Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam


penelitian ini adalah :

Jenis Kelamin

Usia

Diare pada Anak


Asi Eksklusif
Balita

Status Gizi

Jenis Derajat
Dehidrasi

3.2.Definisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel, definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala pengukuran

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur
1 Diare frekuensi
buang air besar
lebih dari biasa,
yaitu 3 kali Rekam Membaca Menderita Nomina
atau lebih medis Rekam Medis atau tidak l
menderita
2 Jenis Jenis kelamin
Kelamin anak balita
yang Rekam Pengumpulan Laki-laki, Nomina
didiagnosis Medis data Perempuan l
diare di RSUD
dr. Pirngadi
3 Umur Bilangan tahun 0-27 hari,
seseorang itu Rekam Pengumpulan 28 hari-1 Ordinal
telah hidup Medis data tahun,
1-5 tahun
4 Pemberian Balita yang
ASI mendapatkan
eksklusif ASI sejak lahir - Ya (ASI
sampai usia 6 Rekam Pengumpulan eksklusif) Nomina
bulan tanpa Media data - Tidak (ASI l
mendapatkan non
makanan dan eksklusif)
minuman lain
5 Status gizi Status gizi anak -Status gizi
diketahui baik
melalui -Status gizi
panjang badan Rekam Pengumpulan kurang Ordinal
dan berat badan Medis data -Status gizi
sesuai umur buruk
(antropometri)
6 Derajat Derajat Rekam Pengumpulan - Tanpa Ordinal
Dehidrasi Dehidrasidenga Medis data dehidrasi :
n melihat : frekuensi
Kesadaran diare masih
umum dan dalam batas
turgor kulit toleransi
- Ringan-
sedang :
penderita
mengalami
takikardi,
kadang
muntah,
terasa haus,
mata
cekung,kuliy
ang dingin
dan pucat
- Berat :
banyak
kehilangan
cairan dari
tubuh,
takikardi
dengan
pulsasi yang
melemah,
tidak ada
penghasilan
urin, tidak
mampu
minum dan
kesadaranny
a menurun
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif cross-sectional. Metode


penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Cross-
sectional karena penelitian ini dilakukan dengan penggunaan sesaat dalam suatu
periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan
selama penelitian. Studi ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
pencatatan rekam medis di RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2013.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan, dengan alasan rumah


sakit tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan yang besar di Medan, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dengan jumlah pasien relatif banyak, sehingga
populasi diperlukan untuk penelitian. Rumah sakit tersebut memiliki data-data
rekam medik yang lengkap

4.2.2Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustussampai dengan bulan November


2014.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini ialah semua penderita anak balita yang
didiagnosis menderita diare di RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini
menggunakan metode total sampling sebagai teknik pengambilan sampel yakni
mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Memberi surat izin


penelitian ke
bagian penelitian
RSUD dr. Pirngadi

Meminta rekam
medis yang berisi
data penderita diare
pada anak balita di
RSUD dr. Pirngadi

Mencatat data yang


diperlukan seperti
terlampir dalam
data

Hasilnya akan
dihitung dan
disajikan dalam
bentuk diagram dan
tabel
4.5. Metode Deskriptif Data

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Data-data yang didapati


dianalisa dengan menggunakan program Statistical Package for the Social
Sciences (SPSS) 17.0 yang kemudiannya disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi
Medan yang merupakan suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota
Medan yang berada di Jalan Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan Sumatera Utara.
Rumah sakit ini didirikan pada tanggal 11 Agustus tahun 1928 oleh
pemerintah Hindia Belanda dan selesai pada tahun 1930 dengan nama Rumah
Sakit Kota RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit kelas B
pendidikan sesuai akreditasi Dep. Kes. RI NO: HK.00.06.3.5.738 tanggal 9
Februari 2007. Pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi rumah sakit pendidikan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu
Penelitian dilakukan secara deskriptif, pada 1 Januari hingga 31 Desember 2013
dengan mengambil data daripada rekam medis. Berdasarkan teknik total sampling
ditemukan sebanyak 137 sampel penderita diare pada balita di ruang rawat anak
RSUD dr. Pirngadi Medan yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan yang
berumur 0-5 tahun. Serta yang juga diteliti adalah Asi eksklusif, status gizi derajat
dehidrasi.
5.1.3. Hasil Deskriptif Data

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 75 55.0
Perempuan 62 45.0
Total 137 100
Berdasarkan tabel 5.1 didapatibahwa laki-laki mempunyai frekuensi sampel yang
sedikit lebih tinggi berbanding perempuan yaitu 75 orang (55.0%) untuk laki-laki
dan 62 orang (45.0%) untuk perempuan.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur


Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)
Umur
0 27 hari 0 0
28 hari 1 tahun 57 42.0
1-5 tahun 80 58.0
Total 137 100

Berdasarkan tabel 5. 2 didapati bahwa umur sampel paling banyak adalah


usia 1-5 tahun yaitu sebanyak 80 orang (58.0%), sedangkan umur responden yang
paling sedikit adalah 28 hari 1 tahun yaitu sebanyak 57 orang (42.0%) dan tidak
didapati umur kurang dari 27 hari.

Tabel 5.3 Distribusi Pemberian Asi Eksklusif


ASI Ekslusif Frekuensi (n) Persen (%)
Ya 55 40.0
Tidak 82 60.0
Total 137 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa lebih banyak sampel tidak


mendapat asi eksklusif yaitu sebanyak 82 orang berbanding dengan 55 orang
sampel yang mendapat asi eksklusif. Dari 55 orang sampel yang mendapatasi
eksklusif ini, didapatkan bahwa bilangan perempuan lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan bilangan sampel laki-laki. Didapatkan juga bilangan anak
laki-laki yang tidak mendapat asi eksklusif adalah lebih tinggi berbanding anak
perempuan yaitu dengan laki-laki sebanyak 48 orang dan 18 orang untuk
perempuan.

Tabel 5.4 Status Gizi Sampel Penderita Diare Pada Anak Balita
Status Gizi Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 50 36.0
Kurang 68 50.0
Buruk 19 14.0
Total 137 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 didapati bahwa sebanyak 68 orang (50.0%)


mempunyai gizi kurang. 50 orang (36.0%) datang dengan gizi baik, dan 19 orang
(14.0%) datang dengan gizi buruk.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Dehidrasi


Jenis Dehidrasi Frekuensi (n) Persen (%)
Tanpa Dehidrasi 32 23.0
Ringan Sedang 82 60.0
Berat 23 17.0
Total 137 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa paling banyak sampel mengalami


dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 82 orang dari 137 orang sampel. Sampel
yang mengalami dehidrasi berat merupakan paling sedikit dengan 23 orang yang
mengalaminya dari 137 orang sampel.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUD Dr Pirngadi,
Medan, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara mengkaji data
dari rekam medis. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan
pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis kelamin
Dilihat dari jenis kelamin penderita, pada penelitian ini didapatkan bahwa
jumlah kasus diare pada anak balita yang terbanyak terdapat pada jenis kelamin
laki- laki yaitu sebesar 55.0%, diikuti dengan perempuan yaitu sebanyak 45.0%.
Namun dari penelitian ini didapatkan bahwa perbedaan jumlah kasus antara laki-
laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian
Adisasmito yang mengemukakan bahwa jenis kelamin bukanlah salah satu dari
faktor resiko untuk terkena diare akut pada anak balita (Adisasmito, 2007).

5.2.2. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut umur


Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kelompok umur yang terbanyak
adalah dari 1 5 tahun yaitu sebanyak 58.0%, dan kelompok umur 28 hari 1
tahun sebanyak 42.0%. Sedangakan pada kelompok umur 0-27 hari tidak didapati
kejadian diare. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh
Juffrie (2011), bahwa sebagian besar diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 sampai 11 bulan,
pada saat diberikan pendamping ASI.

5.2.3. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut asi eksklusif
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar anak balita yang
menderita tidak mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, yaitu sebesar 60.0% yang
terdiri dari 82 orang. Sedangkan anak balita yang menderita diare dalam
penelitian yang ada mendapatkan ASI eksklusif yaitu 40.0% terdiri dari 55 orang.
Hasil ini sesuai dengan Hop yang di kutip Novianda (2011), hasil penelitian di
Vietnam terlihat bahwa lamanya ASI eksklusif berhubungan dengan prevalensi
diare. Pada anak dengan ASI eksklusif kurang dari 3 bulan, diare muncul lebih
awal dan prevalensinya lebih besar dibandingkan dengan anak yang mendapat
ASI eksklusif lebih dari 3 bulan. Pada anak yang mendapat ASI eksklusif, diare
muncul lebih jarang dan bila terjadi diare mempunyai dampak negatif yang lebih
sedikit pada status gizi si anak untuk kehilangan berat badan dan terganggu
pertumbuhan linearnya lebih kecil.

5.2.4. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut status gizi
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa anak balita yang mengalami diare
paling banyak mempunyai status gizi yang kurang yaitu sebanyak 50.0%, diikuti
dengan status gizi baik yaitu 36.0% dan akhirnya status gizi buruk yaitu sebanyak
14.o%. Didapatkan dari penelitian ini bahwa anak dengan status gizi baik tetap
juga bisa mengalami. Hal ini didukung dengan penelitian Simatupang di mana
status gizi tidak termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita (Simatupang M., 2004). Diare dapat disebabkan oleh infeksi, virus,
atau parasit, malabsorbsi makanan, keracunan makanan dan juga alergi (Harianto,
2004).
Keadaan gizi anak juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang
kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang mengakibatkan diare akut
yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare
persisten dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau
disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi.
(Depkes, 2005).

5.2.5 Jumlah kasus diare pada anak balita menurut derajat dehidrasi
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis dehidrasi yang paling banyak
dialami oleh anak balita dengan diare akut ini adalah dehidrasi ringan-sedang
yaitu sebesar 60%, diikuti dengan tanpa dehidrasi yaitu sebesar 23% dan sebagian
kecil mengalami dehidrasi berat yaitu sebesar 17%.
Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak
kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi (Harianto, 2004).
Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna
sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama
tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi
pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Derajat dehidrasi diukur
menurut persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat
badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10%
termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk
dehidrasi berat (Harianto, 2004).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai profil penderita
diare pada balita di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2013 diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
a. Jenis kelamin pada anak balita penderita diare didapatibahwa laki-laki
mempunyai frekuensi sampel untuk laki-laki yaitu 75 orang (55.0%) dan
62 orang (45.0%) untuk perempuan.
b. Umur pada anak balita penderita diare didapati bahwaumur sampel paling
banyak adalah usia 1-5 tahun yaitu sebanyak 80 orang (58.0%), sedangkan
umur responden yang paling sedikit adalah 28 hari 1 tahun yaitu
sebanyak 57 orang (42.0%) dan tidak didapati umur kurang dari 27 hari.
c. Asi eksklusif didapati bahwa yang mendapatkan Asi eksklusif sebanyak
55 orang (40.0%), sedangkan yang tidak mendapatkan Asi eksklusif
sebanyak 82 0rang (60.0%).
d. Status gizi didapati bahwa anak balita yang gizi baik sebanyak 50 orang
(36.0%), gizi kurang sebanyak 68 orang (50.0%), dan gizi buruk sebanyak
19 orang (14.0%).
e. Derajat dehidrasi didapati bahwa anak balita penderita diare yang paling
banyak mengalami dehidrasi ringan-sedang sebanyak 82 orang (60.0%),
tanpa dehidrasi sebanyak 32 orang (23.0%), dan yang mengalami
dehidrasi berat sebanyak 23 orang (17.0%).

6.2. Saran
6.2.1. Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita
Tetap memberikan ASI dan menyusui bayinya bila Asi dan jangan
membuangnya. ASI sebaiknya diberikan selama 6 bulan pertama karena
merupakan ASI eksklusif yang kaya dengan nutrisi dan imunitas yang penting
bagi anak serta ASI bisa diberikan sehingga 2 tahun kepada anak. Ibu juga harus
diberi nasehat tentang cara memberikan cairan dan obat dirumah dan kapan harus
membawa balita ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah berulang,
sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik
dalam 3 hari.

6.2.2. Bagi peneliti

Bagi peneliti dimasa akan datang dapat dilakukan dibeberapa lokasi dan
dilakukan penelitian lebih dalam mengenai karakteristik dan profil penderita diare
pada anak balita atau hubungan dengan status gizi.

6.2.3. Bagi petugas kesehatan

Tenaga kesehatan bisa mempertahankan dan meningkatkan penyuluhan


tentang pemberian ASI eksklusif, menurunkan angka kejadian diare yang tinggi
pada anak balita, serta cara mengobservasi status gizi pada anak balita. Dalam
pengukuran antropometri juga disarankan supaya panjang badan balita diambil
supaya status gizi dapat diukur dengan menggunakan skala panjang badan sesuai
berat badan anak (TB/BB).

6.2.4. Bagi masyarakat

Peningkatan upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya upaya


peningkatan gizi balita, perawatan kesehatan dan pertumbuhan balita, penggunaan
air bersih yang memenuhi syarat, penggunaan jamban keluarga yang memnuhi
syarat, serta perilaku pencegahan yang dapat menghindari balita dari diare seperti
pemberian Asi yang benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping Asi, membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sehabis buang air besar dan sebelum makan.

Anda mungkin juga menyukai