3.1.Kerangka Konsep
Jenis Kelamin
Usia
Status Gizi
Jenis Derajat
Dehidrasi
3.2.Definisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel, definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala pengukuran
METODE PENELITIAN
4.2.1Tempat Penelitian
4.2.2Waktu Penelitian
Populasi pada penelitian ini ialah semua penderita anak balita yang
didiagnosis menderita diare di RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini
menggunakan metode total sampling sebagai teknik pengambilan sampel yakni
mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi.
Meminta rekam
medis yang berisi
data penderita diare
pada anak balita di
RSUD dr. Pirngadi
Hasilnya akan
dihitung dan
disajikan dalam
bentuk diagram dan
tabel
4.5. Metode Deskriptif Data
Tabel 5.4 Status Gizi Sampel Penderita Diare Pada Anak Balita
Status Gizi Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 50 36.0
Kurang 68 50.0
Buruk 19 14.0
Total 137 100.0
5.2.1. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut jenis kelamin
Dilihat dari jenis kelamin penderita, pada penelitian ini didapatkan bahwa
jumlah kasus diare pada anak balita yang terbanyak terdapat pada jenis kelamin
laki- laki yaitu sebesar 55.0%, diikuti dengan perempuan yaitu sebanyak 45.0%.
Namun dari penelitian ini didapatkan bahwa perbedaan jumlah kasus antara laki-
laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian
Adisasmito yang mengemukakan bahwa jenis kelamin bukanlah salah satu dari
faktor resiko untuk terkena diare akut pada anak balita (Adisasmito, 2007).
5.2.3. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut asi eksklusif
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar anak balita yang
menderita tidak mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, yaitu sebesar 60.0% yang
terdiri dari 82 orang. Sedangkan anak balita yang menderita diare dalam
penelitian yang ada mendapatkan ASI eksklusif yaitu 40.0% terdiri dari 55 orang.
Hasil ini sesuai dengan Hop yang di kutip Novianda (2011), hasil penelitian di
Vietnam terlihat bahwa lamanya ASI eksklusif berhubungan dengan prevalensi
diare. Pada anak dengan ASI eksklusif kurang dari 3 bulan, diare muncul lebih
awal dan prevalensinya lebih besar dibandingkan dengan anak yang mendapat
ASI eksklusif lebih dari 3 bulan. Pada anak yang mendapat ASI eksklusif, diare
muncul lebih jarang dan bila terjadi diare mempunyai dampak negatif yang lebih
sedikit pada status gizi si anak untuk kehilangan berat badan dan terganggu
pertumbuhan linearnya lebih kecil.
5.2.4. Jumlah kasus diare pada anak balita menurut status gizi
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa anak balita yang mengalami diare
paling banyak mempunyai status gizi yang kurang yaitu sebanyak 50.0%, diikuti
dengan status gizi baik yaitu 36.0% dan akhirnya status gizi buruk yaitu sebanyak
14.o%. Didapatkan dari penelitian ini bahwa anak dengan status gizi baik tetap
juga bisa mengalami. Hal ini didukung dengan penelitian Simatupang di mana
status gizi tidak termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita (Simatupang M., 2004). Diare dapat disebabkan oleh infeksi, virus,
atau parasit, malabsorbsi makanan, keracunan makanan dan juga alergi (Harianto,
2004).
Keadaan gizi anak juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang
kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang mengakibatkan diare akut
yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare
persisten dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau
disentri sangat meningkat, apabila anak sudah kurang gizi.
(Depkes, 2005).
5.2.5 Jumlah kasus diare pada anak balita menurut derajat dehidrasi
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis dehidrasi yang paling banyak
dialami oleh anak balita dengan diare akut ini adalah dehidrasi ringan-sedang
yaitu sebesar 60%, diikuti dengan tanpa dehidrasi yaitu sebesar 23% dan sebagian
kecil mengalami dehidrasi berat yaitu sebesar 17%.
Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak
kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi (Harianto, 2004).
Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna
sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama
tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi
pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Derajat dehidrasi diukur
menurut persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat
badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10%
termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk
dehidrasi berat (Harianto, 2004).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai profil penderita
diare pada balita di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2013 diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
a. Jenis kelamin pada anak balita penderita diare didapatibahwa laki-laki
mempunyai frekuensi sampel untuk laki-laki yaitu 75 orang (55.0%) dan
62 orang (45.0%) untuk perempuan.
b. Umur pada anak balita penderita diare didapati bahwaumur sampel paling
banyak adalah usia 1-5 tahun yaitu sebanyak 80 orang (58.0%), sedangkan
umur responden yang paling sedikit adalah 28 hari 1 tahun yaitu
sebanyak 57 orang (42.0%) dan tidak didapati umur kurang dari 27 hari.
c. Asi eksklusif didapati bahwa yang mendapatkan Asi eksklusif sebanyak
55 orang (40.0%), sedangkan yang tidak mendapatkan Asi eksklusif
sebanyak 82 0rang (60.0%).
d. Status gizi didapati bahwa anak balita yang gizi baik sebanyak 50 orang
(36.0%), gizi kurang sebanyak 68 orang (50.0%), dan gizi buruk sebanyak
19 orang (14.0%).
e. Derajat dehidrasi didapati bahwa anak balita penderita diare yang paling
banyak mengalami dehidrasi ringan-sedang sebanyak 82 orang (60.0%),
tanpa dehidrasi sebanyak 32 orang (23.0%), dan yang mengalami
dehidrasi berat sebanyak 23 orang (17.0%).
6.2. Saran
6.2.1. Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak balita
Tetap memberikan ASI dan menyusui bayinya bila Asi dan jangan
membuangnya. ASI sebaiknya diberikan selama 6 bulan pertama karena
merupakan ASI eksklusif yang kaya dengan nutrisi dan imunitas yang penting
bagi anak serta ASI bisa diberikan sehingga 2 tahun kepada anak. Ibu juga harus
diberi nasehat tentang cara memberikan cairan dan obat dirumah dan kapan harus
membawa balita ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah berulang,
sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik
dalam 3 hari.
Bagi peneliti dimasa akan datang dapat dilakukan dibeberapa lokasi dan
dilakukan penelitian lebih dalam mengenai karakteristik dan profil penderita diare
pada anak balita atau hubungan dengan status gizi.