Mahasiswa
Ibu Uripah, SST Queen Khoirun Nisa Mairo , SST,.M.Keb Dr. Kasiati, S.Pd.S.Tr.Keb. M.Kes
NIP. 197408162008012010 NIP. 198212132008012007 NIP. 196404301985032003
Mengetahui
Evi Pratami,.M.Keb,
NIP. 1979052420021221
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmat kasih yang dianugerahkan-Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Holistik Pada Menopause dengan Hipertensi di
Puskesmas Gayungan Surabaya” Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan tugas blok 8 pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Surabaya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada menopause
dengan hipertensi
1.3 Pelaksanaan
Waktu : 6 Desember s.d 18 Desember 2021
Tempat : Wilayah Puskesmas Gayungan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2. Perubahan Hormon
Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon
estrogen yang menjadi berkurang. Begitu juga perubahan yang terjadi pada
hormon progesteron. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi
perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai
terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat
rendahnya hormon estrogen.
3. Perubahan Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-
tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.
Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin,
pusing, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar.
Menurut (Amanda, 2015) Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda
dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ketidakteraturan Siklus Haid
b. Gejolak Rasa Panas (Hot flushes)
c. Kekeringan Vagina
d. Perubahan Kulit
e. Keringat Berlebihan
f. Gangguan Tidur
g. Perubahan pada Mulut dan Hidung
h. Gangguan pada Otot dan Sendi
4. Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat
penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam
menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya
jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan
wanita menopause tersebut.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah
mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,
tegang, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri
karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak
dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan
femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan
psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ingatan menurun
b. Kecemasan
c. Stress
d. Depresi
1. Berdasarkan penyebabnya
a. Hipertensi Primer/ Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).
2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2011).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2019).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 2016)
2.2.9 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
5) Riwayat Obstetri
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup,
persalinan yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau
kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (dengan forceps,
atau dengan SC), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan atau
nifas sebelumnya, hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan
sebelumnya, berat badan bayi sebelumnya < 2500 atau > 4000 kg,
serta masalah – masalah lain.
Semakin sering seorang ibu hamil dan melahirkan maka akan semakin
tua atau semakin lama mereka memasuki masa menopause. Selain itu
semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai
memasuki usia menopause.
6) Riwayat Ginekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami atau memiliki
riwayat masalah reproduksi seperti keputihan, miom, kista, maupun
kanker pada organ reproduksi dan kelenjar mammae.
Ibu dengan kanker rahim, akan tetap mengalami perdarahan meskipun
sudah menopuse. Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker
rahim dapat merusak indung telur, sehingga memicu menopause dini.
7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui alat kontrasepsi apa saja dan berapa lama ibu
menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
8) Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada kasus perienopause penyakit yang diderita oleh ibu menpause
yaitu mulai terjadi osteoporosis.
2. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit
menurun seperti TBC dan hepatitis.
9) Pola kebiasaan sehari – hari sebelum dan selam hamil Pola kebiasaan
sehari-hari menurut (Sulistyawati, 2012).
1. Nutrisi
Pada kasus menopause, ibu harus memenuhi nutrisinya dengan
memakan makanan yang kaya serat, mengandung omega 3, zat
besi, makanan berkalsium dan makanan yang mengandung vitamin
D, dan tidak mengonsumsi alkohol dan mengurangi kafein.
2. Eliminasi
Pada ibu hamil keluhan yang sering muncul berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih.
3. Aktifitas
Mengkaji aktivitas sehari – hari pasien karena data ini memberikan
gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan ibu
di rumah.
4. Istirahat
Istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu menopause. Pada ibu
menopause biasanya muncul keluhan sulit tidur.
5. Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan
seksual dalam seminggu dan apakah mengalami gangguan saat
mengalami hubungan seksual.
6. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaiman perasaan ibu dalam menjalani
kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan,
kehamilan ini direncanakan atau tidak,
7. Eliminasi
Pada saat menopause saluran uretra juga mengering, menipis dan
berkurang keelastisannya akibat penurunan kadar estrogen,
menyebabkan rentan terkena infeksi saluran kemih yang terkadang
ditampakkan dengan rasa selalu ingin kencing dan mengompol.
8. Aktifitas
Mempunyai bentuk tubuh gendut dibagian perut, sebaiknya pilih
olah raga yang ringan seperti jalan, senam kegel, senam lansia.
9. Istirahat
Istirahat bagi ibu menopause dapat berarti santai atau diam
menganggur setelah melakukan kerja keras serta melepaskan diri
dari hal yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan.
10. Seksualitas
Keinginan seks pada ibu menopause menurun dan sulit untuk
dirangsang.
11. Psikososial
Pada ibu menopause terjadi penurunan kadar estrogen, gejala yang
menonjol adalah berkurangnya konsentrasi dan kemampuan
akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung,
susah tidur, rasa kekurangan, rasa sepi, ketakutan, keganasan dan
tidak sabar lagi (Proverawati, 2015).
2. Objektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan
(Sulistyawati, 2012).
1) Pemeriksaan Umum
1. Kesadaran
Pada ibu menopause keadaran composmentis.
2. Tekanan darah
Tekanan darah pada umur 40-49 tahun : 120/80 mmHg, pada umur
50-59 tahun : 138/84
3. Suhu
Batas normal suhu yaitu 36,5oC – 37,5oC.
4. Nadi
Nadi normal berkisar 60-100 x/ menit.
5. Respirasi
16x/menit – 24x/menit
6. Berat badan
Dikaji untuk mengetahui kegemukan pada ibu menopause.
7. Tinggi badan
Banyak wanita yang tidak mengukur tinggi badannya dalam
sepuluh tahun dan sering kehilangan satu inci atau lebih (Varney,
2007)
2) Pemeriksaan fisik
1. Wajah :Tidak oedem, tidak pucat, kulit kering, tipis dan keriput.
2. Mata : cojungtiva merah muda, sklera putih, rabun dekat atau tidak
3. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi, gigi mudah
goyah, gusi berdarah.
4. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis dan tidak ada
bendungan vena jugularis
5. Payudara : Payudara mulai kehilangan bentuknya dan mulai kendur
6. Abdomen : Bentuk abdomen, adanya retraksi, adanya benjolan
abnormal atau tidak
7. Genetalia : Vagina akan terasa kering, gatal, mudah luka, sering
keputihan, nyeri saat senggama
8. Ekstermitas, apakah terdapat oedem dan varices atau tidak
Data Dasar:
Data Subyektif :
2. Jelaskan pada ibu tentang apa yang harus dilakukan selama masa
menopause
2.3.6 Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien an aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien,atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya: memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam
manajemen asuahn bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang dan biayamenyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu serta meningkatkan mutu
dari asuahn klien.
1. Menjelaskan pada ibu tentang pengertian, gejala dan tanda menopause.
2. Menjelaskan pada ibu tentang apa saja yang harus dilakukan selama
masa menopause :
a. Menganjurkan ibu untuk berolahraga teratur
b. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bernutrisi yang
mengandung banyak vitamin seperti sayur dan buah
c. Menganjurkan ibu untuk meminimalisir konsumsi kafein
d. Menganjurkan ibu untuk melakukan kegiatan atau aktifitas
yang positif
e. Memberitahu ibu apa yang harus disiapkan sebelum terjadi
menopause
f. Menganjurkan ibu untuk memenuhi asupan kalsium yaitu
dengan minum susu
2.3.7 Evaluasi
Merupakan tahapan terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan yang dilakukan oleh
bidan.Evaluasi sebagai bagian dari pelayanan secara komprehensif dan
selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Sari, 2014).
Adapun evaluasi asuhan kebidanan Ibu menopause, meliputi :
1. Ibu paham tentang pengertian, gejala dan tanda menopause
2. Ibu paham tentang apa yang harus dilakukan selama masa menopause
3. Ibu bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
BAB 3
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
4. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama Menikah : 27 tahun
Usia Saat Menikah : 22 tahun
Status : Single Parent
5. Riwayat Obstetri
Pertemuan ke 2
Tanggal : 9 Desember 2021
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu
S : Ibu merasa tidak ada keluhan.
O :
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,3 ºC
Hasil Score Tingkat Kemandirian Lansia Saat ini Activity Daily Living (ADL): 20
Hasil Score Status Mental Lansia Geriatric Depression Scale (GDS): 2
A : Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi
P :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
e/ ibu mengerti hasil pemeriksaan yang dilakukan
2. Memberikan KIE tentang ketidaknyamanan yang sering terjadi pada masa
menopause dan gizi seimbang
e/ Ibu mengerti dan mampu mengulang penjelasan yang diberikan
3. Menyepakati pertemuan selanjutnya Via Online tanggal 11 Desember
2021
e/ ibu menyetujui
Pertemuan ke 3
Tanggal : 11 Desember 2021
Pukul : 11.30 WIB
Tempat : Online
S : Ibu merasa lelah setelah berkunjung kerumah anak dan cucu
O : Obat diminum secara teratur
A : Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi
P :
1. Memberikan KIE tentang
a. Perubahan fisik dan psikologis pada menopause
b. Cara mengatasi ketidaknyamanan masa menopause
c. Pemenuhan gizi sesuai dengan diit
d. Aktifitas fisik
e. Hindari penggunaan rokok dan alkohol
f. Rutin memantau berat badan
g. Istirahat cukup
h. Rutin untuk kontrol ulang
e/ ibu mengerti dan dapat mengulang penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi ibu yang mudah lelah sehinga ibu
pelu untuk mengurangi aktivitas yang berat dan istirahat yang cukup.
e/ Ibu akan mengurangi aktivitas berat dan akan istirahat apabila dirasa mulai
lelah
3. Menyepakati pertemuan selanjutnya Via Online tanggal 13 Desember 2021
e/ Ibu menyetujui
Pertemuan ke-4
Tanggal : 13 Desember 2021
Pukul : 14.00 WIB
Tempat : Online
S : Ibu merasa tidak ada keluhan.
O : Obat dikonsumsi secara teratur
A : Ny “D “ P40004 usia 49 tahun masa menopause dengan Hipertensi
P :
1. Menjelaskan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif yang
sering terjadi pada masa menopause.
e/ Ibu mengerti penjelasan tentang penyakit degeneratif.
2. Memberikan pelayanan lain terkait isu kesehatan lain seperti:
a. Penyakit Osteoporosis
b. Konsumsi banyak serat, protein dan kalsium
c. Konsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen
d. Keikutsertaan dalam posyandu lansia
e. Pengelolaan stres seperti ikut komunitas yoga
f. Dukungan orang terdekat saat masa menopause
g. Tetap menerapkan protokol kesehatan saat pandemi
3. Mengingatkan kembali kepada ibu jika sewaktu-waktu ada keluhan atau
masalah yang tidak dapat teratasi segera datang ke fasilitas kesehatan
e/ Ibu mengerti
BAB 4
PEMBAHASAN
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
4. Ny “D” merupakan usia dan gejala yang dialami termasuk dalam masa
menopause
5. Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny “D” meliputi pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Geriatric
Depression Scale dan Penilaian Activity of Daily Living
6. Asuhan yang diberikan kepada Ny “D” yaitu menjelaskan pada ibu pada
kondisi yang dialaminya yaitu pada masa menopause, menjelaskan gejala
menopause, gizi pada menopause, menjelaskan mengenai hipertensi,
makanan untuk penderita hipertensi dan terapi yaitu Amlodipin 5mg 1x1
dan Vitamin B 1x1.
5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam
pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Bidan mampu memberikan asuhan kebidanan terhadap masyarakat
terutama masa klimakterium bidan mampu memberikan asuhan seuai
dengan manajemen dan isu-isu kesehatan terkini.
3. Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa klimakterium harus terus
ditingkatkan, hal itu dapat dilakukan dengan cara konseling atau
penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendokumentasian
2. Geriatric Depression Scale ( GDS)
3. Penilaian Activity Daily Living (ADL)