Anda di halaman 1dari 71

TUGAS UTS ASKEB REMAJA DAN PERIMONOPAUSE

ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN


FISIK PADA MENOPAUSE

Oleh :

Novyenti, S. Tr. Keb


NIM : 22159011039

Dosen pembimbing :
Arfaningsih Dwi, M. Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES ALIFAH PADANG
T.A 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas UTS dengan

judul “Anamnesa dan pemeriksaan fisik pada menopause”. Shalawat dan salam

penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat meneladani

segala sisi kehidupan beliau. Laporan ini dibuat sebagai tugas UTS Program Studi

Profesi Pendidikan Bidan Fakultas Kesehatan Stikes Alifah Padang

Penulis sadar tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak pihak akan sangat sulit

untuk menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih ada

kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang

penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Tarusan, Mei 2023

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menopause dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid,

Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause pada usai 40

sampai pada usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami gejala kurang dari 5

tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun. Namun seorang wanita akan

mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun. Akibat perubahan dari haid

menjadi tidak haid lagi, terjadi perubahan organ reproduksi wanita.

Perubahan fungsi indung telur akan mempengaruhi hormon dalam yang

kemudian memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita. Apabila

kemudian muncul berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan

organ reproduksinya maupun organ tubuh. Perubahan ini seringkali

mempengaruhi keadaan psikis seorang wanita (Rostiana 2009).

Indonesia sekitar 8-10% lansia dan wanita lebih banyak dibandingkan

dengan kaum pria, kesehatan mereka harus diperhatikan. Seorang wanita yang

mencapai umur sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur, sehingga

tidak sanggup memenuhi hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh

mengalami kemunduran dalam mengeluarkan hormonnya. Kemunduran pada

kelenjar tyroid dengan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan

kemunduran kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme kalsium.

Terdapat peningkatan hormon FSH dan LH. Perubahan pengeluaran hormon

menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis (Manuaba, 2009, h; 217).


Banyak wanita memahami menopause sebagai periode dimana akan

mengalami penderitaan mental dan fisik. Menopause bisa menjadi awal dari

sebuah periode kehidupan yang positif. Bahwa risiko dari beberapa masalah

kesehatan meningkat setelah menopause. Seperti mengendalikan berat badan,

menjaga kesehatan mental dan sikap positif terhadap kehidupan seksual,

berhati-hati terhadap penyakit-penyakit berat seperti kanker (khususnya organ

reproduksi), penyakit jantung dan perawatan gangguan sistem urin (Nadine

Suryoprajogo, 2009, h; 9).

Fase transisi fluktuasi fungsi ovarium yang terjadi di sekitar waktu

perdarahan menstruasi terakhir dari seorang wanita dikenal sebagai

perimenopause atau klimakterik. Sebagian besar wanita, fase ketidakteraturan

menstruasi ini berlangsung sekitar 2 sampai 3 tahun walaupun sebagian

wanita menyadari bahwa gejala yang dikaitkan dengan menopause terjadi jauh

lebih dini. Wanita secara universal menyebut fase klimakterik sebagai

mengalami menopause (Anna Glasier, 2005, h; 395).

Dengan melihat uraian diatas dan penyebab terjadinya menopause,

maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian kasus tentang “Asuhan

Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Wanita Dengan Menopause”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang dapat diangkat

adalah bagaimana cara melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada menopause.
1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan A n a m n e s a d a n p e m e r i k s a a n fisik pada

menopause

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mampu melaksanakan pengkajian pada wanita yang mengalami gangguan reproduksi

(Menopause).

1.3.2.2 Mampu menentukan interpretasi data wanita yang mengalami gangguan

reproduksi (Menopause).

1.3.2.3 Mampu merumuskan diagnosa potensial yang terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa

yang sudah diidentifikasi.

1.3.2.4 Mampu melakukan antisipasi baik secara langsung maupun kolaborasi sesuai dengan

kondisi wanita.

1.3.2.5 Mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan masalah dan

kebutuhan yang terjadi sehingga dapat teratasi.

1.3.2.6 Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan

masalah.

1.3.2.7 Mampu mengevaluasi hasil perkembangan wanita yang mengalami gangguan

reproduksi (Menopause).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Medis

1. Definisi

Menopause berasal dari kata men berarti bulan, pause, pausis, paudo berarti periode atau tanda

berhenti, sehingga menopause secara definitif diartikan sebagai berhentinya menstruasi. Menopause secara

teknis menunjukkan berhentinya menstruasi yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara

gradual, yang disebut klimakterium. Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita, dimana

siklus menstruasi berhenti. Bagi seorang wanita, dengan berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya

fungsi reproduksi (tidak dapat hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya dalam

melayani suami di bidang kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (Purwanto, 2008).

Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita Indonesia mengalami menopause di

usia 45-55 tahun. Meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum umur

45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan menstruasi terakhir.

Menurut Pakasi (dalam Indarwati, 2004) menopause terjadi ditengah masa klimakterium, yaitu

suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut usia, yaitu usia 40-63

tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda kewanitaan seseorang dan

cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur-angsur mulai berhenti. Menurut Damayanti

(2003) sebagian besar wanita mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun dan rata-rata pada

umur 47 tahun.

Baziad (2010) menopause ialah seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar

FSH darah meningkat dan kadar estrogen nya menurun. Menopause menurut Herawati ( 2009:hal166 )

ialah berhentinya menstruasi secara definitif atau berhentinya menstruasi jika ovarium tidak lagi

menghasilkan estrogen, yaitu hormon yang membuat wanita menjadi benar benar murni wanita.

Menopause ialah haid terakhir atau saat menstruasi terakhir dengan tenggang waktu sekitar 1
sampai 2 tahun (manuaba 2010; hal 548 )

2. Etiologi

Pada wanita usia 40an sudah tidak terjadi pembuahan dan siklus menstruasi memanjang.mulai 2

sampai 8 tahun sebelum menopause.Periode dari siklus menstruasi yang lebih panjang mendahului

menopause tidak tergantung umur ketika menstruasi berhenti, apakah menopause adalah dini atau lambat.

Lambatnya fase folikuler ialah penentu utama dari panjangnya siklus. Perubahan siklus menstruasi pada

masa pre menopause ditandai oleh peningkatan follicle stimulating hormone ( FSH) dan menurunnya

kadar inhibin, tetapi kadar LH ( Luteinizing Hormone) normal dan sedikit peningkatan kadar estradiol

menopause terjadi ketika jumlah folikel menurun dibawah suatu ambang rangsang yang kritis, kira-kira

jumlahnya hanya 1,000 folikel dan tidak tergantung umur. Pada wanita bila menjalani transisi

menopause menunjukkan bahwa kadar estrogen tidak mulai mengalami penurunan yang besar sampai kira-

kira 1 tahun sebelum menopause.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause

i. Kebiasaan merokok : ini dikenal sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi

usia menopause. Wanita yang merokok atau pernah menjadi perokok kemungkinan

mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua tahun lebih awal.

ii. Usia saat haid pertama kali

Semakin muda seorang mengalami haid pertama kalinnya, semakin tua atau lama ia

memasuki masa menopause

iii. Status gizi : Wanita dengan status gizi yang buruk mengalami menopause lebih dini

daripada dengan ibu yang cukup gizi

iv. Lemak tubuh : pada wanita kurus mengalami menopause lebih awal dibandingkan

wanita kegemukan karena Produksi estrogen dipengaruhi oleh lemak tubuh.

v. Turunan : Beberapa penelitian menunjukan bahwa ibu dan anak perempuannya

cenderung mengalami menopause pada usia yang sama. Tapi diperlukan beberapa

penelitian untuk mengetahui genetika menjadi faktor kunci dalam menentukan usia

menopause.

vi. Usia Melahirkan


Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memasuki masa menopause.

Penelitian yang dilakukan Beth Israel mengungkapkan bahwa wanita yang masih

melahirkan di atas usia 40 yahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua.

Hal ini terjadi karena kehamilan dan Persalinan akan memperlambat system kerja

organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh.

vii. Sosial Ekonomi

Keadaan social ekonomi mempengaruhi factor fisik, kesehatan dan

pendidikan.apabila factor tersebut cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis

dan psikologis. Sehingga faktor klimakterium dianggap sebagai paktor fisiologis.

b. Fisiologi Menopause

Menurut Damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam

tubuh, yang diawali dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan

sedikit darah, yang dipicu oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh.

Pada waktu yang sama hormon perangsang folikel Foilicle Stimulating Hormone

(FSH) dan hormon lutein Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan kelenjar hipofise

merangsang proses pematangan telur dalam ovarium.

Proses pematangan telur dalam ovarium menghasilkan peningkatan kadar

estrogen. Fase ini disebut fase pengelupasan. Fase pengelupasan akan segera diikuti fase

proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan membuat endometrium mengalami

penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel dan hormon lutein mencapai

puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi). Folikel tempat sel telur

dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut corpus luteum yang

menghasilkan progesteron, yang akan membuat kelenjar endometrium mengalami fase

sekresi sebagai persiapan bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu kehamilan.

Jika sel telur tidak dibuahi, kadar estrogen menurun, corpus luteum mengalami

degenerasi dan kadar progesteronpun menurun.

Mengenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti.

Sesungguhnya setiap wanita mengalaminya pada umur tertentu, setelah masa


kesempurnaan berakhir. Sehubungan dengan itu para ahli memberikan batasan umur

pada wanita menopause berbeda-beda antara satu dengan yang lain, karena ditinjau dari

sudut yang berbeda pula Menurut nadine ( 2009;h.19)menopause ada dua jenis yaitu:

a. Menopause alami

Disebabkan menurunnya produksi hormon kelamin wanita estrogen dan progesteron

oleh ovarium. Ini merupakan proses perlahan lahan yang biasanya terjadi selama

beberapa tahun

b. Menopause karena sebab tertentu

Disebabkan intervensi medis tertentu, misalnya bedah pengangkatan kedua ovarium

karena abnormalitas dalam struktur dan fungsinya sebelum usia menopause alami

menyebabkan menopause karena pembedahan. Demikian pula obat tertentu, radiasi

dan kemoterapi (penggunaan agen kimiawi untuk merawat berbagai penyakit

terutama kangker) bisa juga menyebabkan menopause karena sebab tertentu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya

menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan

produksi estrogen yang akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut

menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya.

1. Proses menopause

Menurut Baziad (2008; h. 115 – 117)

Sebagian besar wanita akan mengalami berhentinya menstruasi. Oleh karena itu harus

melewati dengan tenang.wanita akan mengalami klimakterium yang berarti masa

peralihan dari masa reproduksi aktif menjadi senium, adapun fase klimakterium yaitu :

a. Pramenopause

Pramenopause ialah masa sekitar usia 40 tahun dan ditandai dengan siklus haid

yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai

rasa nyeri.

b. Perimenopause
Perimenopause ialah masa perubahan antara pramenopause dan pascamenopause.

Ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, siklus haid nya >38 hari dan

sisanya ,18 hari

c. Menopause

Menopause ialah wanita yang suhdah tidak menstruasi selama 12 bulan karena

jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sehingga tidak tersedia

folikel yang cukup. Produksi esterogen juga berkurang.

d. Pascamenopause

Pascamenopause ialah masa setelah menopause sampain senium yang dimulai

setelah 12 bulan amenore

e. Senium
Wanita dikatakan senium apabila telah memasuki usia pasca menopause

lanjut sampai usia >65 tahun. Gangguan ,organik dapat terjadi seperti kulit

terasa kering, epitel vagina tipis yang menimbulkan dispareunia, infeksi

vagina, osteoporosis dapat terjadi sehingga mudah patah

Menurut Manuaba (2010;h 548) proses klimakterium dapat menimbulkan perubahan

pada ibu, yaitu:

a. Gangguan jadwal menopause:

1) Menopause prematur yaitu berhentinya haid pada usia 40 tahun, terdapat gejala

premenopause seperti hot fluses, kenaikan gonadotropin

2) Menopause terlambat yaitu berhentinya menstruasi setelah usia 55

tahun, terdapat gejala menopause

b. Kelainan organik pada masa menopause

Kelainan pada menopause dapat terjadi apabila rangsangan estrogen yang diberikan

terus menerus tanpa selinan progesteron dapat menyebabkan tejadinya perdarahan

disfungsional semakin meningkat, terjadinya perubahan alat genitalia menjadi

tumor jinak ( mioma uteri, polip endometrial, polip servikal) keganasan payudara.

Oleh karena itu dalam pemberian hormon harus dalam pengawasan ketat.sebagai
seorang bidan sebaiknya melakukan KIEM sehingga wanita dengan keluhan

menopause dapat memeriksakan ke dokter puskesmas, bidan berkonsultasi oleh

dokter puskesmas, setelah pengobatan bidan melakukan pengawasan. bidan dapat

merujuk pasien ke rumah sakit.


Penatalaksanaan klimakterium Manuaba (2010;h549)

Klimamterium
Prcmenopouse
Menopouse
Pascamerropouse
Senium

Tanpa gejala kritis Dengan gejala kritis

Siap menerima Psikologis Perubahan Fisik


perubahan alami
Takut tua/tidak menarik Kordivaskular (hof flushes terasa panas, ber
Emosi labil Hormonal (menstruasi tidak teratur, pendara
Sering sedih Senium (Kulit kering, epitel genital tipis, mu
Suka Lindur Osthoporosis (tulang mudah patah)

Kehidupan keluarga
Harmonis/Tenang

Penghambatan
Tanpa pengobatan
Psikologis (KIEM, klimakteriumSubstitusi hormona)
4. Tanda dan gejala

Gejala menopause berbeda-beda antar wanita. Beberapa wanita tidak melaporkan gejala

yang merepotkan sama sekali sementara yang lainnya melaporkan gejala berat yang

berpengaruh negatif pada kehidupannya yaitu:

a. Perubahan organ reproduksi

Akibat berhentinya haid, berbagagai organ reproduksi mengalami gangguan,

diantaranya :

1) Uterus

Uterus akan mengecil selain disebabkan oleh atrofi endometrium juga

disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstesial.

Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan

menonjol

2) Tuba falopi

Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut,

endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang

3) Serviks

Serviks akan mengkerut, epitelnya menipis dan mulai cedera. Lendir

servik mulai berkurang

4) Vagina

Terjadi penipisan pada vagina menyebabkan hilangnya rugae,

berkurangnya vaskularisasi, elastik yang berkurang, sekret vagina

menjadi encer

5) Dasar panggul
Kekeuatan dan elastik menghilang karena atrofi dan melemah nya daya

sokong prolaps uterus vagina

6) Perineum dan anus

Lemak subcutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang

menyebabkan tonus otot spinter melemah dan menghilang


7) Vesica urinaria

Aktivitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering

ingin buang air kecil

8) Payudara

Bentuk payudara akan mengecil, mendatar, dan mengendor. Hal ini bisa

terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara.

Puting susu mengecil dan pigmentasi berkurang

b. Perubahan hormon

Pada ibu menopause terjadi perubahan hormon estrogen yang

berkurang.begitu juga perubahan yang terjadi pada kormon progesteron.

Menurunya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi

sedikit, jarang, bahkan siklus haid mulai terganggu.

c. Perubahan fisik

Menurut manuaba (2009;h 218) Pada perubahan fisik, seorang wanita

mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit

menjadi kendur. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan

pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik hitam. Otot bawah

kulit wajah mengendur sehingga jatuh dan lembek. Kelenjar kulit kurang

berfungsi, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Perubahan metabolisme

tubuh ditandai dengan menurunnya pengeluaran hormon tiroksin dan insulin,

pembakaran, dan keperluan tubuh menjadi menurun. Untuk dapat

menyesuaikan penurunan metabolisme dilakukan perubahan pola makan dan

disesuaikan dengan kebutuhan. Wanita yang sudah memasuki masa

menopause sebaiknya mengatur atau mengubah pola makan, dianjurkan

makanan makanan yang mengandung banyak serat. Juga terjadi perubahan

pada kerja usus halus dan besar. Menurunnya estrogen dapat menimbulkan

perubahan kerja usus menjadi lambat. Kemampuan mereabsorpsi sari

makanan makin berkurang. Kerja usus halus dan besar yang lambat
menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi (sembelit).

Perubahan fisik pada wanita menopause meliputi :

1) Perdarahan tidak teratur

Menurut Nadine (2009;h.19-20) Kebanyakan wanita mengenal

menopause karena perdarahan yang sudah tidak teratur. Perubahan pola

menstruasi berbeda-beda dari wanita satu dengan wanita yang lainnya.

Ada periode yang lebih singkat atau lebih lama, volume yang banyak

atau sedikit dan kurun waktu antar dua siklus. Wanita menopause harus

berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan apabila :

Jarak antar dua siklus kurang dari 21 hari

a) Perdarahan berlangsung lebih dari 8 hari

b) Ada volume darah yang besar per hari tanpa melihat lamanya

menstruasi

c) Mengalami perdarahan selama 6 bulan atau lebih setelah menstruasi

terakhir

2) Rasa kulit terbakar atau hot flush

Ketika terjadi hot flush akan muncul rasa hangat atau sangat panas secara

tiba-tiba yang menyebar pada bagian tubuh, terutama wajah, kepala dan

dada.kadang disertai keringat dan rasa mengigil.beberapa waita merasa

cemas pada saat rasa panas muncul dan detak jantung meningkat. Rasa

panas ini berasal dari otak yang merespon tingkat estrogen rendah dalam

darah. Akibat stimulasi mekanisme pelepasan panas yang tiba- tiba dan

tidak normal dalam tubuh. Ketika terjadi rasa panas suhu kulit meningkat

dan kapasitas konduksi kulit juga meningkat. Hot flush terjadi selama

beberapa detik hingga beberapa menit. Frekuensi hot flush berbeda-beda

dari wanita satu dengan wanita yang lain. Umumnya terjadi pada malam

hari dan saat stres (Nadine 2009; h 20)

3) Perubahan sistem jantung dan pembuluh darah


Perubahan sistem kerja jantung dan pembuluh darah dapat terjadi

karena adanya perubahan metabolisme, menurunnya estrogen,

menurunnya pengeluaran hormon paratiroid. Meningkatkan hormon FSH

dan LH serta rendahnya estrogen dapaf menimbulkan perubahan

pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah, leher, dan

tengkuk menimbulkan

rasa panas yang disebut "hot fluses," badan terasa panas. Penimbunan

kolesterol pada pembuluh darah menimbulkan penyakit jantung koroner.

(manuaba 2009;h. 218)

4) Perubahan yang terjadi pada alat genitalia

Perubahan ini meliputi liang sanggama terasa kering, lapisan sel liang

sanggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi infeksi (infeksi

kandung kencing, infeksi liang sanggama). Daerah sensitif makin sulit

untuk dirangsang. Saat hubungan seksual dapat terjadi nyeri

(dispareunia), dan sulit mencapai orgasme. Lemahnya penyangga alat

kelamin bagian dalam menyebabkan terasa kurang enak sekitar liang

sanggama, liang sanggama terasa turun (menonjol) dalam bentuk

tonjolan kandung kencing (sistokel), tonjolan dinding bagian belakang

(rektokel), dan mulut rahim terbuka. Kepuasan berkemih dan buang air

besar semakin ber- kurang, seolah-olah masih terdapat sisa.(manuaba

2009;h 219)

5) Perubahan pada tulang

Perubahan tulang dapat terjadi pada wanita menopause karena kombinasi

rendahnya hormon estrogen dan hormon paratiroid. Tulang mengalami

dekalsifikasi (pengapuran) artinya kalium menurun sehingga tulang

keropos dan mudah terjadi patah tulang. Patah tulang terutama terjadi

pada persendian paha. Menghadapi perubahan turunnya hormonal,

seorang wanita dapat menunjukkan respons berupa mereka siap

menghadapi perubahan sebagai proses alami atau mereka gelisah


menghadapi perubahan, sehingga menimbulkan berbagai gejala

psikologis dan gejala klinis, dan memerlukan perawatan dan pengobatan.

( manuaba 2009;h. 219)

6) Perubahan pada mulut

Kekurangan estrogen menyebabkan perubahan mulut dab hidung.

Selaput lendirnya berkerut, lairan darah berkurang, terasa kering dan

mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan.

Pemberian estrogrn dapat mengurangi keluhan tersebut (baziad 2010)

7) Gangguan tidur

Kurang nyenyek tidur pada malam hari menurunkan kualitas hidup

wanita menopause. Estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur.

Reseptor estrogen telah ditemukan di ota yang mengatur tidur (baziad

2010)

Perubahan Kejiwaan atau psikologi

Perubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang

menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena

takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah terkejut sehingga jantung

berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut

bahwa suami akan menyeleweng, keinginan seksual menurun dan sulit

rnencapai kepuasan (orgasme). Mereka juga merasa sudah tidak berguna dan

tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain

3. Diagnosis menopause

a. Diagnosa umum

Untuk melakukan pencegahan terhadap adanya sindrom pre menopause maka

perlu dilakukan penegakan diagnosis dari tahap pre menopause. Dengan

mengetahui sekumpulan gejala dan hasil pemeriksaan maka dapat membantu

menghambat terjadinya sindrome pre menopause. Diagnosis pre menopause

dilihat dari:
1) riwayat kesehatan

2) tes darah

3) umur

4) gejala yang mendukung seperti: nigh sweat, dryness vaginal, insomnia,

penurunan daya ingat, depresi dan cemas, penurunan libido, inkontinensia

urin, ketidakteraturan siklus haid.

Apabila seorang wanita dengan usia kurang lebih 40 tahun mengalami gejala

tersebut maka kemungkinan dapat didiagnosis mengalami sindrom pre

menopause karena pada usia 40 tahun biasanya wanita sudah memeasuki masa

pre menopause. Maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menangani

gejala tersebut dan perlu dilakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui berbagai

gangguan kesehatan yang terjadi.

b. Diagnosa potensial

Pada wanita menopause akan terjadi dignosa potensial yaitu: a

Depresi

pada ibu karena ibu tidajk dapat menerima keadaan yang terjadi saat

ini. Pada ibu menopause yang mengalami depresi akan


merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih

karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, dan kehilangan

daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya

sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

b Osteoporosis

Osreoporosis dapat terjadi karena rendahnya hormon estrogen memicu

osteoklas, intuk melakukan fungsikasi sehingga massa tulang dan

trabekula mengalami penipisan. (manuaba.2010;h.696)

4. Pemeriksaan yang diperlukan pada pre menopause

Menurut atikah 2010; h. 52-76

Penurunan kadar estrogen sangat mempengaruhi kehidupan wanita. Pada masa

pre menopause terjadi bnyak perubahan baik perubahan fisik maupun perubhan psikis

yang terjadi karena menurunnya kadar estrogen. Oleh karena itu perlu dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui kesehatan secara menyeluruh. Pemeriksaan yang

perlu dilakukan pada wanita menopause ialah:

a. Pap smear pada masa pra menopause

Pap smear ialah suatu tes yang digunakan untuk mencari perubahan sel servik

yang mengarah pada kanker servik atau panyakit yang mungkin berkembang

menjadi kanker. Pada saat pre menopause sebaiknya pap smear dilukan karena

dengan pap smear dapat diketahui adanya kelainan pada servik. Saat

premenopause terjadi penurunan hormon


estrogen yang penting untuk pmbentukan lapisan endometrium. Sehingga jika

hormon estrogen ini mengalami penurunan maka akan terjadi perubahan pada

lapisan endometrium. Papsmear dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit pra

kanker dan tumor yang mengakibatkan kanker serviks. Dengan deteksi dini maka

kanker serviks dapat disembuhkan.

b. Kolposkopi

Pada masa menopause sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

mengetahui adanya keabnormalan pada organ reproduksi interna. Pada masa pre

menopause terjadi percepatan penurunan folikel, sehingga perlu pemeriksaan

untuk mengetahui keadaan organ reproduksi interna yang meliputi vagina,

uterus, tuba falopi, ovarium. Salah satu cara untuk mengetahui keadaan organ-

organ tersebut dapat dilakukan pemeriksaan kolposkopi.

Kolposkopi ialah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim.

c. Sadari

Pada usia 40 tahun kebanyakan wanita sudah memasuki masa pre menopause,

dimana pada masa ini terjadi penurunan kadar estrogen. Estrogen mempunyai

fungsi yang penting dalam mencegah terjadinya kkanker salah satunya ialah

kanker payudara. Maka sebaiknya setelah memasuki masa pre menopause

dilakukan SADARI untuk mengetahui ada tidaknya keabnormalan pada

payudara. Dengan melakukan tes ini apabila terdapat tanda abnormal dapat

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada dokter. SADARI setidaknya dilakukan

1 minggu setelah
menstruasi hari pertama., dimana payudara tidak dalam keadaan membengkak

dan nyeri. Pemeriksaan SADARI harus memperhatikan bentuk dan perabaan

payudara dan memperhatikan setiap perubahan dalam payudara seperti:

1) Adanya benjolan baik teraba atau terlihat

2) Perubahan bentuk payudara

3) Penebalan jaringan payudara yang tidak beraturan

4) Adanya cairan yang keluar dari puting

5) Kulit yang memerah dan hangat

6) Gambaran kulit jeruk pada payudara

7) Retraksi puting ( puting tertarik ke dalam)

Menurut American Cancer Society, metode yang terbaik untuk melakukan

pemeriksaan payudara sendiri ialah:

a. Pemeriksaan visual

Tanggalkan pakaian dan bra dan berdiri di depan cermin dengan posisi

lengan atas disamping. Perhatikan dengan selsama dari sisi depan maupun

samping apakah terdapat tanda-tanda pengerutan, dimpling, perubahan

bentuk dan ukuran, serta ketidaksimetrisan antara payudara kanan dan

payudara kiri. Perhatikan pula retraksi puting. Lakukan pemeriksaan ini

dengan posisi tangan yang berbeda yaitu tangan diangkat ke atas, berkecak

pinggang, dan berkecak pinggang sambil membungkuk.


b) Pemeriksaan fisik

Lakukan sambil tiduran atau bisa juga dilakukan sambil mandi. Lepaskan baju

dan bra. Bila ingin dilakukan sambil mandi oleskan sabun pada jari dan

payudara erlebih dahulu. Bla dilakukan sambil tidur lakukan di atasa tempat

tidur atau yang permukaan rata.

Perabaan dilakukan dengan 2 pola yaitu:

1) Clock pattern

Letekkan tangan kiri di belakang kepala dan rabalah payudara

kanan denghan tangan kanan. Letakkan tangan pada arah jam 12 payudara

pada puncak payudara. Dengan menggunakan tiga jari tengah, tekan

payudara selembut mungkin dengan gerakan memutar dan memijat.

Rasakan apakah terdapat benjolan saat tangan bergerak dari arah jam 1 ke

jam 2 seterusnya hingga jam 12. ulangi dengan menggeser sedikit jari

menuju ke
arah puting, hingga selanjutnya mencapai puting. Periksa bagian di bawah

puting dan perhatikan adanya cairan yang keluar, periksa pula apakah

terdapat pembesaran kelenjar getah bening di ketiak jaringan sekitar

payudara dengan gerakan yang sama. Lakukan gerakan ini sama pada

payudara kiri dengan menggunakan tangan kiri.

2) Wedge Pattern

Letakkan tangan kiri di belakang kepala dan rabalah payudara

kanan dengan tangan kanan. Anggap payudara sebagai potongan kue pie.

Mulai dari puncak lingkaran sekitar 1-2 cm dari tulang selangka,gunakan

tiga jari tengah tekan payudara selembut mungkin dengan gerakan

memutar dan memijat sambil jari


bergerak ke arah puting pada kuadran yang pertama. Lakukan hal yang

sama pada kuadran berikutnya searah jarum jam. Periksa bagian di bawah

puting dan perhatikan adanya cairan yang keluar, periksa pila apakah

terdapat pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.

Apapun pola yang di pilih jangan lupa untuk memeriksa cairan

puting dengan mencubit lembut puting dengan jari pada posisi jam 12 dan

jam 6 dan sekali lagi dengan jari pada posisi jam 9 dan jam 3.
Apabila saat melakukan sadari menemukan kelainan dapat dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut pada dokter. Pemeriksaan ini bukan untuk diagnosis

tetapi untuk skrining. Bila ditemukan benjolan dan sebagainya maka dilakukan

pemeriksaan lanjutan seperti USG, mammografi, atau CT-scan, dan Biopsi

d. Mammografi

Pada wanita pre menopause sebaiknya dilakukan pemeriksaaan mammografi

untuk mengetahui keabnormalan yang disebabkan oleh sindrom pre menopause

atau adanya kanker. Mammografi ialah pemeriksaan untuk mamae ( payudara)

dengan menggunakan sinar X-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini

tumor payudara pada wanita. Tanpa disertai keluhan atau disertai keluhan.

e. Pemeriksaan kanker colon

Menjelang pre menopause sebaiknya dilakukan skrining ( deteksi dini

pencegahan sekunder) karena terjadi perubahan fungsi tubuh yaitu berupa

penurunan kadar estrogen dalam tubuh. Estrogen ini sangat penting untuk

mempertahankan siklus kehidupan wanita. Sehingga jika terjadi penurunan kadar

estrogen maka akan terjadi pula perubahan


fisiologis pada tubuh. Pemeriksaan kanker kolon ini merupakan deteksi dini

berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul gejala dapat

membantu dokter menemukan polyp dan kanker pada stadium dini.

f. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium sangat perlu dilakukan terutama pada wanita yang

telah memasuki masa pre menopause karena pada masa ini wanita banyak

kehilangan hormon estrogen dimana estrogen berfungsi untuk menjaga kestabilan

kolesterol dan gula darah.

g. Tes osteoporosis

Pada masa pre menopause perli dilakukan pemeriksaan uji densitas tulang karena

terjadi penurunan kadar estrogen. Estrogen sangat penting untuk membantu

pembentukan tulang. Densitas tulang merupakan pemeriksaan untuk mengukur

kekuatan tulang dan individu untuk menentukan resiko patah tulang. Pengujian

dirancabg untuk mendeteksi tanda-tanda osteoporosis. Osteoporosis merupakan

penyakit yang terjadi saat tulang menjadi lemah dan tipis. Osteoporosis terjadi

bila terdapat kekurangan kalsium dalam tulang atau kekurangan mineral lainnya

yang memberikan kekuatan untuk menuju ke tulang osteoporosis. Osteoporosis

biasanya terjadi pada wanita pre menopause, menopauuse, dan pasca menopause

pada wanita dan setelah berusia lebih dari 40 tahun

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada wanita menopause menurut manuaba (h. 222-228)


a. Menghindari perubahan kejiwaan

Perubahan dan gejolak jiwa menghadapi klimakterium sampai senium dapat

dihindari dengan keharmonisan keluarga dan saling pengertian. Menghadapi

hidup yang terus berkembang mungkin agak sulit sehingga sebagian wanita tidak

sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga anaknya. Disamping kerisauan

yang dihadapi mereka mengalami kebahagiaan karena telah mampu

mengantarkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.adanya pikiran

kebahagiaan menimang cucu yang lucu seperti pada saat menimang anaknya

yang sedang tumbuh dan berkembang

b. Menghindari penuaan kulit terlalu cepat

Semakin wanita bertambah umur kulit semakin tipis, makin sensitif terhadap

sinar matahari, lapisan lemak bawah kulitnya longgar sehingga keriput dan kering

di daerah wajah,dagu, dan leher

c. Menyesuaikan pola makan

Makanan yang diperlukan wanita menopause hanya sekedar dapat

mempertahankan proses pergantian jaringan yang rusak dan mengelupas.

Apabila pola makan masih sama seperti berumur 35-40 tahun dapat dipastikan

kelebihan yang disimpan dalam bentuk lemak di bokong, payudara, dan perut.

Kelebihan makan dalam kieadaan tubuh serba kekurangan hormon dan

kemampuan metabolisme, dapa menyebabkan penyakit kencing manis,

hipertensi,kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner yang diikuti gagal jantung.

Pada wanita menopause dianjurkan :


a. Pola makan vegetarian (makan sayur dan buah). Makan dengan pola

vegetarian mempunyai keuntungan yang besar karena dapat menurunkan

lemak tubuh dan kolesterol yang dapat mengurangi penyakit seperti keganasan

pada payudara, keganasan indung telur dan rahim, menurunkan tekanan darah

tinggi, mengurangi penyakit jantung

b. Vitamin

Vitamin sangat penting karena diperlukan untuk meningkatkan metabolisme

umum dan mempertahankan metabolisme kalsium sehingga mengurangi

terjadinya tulang keropos. Komposisi viytamin harus mengandung jumlah

yang cukup dan kualitas misalnya vitamin B complek, A,E dan D) mineral

yang sangat diperlukan yaitu kalsium dan zat besi (Fe)

6. Sikap Ibu dalam menghadapi masa menopause.

Berat ringannya stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi

menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause.

Penilaian individu terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif (su’udzon) ada

yang positif (khusnudzon) (Noor, 2002).

Kematangan mental, kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya dan

wawasan mengenai menopause akan menentukan berat ringannya seseorang

menghadapi kekuatiran saat memasuki masa menopause. Bila seorang perempuan

tidak siap mental menghadapi periode klimakterium atau fase menjelang menopause

dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif akan berakibat tidak

baik. Perempuan akan menjadi kurang


percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, stress dan kuatir

berkepanjangan tentang perubahan fisiknya, misalnya khawatir fisiknya tidak seindah

dan sesehat ketika muda (Vikar, 2009).

Untuk mengatasi gejala-gejala premenopause dan menghilangkan kecemasan

dan kekhawatiran pada saat memasuki masa premenopause dan menopause adalah

dengan kenali gejala-gejalanya dan diatasi dengan bijak, antara lain; Pada umumnya

wanita mengalami gejala haid tidak teratur, ketidakteraturan ini disebabkan oleh

keadaan hormone yang tidak seimbang yang dapat berupa siklus haid yang lebih

pendek, jarak haid yang tidak teratur atau perdarahan yang banyak yang perlu

diwaspadai karena ada kemungkinan merupakan pertanda adanya suatu yang tidak

beres pada tubuh, misalnya adanya tumor, kanker atau jaringan fibroid yang sering

muncul menjelang menopause. Segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan

tidak adanya kelainan (Vikar, 2009).

Bagi wanita yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa

yang menakutkan (stressor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit

dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan

yang selama ini dibanggakannya. Sebaliknya bagi wanita yang menganggap

menopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua

wanita, maka ia tidak akan mengalami stres. Atau, kemungkinan stres yang dialami

tidak seberat dibanding wanita yang mempersepsikan menopause itu sebagai sesuatu

yang menakutkan (Noor, 2002).


7. Keluhan akibat penurunan hormon

Sebagian wanita pada masa menopause, tidak dapat mengatasi berbagai

masalah, sehinngga memerlukan bantuan pengobatan dengan hormon pengganti

(tambahan). Penurunan hormon estrogen, bila tidak diatasi dapat menimbulkan

keluhan.

a. Keluhan Psikologis

Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan

penyakit "pikun" atau Alzheimer. Gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut

tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun,

mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa

tertekan dan sedih tanpa diketahui se- babnya. Rasa takut kehilangan suami, anak,

dan ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun dan sulit untuh dirangsang.

Situasi demikian dapat terjadi bila individu belum siap untuk menghadapi

klimakterium, menopause, dan senium.

b. Keluhan Fisik

Tidak semua keluhan fisik dapat terjadi pada seseorang, dan tidak semuanya

pula dapat dijabarkan secara rinci, tetapi keluhan yang dominan dan sering

dijumpai dapat dijelaskan berikut ini.

c. Jantung dan pembuluh darah

Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi

kulit terasa kering, keriput, dan longgar. Oleh karena turunnya sirkulasi menuju

kulit, badan terasa panas termasuk wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah

yang dapat melebar ke tengkuk berwarna merah (hot flushes), mudah berdebar-

debar, terjadi tekanan darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.
d. Genitalia

Keluhan yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi liang sanggama

terasa kering, sulit menerima rangsangan karena sensitivitasnya sudah menurun,

epitel Iiang sanggama dan sekitarnya menipis, sehingga mudah terjadi infeksi,

dalam melakukan hubungan seks sering terasa sakit (dispareunia), elastisitas sudah

menurun sehingga terasa longgar.

e. Sistem hormonal

Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya sehingga

memengaruhi metabolisme tubuh yang juga cenderung menurun. Oleh karena itu

diperlukan perhatian terhadap pola makan yang sebaiknya vegetarian. Penyakit

metabolisme yang dapat terjadi pada masa klimakterium dan menopause adalah

cepat menjadi gemuk, kelebihan bahan makanan disimpan dalam bentuk lemak di

bokong, payudara, dan perut.

f. Fungsi saraf

Pada masa menopause, keluhan saraf disebabkan oleh degenerasi sel saraf

dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Pancaindra mengalami

kemunduran fungsi sehingga perlu perhatian, penglihatan dan pendengaran kurang

berfungsi sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan fungsi.

g. Fungsi motorik

Keluhan fungsi motorik meliputi otot mulai lemah untuk memegang atau

mengambil barang, koordinasi sudah kurang tepat don pegangan sering lepas,

gerakan otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar (tremor).


h. Fungsi sensoris

Keluhan saraf sensoris yang sering muncul adalah kram atau sakit: Gejala

ini timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan. Kemunduran

fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan gangguan

rasa perabaan, karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi.

i. Fungsi tulang

Tulang sebagai penyangga utama tubuh, karena proses penuaan dapat terjadi

pengurasan kalsium tulang, sehingga menjadi keropos dan mudah patah. Tempat

yang paling banyak terjadi patah tulang adalah pada persendian tulang paha,

sekalipun jatuh tidak terlalu keras. Metabolisme kalsium, sebagai bahan tulang,

dipengaruhi oleh paratiroid, estrogen, vitamin E dan D.

8. Terapi sulih hormon

Dalam memberi terapi sulih hormon diperlukan pemeriksaan yang cermat dan

pengawasan yang saksama. Pemberian hormon perlu dilakukan dengan interval,

artinya tidak diberikan terus menerus sehingga organ yang sensitif terhadap estrogen

dan turunannya bebas dari pengaruh estrogen dalam jangka waktu tertentu. Dapat

diikuti dengan pemberian progesteron, sehingga pengaruh negatif estrogen dapat

ditiadakan. Juga perlu diikuti dengan pemeriksaan terhadap payudara, mulut rahirn,

dan badan rahim. Secara berkala dilakukan pemeriksaan Pap smear sehingga dapat

diketahui kemungkinan degenerasi ganas secara dini.


Dalam meminta atau ingin mendapatkan hormon tambahan/ pengganti perlu

sekali melakukan konsultasi dengan dokter yang mempunyai simpati masalah

klimakterium, menopause, dan senium. Dalam memilih hormon dan berapa yang

diperlukan sangat tergantung pada pengalaman dan pengetahuan dokter sendiri.

Banyak macam hormon pengganti yang dapat dipakai sehingga keluhan tersebut

dapat diatasi. Untuk maksud tersebut perlu meminta nasihat dan pengawasan dokter.

9. Tugas Bidan dalam menghadapi ibu menopause.

Tugas bidan menyikapi masalah klimakterium, menopause, dan senium di

tengah masyarakat yaitu:

a. Bidan hanya memberi perhatian agar lansia dapat hidup dengan wajar artinya

sesuai dengan kesanggupannya, tanpa mengharapkan hasilnya.

b. Pernyataan dan kenyataan ini dapat disampaikan kepada keluarganya, untuk lebih

memperhatikan orang tuanya agar tidak jatuh, karena tulangnya sudah relatif

rapuh.

c. Untuk meningkatkan kesehatannya, anjurkan:

1) Mengonsumsi makanan vegetarian, sehingga tidak mengganggu fungsi alat

pencernaannya, artinya fungsinya lancar.

2) Orang tua memerlukan banyak serat dalam makanannya, karena kekurangan

serat akan menimbulkan obstipasi dan malah sisa kotorannya akan menjadi

dan menimbulkan intoksikasi.

3) Aktivitasnya tidak perlu terlalu dibatasi, karena akan mengurangi fleksibilitas

ekstremitasnya.dan menimbulkan kekakuan persen- diannya.


4) Tentang kemungkinan pemberian hormon subst#usi sebaiknya me- Jakukan

konsultasi dengan dokter ahli, sehingga dosis yang diper- lukan serta jenisnya

dapat ditetapkan secara pasti.

10. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

a. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari

pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h. 130).

Prinsip proses manajemen kebidanan yaitu secara sistematis

mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan

melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,

termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik,

mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data

dasar, mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kebidanan bersama

klien, memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan

dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.

Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien, secara

pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individu, melakukan

konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi dan

merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya, merencanakan manajemen

terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan

dari keadaan
normal, melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan sesuai

dengan kebutuhan. Penulis mengambil 7 langkah varney dalam menyusun asuhan

kebidanan gangguan reproduksi pada ibu menopause yaitu menurut Varney

(1997) dalam Muslihatun, Mufdlilah dan Setyawati (2009; h. 227-231). Ketujuh

langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah 1. Pengkajian data

Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah

berikutnya, mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat

klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan

kebidanan berlangsung, data yang diambil bisa dikumpulkan dari berbagai

sumber, yaitu sumber yang dapat memberikan informasi paling akurat yang

dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Teknik

pengumpulan data tiga yaitu : observasi, wawancara, pemeriksaan.

1) Observasi adalah pengumpulan data melalui indera : penglihatan

(perilaku, tanda fisik) pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas) penciuman

(bau nafas, bau luka) perabaan (suhu badan, nadi).

2) wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada

pertemuan tatap muka, dalam wawancara yang penting diperhatikan

adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang relevan.

3) Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat.

Data secara garis besar, diklasifikasi menjadi data subjektif dan

data objektif. Pada waktu pengumpulan data subjektif bidan


harus mengembangkan hubungan antar personal yang efektif klien yang

akan diwawancarai, harus lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi

keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, bidan harus berupaya

mendapatkan data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitannya dengan

masalah pasien.

Pada waktu mengumpulkan data objektif bidan harus mengamati

ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/ kelainan fisik,

memperhatikan aspek sosial budaya pasien menggunakan teknik

pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah

dan berkaitan dengan keluhan pasien.

Data yang harus dikumpulkan pada ibu menopause, meliputi :

1) Biodata/Identitas baik pasien maupun suami/keluarga.

2) Data subjektif dan data objektif, yang terdiri dari :

a) Pemeriksaan fisik

b) Pemeriksaan panggul

c) Pemeriksaan laboratorium.

b. Langkah 2. Interpretasi data dasar.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosis yang spesifik.


Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan adalah

pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu

dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta. Masalah adalah kesenjangan

yang diharapkan dengan fakta/kenyataan, analisa adalah proses

pertimbangan tentang nilai sesuatu yang dibandingkan dengan standar,

standar adalah aturan/ukuran yang telah diterima secara umum dan

digunakan sebagai dasar perbandingan dalam kategori yang sama. Pengertian

masalah/ diagnosa adalah suatu pernyataan dari masalah pasien/klien yang

nyata atau potensial dan membutuhkan tindakan, pengertian lain

masalah/diagnosa adalah pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik

yang berkaitan dengan keadaan kesehatan seseorang dan didasarkan pada

penilaian asuhan kebidanan yang bercorak negatif (Hidayat dan Mufdilah,

2009; h. 75-78).

c. Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap

bila diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

/ atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota


tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi,

pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh

ini haruslah rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan

teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau

tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi

sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai

atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid

sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

f. Langkah 6. Melaksanakan perencanaan.

Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan

secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh

bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya.

Walaupun bidan tidak melaksanakan seluruh


asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya.

g. Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah

telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis

maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap

efektif apabila anak menunjukan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih

baik, terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan kelompok

usia dan ukuran fisik.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif

dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu evaluasi,

mengapa asuhan yang diberikan belum efektif.

b. Tinjauan teori asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada ibu menopause

a. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data

yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah

pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

1) Data Subyektif

a) Biodata yang mencakup identitas pasien


(1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari

agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Varney, 2007;

h. 31).

(2) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui menopause pertama kali.

Menurut Baziad (2003) menopause terjadi antara usia 45 – 50

tahun.

(3) Agama

Data agama dikaji untuk memantapkan identitas, disamping itu

perilaku seseorang tentang kesehatan sering berhubungan dengan

agama (Matondang dkk, 2004).

(4) Pekerjaan dan Ekonomi

Pekerjaan berpengaruh pada keadaan sosial ekonomi, untuk

mensejahterakan keluarganya khususnya kesehatan

(Wiknjosastro, 2002).

(5) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya terutama

tentang masa menopause yang dihadapinya (Ambarwati,

Wulandari, 2009; h. 132).

(6) Alamat
Alamat atau tempat tinggal ibu ditulis dengan lengkap dan jelas

agar sewaktu-waktu dapat dihubungi apabila terdapat ke gawat-

daruratan (Matondang dkk, 2004).

b) Keluhan utama

Untuk mengetahui alasan pasien tersebut mengunjungi klinik, seperti


keluhannya terutama tentang keluhan masa menopause yang

dihadapinya (Varney, 2007; h. 32).

(1) Psikologi

menurut Manuaba (2009, h. 217-221), perubahan kejiwaan yang

dialami seorang wanita menjelang menopause meliputi merasa

tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena takut menjadi tua,

mudah tersinggung, mudah terkejut sehingga jantung berdebar,

takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut

bahwa suami akan menyeleweng, keinginan seksual menurun

dan sulit rnencapai kepuasan (orgasme). Mereka juga merasa

sudah tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa

memberatkan keluarga dan orang lain. Menurut Baziad (2003)

bahwa lebih dari 70% wanita menopause mengalami keluhan

vasomotorik, depresi dan keluhan psikis serta somatis lainnya.

(2) Fisik

Menurut Manuaba (2009, h. 217-221) seorang wanita pada masa

menopause mengalami perubahan kulit. Lemak

bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendur. Kulit

mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pig- mentasi

dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik hitam. Otot bawah

kulit wajah mengendur sehingga jatuh dan lembek. Kelenjar kulit

kurang berfungsi, sehingga kulit menjadi kering dan keriput.

Perubahan metabolisme tubuh ditandai dengan menurunnya

pengeluaran hormon tiroksin dan insulin, pembakaran, dan

keperluan tubuh menjadi menurun.

c) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, umur klien saat
perkawinan, lama perkawinan, status menikah sah atau tidak

(Muslihatun, dkk, 2009; h. 226 ).

d) Riwayat menstruasi

(1) Menarche (menstruasi pertama yang dialami oleh klien).

Perlu dikaji untuk mengetahui usia terjadinya menopause, karena

wanita yang mengalami menarche lebih awal akan mengalami

menopause pada usia lebih tua (Maslachah, 2011). Menurut

Kartini (2006), secara normal menstruasi berlangsung pada usia

11 – 16 tahun.

(2) HPMT (Hari Pertama Menstruasi Terakhir) : perlu dikaji untuk

bisa menentukan kapan ibu mulai mengalami masa menopause

(Saifuddin, 2006; h. MK-51). Menopause terjadi antara usia 45 –

50 tahun (Baziad, 2003).

(3) Siklus menstruasi: dikaji untuk mengetahui siklus menstruasi ibu

karena berkaitan dengan masa

menghadapi masa menopause (Saifuddin, 2006; h. MK- 52).

Menurut Damayanti (2003), gejala yang mengawali masa

menopause, yaitu mulai terjadi pola haid yang tidak beraturan,

haid dapat berubah-ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola

tertentu pada wanita yang berusia sekitar 45 tahun ke atas.

e) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sangat penting untuk dikaji baik pasien

sendiri, ibu, ayah, saudara kandung, kakek, nenek, paman dan bibi.

Karena ada penyakit yang menurun dan pasien juga bisa terkena

penyakit dari keluarganya, dan memastikan pasien tidak sedang

menderita penyakit (Varney, 2007; h. 32). Menurut Damayanti

(2003), gejala yang mengawali masa menopause, yaitu osteoporosis

(pengeroposan tulang) dan pruritis, merupakan istilah kedokteran

untuk rasa gatal pada kulit di daerah vulva atau alat kelamin.
f) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi :

(1) Pola nutrisi (makan dan minum).

Perlu dikaji untuk mengetahui kebiasaan makan dan minum ibu

mulai dari jenis makan, minuman. Berapa banyak / porsinya

karena nanti bisa berpengaruh terhadap menopause (Priharjo,

2007; h. 4). Pada saat menopause kadar estrogen menurun dan

hal ini akan mepermudah hilangnya kalsium tubuh. Peningkatan

asupan kalsium dan olahraga teratur dapat mencegah terjadinya

osteoporosis.

Fraktura akibat osteoporosis terjadi pada 50% diatas usia 50

tahun.

(2) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan

tubuh terutama pada daerah genetalia karena jika kurang

personal hygine bisa menjadikan keputihan, infeksi

(Ambarwati, wulandari, 2009; h. 137). Dampak tidak

dilakukannya personal hygiene genetalia yaitu dapat terjadi

infeksi pada vagina, bau badan yang berlebihan dan integritas

permukaan kulit. Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang

terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri (Utamadi,

2009).

(3) Aktifitas

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari (Priharjo, 2007;

h. 4). Olahraga dan tidur yang teratur, mengurangi kenaikan

tekanan darah dan obstipasi untuk mengurangi keluhan pada

masa menopause.

(4) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam


pasien tidur, kebiasan sebelum tidur misalnya : membaca,

kebiasaan dengan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur

siang, penggunaan waktu luang. (Wilson dkk dalam Dimsdale,

1995) menyatakan bahwa pada saat menopause mengalami

perubahan dalam masalah kesehatan seperti cepat lelah, pusing,

berkeringat. Untuk

mencegah penurunan kondisi tubuh biasanya mengkonsumsi

vitamin, sayuran, buah-buahan, istirahat yang cukup, serta

berolahraga.

(5) Seksualitas

Dengan semakin bertambahnya usia, maka perilaku seks juga

akan berubah. Perubahan seksual pada wanita, khususnya setelah

menopause, akan menurunkan tingkat produksi hormon

esterogen dan androgen. Ini akan menyebabkan terjadinya

beberapa perubahan fisik. Wanita menopause membutuhkan

waktu lama atau sulit mengalami ketertarikan secara seksual.

Hubungan intim mungkin akan menimbulkan sakit sebab dinding

vagina menjadi tipis (Manuaba, 2009).

g. Data Psikologi, kultural

1. Data Psikologi dan Kultural

a. Psikologi : Perubahan-perubahan psikologi maupun fisik ini

berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol

adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya

konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan

emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan,

rasa sepi, ketakutan, keganasan, tidak sabar lagi dan lain-

lain.Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari

kemampuan si wanita untuk menyesuaikan diri. (Proverawati,


2010;h.40)

b. Kultural

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan

sangat mempengaruhi wanita untuk dapat untuk dapat atau tidak

dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini.

(Proverawati, 2010;h.40)

h. Data Objektif

a) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini penting dilakukan karena pasien akan diperiksa

secara umum dengan cara menyentuh pasien dan apa yang akan

kita inginkan pasien juga melakukan sehingga pemeriksaan ini

akan membuat pasien merasa tidak nyaman. Dan yang penting lagi

selalu menjaga privasi pasien (Varney, 2007; h. 34).

(1) Keadaan Umum

Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali

bertemu dengan pasien, dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-

tanda vital dan sewaktu mengukur tinggi dan berat badan

(Priharjo, 2007; h. 22). Pada masa menopause diikuti

perubahan-perubahan baik fisik maupun psikisnya (informed

consent) (Damayanti, 2003).

(2) Tanda - tanda Vital

Tanda-tanda vital diukur setelah posisi pasien diatur yang

nyaman serta keadaan umumnya diketahui. Tanda-tanda vital

yang diukur adalah tekanan darah,

suhu, nadi dan pernafasan serta berat dan tinggi badan (

Priharjo, 2007; h. 23 )

(a) Tekanan Darah

Jika tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg) maka pasien


memiliki tekanan darah tinggi (Hartanto, 2004; h. 110)

Pada dewasa muda umur 16 - 21 TD> 140/90 mmHg

dianggap hipertensi, pada manula umur 50- 60 TD

normalnya 140/90 (Gleadle, 2003; h. 37).

(b) Suhu Badan

Suhu Menurun sekitar 0,1 – 0,9 C Seringkali tubuh

menggigil pada akhir hot flush. (Suryoprajogo,

2009;h.22)

Jika suhu badan lebih dari 38oC maka dapat dicurigai

pasien mengalami infeksi, sehingga pasien harus segera

berobat (Ambarwati, Wulandari, 2009; h. 138)

(c) Frekuensi pernafasan

Pernafasan berada dalam batas yang normal yaitu antara

20-30 x/menit ( Everett, 2008; h. 159). Keluhan fisik

yang dialami wanita menopause antara lain mudah

berdebar-debar.

(d) Denyut nadi

Jika denyut nadi di atas 100 x/menit sebaiknya periksa

adakah tanda-tanda infeksi (Varney, 2007;

h. 35). Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung


dan pembuluh darah meliputi kulit terasa kering, keriput,

dan longgar (Manuaba, 2009).

(e) Berat badan

Selama masa menopause, kadar estrogen dalam tubuh

menurun, begitu juga dengan kondisi tubuh secara umum

yang menyebabkan naiknya kadar lemak dalam tubuh.

(3) Status Present

(a) Kepala

- Rambut

Pasca menopause terjadi perubahan terhadap

pertumbuhan rambut yaitu rambut pubis, ketiak,serta

rambut kepala, menjadi tipis (Sarwono P, 2003; h. 43)

- Mata

Kekurangan estrogen dapat menyebabkan atrofi kornea

dan konjungtiva, serta turunnya fungsi kelenjar air

mata. (Sarwono P, 2003; h. 45)

- Mulut, hidung dan telinga

Kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan

mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut,aliran

darah berkurang, terasa kering, dan mudah terkena

giginvitis (Sarwono P, 2003; h. 44)


(b) Dada

Dikaji adakah retraksi dinding dada (sesak) dan nyeri

atau tidak, karena jika terdapat nyeri dada saat

pemeriksaan patut dicurigai adanya penyakit jantung

atau tuberculosis. Progestin dapat menurunkan kadar

HDL-kolesterol serta meningkatkan kadar LDL-

kolesterol. Terjadinya aterosklerosis (deposit lemak)

dipercepat oleh kadar LDL-kolesterol yang tinggi

didalam darah yang kadang-kadang didahului oleh sakit

dada hebat yang berulang-ulang sehingga serangan

jantung terjadi pada klien (Hartanto, 2004; h. 116- 117).

(c) Abdomen

Abdomen diperiksa untuk mengetahui ada tidakya

pembengkakan hati dengan cara palpasi bagian perut

sebelah kanan ditekan. Jika ibu merasa kesakitan atau

teraba massa kemungkinan terdapat penyakit hati dan

periksa juga apakah massa/benjolan karena ibu hamil

atau mioma uterus. (Hartanto, 2004; h.106).

(d) Ekstremitas bawah

Ekstremitas bawah perlu diperiksa untuk mengetahui

adanya trombophlebitis atau kelainan trombo-emboli lain

(Hartanto, 2004; h. 110).


b) Pemeriksaan Obstetri

1) Inspeksi

Payudara

Inspeksi payudara dengan mengamati ukuran, bentuk, dan

kesimetrisan payudara. Payudara normalnya melingkar agak

simetris dan besar, sedang atau kecil. Lihat juga warna dan

edema pada kulit payudara, warna aerola. payudara diamati ada

tidaknya penonjolan atau retraksi pada payudara (Priharjo, 2007;

h. 120)

Abdomen

Abdomen diamati bentuknya secara umum, kontur permukaan

abdomen dan adanya retraksi, penonjolan serta ketidak

simetrisan. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan

ekspirasi. Amati juga pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada

kulit secara lebih teliti (Priharjo, 2007;

h. 127). Amati adakah bekas luka operasi yang berhubungan

dengan mioma uterus (Saiffudin, 2006; h. MK-50).

Genetalia

Kulit dilihat ukuran dan adanya kelainan yang tampak pada

genetalia, dan adakah perdarahan pervaginam, penonjolan atau

pembengkakan pada vagina (Priharjo, 2007; h. 148). Keluhan

yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi liang sanggama

terasa kering, sulit menerima rangsangan


karena sensitivitasnya sudah menurun, epitel Iiang sanggama dan

sekitarnya menipis, sehingga mudah terjadi infeksi, dalam

melakukan hubungan seks sering terasa sakit (dispareunia),

elastisitas sudah menurun sehingga terasa longgar (Manuaba,

2009).

2) Pemeriksaan dalam : tidak diperiksa

3) Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium umum

Yang dilakukan secara rutin meliputi darah lengkap,

urine lengkap, fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan kolesterol,

serta gula darah. Sedangkan pemeriksaan laboratorium

khusus meliputi pemeriksaan pap smear, biopsi lapisan

dalam rahim, dan biopsi mulut rahim. (Manuaba, 2009 ; h.

229)

b. Pemeriksaan rutin

Sederhana

1) Keluhan yang dikemukakan, keluhan ini akan

dikembangkan melalui pertanyaan yang lebih rinci

terhadap pasien. Ini dilakukan untuk mengupayakan

arah kemungkinan penyakit sudah dapat dipastikan.

2) Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan fisik umum

(tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, pemeriksaan

perut, pemeriksaan payudara) dan pemeriksaan fisik

khusus
Dengan alat

1) Kolnoskopi, untuk mengetahui adanya

kelainan/perlukaan bibir kemaluan, kelainan liang

senggama, atau kelainan mulut

2) Histereskopi, untuk mengetahui adanya kelainan pada

ruang rahim

3) Ultrasonografi, untuk mengetahui adanya kelainan pada

abdomen umumnya, kelainan ginjal, hati, kelainan

indung telur, rahim dan sekitarnya, serta kelainan

payudara.

4) Mammografi untuk mengetahui kelainan khusus

payudara. (Manuaba, 2009 ; h. 229)

B. INTERPRETASI DATA

Dalam interpretasi data diperoleh dari data pengkajian yang sudah didapat dan

terkumpul pada kasus gangguan reproduksi pada ibu menopause sehingga muncul

diagnosa.

a. Diagnosis Kebidanan

Ny ....P .... A .... Umur.........tahun, Dengan Menopause

Data Dasar :

1) Data Subjektif

a. Ibu mengatakan bernama Ny ... umur...........tahun

b. Ibu mengatakan tidak haid selama 12 bulan…

c. Ibu mengatakan sudah pernah hamil berapa kali, melahirkan beraoa kali,

dan pernah keguguran atau tidak

d. Ibu mengatakan keluhan yang dirasakan saat ini dan ibu

mengatakan perubahan psikologis yang terjadi.


2) Data Objektif

Data objektif meliputi data hasil pemeriksaan fisik dan obstetrik. Data

pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital (tekanan

darah, suhu badan, frekuensi pernafasan, denyut nadi), dan berat badan. Selain

itu juga dikumpulkan data tentang status present mulai kepala, dada, abdomen

dan ekstremitas bawah. Adapun pemeriksaan obstetri meliputi inspeksi

payudara, abdomen, dan genetalia.

b. Masalah

Tidak ada

C. DIAGNOSA POTENSIAL

Diagnosa yang mungkin terjadi pada menopause ialah:

Masalah Fisik:

a. Dampak pendek yang terjadi :

1) Gangguan vasomotor

2) Dryness Vaginal (Kekeringan pada vagina)

3) Penurunan Libido

4) Drypareunia (rasa sakit ketika berhubungan seksual)

5) Inkontensia Urin (Beser)

b. Dampak panjang yang terjadi:

1) Resiko Kanker Payudara

2) Kanker Leher Rahim (Serviks).

3) Osteoporosis

4) Penyakit jantung.
5) Dimensia

D. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU

KOLABORASI DAN KONSULTASI

1. Masalah Fisik yaitu seperti:

a. Gangguan vasomotor

Pencegahan terhadap rasa panas (Hot flush) yakni:

1. tidur yang cukup serta rileks

2. Hindari faktor-faktor yang dapat memicu rasa panas seperti makanan

berbumbu banyak, makanan yang pedas dan panas, makanan berlemak,

alkohol dan kopi.

b. Penurunan Libido dan Dryness Vaginal (Kekeringan pada vagina)

Pencegahan terhadap adanya gairah seksual dan kekeringan pada vagina

yakni:

1) Pada saat akan melakukan hubungan di dapat dirangsang dengan

menonton film pornografi agar dapat memacu rangsangan sehingga pada

saat melakukan hubungan seksual tidak terasa sakit

2) Gunakan penambahan pelicin, krim atau jelly sebelum melakukan

hubungan seksual.

c. Inkontensia Urin (Beser)

Pencegahan terhadap adanya inkontensia urin dengan senam kegel: Cara

melakukan senam kegel:

1) Langkah pertama, posisi duduk atau berbaring, cobalah untuk menahan

dan mengontraksikan otot panggul dengan cara yang sama ketika

menahan kencing.
2) Kontraksikan otot panggul selama 10 detik, kemudian istirahat selama 10

detik.

3) Lakukan latihan ini berulang-ulang sampai 10-15 menit, lakukan tiga

kali sehari.

d. Resiko Kanker Payudara

Pencegahan terhadap adanya resiko kanker payudara :

1) Menurunkan berat badan karena dapat terkena kanker payudara

2) Lakukan periksaan payudara sendiri (sadari) yang dapat dilakukan

di rumah.

e. Kanker Leher Rahim (Serviks).

Pencegahan terhadap adanya kanker serviks :

1) Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seksual

f. Osteoporosis,

Pencegahan terhadap adanya resiko osteoporosis:

1) Olahraga yang cukup dan teratur

2) Konsumsi asupan makanan yang mengandung kalsium

3) Konsumsi vitamin D

g. Penyakit jantung

Pencegahan terhadap adanya resiko penyakit jantung:

1) Konsumsi vitamin beberapa jenis vitamin (A, B, C, E ,D )

2) Konsumsi susu non fat atau low fat, jus jeruk, sayur hijau, makan

sarden kaleng yang banyak mengandung kalsium.

3) Konsumsi Makan-makan beserat

4) Berolahraga teratur, mulai dari berjalan jauh atau senam jantung

5) Hindari merokok, minum alkohol dan minum banyak air putih

2. Masalah Psikis

Pencegahan masalah psikis tentang adanya depresi :


1) Menjalani hidup sehat dengan makan, minum, istirahat dan olahraga yang

cukup dan teratur

2) Pikiran rileks sehingga menjadi tenang dan terasa nyaman Pencegahan

masalah psikis tentang adanya insomnia (gangguan tidur) :

b) Berolahraga, mulai dari berjalan atau senam

c) Jangan terlalu lelah dalam melakukan aktifitas

d) Jangan terlalu banyak pikiran sehingga akan menyebabkan ibu susah

tidur

E. PERENCANAAN

1. Jelaskan kepada ibu tentang tanda tanda menopause

2. berikan konseling penanganan gejala menopause yang sedang ibu alami saat ini

3. jelaskan cara mencegah dan penanganan seksual pada ibu menopause

4. jelaskan tentang pemberian nutrisi pada ibu menopause untuk mencegah

timbulnya osteoporosis

5. jelaskan akibat terjadinya gangguan perkemihan

6. jelaskan perubahan yang terjadi secara psikologis

7. jelaskan perubahan pola spiritual pada ibu menopause

F. PELAKSANAAN

1. Memberitahu ibu tanda – tanda menopause yaitu:

a) Terjadi panas di tubuh terutama di daerah muka dan dada

b) Susah tidur pada malam hari

c) Alat kemaluan ibu mencadi kering sehingga sakit kertika berhubungan


d) Saluran kencing menipis dan kering

e) Badan terasa lebih gemuk

f) Terjadi gangguan pada punggung dan tulang

g) Akan terasa pegel linu pada bagian punggung, paha, dan tangan

h) Pusing dan sakit kepala

i) Payudara menjadi kendor

2. memberikan konseling kepada ibu tentang penanganan gejala pada masa

menopause seperti :

a. rasa panas pada wajah dan dada

1) Sebaiknya setiap malam ibu menggunakan pakaian yang tipis dan

menyereap keringat

2) Hindari stress didalm rumah tangga

3) Menghindari minum minuman padas pada malm hari

4) Melakukan olah raga stiap hari pada pagi atau sore hari

b. nyeri dan linu pada tubuh

rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang menopause karena terjadi

perubahan hormonal pada wanita yaitu hormon estrogen.Sehingga ibu akan

mudah merasa pegal atau linu pada tubuhnya waktu malam hari.

c. Susah tidur pada malam hari

Terjadinya susah tidur pada malam hari yang dialami wanita menopause

dapat terjadi karena adanya rasa panas pada wajah dan dada, berkeringat,

perasaan panik dan gelisah.

Penatalaksanaan: menghindari kafein, hindari aktifitas yang menimbulkan

stres sebelum waktu tidur , olah raga setiap hari, waktu


tidur yang teratur, mandi air hangat pada malam hari, minum susu sebelum

tidur.

d. vagina terasa sakit saat berhubungan

Pada wanita yang sudah menopause apabila berhubungan seksual akan tersa

sakit karena vagina menjadi pendek menyempit, hilang elastisitas, epitelnya

tipis dan mudah trauma karena kurang lubrikasi.

3. Menjelaskan cara pencegahan dan penanganan seksual pada ibu yang sudah

menopause:

a. Pencegahan seksual setelah masa menopause yaitu :

menganjurkan sebelum melakukan hubungan seksual dengan suami berikan

jell atau sabun agar pada saat berhubungan ibu tidak terasa salit

b. Penanganan seksual setelah masa menopause yaitu:

Setelah melaukukan hubungan dengan suami sebaiknya alat kemaluan ibu

dibasuh menggunakan air hangat untuk mencegah terjadinya infeksi

4. Menjelaskan kepada ibu pentingnya pemberian nutrisi tentang adanya masalah

yang dapat mencegah dan timbulnya tulang keropos yaitu dengan olah raga

teratur, mengkonsumsi vitamin D, makan makanan yang mengandung kalsium

seperti ikan teri, susu, buah-buahan, kacang- kacangan

5. Menjelaskan pengertian akibat terjadinya gangguan berkemih dan

penatalaksanaanya, yaitu: melakukan senam kegel

1) bertujuan:

a. memperkuat otot panggul


b. mencegah terjadinya beser

c. mencegah hemoroid

d. membantu meningkatkan kepuasaan seksual pada ibu menopause

2) memberikan penkes tentang cara melakukan senam kegel

a. langkah pertama, posisi duduk atau berbaring, kontraksikan otot panggul

seperti sedang mengencangkan atau menutup vagina atau seperti

menahan pipis

b. menahan kontraksi selama 3 hitungan kemudian rileksasikan

c. lakukan berulang – ulang sampai 10 – 15 menit, latihan ini dilakukan 3x

sehari

6. memberikan konseling tentang perubahan psikologis yang terjadi pada

ibu menopause:

perubahan yang dialami ibu akan merasa tua, tidak menarik lagi, rasa

tertekan kareba takut menjadi tua, mudah tersinggung dan mudah terkejut

sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual

suami rasa takut bahwa suami akan menyeleweng, keinginan seksual akan

menurun dan sulit mencapai kepuasan memrasa memberatkan keluarga dan

orang lain.

7. . Memberikan konseling tentang perubahan pola spiritual pada ibu

menopause: pada masa menopause sebaiknya lebih rajin untuk

melakukan ibadah dan berserah diri kepada Allah dengan keadaan yang

dialami saat ini.


H. EVALUASI

Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana asuhan yang dilakukan

benar-benar telah mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang telah

diidentivikasikan pada langkah kedua tentang masalah. Diagnose atau kebutuhan

perawatan kesehatan. Mengevaluasi adalah tindakan evaluasi dari asuhan yang telah

diberikan. Evaluasi dikatakan berhasil jika pada asuhan kebidanan dengan

menopause. Yaitu:

1. Ibu sudah mengerti tanda – tanda menopause yaitu:

2. Ibu sudah mengetahui gejala menopause

3. Ibu sudah mengetahui penanganan hubungan sex pada menopause:

4. Ibu sudah mengetahui pemberian nutrisi tentang adanya masalah yang dapat

mencegah dan timbulnya tulang keropos

5. Ibu sudah mengerti cara melakukan senam kegel

6. Ibu sudah mengetahui perubaahan psikologis dan perubahan spiritual yang terjadi

pada masa menopause sehingga suami dan keluarga selalu mendukung keadaan

ibu.

I. DATA PERKEMBANGAN

Data perkembangan dilakukan 1 bulan kemudian yaitu pada saat kunjungan

ulang yang akan datang, catatan perkembangan didokumentasikan menggunakan

metode SOAP yang terdiri atas 4 langkah yang dirangkum dari proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien

dalam rekam medik sebagai catatan perkembangan asuhan/kemajuan (Varney, 2004).


Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan

yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses

berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-

langkah manajemen kebidanan (Muslihatun, dkk, 2009; h. 100 ).

1. S = SUBYEKTIF

Data Subyektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang

diperoleh melalui anamnesis. Data Subyektif ini berhubungan dengan masalah

dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subyektif ini nantinya akan

menguatkan diagnosisi yang akan disusun (Muslihatun, dkk, 2009; h 227). Semua

keluhan yang dirasakan ibu yang berhubungan dengan masa menopause.

2. O = OBYEKTIF

Data Obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

dimana data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan

medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data

objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis (Muslihatun, dkk, 2009; h. 227).


3. A = ASSESSMENT

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)

dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan,

karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka

proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut

bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka

mengikuti perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada

pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan / tindakan yang tepat.

Analisis / assessment merupakan pendokumentasian dimana kebutuhan

tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan

tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi :

tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien (Muslihatun,

dkk, 2009; h. 228 ).

Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif/obyektif tersebut

(Muslihatun, dkk. 2009; h. 228 ).

Ny… umur ibu…tahun, sehat atau tidak pada masa menopause selama 1 bulan

( Muslihatun, dkk, 2009; h. 228 ).

4. P = PERENCANAAN

Planning / perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang

akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi

data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk


mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai

criteria tujuan yang diinginkan dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan

yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan

harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah Planning / perencanaan saja, namun P

dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian

Implementasi dan Evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi

pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima,

keenam dan ketujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi

masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali jika

tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak

mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Jika kondisi

pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun

implementasinya kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesusikan.

Dalam planning ini juga mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek

tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan / hasil pelaksanaan

tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus

ketepatan nilai tindakan / asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk


mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan

perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP. Perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang telah dibuat

(Muslihatun, dkk. 2009; h. 228-230).

J. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan di masyarakat seorang bidan

mempunyai kewenangan yang sudah ditentukan dan juga telah diatur oleh

perundang – undangan serta keputusan Menteri Kesehatan RI. Landasan Hukum

1. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Bab III tentang Penyelenggaraan Praktek

Pasal 9

Yaitu : Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu;

b. Pelayanan kesehatan anak; dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan Pasal

10 ayat 1
Yaitu : pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf

akseptor diiberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

Pasal 12

Yaitu : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c,

berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

Pasal 18 ayat 1 huruf d

Yaitu : meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan. Bab

IV tentang Pencatatan dan Pelaporan

Pasal 20

a. Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan

pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

b. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukan ke Puskesmas

wilayah tempat praktek.

c. Dikecualikan dari ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) untuk

bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.

2. Peran Dan Fungsi Serta Kompetensi Bidan

Kompetensi bidan

Kompetensi kedua : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan

menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk


meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanan kehamilan dan

kesiapan menjadi orang tua.

a. Pengetahuan dasar

1). Pertunbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual

2). Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan

konsepi dan reproduksi.

3). Norma dan praktek budaya dalam kehidupan seksualitas dan

kemampuan bereproduksi.

4). Komponen rimayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat

genetik yang relevan.

5). Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi

kehamilan yang sehat.

6). Berbagi metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan

metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan.

7). Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS, dan

kelangsungan hidup anak.

8). tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular

seksual yang lazim terjadi

b. Pengetahuan tambahan

1). Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang

barhubungan dengan kehamilan dan kontrasepsi.

2). Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh kondisi

geografisdan proses rujukan untuk pemeriksaan/ pengobatan lebih

lanjut.
3). Indikator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan

intrapersonal, termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga

(seks, fisk, dan emosi).

c. Keterampilan dasar

1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap.

2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus sesuai dengan kondisi

wanita.

3) Menetapkan dan atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil

pemeriksaan laboratorium separti hematorit dan analisa urine.

4) Melaksanakn pedidikan kesehatan dan ketrampilan konseling dasar

dengan tepat.

5) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang

ditemukan.

3. Standar pelayanan kebidanan

Peran Fungsi dan Kompetensi Bidan

a. Peran sebagai pelaksana

Memberikan asuhan kabidanan pada wanita menopause yang

membutuhkan pelayanan kesehatan reproduksi .

1) Menentukan diagnose dan kebutuhan pelayanan.

2) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.

4) Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.

5) Membuat pencatan dan laporan.

b. Peran sebagai pengelola


Mengembakan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan

untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah

kerja dengan melibatkan masyarakat / klien.

1) Bersama tim dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama

yang berhubungan dengan kesehatan wanita menopause untuk

meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di

wilayah kerjanya.

2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan

masyarakat.

3) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun atau

petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan

pelayanan kesehatan ibu.

4) Mengembangkan strategi meningkatkan kesehatan masyarakat

khususnya kesehatan ibu termasuk pemanfaatan sumber- sumber yang

ada pada program dan sektor terkait.

5) Menggerakan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan

memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi- potensi yang

ada.

6) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek

professional melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan-

kegiatan dalam kelompok profesi.

7) Mendokumentasikan hasil seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

c. Peran sebagai pendidik


Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada

individu keluarga, kelompok dan masyarakat tentang

penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang

berhubungan dengan ibu menopause. Bersama klien pengkajian

terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat

khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya dalam

bidang kesehatan ibu .

d. Peran sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terhadap dalam bidang

kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Penurunan kadar estrogen sangat mempengaruhi kehidupan wanita. Pada masa

pre menopause terjadi bnyak perubahan baik perubahan fisik maupun perubhan psikis

yang terjadi karena menurunnya kadar estrogen. Oleh karena itu perlu dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui kesehatan secara menyeluruh. Pemeriksaan yang perlu

dilakukan pada wanita menopause

3.2 Saran

Berdasarkan tinjauan teori yang telah dilakukan yang telah memberikan sedikit

masukan atau saran dan berharap bidan memberi banyak manfaat.

1. Untuk Bidan

a. Sebagai bidan dalam melakukan tindakan harus membina hubungan

yang sangat baik antara pasien dengan keluarga sehingga tercapai tujuan

yang diinginkan.

b. Dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan yaitu memberikan

tindakan asuhan yang harus diketahui rasional setiap tindakan yang

diberikan pada pasien untuk melakukan pengawasan yang akurat

dengan standar pelayanan kebidanan yang berlaku pada ibu menopause

dan pemeriksaan fisik

2. Untuk Puskesmas

Meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan

pada ibu perimenopause secara optimal dan tidak menyepelekan keadaan

ibu menopause

3. Untuk Institusi

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu ada penerapan

manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah serta mengingat proses

tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkatkan mutu dan kualitas


pembelajaran bagi mahasiswa lebih banyak mengetahui antisipasi

terjadinya komplikasi pada perimenopause.

DAFTAR PUSTAKA
Adrews, G. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 2. Jakarta: EGC.

Ambarwati, F. R. (2015). Ilmu Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Cakrawala Ilmu.

Astutik, R. Y., & Suparni, I. E. (2016). Menopause Masalah dan


Penanganannya.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Depkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta.

Dinas Kesehatan Makassar. 2016.

Fitriani & Lestari, A. (2018). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi
pada Masa Menopause. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra, Vol. 6 No. 2.

Freeman dkk. (2014). Risk of long term hot flashes after natural menopuse.
Evidence from the penn ovarian aging cohort. The jurnal of the north
american menopause society. Diperoleh tanggal 21 Januari 2019 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pumed/24473530.

Guttuso, T./ Will, J., & Sireesha, Y. (2013). Review of hot flasshes diaries. Maturitas,
71(3). Diperoleh tanggal 2 April 2018 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artic les/PMC3275687.

Hasanah dkk. (2018). "Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Hot Flashes pada
Wanita Menopause". JOM FKp, VOL.5 No.2.

Ike, N., Sari, Y., Adriani, R. B., & Mudigdo, A. (2017). Effect of Menopause
Duration and Biopsychosocial Factors on Quality of life of Women
in Kediri District , East Java. Journal of Maternal and Child Health,
2(2), 125–136.

Irfana. (2021). Faktor Determinan Kejadian Menopause. Bandung: Media Sains


Indonesia.

Joffe, H., & Hall, J. E. (2012). Hot flashes. London Health Sciences Centte.
Diperolehtanggal 25 juli 2018
dari
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/ajhb.22415.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.

Anda mungkin juga menyukai