyak 1 orang (2,6%) ibu
dengan pendidikan rendah memberi ASI eksklusif pada bayinya di wilayah kerja
Puskesmas Sering Tahun 2019. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019. Rasio
prevalens pada kelompok ibu dengan pendidikan tinggi dan rendah adalah 39,767
yang artinya sebesar 39,767 kali proporsi ibu yang memiliki pendidikan tinggi
ada ibu dengan usia <20 tahun memberi ASI eksklusif pada bayinya, sedangkan
sebanyak 37 orang (33,9%) dengan usia 20-35 tahun memberi ASI eksklusif pada
bayinya, dan sebanyak 9 orang (56,3%) dengan usia >35 tahun memberi ASI
eksklusif pada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,125, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI
sebanyak 24 orang (26,7%) ibu yang tidak bekerja memberi ASI eksklusif pada
bayinya. Sedangkan 22 orang (59,5%) ibu yang memiliki pekerjaan memberi ASI
eksklusif pada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001, sehingga dapat
antara paritas/jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu
yang memiliki anak < 3 anak sebanyak 30 orang (34,1%) ibu yang memberi ASI
eksklusif pada bayinya. Sedangkan ibu yang memiiki anak ≥ 3 anak sebanyak 16
orang (41,0%) ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayinya. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,453, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Faktor eksternal ibu. Berikut adalah hubungan antara faktor eksternal ibu
Tabel 8
Tabulasi Silang Faktor Eksternal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Tahun 2019
dengan pengetahuan cukup memberi ASI eksklusif pada bayinya, dan sebanyak 2
orang (4,2%) ibu dengan pengetahuan kurang memberi ASI ekslusif pada bayinya.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di
(31,3%) ibu dengan tidak dianjurkan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,499, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara peran penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif
antara tradisi/kebiasaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh ibu yang
eksklusif dengan ada tradisi/kebiasaan kurang pada bayinya. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
faktor internal ibu (pendidikan, usia, pekerjaan, paritas/jumlah anak dan faktor
dengan pemberian ASI eksklusif yang diperoleh dari penggunaan uji chi square
dan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel faktor internal ibu
eksklusif. Sedangkan faktor internal ibu (usia, dan paritas/jumlah anak) dan faktor
Analisis uji statistik chi-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut ada
hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai p=
terutama dalam memotivasi dalam hal sikap dimana pada umumnya makin tinggi
melakukan tindakan.
43
44
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019
dikategorikan tinggi, hal ini dibuktikan dengan 69,3% ibu berpendidikan tinggi
sebagai faktor ekonomi dan pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan
memberikan ASI eksklusif dibandingkan yang berpendidikan rendah dan ibu yang
eksklusif, dan mereka akan terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman
sehingga informasi yang didapat akan menjadi pengetahuan dan akan diterapkan
pada kehidupannya.
mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah
untuk menerima informasi, dalam hal ini adalah informasi tentang pentingnya ASI
pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru
ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada
bayi.
hasil penelitian Lubis (2017) tidak terdapat hubungan pendidikan ibu dengan
kedua variabel :
120%
97.40%
100%
80%
20%
2.60%
0%
Tnggi Rendah
Gambar 3. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019
uji statistik chi-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut tidak
46
banyak berada pada kelompok kategori usia 20-35 tahun 110 responden dengan
≥35 tahun 9 orang (56,3%) dengan memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 7
orang (43,8%). Menurut Huclok (1998) dalam Wawan (2010), semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir, dan bekerja. Ibu yang berusia <20 tahun seharusnya masih duduk di
bangku sekolah dan mereka belum siap secara fisik dan mental serta pengetahuan
dan pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berusia 20-35 tahun
merupakan usia reproduksi bagi seorang ibu, dimana pada masa ini diharapkan ibu
telah mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara
Usia >35 tahun termasuk usia berisiko pada usia reproduksi namun bila
dilihat dari aspek pengalaman dan perkembangan maka usia > 35 tahun memiliki
pengalaman ibu akan pemberian ASI eksklusif cukup banyak dan memiliki
perkembangan yang lebih baik secara psikologi atau mental. Namun, secara fisik
reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari 3, dan kemampuan ibu untuk
47
menyusui yang usianya lebih tua produksi ASI semakin berkurang sehingga dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zakiyah (2012) bahwa tidak
terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=1). Begitu juga
dengan hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) tidak terdapat hubungan usia
dengan pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Serta hasil penelitian Yulianti (2014)
tidak terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Namun
berbanding terbalik dengan hasil penelitian Lubis (2017) terdapat hubungan usia
120%
100.00%
100%
80%
66.10%
60% 56.30% ASI eksklusif
43.80% Tidak eksklusif
40% 33.90%
20%
0.00%
0%
<20 tahun 20-35 tahun 35 tahun
Gambar 4. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2019
statistik uji-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut ada hubungan
yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai p=0,001.
48
2010). Individu bekerja untuk sesuatu yang ingin dicapai, harapan orang dalam
aktivitas kerja yang dilakukan menuju kondisi lebih memuaskan dari sebelumnya.
Wanita yang bekerja mempunyai beban yang lebih berat dari seorang pria, karena
sebelum ibu melakukan pekerjaannya, ibu lebih dulu mengurus urusan yang
menyangkut rumah tangga seperti suami dan anaknya. Namun, tidak jarang
pada pemberian ASI eksklusif. Alasan lain yang paling sering dikemukakan bila
tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja, terutama pada saat usia subur,
ibu yang bekerja tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan karena
kurangnya waktu ibu dirumah bersama bayinya dan waktu ibu dihabiskan diluar
rumah untuk bekerja, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara
merawat bayi terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Sehingga lebih memilih
untuk mengganti atau menambahkan susu formula untuk memberi nutrisi pada
bayinya.
Sebagian besar responden adalah IRT 90 orang (70,9%). Ibu yang tidak
bekerja seharusnya lebih dapat meluangkan waktu untuk memberi ASI eksklusif,
namun pada saat wawancara ibu lebih banyak tidak memberikan ASI eksklusif
karena ibu kurang pengetahuannya dalam hal pentingnya pemberian ASI eksklusif
serta anjuran dari keluarga ibu sebelum usia 6 bulan untuk memberikan
eksklusif p=0,005. Begitu juga dengan hasil penelitian Bahriyah, F., dkk (2017)
Namun berbanding terbalik dengan hasil penelitian hasil penelitian Lubis (2017)
80%
73.30%
70%
59.50%
60%
50%
40.50%
40% ASI eksklusif
20%
10%
0%
Tidak bekerja Bekerja
Gambar 5. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019
Analisis uji statistik uji-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut tidak
ASI kepada anaknya karena ASI responden belum produktif maksimal. Sebagian
50
ibu tidak memberikan anaknya karena anak yang pertama tidak diberi ASI,
responden lain juga mengatakan ASI mereka belum keluar sempurna, ada juga
yang mengatakan bahwa anak ke tiga baru diberi ASI, karena pada saat itu ASInya
keluar. Serta sebagian respoden juga mengatakan bahwa semakin tua umur
ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta
asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam
pemberian ASI eksklusif. Paritas ibu memengaruhi pengalaman dan kesehatan ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman yang baik
dalam menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar pada anak
selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI Eksklusif
dan ternyata anaknya tetap sehat maka pada anak selanjutnya ibu merasa bahwa
anak tidak harus diberi ASI Eksklusif. Hal ini juga bisa disebabkan oleh faktor
psikologis ibu, faktor psikologis merupakan suatu masalah yang sulit diatasi dan
Pengalaman buruk pada kelahiran sebelumnya dan dekatnya jarak persalinan dapat
memicu kecemasan pada ibu. Pengalaman yang buruk pada ibu dapat
menyebabkan trauma pada ibu sehingga ibu merasa khawatir untuk kelahiran
keterlambatan onset laktasi dan gagalnya pemberian ASI secara eksklusif kepada
bayinya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Untari (2017) tidak ada hubungan
dengan hasil penelitian Rahayu Sri dan Nelly Apriningrum (2014) tidak terdapat
berbanding terbalik dengan hasil penelitian Mabud, HI, N., dkk (2015) terdapat
70% 65.90%
59.00%
60%
50%
41.10%
40%
34.10%
10%
0%
< 3 anak ≥ 3 anak
Gambar 6. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan paritas/jumlah anak ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
Analisis uji statistik chi-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut
berpengetahuan kurang lebih banyak yang tidak memberi ASI eksklusif yaitu dari
52
48 responden hanya 2 responden (4,2%) diberi ASI eksklusif dan yang tidak
perilaku baik dalam pemberian ASI eksklusif, dimana membentuk penilaian positif
eksklusif, karena ibu tahu bahwa ASI eksklusif memberikan banyak manfaat dan
tingkat pendidikan.
penanggulangan masalah tersebut juga akan semakin baik dan pengetahuan sangat
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
53
ibu tidak tahu apa definisi pemberian ASI eksklusif, manfaat kolostrum, dan
manfaat asi bagi bagi bayi dan ibu. Responden lebih banyak memahami pemberian
asi perah diberikan melalui dot, seharusnya dot tidak dianjurkan karena dapat
pemberian ASI eksklusif yaitu jika tidak memberi makanan seperti bubur. Mereka
beranggapan bahwa memberi madu, air putih dan pisang masih dikatakan ASI
dalam masalah kesehatan anak sehingga dapat memengaruhi yang baik bagi
kesehatan anaknya.
eksklusif (p= 0,001). Begitu juga dengan hasil Lubis (2017) menunjukkan bahwa
sesuai dengan hasil penelitian Jalal (2017) terdapat hubungan pengetahuan ibu
hasil penelitian Pitaloka, D, A., dkk (2018) tidak terdapat hubungan pengetahuan
120%
80%
63.50%
60% ASI eksklusif
Tidak eksklusif
40% 36.50%
20%
7.40% 4.20%
0%
Baik Cukup Kurang
Gambar 7. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
ASI eksklusif tidak memengaruhi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Tindakan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Destyana, R, M., dkk (2018)
Siallangan, Y., dkk (2013) tidak ada hubungan peran penolong persalinan dengan
80%
68.80%
70% 62.10%
60%
50%
37.90% ASI eksklusif
40%
31.30%
30% Tidak eksklusif
20%
10%
0%
Baik Kurang
Gambar 8. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan peran penolong persalinan ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
56
uji statistik uji-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut ada hubungan
yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai (P=0,000).
tidak memberi ASI eksklusif. Sedangkan dari 42 responden dengan kategori baik
menggiring perilaku masyarakat untuk melakukan hal sesuai dengan tradisi dan
normal, beberapa mitos yang sering ada yaitu kolostrum yang terdapat dalam ASI
tidak bagus dan berbahaya untuk bayi, teh khusus atau cairan dibutuhkan bayi
tersebut tentu seorang ibu akan memberikan beberapa makanan tambahan lain
memberikan bubur nasi yang dihaluskan, bubur SUN, maupun sejenis roti.
57
Memberi pisang pada bayi dipercaya untuk melatih lambung bayi supaya
Memberikan madu juga dipercayai ibu untuk membersihkan perut bayi. Ibu
memiliki tradisi/kebiasaan dengan minum jamu pada ibu yang sedang menyusui
terutama dalam masalah kesehatan anak sehingga dapat memengaruhi yang baik
bagi kesehatan anaknya karena sistem pencernaan yang dimiliki bayi baru lahir
masih belum kuat. Sehingga bayi dikhawatirkan belum mampu untuk mencerna
makanan lain selain ASI. Kandungan ASI juga sudah mencukupi seluruh
Hasil penelitian ini sesuai dengan Siallagan, Y., dkk (2013) ada hubungan
penelitian Setyaningsih Fifian Triana dan Enitandan Farapti (2018) ada hubungan
100%
81.20%
80% 71.40%
60%
ASI eksklusif
40% 28.60% Tidak eksklusif
18.80%
20%
0%
Baik Kurang
Gambar 9. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan tradisi/kebiasaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
58
Keterbatasan Penelitian
besar sampel minimal, ada 2 lingkungan (Bayangkara dan Hilir) yang jumlah
bayinya sedikit dan daerah tersebut lumayan jauh dari puskesmas sehingga tidak
Kesimpulan
memberikan ASI eksklusif sebesar 36,2% (46 orang) dan yang tidak
cukup sebesar 40,9% (52 orang), pendidikan terbanyak adalah ibu dengan
proporsi usia ibu terbanyak adalah ibu dengan usia 20-35 tahun sebesar
86,6% (110 orang), pekerjaan terbanyak adalah ibu yang tidak bekerja
yaitu IRT sebesar 70,9% (90 orang), dan proporsi ibu yang memiliki
66,9% (85 orang). Dan ibu yang terbanyak memberikan jenis makanan
tambahan yaitu bubur nasi sebesar 24,4% (31 orang) serta pisang, bubur
59
60
sebesar 0,001.
sebesar 0,001.
Saran
tidak diberi ASI eksklusif sistem kekebalan tubuh bayi lebih rendah dari
ibu hamil dan menyusui melalui petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif
(manfaat kolostrum, manfaat ASI bagi bayi, dan manfaat ASI bagi ibu)
tentang kepercayaan dan tradisi yang ada terkait pemberian ASI eksklusif.
Afriyani, R., Santri, I., & Sa’adah, N. (2016). Pengaruh pemberian ASI eksklusif
di BPM Maimuh Palembang. Jurnal Kesehatan, 9 ( 2).
Bahriyah, F., Monifa, P., & Abdul, K. (2017). Hubungan pekerjaan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Journal Endurance, 2(2), 113-180.
Ghazali, M, V., Surharyono, S., Sri, R. S., Titi, S., & Hariarti, S. P. (1995). Studi
cross sectional. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung
Seto.
Jalal, N. B. (2017). Hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif untuk perkembangan bayi. (Skripsi, Universitas Hasanuddin).
Diakses dari http://unhas.ac.id/83870878.pdf.
61
62
Kementerian Kesehatan RI (2014). Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Diakses dari
http://www.Depkes.go.id/article/view/14010200010/situasidananalisis_asi_e
ksklusif.html.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Dukung Ibu Bekerja Beri ASI Eksklusif.
Diakses dari http://www.depkes.go.id/article/view/15091400003/dukung-ibu-
bekerja-beri -ASI-eksklusif.html.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2016.
Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL
_KAB_KOTA_2016/1275_Sumut.
Lameshow, S., Hosmer J. D. W., Klar, J., & Lwanga, S. K. (1990). Adequency of
sample size in health studies. New York, USA: World Health Organization.
LINKAGES. (2002, 5 Maret). Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-
Satunya Sumber Cairan yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diakses 29
November 2019, dari www.linkagesproject.org.
Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusui dini plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Roesli, U. (2012). Inisiasi menyusui dini plus ASI ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Sears, W., & Martha. (2007). The baby book, everything you need to know about
your baby from birth to age two. New York, USA: Little Brown and
Company.
Siallagan, Y., Erna, M., & Yusniwarti, Y. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi (0-6 bulan) di Kelurahan Bantan
Kecamatan Medan Tembung. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, 2(3), 1-9.
Siangian, D. S., & Sara, H. (2018). Analisis hubungan pemberian ASI eksklusif
dan pendidikan ibu terhadap perkembangan bayi di Ibu Kota Pekan Baru.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 26-30.
Timporok, A. G. A., Pemsi, M. W., & Sefi, R. (2018). Hubungan status pekerjaan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan. E-Journal Keperawatan, 6(1), 1-6.
UNICEF. (2013, 21 Juli). ASI adalah Penyelamat Hidup Paling Murah dan Efektif
di Dunia. Diakses 10 Juli 2019, dari http://www.UNICEF.org/
Indonesia/id/media2170.htm
UNICEF. (2018). Levels and Trends in Child Mortality Report. Diakses dari
http://www.unicef.org/publications/indek103264.html
Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiji, R. N. (2018). ASI dan panduan ibu menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization (2009). Infant and Young Child Feeding. Diakses dari
https://www. Who.int/maternal_child_adolescent.
Wulandari & Handayani. (2011). Asuhan kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Yulianti, F., Agus, F., & Nawangsari. (2014). Hubungan antara karakteristik,
tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap pembelian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan Pontianak
Utara (Skripsi, Tanjungpura). Diakses dari http://www.untan.ac.id.
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING TAHUN 2019.
Identitas Responden
Nomor Responden :
1. Nama Responden :
2. Alamat Responden :
3. Umur Responden :…….. tahun
4. Pendidikan formal terakhir :
a. SD
b. SMP/SLTP
c. SMA/SLTA/SMK
d. Akademi/Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan Responden :
a. Ibu rumah tangga
b. Wiraswasta
c. Buruh
d. Pegawai swasta
e. PNS/TNI/POLRI
6. Jumlah anak yang dilahirkan :
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. ≥5
7. Usia bayi............ bulan
Kuesioner Pengetahuan
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Ibu paling sesuai dengan
kondisi yang dialami dan memberi tanda silang (X) pada kotak yang tersedia.
dihaluskan
2. . Kolostrum adalah.....
d. air susu ibu yang kotor dan tidak baik buat kesehatan
c. Meningkatkan kecerdasan
d. Membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir
b. Segera satu jam setelah bayi baru lahir sampai bayi berusia
2 tahun
c. Segera satu jam setelah bayi baru lahir sampai bayi berusia 6 bulan
d. Segera satu jam setelah bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan dengan
tambahan makanan/minuman
a. Bayi yang diberi ASI dengan tambahan cairan lain seperti jeruk, madu,
b. Bayi yang diberi ASI dengan tambahan makanan padat seperti pisang,
c.Bayi yang diberi ASI dengan tambahan cairan dan makanan padat
d. Bayi yang diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
b. Kanker
c. Kecacingan
d. Demam
c. Zat kecerdasaan
69
b. Sesering mungkin
a. Dodot
b. Sendok
c. Tempat minum
d. Semua benar
tidak teratur
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
71
b. Tidak
Kuesioner Tradisi/Kebiasaan
a. ada
b. Tidak ada
..........................
menyusui?
a. ada
b. Tidak ada
a. ada
b. Tidak ada
1. A
2. B
3. D
4. B
5. D
6. B
7. C
8. A
9. A
10 C
11.A
12.B
13.B
14.A
15.D
Lampiran 2. Master Data
P
No Pend P Jlh UB P P P P P
UI P1 P2 P3 P4 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 1
Re I K anak (bln) 5 6 7 T P
5
1 34 3 1 1 9 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 8 1
2 29 3 1 2 11 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 1
3 32 3 1 3 12 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 8 1
1
4 23 4 1 1 12 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
1
5 31 3 1 4 12 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 7 1
1
6 26 4 4 1 9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
2
1
7 32 4 4 2 12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1
0
1
8 36 3 1 2 11 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1
1
9 31 3 1 2 8 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 9 1
10 35 3 1 3 12 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1
11 30 3 1 3 7 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8 1
12 29 4 1 1 11 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 1
13 41 2 1 4 11 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 6 1
14 33 3 1 3 12 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 6 1
15 31 4 1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 8 1
1
16 31 4 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
0
17 26 4 4 1 7 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 1
1
18 35 4 1 3 8.5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
0
19 28 4 4 1 10 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 9 1
1
20 36 4 1 3 10 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1
0
21 39 3 1 >5 12 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 8 1
22 23 3 1 2 12 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 8 1
1
23 26 4 1 2 11 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
0
24 29 3 1 2 7 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 8 1
25 28 2 1 3 10 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 1
26 28 2 1 2 7 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 1
1
27 27 4 1 1 7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1
0
28 23 3 2 2 10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 9 1
29 35 3 1 2 12 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 8 1
30 43 2 2 >5 9 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 1
31 27 2 1 3 11 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 1
32 38 4 1 4 11 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 9 1
33 37 2 1 3 8 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 6 1
1
34 26 3 1 1 9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1
2
35 26 4 1 1 7 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1
36 41 2 1 2 11 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5 1
1
37 31 4 1 3 10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
1
38 35 2 1 2 12 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 6 1
39 40 3 1 >5 8 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 9 1
1
40 32 3 1 2 12 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
0
41 22 1 1 2 9 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 7 1
10 1
42 29 4 4 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
0
12 1
43 32 4 1 3 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1
44 30 3 1 1 11 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 8 1
45 29 2 2 2 9 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 1
46 29 3 2 2 12 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 9 1
1
47 32 4 4 2 11 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1
48 22 2 1 1 12 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 1
49 27 3 1 2 10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 8 1
50 35 1 1 3 12 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 1
51 23 3 1 1 9 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 8 1
52 22 1 1 1 11 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1
1
53 35 4 1 2 10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
1
54 22 3 1 1 9 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 9 1
55 28 2 1 2 12 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5 1
56 24 1 1 1 12 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 1
57 25 1 1 1 11 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 1
1
58 30 4 5 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
3
1
59 28 3 1 2 10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1
1
1
60 25 4 4 1 9 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3
1
61 33 4 4 2 9 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
0
62 31 3 1 3 8 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 8 1
63 30 3 1 3 8 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 9 1
64 22 2 1 2 10 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 7 1
1
65 24 4 4 2 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3
66 26 1 1 3 9 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 5 1
1
67 25 4 5 2 9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
2
1
68 28 3 1 2 11 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0
1
69 26 4 4 2 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1
1
70 22 2 1 1 9 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6 1
71 19 2 2 1 10 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 1
1
72 26 4 1 1 12 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1
73 25 1 1 3 9 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1
1
74 45 3 1 >5 8 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
0
1
75 33 3 1 2 7 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
0
76 29 3 1 2 11 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 9 1
77 33 2 1 2 12 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6 1
78 25 3 1 2 7 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 1
79 24 2 1 3 8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 1
1
80 27 4 5 3 10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
1
81 22 2 1 2 11 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 5 1
1
82 40 4 4 3 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
3
83 36 3 2 4 9 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 8 1
84 27 1 1 2 12 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7 1
1
85 35 3 1 3 10 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
0
86 22 3 1 2 7 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 9 1
87 30 3 1 2 12 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 8 1
1
88 26 4 4 2 7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3
1
89 28 4 1 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
4
90 31 2 1 3 8 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 1
1
91 46 4 5 >5 12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
3
92 31 1 1 3 10 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7 1
93 28 3 2 2 11 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 7 1
1
94 34 4 4 2 8 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
1
95 24 1 1 2 8 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 7 1
96 27 2 2 2 9 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 1
1
97 38 3 4 3 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1
0
98 29 2 1 3 10 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 1
99 27 3 2 2 9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 1
100 28 3 1 1 8 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 1
101 24 4 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
102 25 3 2 1 10 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 9 1
1
103 28 3 1 2 12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
2
104 26 2 1 1 11 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1
105 27 3 2 2 7 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 8 1
106 20 2 1 1 11 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 7 1
1
107 25 4 4 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
3
1
108 35 4 4 3 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
3
1
109 26 4 4 2 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1
0
110 29 3 1 2 12 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 1
111 28 2 1 2 11 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 5 1
112 23 1 1 2 9 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7 1
113 29 3 1 1 10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 7 1
114 27 3 1 2 11 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 1
115 26 2 1 1 12 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 1
116 30 3 1 3 7 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 9 1
117 40 2 1 4 8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 1
118 25 2 1 2 12 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 1
119 32 1 1 2 8 bln 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 1
12
120 31 3 1 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 8 1
bln
11 1
121 30 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
bln 4
8.5
122 26 3 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7 1
bln
11.5
123 30 3 1 3 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 1
bln
124 27 3 4 1 9 bln 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 1
12
125 31 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 1
bln
12 1
126 33 4 5 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
bln 3
12 1
127 40 3 2 4 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
bln 1
Keterangan :
No Re :
P1-P15 : Jawaban responden KPT : Kategori Kker : Kategori
Nomor
pengetahuan 1-15 pengetahuan ibu pekerjaan ibu
Responden
UI : 0 : Salah 1. Baik 1. Bekerja
Usia ibu 1 : Benar 2. Cukup 2. Tidak Bekerja
Pend I : 3. Kurang
Pendidikan PT : Skor total
ibu pengetahuan
1. SD PP : Penolong KPPP : Kategori peran penolong
2. Persalinan persalinan
SMP/SLTP 1. Medis (dokter, 1. Baik
3. bidan) 2. Kurang
SMA/SLTA/
SMK
4. PPP1-PPP3: Jawaban responden peran
Akademi/Pe penolong persalinan 1-3
rguruan
Tinggi
PK :
Pekerjaan KT/K : Kategori tradisi/kebiasaan
1. Ya
Ibu
2. Tidak
1. Ibu rumah 1. Baik
tangga 2. Kurang
2. SPPP : Skor Peran Penolong
Wiraswasta Persalinan
3. Buruh T/K1-T/K4 : Jawaban
KUI : Kategori usia ibu
4. Pegawai responden tradisi/kebiasaan 1-4
Swasta 1. Ada 1. >20 tahun
5. 2. 20-35
PNS/TNI/P 2. Tidak ada tahun
OLRI 3. 35 tahun
Jlh anak : Jumlah
P. ASI. E : Pemberian
anak yang
ASI Eksklusif
dilahirkan
UB
: Usia 0. Eksklusif Kpend : Kategori pendidikan
Bayi
1. Tidak
1. Tinggi
eksklusif
2. Rendah
81
Frequencies
Statistics
Kategori Pengetahuan
N Valid 127
Missing 0
Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 27 21,3 21,3 21,3
Cukup 52 40,9 40,9 62,2
Kurang 48 37,8 37,8 100,0
Total 127 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Pendidikan responden
N Valid 127
Missing 0
Pendidikan responden
Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 12 9,4 9,4 9,4
SMP/SLTP 27 21,3 21,3 30,7
SM/SLTA/SMK 50 39,4 39,4 70,1
Akademi/Perguruan 38 29,9 29,9 100,0
Tinggi
Total 127 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Kategori usia
N Valid 127
Missing 0
Kategori usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 tahun 1 0,8 0,8 0,8
20-35 tahun 109 86,6 86,6 87,4
>35 tahun 16 12,6 12,6 100,0
Total 127 100,0 100,0
82
Frequencies
Statistics
Pekerjaan responden
N Valid 127
Missing 0
Pekerjaan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ibu rumah tangga 90 70,9 70,9 70,9
Wiraswasta 13 10,2 10,2 81,1
Pegawai Swasta 19 15,0 15,0 96,1
PNS/TNI/POLRI 5 3,9 3,9 100,0
Total 127 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Jumlah anak yang dilahirkan
N Valid 127
Missing 0
Statistics
peran medis
N Valid 127
Missing 0
peran medis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 95 74,8 74,8 74,8
kurang 32 25,2 25,2 100,0
Total 127 100,0 100,0
83
Frequencies
Statistics
kategori tradisi
N Valid 127
Missing 0
kategori tradisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 42 33,1 33,1 33,1
Kurang 85 66,9 66,9 100,0
Total 127 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Kategori eksklsuif
N Valid 127
Missing 0
Kategori eksklusif
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Pengetahuan * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 58,492a 2 ,000 ,000
Likelihood Ratio 67,130 2 ,000 ,000
Fisher's Exact Test 64,336 ,000
Linear-by-Linear 56,244b 1 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9,78.
b. The standardized statistic is 7,500.
85
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori pendidikan * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif
Crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori paritas * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif
Chi-Square Tests
Exact Exact
Asymptotic Sig. Sig.
Significance (2- (1-
Value df (2-sided) sided) sided) Point Probability
Continuity ,302 1 ,582
Correctionb
,119
Likelihood ,557 1 ,455 ,549 ,290
Ratio
86
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori usia * Kategori 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
eksklsuif
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- 4,159a 2 ,160 ,123
Square
Likelihood 4,692 2 ,145 ,123
Ratio
Fisher's Exact 3,692 ,123
Test
Linear-by- 4,029b 1 ,045 ,067 ,053
Linear
Association
N of Valid 127
Cases
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,72.
b. The standardized statistic is -2,007.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori pekerjaan * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif
Chi-Square Tests
Exact
Asymptotic Exact Sig.
Significance Sig. (2- (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- 12,206a 1 ,000 ,001 ,001
Square
Continuity 10,827 1 ,001
Correctionb
Likelihood Ratio 11,942 1 ,001 ,001 ,001
Fisher's Exact ,001 ,001
Test
Linear-by-Linear 12,110c 1 ,001 ,001 ,001
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 13,40.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 3,480.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori anak * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- ,997a 1 ,318 ,328 ,211
Square
Continuity ,639 1 ,424
b
Correction
Likelihood Ratio ,986 1 ,321 ,427 ,211
Fisher's Exact ,328 ,211
Test
Linear-by-Linear ,989c 1 ,320 ,328 ,211
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 14,49.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,994.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
peran medis * Kategori 127 1 0 0,0% 127 100,0%
eksklsuif 00,0%
Chi-Square Tests
Exact
Asymptotic Sig.
Significance Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi- ,457a 1 ,499 ,532 ,324
Square
Continuity ,215 1 ,643
Correctionb
Likelihood Ratio ,464 1 ,496 ,532 ,324
Fisher's Exact ,532 ,324
Test
Linear-by-Linear ,454c 1 ,500 ,532 ,324
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 11,59.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is ,674.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori tradisi * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif
Chi-Square Tests
Exact
Asymptotic Sig. Exact
Significance (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- 33,673a 1 ,000 ,000 ,000
Square
Continuity 31,435 1 ,000
Correctionb
Likelihood Ratio 33,812 1 ,000 ,000 ,000
Fisher's Exact ,000 ,000
Test
Linear-by-Linear 33,408c 1 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 15,21.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 5,780.
Frekuensi
Statistics
Pengetahuan ibu tentang ASI
N Valid 127
Missing 0
Frekuensi
Statistics
Pengetahuan ibu tentang kolostrum
N Valid 127
Missing 0
92