Disusun oleh:
BUKITTINGGI
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kami ucapkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Kelolaan dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN
HOLISTIK REMAJA DAN PRA NIKAH PADA Nn “S” USIA 17 TAHUN
DENGAN AMENORHEA SEKUNDER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAUH PADANG”. Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW, semoga
kita selalu dapat meneladani segala sisi dalam kehidupan beliau.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami sadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak lain berkat
bantuan dan bimbingan dari dosen pembibing dan teman-teman. Maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya serta
kesehatan dalam proses penulisan laporan
2. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd,Ns. M.Kes selaku rektor universitas Ford
De Kock.
3. Ibu Ferbriniwati Rifdi, S.SiT, M.Bomed selaku ketua program studi
kebidanan Ford De Kock.
4. Ibu drg. Hj. Trisye Musfa selaku Kepala puskesmas Pauh yang telah
memfasilitasi dan memberi izin kami selama penyusunan laporan ini.
5. Ibu Nurul Amalia, S. ST. M. Keb selaku pembimbing akademik yang
telah membimbing kami dalam penyusunan laporan kasus ini.
6. Ibu Lidya Riniati, S.SiT selaku pembimbing lapangan yang telah
membimbing dan memberi saran kami dalam penyusunan laporan kasus.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam pembuatan laporan
ini. Dan kami mohon kritik dan saran untuk kami yang membangun, selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Padang, 28 Juli 2023
Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan umum dan khusus
1.4 Manfaat Penulisan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Setalah membuat laporan ini diharapkan penulis dapat memhami tentang Amenore
Setelah membuat laporan ini diharapkan penulis dapat memahami tentang polimenorea
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Manuaba (2009), amenore yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan
berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 16 tahun. Menurut Jones (2002),
amenore sekunder adalah keterlambatan menstruasi 3 bulan berturut-turut, sedangkan amenore
primer adalah menstruasi tidak datang walaupun usia remaja telah mencapai usia 16 tahun.
Menurut Kumala (2005), amenorea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara
abnormal yang mengiring penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu
makan tidak sehat pada anoreksia nervosa dan tidak disertai problem psikologik.
Menurut Jones (2002), amenore primer (dialami oleh 5 persen wanita amenore) mungkin
disebabkan oleh efek genetik seperti disgenensis gonad, yang biasanya ciri-ciri seksual
sekunder tidak berkembang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan duktus Muller, seperti
tidak ada uterus, agenesis vagina, septum vagina transversal, atau himen imperforata. Pada tiga
penyebab terakhir, menstruasi dapat terjadi tetapi discharge menstruasi tidak dapat keluar dari
traktus genitalis. Keadaan ini disebut kriptomenore, bukan amenore.
1. Sindrome Asherman
Pada sindrom Asherman, amenore sekunder terjadi setelah kerusakan endometrium.
Umumnya hal ini disebabkan kuretase berlebihan yang kemudian menghasilkan jaringan
parut intrauterin. Pola yang khas yaitu sinekia multipel yang tampak pada histerogram.
Diagnosis dengan histeroskopi lebih akurat karena dapat mendeteksi perlekatan minimal
yang tidak tampak pada histerogram. Perlekatan dapat terjadi secara sebagian atau seluruh-
nya menutup rongga endometrium atau kanalis servikalis. Sindrom Asherman dapat juga
terjadi setelah pembedahan uterus, meliputi seksio saesaria atau miomektomi (Speroff,
2005).
Pasien dengan sindrom Asherman dapat memiliki masalah lain selain amenore, termasuk
keguguran dan dismenore. Pasien dengan abortus berulang, infertilitas, atau kegagalan
kehamilan harus menjalani pemeriksaan rongga endometrium dengan histerogram atau
histeroskopi.
Terapi sindrom Asherman meliputi dilatasi dan kuretase untuk melepaskan sinekia dan
bila diperlukan dapat dilakukan histerogram untuk memastikan rongga uterus telah bebas
dari sinekia. Histeros-kopi dengan melisiskan secara langsung perlekatan, memberikan
hasil yang lebih baik daripada dilatasi dan kuretase “buta”. Untuk mencegah rongga uterus
dari perlekatan digunakan kateter Folley intra uterin, kantung diisi dengan 3 ml cairan, dan
kateter diangkat setelah 7 hari. Selain kateter Folley, intrauterine device (IUD) juga dapat
digunakan untuk mencegah perlekatan ulang. Kateter Folley merupakan metode ajuvan
yang lebih aman dan lebih efektif dibandingkan dengan IUD. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Orhue et al. yang membandingkan 51 kasus sindrom Asherman
yang menggunakan IUD dan 59 kasus dengan kateter Folley untuk mencegah perlekatan
ulang dan ditemukan 81,4% pasien dari kelompok kateter Folley mendapatkan siklus
menstruasi yang normal sedangkan pada kelompok IUD sebanyak 62,7%. Tingkat konsepsi
pada kelompok kateter ialah 33,9% dibandingkan dengan 22,5% pada kelompok IUD.
Antibiotik spektrum luas dimulai sebelum operasi dan dipertahankan selama 10 hari. Pasien
diterapi selama 2 bulan dengan estrogen dosis tinggi 2,5 mg perhari selama 3 dari 4 minggu dan
dengan medroksi-progesteron asetat 10 mg perhari yang ditambahkan pada minggu ketiga
(Suparman, 2017).
BAB III
MANAJEMEN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK REMAJA DAN PRA NIKAH PADA Nn “S” USIA 17
TAHUN DENGAN AMENORHEA SEKUNDER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH
PADANG
I. Data Subyektif
1.1 Identitas
Nama klien : Nn. S
Umur : 17 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Limau Manis
No.Hp : 0852xxxxxx
1.2 Anamnesis
1. Keluhan : Nn. S mengatakan sudah 3 bulan lagi belum datang menstruasi
serta merasa cemas dengan keadaannya
2. Riwayat Menstruasi
2.1 Menarche : 13 tahun
2.2 Siklus : 20 hari
2.3 Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
2.4 Lamanya : 6-8 hari
2.5 Sifat darah : Encer
2.6 Teratur/tidak : Tidak teratur
2.7 Dismenorhoe : kadang-kadang
2.8 Fluor albus : Tidak
2.9 HPHT : 14 April 2023
7.5 Pola Aktivitas Sehari-Hari : sekolah dari pukul 07.00 wib sampai 15.00 wib
7.6 Pola Kebiasaan
Merokok : Tidak
Minum alkohol : Tidak
Obat-obatan : Tidak
Konsumsi Jamu : Tidak
2. Pemeriksaan Fisik
2.1 Inspeksi
Wajah : berjerawat, Simetris, tidak pucat, tidak udema
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi
Ekstremitas: Simertis, tidak varises, jari lengkap, gerakan aktif
2.2 Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe dan kelenjar tiroid
3. Pemeriksaan Khusus
Kadar Haemoglobin : Tidak dilakukan
Golongan darah : O+
III. Assesment
Diagnosa : Nn. S usia 17 tahun dengan Amenore Sekunder
Diagnosa potensial: PCOS, ganngguan system reproduksi
Masalah : Nn. S cemas dengan keadaannya
Kebutuhan:
KIE mengenai gangguan menstruasi
Menganjurkan pasien ke layanan kesehatan untuk mendapatkan terapi hormonal
IV. Planning
1. Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu, KU baik.
Menyampaikan bahwa pasien amenorrhea sekunder
2. Memberikan penkes mengenai penyebab Amenorhea yang pasien alami yaitu
kemungkinan karena pasien mengalami obesitas
3. Menganjurkan pasien untuk melakukan diet makanan bergizi seimbang (karbohidrat,
protein, serat). dengan porsi sesuai kebutuhan ( mengurangi porsi sebelumnya secara
perlahan)
4. Menganjurkan pasien untuk melakukan olahraga secara teratur minimal 30 menit dalam
sehari minimal 3x dalam seminggu
5. Memberikan pasien support untuk mengurangi kecemasan pasien, lakukan komunikasi
non verbal, meyakinkannya bahwa haid nya akan datang jika klien mengikuti anjuran
bidan, dank pasien pasti bisa melakukannya
6. menganjurkan pasien untuk ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan terapi obat sesuai
anjuran bidan, yaitu terapi obat pil KB progesteron (minipil) 1x1 75 mg selama 3 siklus.
7. Menganjurkan pasien untuk datang lagi 10 hari lagi jika keluhan masih muncul setelah
pasien melakukan semua anjuran yang bidan berikan
BAB IV
ANALISA KASUS
Remaja Nn S Usia 17 tahun di MAS Limau Manis mengatakan sudah lebih dari 3 bulan
ini belum datang haid. Nn. S mengatakan bahwa walapun siklus haidnya tidak teratur namun
pasti ada datang haid namun saat ini sudah lebih dari 3 bulan haidnya belum juga datang. Nn. S
cemas dengan keadaannya saat ini. Dari pengkajian subjektif didapatkan bahwa pasien memiliki
siklus haid yang tidak teratur. Nn. S tidak memiliki riwayat penyakit dan penyakit keluarga.
Untuk kegiatan sehari hari senin sampai sabtu kegiatan Nn. S adalah bersekolah dari pukul
07.00-15.00 WIB.
Keadaan tidak datangnya haid lebih dari 3 bulan berturut turut disebut dengan
Amenorhea sekunder. Amenore sekunder adalah keterlambatan menstruasi 3 bulan berturut-
turut, sedangkan amenore primer adalah menstruasi tidak datang walaupun usia remaja telah
mencapai usia 16 tahun (Jones, 2002). Penyebab dari Amenore Sekunder ini ialah gangguan
pada organ-organ yang bertanggung jawab terhadap proses terjadinya siklus haid, yaitu:
hipotalamus-hipofisis (amenorea sentral), ovarium (amenorea ovarium), dan uterus (amenorea
uteriner) (Suparman, 2017). Menurut Suparman, (2017) Amenore disebabkan disfungsi dari
berbagai kompartemen yang berhubungan dengan sistem organ spesifik, yaitu: kompartemen I,
gangguan pada uterus; kompartemen II, gangguan pada ovarium; kompartemen III, gangguan
pada hipofisis anterior; dan kompartemen IV, gangguan pada sistem saraf pusat (hipotalamus)
(Suparman, 2017).
Dalam melakukan pengkajian subjektif bahwa pasien mengatakan siklus haidnya tidak
teratur. Siklus haid normalnya berkisar antara 21-35 hari (Saryono, 2009). Siklus menstruasi
yang tidak teratur dan amenorhea merupakan salah satu gejala klinis dari SPOK ( Syndroma
Ovarium Polikistik). Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang
menyebabkan infertilitas dan bersifat hiperandrogenik, di mana terjadi gangguan hubungan
umpan balik antara pusat (hipotalamus-hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen selalu
tinggi yang berakibat tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat (Guzick,
2016)
Untuk menegakkan diagnose SPOK pada pasien perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan laboratorium.Tes laboratorium yang dilakukan berupa tes hormonal, tidak
saja penting untuk diagnosis tetapi juga sangat penting untuk melihat kelainan secara
keseluruhan. Kelainan endokrin yang ditemukan ialah peningkatan konsentrasi LH dan aktivitas
androgen yaitu testosteron dan androste-nedion. Pada pemeriksaan ultrasonografi transvaginal
didapatkan gambaran lebih dari 10 kista pada salah satu ovarium dengan ukuran <1 cm. Selain
tes laboratorium dapat juga didiagnosa dari pemeriksaan USG tampak terlihatnya morfologi
spesifik polikistik ovarium dari pemeriksaan USG (Sirait. 2019)
Dari hasil pemeriksaan fisik setelah dikaji didapatkan IMT klien dengan status obesitas.
Data penelitian mendapatkan bahwa 90% wanita dengan SPOK yang disertai infertilitas
mengalami kelebihan berat badan (Sirait, 2019)
Langkah pertama penanganan SOPK adalah perubahan gaya hidup, termasuk diet sehat
dan berolahraga Pengaturan makanan yang menunjukkan keberhasilan dalah dengan
mengurangi karbohidrat yait pengurangan kadar glikemik. Olah raga yang ianjurkan pada
pasien SOPK sedikitnya 30 menit kegiatan yang bersifat sedang minimal tiga kali seminggu
(Sirait, 2019).
Tidak ada pengobatan ideal pada SOPK yang benarbenar menormalkan kembali
gangguan hormonal dan menangani tampilan klinisnya. Pil kontrasepsi kombinasi memperbaiki
hyperandrogenism, mengembalikan regularitas haid dan
melindungi endometrium. Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan produksi proteinprotein
dalam hepar seperti SHBG yang akan mengurangi kadar androgen bebas yang bersirkulasi,
bahkan dengan dosis yang rendah. Mekanisme penting ini hanya terjadi pada penggunaan pil
kontrasepsi yang mengandung estrogen (Sirait, 2019)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Amenore yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-turut, menstruasi
wanita teratur setelah mencapai usia 16 tahun. Menurut Jones (2002), amenore sekunder
adalah keterlambatan menstruasi 3 bulan berturut-turut, sedangkan amenore primer adalah
menstruasi tidak datang walaupun usia remaja telah mencapai usia 16 tahun.
Pada kasus yang didapatkan amenora yang klien alami dapat disebabkan oleh obesitas
sehingga klien disarankan melakukan diet bergizi seimbang serta olahraga secara teratur
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada remaja mengenai
amenorhea sesuai dengan kebutuhan wanita tersebut.
5.2.2 Bagi Remaja
Diharapkan remaja dapat menerima dan menerapkan informasi mengenai
Amenorhea sehingga dapat menambah pengetahuan dan kewaspadaan mengenai
Amenorhea pada remaja.
5.2.3 Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan instansi pendidikan dapat mengembangkan pendidikan kebidanan
mengenai asuhan kebidanan pada remaja dengan gangguan menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baziad A. 2008. Amenorea sekunder. In Endokrinologi Ginekologi (3rd ed). Jakarta: Media
Aesculapius
Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah Dengan
Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16 diakese
tanggal 3 November 2015
Felicia, Hutagaol E, Kundre R. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada
Remaja Putri di PSIK FK UNSTRAT Manado. [dikutip 25 Desember 2015]. Tersedia di
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/6694/6214
Mansur. 2012. Psilkoogi Ibu dan Anak dalam Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika
Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Medical Book.
Sianipar, Olaf. 2009. Pravelensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang Berhubungan
pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jaktim. MajKedokt Indon. Vol 59 No7. Juli
2009. Hal 312
Sirait, B.I. 2019. Sindroma Ovarium Polikistik dan Infertilitas. Jakarta: Jurnal Ilmiah Widya.
Vol. 5/No. 3. 1-6
Speroff L, Marc AF. 2005. Amenorrhea. In: Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility
(7th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Suparman, E., Suparman, E. 2017. Amenore Sekunder: Tujuan dan Diagnosis. Jurnal Biomedik.
Vol. 9/No. 3: 144-151
Tombokan., Pangemanan, D., Engka. 2017. Hubungan antara stress dan pola siklus menstruasi
pada mahasiswa kepanitraan klinik madya (Co- assistant) Di RSUP DR. R. Kandou
Manado. Jurnal E- Biomedik.Vol. 5/No. 1
WHO. 2014. Health for the World’s Adolescents: A Second Chance in the Second Decade.
Geneva, World Health Organization Departemen of Noncommunicable disease
surveillance. (2014).
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;
1. Latar Belakang
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi normal yang
terjadi secara periodik. Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami
perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur,
lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan
semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita
pernah mengalami gangguan Menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat
berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,
reproduksi dan klimakterium. (Manuaba,dkk. 2010).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi ataupun pada
wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak mengalami menstruasi
kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami Amenorrhea.
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Siswa/I MAS Limau
Manis dapat mengerti tentang amenorrhea sekunder.
5. Materi
a) Pengertian amenorrhea sekunder.
b) Penyebab amenorrhea sekunder.
c) Tanda dan gejala amenorrhea sekunder.
d) Penanganan amenorrhea.
e) Pencegahan amenorrhea.
6. Metode
a) Ceramah
b) Tanya Jawab
7. Pelaksanaan
3 5 menit Evaluasi:
a) Memberi kesempatan kepada peserta Peserta bertanya
untuk bertanya mengenai masalah
b) Memberi pertanyaan kepada yang belum dipahami
peserta: Pengertian amenorrhea Peserta menjawab
sekunder, penyebab amenorrhea pertanyaan
sekunder dan pencegahan
amenorhea.
4 2 menit Penutup:
a) Menyimpulkan materi yang Peserta menjawab
telah disampaikan salam
b) Mengakhiri pertemuan dengan
mengucapkan terimakasih dan salam
8. Evaluasi
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di MAS Limau Manis
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengetahui pengertian amenorrhea sekunder.
b. Peserta mengetahui penyebab amenorrhea sekunder.
c. Peserta mengetahui tanda dan gejala amenorrhea sekunder.
d. Peserta mengetahui penanganan amenorrhea.
e. Peserta mengetahui pencegahan amenorrhea
Lampiran Materi
AMENORHEA
SEKUNDER
- Sakit kepala
- Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil
dan tidak sedang menyusui )
- Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
- Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
- Vagina yang kering
- Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang
mengikuti pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran
payudara.
D. Penanganan Amenorrhea
E. Pencegahan Amenorrhea
1) Pertahankan dan pelihara berat badan yang sehat sesuai dengan body
mass index (indek massa tubuh) dengan diet sehat.
2) Olahraga teratur dan tidak terlalu berat. Cukup 30 menit jogging sehari
sudah baik untuk memelihara kondisi Anda.
3) Jangan terlalu banyak memendam stres. Kurangi jumlah kegiatan yang
harus dikerjakan, jangan sampai Anda terlalu dibebani oleh pekerjaan
kantor dan pekerjaan rumah. Sering-seringlah bergaul dan berinteraksi
dengan keluarga dan teman-teman, karena mereka adalah pelipur lara
yang sangat baik dan dapat memberi Anda bantuan apabila diperlukan.
Rekreasi secara teratur sangat dianjurkan untuk menghilangkan
kejenuhan setelah menjalani kehidupan yang rumit.
4) Jangan lupa untuk beristirahat yang cukup. Seorang manusia sebaiknya
tidur antara 7- 8 jam sehari.
5) Temukanlah jika ada dalam anggota keluarga Anda mempunyai
masalah sejenis. Anda harus berhati-hati jika ada kemungkinan bahwa
Anda juga mewarisi amenorrhea.
6) Konsultasikan dengan dokter yang kompeten jika anda mengalami
kejadian tidak menstruasi selama 3 kali atau lebih secara berturut-turut.
Jika kemungkinannya adalah karena kehamilan, lakukan tes kehamilan
yang dapat anda lakukan di rumah atau ke tempat pelayanan kesehatan.
7) Apabila masa atau siklus menstruasi anda tidak selalu sama tiap
bulannya, catatlah kapan mulainya dan berapa lama berlangsungnya.
Kemudian berikan informasi- informasi tersebut kepada dokter.
DAFTAR PUSTAKA