Anda di halaman 1dari 114

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SERING KECAMATAN
MEDAN TEMBUNG TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

FRANSISKA TUMANGGER
NIM. 151000254

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SERING KECAMATAN
MEDAN TEMBUNG TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRANSISKA TUMANGGER
NIM. 151000254

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 23 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fazidah A. Siregar, M.Kes., Ph.D.


Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes.
2. drh. Hiswani, M.Kes.

ii
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019” beserta

seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 23 Januari 2020

Fransiska Tumangger

iii
Abstrak

UNICEF Indonesia menyebutkan bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di
Indonesia, lebih dari 50 persen tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-
tahun pertama kehidupannya (UNICEF, 2016). Jumlah anak yang diberi ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2018 sebanyak 51 bayi
(12,75%). Pemberian ASI eksklusif di puskesmas ini masih di bawah standar
Nasional yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu faktor internal ibu
(pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu dan paritas/jumlah anak) dan faktor
eksternal ibu (pengetahuan ibu, peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan)
dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian merupakan survei analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
mempunyai bayi umur 7-12 bulan berjumlah 500 ibu yang tercatat di wilayah kerja
Puskesmas Sering tahun 2019. Sampel sebanyak 127 responden menggunakan
purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan
kuesioner dan di analisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik
Chi-Square dengan nilai kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, tradisi/kebiasaan dengan
pemberian ASI eksklusif dengan masing-masing p value 0,001. Perlu adanya
peningkatan pengetahuan berupa penyuluhan dan konseling kepada ibu-ibu
terutama kepada ibu hamil dan menyusui melalui petugas kesehatan mengenai ASI
eksklusif, dan dampak pemberian makanan/minuman tambahan pada bayi.

Kata kunci : ASI eksklusif, bayi, ibu

iv
Abstract

UNICEF Indonesia noted that of the 5 million children born every year in
Indonesia, more than 50 percent do not get breastfeeding optimally in the first
years of life (UNICEF, 2016). The number of children who are exclusively
breastfed in the working area of the Puskesmas is often in 2018 as many as 51
babies (12.75%). Exclusive breastfeeding at this puskesmas is still below the
National standard of 80%. This study aims to determine factors related to
exclusive breastfeeding, namely internal factors of mother (mother's education,
mother's age, mother's occupation and parity / number of children) and external
factors of mother (mother's knowledge, role of childbirth and tradition / habits)
with exclusive breastfeeding. The research is an analytic survey with cross
sectional approach. The population in this study were all mothers who had babies
aged 7-12 months totaling 500 mothers registered in the work area of the Public
Health Center. Often in 2019. A sample of 127 respondents used purposive
sampling. Data was collected through interviews using a questionnaire and
analyzed univariately and bivariately using the Chi-Square statistical test with a
significance value of 0.05. The results showed that there was a relationship of
knowledge, education, work, tradition / habits with exclusive breastfeeding with
each p value of 0.001. There is a need to increase knowledge in the form of
counseling and counseling to mothers, especially to pregnant and lactating
mothers through health workers regarding exclusive breastfeeding, and the impact
of providing additional food / drinks to infants.

Keywords: Exclusive breastfeeding, baby, mothers

v
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan Rahmat-Nya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian

ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan

Tembung Tahun 2019” yang merupakan salah satu prasyarat unuk meraih gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes., Ph.D. selaku Ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Fazidah A. Siregar, M.Kes., Ph.D. selaku dosen Pembimbing dalam

penulisan skripsi yang telah banyak membimbing, memberikan masukan

maupun memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
6. drh. Hiswani, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh dosen pengajar dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang membantu saya dalam urusan administrasi.

8. dr. Efrina selaku Kepala Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung

yang telah memberikan izin untuk penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas

Sering.

9. Ratna Elisabet, A.M.G. selaku pemegang program ASI di Wilayah Kerja

Puskesmas Sering yang telah membantu saya di waktu penelitian.

10. Orang tua penulis yang tercinta dan tersayang (Tiurlan Tumangger dan Ledi

Uli Berutu, S.Pd.) yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moril

maupun materil bagi penulis untuk senantiasa berjuang dan berusaha

menyelesaikan perkulihan ini.

11. Saudara-saudara penulis Alm. Yuniar Tumangger, Hartarto Tumangger, S.E.,

Swandi Lumban Gaol, Susi Susanti Tumangger, Am.Keb., Haposan

Tumangger, Nova Hilerry Tumangger dan Erik Tumangger yang juga selalu

mendoakan dan memberikan dukungan baik dalam moril maupun materil

dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Teman satu KTB Army Of God (kakak Devy Sitepu, Rotua Pakpahan, Icha

Jane Ria, Peroima Sipayung) yang mendukung saya dalam doa serta

menguatkan sepanjang pengerjaan skripsi ini.

13. Teman penulis (Binur Fretty, Erika Nakhe) yang telah mendukung,

membantu, dan menguatkan saya sepanjang pengerjaan skripsi ini.

vii
14. Teman penulis (Binur Fretty, Erika Nakhe, Ria Agnes, Yunita, Nur Fadila)

yang telah membantu saya sepanjang saya penelitian.

15. Sepupu Penulis (Katrin Siregar dan David Berutu) teman penulis Saorlina,

Ade, dan Rosdiana yang telah mendukung dan membantu saya dalam

pengerjaan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan stambuk 2015 serta teman-teman epidemiologi

2015. Terima kasih atas bantuan, masukan, semangat dan dorongan serta

kebersamaanya selama ini.

Demikianlah kata pengantar yang telah penulis ucapkan, semoga Tuhan

Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan Rahmat-Nya kepada kita semua

dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, 23 Januari 2020

Fransiska Tumangger

viii
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7
Definisi ASI Eksklusif 7
Komposisi ASI 7
Stadium Laktasi 10
Manfaat ASI 11
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI 13
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI 14
Landasan Teori 20
Kerangka Teori 22
Kerangka Konsep 22
Hipotesis Penelitian 23

Metode Penelitian 24
Jenis Penelitian 24
Lokasi dan Waktu Penelitian 24
Populasi dan Sampel 24
Variabel dan Definisi Operasional 27
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 30
Metode Analisis Data 31

ix
Hasil Penelitian 33
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33
Letak dan geografis 33
Demografi 33
Visi, misi, motto, dan tata nilai puskesmas 33
Analisis Univariat 35
Faktor internal ibu 35
Faktor eksternal ibu 36
Pemberian ASI eksklusif 38
Analisis bivariat 38
Faktor internal ibu 38
Faktor eksternal ibu 41

Pembahasan 43
Faktor Internal Ibu 43
Faktor Eksternal Ibu 51
Keterbatasan Penelitian 58

Kesimpulan dan Saran 59


Kesimpulan 59
Saran 60

Daftar Pustaka 61
Lampiran 66

x
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Pembagian Wilayah Sampel 26

2 Skala Pengukuran Variabel Dependen 31

3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Intenal


Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2019 35

4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal


Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2019 36

5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Tradisi/


Kebiasaan Ibu memberikan Makanan Tambahan pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
Tahun 2019 37

6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI


Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019 38

7 Tabulasi Silang antara Faktor Internal Ibu dengan Pemberian


ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019 39

8 Tabulasi Silang antara Faktor Eksternal Ibu dengan Pemberian


ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019 41

xi
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka teori Lawrence Green 1980 22

2 Kerangka konsep 22

3 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan


pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 45

4 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan


usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 47

5 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan


pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 49

6 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif paritas/


jumlah anak di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 51

7 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan


pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 54

8 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan


peran penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Sering
Tahun 2019 55

9 Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif tradisi/


kebiasaan di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 57

xii
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 66

2 Master Data 72

3 Output Hasil Analisis Data 81

4 Surat Survei Pendahuluan 95

5 Surat Izin Penelitian 96

6 Surat Selesai Penelitian 97

xiii
Daftar Istilah

AHA Arachidonic Acid


ASI Air Susu Ibu
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
DHA Docosehaxaenoic Acid
IMR Infant Mortality Rate
INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
KEMENKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
UFMR Under Five Mortality Rate
UNICEF United Nations Emergency Children’s Fund
WHO World Health Organization

xiv
Riwayat Hidup

Penulis bernama Fransiska Tumangger berumur 23 tahun, dilahirkan di

Nagatimbul pada tanggal 11 September 1996. Penulis beragama Kristen Protestan,

anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Tiurlan Tumangger dan Ledi Uli

Berutu.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SDN 035943 Nagatimbul

Tahun 2003-2009, sekolah menegah pertama di SMPN 1 Kerajaan Tahun 2009-

2012, sekolah menegah atas di SMAN 1 Kerajaan Tahun 2012-2015, selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, 23 Januari 2020

Fransiska Tumangger

xv
Pendahuluan

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat dalam mencapai derajat kesehatan

masyarakat sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produkif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) dimulai sejak masa kehamilan, bayi, anak sekolah, remaja, dewasa, sampai

usia lanjut. Setiap tahap dari siklus tersebut, manusia mengalami masalah gizi

yang berbeda-beda. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang

baik adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sampai bayi

berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur 24

bulan (Kementerian Kesehatan, 2015).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang baik melindungi bayi terhadap

infeksi dan mencegah malnutrisi kerena mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan

oleh tubuh bayi. Penelitian yang dilakukan Lancet (2008) bayi yang diberi ASI

secara eksklusif empat belas kali lebih sulit terkena penyakit diare dibandingkan

yang tidak memberikan ASI eksklusif. ASI secara drastis mengurangi kematian

akibat infeksi saluran pernapasan akut dan diare, yang merupakan masalah utama

penyebab kematian bayi (UNICEF, 2011).

ASI eksklusif dianjurkan pada beberapa bulan pertama kehidupan karena

ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan anak pada

umur tersebut. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena

mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan membunuh kuman dalam jumlah

1
2

tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada

bayi (Kementerian Kesehatan, 2014).

Menurut Wulandari dan Handayani (2011) ASI merupakan nutrisi alamiah

terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan

selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Produksi ASI yang tidak lancar

merupakan salah satu kendala utama yang sering dialami seorang ibu dalam

pemberian ASI ekslusif. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan

pemberian ASI ekslusif kepada bayi baru lahir.

Berdasarkan laporan United Nation Children Funds (UNICEF) tahun 2011

dalam World Breastfeeding Week sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan diseluruh

dunia dan hanya 30,6% dari mereka yang mendapat ASI ekslusif pada usia 0

sampai 6 bulan pertama. ASI sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, namun belum

terlaksana sepenuhnya, di dunia diperkirakan 85% ibu-ibu tidak memberikan ASI

Ekslusif secara optimal. Pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif di negara India

sudah mencapai 46%, diikuti negara Filipina 34%, di negara Vietnam 27% dan di

negara Myanmar 24% (UNICEF, 2013).

Berdasarkan laporan (UNICEF, 2018) Infant Mortality Rate (IMR) di

Indonesia yaitu 18 per 1000 kelahiran hidup dan angka Under Five Mortality Rate

(UFMR) yaitu 39 per 1000 kelahiran hidup. Sustainable Development Goals

dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development menargetkan pada tahun

2030 dapat mengurangi angka Infant Mortality Rate (IFR) 12 per 1.000 kelahiran

hidup dan angka Under Five Mortality Rate (UFMR) 25 per 1.000 kelahiran

hidup. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif

dilaksanakan dengan baik (Kementerian Kesehatan, 2015).


3

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, (UNICEF)

dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya

diberikan ASI selama paling sedikit 6 bulan. UNICEF Indonesia menyebutkan

bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari 50% tidak

mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-tahun pertama kehidupannya

(UNICEF, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa ibu di Indonesia masih jarang yang

melaksanakan ASI eksklusif.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS, 2013) presentase

cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase tertinggi di

Provinsi NTB 79,7% dan terendah di provinsi Maluku 25,2%. Sementara target

cakupan ASI secara Nasional di tahun 2013 sebesar 75%.

Persentase anak berumur dibawah 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

meningkat dalam lima tahun terakhir, dari 42% pada Survei Demografi dan

Kesehatan 2012 (SDKI) menjadi 52% pada SDKI 2017. Namun presentase anak

yang tidak mendapat ASI naik dari 8 persen SDKI 2012 menjadi 12% SDKI 2017.

Hampir 60% anak berumur dibawah 6 bulan mendapatkan ASI predominan

(menerima ASI, air atau cairan selain ASI) dan 37 persen anak dibawah 2 tahun

menggunakan botol dot (SDKI 2017).

Berdasarkan Profil Anak Indonesia (2018) provinsi dengan persentase

tertinggi bayi yang diberi ASI eksklusif adalah Jawa Tengah sebesar 68,18%

sedangkan provinsi dengan persentase terendah bayi yang diberi ASI eksklusif

adalah Gorontalo sebesar 24,96%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2017) cakupan presentase

bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2016 terjadi penurunan yang tajam dibanding
4

tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional yaitu ≤ 40% sebesar 28,5%.

Kabupaten/kota dengan pencapaian ≥40% untuk Kabupaten yaitu Labuhan Batu

Utara 4.069 bayi (97,90%), Samosir 659 bayi (94,8%), Humbang Hasundutan

1.796 bayi (84,0%), Simalungun 5.411 bayi (60,6%), Dairi 1.576 bayi (55,7%),

PakPak Bharat 261 bayi (50,5%), Deli Serdang 10.355 bayi (47,1%), Asahan

3.317 bayi (43,6%), Labuhan Batu 2.256 bayi (40,9%) dan untuk Kota yaitu

Gunung Sitoli 1.159 bayi (84,5%), Sibolga 360 bayi (46,7%). Sedangkan daerah

dengan pencapaian <10 persen yaitu Kota Medan 1. 589 bayi (6,7%), Tebing

Tinggi 119 bayi (7,4%).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun (2016) cakupan

pemberian ASI eksklusif tertinggi di Kecamatan Medan Perjuangan (Puskesmas

Sentosa Baru) 20 bayi dengan persentase (76,9%) sedangkan yang terendah di

Kecamatan Medan Tembung (Puskesmas Sering) sebesar 58 bayi (5,7%).

Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan, diperoleh data dari

Puskesmas Sering tahun 2018 hanya 51 bayi (12,75%) yang diberi ASI eksklusif

dari 400 jumlah bayi. Sementara target Nasional cakupan ASI eksklusif di tahun

2018 sebesar 80%.

Adapun informasi yang diperoleh dari 5 orang ibu yang tidak memberikan

ASI eksklusif mengatakan alasan tidak diberi ASI eksklusif karena ASI kurang

(anak pertama ada yang ASI eksklusif namun ASI setelah anak kedua ibu merasa

ASI kurang sehingga memberi makanan tambahan), Ibu yang bekerja mengatakan

tidak sempat memberi ASI pada bayi. Kurangnya mengetahui tentang ASI

eksklusif, mengikuti kebiasaan yang memberikan madu, air putih, bubur dan
5

pisang. ASI tidak keluar setelah 30 menit bayi lahir sehingga penolong persalinan

menyarankan memberikan susu formula pada bayi.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitan dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun

2019”. Cakupan ASI eksklusif memengaruhi angka kematian bayi sehingga perlu

diketahui faktor penyebab rendahnya cakupan ASI dengan tujuan menurunkan

angka kasakitan dan kematian bayi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

penelitian belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan Tembung Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan

Tembung Tahun 2019.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui distribusi responden ibu berdasarkan faktor internal ibu (umur,

pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan paritas/jumlah anak).

2. Mengetahui distribusi reponden ibu berdasarkan faktor eksternal ibu

(tradisi/kebiasaan dan penolong persalinan).

3. Mengetahui hubungan internal ibu dengan pemberian ASI eksklusif

4. Mengetahui hubungan eksternal ibu dengan pemberian ASI eksklusif.


6

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan cakupan

pemberian ASI eklsusif.

2. Sebagai masukan dan sumber informasi bagi pihak Puskesmas Sering

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI

eksklusif sehingga dapat meningkatkan pelayanan.

3. Sebagai masukan bagi peneliti lain dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian lain khususnya yang berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif.

4. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang ASI eksklusif

dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


Tinjauan Pustaka

Definisi ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan

padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 6

bulan (Maryunani, 2018).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada ayat 2

diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI eksklusif adalah

ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambah dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”.

Komposisi ASI

ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam 6 bulan pertama

kehidupan. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan air merupakan kandungan

ASI. Selain itu, ASI juga mengandung bioaktif faktor yang dapat mencegah

infeksi dan membantu pencernaan dan penyerapan zat gizi (WHO, 2010).

Karbohidrat. Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI. 100

ml ASI mengandung 7 gr laktosa yang kadarnya paling tinggi dibandingkan susu

mamalia lainnya. Karbohidrat dalam ASI selain berperan penting sebagai sumber

energi juga dapat mencegah infeksi lewat peningkatan pertumbuhan bakteri baik

usus, laktobasilus bifidus dan menghambat bakteri berbahaya dengan cara

fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga menyebabkan suasana lambung

menjadi asam dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya (Maryunani,

2018).

7
8

Lemak. Lemak ASI merupakan lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi karena mengandung jumlah lemak yang sehat dan tepat secara

proposional. Enzim lipase menyebabkan lemak pada ASI mudah dicerna dan

diserap oleh bayi. Lemak utama ASI merupakan lemak ikatan panjang yang

mengandung omega-3, omega-6, DHA, dan AHA penting untuk pertumbuhan

syaraf dan perkembangan otak. Lemak pada ASI juga mengandung kolesterol

yang berguna untuk pertumbuhan otak bayi. Pada saat pertumbuhan otak yang

cepat diperlukan kadar kolestrol yang tinggi. Kolesterol pada ASI berfungsi dalam

pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol yang berfungsi untuk

membentuk enzim sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung di usia muda

(Maryunani, 2018).

Protein. ASI memiliki kandungan protein yang berbeda dari susu mamalia

lainnya, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Asam amino merupakan

kandungan ASI yang cocok untuk bayi. Dalam 100 ml ASI terdapat 0,9 gr protein,

jumlah ini lebih sedikit dibandingkan protein pada mamalia lainnya. Kelebihan

protein dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal bayi ( WHO, 2009).

ASI mengandung protein Whey dan Casein. Whey adalah protein yang

halus, lembut dan mudah dicerna sedangkan casein adalah protein yang bentuknya

kasar, mengumpal dan susah dicerna. Perbandingan antara whey dan casein dalam

ASI adalah 65:35 sedangkan pada susu sapi 20:80. Protein yang dimiliki ASI yang

tidak terdapat dalam susu sapi adalah lysosom, lactoferin, dan taurin. lysosom

merupakan antibiotik alami dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri

berbahaya. Lactoferin berfungsi menghambat perkembangan jamur kandida dan


9

bakteri stafilokokus yang merugikan kesehatan bayi. Taurin diperlukan untuk

perkembangan otak dan susunan saraf (Maryunani, 2018).

Vitamin. ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi.

Diantaranya vitamin D, E, dan K. Vitamin E terdapat pada kolostrum untuk

ketahanan sel darah merah, vitamin K diperlukan sebagai katalisator dalam proses

pembekuan darah dan terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup serta mudah

diserap (Astutik, 2017).

Mineral. Mineral dalam ASI memliki kualitas yang lebih baik dan lebih

mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Selenium

merupakan mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan di susu

formula dan susu sapi berfungsi untuk pertumbuhan bayi. Bayi yang mendapat

ASI eksklusif berisko sangat kecil untuk kekuragan zat besi, walaupun kadar zat

besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenkan zat besi yang terdapat dalam ASI lebih

mudah diserap dibandingkan yang terdapat dalam susu sapi (Hendarto dan

Pringgadini, 2008).

Faktor pelindung dalam ASI. Sel darah putih dan immunoglobulin

merupakan faktor pelindung dalam ASI. Sel darah putih berguna untuk

membentuk antibodi dan kekebalan tubuh bayi yang protektif dalam jumlah cukup

banyak. Sel ini secara berangsur-angsur berkurang setelah bayi memiliki sistem

kekebalan bayi yang cukup. Selain itu, sel-sel ini juga mampu menyalurkan dan

menyimpan zat-zat yang penting seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan

immunoglobulin. Protein yang beredar dan bertugas memerangi infeksi yang

masuk dalam tubuh bayi merupakan fungsi dari immunogloblin. Saat antibodi dari
10

ibu turun, antibodi dari ASI akan meneruskan tugas melindungi bayi sampai

sistem antibodi bayi matang. (WHO, 2010).

Stadium Laktasi

Stadium laktasi menurut Maryunani (2018) adalah sebagai berikut :

Kolostrum. Kolostrum merupakan cairan khusus yang disekresikan pada

hari pertama sampai hari ketiga kelahiran bayi. Cairan encer dan berwarna

kekuning-kuningan banyak mengandung protein dan antibodi (kekebalan tubuh).

Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat

membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar ideal yang berguna

untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi. Kandungan gizi antara lain

protein 8,5%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4% serta air

85,1%. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang

matang. Kolostrum mengandung 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI yang

matang. Kolostrum memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan ASI biasa

dengan volume 150-300 ml/24 jam.

ASI transisi. ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum menjadi ASI matang. Pada tahap ini, kadar protein semakin

rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Pada masa ini,

volume ASI semakin meningkat.

ASI matang (mature). ASI mature disekresikan pada hari kesepuluh dan

seterusnya. Pada tahapan ini, volume ASI mulai normal yaitu 300-800 ml/ 24 jam.

ASI merupakan makanan terbaik bayi sampai bayi berumur 6 bulan.


11

Manfaat ASI

Manfaat ASI bagi bayi. Menurut Roesli (2012) manfaat ASI bagi bayi

sebagai berikut:

ASI sebagai nutrisi. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI

sebagai makanan tunggal yang cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai

usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi mulai diberi makanan padat tambahan,

tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai dua tahun.

ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Bagi yang mendapatkan ASI

esklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit karena ASI mengandung berbagai

zat kekebalan.

ASI meningkatkan kecerdasan. ASI dilengkapi dengan zat-zat gizi yang

berguna untuk pertumbuhan otak dan tidak didapatkan pada susu formula, yaitu

taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang. Selain itu, ASI juga mengandung

400 zat gizi yang tidak ada dalam susu formula. ASI merupakan susu terbaik untuk

pertumbuhan otak anak. Sebuah studi pada bayi prematur di Inggris menunjukkan

bahwa bayi premature yang diberikan ASI memiliki Intelectual Quetion (IQ) lebih

tinggi 8,3 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI (Sears, Wiliam & Martha,

2007).

Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding). Perasaan

telindungi dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar perkembangan

emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang

baik.

Manfaat kesehatan lainnya. Menurut (Sears dkk, 2007) pemberian ASI

memberikan manfaat untuk stimulasi penglihatan yang baik, pencegahan infeksi


12

telinga, memiliki barisan gigi yang kuat, jantung menjadi sehat, meningkatkan

kekebalan tubuh dan memiliki pertumbuhan yang lebih sehat.

Manfaat bagi ibu. Menurut Maryunani (2018) manfaat bagi ibu sebagai

berikut :

Mengurangi pendarahan saat melahirkan. Pada ibu menyusui, terjadi

peningkatan hormon oksitosin yang berguna untuk menutup pembuluh darah,

sehingga pendarahan akan cepat berhenti. Sebagaian besar kematian post natal

pada ibu terjadi karena pendarahan. Oleh karena itu, menyusui dapat menurunkan

angka kematian ibu yag melahirkan.

ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu. Tubuh mengubah lemak yang

tertimbun selama hamil menjadi energi. Saat menyusui dibutuhkan energi yang

cukup. Dengan demikian berat badan ibu menyusui akan lebih cepat kembali ke

berat badan sebelum hamil.

Mengurangi risiko terjadinya anemia. Aktivitas menyusui menyebabkan

kontraksi pada otot polos yang menyebabkan uterus mengecil dan kembali ke

bentuk normal. Gerakan mengecilnya uterus akan mengurangi risiko pendarahan.

Pendarahan yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu

penyebab anemia.

Mengurangi risiko kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada saat

menyusui, hormon estrogen mengalami penurunan. Sementara tanpa aktivitas

menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi sehingga memicu kanker payudara

karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.

Menurut Roesli (2000) angka kejadian kanker akan berkurang 25 persen jika
13

memberikan ASI eksklusif dan memberikan sampai umur 2 tahun. Menyusui juga

dapat melindungi ibu dari risiko kanker indung telur sebesar 20-25 persen.

Lebih ekonomis. Memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk

susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula yang

membutuhkan dana.

Manfaat bagi negara. Menurut Wiji (2018) pemberian ASI eksklusif akan

menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut ini :

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui,

serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit diare dan penyakit saluran

pernapasan.

3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk

membangun negara.

5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya

generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Makanan. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan

pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar Wiji

(2018). Ibu yang menyusui dianjurkan makan dalam porsi yang lebih banyak dari

biasanya karena ibu membutuhkan kalori tambahan sekitar 300-500 kalori per hari

untuk memproduksi ASI. Ibu juga dianjurkan untuk tidak mengkonsumsimakanan

yang berlemak dan mengandung gula serta minuman bersoda (Sears dkk, 2007).
14

Kondisi psikologis ibu. Menurut Roesli (2008) Faktor kejiwaan sangat

berpengaruh terhadap produksi ASI. Perasaan gelisah, kurang percaya diri, rasa

tertekan dan berbagai macam emosional dapat menyebabkan kegagalan dalam

menyusui bayinya. Keadaan ini memengaruhi pengeluaran hormon prolaktin dan

oksitosin.

Pengaruh persalinan dan klinik persalinan. Menurut Siregar (2004)

banyak rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar

persalinan dapat berlangsung dengan baik dan menyampingkan masalah

pemberian ASI. Susu formula merupakan makanan pertama yang seringkali

diberikan, hal ini mempengaruhi presepsi ibu bahwa susu sapi lebik baik dari ASI.

Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang

gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Sumarah &

Wiyati, 2009).

Penggunaan alat kontrasepsi. Menurut Wiji (2018) Penggunaan alat

kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi

ASI. Menurut Siregar (2004) kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen yang

dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produk ASI

secara keseluruhan sehingga kontrasepsi pil tidak dianjurkan untuk ibu yang

melakukan program ASI eksklusif. Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD

dan Spiral merupakan kontrasepsi yang dianjurkan. AKDR merangsang uterus ibu

sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu

hormon yang dapat merangsang produk ASI (Sumarah & Wiyati, 2009).

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI

Faktor internal ibu. Beberapa faktor pemberian ASI dari internal ibu :
15

Pendidikan ibu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan berdampak pada peningkatan

wawasan atau pengetahuan seseorang, umumnya semakin tinggi pendidikan maka

semakin mudah menerima informasi sehingga pengetahuan yang didapat semakin

banyak. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi

akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan

alasan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari

gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2014). Bagi sebagian ibu, menyusi merupakan

tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa

menyusui tidak perlu dipelajari. Namun, kebanyakan ibu kurang menyadari

pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui ASI

adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya

(Prasetyono, 2012).

Hasil penelitian Zakiyah (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara variabel pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Begitu juga dengan

hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) ada hubungan tingkat pendidikan

dengan pemberian ASI Eksklusif.

Pekerjaan ibu. Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupan diri dan kehidupan keluarganya (Nursalam

dan Pariani, 2010). Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila tidak

menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama

pada saat usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat
16

bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor,

tapi bisa juga bekerja di ladang, bagi masyarakat pedesaan (King, 2005). Pada

Pekan ASI Sedunia (PAS) 2015 diperingati dengan tema “Mari Dukung Menyusui

di Tempat Kerja” (Breastfeeding and work, lets make it work), menunjukkan

bahwa adanya perhatian Nasional terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.

Salah satu kebijakan dan Starategi Kementerian Kesehatan RI tentang peningkatan

pemberian ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah memberikan kesempatan bagi ibu

bekerja untuk menyusui anaknya selama waktu kerja dan atau menyediakan

tempat untuk memerah ASI berupa ruangan ASI di tempat kerja. Dengan

demikian, hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dapat

diwujudkan dan produktiftas pekerja perempuan dapat meningkat (Kementerian

Kesehatan, 2015).

Hasil penelitian Lumbantoruan (2016) menyatakan bahwa ada hubungan

antara variabel pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan

hasil penelitian Okawary (2015) ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian

ASI eksklusif.

Usia ibu. Berdasarkan Wawan dan dewi (2010) Usia yaitu umur individu

yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekutan seseorang akan lebih matang dalam berpikir.

Sebagian besar ibu yang memberikan ASI Eksklusif umur 20-30 tahun dimana

pada umur tersebut merupakan masa reproduksi sehat sehingga ibu mampu

memecahkan masalah secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan,

persalinan, nifas dan merawat bayinya sendiri. Perilaku seorang baik postif

maupun negatif akan dipengaruhi oleh umur dan umur termasuk dalam faktor
17

prediposisi, dimana semakin matang umur seorang maka secara ideal semakin

positif perilakunya dalam memberikan ASI eksklusif.

hasil penelitian Lubis (2017) terdapat hubungan usia dengan pemberian

ASI eksklusif (p=0,002).

Paritas/jumlah anak. Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan

hidup. Paritas dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram

(Varney, 2006).

Hasil penelitian (Afriyani, Santri & Sa’adah, 2016) tentang pengaruh

pemberian ASI eksklusif di BPM Maimunah Palembang responden yang memiliki

anak lebih dari satu cenderung lebih memberikan ASI eksklusif kepada bayinya

dikarenakan responden telah mempunyai pengalaman dalam pengasuhan anaknya.

Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas

ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta

asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam

pemberian ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman

sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus

anak serta berpengaruh terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif (Roesli,

2002).

Faktor eksternal ibu. Beberapa faktor pemberian ASI dari eksternal ibu :

Pengetahuan ibu. Pegetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

suatu domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang,

pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
18

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang.

Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan ibu tentang ASI akan menunjang keberhasilan

ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi

tentang ASI akan menyusui anaknya secara eksklusif dibandingkan dengan ibu

yang mempunyai pengetahuan yang rendah (Pagestika, 2016).

Tingkatan pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang

dibagi menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014) :

Tahu (know). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah. Dalam tahap ini

seseorang mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan merupakan tolak ukur bahwa

seseorang tahu apa yang telah dipelajari.

Memahami (comprehension). Memahami merupakan suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan secara benar. Seseorang yang telah memahami dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, dan meramalkan terhadap

suatu objek yang dipelajari.

Aplikasi (aplication). Aplikasi merupakan kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari.

Analisis (analysis). Indikator dari analisis adalah seseorang dapat

melakukan pembedaan atau pengelompokan dari suatu materi.

Sintesis (syntetis). Sintesis merupakan kemampuan formulasi baru dari

formulasi yang ada.


19

Evaluasi (evaluation). Dalam tahap ini, seseorang mampu melakukan

penilaian terhadap materi atau objek. Kriteria penilaian dapat diaambil dari yang

sudah ada atau dbuat sendiri.

Tradisi/kebiasaan. Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh,

jus, dan air manis kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama merupakan

nilai budaya di masyarakat dan umum dilakukan di banyak negara. Kebiasaan ini

seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran

kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam

bulan pertama. Penelitian di masyarakat Zambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala

melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.

Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi

cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun

fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

Persentase bayi menurut jenis makanan/minuman yang dikonsumsi dalam

24 jam terakhir, bahwa ibu di Indonesia cenderung memberikan air putih kepada

bayinya selain ASI yaitu 29,18% dan bayi yang diberi air lainnya seperti air tajin,

madu, teh, dan air gula yaitu 8.30% dan data Susenas menunjukkan bahwa satu

diantara dua bayi diberi ASI eksklusif. Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif

relatif lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 57,22%

berbanding 54,77% (Profil Anak Indonesia, 2018).

Peran penolong persalinan. Peran penolong persalinan adalah

memberikan pengetahuan dan informasi bahwa pentingnya pemberian ASI

eksklusif dimana dapat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan pada masyarakat.

Penolong persalinan di Indonesia terdiri dari dokter, bidan, dan dukun bayi. Dokter
20

umumnya menolong persalinan di rumah sakit maupun Rumah Sakit bersalin,

bidan dapat menolong persalinan di rumah maupun di rumah bersalin, sedangkan

dukun bayi umumnya menolong persalinan di rumah. Di saat teknologi tengah

berkembang pesat masyarakat di desa maupun pinggiran kota masih

mempercayakan proses kelahiran dengan bantuan dukun bayi. Dukun bayi tahu

bahwa menyusui segera setelah melahirkan akan membantu menolong

mengeluarkan urin dan menghentikan pendarahan (King, 2005).

Disebagian masyarakat dan rumah sakit saran dari petugas kesehatan juga

mempengaruhi pemberian cairan selain ASI. Sebagai contoh, penelitian di sebuah

kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada

semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di mesir banyak menyarankan para

ibu untuk memberikan air manis kepada bayinya segera setelah melahirkan

(LINKAGES, 2002). Dokter, perawat, dan petugas kesehatan wanita lainnya bisa

juga menjadi seorang ibu. Bila mereka harus menganjurkan dan menolong wanita

lain menyusui, mereka sendiri harus bisa melakukan untuk diri mereka sendiri dan

memberikan contoh. Di banyak tempat petugas kesehatan yang pertama

menggunakan susu botol. Hal ini disebabkan karena persoalan yang dihadapi

mereka saat kembali bekerja setelah melahirkan (King, 2005).

Landasan Teori

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa faktor

yang mempengaruhi perilaku dipengaruhi atas 3 faktor yaitu :

1. Predisposisi (predisposisi factors)


21

Faktor yang memberikan motivasi terhadap perilaku. Faktor predisposisi

diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, niai-nilai dan

sebagainya. Faktor ini termasuk pengetahuan, pendidikan, usia, pekerjaan, paritas/

jumlah anak dan tradisi/kebiasaan.

2. Pendukung ( enabling factors)

Faktor yang memungkinkan motivasi atau aspirasi untu direalisasikan.

Faktor ini termaasuk di dalamnya skil personal dan sumber-sumber seperti halnya

sumber dari komunitas. Misalnya puskesmas, obat-obatan, sekolah, dan

sebagainya.

3. Pendorong ( renforcing factors)

Faktor yang memberikan dukungan untuk perilaku yang dilakukan.

Dukungan yang diberikan dapat berupa dukungan positif maupun negatif

tergantung perilaku setiap orang. Misalnya peran tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga), dan peran petugas kesehatan. Faktor ini termasuk peran penolong

persalinan.

Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) faktor yang berhubungan

dengan pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan ibu, pendidikan, usia,

pekerjaan, paritas/jumlah anak, peran penolong perasalinan dan tradisi/kebiasaan.


22

Kerangka Teori

Faktor
Predisposisi :

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
3. Keyakinan
4. Nilai-nilai

Faktor Pemungkin :
1. Puskesmas Pemberian ASI Eksklusif
2. Obat-obatan
3. Sekolah

Faktor Penguat :
1. Tokoh Masyarakat
2. Tokoh Agama
3. Petugas kesehatan

Gambar 1. Kerangka teori Lawrence Green 1980

Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibentuk

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel bebas (Independen) Variabel terikat (Dependen)


Faktor internal
1. Usia
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
4. Paritas/jumlah anak
Pemberian ASI eksklusif
Faktor eksternal
1. Pengetahun
2. Tradisi/kebiasaan
3. Peran penolong persalinan

Gambar 2. Kerangka konsep


23

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan faktor internal ibu (usia, pengetahuan, pendidikan,

pekerjaan, dan paritas/ jumlah anak) dengan pemberian ASI Eksklusif. Ada

hubungan faktor eksternal ibu (peran penolong persalinan, dan tradisi/kebiasaan)

dengan pemberian ASI eksklusif.


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan desain cross

sectional dimana pengukuran atau pengamatan terhadap subjek penelitian

dilakukan dengan sekali pengamatan (Ghazali, M. V., dkk 1995).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskemas Sering

Kecamatan Medan Tembung Kota Medan dengan pertimbangan bahwa data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia dan belum pernah dilakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI

eksklusif tahun 2019.

Waktu penelitian. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli

2019 sampai Januari 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

bayi usia 7-12 bulan berjumlah 500 ibu yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas

Sering tahun 2019.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai

bayi usia 7- 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2019.

Besar sampel. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat

dihitung dengan menggunakan rumus dalam buku Lemeshow (Lemeshow et al,

1990).

24
25

n= α/2 p (1-P) N

(N-1) + 1˗α/2 p (1-p)

Keterangan :

n = Besar sampel minimal

= Nilai pada derajat kemaknaan (1,96 dengan cl 95%)

p = Proporsi pemberian ASI eksklusif (0,1275) berdasarkan

Puskesmas Sering (2018)

N = Besar populasi

d = Limit error (5% = 0,05)

× (500-1) + 0,1275 × 0,8725

n 213,70

1,68

n = 127,2 ≈ 127

Hasil yang dibutuhkan 127 orang sampel

Hasil perhitungan di atas diperoleh sampel sebanyak 127 orang, kemudian

di distribusikan menurut populasi bayi dengan menggunkan rumus sebagai berikut

Sampel = jumlah bayi setiap kelurahan X Total Sampel

Total Populasi bayi


26

Tabel 1

Pembagian Wilayah Sampel

Desa/Kelurahan Jumlah Bayi Proporsi Sampel


Siderejo 172 44

Siderejo Hilir 150 38

Indra Kasih 178 45

Total 500 127

Teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini menggunakan purposive sampling, didasarkan pada beberapa pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010) adapun pertimbangan

peneliti adalah sebagai berikut:

a. Terdapat 31 posyandu di wilayah kerja puskesmas ini sehingga ingin

memproporsikan besar sampel sesuai dengan jumlah posyandu, tetapi sampel

yang datang ke posyandu tidak memenuhi pengambilan responden sehingga

dilakukan wawancara rumah ke rumah.

b. Pemilihan sampel harus memerhatikan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditetapkan peneliti.

Kriteria inklusi:

a. Bersedia menjadi responden

b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sering

Kriteria eksklusi :

a. Bayi yang dimiliki ibu saat lahir tidak dalam kondisi sehat, yang mengalami

kesulitan menghisap kelainan pada rongga mulut, dan prematur.


27

b. Ibu yang mengalami penyakit parah yang menghalangi merawat bayi

(memberikan ASI eksklsuif).

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini meliputi

pengetahuan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, penolong persalinan dan

tradisi/kebiasaan yang diuraikan sebagi berikut :

Pengetahuan ibu. Pemahaman atau segala sesuatu yang diketahui ibu

tentang ASI Eksklusif baik definisi, manfaat, komposisi, produksi ASI, cara

pemberian ASI, dan cara penyimpanan ASI.

Usia ibu. Umur ibu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun (Wawan dan Dewi, 2010) pada saat penelitian yang dinyatakan dalam tahun

menurut pengakuan ibu.

Dengan kategori usia:

1. < 20 tahun

2. 20-35 tahun

3. > 35 tahun

Pendidikan ibu. Tingkat pendidikan formal terakhir yang diikuti ibu

menurut pengakuan ibu,

1. SD

2. SMP/SLTP

3. SMA/SLTA/SMK

4. Akademi/Perguruan Tinggi
28

Dengan Kategori :

1. Tinggi : Jika pendidikan responden adalah

SMA/SLTA/SMK dan Akademi/PT

2. Rendah : Jika pendidikan responden SD dan SMP/SLTP.

Pekerjaan ibu. Kegiatan utama dan rutin yang dilakukan sehari-hari

menurut pengakuan ibu, yaitu :

1. Ibu rumaah tangga

2. Wiraswasta/pedagang

3. Buruh

4. Pegawai swasta

5. PNS/TNI/POLRI

Dengan Kategori :

1. Bekerja : Jika responden memiliki pekerjaan PNS/

TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta/Pedagang

2. Tidak bekerja : Jika responden tidak memiliki pekerjaan Ibu

Rumah Tangga

Paritas/jumlah anak. Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seorang perempuan (BKKBN, 2006). Menurut Varney (2006) istilah paritas dibagi

menjadi tiga macam, antara lain :

1. Primiparitas adalah kelahiran bayi hidup untuk pertama kali dari

seorang wanita.

2. Multiparitas atau pleuriparitas adalah kelahiran bayi hidup dua kali atau

lebih dari seorang wanita.


29

3. Grande-multiparitas adalah kelahiran 5 orang anak atau lebih dari

seorang wanita.

Dengan kategori :

1. < 3 anak

2. ≥ 3 anak

Peran penolong persalinan. Penolong ibu pada saat melahirkan baik di

rumah maupun di Rumah Sakit Bersalin yang memberikan pengetahuan dan

informasi bahwa pentingnya pemberian ASI eksklusif.

1. Dokter dan bidan

Dengan kategori :

ya

tidak

Tradisi/kebiasaan. Adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang)

yang masih dijalankan oleh masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara

yang telah ada merupakan paling baik dan benar (KBBI, 2019).

Dengan kategori :

1. Ada

2. Tidak ada

Variabel terikat (dependen). Variabel terikatnya yaitu :

Pemberian ASI eksklusif. Memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa

memberikan makanan atau minuman lain kecuali vitamin, mineral, dan suplemen

obat yang diizinkan (INFODATIN, 2014).

Tidak ASI eksklusif : Jika responden tidak memberikan ASI eksklusif.

Eksklusif : Jika responden memberikan ASI eksklusif.


30

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara yaitu

ibu yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan.

Data sekunder. Merupakan data yang diperoleh berdasarkan data atau

laporan cakupan ASI eksklusif tahun 2019.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel bebas (independen). Penelitian ini

meliputi pengetahuan ibu, penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan.

Pengetahuan. Tingkat pengetahuan diajukan 15 pertanyaaan dengan

pilihan jawaban “Benar” dan “Salah“ apabila responden menjawab benar nilainya

1, jika salah nilainya 0 maka skor tertinggi 15 dan skor terendah 0 dengan skala

ordinal (Arikunto, 2010).

Baik : Jika jawaban benar 76 % - 100% (11-15)

Cukup : Jika jawaban benar 56-75% (8-10)

Kurang : Jika jawaban benar <=55% (1-7)

Peran penolong persalinan. Untuk mengukur penolong persalinan pada

ibu dengan mengajukan 3 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”

apabila responden menjawab ya nilainya 1, jika tidak nilainya 0 maka nilai

tertinggi 1 dan terendah 0 dengan skala ordinal.

Baik : jika penolong persalinan menganjurkan ≥75% (2-3)

Kurang : jika penolong persalinan tidak menganjurkan <75% (0-1)

Tradisi/kebiasaan. Untuk mengukur tradisi/kebiasaan ibu memberikan

ASI ekslusif pada bayi dengan mengajukan 4 pertanyaan dengan pilihan jawaban

“ada” dan “tidak ada” apabila responden menjawab ada diberi nilainya 0, jika
31

tidak ada diberi nilainya 1 maka nilai tertinggi 1 dan terendah 0 dengan skala

ordinal.

Baik : Jika jumlah nilai ≥75% (2-3)

Kurang : Jika jumah nilai <75% ( 0-1)

Metode pengukuran variabel terikat (dependen). Penelitian ini adalah

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan yang didasarkan pada skala nominal.

Dikategorikan menjadi :

0. ASI eksklusif : Jika responden memberikan ASI selama 6 bulan

tanpa makanan/minuman lainnya.

1. Tidak ASI eksklusif : Jika responden memberikan ASI selama 6 bulan

dengan tambahan makanan/minuman lainnya.

Tabel 2

Skala Pengukuran Variabel Dependen

Variabel Jumlah Kategori Kriteria Skala Ukur


Jawaban
Pemberian a. Ya 0. Eksklusif
ASI 1 b. Tidak 1. Tidak eksklusif Nominal
Eksklusif

Metode Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis Univariat dan Bivariat.

Analisis univariat. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik distribusi dan frekuensi variabel yang diteliti

meliputi : pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, penolong persalinan

dan tradisi/kebiasan.

Analisis bivariat. Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara

dua variabel yang meliputi hubungan antara variabel independen (pengetahuan,


32

umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, penolong persalinan, dan tradisi/kebiasaan)

dengan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif). Menggunakan uji chi-

square pada tingkat kepercayaan 95% dan disajikan dalam bentuk diagram bar.

Pengukuran rasio prevalens dengan menggunakan rumus :

RP= A/(A+B) : C/(C+D)

Keterangan :

A/(A+B) = Proporsi (prevalens) ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6

bulan tanpa makanan/minuman

C/(C+D) = Proporsi (prevalens) ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan.
Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Letak dan geografis. Puskesmas Sering merupakan salah satu puskesmas

yang berada di Kota Medan, terletak di jalan Sering no.20 Kelurahan Siderejo

Kecamatan Medan Tembung. Puskesmas Sering di pimpin oleh dr. Refriani.

Secara geografis Puskesmas Sering berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Cemara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Perjuangan

3. Sebelah Timur berbatsan dengan Sei Kera

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Willem Iskandar.

Luas wilayah kerja Puskesmas Sering kurang lebih 384 Ha, terdiri dari 3

(tiga) Kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Sidorejo : 153 Ha

2. Kelurahan Indra Kasih : 117 Ha

3. Kelurahan Sidorejo Hilir : 114 Ha

Demografi. Puskesmas Sering terdiri 3 kelurahan dengan jumlah

lingkungan 47 lingkungan. Terdiri dari 13.019 KK dengan jumlah penduduk

67.623 jiwa dimana laki-laki 24.152 jiwa dan perempuan 43.471 jiwa.

Visi, misi, motto dan tata nilai puskesmas

Visi. “Menjadikan Pusat Pelayanan Kesehatan yang Profesional,

Berkualitas Menuju Masyarakat Mandiri Tahun 2021”.

Misi. Misi Puskesmas Sering sebagai berikut :

33
34

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional

dan berkomitmen tinggi

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana puskesmas

4. Membangun sistem informasi dan manajemen puskesmas

5. Meningkatkan peran serta masyarakat.

Motto. Motto dari Puskesmas Sering adalah “Masyarakat Sehat,

Kebanggan Kami”.

Tata nilai puskesmas. Tata nilai dari Puskesmas Sering “MANTAP”

M Kerjasama

A Ikhlas

T Tanggab

A Integritas

P Profesional

Jumlah posyandu. Wilayah kerja Puskesmas Sering mempunyai 31

jumlah posyandu yang terdapat di 3 keluarahan. Posyandu yang di Kelurahan

Siderejo ada 8 posyandu yaitu Flamboyan 1, Flamboyan 2, Flamboyan 3,

Flamboyan 4, Flamboyan 5, Flamboyan 6, Flamboyan 7, Flamboyan 8 dan

Flamboyan 9. Kelurahan Siderejo Hilir terdapat 13 posyandu yaitu Anggrek 1,

Anggrek 2, Anggrek 3, Anggrek 4, Anggrek 5, Anggrek 6, Anggrek 7, Anggrek 8,

Anggrek 9, Anggrek 10, Anggrek 11, Anggrek 12 dan Sweeping. Kelurahan Indra

Kasih terdapat 9 posyandu yaitu Dahlia 1, Dahlia 2, Dahlia 3, Dahlia 4, Dahlia 5,

Dahlia 6, dahlia 7, Dahlia 8, dan Dahlia 9.


35

Analisis Univariat

Analisis univariat dinalisis secara deskriptif dan dipakai untuk mengetahui

distribusi proporsi dari masing-masing variabel independen faktor internal ibu

(usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, dan paritas/jumlah anak), faktor

eksternal ibu (Peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan) dan variabel

dependen (pemberian ASI eksklusif).

Faktor internal ibu. Data distribusi frekuensi responden berdasarkan

faktor internal ibu dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal Ibu di Wilayah


Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019

Faktor Internal n %
Pendidikan
SD 12 9,4
SMP/SLTP 27 21,3
SMK/SLTA/SMK 50 39,4
Akademi/Perguruan 38 29,9
Tinggi
Usia
<20 tahun 1 0,8
20-35 tahun 110 86,6
>35 tahun 16 12,6
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 90 70,9
Wiraswasta 13 10,2
Pengawai swasta 19 15,0
PNS/TNI/POLRI 5 3,9
Paritas/ Jumlah Anak
1 33 26,0
2 54 42,5
3 29 22,8
4 6 4,7
5 2 1,6
6 2 1,6
7 1 0,8
36

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan ibu

terbanyak adalah ibu dengan pendidikan SMA/SLTA/SMK yaitu sebanyak 5

orang (39,4%) dan yang terendah adalah ibu dengan pendidikan SD yaitu 12 orang

(9,4%). Proporsi usia ibu terbanyak adalah ibu dengan usia 20-35 tahun yaitu

sebanyak 110 orang (86,6%) dan yang terendah kelompok umur <20 tahun

sebanyak 1 orang (0,8%). Proporsi pekerjaan ibu terbanyak adalah ibu yang tidak

bekerja (IRT) yaitu sebanyak 90 orang (70,9%) dan yang terendah

PNS/TNI/POLRI yaitu 5 orang (3,9%). Sedangkan proporsi paritas/jumlah anak

terbanyak yaitu ibu yang memiliki 2 orang anak sebanyak 54 orang (42,5%) dan

yang terendah ibu yang memiliki 7 orang anak sebanyak 1 orang (0,8%).

Faktor eksternal ibu. Data distribusi frekuensi faktor eksternal ibu dapat

dilihat pada tebel berikut.

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal Ibu di Wilayah Kerja


Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019

Faktor Internal n %
Pengetahuan
Baik 27 21,3
Cukup 52 40,9
Kurang 48 37,8
Peran Penolong
Persalinan 95 74,8
Baik 32 25,2
Kurang
Tradisi/Kebiasaan
Baik 42 33,1
Kurang 85 66,9
37

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi proporsi

pengetahuan ibu terbanyak adalah ibu dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak

52 orang (40,9%) dan yang terendah adalah ibu dengan pengetahuan baik

sebanyak 27 orang (21,3%). Proporsi peran penolong persalinan paling banyak

menganjurkan memberikan dalam pemberian ASI ekslusif yaitu 95 orang (74,4%)

sedangkan peran penolong persalinan kurang menganjurkan pemberian ASI

eksklusif yaitu 32 orang (25,2%). Proporsi ibu berdasarkan tradisi/kebiasaan

dalam pemberian ASI eksklusif terbanyak ibu yang memiliki tradisi/kebiasaan

kurang dalam pemberian ASI eksklusif sebesar 85 orang (66,9%). Dan ibu dengan

kategori tradisi/kebiasaan baik sebanyak 42 orang (33,1%).

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktror Tradisi/Kebiasaan Ibu Memberikan


Makanan Tambahan pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019

Tradisi/Kebiasaan n %
Tidak ada 69 54,3
Ada 58 45,7
Biskuit 1 0,8
Bubur nasi 31 24,4
Bubur roti 2 1,6
Pisang 8 6,3
Pisang, biskuit 4 3,1
Pisang, bubur nasi 10 7,9
Pisang, SUN 2 1,6
Total 127 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang tidak ada

(eksklusif dan tidak ada kebiasaan) adalah sebanyak 69 orang (54,3%). Sedangkan

ibu yang memberi makanan tambahan selain ASI terbanyak yaitu kebiasaan

memberi bubur nasi sebanyak 31 orang (24,4%).


38

Pemberian ASI eksklusif. Data distribusi ibu yang memberi dan tidak

memberi ASI eksklusif pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja


Puskesmas Sering Tahun 2019

Pemberian ASI Eksklusif n %


Ya 46 36,2
Tidak 81 63,8
Total 127 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang diberi

ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019 sebanyak 46 orang

(36,2%). Sedangkan yang tidak memberikan sebanyak 81orang (63,8%).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dan dengan

cofididence interval 95% dipakai untuk mengetahui hubungan dari masing-masing

variabel independen berdasarkan faktor internal ibu( pengetahuan, pendidikan,

usia, pekerjaan dan paritas/jumlah anak) dan faktor eksternal ibu (pengetahuan,

peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan) dengan pemberian ASI eksklusif.

Faktor internal ibu. Berikut adalah hubungan antara faktor internal ibu

(usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan paritas/jumlah anak) dengan

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.


39

Tabel 7

Tabulasi Silang antara Faktor Internal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019

Faktor Internal Pemberian ASI Eksklusif


p
Ya Tidak Total
n % n % n %
Pendidikan
Tinggi 45 51,1 43 48,9 88 100 0,001
Rendah 1 2,6 38 97,4 39 100
Usia
<20 tahun 0 0,0 1 100 1 100 0,160
20-35 tahun 37 33,9 73 66,4 110 100
>35 tahun 9 56,3 7 43,8 16 100
Pekerjaan
Tidak bekerja 24 26,7 66 73,3 90 100 0,001
Bekerja 22 59,5 15 40,5 37 100
Paritas/jumlah
anak
< 3 anak 30 34,1 58 65,9 88 100 0,453
≥ 3 anak 16 41,0 23 59,0 39 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan

antara faktor internal ibu berdasarkan pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif

diperoleh bahwa sebanyak 45 orang (51,1%) ibu dengan pendidikan tinggi yang

memberi ASI eksklusif pada bayinya. Sedangkan sebanyak 1 orang (2,6%) ibu

dengan pendidikan rendah memberi ASI eksklusif pada bayinya di wilayah kerja

Puskesmas Sering Tahun 2019. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,000, sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019. Rasio

prevalens pada kelompok ibu dengan pendidikan tinggi dan rendah adalah 39,767

yang artinya sebesar 39,767 kali proporsi ibu yang memiliki pendidikan tinggi

memberi ASI eksklusif pada bayinya.


40

Berdasarkan usia dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa tidak

ada ibu dengan usia <20 tahun memberi ASI eksklusif pada bayinya, sedangkan

sebanyak 37 orang (33,9%) dengan usia 20-35 tahun memberi ASI eksklusif pada

bayinya, dan sebanyak 9 orang (56,3%) dengan usia >35 tahun memberi ASI

eksklusif pada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,125, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.

Berdasarkan pekerjaan menunjukkan hasil analisis hubungan antara

pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa sebanyak

sebanyak 24 orang (26,7%) ibu yang tidak bekerja memberi ASI eksklusif pada

bayinya. Sedangkan 22 orang (59,5%) ibu yang memiliki pekerjaan memberi ASI

eksklusif pada bayinya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayinya di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.

Berdasarkan paritas/jumlah anak menunjukkan hasil analisis hubungan

antara paritas/jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa ibu

yang memiliki anak < 3 anak sebanyak 30 orang (34,1%) ibu yang memberi ASI

eksklusif pada bayinya. Sedangkan ibu yang memiiki anak ≥ 3 anak sebanyak 16

orang (41,0%) ibu yang memberi ASI eksklusif pada bayinya. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,453, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara paritas/jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya di

wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.


41

Faktor eksternal ibu. Berikut adalah hubungan antara faktor eksternal ibu

(pengetahuan, peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan) pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering tahun 2019.

Tabel 8

Tabulasi Silang Faktor Eksternal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Tahun 2019

Faktor Eksternal Pemberian ASI Eksklusif


Ya Tidak Jumlah p
n % n % n %
Pengetahuan
Baik 25 92,6 2 7,4 27 100
Cukup 19 36,5 33 63,5 52 100 0,001
Kurang 2 4,2 46 95,8 48 100
Peran Penolong Persalinan
Baik 36 37,9 59 62,1 95 100 0,499
Kurang 10 31,3 22 68,8 32 100
Tradisi/Kebiasaan
Baik 30 71,4 12 28,6 42 100 0,001
Kurang 16 18,8 69 81,2 85 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan

antara faktor eksternal ibu berdasarkan pengetahun dengan pemberian ASI

eksklusif diperoleh sebanyak 25 orang (92,6%) ibu dengan pengetahuan baik

memberi ASI eksklusif pada bayinya, sedangkan sebanyak 19 orang (36,5%)

dengan pengetahuan cukup memberi ASI eksklusif pada bayinya, dan sebanyak 2

orang (4,2%) ibu dengan pengetahuan kurang memberi ASI ekslusif pada bayinya.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di

wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.

Berdasarkan peran penolong persalinan menganjurkan atau tidak

menganjurkan dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh sebanyak 36 orang


42

(37,9%) ibu yang memberikan ASI eksklusif. Sedangkan sebanyak 10 orang

(31,3%) ibu dengan tidak dianjurkan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,499, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara peran penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif

pada bayinya di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019.

Berdasarkan tradisi/kebiasaan menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan

antara tradisi/kebiasaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh ibu yang

terbanyak 30 orang (71,4%) memberi ASI eksklusif dengan tidak ada

tradisi/kebiasaan baik. Sedangkan sebanyak 16 orang (18,8%) memberi ASI

eksklusif dengan ada tradisi/kebiasaan kurang pada bayinya. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

tradisi/kebiasaan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya di wilayah kerja

Puskesmas Sering Tahun 2019.


Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis uji statistik yang dilakukan terhadap variabel

faktor internal ibu (pendidikan, usia, pekerjaan, paritas/jumlah anak dan faktor

eksternal ibu (pengetahuan, peran penolong persalinan dan tradisi/kebiasaan)

dengan pemberian ASI eksklusif yang diperoleh dari penggunaan uji chi square

dan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel faktor internal ibu

(pendidikan dan pekerjaan) dan faktor eksternal ibu (pengetahun dan

tradisi/kebiasaan) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI

eksklusif. Sedangkan faktor internal ibu (usia, dan paritas/jumlah anak) dan faktor

eksternal ibu (peran penolong persalinan) tidak mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sering

Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019.

Faktor Internal Ibu

Hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Analisis uji statistik chi-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut ada

hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai p=

0,001. Menurut YB Mantra dalam Wawan & Dewi (2010) pendidikan

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup

terutama dalam memotivasi dalam hal sikap dimana pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Menurut Notoatmodjo

(2010) pendidikan mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam

melakukan tindakan.

43
44

Menurut Notoatmodjo (2014) Pendidikan memengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Pendidikan di perlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal– hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan. Pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Tahun 2019

dikategorikan tinggi, hal ini dibuktikan dengan 69,3% ibu berpendidikan tinggi

diantaranya 39,4% berpendidikan SMA/SLTA/SMK dan 29,9% berpendidikan

Akademi/Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek

sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga

sebagai faktor ekonomi dan pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan

tingkah laku manusia. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung akan

memberikan ASI eksklusif dibandingkan yang berpendidikan rendah dan ibu yang

berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai ASI

eksklusif, dan mereka akan terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman

sehingga informasi yang didapat akan menjadi pengetahuan dan akan diterapkan

pada kehidupannya.

Hasil penelitian ini mendukung teori menurut Roesli (2000), yang

mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah

untuk menerima informasi, dalam hal ini adalah informasi tentang pentingnya ASI

eksklusif, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan, pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian


45

ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada

bayi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sihombing (2017)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif (p=0,003). Begitu juga dengan hasil penelitian Lumbantoruan (2018)

terdapat hubungan pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,003). Serta

sesuai dengan penelitian Zakaria (2014) bahwa terdapat hubungan pendidikan

dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,027). Namun berbanding terbalik dengan

hasil penelitian Lubis (2017) tidak terdapat hubungan pendidikan ibu dengan

pemberian ASI eksklusif (p= 0,521). Diagram berikut menunjukkan hubungan

kedua variabel :

120%

97.40%
100%

80%

60% 51.10% 48.90%


ASI eksklusif
Tidak eksklusif
40%

20%
2.60%
0%
Tnggi Rendah

Gambar 3. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019

Hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Analisis

uji statistik chi-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut tidak
46

menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu

dengan nilai p= 0,160.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usia ibu yang

banyak berada pada kelompok kategori usia 20-35 tahun 110 responden dengan

memberikan ASI eksklusif sebanyak 37 orang (33,9%). Sedangkan kelompok usia

≥35 tahun 9 orang (56,3%) dengan memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 7

orang (43,8%). Menurut Huclok (1998) dalam Wawan (2010), semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir, dan bekerja. Ibu yang berusia <20 tahun seharusnya masih duduk di

bangku sekolah dan mereka belum siap secara fisik dan mental serta pengetahuan

dan pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berusia 20-35 tahun

merupakan usia reproduksi bagi seorang ibu, dimana pada masa ini diharapkan ibu

telah mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara

emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat

bayinya khususnya dalam pemberian ASI eksklusif . Namun, dalam pemberian

ASI eksklusif masih rendah dikarenakan pengalaman ibu dan faktor

tradisi/kebiasaan di keluarga terlihat ketika wawancara banyak ibu memberikan

minuman/makanan tambahan pada bayi.

Usia >35 tahun termasuk usia berisiko pada usia reproduksi namun bila

dilihat dari aspek pengalaman dan perkembangan maka usia > 35 tahun memiliki

pengalaman ibu akan pemberian ASI eksklusif cukup banyak dan memiliki

perkembangan yang lebih baik secara psikologi atau mental. Namun, secara fisik

jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup sudah mulai menurun kesehatan

reproduksinya apalagi banyak atau lebih dari 3, dan kemampuan ibu untuk
47

menyusui yang usianya lebih tua produksi ASI semakin berkurang sehingga dapat

memengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zakiyah (2012) bahwa tidak

terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=1). Begitu juga

dengan hasil penelitian Siallangan, Y., dkk (2013) tidak terdapat hubungan usia

dengan pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Serta hasil penelitian Yulianti (2014)

tidak terdapat hubungan usia dengan pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Namun

berbanding terbalik dengan hasil penelitian Lubis (2017) terdapat hubungan usia

dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,002). Diagram di bawah ini menunjukkan

hubungan kedua variabel:

120%
100.00%
100%

80%
66.10%
60% 56.30% ASI eksklusif
43.80% Tidak eksklusif
40% 33.90%

20%
0.00%
0%
<20 tahun 20-35 tahun 35 tahun

Gambar 4. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung Tahun 2019

Hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Analisis uji

statistik uji-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut ada hubungan

yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai p=0,001.
48

Pekerjaan merupakan salah satu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk

memperoleh pengghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo

2010). Individu bekerja untuk sesuatu yang ingin dicapai, harapan orang dalam

aktivitas kerja yang dilakukan menuju kondisi lebih memuaskan dari sebelumnya.

Wanita yang bekerja mempunyai beban yang lebih berat dari seorang pria, karena

sebelum ibu melakukan pekerjaannya, ibu lebih dulu mengurus urusan yang

menyangkut rumah tangga seperti suami dan anaknya. Namun, tidak jarang

masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting dari

pada pemberian ASI eksklusif. Alasan lain yang paling sering dikemukakan bila

tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja, terutama pada saat usia subur,

ibu yang bekerja tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan karena

kurangnya waktu ibu dirumah bersama bayinya dan waktu ibu dihabiskan diluar

rumah untuk bekerja, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara

merawat bayi terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Sehingga lebih memilih

untuk mengganti atau menambahkan susu formula untuk memberi nutrisi pada

bayinya.

Sebagian besar responden adalah IRT 90 orang (70,9%). Ibu yang tidak

bekerja seharusnya lebih dapat meluangkan waktu untuk memberi ASI eksklusif,

namun pada saat wawancara ibu lebih banyak tidak memberikan ASI eksklusif

karena ibu kurang pengetahuannya dalam hal pentingnya pemberian ASI eksklusif

serta anjuran dari keluarga ibu sebelum usia 6 bulan untuk memberikan

minuman/makanan tambahan pada bayinya supaya bayi cepat gemuk.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sihombing (2017)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI


49

eksklusif p=0,005. Begitu juga dengan hasil penelitian Bahriyah, F., dkk (2017)

terdapat hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,018). Serta

seseuai dengan hasil penelitian Timporok, A, G.A., dkk (2018) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan pekerjan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,000).

Namun berbanding terbalik dengan hasil penelitian hasil penelitian Lubis (2017)

tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,252).

Diagram di bawah ini menunjukkan hubungan kedua variabel:

80%
73.30%
70%
59.50%
60%

50%
40.50%
40% ASI eksklusif

30% 26.70% Tidak eksklusif

20%

10%

0%
Tidak bekerja Bekerja

Gambar 5. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2019

Hubungan paritas/jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif.

Analisis uji statistik uji-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut tidak

menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu

dengan nilai p=0,453.

Berdasarkan alasan yang dikemukakan responden, ibu tidak memberikan

ASI kepada anaknya karena ASI responden belum produktif maksimal. Sebagian
50

ibu tidak memberikan anaknya karena anak yang pertama tidak diberi ASI,

responden lain juga mengatakan ASI mereka belum keluar sempurna, ada juga

yang mengatakan bahwa anak ke tiga baru diberi ASI, karena pada saat itu ASInya

keluar. Serta sebagian respoden juga mengatakan bahwa semakin tua umur

semakin sedikit produksi ASI.

Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas

ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelehan serta

asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam

pemberian ASI eksklusif. Paritas ibu memengaruhi pengalaman dan kesehatan ibu

dalam memberikan ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman yang baik

dalam menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar pada anak

selanjutnya. Namun jika pada anak pertama ibu tidak memberikan ASI Eksklusif

dan ternyata anaknya tetap sehat maka pada anak selanjutnya ibu merasa bahwa

anak tidak harus diberi ASI Eksklusif. Hal ini juga bisa disebabkan oleh faktor

psikologis ibu, faktor psikologis merupakan suatu masalah yang sulit diatasi dan

dikontrol karena faktor tersebut tergantung pada diri masing-masing ibu.

Pengalaman buruk pada kelahiran sebelumnya dan dekatnya jarak persalinan dapat

memicu kecemasan pada ibu. Pengalaman yang buruk pada ibu dapat

menyebabkan trauma pada ibu sehingga ibu merasa khawatir untuk kelahiran

berikutnya. Kecemasan pada ibu tersebut yang berkemungkinan menjadi penyebab

keterlambatan onset laktasi dan gagalnya pemberian ASI secara eksklusif kepada

bayinya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Untari (2017) tidak ada hubungan

paritas/jumlah anak terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,081). Begitu juga


51

dengan hasil penelitian Rahayu Sri dan Nelly Apriningrum (2014) tidak terdapat

hubungan paritas/jumlah anakdengan pemberian ASI eksklusif (p=0,478). Namun

berbanding terbalik dengan hasil penelitian Mabud, HI, N., dkk (2015) terdapat

hubungan paritas/jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,04). Diagram

di bawah ini menunjukkan hubungan kedua variabel:

70% 65.90%
59.00%
60%

50%
41.10%
40%
34.10%

30% ASI eksklusif

20% Tidak eksklusif

10%

0%
< 3 anak ≥ 3 anak

Gambar 6. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan paritas/jumlah anak ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019

Faktor Eksternal Ibu

Hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Analisis uji statistik chi-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut

menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu

dengan nilai p= 0,001.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok ibu

berpengetahuan kurang lebih banyak yang tidak memberi ASI eksklusif yaitu dari
52

48 responden hanya 2 responden (4,2%) diberi ASI eksklusif dan yang tidak

memberi ASI eksklusif 46 responden (95,8%). Dan kelompok ibu berpengetahuan

cukup dari 52 responden sebanyak 19 responden (36,5% ) dan 33 responden

(63,5%) tidak memberikan ASI eksklusif.

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sering menunjukkan bahwa

rendahnya pengetahuan responden dan hasil penelitian menunjukkan adanya

kecenderungan responden yang memiliki pengetahuan tinggi akan mempunyai

perilaku baik dalam pemberian ASI eksklusif, dimana membentuk penilaian positif

dengan melakukan tindakan untuk mengatasi masalah dalam pemberian ASI

eksklusif, karena ibu tahu bahwa ASI eksklusif memberikan banyak manfaat dan

menyusui merupakan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi

dalam pertumbuhan dan perkembangan. dan responden yang memiliki

pengetahuan kurang akan mempunyai perilaku cukup dalam pemberian ASI

eksklusif. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

tingkat pendidikan.

Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Tindakan seseorang

terhadap suatu masalah kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh

pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Semakin baik pengetahuan

seseorang terhadap suatu masalah, maka diharapkan tindakannya terhadap

penanggulangan masalah tersebut juga akan semakin baik dan pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
53

Berdasarkan jawaban responden pada saat wawancara dilakukan, sebagian

ibu tidak tahu apa definisi pemberian ASI eksklusif, manfaat kolostrum, dan

manfaat asi bagi bagi bayi dan ibu. Responden lebih banyak memahami pemberian

asi perah diberikan melalui dot, seharusnya dot tidak dianjurkan karena dapat

membuat bayi bingung dengan puting. Dan sebagian responden mengartikan

pemberian ASI eksklusif yaitu jika tidak memberi makanan seperti bubur. Mereka

beranggapan bahwa memberi madu, air putih dan pisang masih dikatakan ASI

eksklusif (Lampiran persentase kuesioner pengetahuan) . Hal ini menjadi salah

kaprah di masyarakat akibat belum mendapat informasi untuk dirinya terutama

dalam masalah kesehatan anak sehingga dapat memengaruhi yang baik bagi

kesehatan anaknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ilham (2015) di

menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif (p= 0,001). Begitu juga dengan hasil Lubis (2017) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,001). Serta

sesuai dengan hasil penelitian Jalal (2017) terdapat hubungan pengetahuan ibu

dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,001). Namun berbanding terbalik dengan

hasil penelitian Pitaloka, D, A., dkk (2018) tidak terdapat hubungan pengetahuan

dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,233). Diagram berikut menunjukkan

hubungan kedua variabel:


54

120%

100% 92.60% 95.80%

80%
63.50%
60% ASI eksklusif
Tidak eksklusif
40% 36.50%

20%
7.40% 4.20%
0%
Baik Cukup Kurang

Gambar 7. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019

Hubungan peran penolong persalinan dengan pemberian ASI

eksklusif. Analisis uji statatistik uji-square tidak menunjukkan hubungan yang

signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai p=0,499.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden saat melahirkan sudah dianjurkan memberikan ASI eksklusif dari 95

responden sebanyak 36 orang (37,9%) yang memberi ASI eksklusif. Sedangkan

penolong persalinan tidak menganjurkan pemberian ASI dari 32 responden

sebanyak 10 responden (31,3%) memberikan ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan

bahwa meskipun penolong persalinan sudah menganjurkan ibu untuk memberikan

ASI eksklusif tidak memengaruhi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Tindakan

seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, pengetahuan, pendidikan dan

pengaruh tradisi/kebiasaan memengaruhi tindakan ibu. Walaupun penolong


55

persalinan merupakan kunci utama keberhasilan pemberian inisasi menyusui dini

dan pencegahan terhadap pemberian prelakteal ataupun sebaliknya.

Berdasarkan hasil penelitian ibu tidak memberikan ASI eksklusif

dikarenakan pengetahuan yang kurang tentang pentingnya ASI untuk mencegah

dan melindungi bayi dari penyakit. Tradisi/kebiasaan yang ada di masyarakat

masih ada sehingga mengakibatkan kegagalan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Destyana, R, M., dkk (2018)

menujukkan bahwa tidak ada hubungan peran penolong persalinan dengan

pemberian ASI eksklusif (p=1,000). Begitu juga dengan hasil penelitian

Siallangan, Y., dkk (2013) tidak ada hubungan peran penolong persalinan dengan

pemberian ASI eksklusif (p=0,124). Namun bertolak belakang dengan hasil

penelitian Sholikah, B, M., (2018) ada hubungan peran penolong persalinan

dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,045). Diagram berikut menunjukkan

hubungan kedua variabel:

80%
68.80%
70% 62.10%
60%
50%
37.90% ASI eksklusif
40%
31.30%
30% Tidak eksklusif
20%
10%
0%
Baik Kurang

Gambar 8. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan peran penolong persalinan ibu di wilayah kerja Puskesmas
Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
56

Hubungan tradisi/kebiasaan dengan pemberian ASI eksklusif. Analisis

uji statistik uji-square yang dilakukan oleh kedua variabel tersebut ada hubungan

yang signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu dengan nilai (P=0,000).

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 85 responden

sebanyak 69 orang (81,20%) memiliki tridisi/kebiasaan dengan kategori kurang

tidak memberi ASI eksklusif. Sedangkan dari 42 responden dengan kategori baik

sebanyak 12 orang (28,6%) tidak memberikan ASI eksklusif.

Tradisi dan kepercayaan berkembang sebagai sesuatu yang akan

menggiring perilaku masyarakat untuk melakukan hal sesuai dengan tradisi dan

kepercayaan yang ada di lingkungan mereka. Menurut Hatta (2011), mitos-mitos

ataupun kepercayaan adalah hal yang menghambat tindakan menyusui yang

normal, beberapa mitos yang sering ada yaitu kolostrum yang terdapat dalam ASI

tidak bagus dan berbahaya untuk bayi, teh khusus atau cairan dibutuhkan bayi

sebelum menyusu, dan bayi akan mengalami kekurangan nutrisi untuk

pertumbuhannya apabila hanya diberikan ASI saja. Dari beberapa kepercayaan

tersebut tentu seorang ibu akan memberikan beberapa makanan tambahan lain

selain ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya.

Pemberian ASI eksklusif tidak hanya dipengaruhi dari kerakteristik faktor

internal ibu (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan) namun dipengaruhi juga oleh

faktor eksternal (tradisi/kebiasaan). Berdasarkan jawaban responden pada saat

wawancara dilakukan, ibu tidak memberi ASI eksklusif dikarenakan ada

kepercayaan di masyarakat maupun dikeluarga bahwa ketika bayi menangis

sebelum usia 6 bulan mereka mempercayai bayi lapar sehingga mereka

memberikan bubur nasi yang dihaluskan, bubur SUN, maupun sejenis roti.
57

Memberi pisang pada bayi dipercaya untuk melatih lambung bayi supaya

lambung bayi kuat dan membuat bayi menjadi gemuk.

Memberikan madu juga dipercayai ibu untuk membersihkan perut bayi. Ibu

memiliki tradisi/kebiasaan dengan minum jamu pada ibu yang sedang menyusui

dipercaya memperbanyak produksi ASI. Hal ini menjadi salah kaprah di

masyarakat maupun di keluarga akibat belum mendapat informasi untuk dirinya

terutama dalam masalah kesehatan anak sehingga dapat memengaruhi yang baik

bagi kesehatan anaknya karena sistem pencernaan yang dimiliki bayi baru lahir

masih belum kuat. Sehingga bayi dikhawatirkan belum mampu untuk mencerna

makanan lain selain ASI. Kandungan ASI juga sudah mencukupi seluruh

kebutuhan nutrisi yang diperlukan bayi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Siallagan, Y., dkk (2013) ada hubungan

tradisi/kebiasaan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,002). Begitu juga hasil

penelitian Setyaningsih Fifian Triana dan Enitandan Farapti (2018) ada hubungan

tradisi/kebiasaan dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,019). Diagram berikut

menunjukkan hubungan kedua variabel:

100%
81.20%
80% 71.40%

60%
ASI eksklusif
40% 28.60% Tidak eksklusif
18.80%
20%

0%
Baik Kurang

Gambar 9. Diagram bar prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi (7-12
bulan) berdasarkan tradisi/kebiasaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2019
58

Keterbatasan Penelitian

Adanya keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti untuk memenuhi

besar sampel minimal, ada 2 lingkungan (Bayangkara dan Hilir) yang jumlah

bayinya sedikit dan daerah tersebut lumayan jauh dari puskesmas sehingga tidak

mewawancarai ibu di lingkungan tersebut.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian dapat ditarik

kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian dari 127 responden, proporsi ibu yang

memberikan ASI eksklusif sebesar 36,2% (46 orang) dan yang tidak

memberikan ASI eksklusif sebesar 63,8% (81 orang).

2. Berdasarkan pengetahuan ibu terbanyak adalah ibu dengan pengetahuan

cukup sebesar 40,9% (52 orang), pendidikan terbanyak adalah ibu dengan

pendidikan SMA/SLTA/SMK sebesar 39,4% (50 orang), distribusi

proporsi usia ibu terbanyak adalah ibu dengan usia 20-35 tahun sebesar

86,6% (110 orang), pekerjaan terbanyak adalah ibu yang tidak bekerja

yaitu IRT sebesar 70,9% (90 orang), dan proporsi ibu yang memiliki

paritas/jumlah anak terbanyak 2 anak 42,5% (54 orang).

3. Distribusi proporsi ibu menurut jawaban yang terdapat dikuesioner yaitu

peran penolong persalinan terbanyak adalah penolong persalinan

menganjurkan pemberian ASI eksklusif sebasar 74,8% (95 orang), ibu

yang memiliki tradisi/kebiasaan dalam pemberian ASI eksklusif sebesar

66,9% (85 orang). Dan ibu yang terbanyak memberikan jenis makanan

tambahan yaitu bubur nasi sebesar 24,4% (31 orang) serta pisang, bubur

nasi sebesar 7,9% (10 orang).

59
60

4. Terdapat hubungan variabel faktor internal ibu (pendidikan, dan pekerjaan)

dengan pemberian ASI eksklusif yaitu dengan masing-masing p value

sebesar 0,001.

5. Terdapat hubungan variabel faktor eksternal ibu (pengetahun dan

tradisi/kebiasaan) dengan pemberian ASI eksklusif yaitu dengan p value

sebesar 0,001.

Saran

Beberapa saran peneliti sebagai berikut:

1. Meningkatkan kerjasama Puskesmas dan Klinik bersalin dalam

pengawasan untuk meningkatkan program ASI eksklusif karena bayi yang

tidak diberi ASI eksklusif sistem kekebalan tubuh bayi lebih rendah dari

pada diberi ASI eksklusif.

2. Meningkatkan penyuluhan dan konseling kepada ibu-ibu terutama kepada

ibu hamil dan menyusui melalui petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif

(manfaat kolostrum, manfaat ASI bagi bayi, dan manfaat ASI bagi ibu)

serta dampak pemberian makanan/minuman tambahan pada bayi.

3. Diperlukan penyuluhan yang melibatkan beberapa pihak dan lintas sektor

seperti Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Perangkat Desa di kecamatan

Medan Tembung, penyuluhan untuk mengubah persepsi masyarakat

tentang kepercayaan dan tradisi yang ada terkait pemberian ASI eksklusif.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemberian ASI eksklusif

dengan variabel yang belum diteliti pada penelitian ini.


Daftar Pustaka

Afriyani, R., Santri, I., & Sa’adah, N. (2016). Pengaruh pemberian ASI eksklusif
di BPM Maimuh Palembang. Jurnal Kesehatan, 9 ( 2).

Arikunto. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Astutik, R.Y. (2017). Payudara dan laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Badan Penelitian dan Pengembagan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013).


Riskesdas Tahun 2013. Diakses dari www.depkes.go.id/resources/Download/
general/hasil%20Riskesdas%2013.pdf.

Bahriyah, F., Monifa, P., & Abdul, K. (2017). Hubungan pekerjaan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Journal Endurance, 2(2), 113-180.

BKKBN. (2006). Buku pedoman bagi petugas lapangan program KB Nasional


materi konseling. Jakarta : BKKBN.

Destyana, R, M., Dudung, A., & Rachmanida, N. (2018). Hubungan peran


keluarga dan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI di Desa Tanah Merah
Kabupaten Tanggerang. Indonesian Journal of Human Nutrion, 5(1), 41-50.
doi: 10.21776.

Ghazali, M, V., Surharyono, S., Sri, R. S., Titi, S., & Hariarti, S. P. (1995). Studi
cross sectional. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung
Seto.

Green, L., & Marshall, W. K. (1980). Health education planning : a diagnostic


approach. USA: Mayfield Publishing Company.

Hatta, G. R. (2011). Pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana


kesehatan. Jakarta: UI-Press.

Ilham, M. F. (2015). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif


dengan tindakan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kartasura (Skripsi,
Universitas Muhammadiyah, Surakarta). Diakses dari http://eprints.ums.
ac.id

Jalal, N. B. (2017). Hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif untuk perkembangan bayi. (Skripsi, Universitas Hasanuddin).
Diakses dari http://unhas.ac.id/83870878.pdf.

KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses dari


https://kbbi.web.id/tradisi.

61
62

Kementerian Kesehatan RI (2014). Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Diakses dari
http://www.Depkes.go.id/article/view/14010200010/situasidananalisis_asi_e
ksklusif.html.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.


Diakses dari http://www.depkes.go.id.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Dukung Ibu Bekerja Beri ASI Eksklusif.
Diakses dari http://www.depkes.go.id/article/view/15091400003/dukung-ibu-
bekerja-beri -ASI-eksklusif.html.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.


Diakses dari http//www.depkes.go.id/download/pusdatin/infodatinASI/
profil-kesehatan-Indonesi-2014.pdf.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun


2016. Diakses dari www.depkes.go.id/resources/download/profil-
_KES_PROFIL_KES_PROVINSI_2016/02-sumut 2016.pdf.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2016.
Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL
_KAB_KOTA_2016/1275_Sumut.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Survei Demografi dan Kesehatan 2017.


Diakses dari http://sdki.bkkbn.go.id/files/buku/2017IDHS.pdf

Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak. (2018). Profil Anak Indonesia


2017. Diakses dari http:// www.kemenpppa.go.id/lib/74138-buku-pai-2018

King, F. S. (2005). Menolong ibu menyusui. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Lameshow, S., Hosmer J. D. W., Klar, J., & Lwanga, S. K. (1990). Adequency of
sample size in health studies. New York, USA: World Health Organization.

LINKAGES. (2002, 5 Maret). Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-
Satunya Sumber Cairan yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Diakses 29
November 2019, dari www.linkagesproject.org.

Lubis, L. (2017). Hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu dengan


pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Binjai Serbangan
Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan. (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id.
63

Lumbantoruan, M. (2018). Hubungan karakteristik ibu menyusui dengan


pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa Bangun Rejo Dusun 1
Kecamatan Tanjung Morawa. Jurnal Maternal dan Neonatal, 3(1), 13-22.

Mabud, N. H. I., Jenny, M., & Telly, M. (2014). Hubungan pengetahuan,


pendidikan, paritas dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2), 51-56.

Maryunani, A. (2018). Inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif dan manajemen


laktasi. Jakarta: Trans Media Info.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam, & Pariani, S. (2010). Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan.


Jakarta: CV. Agung Seto.

Okawary, O. (2015). Hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI


eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Seyegan Sleman Yogyakarta (Skripsi,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah). Diakses dari http:
unisayogya.ac.id

Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Prasetyono. (2012). Buku pintar ASI eksklusif. Yogyakarta: Diva Press.

Pangestika, E. (2016). Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan praktik


pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di RSU Wates Kulon
Progo (Skripsi, Jendral Achmad Yani Yogyakarta). Diakses dari
http://repository.unjaya.ac.id/24982/3211069

Pitaloka, D. A., Rumaidhil, A., & Ayu, D. P. (2018). Hubungan antara


pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Kedungrejo
Kecamatan Waru Sidorajo. Research Study, 249-267. doi:
10.2473/amnt.v2i3.2018.265-270.

Rahayu, S., & Nelly, A. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemberian ASI eksklusif pada karyawati UNSIKA. Jurnal Ilmiah Solusi,
1(1), 55-63.

Roesli, U. (2000). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Tubulus Agriwidya.


64

Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusui dini plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.

Roesli, U. (2012). Inisiasi menyusui dini plus ASI ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Sears, W., & Martha. (2007). The baby book, everything you need to know about
your baby from birth to age two. New York, USA: Little Brown and
Company.

Setyningsih, T. E. F., & Farapti, F. (2018). Hubungan kepercayaan dan tradisi


keluarga pada ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan
Sidotopo, Semampir, Jawa Timur. Jurnal Biometrika dan Pendudukan, 7(2),
160-167.

Siallagan, Y., Erna, M., & Yusniwarti, Y. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi (0-6 bulan) di Kelurahan Bantan
Kecamatan Medan Tembung. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, 2(3), 1-9.

Siangian, D. S., & Sara, H. (2018). Analisis hubungan pemberian ASI eksklusif
dan pendidikan ibu terhadap perkembangan bayi di Ibu Kota Pekan Baru.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 26-30.

Sihombing, S. (2018). Hubungan pekerjaan dan pendidikan ibu dengan pemberian


ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Hinai Kiri. Jurnal Bidan, 5(1), 40-
45.

Sumarah, W. Y., & Wiyati, N. (2009). Perawatan ibu bersalin. Yogyakarta:


Fitramaya.

Timporok, A. G. A., Pemsi, M. W., & Sefi, R. (2018). Hubungan status pekerjaan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Kawangkoan. E-Journal Keperawatan, 6(1), 1-6.

UNICEF. (2011, 2 Maret). Breasfeeding Nutrion. Diakses 10 Juli 2019, dari


http://www.unicef.org/nutrion/index24824.htm

UNICEF. (2013, 21 Juli). ASI adalah Penyelamat Hidup Paling Murah dan Efektif
di Dunia. Diakses 10 Juli 2019, dari http://www.UNICEF.org/
Indonesia/id/media2170.htm

UNICEF. (2018). Levels and Trends in Child Mortality Report. Diakses dari
http://www.unicef.org/publications/indek103264.html

Untari, J. (2017). Hubungan antara karakterstik ibu dengan pemberian ASI


eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman. Jurnal
Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 2(1), 17-23.
65

Varney. (2006). Ilmu kebidanan. Jakarta: EGC.

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiji, R. N. (2018). ASI dan panduan ibu menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization (2009). Infant and Young Child Feeding. Diakses dari
https://www. Who.int/maternal_child_adolescent.

Wulandari & Handayani. (2011). Asuhan kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Yulianti, F., Agus, F., & Nawangsari. (2014). Hubungan antara karakteristik,
tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap pembelian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan Pontianak
Utara (Skripsi, Tanjungpura). Diakses dari http://www.untan.ac.id.

Zakaria, R. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam


pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tilongkabila
Kabupaten Bone Bolango. JIKMU, 5(2), 281-293.

Zakiyah. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif


di Keluruahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat (Skripsi,
Universitas Indonesia). Diakses dari http://lib.uc.ac.id.
66

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING TAHUN 2019.
Identitas Responden

Nomor Responden :
1. Nama Responden :
2. Alamat Responden :
3. Umur Responden :…….. tahun
4. Pendidikan formal terakhir :
a. SD
b. SMP/SLTP
c. SMA/SLTA/SMK
d. Akademi/Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan Responden :
a. Ibu rumah tangga
b. Wiraswasta
c. Buruh
d. Pegawai swasta
e. PNS/TNI/POLRI
6. Jumlah anak yang dilahirkan :
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. ≥5
7. Usia bayi............ bulan

Kuesioner Pengetahuan

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Ibu paling sesuai dengan

kondisi yang dialami dan memberi tanda silang (X) pada kotak yang tersedia.

1. Apakah yang dimaksud dengan ASI (Air Susu Ibu) ?

a. Suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi

b. Suatu jenis makanan yang dicampurkan dengan buah yang sudah

dihaluskan

c. Suatu jenis makanan yang dicampur dengan madu

d. Cairan yang mengandung zat gizi yang diperlukan ibu


67

2. . Kolostrum adalah.....

a. Air susu ibu yang keluar setelah 2 hari persalinan

b. Air susu ibu yang pertama kali keluar berwarna kekuningan

c. Air susu ibu yang basi

d. air susu ibu yang kotor dan tidak baik buat kesehatan

3. Salah satu kegunaan kolostrum adalah....

a. Sumber nutrisi bagi bayi

b. Meningkatkan daya tahan tubuh

c. Meningkatkan kecerdasan

d. Membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir

4. Kapan sebaiknya ASI mulai diberikan pada bayi?

a. 2 hari setelah persalinan

b. Segera satu jam setelah bayi baru lahir sampai bayi berusia

2 tahun

c. Segera satu jam setelah bayi baru lahir sampai bayi berusia 6 bulan

d. Segera satu jam setelah bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan dengan

tambahan makanan/minuman

5. Apakah yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?

a. Bayi yang diberi ASI dengan tambahan cairan lain seperti jeruk, madu,

air putih dan gula sampai usia bayi 6 bulan

b. Bayi yang diberi ASI dengan tambahan makanan padat seperti pisang,

bubur nasi dan bubur SUN sampai usia bayi 6 bulan

c.Bayi yang diberi ASI dengan tambahan cairan dan makanan padat

Sampai usia anak 2 tahun.


68

d. Bayi yang diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, bubur nasi, dan SUN sampai usia bayi 6 bulan

6. Apakah manfaat ASI bagi bayi?

a. Mencegah bayi dari risiko kanker

b. Meningkatkan daya tahan tubuh

c. Membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi

d. Semua diatas benar

7. Manfaat ASI bagi ibu?

a. Membantu ibu untuk membentuk ikatan batin

b. Menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula

c. Mengurangi pendarahan setelah persalinan, diet alami bagi ibu, dan

mengurangi risiko kanker payudara

d. Agar payudara tidak bengkak

8. pemberian ASI dapat mencegah penyakit.....

a. Diare dan infeksi saluran pernapasan (batuk)

b. Kanker

c. Kecacingan

d. Demam

9. Apa saja zat- zat yang terkandung dalam ASI?

a. Karbohidrat, protein, lemak, zat antibodi (penyangkal penyakit),

vitamin dan mineral

b. Protein dan lemak saja

c. Zat kecerdasaan
69

d. Semua diatas benar

10. Faktor yang memungkinkan kegagalan pemberian ASI.....

a. Kemauan ibu menyusui

b. Isapan bayi dan kesehatan ibu

c. ASI yang sedikit

d. Keinginan bayi untuk menyusui

11. Salah satu faktor yang mempengaruhi produk ASI....

a. Makanan, dan kondisi psikologis ibu (stress)

b. Isapan bayi dan kesehatan ibu

c. Kemauan ibu menyusui

d. Keinginan bayi untuk menyusui

12. Frekuensi menyusui bayi diberikan....

a. Berdasarkan permintaan bayi (setidaknya 8x sehari)

b. Sesering mungkin

c. Pagi, siang dan pada malam hari

d. Pada saat bayi menagis

13. ASI yang sudah diperah dapat diberikan melalui....

a. Dodot

b. Sendok

c. Tempat minum

d. Dodot dan sendok

14. ASI yang diperah sebaiknya disimpan...

a. Di freezer selama 2 minggu sampai 4 bulan

b. Di termos pada suhu dan kemasan yang benar


70

c. Dalam dodot dan di simpan dalam lemari es

d. Semua benar

15. Manakah pernyataan yang benar dibawah ini?

a. Lebih sering menyusui, maka lebih banyak ASI yang diproduksi

b. ASI dapat membuat payadura ibu turun

c. ASI dapat menjadi alat kontrasepsi alami walaupun pemberian ASI

tidak teratur

d.ASI lebih baik dari susu formula

Kuesioner Peran Penolong Persalinan

Petunjuk : Jawablah pertanyaaan berikut ini dengan memberikan tanda (X)

pada jawaban yang meenurut Ibu benar

Penolong ibu saat melahirkan :

Medis ( dokter dan bidan)

1. Apakah penolong persalinan menganjurkan ibu memberikan ASI segera

setelah persalinan untuk merangsang produksi ASI ?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah penolong persalinan menganjurkan kepada ibu memberikan ASI

eksklusif kepada bayi ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah penolong persalinan menganjurkan ibu untuk tidak memberikan

makanan/minuman lain selain ASI kepada bayi?

a. Ya
71

b. Tidak

Kuesioner Tradisi/Kebiasaan

1. Apakah di dalam keluarga ada tradisi/kebiasaan memberikan makanan

tambahan pada bayi?

a. ada

b. Tidak ada

2. Jika ada, kebiasaan yang bagaimana ?

..........................

3Apakah ada tradisi/kebiasaan minum jamu pada ibu yang sedang

menyusui?

a. ada

b. Tidak ada

4. Apakah dalam keluarga ada tradisi untuk memperbanyak ASI?

a. ada

b. Tidak ada

Kunci Jawaban Kuesioner Pengetahuan :

1. A
2. B
3. D
4. B
5. D
6. B
7. C
8. A
9. A
10 C
11.A
12.B
13.B
14.A
15.D
Lampiran 2. Master Data

P
No Pend P Jlh UB P P P P P
UI P1 P2 P3 P4 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 1
Re I K anak (bln) 5 6 7 T P
5
1 34 3 1 1 9 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 8 1
2 29 3 1 2 11 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 1
3 32 3 1 3 12 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 8 1
1
4 23 4 1 1 12 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
1
5 31 3 1 4 12 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 7 1
1
6 26 4 4 1 9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
2
1
7 32 4 4 2 12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1
0
1
8 36 3 1 2 11 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1
1
9 31 3 1 2 8 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 9 1
10 35 3 1 3 12 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1
11 30 3 1 3 7 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8 1
12 29 4 1 1 11 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 1
13 41 2 1 4 11 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 6 1
14 33 3 1 3 12 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 6 1
15 31 4 1 1 11 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 8 1
1
16 31 4 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
0
17 26 4 4 1 7 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 1
1
18 35 4 1 3 8.5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
0
19 28 4 4 1 10 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 9 1
1
20 36 4 1 3 10 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1
0
21 39 3 1 >5 12 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 8 1
22 23 3 1 2 12 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 8 1
1
23 26 4 1 2 11 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
0
24 29 3 1 2 7 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 8 1
25 28 2 1 3 10 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 1
26 28 2 1 2 7 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 1
1
27 27 4 1 1 7 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1
0
28 23 3 2 2 10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 9 1
29 35 3 1 2 12 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 8 1
30 43 2 2 >5 9 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3 1
31 27 2 1 3 11 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 1
32 38 4 1 4 11 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 9 1
33 37 2 1 3 8 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 6 1
1
34 26 3 1 1 9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1
2
35 26 4 1 1 7 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 1
36 41 2 1 2 11 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 5 1
1
37 31 4 1 3 10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
1
38 35 2 1 2 12 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 6 1
39 40 3 1 >5 8 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 9 1
1
40 32 3 1 2 12 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
0
41 22 1 1 2 9 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 7 1
10 1
42 29 4 4 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
0
12 1
43 32 4 1 3 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1
44 30 3 1 1 11 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 8 1
45 29 2 2 2 9 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 1
46 29 3 2 2 12 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 9 1
1
47 32 4 4 2 11 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1
48 22 2 1 1 12 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 1
49 27 3 1 2 10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 8 1
50 35 1 1 3 12 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 1
51 23 3 1 1 9 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 8 1
52 22 1 1 1 11 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1
1
53 35 4 1 2 10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
1
54 22 3 1 1 9 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 9 1
55 28 2 1 2 12 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5 1
56 24 1 1 1 12 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 1
57 25 1 1 1 11 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 1
1
58 30 4 5 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
3
1
59 28 3 1 2 10 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1
1
1
60 25 4 4 1 9 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3
1
61 33 4 4 2 9 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
0
62 31 3 1 3 8 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 8 1
63 30 3 1 3 8 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 9 1
64 22 2 1 2 10 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 7 1
1
65 24 4 4 2 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3
66 26 1 1 3 9 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 5 1
1
67 25 4 5 2 9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
2
1
68 28 3 1 2 11 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0
1
69 26 4 4 2 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1
1
70 22 2 1 1 9 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6 1
71 19 2 2 1 10 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5 1
1
72 26 4 1 1 12 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1
73 25 1 1 3 9 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1
1
74 45 3 1 >5 8 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
0
1
75 33 3 1 2 7 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
0
76 29 3 1 2 11 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 9 1
77 33 2 1 2 12 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6 1
78 25 3 1 2 7 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 1
79 24 2 1 3 8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 1
1
80 27 4 5 3 10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
1
81 22 2 1 2 11 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 5 1
1
82 40 4 4 3 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
3
83 36 3 2 4 9 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 8 1
84 27 1 1 2 12 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7 1
1
85 35 3 1 3 10 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
0
86 22 3 1 2 7 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 9 1
87 30 3 1 2 12 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 8 1
1
88 26 4 4 2 7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3
1
89 28 4 1 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
4
90 31 2 1 3 8 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 1
1
91 46 4 5 >5 12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
3
92 31 1 1 3 10 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7 1
93 28 3 2 2 11 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 7 1
1
94 34 4 4 2 8 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
1
95 24 1 1 2 8 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 7 1
96 27 2 2 2 9 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 1
1
97 38 3 4 3 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1
0
98 29 2 1 3 10 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 1
99 27 3 2 2 9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 1
100 28 3 1 1 8 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 1
101 24 4 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
102 25 3 2 1 10 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 9 1
1
103 28 3 1 2 12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
2
104 26 2 1 1 11 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1
105 27 3 2 2 7 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 8 1
106 20 2 1 1 11 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 7 1
1
107 25 4 4 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
3
1
108 35 4 4 3 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
3
1
109 26 4 4 2 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1
0
110 29 3 1 2 12 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 1
111 28 2 1 2 11 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 5 1
112 23 1 1 2 9 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7 1
113 29 3 1 1 10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 7 1
114 27 3 1 2 11 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 1
115 26 2 1 1 12 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 1
116 30 3 1 3 7 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 9 1
117 40 2 1 4 8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 1
118 25 2 1 2 12 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 1
119 32 1 1 2 8 bln 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 1
12
120 31 3 1 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 8 1
bln
11 1
121 30 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
bln 4
8.5
122 26 3 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7 1
bln
11.5
123 30 3 1 3 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 9 1
bln
124 27 3 4 1 9 bln 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 9 1
12
125 31 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 1
bln
12 1
126 33 4 5 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
bln 3
12 1
127 40 3 2 4 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
bln 1
Keterangan :
No Re :
P1-P15 : Jawaban responden KPT : Kategori Kker : Kategori
Nomor
pengetahuan 1-15 pengetahuan ibu pekerjaan ibu
Responden
UI : 0 : Salah 1. Baik 1. Bekerja
Usia ibu 1 : Benar 2. Cukup 2. Tidak Bekerja
Pend I : 3. Kurang
Pendidikan PT : Skor total
ibu pengetahuan
1. SD PP : Penolong KPPP : Kategori peran penolong
2. Persalinan persalinan
SMP/SLTP 1. Medis (dokter, 1. Baik
3. bidan) 2. Kurang
SMA/SLTA/
SMK
4. PPP1-PPP3: Jawaban responden peran
Akademi/Pe penolong persalinan 1-3
rguruan
Tinggi
PK :
Pekerjaan KT/K : Kategori tradisi/kebiasaan
1. Ya
Ibu
2. Tidak
1. Ibu rumah 1. Baik
tangga 2. Kurang
2. SPPP : Skor Peran Penolong
Wiraswasta Persalinan
3. Buruh T/K1-T/K4 : Jawaban
KUI : Kategori usia ibu
4. Pegawai responden tradisi/kebiasaan 1-4
Swasta 1. Ada 1. >20 tahun
5. 2. 20-35
PNS/TNI/P 2. Tidak ada tahun
OLRI 3. 35 tahun
Jlh anak : Jumlah
P. ASI. E : Pemberian
anak yang
ASI Eksklusif
dilahirkan
UB
: Usia 0. Eksklusif Kpend : Kategori pendidikan
Bayi
1. Tidak
1. Tinggi
eksklusif
2. Rendah
81

Lampiran 3. Output Hasil Analisis Data

Frequencies
Statistics
Kategori Pengetahuan
N Valid 127
Missing 0

Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 27 21,3 21,3 21,3
Cukup 52 40,9 40,9 62,2
Kurang 48 37,8 37,8 100,0
Total 127 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Pendidikan responden
N Valid 127
Missing 0

Pendidikan responden
Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 12 9,4 9,4 9,4
SMP/SLTP 27 21,3 21,3 30,7
SM/SLTA/SMK 50 39,4 39,4 70,1
Akademi/Perguruan 38 29,9 29,9 100,0
Tinggi
Total 127 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Kategori usia
N Valid 127
Missing 0

Kategori usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 tahun 1 0,8 0,8 0,8
20-35 tahun 109 86,6 86,6 87,4
>35 tahun 16 12,6 12,6 100,0
Total 127 100,0 100,0
82

Frequencies
Statistics
Pekerjaan responden
N Valid 127
Missing 0

Pekerjaan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ibu rumah tangga 90 70,9 70,9 70,9
Wiraswasta 13 10,2 10,2 81,1
Pegawai Swasta 19 15,0 15,0 96,1
PNS/TNI/POLRI 5 3,9 3,9 100,0
Total 127 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Jumlah anak yang dilahirkan
N Valid 127
Missing 0

Jumlah anak yang dilahirkan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 33 26,0 26,0 26,0
2 54 42,5 42,5 68,5
3 29 22,8 22,8 91,3
4 6 4,7 4,7 96,1
5 2 1,6 1,6 97,6
6 2 1,6 1,6 99,2
7 1 ,8 ,8 100,0
Total 127 100,0 100,0
Frequencies

Statistics
peran medis
N Valid 127
Missing 0

peran medis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 95 74,8 74,8 74,8
kurang 32 25,2 25,2 100,0
Total 127 100,0 100,0
83

Frequencies
Statistics
kategori tradisi
N Valid 127
Missing 0

kategori tradisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 42 33,1 33,1 33,1
Kurang 85 66,9 66,9 100,0
Total 127 100,0 100,0

Tradisi/kebiasaan jenis makanan tambahan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 69 54,3 54,3 54,3
Biskuit 1 ,8 ,8 55,1
Bubur Nasi 31 24,4 24,4 79,5
Bubur, Roti 2 1,6 1,6 81,1
Pisang 8 6,3 6,3 87,4
Pisang, Biskuit 4 3,1 3,1 90,6
Pisang, Bubur Nasi 10 7,9 7,9 98,4
Pisang, SUN 2 1,6 1,6 100,0
Total 127 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Kategori eksklsuif
N Valid 127
Missing 0

Kategori eksklusif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 46 36,2 36,2 36,2
Tidak 81 63,8 63,8 100,0
Total 127 100,0 100,0
84

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Pengetahuan * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif

Kategori Pengetahuan * Kategori eksklusif Crosstabulation


Kategori
eksklsuif
Ya Tidak Total
Kategori Baik Count 25 2 27
Pengetahuan % within Kategori 92,6% 7,4% 100,0%
Pengetahuan
% of Total 19,7% 1,6% 21,3%
Cukup Count 19 33 52
% within Kategori 36,5% 63,5% 100,0%
Pengetahuan
% of Total 15,0% 26,0% 40,9%
Kurang Count 2 46 48
% within Kategori 4,2% 95,8% 100,0%
Pengetahuan
% of Total 1,6% 36,2% 37,8%
Total Count 46 81 127
% within Kategori 36,2% 63,8% 100,0%
Pengetahuan
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 58,492a 2 ,000 ,000
Likelihood Ratio 67,130 2 ,000 ,000
Fisher's Exact Test 64,336 ,000
Linear-by-Linear 56,244b 1 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 9,78.
b. The standardized statistic is 7,500.
85

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori pendidikan * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif

Crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori paritas * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif

kategori paritas * Kategori eksklsuif Crosstabulation


Kategori eksklsuif
Ya Tidak Total
kategori < 3 anak Count 30 58 88
paritas % within kategori 34,1% 65,9% 100,0%
paritas
% of Total 23,6% 45,7% 69,3%
> 3 anak Count 16 23 39
% within kategori 41,0% 59,0% 100,0%
paritas
% of Total 12,6% 18,1% 30,7%
Total Count 46 81 127
% within kategori 36,2% 63,8% 100,0%
paritas
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact Exact
Asymptotic Sig. Sig.
Significance (2- (1-
Value df (2-sided) sided) sided) Point Probability
Continuity ,302 1 ,582
Correctionb
,119
Likelihood ,557 1 ,455 ,549 ,290
Ratio
86

Fisher's Exact ,549 ,290


Test ,549 ,290
Fisher's Exact
Test
Linear-by- ,558c 1 ,455 ,549 ,290 ,119
Linear
Association
N of Valid 127
Cases
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 14,13.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,747.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori usia * Kategori 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
eksklsuif

Kategori usia * Kategori eksklsuif Crosstabulation


Kategori
eksklsuif
Ya Tidak Total
Kategori usia <20 tahun Count 0 1 1
% within Kategori 0,0% 100,0% 100,0%
usia
% of Total 0,0% 0,8% 0,8%
20-35 tahun Count 37 73 110
% within Kategori 33,9% 66,4% 100,0%
usia
% of Total 29,1% 57,5% 86,6%
>35 tahun Count 9 7 16
% within Kategori 56,3% 43,8% 100,0%
usia
% of Total 7,1% 5,5% 12,6%
Total Count 46 81 127
% within Kategori 36,2% 63,8% 100,0%
usia
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%
87

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- 4,159a 2 ,160 ,123
Square
Likelihood 4,692 2 ,145 ,123
Ratio
Fisher's Exact 3,692 ,123
Test
Linear-by- 4,029b 1 ,045 ,067 ,053
Linear
Association
N of Valid 127
Cases
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,72.
b. The standardized statistic is -2,007.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori pekerjaan * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif

Kategori pekerjaan * Kategori eksklusif Crosstabulation


Kategori eksklsuif
Ya Tidak Total
Kategori Bekerja Count 22 15 37
pekerjaan % within Kategori 59,5% 40,5% 100,0%
pekerjaan
% of Total 17,3% 11,8% 29,1%
Tidak bekerja Count 24 66 90
% within Kategori 26,7% 73,3% 100,0%
pekerjaan
% of Total 18,9% 52,0% 70,9%
Total Count 46 81 127
% within Kategori 36,2% 63,8% 100,0%
pekerjaan
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%
88

Chi-Square Tests
Exact
Asymptotic Exact Sig.
Significance Sig. (2- (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- 12,206a 1 ,000 ,001 ,001
Square
Continuity 10,827 1 ,001
Correctionb
Likelihood Ratio 11,942 1 ,001 ,001 ,001
Fisher's Exact ,001 ,001
Test
Linear-by-Linear 12,110c 1 ,001 ,001 ,001
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 13,40.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 3,480.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori anak * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif

Kategori anak * Kategori eksklusif Crosstabulation


Kategori
eksklsuif
Ya Tidak Total
Kategori <2 anak Count 29 58 87
anak % within Kategori anak 33,3% 66,7% 100,0%
% of Total 22,8% 45,7% 68,5%
>2 anak Count 17 23 40
% within Kategori anak 42,5% 57,5% 100,0%
% of Total 13,4% 18,1% 31,5%
Total Count 46 81 127
% within Kategori anak 36,2% 63,8% 100,0%
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%
89

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- ,997a 1 ,318 ,328 ,211
Square
Continuity ,639 1 ,424
b
Correction
Likelihood Ratio ,986 1 ,321 ,427 ,211
Fisher's Exact ,328 ,211
Test
Linear-by-Linear ,989c 1 ,320 ,328 ,211
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 14,49.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,994.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
peran medis * Kategori 127 1 0 0,0% 127 100,0%
eksklsuif 00,0%

peran medis * Kategori eksklusif Crosstabulation


Kategori eksklsuif
Ya Tidak Total
peran medis baik Count 36 59 95
% within peran 37,9% 62,1% 100,0%
medis
% of Total 28,3% 46,5% 74,8%
kurang Count 10 22 32
% within peran 31,3% 68,8% 100,0%
medis
% of Total 7,9% 17,3% 25,2%
Total Count 46 81 127
% within peran 36,2% 63,8% 100,0%
medis
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%
90

Chi-Square Tests
Exact
Asymptotic Sig.
Significance Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi- ,457a 1 ,499 ,532 ,324
Square
Continuity ,215 1 ,643
Correctionb
Likelihood Ratio ,464 1 ,496 ,532 ,324
Fisher's Exact ,532 ,324
Test
Linear-by-Linear ,454c 1 ,500 ,532 ,324
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 11,59.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is ,674.

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategori tradisi * 127 100,0% 0 0,0% 127 100,0%
Kategori eksklsuif

kategori tradisi * Kategori eksklusif Crosstabulation


Kategori eksklsuif
Ya Tidak Total
kategori tradisi Baik Count 30 12 42
% within kategori 71,4% 28,6% 100,0%
tradisi
% of Total 23,6% 9,4% 33,1%
Kurang Count 16 69 85
% within kategori 18,8% 81,2% 100,0%
tradisi
% of Total 12,6% 54,3% 66,9%
Total Count 46 81 127
% within kategori 36,2% 63,8% 100,0%
tradisi
% of Total 36,2% 63,8% 100,0%
91

Chi-Square Tests
Exact
Asymptotic Sig. Exact
Significance (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi- 33,673a 1 ,000 ,000 ,000
Square
Continuity 31,435 1 ,000
Correctionb
Likelihood Ratio 33,812 1 ,000 ,000 ,000
Fisher's Exact ,000 ,000
Test
Linear-by-Linear 33,408c 1 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid Cases 127
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 15,21.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 5,780.

Presentase Kuesioner Pengetahuan

Frekuensi

Statistics
Pengetahuan ibu tentang ASI
N Valid 127
Missing 0

Pengetahuan ibu tentang ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 11 8,7 8,7 8,7
1 116 91,3 91,3 100,0
Total 127 100,0 100,0

Frekuensi
Statistics
Pengetahuan ibu tentang kolostrum
N Valid 127
Missing 0
92

Pengetahuan ibu tentang kolostrum


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 37 29,1 29,1 29,1
1 90 70,9 70,9 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang manfaat kolostrum


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 92 72,4 73,0 73,0
1 34 26,8 27,0 100,0
Total 126 99,2 100,0
Missing System 1 ,8
Total 127 100,0

Pengetahuan ibu tentang kapan diberikan ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 25 19,7 19,7 19,7
1 102 80,3 80,3 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 39 30,7 30,7 30,7
1 88 69,3 69,3 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 70 55,1 55,1 55,1
1 57 44,9 44,9 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi ibu


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 77 60,6 60,6 60,6
93

1 50 39,4 39,4 100,0


Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang penyakit yang dapat dicegah dengan ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 35 27,6 27,6 27,6
1 92 72,4 72,4 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang zat-zat yang terkandung dalam ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 68 53,5 53,5 53,5
1 59 46,5 46,5 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang faktor kegagalan pemberian ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 39 30,7 30,7 30,7
1 88 69,3 69,3 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu faktor produksi ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 42 33,1 33,1 33,1
1 85 66,9 66,9 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu frekuensi pemberian ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 49 38,6 38,6 38,6
1 78 61,4 61,4 100,0
Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang ASI perah


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 100 78,7 78,7 78,7
1 27 21,3 21,3 100,0
94

Total 127 100,0 100,0

Pengetahuan ibu tentang penyimpanan ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 85 66,9 67,5 67,5
1 41 32,3 32,5 100,0
Total 126 99,2 100,0
Missing System 1 ,8
Total 127 100,0

Pengetahuan ibu tentang pernyataan ASI


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid 0 61 48,0 48,0 48,0
1 66 52,0 52,0 100,0
Total 127 100,0 100,0
95

Lampiran 4. Surat Survei Pendahuluan


96

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian


97

Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

Anda mungkin juga menyukai