A. Jalannya penelitian
Penelitian ini dimulai pada 20 Juli 2017, dimulai dari pengambilan surat
izin penelitian dari institusi pendidikan yaitu Akademi Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu. Selanjutnya surat izin tersebut diserahkan ke Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi/Kota Bengkulu. Kemudian ke tempat
penelitian yaitu Rumag Sakit Umum Ummi Bengkulu untuk memasukkan surat
penelitian dengan tujuan melaksanakan penelitian tentang Analisis Ketepatan
Kode Diagnosis Penyebab Dasar Kematian Berdasarkan ICD-10 Di Rumah Sakit
Umum Ummi Bengkulu Tahun 2017.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 41 berkas rekam medis pasien
meninggal. Data yang dikumpulkan berupa data primer dengan mewawancarai
staff koding dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder dengan cara
menelaah berkas rekam medis pasien meninggal berdasarkan ICD-10.
Dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian
berdasarkan masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan distribusi
frekuensi dalam bentuk tabel dan narasi.
B. Hasil Peneltian
Berdasarkan hasil penelitian dengan menelaah berkas rekam medis dan
wawancara dengan kuesioner, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Analisi Univariat
A. Simpulan
1. Dari pelaksanaan pengkodean berdasarkan ICD-10 di rumah sakit umum
ummi bengkulu masih terdapat ketidaksesuaian penulisan diagnosis pada
berkas rekam medis
2. Dari 41 berkas rekam medis pasien meninggal di rumah sakit umum ummi
bengkulu didapatkanl tingkat kesesuaian berjumlah 27(66%) dan yang tidak
sesuai berjumlah 14(34%)
3. Dari 3 faktor yang mempengaruhi Man, Mechine dan Method di dapatkan
pada pelaksanaan dan ketepatan kode diagnosis berkas rekam medis pasien
meninggal di rumah sakit umum ummi bengkulu :
a. Masih ada diagnosis yang tidak jelas atau tidak tepat dituliskan pada
berkas rekam medis pasien meninggal oleh dokter yang bersangkutan
b. Minimnya petugas dibagian koding (coder) yang kurang mengikuti
pelatihan kaidah koding
c. Sudah menggunakan komputerisasi dalam hal penginputan data,
mengkode. Tetapi petugas koding juga tetap menggunakan ICD-10
secara manual
d. Belum adanya penerapan tabel MMDS
e. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang ketepatan
penulisan diagnosis dan pemberian kode diagnosis berkas rekam medis
pasien meninggal berdasarkan ICD-10
B. Saran
1. Bagi Responden
Bagi stap koding (coder) sebaiknya lebih teliti lagi dalam memberikan kode
diagnosis dan mempelajari lagi tentang kaidah-kaidah koding berdasarkan
ICD-10 yang telah diberlakukan oleh WHO.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih mendalam dan
terperinci kenapa masih sering terjadi pemberian kode diagnosis yang belum
sesuai ICD-10 serta tidak adanya diagnosis yang jelas dituliskan oleh dokter
yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa ketidak
sesuainan kode diagnosis penyebab dasar kematian sejumlah 14(34%).