Anda di halaman 1dari 16

PROPORSI MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN MUTU

PELAYANAN KEBIDANAN
BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM)
JUMAIDAH SARAGIH, SKM, Amd.Keb

NIRWANA MAY DEAR Br. P


NPM : 1626040014.P

DOSEN PEMBIMBING

MIKA OKTARINA, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI JENJANG DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
SPMI BIDAN PRAKTIK MANDIRI

A. Pengertian Bidan Praktik Mandiri

Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) merupakan wujud dari upaya dalam


menanggulangi angka kematian ibu dan bayi yang masih tergolong tinggi.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi dalam suatu negara mencerminkan
bahwa dinegaara tersebut memiliki kualitas pekayanan kesehatan dibidang
obstetrik yang belum baik. Angka kematian ibu yang biasa disingkat dengan
AKI dan angka kematian bayi yang disingkat AKB merupakan tolak ukur
terhadap keberhailan pekayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Kesejahteraan dan keselamatan ibu dan anak menjadi
perhatian utama bagi profesi bidan k hususnya. Sehingga alah satu cara untuk
menaggulangi hal tersebut, bidan dapat mendirikan suatu pelayanan kebidanan
yang dinamakan bidan prakter mandiri.
Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk
menjalankan prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan, obat
obatan. Namun pada kenyataannya BPM sekarang kurang memperhatikan dan
memenuhi kelengkapan praktek serta kebutuhan kliennya. Di samping
peralatan yang kurang lengkap tindakan dalam memberikan pelayanan kurang
ramah dan bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat berasumsi bahwa
pelayanan kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang memuaskan.
(Rhiea, 2011 : 01)
Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan
kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan
pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan
yang bermutu, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas
persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek seperti perizinan,
tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya
harus sesuai dengan standar.
B. Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri

Persyaratan bidan praktek swasta Menurut KEPMENKES RI NO.


900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan, BPS
diselenggarakan oleh perorangan dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Menjadi anggota IBI

2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan

3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek

4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.

5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah

6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara


perorangan dengan pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan
perawatan.

7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.

8. Bidan dalam menjalankan praktek harus :

a. Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan


kesehatan.

b. Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal


5 tempat tidur.

c. Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan


melaksanakan prosedur tetap (protap) yang berlaku.

d. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang


berlaku.

9. Bidan yang menjalankan praktek harus mencantumkan izin praktek


bidannya atau foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang
mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang
memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya.

11. Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan


minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus
tersedia ditempat prakteknya.

12. Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan praktek bidan sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan.

13. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan


meningkatkan keterampilan profesinya antara lain dengan :

a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar


informasi dengan sesama bidan.

b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan


bidang tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh
organisasi profesi.

c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek


agar tetap siap dan berfungsi dengan baik.
Selain itu harus memenuhi persyaratan bangunan yang meliputi :
1. Papan nama
a. Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan medik
dasar swasta harus mempunyai nama tertentu, yang dapat diambil dari
nama yang berjasa dibidang kesehatan, atau yang telah meninggal atau
nama lain yang sesuai dengan fungsinya.
b. Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.

c. Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.

d. Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas mudah
terbaca oleh masyarakat.

2. Tata ruang
a. Setiap ruang periksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.

b. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang periksa, ruang


adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar
mandi/WC masing-masing 1 buah.

c. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan.

3. Lokasi

a. Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah


daerah setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum
lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.

b. Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar
sesuai fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

4. Hak dan Guna Pakai

a. Mempunyai surat kepemilikan (Surat hak milik / surat hak guna pakai)

b. Mempunyai surat hak guna (surat kontrak bangunan) minimal 2 tahun.

C. Perizinan

SIPB dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang


seterusnya akan disampaikan laporannya kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat.

D. Checklist Standar Mutu

No Fasilitas Ada/tida jumlah


k ada
Fasilitas Fisik
1. Ruang praktek mendapat sirkulasi udara dan 1
cahaya yang cukup
2. Hubungan antara ruang tertata baik dan aman 1
3. Tempat konsultasi/konseling dengan meja kursi 1
4. Pintu dapat ditutup/tempat konsultasi diatur 1
sehingga suara tidak terdengar dari luar
5. Ada tempat cuci tangan dengan air mengalir (ada
keran)
6. Ada jamban/wc dengan air mengalir 1
7. Ada tempat sampah 2
8. Ada tempat tunggu dengan kursi 1
9. Perlengkapan/peralatan dasar tercukup
i
10. Meja pemeriksaan 1
11. Lampu sorot 1
12. Tensimeter 2
13. Termometer 2
14. Stetoscop dan metlin (pita ukur) 2
15. Timbangan dewasa 1
16. Timbangan bayi 1
17. Peralatan pemeriksaan panggul 1
18. Partus set 2
19. Hecting set 2
20. Peralatan asuhan bayi baru lahir 1
21. Tindakan resusitasi BBL 1
22. Bahan habis pakai tercukup
i
23. Obat-obatan tercukup
i
24. Peralatan dan obat-obatan emergenci dasar tercukup
i
25. Obat-obatan syok anapilatik tercukup
i
26. Dokumentasi 5
27. Peralatan pencegahan infeksi 1
28. Sarana
a. Rumah terbuat dari tembok
b. Lantai keramik
c. Ruang tempat periksa
d. Ruang perawatan
e. Dapur
f. Kamar mandi
g. Ruang cuci pakaian/alat
h. Wastafel
i. Tempat sampah
j. Tempat parkir
k. Parkir
l. Ac/kipas angin
E. Siklus PDCA
Terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan
merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang
ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait
dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan
cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan
adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan
diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik
mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic),
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi
(problem statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang
ingin dicapai (goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and
personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget),
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan
keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik,
diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan
pengertian staf terhadap cara penyelesaian mutu yang akan
dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah
direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadership) untuk mengkoordinasikan
kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan
yang dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa
kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah
ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaimana yang belum
berjalan dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan
memerlukan perbaikan atau Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara
penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan
yakni
1) Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk
mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi.
Langkah pembuatan lembar pemeriksaan adalah:
a) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
b) Tetapkan jangka waktu pengamatan
c) Lakukan perhitungan penyimpangan
2) Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalah suatu peta / grafik yang menggambarkan
besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Peta kontrol dibuat berdasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
a) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
b) Tentukan prosentase penyimpangan
c) Buat grafik penyimpangan
d) Nilai grafik
4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanakan perbaikan
rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu
mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain.
Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil
yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil
tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

F. Mutu Sarana dan Prasarana di Bidan Praktek Mandiri L


1. Ruang-ruang di BPM J :
a. Tempat Pendaftaran, Ruang Tunggu, dan toilet
b. 1 Ruang Pelayanan (Ruang anternatal, Ruang bersalin, Ruang KB,
Ruang bayi)
c. Parkir / Halaman
2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi sebagai berikut:
a. Pemilik / Pimpinan BPM : Jumaidah Saragih, SKM, Amd.Keb
b. Staf / Karyawan :-
3. Pelayanan Di Bidan Praktek Mandiri J
Dalam hal ini kami merencanakan Berbagai pelayanan-pelayanan
atau fasilitas-fasilitas yang ada di BPM J diantaranya, yaitu :
a. Pelayanan Antenatal dengan perlengkapan yang memadai.
b. Persalinan normal dengan perlengkapan yang lengkap.
c. Layanan rujukan
d. Penyuluhan Mengenai Perawatan Bayi
Di BPM ini kami menyediakan pendidikan tentang bagaimana
ibu merawat bayi saat di rumah nanti agar anak tersebut mendapatkan
asupan dan kebutuhan yang cukup
e. Pelayanan KB
Kami juga menyediakan pelayanan KB lengkap.
4. Beberapa Fasilitas Di Bidan Praktek Mandiri J
Terdapat fasilitas di ruang masing-masing kami akan menyebutkan di
antaranya :
a. Tempat Pendaftaran dan Ruang Tunggu
Perlengkapan alat tulis, loker, meja, kursi, toilet
b. Ruang Pelayanan (Antenatal, Bersalin, Bayi, KB)
2 tempat tidur untuk pemeriksaan, meja, kursi, perlengkapan alat
tulis, lembar balik, alat pemeriksaan, meja bayi, (metlin, jangka
panggul, funadoskop, stetoskope, tensimeter, pengukur lila, timbangan
berat badan, dll), kulkas untuk menyimpan vaksin, etalase untuk
menyimpan obat-obatan.
c. Parkir / Halaman
G. Contoh Kasus
Contoh Kasus yang pemecahan masalahnya menggunakan siklus PDCA
Meningkatkan Mutu Sarana dan Prasarana Ruang Bersalin di Bidan Praktek
Mandiri J
1. Plan
Merencanakan meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas di
BPM J di laksanakan tanggal 1 Juni 2017 sampai dengan 1 Juli 2017,
perencanaan tersebut yaitu menambah ruang pelayanan dan fasilitas
fasilitas yang ingin tercakupi di ruang pelayanan agar nilai mutu pelayanan
mengalami peningkatan.
Pencakupan fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya: Ruang bersalin
(Kami disini ingin ruang bersalin terpisah dengan ruangan imunisasi,
ruangan ANC dan KB, agar kenyamanan masing-masing klien terpenuhi).
a. Apa yang diperbaiki?
Ruangan pelayanan terutama ruangan bersalin
b. Siapa yang terlibat?
1) Jumaidah Saragih, SKM, Amd.Keb
2) D. Panggabean (Suami Bidan)
3) Staf/Karyawan (Yossy Syafitri, AMd. Keb dan Manisa Oktadiana,
AMd. Keb)
4) Pekerja Bangunan
5) Lingkungan sekitar BPM
6) BPJS
c. Kapan dilaksanakan?
Tanggal 1 Juni 2017 sampai dengan 1 Juli 2017.
d. Dimana dilaksanakan?
Di BPM J alamat Jalan Desa Jembatan Dua Kabupaten Kaur Kota
Bintuhan
e. Bagaimana caranya?
Bekerja sama dengan lingkungan sekitar, bekerja sama dengan pekerja
bangunan.
f. Ke arah mana goalnya?
Fasilitas pelayanan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
2. DO
a. Siapa yang melaksanakan perubahan?
1) Jumaidah Saragih, SKM, Amd.Keb
2) D. Panggabean (Suami Bidan)
3) Staf/Karyawan (Yossy Syafitri, AMd. Keb dan Manisa Oktadiana,
AMd. Keb)
4) Pekerja Bangunan
b. Kapan dilaksanakan perubahan?
Tanggal 1 Juni 2017 sampai dengan 1 Juli 2017.
c. Sarana apa saja yang dibutuhkan?
1) Sarana pembangunan untuk Ruang bersalin dan Wastafel dan toilet
2) Loker / lemari
3) Bed
4) Box bayi
5) Lampu emergency
6) Lampu sorot
7) Dopler
8) Tensimeter digital
9) Thermometer digital
10) Tiang infus
11) Partus set & Heacting set
12) Oksigen
13) Obat-obatan
d. Bagaimana mekanisme pelaksanaan?
Melaksanakan perubahan - perubahan dilaksanakan oleh staff di BPM
J, dengan mekanisme:
1) Mendiskusikan terlebih dahulu dengan keluarga, Toma, staf
karyawan yang bekerja di BPM
2) Ketika mendapatkan persetujuan, maka akan langsung bekerja sama
dengan pekerja bangunan untuk segera dilakukan pembangunan
ruangan bersalin.
3) Dan kemudian bekerja sama dengan toko alat kesehatan untuk
pemenuhan alat-alat kesehatan yang diperlukan
e. Lokasi mana sebagai uji coba?
Di BPM alamat Jalan Desa Jembatan Dua Kabupaten Kaur Kota
Bintuhan
Check
a. Apa pelaksanaan telah sesuai rencana?
Pelaksanaan sudah sesuai rencana
b. Apakah proses perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien?
Ya, perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien. Untuk mengetahui
kenyamanan klien dengan ruangan bersalin baru.
c. Faktor apa yang mendukung?
- Lingkungan
- Klien
- Keluarga dan karyawan
- BPJS
d. Faktor apa yang menghambat?
- Tarif meningkat dikarenakan fasilitas yang lebih memadai
- Keinginan pasien yang selalu ingin di utamakan
e. Perubahan dari sisi mutu pelayanan?
- Fasilitas pelayanan meningkat karena sarana dan prasarana
semakin lengkap.
- Dalam melakukan pelayanan petugas lebih efisien waktu, dan
bekerja sesuai SOP.
- Ibu merasa nyaman dan puas
- Kebutuhan ibu / klien lebih terpenuhi
3. Action
a. Melihat hasil dari Check
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu
pelayanan sehingga klien merasa puas. Namun, dalam hal ini juga
terdapat penghambat yaitu biaya yang dikeluarkan klien pun terbilang
mahal karena fasilitas sudah terpenuhi sehingga mutu pelayanan
tersebut hanya bisa di rasakan oleh kalangan menengah ke atas dan
masyarakat menengah ke bawah merasa takut takut untuk berobat
dikarenakan tarif berobat yang tidak transparan.
b. Menetapkan mekanisme perubahan
Maka perlu adanya mekanisme untuk mengatasi faktor penghambat.
c. Menentukan protap terkini
1) Mengadakan rapat/ diskusi kembali bersama suami dan staf
karyawan untuk membicarakan biaya yang mahal yang dikeluarkan
klien setelah pembangunan fasilitas ruang bersalin untuk
membicarakan penurunan harga sesuai dengan biaya sebelum-
belumnya yang dikeluarkan klien yang bersalin.
2) Menyebarkan brosur dan selebaran untuk promosi mengenai harga
yang tetap sama sebelum pembangunan dan BPM ini bekerja sama
dengan BPJS jadi bagi klien menengah ke bawah tidak khawatir
soal biaya persalinan.
d. Menentukan sasaran perubahan
2) Klien
3) Staf karyawan
4) Advokasi perubahan
5) Staf karyawan
6) Suami Bidan
7) Toma dan lingkungan sekitar
8) BPJS

e. Penilaian berkelanjutan
Dengan adanya penurunan biaya yang dikeluarkan klien yang
bersalin sama dengan biaya sebelum pembangunan ruang bersalin dan
adanya kerjasama dengan BPJS. Maka klien semakin merasakan
peningkatan mutu pelayanan dimana klien merasa nyaman dan aman
saat akan melakukan persalinan karena apa yang di butuhkan klien
sudah tersedia di ruang persalinan dengan harga yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai