Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA


MENOPAUSE DENGAN HIPERTENSI DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS GAYUNGAN SURABAYA

Nama Mahasiswa : Nanda Akhtsarul Hikmah


NIM : P27824621039

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Menopause ini dilaksanakan sebagai


dokumen/laporan praktik Blok 8 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Gayungan
periode praktik 06 Desember s.d 18 Desember 2021

Surabaya, 7 Desember 2021

Mahasiswa

Nanda Akhtsarul Hikmah

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Ibu Uripah, SST Queen Khoirun Nisa Mairo , SST,.M.Keb Dr. Kasiati, S.Pd.S.Tr.Keb. M.Kes
NIP. 197408162008012010 NIP. 198212132008012007 NIP. 196404301985032003

Mengetahui

Ketua Program Studi

Evi Pratami,.M.Keb,
NIP. 1979052420021221
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmat kasih yang dianugerahkan-Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Holistik Pada Menopause dengan Hipertensi di
Puskesmas Gayungan Surabaya” Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 8 pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Surabaya.

Penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :

1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Surabaya.
2. Ibu Astuti Setiyani, S.ST., M.Kes, Selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Ibu Evi Pratami,.M.Keb, selaku Ketua Program Studi Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Drg. Harijanti Judaningsih, selaku Kepala Puskesmas Gayungan Surabaya.
5. Ibu Uripah, SST. Selaku pembimbing lahan yang banyak memberikan
petunjuk, koreksi, serta saran sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Queen Khoirun Nisa Mairo , SST,.M.Keb, selaku pembimbing I yang
banyak memberikan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga laporan ini dapat
terselesaikan
7. Ibu Dr. Kasiati, S.Pd.S.Tr.Keb. M.Kes. selaku pembimbing II yang banyak
memberikan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga laporan ini dapat
terselesaikan
8. Bapak, ibu atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
laporan ini bisa terselesaikan pada waktunya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga laporan asuhan kebidanan holistik ini
berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Surabaya, 7 Desember 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menopause adalah fase di dalam kehidupan seorang wanita dimana indung
telur tidak lagi melepaskan telur tiap bulan dan menstruasi berhenti.
Menopause bisa terjadi tiba-tiba dan yang lebih biasa menopause merupakan
satu proses yang berangsur-angsur yang datang dan terjadi antara usia 45-55
tahun (Nash dan Gilbert, 2016).
Menopause menandakan bahwa masa menstruasi dan reproduksi seorang
wanita telah berakhir. Hal ini terjadi karena indung telur mengalami
penuaan.Penuaan ovarium ini menyebabkan produksi hormon estrogen
menurun sehingga terjadi kenaikan hormon FSH dan LH. Peningkatan hormon
FSH ini menyebabkan fase folikular dari siklus menstruasi memendek sampai
menstruasi tidak terjadi lagi. Menopause menurut WHO berarti berhentinya
siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami
menstruasi setiap bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami
atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12
bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan
patologis (Prawirohardjo, 2011)
Perubahan pengeluaran hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik
maupun psikologis bagi wanita. Pada masa ini sangat kompleks bagi wanita
karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain wanita
mengalami stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi yang
mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana
yang dialami semua wanita. Perubahan fisik ini dapat berupa hot flushes,
insomnia, vagina menjadi kering, gangguan pada tulang, linu dan nyeri sendi,
kulit keriput dan tipis, ketidaknyamanan pada jantung (Kusmiran, 2012).
Pada tahun 2030, jumlah perempuan di seluruh dunia yang memasuki
masa menopause diperkirakan mencapai 1,2 miliar orang (WHO:2014).
Di Indonesia, pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta
perempuan menopause. Pada tahun 2017 di Indonesia tercatat sebesar 23,4
juta usia lanjut 8,97 % dan 7,4 % dari total penduduk adalah usia
menopause (BPS, 2017). Sementara perkiraan umur rata-rata usia menopause
di Indonesia adalah 50 tahun.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen, 2013).
Wanita mengalami peningkatan tekanan darah setelah menopause, lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami sebelum menopause yang
disebabkan oleh penurunan kadar hormonal (Wulandari, 2011).
Wanita yang mengalami hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor keturunan, faktor lingkungan, usia, stres, gaya hidup, garam, merokok,
kurang olahraga atau aktivitas, dan pola makan. Wanita usia lanjut yang
mengalami hipertensi disebabkan oleh sindrome pre-menopause. Bagi
kebanyakan perempuan, gejala pre- menopause akan muncul pada rentang
waktu usia 40 tahun (Proverawati, 2015).
Untuk itu penulis akan memberikan asuhan pada wanita menopause
dengan masalah hipertensi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada menopause
dengan hipertensi

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Meningkatkan kualitas hidup lansia dalam masa menopause dengan
hipertensi
b. Meningkatkan pendidikan keterampilan hidup sehat
c. Meningkatkan pengetahuan terkait osteoporosis dan penyakit
degeneratif
d. Meningkatkan upaya perbaikan gizi pada masa menopause
e. Mendorong lansia dalam masa menopause untuk melakukan aktivitas
fisik
f. Melakukan deteksi dini pencegahan terhadap osteoporosis dan
penyakit degeneratif
g. Melakukan penatalaksanaan masalah-masalah dalam masa menopause

1.3 Pelaksanaan
Waktu : 6 Desember s.d 18 Desember 2021
Tempat : Wilayah Puskesmas Gayungan
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Menopause


2.1.1. Pengertian Menopause
Menopause berasal dari kata latin mensis yang berarti bulan dan kata
yunani pausis yang berarti berhenti (Bobak, dkk, 2015).
Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti. Usia rata-rata
menopause ialah 51,4 tahun, tetapi 10% wanita berhenti menstruasi pada usia
40 tahun dan 5% tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun (Bobak, dkk,
2015).
Menopause adalah fase di dalam kehidupan seorang wanita dimana indung
telur tidak lagi melepaskan telur tiap bulan dan menstruasi berhenti.
Menopause bisa terjadi tiba-tiba dan yang lebih biasa menopause merupakan
satu proses yang berangsur-angsur yang datang dan terjadi antara usia 45-55
tahun (Nash dan Gilbert, 2016).
Menopause adalah perdarahan fisiologis terakhir yang masih dikendalikan
ovarium karena ovarium mengalami penurunan fungsi dan ukuran sehingga
hormon estrogen dan progesteron yang biasanya dihasilkan secara siklik mulai
menurun sehingga mempengaruhi kelancaran haid. Seorang wanita yang
menopause tidak mempunyai lagi sel telur yang dapat dibuahi (Urnobasuki.
2018).

2.1.2. Etiologi Menopause


Menopause terjadi secara fisiologis akibat hilang atau berkurangnya
sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin yang berhubungan
langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium
akan mengalami atresia, folikel mengalami penurunan kualitas dan kuantitas
folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Oleh karena itu
pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu ketidakteraturan menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada
fase siklus menstruasi yang memendek (Irawati, 2014).

2.1.3. Patofisiologi Menopause


Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan
anatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel
primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon steroid. Penurunan
hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium dan
makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat
pascamenopause (Deborah, 2016)
Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif
terhadap hypothalamus, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan
produksi gonadotropin sehingga membuat pola hormonal wanita klimakterium
menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar
estrogen di dalam tubuh maka fungsi fisiologis hormon tersebut akan menjadi
terganggu. Perubahan fisiologik sindroma kekurangan estrogen akan
menampilkan gambaran klinis berupa gangguan neurovegetatif, gangguan
palkis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid. (Ali Baziad, 2017).

2.1.4. Gejala Menopause


Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan hormon terutama estrogen dan
progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita. Kekurangan hormon
estrogen ini menyebabkan perubahan-perubahan :
1. Perubahan Organ Reproduksi
Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami
gangguan, diantaranya :
a. Uterus
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga
disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat
interstesial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah
miometrium menebal dan menonjol.
b. Tuba Falopi
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut,
endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang.
c. Serviks
Serviks akan mengkerut, epitelnya menipis dan mudah cedera.
Kelenjar endoservikal juga atropi dan lendir serviks menjadi
berkurang.
d. Vagina
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae,
berkurangnya vaskularisasi, elastistik yang berkurang, sekret vagina
menjadi encer.
e. Dasar pinggul
Kekuatan dan elastistik menghilang, karena atrofi dan melemahnya
daya sokong prolaps utero vaginal.
f. Perineum dan anus
Lemak subcutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang
menyebabkan tonus spincter melemah dan menghilang.
g. Vesica Urinaria
Aktivitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering
ingin buang air kencing.
h. Payudara
Bentuk payudara akan mengecil, mendatar dan mengendor. Hal ini
terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu
mengecil dan pigmentasinya berkurang.

2. Perubahan Hormon
Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon
estrogen yang menjadi berkurang. Begitu juga perubahan yang terjadi pada
hormon progesteron. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi
perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai
terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat
rendahnya hormon estrogen.
3. Perubahan Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-
tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.
Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin,
pusing, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar.
Menurut (Amanda, 2015) Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda
dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ketidakteraturan Siklus Haid
b. Gejolak Rasa Panas (Hot flushes)
c. Kekeringan Vagina
d. Perubahan Kulit
e. Keringat Berlebihan
f. Gangguan Tidur
g. Perubahan pada Mulut dan Hidung
h. Gangguan pada Otot dan Sendi
4. Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat
penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam
menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya
jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan
wanita menopause tersebut.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah
mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,
tegang, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri
karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak
dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan
femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan
psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ingatan menurun
b. Kecemasan
c. Stress
d. Depresi

2.1.5. Kebutuhan Dasar Menopause


Kebutuhan dasar pada menopause pada dasarnya sama dengan kebutuhan
dasar manusia. Abraham Harold Maslow, ahli psikologi membagi kebutuhan
manusia menjadi 5, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise dan
aktualisasi diri
Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) menurut Abraham Maslow adalah
sebagai berikut:
1 Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), yaitu kebutuhan
makanan, minuman, tempat tinggal dan lain-lain.
2 Kebutuhan Keamanan (Safety Needs), yaitu kebutuhan akan
perlindungan keselamatan terhadap bahaya atau kekerasan.
3 Kebutuhan Sosial (Social Needs) timbul bila kedua kebutuhan
sebelumnya telah dipenuhi, yaitu kebutuhan akan afiliasi, persahabatan
serta memberi dan menerima kasih sayang/dihargai dengan/dari/oleh
orang lain dalam kehidupan sosial masyarakat.
4 Kebutuhan Prestise (Ego/Esteem Needs), yaitu kebutuhan akan
penghargaan untuk penghormatan diri, status, perhatian hingga
penerimaan orang lain, yang muncul bila ketiga kebutuhan sebelumnya
telah terpenuhi. Menurut Maslow kebutuhan ini jarang dapat
dipuaskan.
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs) merupakan
kebutuhan terakhir apabila keempat kebutuhan lainnya di atas telah
terpenuhi, yang dapat mendorong perilaku seseorang untuk dapat
mempertinggi kemampuan kerja.

Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia tersebut adalah berjenjang


seperti piramid, yang mempunyai anak-anak tangga kebutuhan. Kebutuhan-
kebutuhan harus dipenuhi dari kebutuhan tingkat pertama dan naik ke tangga-
tangga kebutuhan berikutnya, tanpa bisa meloncat (Syukri, 2016)

2.1.6. Penanganann Menopause


a. Hot Flash
 Berolahraga setiap hari
 Teknik penenangan diri seperti YOGA
 Mempertahankan berat badan yang ideal
 Berdoa
b. Gangguan tidur
 Menghindari kafein, alkohol, dan aktivitas yang menimbulkan stres
sebelum waktu tidur
 Olahraga setiap hari
 Mandi air hangat malam hari
 Minum segelas susu atau yogurt sesaat sebelum tidur
c. Perubahan fungsi organ
 Minumlah sedikitnya 8 gelas cairan setiap hari
 Lakukan senam kegel untuk melatih otot vagina
 Gunakan BH yang dapat menyokong payudara
d. Perubahan psikofisiologis
 Olahraga ringan secara teratur dan teknik penenangan diri seperti
YOGA
e. Perubahan berat badan
 Olahraga lebih ditingkatkan.
 Diet sehat yang meliputi pengawasan
 asupan kalori dan lemak.
f. Seksualitas
 Waktu pemanasan lebih ditingkatkan untuk cepat terangsang.
 Terapi hormon estrogen bermanfaat untuk mengatasi masalah
kekeringan pada vagina.
2.2 Konsep Dasar Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2017).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2011).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen, 2013).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama
dengan 95mmHg.
b. Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection
and Treatment of Hipertension
1. Diastolik
< 85 mmHg : Tekanan darah normal
 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
 90 -104 : Hipertensi ringan
 105 – 114 : Hipertensi sedang
 >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
< 140 mmHg : Tekanan darah normal
 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
> 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau
telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi (Kemenkes, 2014):

1. Berdasarkan penyebabnya
a. Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).

2.2.3 Etiologi Hipertensi


Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1 Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport  Na.
2 Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3 Stress Lingkungan.
4 Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi adalah :
Ciri perseorangan:

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

1. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )


2. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alcohol
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1. GinjalGlomerulonefritisPielonefritisNekrosis tubular akutTumor
2. Vascular
a. Aterosklerosis
b. Hiperplasia
c. Trombosis
d. Aneurisma
e. Emboli kolestrol
f. Vaskulitis
3. Kelainan endokrin
a. DM
b. Hipertiroidisme
c. Hipotiroidisme
4. Syaraf
a. Stroke
b. Ensepalitis
c. SGB
5. Obat-obatan
a. Kontrasepsi oral
b. Kortikosteroid

2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi


a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh
beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum
meningkat, caffeine, DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensi
h. Kegemukan      
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen

2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2011).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2019).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 2016)

2.2.6 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2017 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang


menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun
Menurut (Rokhaeni, 2017) manifestasi klinis pada klien dengan
hipertensi adalah

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg


b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
1. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
a. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
b. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai
kondisi klinis pasien
2.2.8 Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
3. Pemekaran pembuluh darah
4. Perdarahan
5. Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
3. Malam banyak kencing
4. Kerusakan sel ginjal
5. Gagal ginjal
c. Jantung
1. Membesar ( Kardiomegali )
2. Sesak nafas (dyspnoe)
3. Cepat lelah
4. Gagal jantung

2.2.9 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet, Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
dan Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 %
dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
6. Edukasi Psikologi
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2.2.10 Cara pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
 Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
 Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
 Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
 Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
 Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
 Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
 Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol dan batasi aktifitas.

2.3 Konsep Asuhan Kebidanan


2.3.1 Pengkajian
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajan dengan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien
1. Subjektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari
pasien, suami, atau keluarga (Sulistyawati, 2012). Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis:
1) Biodata
Biodata yang mencangkup identitas pasien dan suami mennurut
(Sulistyawati, 2012).
1. Nama: nama pasien dan suami untuk mengetahui identitas pasien
dan suami sebagai orang yang bertanggung jawab.
2. Umur: untuk mengetahui batasan usia menopause.
3. Agama: untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual.
4. Pendidikan: untuk memudahkan memberi KIE sesuai dengan
tingkat pendidikan.
5. Pekerjaan: untuk mengetahui aktivitas dan tingkat sasial ekonomi
keluarga
6. Alamat: ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama
dengan alamat yang berbeda
7. Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila perlu.
2) Keluhan utama
Keluhan yang muncul pada kasus menopause adalah mentruasi tidak
teratur hingga tidak terjadi menstruasi, hot flush, kulit kering, vagina
kering, libido menurun, dan sulit tidur.

3) Riwayat haid atau menstruasi


Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah,
keluhan utama yang dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perhitungan sejak kapan
ibu menopause. Semakin muda ibu menarche maka akan semakin
tua ibu menopause.
4) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan, yang perlu dikaji adalah status pernikahan sah atau tidak,
berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali, lama pernikahan
dan ini suami yang ke berapa.

5) Riwayat Obstetri
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup,
persalinan yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau
kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forceps,
atau dengan SC), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau
nifas sebelumnya, hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan
sebelumnya, berat badan bayi sebelumnya < 2500 atau > 4000 kg,
serta masalah – masalah lain.

Semakin sering seorang ibu hamil dan melahirkan maka akan semakin
tua atau semakin lama mereka memasuki masa menopause. Selain itu
semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai
memasuki usia menopause.
6) Riwayat Ginekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami atau memiliki
riwayat masalah reproduksi seperti keputihan, miom, kista, maupun
kanker pada organ reproduksi dan kelenjar mammae.
Ibu dengan kanker rahim, akan tetap mengalami perdarahan meskipun
sudah menopuse. Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker
rahim dapat merusak indung telur, sehingga memicu menopause dini.
7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui alat kontrasepsi apa saja dan berapa lama ibu
menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
8) Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada kasus perienopause penyakit yang diderita oleh ibu menpause
yaitu mulai terjadi osteoporosis.
2. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit
menurun seperti TBC dan hepatitis.
9) Pola kebiasaan sehari – hari sebelum dan selam hamil Pola kebiasaan
sehari-hari menurut (Sulistyawati, 2012).
1. Nutrisi
Pada kasus menopause, ibu harus memenuhi nutrisinya dengan
memakan makanan yang kaya serat, mengandung omega 3, zat
besi, makanan berkalsium dan makanan yang mengandung vitamin
D, dan tidak mengonsumsi alkohol dan mengurangi kafein.
2. Eliminasi
Pada ibu hamil keluhan yang sering muncul berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih.
3. Aktifitas
Mengkaji aktivitas sehari – hari pasien karena data ini memberikan
gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan ibu
di rumah.
4. Istirahat
Istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu menopause. Pada ibu
menopause biasanya muncul keluhan sulit tidur.
5. Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan
seksual dalam seminggu dan apakah mengalami gangguan saat
mengalami hubungan seksual.
6. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaiman perasaan ibu dalam menjalani
kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan,
kehamilan ini direncanakan atau tidak,
7. Eliminasi
Pada saat menopause saluran uretra juga mengering, menipis dan
berkurang keelastisannya akibat penurunan kadar estrogen,
menyebabkan rentan terkena infeksi saluran kemih yang terkadang
ditampakkan dengan rasa selalu ingin kencing dan mengompol.
8. Aktifitas
Mempunyai bentuk tubuh gendut dibagian perut, sebaiknya pilih
olah raga yang ringan seperti jalan, senam kegel, senam lansia.
9. Istirahat
Istirahat bagi ibu menopause dapat berarti santai atau diam
menganggur setelah melakukan kerja keras serta melepaskan diri
dari hal yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan.
10. Seksualitas
Keinginan seks pada ibu menopause menurun dan sulit untuk
dirangsang.
11. Psikososial
Pada ibu menopause terjadi penurunan kadar estrogen, gejala yang
menonjol adalah berkurangnya konsentrasi dan kemampuan
akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung,
susah tidur, rasa kekurangan, rasa sepi, ketakutan, keganasan dan
tidak sabar lagi (Proverawati, 2015).

2. Objektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan
(Sulistyawati, 2012).
1) Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran
Pada ibu menopause keadaran composmentis.
2. Tekanan darah
Tekanan darah pada umur 40-49 tahun : 120/80 mmHg, pada umur
50-59 tahun : 138/84
3. Suhu
Batas normal suhu yaitu 36,5oC – 37,5oC.
4. Nadi
Nadi normal berkisar 60-100 x/ menit.
5. Respirasi
16x/menit – 24x/menit
6. Berat badan
Dikaji untuk mengetahui kegemukan pada ibu menopause.
7. Tinggi badan
Banyak wanita yang tidak mengukur tinggi badannya dalam
sepuluh tahun dan sering kehilangan satu inci atau lebih (Varney,
2007)
2) Pemeriksaan fisik
1. Wajah :Tidak oedem, tidak pucat, kulit kering, tipis dan keriput.
2. Mata : cojungtiva merah muda, sklera putih, rabun dekat atau tidak
3. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi, gigi mudah
goyah, gusi berdarah.
4. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis dan tidak ada
bendungan vena jugularis
5. Payudara : Payudara mulai kehilangan bentuknya dan mulai kendur
6. Abdomen : Bentuk abdomen, adanya retraksi, adanya benjolan
abnormal atau tidak
7. Genetalia : Vagina akan terasa kering, gatal, mudah luka, sering
keputihan, nyeri saat senggama
8. Ekstermitas, apakah terdapat oedem dan varices atau tidak

2.3.2 Interpretasi Data


Langkah ini dilakukan dengan mengindentifikasi data secara benar
terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien. Data dasar yang yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa, namun
membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien (Sari, 2014).
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus menopause adalah “Ny.X P A
Umur...Tahun menopause dengan ….”

Data Dasar:

Data Subyektif :

a. Ibu mengatakan bernama Ny.X


b. Ibu mengatakan berumur …. tahun.
c. Ibu mengatakan terdapat keluhan...
2. Masalah
Masalah adalah hal – hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan pengkajian, misal kurangnya pengetahuan
mengenai menopause.
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan pasien dan belum
terindentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data, sebagai contoh pada kasus menopause adalah
memberikan konseling tentang menopause.

2.3.3 Diagnosa Potensial


Diagnosa potensial adalah melakukan identifikasi diagnosis atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Langkah ini
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang
lain berdsarkan beberapa masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila
memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu
pasien membutuhkan tindakan segera (Sari, 2014).
Dari kasus menopause didapatkan diagnosa potensial terjadi gangguan
psikologis seperti takut tua, sukar tidur, mudah tersinggung dan marah,
psikoanalisis seperti keharmonisan rumah tangga terganggu, psikomatik
seperti kardiovaskuler, keluhan fisik (vagina kering, dispareanuria, kulit
kering), tumor jinak (kista ovarium, mioma uteri, polip), keganasan
genetalia (ca serviks, korpus uteri, ovarium, tuba karsinoma).

2.3.4 Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera


Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan
tindakan emergency, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat
rujukan.
Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya melakukan konsultasi atau
penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien

2.3.5 Perencanaan Asuhan


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date,
perawatan berdasarkan bukti, serta divalidasaikan dapat mengurangi
terjadinya infeksi pada ketuban pecah dini (Manuaba, 2008), dengan
asumsi mengenai apa yang di inginkan dan tidak diinginkan pasien. Dalam
menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya
pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus
disetujui oleh pasien (Sulistyawati, 2012).
1. Jelaskan pada ibu tentang pengertian, gejala dan tanda menopause

2. Jelaskan pada ibu tentang apa yang harus dilakukan selama masa
menopause
2.3.6 Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien an aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien,atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya: memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam
manajemen asuahn bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang dan biayamenyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu serta meningkatkan mutu
dari asuahn klien.
1. Menjelaskan pada ibu tentang pengertian, gejala dan tanda menopause.
2. Menjelaskan pada ibu tentang apa saja yang harus dilakukan selama
masa menopause :
a. Menganjurkan ibu untuk berolahraga teratur
b. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bernutrisi yang
mengandung banyak vitamin seperti sayur dan buah
c. Menganjurkan ibu untuk meminimalisir konsumsi kafein
d. Menganjurkan ibu untuk melakukan kegiatan atau aktifitas
yang positif
e. Memberitahu ibu apa yang harus disiapkan sebelum terjadi
menopause
f. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan kalsium yaitu
dengan minum susu

2.3.7 Evaluasi
Merupakan tahapan terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan yang dilakukan oleh
bidan.Evaluasi sebagai bagian dari pelayanan secara komprehensif dan
selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Sari, 2014).
Adapun evaluasi asuhan kebidanan Ibu menopause, meliputi :
1. Ibu paham tentang pengertian, gejala dan tanda menopause
2. Ibu paham tentang apa yang harus dilakukan selama masa menopause
3. Ibu bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
BAB 3
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 07 Desember 2021


Pukul : 09.00 WIB
Oleh : Nanda Akhtsarul Hikmah

3.1 Data Subjektif


1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. “D” Tn. W
Umur : 49 tahun 53 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja Karyawan Swasta
Alamat : Bambe Dukuh Menanggal
2. Keluhan
Utama : Setiap malam susah tidur, pusing, berat ditengkuk leher
dan badan terasa lelah pada tiga hari terakhir
Tambahan : Tidak mens 3 tahun terakhir
3. Riwayat Menstruasi:
Menarche : 14 th
Dismenorhea : tidak ada
Siklus : rutin (28-30 hari)
Jumlah darah : 3-5 kali pembalut/hari (cukup)
Lama : 7-8 hari
Flour Albus : Tidak ada
HPHT : Tidak ingat. Mens terakhir tahun 2018

4. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama Menikah : 27 tahun
Usia Saat Menikah : 22 tahun
Status : Single Parent
5. Riwayat Obstetri

Hamil Anak Keadaan


No. UK Persalinan Penolong Usia Menyusui Nifas KB
ke JK BBL anak skg
1 1 9b Spt-B Bidan P 3200 Hidup 25 2 tahun Normal KB 3bl
2 2 9b Spt-B Bidan L 2800 Hidup 17 2 tahun Normal KB 3bl
3 2 9b Spt-B Bidan L 3000 Hidup 17 2 tahun Normal KB 3bl
4 3 9b Spt-B Bidan L 3400 Hidup 15 2 tahun Normal MOW
6. Riwayat KB dan Penggunaan Obat Hormonal
Ibu pernah menggunakan KB Suntik 3 bulan dari melahirkan anak yang ke-1.
Saat melahirkan anak yang ke 2 dan 3 secara normal, ibu dan suami memilih
KB suntik 3 bulan, kemudian setelah kelahiran anak ke 4. Ibu dan suami
tidak menginginkan anak lagi lalu memutuskan memakai KB MOW.
7. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu memiliki riwayat penyakit Hipertensi
8. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, tidak ada alergi dan tidak
memiliki penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain) tidak memiliki
penyakit menular (HIV, TBC dan lain-lain) dan tidak memiliki penyakit
menahun (asma, batuk rejan dan lain-lain).
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga memiliki penyakit menurun Hipertensi dan tidak memiliki riwayat
penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain), tidak memiliki penyakit
menular (HIV, TBC dan lain-lain) dan tidak memiliki penyakit menahun
(asma, batuk rejan dan lain-lain).
10. Riwayat Kesehatan Mulut
Ibu tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada gangguan menelan tidak pernah
sakit gigi, terdapat gigi ompong 2.
11. Riwayat Ginecologi
Infertil : Tidak ada
Infeksi Kandungan: Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Kanker : Tidak ada
Lain-lain, Sebutkan: -
12. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi : Makan 3x sehari dengan porsi makan sayur (bayam, sop),
lauk (ayam, telur dan daging) dan nasi jumlah secukupnya,
dan buah (semangka, melon)
Minum air putih 8 gelas/hari, ibu terkadang membuat jus,
teh.
Istirahat : tidur malam ± 4-6 jam, tidur siang jarang ± 30 menit. Ibu
merasakan adanya gangguan tidur terutama malam hari.
Eliminasi : BAB 1x/ hari rutin dan BAK 5-6 kali. Terakhir BAB tadi
pagi saat bangun tidur bersamaan dengan BAK
Personal : mandi 2x/hari, ganti baju setiap hari 2x. Cebok dengan
benar, dari depan ke belakang. Air dirumah bersih sehingga
tidak ada masalah
Hubungan Seks : Ibu berstauts single parent.
Aktivitas : saat dirumah tidak pernah melakukan aktivitas berat,
hanya pekerjaan rumah. Terkadang menyempatkan waktu
untuk jalan-jalan sore/pagi ±30 menit
Obat-obatan : Ibu minum obat anti hipertensi (Amlodipin 5 mg 1x1)
secara rutin

13. Psikologi, Sosial dan Spiritual


Tidak ada masalah yang mengganggu, suami dan keluarga mendukung
kondisi kesehatan ibu. Usia yang semakin bertambah terkadang emosi sedikit
dengan beralasan, tidak pernah merasa marah hebat, masih dapat
mengendalikan emosi.. Ibu biasanya ikut kajian diluar, selama pandemi
hanya mendengarkan kajian via daring. Ibu belum pernah mengikuti
Posyandu Lansia, Posbindu.

3.2 Data Obyektif


1. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3) Antopometri
TB : 155 cm
BB : 57 kg
LILA : 28 cm
IMT : 23,7 (Normal)
LP : 76 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : kebersihan cukup, rambut tidak rontok.
Wajah : tidak tampak pucat dan tidak odem
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Mulut : bersih, tidak ada gigi berlubang, terdapat gigi ompong 2.
Dada/Payudara : pernafasannya teratur, pada payudara tidak terdapat massa
serta tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan di ulu hati tidak teraba massa, tidak
ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan.
Ekstremitas
Atas : tidak ada polidaktili maupun sindaktili, pergerakan bebas,
kulit mulai mengeriput.
Bawah : tidak odem, tidak varises, tidak ada polidaktili maupun
sindaktili, pergerakan bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan tanggal 7 Desember 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Harga Normal
Hemoglobin : 11 g/dL 12-15g/dL
GDA : 125 70-150mg/dL
AU : 5,3 mg/dL 2,5-7,5 mg/dL
CHOL : 145 mg/dL 200mg/dL
3.3 Analisa Data
Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi
3.4 Penatalaksanaan
Hari/ Tanggal : 07 Desember 2021
Pukul : 09 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Gayungan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tekanan darah ibu tinggi
e/ Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
2. Memberikan KIE kepada ibu terkait masalah-masalah yang dialami ibu
selama pada fase menopause ini, yaitu:
 Menjelaskan kepada ibu tentang pngertian menopause, keluhan dan
gejala pada setiap tahap menopause.
e/ Ibu memahami dan dapat mengulang penjelasan mengenai tahapan
menopause dan gejala di setiap tahapannya
 Menjelaskan pada ibu mengenai masalah yang sering muncul pada masa
menopause seperti rasa panas, sering berkeringat, susah tidur, nyeri otot
mudah tersinggung
e/ Ibu mengerti dan dapat mengulang penjelasan mengenai masalah apa
saja yang mungkin timbul saat menopause
3. Menjelaskan kepada ibu tentang keluhan yang dialami mengenai hipertensi
e/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan dapat mengulang keluhan
yang dialami mengenai hipertensi yaitu disebabkan akibat perubahan
hormone pemicu stress dan juga pola hidup
4. Menganjurkan ibu olahraga secara rutin
e/ Ibu bersedia melakukan olahraga rutin seminggu 2-3 kali seperti jalan
pagi, senam lansia, bersepeda kurang lebih 30 menit dan tidak bekerja
terlalu berat
5. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi mengenai nutrisi bagi ibu
menopause dengan hipertensi
e/ Ibu bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk mengikuti Posyandu lansia
e/ Ibu bersedia mengikuti posbindu
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Ibu
mendapatkan terapi :
 Amlodipin 5mg : 1x1
 Vit B : 1x1

e/ Ibu telah menerima resep


8. Menjadwalkan pertemuan selanjutnya pada tanggal 9 Desember 2021
dirumahnya pukul 15.00 WIB
e/ Ibu menyetujui.

Pertemuan ke 2
Tanggal : 9 Desember 2021
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu
S : Ibu merasa tidak ada keluhan.
O :
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,3 ºC
Hasil Score Tingkat Kemandirian Lansia Saat ini Activity Daily Living (ADL): 20
Hasil Score Status Mental Lansia Geriatric Depression Scale (GDS): 2
A : Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi

P :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
e/ ibu mengerti hasil pemeriksaan yang dilakukan
2. Memberikan KIE tentang ketidaknyamanan yang sering terjadi pada masa
menopause dan gizi seimbang
e/ Ibu mengerti dan mampu mengulang penjelasan yang diberikan
3. Menyepakati pertemuan selanjutnya Via Online tanggal 11 Desember
2021
e/ ibu menyetujui

Pertemuan ke 3
Tanggal : 11 Desember 2021
Pukul : 11.30 WIB
Tempat : Online
S : Ibu merasa lelah setelah berkunjung kerumah anak dan cucu
O : Obat diminum secara teratur
A : Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi

P :
1. Memberikan KIE tentang
a. Perubahan fisik dan psikologis pada menopause
b. Cara mengatasi ketidaknyamanan masa menopause
c. Pemenuhan gizi sesuai dengan diit
d. Aktifitas fisik
e. Hindari penggunaan rokok dan alkohol
f. Rutin memantau berat badan
g. Istirahat cukup
h. Rutin untuk kontrol ulang
e/ ibu mengerti dan dapat mengulang penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi ibu yang mudah lelah sehinga ibu
pelu untuk mengurangi aktivitas yang berat dan istirahat yang cukup.
e/ Ibu akan mengurangi aktivitas berat dan akan istirahat apabila dirasa mulai
lelah
3. Menyepakati pertemuan selanjutnya Via Online tanggal 13 Desember 2021
e/ Ibu menyetujui

Pertemuan ke-4
Tanggal : 13 Desember 2021
Pukul : 14.00 WIB
Tempat : Online
S : Ibu merasa tidak ada keluhan.
O : Obat dikonsumsi secara teratur
A : Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi

P :
1. Menjelaskan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif yang
sering terjadi pada masa menopause.
e/ Ibu mengerti penjelasan tentang penyakit degeneratif.
2. Memberikan pelayanan lain terkait isu kesehatan lain seperti:
a. Penyakit Osteoporosis
b. Konsumsi banyak serat, protein dan kalsium
c. Konsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen
d. Keikutsertaan dalam posyandu lansia
e. Pengelolaan stres seperti ikut komunitas yoga
f. Dukungan orang terdekat saat masa menopause
g. Tetap menerapkan protokol kesehatan saat pandemi
3. Mengingatkan kembali kepada ibu jika sewaktu-waktu ada keluhan atau
masalah yang tidak dapat teratasi segera datang ke fasilitas kesehatan
e/ Ibu mengerti
BAB 4

PEMBAHASAN

Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat mengambil


kesimpulan dan pemecahan masalah dalam kesenjangan tersebut, sehingga
dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam menerapkan asuhan kebidanan
yang efektif. Berdasarkan data pada tinjauan kasus didapatkan Ny D berusia
49 tahun berada pada fase menopause. Berdasarkan teori menopause adalah
fase di dalam kehidupan seorang wanita dimana indung telur tidak lagi
melepaskan telur tiap bulan dan menstruasi berhenti. Menopause bisa terjadi
tiba-tiba dan yang lebih biasa menopause merupakan satu proses yang
berangsur-angsur yang datang dan terjadi antara usia 45-55 tahun (Nash dan
Gilbert, 2016).
Hasil anamnesa ibu mengeluh Setiap malam susah tidur, pusing, berat
ditengkuk leher dan badan terasa lelah pada tiga hari terakhir selain itu ibu
mengatakan tidak mens selama 3 tahun terakhir, vagina terasa kering malas
berhubungan seksual. Hal ini sesuai dengan teori Menurut (Amanda, 2015)
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause
yaitu ketidakteraturan siklus haid, gejolak rasa panas (Hot flushes), kekeringan
vagina, perubahan kulit, keringat berlebihan, gangguan tidur, perubahan pada
mulut dan hidung, gangguan pada otot dan sendi. Selain itu keluhan yang
dialami ibu mengarah pada gejala hipertensi dan hasil pemeriksaan tekanan
darah didapatkan 150/90 mmHg. Hal ini sesuai teori Menurut (Rokhaeni,
2017) manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, pusing / migraine, rasa berat
ditengkuk, penyempitan pembuluh darah, sukar tidur, lemah dan lelah.
Analisa data didapatkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yaitu Ny
“D“ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi.
Penatalaksanaan asuhan kebidanan yaitu menjelaskan pada ibu pada
kondisi yang dialaminya yaitu pada masa menopause, menjelaskan gejala
menopause, gizi pada menopause, menjelaskan mengenai hipertensi, makanan
untuk penderita hipertensi dan terapi yaitu Amlodipin 5mg 1x1 dan Vitamin B
1x1.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
4. Ny “D” merupakan usia dan gejala yang dialami termasuk dalam masa
menopause
5. Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny “D” meliputi pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Geriatric
Depression Scale dan Penilaian Activity of Daily Living
6. Asuhan yang diberikan kepada Ny “D” yaitu menjelaskan pada ibu pada
kondisi yang dialaminya yaitu pada masa menopause, menjelaskan gejala
menopause, gizi pada menopause, menjelaskan mengenai hipertensi,
makanan untuk penderita hipertensi dan terapi yaitu Amlodipin 5mg 1x1
dan Vitamin B 1x1.

5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam
pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Bidan mampu memberikan asuhan kebidanan terhadap masyarakat
terutama masa klimakterium bidan mampu memberikan asuhan seuai
dengan manajemen dan isu-isu kesehatan terkini.
3. Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa klimakterium harus terus
ditingkatkan, hal itu dapat dilakukan dengan cara konseling atau
penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, 2015. Perubahan Fisik pada Wanita Menopause. Jakarta : Salemba


Bobak, dkk, 2015. Pengaruh Menopause pada Wanita. Jurnal Kebidanan
Brizendine. 2010. The Female Brain. Jakarta : Ufuk Press
Darmojo. 2019. Menopause pada Wanita. Semarang.: Sinar Pelita
Irawati. 2014. Mentruasi masa Folikuler. Jakarta : PT Elex
Lisnani. 2010. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Premenopause Dalam
Menghadapi Perubahan Pada Masalah Menopause Di Kelurahan Sari Kecamatan
Medan Denai.
Mayo Clinic. 2019. Perimenopause. https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/perimenopause/symptoms-causes/syc-20354666.
Salim, Amanda Rosa. 2015. (Un)Complicated Menopause. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Syukri, 2016. Hubungan Hipertensi dengan Menopause. Jurnal Kebidanan
Sulistyawati. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika
Suparni, I.E dan Astutik, R.Y. 2016. Menopause Masalah dan Penanganannya.
Yogyakarta : Deepublish
Proverawati, A. (2015). Menopause dan Sindrom Pre Menopause. Yogyakarta :
Muha Medika. Purwoastuti Endang & Wafyani Elisabeth. (2016). Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Matemal dan Neonatal. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press
Yogyakarta : Deepublish
Web MD. 2019. Menopause. https://www.webmd.com/menopause/guide/guide-
perimenopause#1.
Willy, Tjin. 2019. Menopause. https://www.alodokter.com/perimenopause.
LAMPIRAN

1. Pendokumentasian
2. Geriatric Depression Scale ( GDS)
3. Penilaian Activity Daily Living (ADL)

Anda mungkin juga menyukai