Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH SEMINAR

MENOPAUSE

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Endokrin

Dosen Pembimbing :

Sri Rahayu, S.Kp., Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH :

ANISATUL AYU FAJRIYAH 1502450049

RIDZKY BERLIANA KUSUMA 150 2450073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Malang, September 2018

Dosen Pembimbing

Sri Rahayu, S.Kp., Ns., M.Kes

NIP 19671010 199003 2 002


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menopause merupakan proses penuaan yang alamiah dan normal pada
setiap perempuan. Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang
terakhir yang dialami oleh seorang wanita yang sudah tidak mengalami siklus
haid selama minimal 12 bulan. Hal ini di sebabkan karena pembentukan
hormone estrogen dan progesterone dari ovarium wanita berkurang, ovarium
berhenti melepaskan sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan
berhenti, pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen.
Menurut data pada tahun 2003 jumlah perempuan di dunia yang
memasuki masa menopause mencapai 1,2 milyar orang, dimana sekitar 25
juta perempuan di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause setiap
tahunnya. Di Asia menurut data World Health Organization (WHO) pada
2025 jumlah perempuan yang menopause diperkirakan akan melonjak dari
107 juta menjadi 373 juta. Sementara itu, survei di negara-negara Asia-
Pasifik yang dilakukan April 2008 mencatat, sebanyak 68% perempuan
menopause menderita gejala klimakterik, namun hanya 62% dari mereka
yang menghiraukan gejala tersebut, dan diperkirakan di tahun 2020 jumlah
penduduk Indonesia akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah
perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah sekitar 30,3 juta jiwa
dari jumlah laki-laki (Fadilah, 2005). Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2005 memproyeksikan, sebanyak 5.846.000 perempuan Indonesia dari total
penduduk tahun 2010 memasuki masa menopause per tahunnya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
mengenai menopause terdapat 4,3 juta seluruh jumlah penduduk Indonesia
yang sebesar 240 – 250 juta pada tahun 2012. Dalam kategori wanita tersebut
(usia lebih dari 46 - 49 tahun) 18% wanita Indonesia telah mengalami
menopause dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya (Depkes
RI, 2012). Permasalahan yang dialami secara umum di Indonesia, sebenarnya
tidak lain adalah permasalahan yang lebih didominasi oleh perempuan, salah
satunya adalah masalah seputar Menopause.
Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti dialami
oleh perempuan. Menurut National Institute of Health, Amerika Serikat,
dalam Mangoenprasodjo (2004), menopause merupakan tahap akhir proses
biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi hormon seks
perempuan, yakni esterogen dan progesterone dari indung telur (BKKBN,
2006). Menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis,
indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid
tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan.
Masa menopause ini terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respon
terhadap hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur
berhenti secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar esterogen dan
progesterone. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan keluhan-keluhan
menopause (Women’s Health Concern, 2007).
Sekitar 40-85 % dari semua perempuan dalam usia klimaterik
mempunyai keluhan, baik keluhan fisik maupun psikologis (Manuaba, 2001).
Beberapa perempuan mengalami hal ini sebagai masa transisi yang mulus
dengan sedikit ketidaknyamanan fisik seperti keluhan kulit keriput (52,3%)
dan bertambah berat badan (50,5%). Sedangkan beberapa perempuan lain
mengalami banyak gejala yang tidak nyaman atau reaksi fisik negatif
(Nirmala, 2003). Sebagian besar perempuan di Indonesia tidak mengetahui
dampak yang bisa timbul saat akan memasuki masa menopause.
Ketidaktahuan itu didasari pandangan yang menganggap menopause itu
gejala alami. Padahal saat memasuki masa tidak haid itu lagi, perempuan
mengalami gejala-gejala seperti gejolak panas (hot flushes) dan keringat pada
malam hari, kelelahan, insomnia, kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri
pada persendian, sakit kepala, palpitasi (denyut jantung cepat dan tidak
teratur), dan berat badan bertambah (Women’s Health Concern, 2007).
Gejala-gejala menopause tersebut sebenarnya dapat diminimalkan
apabila perempuan menopause mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai menopause itu sendiri. Apabila tidak ditangani dengan benar, maka
akan menimbukan masalah. Sebagai seorang yang berwenang terhadap
kesehatan perempuan, bidan seharusnya dapat memahami dan mengerti
tentang konsep menopause. Bidan dapat memberikan konseling kepada klien
tentang pengertian menopause, fisiologi proses terjadinya menopause,
penyebab menopause terjadi, fase-fase menopause, tanda/ gejala klinis
menopause, keluhan-keluhan yang biasa terjadi pada masa menopause, serta
berbagai cara dalam mengatasi masa menopause. Konseling perlu dilakukan
agar setiap perempuan dapat mempersiapkan masa menopause dengan sebaik
mungkin. Untuk itu diperlukan persiapan yang baik dan asuhan yang
komprehensif kepada klien dalam menghadapi masa menopause agar seorang
perempuan dapat menjalani masa menopause dengan baik.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep umum tentang menopause.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian menopause
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi menopause
3. Mahasiswa dapat menjelaskan fisiologi menopause
4. Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase menopause
5. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis menopause
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tanda dan gejala menopause
7. Mahasiswa dapat menjelaskan keluhan menopause
8. Mahasiswa dapat menjelaskan gejala klinis menopause
9. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi usia
menopause
10. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi menopause
11. Mahasiswa dapat menjelaskan predisposisi menopause
12. Mahasiswa dapat menjelaskan prognosis menopause
13. Mahasiswa dapat menjelaskan cara mengatasi menopause
14. Mahasiswa dapat menganalisis contoh kasus tentang menopause
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Menopause


Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti bulan
dan peuseis yang berarti “penghentian sementara”.Sebenarnya, secara
linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti “masa
berhentinya menstruasi”.Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan
sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Biasanya menopause terjadi
pada wanita mulai usia 45-55 tahun. Masa menopause ini tidak bisa serta
merta diketahui, tetapi biasanya akan diketahui setelah setahun berlalu
(Andira, 2010).
Menopause adalah berhenti menstruasi secara permanen, pada umumnya
menopause terjadi pada usia sekitar 45-55 tahun. Kadar estrogen jenis estron
adalah yang banyak berada dalam sirkulasi dibandingkan estrogen lainnya
(Smart, 2010).
Menurut Gebbie (2005) mendefinisikan menopause sebagai periode
menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita dan merupakan
diagnosa yang ditegakkan secara retrospektif setelah amenorrhea selama 12
bulan. Menopause terjadi pada usia rata-rata 51 tahun
Siklus mentruasi dikontrol oleh dua hormon yang diproduksi di kelenjar
hipofisis yang ada di otak yaitu Follicle Stimulating Hormone(FSH) dan
Luteinising Hormone (LH), dan dua hormon lagi yang dihasilkan oleh
ovarium (estrogen dan progesteron).Saat perempuan berada pada masa
menjelang menopause, FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis
secara normal.Akan tetapi karena ovarium semakin tua maka kedua ovarium
kita tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana yang
seharusnya.Akibatnya estrogen dan progesterone yang diproduksi juga
semakin berkurang.Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi dapat
menghasilkan hormon-hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk bisa
mempertahankan siklus mentruasi (Andira, 2010).
Kesimpulannya, ketika wanita memasuki menopause kadar estrogen dan
progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH
dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak. Sebagai
usaha agar kedua ovarium dapat berfungsi dengan baik, otak sebenarnya telah
mengeluarkan FSH dan LH lebih banyak namun kedua ovarium tidak dapat
berfungsi dengan normal. Akan tetapi kecenderungan otak untuk
memproduksi lebih banyak FSH memberikan satu keuntungan yaitu kadar
FSH yang tinggi dapat dideteksi dalam darah atau urin, dan dapat digunakan
sebagai tes sederhana untuk mendeteksi menopause (Rebecca and Pam, 2007).

1.2 Etiologi Menopause


Sejak usia 40 tahun, ovarium menjadi kurang responsive terhadap
hormone yang mengendalikannya. Efek keadaan ini membuat wanita kurang
subur, mengurangi jumlah hormone ovarium yang di hasilkan, dan mengubah
jumlah relative dari estrogen dan progresterone yang dihasilkan.Selain itu juga
terjadi perubahan dalam perbandingan dari bermacam- macam estrogen yang
di hasilkan (Purwoastuti, 2009).
Penurunanan sekresi estrogen dan progesterone menyebabkan perubahan
endokrin yang terjadi selama masa klimakterium dan pasca menopause. Kadar
FSH dan LH yang bersikulasi (beredar melalui peredaran darah) mulai
meningkat beberapa tahun sebelum penghentian produksi estrogen oleh
ovariuim, kadar FSH dan LH meningkat terdapat pada wanita pramenopause,
dengan FSH yang biasanya lebih tinggi dari pada LH (Purwoastuti, 2009).

1.3 Fisiologi Menopause


Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel telur yang belum
berkembang. Pada fase prapubertas , yaitu usia 8-12 tahun, mulai timbul
aktifitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar 12-13
tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama
kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas dimana organ reproduksi wanita
mulai berfungsi optimal secara bertahap .pada masa ini ovarium mulai
mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi.masa ini disebut fase
reproduksi atau periode fertile (subur) yang berlangsung sampai usia sekitar
45 tahunan. Pada masa ini wanita mengalami kehamilan dan melahirkan.Fase
terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir disebut
klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode
reproduktif ke periode non-produktif.Periode ini berlangsung antara 5-10
tahun sekitar menopause yaitu 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah
menopause (Kasdu, 2004).
Pada masa premenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi,
tetapi semakin rendah ketika memasuki masa peri/menopause dan
postmenopause.Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus
menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah
sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada
setiap siklus haid, dimana pada tiap siklus, antara 20 hingga 1000 sel telur
tumbuh dan berkembang, sampai matang, yang kemudian mengalami ovulasi,
sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga
karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera
berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Proses ini terus
menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi
ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja (Kasdu,
2004).
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan
mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus dan hipofisis.
Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum.Kemudian turunya produksi
steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative
terhadap hipotalamus.Keadaan ini mengakibatkan peningkatan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).Dari kedua
gonadotropin ini yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.Kadar FSH
pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml (Sarwono, 2002; Shimp & Smith,
2000).
1.4 Fase - Fase Menopause
Menurut Sarwono P (2007) ada 4 fase dalam siklus klimakterik, yaitu:
1. Pra-menopause
Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan
perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relative
banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorea).
2. Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan
pascamenopause.Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur.Pada kebbanyakan wanita siklus haidnya >38 hari, dan sisanya <18
hari.Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi
ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH, dan estrogen
sangat bervariasi.
3. Menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu
ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup.Produksi estrogen pun
berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya
menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami
terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi
hormonal pada usia perimenopause.
Diagnosis menopause ini dibuat bila telah terdapat amenorrhea sekurang-
kurangnya satu tahun. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 45-50
tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/l digunakan sebagai diagnosis
menopause (Aqila, 2010).
4. Pasca Menopause
Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara
20-30 pg/ml, dan kadar hormone gonadotropin biasanya meningkat.
Pascamenopause pada umumnya akan terjadi 3 hingga 5 tahun setelah
menopause, tahap dimana sebagian besar keluhan menopause telah
menghilang.
1.5 Jenis Menopause
Ada dua jenis menopause (Nadine, 2009), yaitu:
1. Menopause alami
Menopause yang disebabkan menurunnya produksi hormon kelamin
wanita, estrogen dan progesteron oleh ovarium. Ini adalah proses perlahan
lahan yang biasanya terjadi selama beberapa tahun.
Rata-rata wanita untuk mencapai menopause alami atau berhentinya haid
adalah 50 tahun (Nirmala, 2003).
2. Menopause karena sebab tertentu
Menopause yang disebabkan intervensi medis tertentu. Misalnya bedah
pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam struktur dan
fungsinya sebelum usia menopause alami, menyebabkan menopause
karena pembedahan. Demikian pula obat obat tertentu, radiasi dan
kemoterapi (penggunaan agen kimiawi untuk merawat berbagai jenis
penyakit, khususnya kanker) bisa juga menyebabkan menopause karena
sebab tertentu. Menopause karena sebab tertentu tidak lazim terjadi pada
wanita yang mengalami histerektomi setelah usia menopause alami.
Histerektomi adalah istilah yang digunakan untuk pengangkatan rahim
dengan pembedahan.Karena ovarium tidak diangkat pada pembedahan
tersebut, mereka bisa terus memproduksi hormone wanita.Tapi bila syaraf,
dan suplai darah ke ovarium rusak ketika melakukan histerektomi, bisa
terjadi menopause karena sebab tertentu.

1.6 Tanda dan Gejala Menopause


Menurut Smart (2010), tanda dan Gejala menopause dibedakan menjadi dua
yaitu, secara fisiologis dan secara psikologis.
1. Secara fisiologis
Gejala secara fisiologis akan dapat di amati berdasarkan perubahan-
perubahan yang terjadi pada organ organ reproduksi, anggota tubuh
lainnya, susunan ekstragenital, dan adanya gejala klinis.
a) Perubahan pada organ reproduksi
(1) Perdarahan
Perdarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti
menstruasi, siklus menstruasi yang keluar dari vagina tidak
teratur.Pendarahan ini terjadi di awal menopause.
(2) Vagina menjadi kering dan kurang elastis
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina.Vagina ini menjadi kering dan kurang
elastis. Ini di sebabkan karena penurunan kadar estrogen.
(3) Saluran uretra mengering, menipis, dan kurang elastis.
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air seni dari kandung
kemih ke luar tubuh. Pada saat menopause saluran uretra juga
akanmongering, menipis, dan kurang keelastisannya akibat
penurunan kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan
wanita rentan terinfeksi saluran kencing.
(4) Uterus atau Rahim
Uterus mengecil, selain disebabkan oleh menciutnya selaput lender
rahim juga disebabkan oleh hilangnya cairan dan perubahan bentuk
jaringan ikat antar sel.
(5) Tuba falopi atau Saluran telur
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut,
setra rambut getar dalam tuba menghilang.
(6) Ovarium
Perubahan dalam system peredaran darah indung telur sebagai
akibat proses penuaan yang selektif dan terjadinya kekakuan dini
pada system pembuluh darah indung telur diperkirakan sebagai
penyebab utama gangguan peredaran darah ovarium.
(7) Cervix atau Leher Rahim
Cervix akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina,
kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis (lumen leher
Rahim) memendek, sehingga menyerupai ukuran cervix fundus
saat masa adolesen.
(8) Vagina atau Liang Senggama
Terjadi penipisan dinding vagina yang menyebabkan
menghilangnya lipatan- lipatan vagina, berkurangnya pembuluh
darah, menurunnya elastic, secret vagina menjadi encer.
(9) Vulva atau Mulut Kemaluan
Jaringan vulva menipis karena berkurangnya dan hilangnya
jaringan lemak serta jaringan elastic.Kulit menipis dan pembuluh
darah berkurang yang menyebabkan pengerutan lipatan
vulva.Sering timbul rasa gatal vulva yang disebabkan atrofi dan
hilangnya sekret kulit.Hal ini berhubungan dengan nyeri waktu
senggama, mengerutnya introitus (lubang masuk kemaluan), serta
rambut pubis berkurang ketebalanya.
b) Perubahan pada susunan ekstragenital
Terjadinya perubahan susunan ekstragenital dapat diamati pada
beberapa hal berikut :
(1) Penimbulan Lemak
Penyebaran lemak ditentukan pada tungkai atas, pinggul, perut
bawah dan lengan atas.Ini disebabkan karena menurunya estrogen
dan ganguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
(2) Hipertensi (darah tinggi)
Menurunya fungsi hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan timbulnya panas, pada kondisi ini terjadi
peningkatan darah baik systole maupun diastole.Diketahui bahwa
2/3 penderita hipertensi essential primer adalah wanita antara 45-
70 tahun yang diketahui peningkatan tensi paling banyak terjadi
selama masa menopause. Peningkatan tekanan darah pada
usiamenopause terjadi secara bertahap, kemudian menetap dan
lebih tinggi dari tensi sebelumnya.
(3) Kolestrol Tinggi
Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan
peningkatan kolestrol. Peningkatan kolestrol pada wanita terjadi
10-15 tahun lebih lambat pada laki-laki.Peningkatan kadarkolestrol
yang merupakan faktor utama dalam penyebab pengapuran pada
dinding pembuluh dara.
(4) Perkapuran dinding pembuluh darah
Adanya hipertensi dan kadar kolesterol menyebabkan
meningkatnya faktor resiko terhadap terjadinya resiko pengkapuran
dinding pembuluh darah.
(5) Pertumbuhan rambut - rambut halus
Produksi hormone estrogen pada wanita pasca menopause
berkurang, tetapi tidak hilang sama sekali.
(6) Osteoporosis (keropos tulang)
Penurunan pada kadaresterogen mengakibatkan proses osteoblast
berfungsi membentuk tulang baru terlambat dan fungsi osteoblast
merusak tulang meningkat. Akibat tulang tua diserap dan dirusak
osteoblast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh osteoblast,
sehingga tulang menjadi osteoporosis.

1.7 Keluhan Menopause


Fungsi ovarium yang tidak teratur dan fluktuasi kadar estrogen bukan
defisiensi estrogen-selama menopause menyebabkan wanita sering
mengalami beberapa simptom yang secara keseluruhan disebut sebagai
sindrom klimakterik. Lebih kurang 70% wanita peri dan pascamenopause
mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik
lainnya.Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita.
Seiring dengan bertambahnya usia pascamenopause, disertai dengan
hilangnya respon ovarium terhadap gonadotropin, simptom yang
berhubungan dengan klimakterium juga semakin menurun (Curran, 2009).
Simptom menopause tersebut berupa:
1. Simptom Vasomotor
Simptom vasomotor mempengaruhi sampai pada 75% wanita
perimenopause.Simptom ini berakhir satu sampai dua tahun setelah
menopause pada kebanyakan wanita, tetapi dapat juga berlanjut sampai
sepuluh tahun atau lebih pada beberapa lainnya.Gejolak panas (hotflushes)
merupakan alasan utama wanita untuk mencari pertolongan dan
mendapatkan terapi hormon (Shifren, 2007).
Keluhan yang muncul berupa perasaan panas yang muncul tiba-tiba
disertai dengan keringat banyak. Keluhan tersebut pertama kali muncul
pada malam hari atau menjelang pagi dan lambat laun juga akan dirasakan
pada siang hari. Penyebab terjadinya keluhan vasomotorik umumnya pada
saat kadar estrogen mulai menurun, dan penurunan ini tidak sampai
mencapai kadar yang rendah (Baziad, 2003). Hot flushes dengan kulit
kemerahan dimulai dari dada menyebar ke lengan bagian atas, leher dan
muka berlangsung beberapa menit yang kemudian akan diikuti dengan
keluarnya keringat yang berlebihan.
Selain itu, terjadi pula penurunan sekresi hormon noradrenalin
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit sedikit
meningkat dan timbul perasaan panas.Akibat vasodilatasi dan keluarnya
keringat, terjadi pengeluaran panas tubuh sehingga kadangkadang wanita
merasa kedinginan.Rata-rata lamanya semburan panas adalah 3 menit dan
dapat berfluktuasi antara beberapa detik sampai satu jam.Berapa kali
semburan panas yang muncul per harinya berbeda-beda pada setiap
individu (Baziad, 2003). Menurut Atikah (2009) Hot Flushes dialami oleh
sekitar 75% wanita premenopause sampai menopause terjadi. Kebanyakan
keluhan ini dialami selama lebih dari 1 tahun dan 20-25% wanita
mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun.
Munculnya keluhan semburan panas akan diperberat dengan adanya
stres, alkohol, kopi, dan makanan-minuman panas. Lingkungan sekitar
yang panas dapat memperburuk perjalanan keluhan tersebut (Baziad,
2003).Semburan panas juga dapat terjadi akibat reaksi alergi atau pada
hipertiroid, oleh karena itu perlu dilakukan tes jika simptom vasomotor
bersifat atipikal atau resisten terhadap terapi (Shifren, 2007).
2. Keluhan Somatik
Estrogen memicu pengeluaran β-endorfin dari susunan saraf
pusat.Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran β-endorfin
berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang.Oleh karena itu,
tidak heran kalau wanita peri/pascamenopause sering mengeluh sakit
pinggang atau mengeluh nyeri di daerah kemaluan, tulang, dan otot.
Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering
dikeluhkan wanita usia peri/pascamenopause. Pemberian TSH (terapi
sulih hormon) dapat menghilangkan keluhan tersebut (Baziad, 2003).
3. Keluhan Psikis
Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat,
terutama terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif )dan
sensorik seseorang. Dengan demikian, tidak heran bila terjadi
penurunan sekresi steroid seks, timbul perubahan psikis yang berat
dan perubahan fungsi kognitif.Kurangnya aliran darah ke otak
menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.Akibat kekurangan
hormon estrogen pada wanita pascamenopause, timbullah
keluhanseperti mudah tersinggung, cepat marah, dan berasa tertekan
(Baziad, 2003).
Depresi ataupun stress sering terjadi pada wanita yang berada
pada masa premenopause. Hal ini terkait dengan penurunan hormon
estrogen sehingga menyebabkan wanita mengalami depresi ataupun
stress. Turunnya hormon estrogen menyebabkan turunnya
neurotransmitter didalam otak tersebut mempengaruhi suasana hati
sehingga jika neutransmitter ini kadarnya rendah, maka akan muncul
perasaan cemas yang merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun
stress (Atikah P, 2009).
Gejala psikologis yang sering di jumpai adalah emosi ibu yang
menjadi labil, ibu mudah tersinggung, susah tidur, muncul perasaan
cemas dan gelisah tanpa sebab yang jelas, kadang murung, dan
perasaan mau menangis, tidak bersemangat serta libido menurun.
4. Gangguan Tidur
Gangguan tidur paling banyak dikeluhkan
wanitapascamenopause.Kurang nyenyak tidur pada malam hari
menurunkan kualitas hidup wanita tersebut.Estrogen memiliki efek
terhadap kualitas tidur.Reseptor estrogen telah ditemukan di otak yang
mengatur tidur.Penelitian buta ganda menunjukkan bahwa wanita
yang diberi estrogen equin konjugasi memiliki periode „rapid
eyemovement‟ yang lebih panjang dan tidak memerlukan waktu lama
untuk tidur (Baziad, 2003).
Kesulitan tidur sepanjang malam dengan atau tanpa gangguan
keringat.Kesulitan tidur ini bisa terjadi karena kegelisahan akibat
perubahan faal tubuh atau mungkin keinginan BAK yang datang lebih
sering dari biasanya. Kesulitan tidur yang dialami wanita akan
berakibat buruk pada status kesehatannya, dimana wanita tersebut
akan tampak lemah dan pucat.
5. Fungsi Kognitif dan Sensorik
Kemampuan kognitif, ataupun kemampuan mengingat akan
bertambah buruk akibat kekurangan hormon estrogen. Akibat
kekurangan estrogen terjadi gangguan fungsi sel-sel saraf serta terjadi
pengurangan aliran darah ke otak.Pada keadaan kekurangan estrogen
jangka lama dapat menyebabkan kerusakan pada otak, yang suatu saat
kelak dapat menimbulkan demensia atau penyakit Alzheimer (Baziad,
2003).Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat
mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause
terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal
yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
6. Seks dan Libido Semakin meningkat usia, maka makin sering
dijumpai gangguan seksual pada wanita. Akibat kekurangan hormon
estrogen, aliran darah ke vagina berkurang, cairan vagina berkurang,
dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah cedera. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa kadar estrogen yang cukup merupakan
faktor terpenting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah
vagina dari kekeringan sehingga tidak lagi menimbulkan nyeri saat
senggama (Baziad, 2003). Menurut studi yang dipublikasikan pada
edisi Juni 2007, American Journal of Obstetrics and Gyinecology, 341
partisipan pramenopause dan pascamenopause dalam uji acak terapi
alternatif menopause, 64% melaporkan libido yang berkurang.
7. Gangguan Neurologi
Lebih kurang sepertiga wanita menderita sakit kepala dan
migrain.Pada 12% wanita keluhan tersebut muncul menjelang atau
selama haid berlangsung.Ini menunjukkan adanya hubungan keluhan
tersebut dengan perubahan hormonal. Pada sepertiga wanita, sakit
kepala atau migrain akan membaik setelah menopause. Namun,
terdapat juga wanita yang keluhan sakit kepala dan migrain justru
bertambah berat setelah memasuki usia menopause. Migrain yang
muncul berhubungan dengan siklus haid diduga berkaitan dengan
turunnya kadar estradiol (Baziad, 2003).
8. Urogenital
Alat genital wanita dan saluran kemih bagian bawah sangat
dipengaruhi oleh estrogen.Keluhan genital dapat berupa iritasi, rasa
panas, gatal, keputihannyeri, berkurangnya cairan vagina, dan dinding
vagina berkerut.Keluhan pada saluran kemih berupa sering berkemih,
tidak dapat menahan kencing, nyeri berkemih, sering kencing malam,
dan inkontinensia (Baziad, 2003).
a) Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lender. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering
dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama
kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama,
keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat
hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali
menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air
kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama
pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme (Kasdu, 2004).
b) Saluran Kemih
Kekurangan estrogen menyebabkan atrofi pada sel-sel uretra dan
berkurangnya aliran darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum
vesika mengalami atrofi. Matrik yang terdiri dari berbagai jenis
kolagen, elastin, fibronektin, dan proteoglikan juga mengalami
perubahan. Akibat berkurangnya laju pergantian, pada
pascamenopause terjadi peningkatan kadar kolagen dalam jaringan
periuretral, sedangkan kadar proteoglikan (asam hialuronid) tidak
mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini dan penurunan
aliran darah menyebabkan berkurangnya turgor dan tonus dari otot
polos uretra dan detrusor vesika sehingga mengganggu mekanisme
kerja jaringan-jaringan ikat. Akibatnya, pada usia tua mudah terjadi
kelemahan pada dasar panggul dan berpengaruh terhadap integritas
sistem neuromuskuler (Baziad, 2003).
9. Kulit
Estrogen mempengaruhi kulit terutama kadar kolagen, jumlah
proteoglikan, dan kadar air dari kulit. Kolagen dan serat elastin
berperan untuk mempertahankan stabilitas dan elastisitas kulit.Turgor
kulit dapat dipertahankan oleh proteoglikan yang dapat menyimpan
air dalam jumlah besar.Estrogen mempengaruhi aktivitas metabolik
selsel epidermis dan fibroblas, serta aliran darah (Baziad, 2003).
Perubahan pada kulit dan ekstremitas yaitu adanya gelenyargelenyar
pada kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12,
perubahan kelenturan pembuluh darah dan menipisnya kadar
potassium dan kalsium.
10. Rambut
Pascamenopause terjadi perubahan terhadap pertumbuhan rambut,
yaitu rambut pubis, ketiak, serta rambut di kepala menjadi
tipis.Rambut di kepala rontok.Selain itu, estrogen meningkatkan
aktivitas enzim tirosinase yang mengkatalisasi sintesis melanin.Oleh
sebab itu, kekurangan estrogen dapat menyebabkan aktivitas tirosinase
menurun sehingga sintesis melanin berkurang yang selanjutnya
menimbulkan ubanan pada rambut (Baziad, 2003).
11. Mulut, Hidung, dan Telinga
Seperti pada kulit, kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan
mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang,
terasa kering, dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga
mengalami perubahan. Pemberian estrogen dapat mengurangi keluhan
tersebut, kandungan zat-zat dalam air liur menjadi normal. IgA, IgG,
dan IgM menjadi berkurang. Flora bakteri dalam air liur tidak
mengalami perubahan (Baziad, 2003). Akibat kekurangan estrogen
dapat meningkatkan resorbsi tulang dagu (osteoporosis) dan gigi
mudah rontok. Selaput lendir mulut seperti halnya juga vagina
memiliki kemampuan mensintesis NO yang bersifat bakterisid
(Baziad, 2003).
12. Mata
Kekurangan estrogen dapat menyebabkan atrofi kornea dan
konjungtiva, serta turunnya fungsi kelenjar air mata. Pemakaian lensa
kontak akan mendapatkan kesulitan dalam penggunaannya.
Keratokonjungtivitis paling sering ditemukan pada wanita
pascamenopause, dan sangat efektif diatasi dengan pemberian
estrogen (Baziad, 2003). Perubahan kadar estradiol pada fase
peri/pascamenopause mempengaruhi tekanan intraokuler.
Kelihatannya turunnya estradiol serum dapat meningkatkan tekanan
bola mata (Baziad, 2003).
13. Otot dan Sendi
Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan
sendi.Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan
kelainan.Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan
perubahan hormonal yang tejadi.Pemberian TSH dapat mengurangi
keluhan-keluhan tersebut.Hal ini terjadi akibat estrogen meningkatkan
aliran darah dan sintesis kolagen.Timbulnya osteoartrosis dan
osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan estrogen, karena
kekurangan estrogen menyebabkan kerusakan matrik kolagen dan
dengan sendirinya pula tulang rawan ikut rusak. Kejadiannya
meningkat dengan meningkatnya usia (Baziad, 2003).
14. Payudara
Payudara merupakan organ sasaran utama bagi estrogen dan
progesteron. Kekurangan estrogen mengakibatkan involusi payudara.
Pada pascamenopause, payudara mengalami atrofi, terjadi pelebaran
saluran air susu, dan fibrotik. Saluran air susu yang melebar ini berisi
cairan, salurannya menjadi lebar, timbul laserasi, dan payudara terasa
sakit (Baziad, 2003).

1.8 Gejala Klinis


Gejala fisiologis yang terjadi pada masa menopause sebagai akibat turunya
fungsi ovarium, yaitu kurangnya kadar hormone estrogen dan progestoren
dalam tubuh wanita. Kekuranagn hormone estrogen ini menyebabkan keluhan
- keluhan sebagai berikut:
1. Rasa panas (hot flush) dan kekeringan di malam hari
Pada saat masa menopause wanita akan mengalami rasa panas yang
menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh, rasa panas ini terutama
terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti dengan
timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat.
2. Insomnia (sulit tidur)
Insomnia merupakan hal yang wajar terjadi pada masa menopause,
kemungkinan ini sejalan dengan rasa tegang yang di alami wanita akibat
berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah memerah.
3. Perubahan pada indra perasa
Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada
indra pengecapannya.
4. Muncul gangguan vasomotorik yang berupa penyempitan atau pelebaran
pembuluh- pembuluh darah.
5. Pusing dan sakit kepala terus- menerus.
6. Gangguan sembelit.
7. Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit saraf.
8. Perubahan payudarah bentuknya dan mulai kendur, ini merupakan
akibatkadar esterogen yang menurun.
Secara Psikologis
Menurut Smart (2010), selain tanda- tanda fisik, menopause juga mempunyai
berbagai macam gejala psikologis sebagai berikut:
1. Ingatan menurun
Sebelum menopause seorang wanita akan mengingat dengan mudah, tetapi
setelah mengalami menopause kecepatan mengingatnya menurun, sehingga
sering lupa dalam hal- hal sederhana.
2. Perubahan emosional
Wanita menopause biasanya mengalami perubahan emosional, gejala ini
bervariasi pada setiap individu diantaranya kelelahan mental, masalah daya
ingat, lekas marah, dan perubahan mood yang berlangsung cepat.
3. Depresi
Beberapa wanita yang mengalami menopause tidak sekedar mengalami
perubahan mood yang sangat drastis bahkan ada yang mengalami depresi.

1.9 Faktor- faktor yang mempengaruhi usia Menopause


Kebanyakan wanita mengalami menopause antara 45-55 tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause, diantaranya:
1. Kebiasaan merokok
Wanita yang merokok atau pernah menjadi perokok kemungkinan
mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua tahun lebih
awal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu zat aktif dalam
rokok, yaitu polycyclic aromatic hydrocarbon telah terbukti bersifat toksik
terhadap folikel-folikel ovarium. Berbagai penelitian menunjukan adanya
hubungan dosis-respons (dose-response relationship) dimana perokok
berat mengalami usia menopause yang jauh lebih cepat dibanding perokok
ringan dan wanita yang tidak merokok. Secara umum, wanita yang
merokok mengalami menopause sekitar dua tahun lebih awal
dibandingkan wanita yang tidak merokok.
2. Status gizi
Wanita dengan status gizi yang buruk kemungkinan dapat mengalami
menopause dini yaitu menopause yang terjadi di bawah usia 50 tahun
biasanya pada usia 35-40 tahun. Sebuah penelitian yang dilakukan pada
wanita di Shanghai pada tahun 2008 menemukan bahwa total asupan
kalori, lemak dan serat memiliki hubungan dengan usia menopause
seorang wanita. Ditemukan juga fakta bahwa konsumsi teh harian dapat
memperpanjang durasi masa reproduksi seorang wanita.
3. Lemak tubuh
Produksi estrogen dipengaruhi oleh lemak tubuh.Karena itulah wanita
yang kurus mengalami menopause lebih awal dibandingkan wanita yang
kegemukan. Hasil studi menunjukkan bahwa wanita dengan nilai Indeks
Massa Tubuh (IMT) yang lebih rendah cenderung mengalami menopause
pada usia yang lebih cepat, dimana wanita dengan Index Massa Tubuh
(IMT) yang rendah beresiko 0,6 kali lebih cepat untuk mengalami
menopause. Diasumsikan bahwa jaringan adiposa yang lebih banyak pada
wanita obesitas memungkinkan proses aromatisasi androgen yang lebih
besar pula sehingga kadar estrogen dalam darah cenderung lebih tinggi.
Namun begitu, mekanisme mengenai hubungan Index Massa Tubuh (IMT)
dengan usia menopause belum dapat dijelaskan secara pasti dikarenakan
hasil penelitian yang mengidentifikasi hubungan ini sering berbeda satu
sama lain, karena di sisi lain, obesitas juga dapat memicu inadekuasi
fungsi ovarium.
4. Keturunan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu dan anak perempuannya
cenderung mengalami menopause pada usia yang sama. Salah satunya
yaitu sebuah studi epidemiologi yang meneliti usia menopause pada
sampel multietnik menemukan fakta bahwa usia menopause cenderung
lebih cepat pada wanita keturunan Jepang dan Latin.
Studi lain menemukan adanya riwayat keluarga pada ibu seorang wanita
yang mengalami menopause dini. Beberapa hasil penelitian telah berhasil
mengidentifikasi gen yang turut menentukan usia menopause seorang
wanita. Gen tersebut dijumpai pada kromosom 9 quantitative-trait loci.
Selain itu, sebuah studi menemukan bahwa pada beberapa wanita dijumpai
single nucleotide polymorphism (SNP) yang terletak pada kromosom 19
dan 20 yang telah terbukti berkaitan dengan usia menopause yang lebih
awal.
5. Usia menarche
Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini
menarche terjadi, makin lambat menopause timbul.Sebaliknya makin
lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul.Pada abad ini
umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause
makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang
(Sarwono, 2007).

1.10 Patofisiologi Menopause


Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi
perubahananatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan
jumlah folikelprimordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon steroid.
Penurunan hormone estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa
klimakterium dan makinmenurun pada menopause, serta mencapai
kadar terendah pada saatpascamenopause. ( Grady, Deborah, 2006)
Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik
negativeterhadap hypothalamus, yang pada gilirannya menyebabkan
peningkatan produksin gonadotropin sehingga membuat pola hormonal
wanita klimakterium menjadihipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan
menurunnya kadar estrogen di dalamtubuh maka fungsi fisiologis hormon
tersebut akan menjadi terganggu. Perubahanfisiologik sindroma
kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinisberupa
gangguan neurovegetatif, gangguan palkis, gangguan somatic,
dangangguan siklus haid. (Ali Baziad, 2003)
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup, produksi estrogen pun
berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadi
menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami
terakhir, hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi
hormonal pada usia perimenopause. Pendarahan terus terjadi selama
wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita
tersebut tidak mengalami keluhan klimakterik. Kita tidak pernah tahu
kapan wanita tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan
diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu
bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.
Bila pada usia menopause ditemukan kadar FSH dan estradiol
bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause
akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mlU/ml). Kadar
estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian
wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar
estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses aromatisasi androgen
menjadi estrogen di dalam jaringan lemak. Diagnosis menopause
merupakan diagnosis retropektif , bila seorang wanita tidak haid selama 12
bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar estradiol <30
pg/ml, telah dapat dikatakan wantia tersebut telah mengalami menopause
(Baziad, 2003).

Ovarium tidak merespon FSH dan LH


|
Penurunan jumlah folikel
|
Penurunan sel telur yang dilepaskan
|
Keluaran estrogen dan progeteron menurun
|
Lapisan rahim berhenti menebal
|
Proses menstruasi berhenti
|
Rahim dan ovarium mengkerut
|
Menopause
1.11 Predisposisi Menopause
Menurut kumalasari dan Iwan Andhyantoro (2012), factor – factor
yang mempengaruhi menopause adalah sebagai berikut :
(a) Usia Haid pertama kali (menarche)
Semakin nuda seseorang mengalami menstruasi pertama kali, semakin
tua atau semakin lama ia akan memasuki masa menopause
(b) Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin sering seseorang
wanita melahirkan maka semakin tua atau lama ia memasuki masa
menopause
(c) Usia Melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai
memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan
persalinan akan memperlambat system kerja organ reproduksi bahkan
akan memperlambat proses penuaan tubuh
(d) Faktor Psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut
beberapa penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih
muda dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja
atau tidak menikah dan tidak bekerja
(e) Wanita yang histerektomi
Menopause dapat terjadi pada wanita yang mengalami pengangkatan
rahim (histerektomi, misalnya sebaagi akibat adanya tumor di uterus,
mereka akan mengalami gejala menopause pada usia yang lebih muda)
(f) Pemakaian kontrasepsi
Kontrasepsi jenis hormonal bekerja dengan cara menekan fungsi
indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang
menggunakan metode kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua
memasuki menopause
(g) Merokok
Wanita perokok diduga akan lebih cepat meamsuki masa
menopause.Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau
membuang hormone estrogen. Di samping itu juga, beberapa peneliti
meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok juga berpotensi
membunuh sel telur. Wanita perokok akan mengalami masa
menopause pada usia yang lebih muda yaitu usia 43 – 50 tahun.
(h) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami,
begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita
diduga dapat memengaruhi usia menopause
(i) Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat
mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri
dengan fase klimakterium dini
(j) Status Gizi
Menurut Mulyani (2013), faktor yang juga mempengaruhi menopause
lebih awal biasanya dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika
ingin mencegah menopause lebih awal dapat dilakukan dengan
menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, serta
mengkonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin
mengkonsumsi makanan seperti kedelai, kacang merah, bengkoang,
atau papaya
(k) Stress
Seperti halnya semas memepengaruhi menopause, stress juga
merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan
mengalami menopause. Jika seseorang sering merasa stress maka sama
halnya dengan cemas, wanita tersebut akan lebih cepet mengalami
menopause. (Mulyani, 2013)

1.12 Prognosis Menopause


Menopause disebabkan oleh terjadinya perubahan kadar estrogen
dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium
menghasilkan lebih sedikit estrogen/progesteron dan tubuh memberikan
reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita
yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal
ini adalah normal. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap
menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan
hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi
secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat.
Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan
ovarium. Perubahan hormonal pada tubuh tersebut berakibat munculnya
gejala-gejala seperti nyeri sendi & sakit pada punggung, pengeringan pada
vagina (sehingga sakit saat melakukan hubungan seksual), sulit menahan
kencing, gangguan mood & emosi tinggi sehingga menimbulkan stres,
selain itu penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan kecenderungan
peningkatan tekanan darah, pertambahan berat badan & peningkatan kadar
kolesterol. Pada jangka panjang keluhan akibat menurunnya kadar estrogen
ini dapat menyebabkan osteoporosis, penyakit jantung koroner, dementia
tipe Alzheimer, stroke, kanker usus besar, gigi rontok & katarak.
Bagi kebanyakan wanita keluhan-keluhan tersebut terutama yang
bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan dampak
negatif pada kualitas hidup & rasa percaya diri. Untuk itu perlu penanganan
menopause yang tepat dalam menghadapinya. Saat ini pengobatan yang
paling efektif untuk mengobati gejala menopause & sekaligus sebagai
pencegahan terhadap osteoporosis adalah dengan terapi berbasis hormon
estrogen yang bertujuan untuk menggantikan penurunan estrogen yang
terjadi saat menopause. Dan untuk wanita menopause yang masih memiliki
uterus (rahim) maka terapi tersebut dikombinasikan dengan progestogen.

Gejala menopause dapat berlangsung 1-2 tahun setelah itu gejalanya


berkurang tetapi pada beberapa wanita dapat terjadi lebih lama lagi. Pada
wanita menjalani operasi ginekologis atau kemoterapi mengalami gejala
menopause seperti hot flashes yang lebih parah
1.13 Cara Mengatasi Masa Menopause
Gaya hidup yang sehat akan membantu wanita beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang timbul saat menopause (Rebecca and Pam,
2007), gaya hidup sehat tersebut adalah:
1. Menerapkan Pola makan yang sehat
Terdapat sejumlah nutrisi yang sangat penting saat wanita yang
mengalami menopause, antara lain:
a) Kalsium, diperlukan penting untuk kekuatan tulang agar tetap kuat
dan sehat berhubungan dengan meningkatnya risiko wanita
menopause mengalami osteoporosis. Sumber kalsium yang baik
antara lain dari produk susu, misalnya susu, keju, yogurt, kuning
telur.
b) Vitamin D diperlukan untuk kesehatan tulang dan gigi serta
membantu menyerap kalsium dari makanan. Sebagian besar vitamin
D diperoleh dari kulit kita yang terpapar sinar matahari, tetapi dalam
jumlah kecil akan diperoleh dari makanan yang kita peroleh. Sumber
vitamin D yang baik antara lain minyak ikan, ikan sardin, ikan
makarel, hati, dan telur.
c) Vitamin, ini akan melindungi wanita menopause dari masalah
jantung dan juga dapat mengatasi hot flush (rasa panas) dan
berkeringat di malam hari. Dapat diperoleh dari makanan seperti
kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sereal.
d) Fitoestrogen, fitoestrogen memiliki efek menyerupai estrogen alami
yang dapat menurunkan risiko penyakit pada masa menopause.
Sumber fitoestrogen antara lain diperoleh dari isoflavon yang
merupakan salah satu fitoestrogen yang banyak diteliti. Sumber
isoflavon dapat diperoleh misalnya kacang merah, kecambah, atau
kedelai (olahan kedelai seperti susu, tahu, tempe). Kedelai dapat
memperbaiki lipoprotein dalam darah dan dapat menurunkan kadar
kolesterol jahat (Aqila, 2010).
e) Royal jelly, adalah bahan makanan yang dihasilkan oleh lebah.
Kandungan vitamin royal jelly yang utama adalah B1, B2, B6, C,
niasin, dan asam pantotenat.Komponen inilah yang umumnya terkait
dengan penggunaan royal jelly dalam pengobatan dan pencegahan
penyakit. Para ahli menyatakan bahwa madu maupun royal jelly
berkhasiat untuk memelihara kesehatan reproduksi dan
memperpanjang usia (Aqila, 2010).
f) Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
Serat penting karena menyerap air dan meningkatkan bakteri yang
bermanfaat dalam usus. Proses ini akan membentuk kotoran dalam
jumlah besar, dan membuat usus bekerja dengan baik, serta
mengurangi resiko penyakit usus besar. Demikian yang terdapat
dalam sayuran segar seperti bayam, kentang, kol, dan kacang-
kacangan (Nirmala, 2003).
g) Hindari makanan berlemak
Makanan berlemak sering dikaitkan dengan berbagai penyakit,
seperti kolesterol, stroke. Seperti daging, sosis, ham, kulit ayam,
krim, karena mengandung lemak jenuh hewani.Pilihlah makanan
yang rendah lemak seperti sayur-sayuran dan buahbuahan (Nirmala,
2003).
h) Batasi konsumsi kafein, konsumsi alkohol, konsumsi garam,
konsumsi gula.
Konsumsi atau minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh,
cola secara berlebihan terbukti dapat meningkatkan pengeluaran
kalsium melalui air seni dan tinja (Kumalaningsih, 2008). Menurut
Andira (2010) kafein juga akan meningkatkan potensi hot flushes.
Kurangi asupan garam karena dapat meningkatkan tekanan darah
pada sebagian orang yang tekanan darahnya sudah tinggi. Konsumsi
garam juga meningkatkan 25% pada orang yang tekanan darahnya
masih normal, dan konsumsi garam yang berlebih dapat
meningkatkan sekresi kalsium dari tulang sehingga meningkatkan
osteoporosis (Aqila, 2010). Kurangi asupan gula baik dalam
makanan atau minuman dalam bentuk permen, kue, minuman untuk
menghindari diabetes (Nirmala, 2003).
2. Olah raga secara teratur
Alasan penting untuk melakukan olah raga secara teratur adalah
menjaga jantung tetap sehat dan meminimalkan risiko terkena penyakit
kardiovaskuler.Latihan aerobik ringan seperti jalan kaki, bersepeda, dan
berenang dapat menjadi pilihan.Lakukan olah raga ini sedikitnya 30
menit per hari (Aqila, 2010).
3. Berhenti merokok
Wanita menopause memiliki resiko osteoporosis dan penyakit
kardiovaskuler, dan kedua risiko itu akan meningkat lebih tinggi lagi bila
wanita tersebut merokok. Berdasarkan penelitian dokter dari Universitas
Oslo wanita yang aktif merokok lebih mungkin mengalami menopause
dini dibandingkan dengan yang tidak merokok (Aqila, 2010).
4. Jangan ragu konsultasi ke dokter
Jika mengalami keluhan menopause yang sangat mengganggu aktifitas
sehari-hari, dapat mempertimbangkan terapi sulih hormon (TSH). Peran
TSH secara sederhana adalah mengembalikan kadarestrogen.
5. Akupuntur untuk Menopause
Terapi pengobatan Cina yang merupakan salah satu alternatif yang telah
mendapatkan pengakuan dari dunia medis adalah akupuntur dan
akupresur.Keduanya telah dipraktekkan secara resmi dibeberapa rumah sakit.
Ahli akupuntur akan mencoba dan mengidentifikasi dan
menusukkan jarum ke tubuh pada titik tertentu sesuai dengan keluhan yang
dirasakan. Secara ilmiah akupuntur dan akupresur telah terbuktimeningkatkan
kadar hormon endorfin. Hormon ini bekerja seperti heroin sehingga mampu
mengurangi rasa sakit, menenangkan saraf, memberikan rasa
bugar.Khususnya bagi wanita menopause dapat mengurangi gejolak panas,
mengatasi depresi, uring-uringan, dan rasa cemas (Nirmala, 2003). f. Ikuti
berbagai macam aktivitas (organisasi) yang ada. Tak ada salahnya jika
menjadi aktivis menopause. Selain mengurangi kebosanan dirumah, juga akan
mengikuti kelompok atau organisasi para menopause (Andira, 2010). Diantara
organisasiorganisasi yang ada seperti International Menopause Society (IMS),
Asia Pacific Menopause Federation (APMF), Persatuan Menopause Indonesia
(PERMI) (Aqila, 2010).

1.14 Contoh Kasus dan Asuhan Kebidanan Pada Menopause


Tanggal/Jam : 18 Maret 2018

Tempat : Posyandu Bina Bakti Malang

DATA SUBJEKTIF

1. PENGKAJIAN

Tanggal : 18 Maret 2014

Jam : 08.05

1. Identitas :

Nama Ibu : Ny. H Nama Suami : Tn. B

Umur : 50 th Umur : 52 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Merjosari Indah Gg. II Dinoyo Kota Malang

2. Keluhan Utama :

Ibu mengatakan sering berkeringat pada malam hari dan rasa panas pada
wajah dan leher sejak 1 minggu yang lalu

3. Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama kali pada umur 13 tahun
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 28 hari
c) Lama : Ibu mengatakan lama haid 5-6 hari
d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2-3 kali sehari ganti pembalut
e) Teratur / tidak teratur : Ibu mengatakan haid sudah tidak teratur
f) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darah encer
g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak ada dismenorhoe
h) Keputihan : Ibu mengatakan tidak ada keputihan
4. Riwayat perkawinan
Menikah ke : 1 kali
Menikah Umur : Umur 19 tahun,
Lama Menikah : 36 tahun
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

6. Riwayat Kontrasepsi
Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan KB menggunakan metode
implant selama 6 tahun setelah anak yang ke 3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
dan sekarang sudah tidak menggunakan KB Implant

7. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan akhir-akhir ini sering berkeringat pada malam hari dan rasa
panas disekitar wajah dan leher, sering pusing dan tegang pada leher, tidak pernah
sesak nafas, tidak mempunyai penyakit gula dengan gejala sering lapar, haus dan
BAK > 5 kali di malam hari, merasakan nyeri tekan pada pinggang tetapi tidak
sakit saat BAK, pada mata, kuku dan kulit tidak berwarna kuning, tidak menderita
penyakit lain seperti HIV/AIDS
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit seperti tekanan darah tinggi, dada sakit, dan jantung mudah berdebar –
debar, sesak nafas, batuk lama, disertai pengeluaran dahak, gatal pada alat
kelamin dan keluar cairan abnormal atau nanah

9. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a) Pola Nutrisi
Ibu mengatakan sebelum mengalami keluhan tersebut makan 3 kali
sehari porsi sedang, jenisnya nasi sayur, lauk patik, dan buah. Minum 6-
8 gelas per hari jenisnya air putih, teh, kopi.
b) Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning,
bau khas feses, konstipasi tidak ada. BAK 5-6 kali sehari, warna
kuning jernih, bau khas urine.
c) Pola Personal Hygiene
Ibu mengatakan sehari mandi 2 kali, gosok gigi 2 kali dalam sehari,
keramas 2 kali dalam seminggu, ganti baju dan pakaian dalam 2 kali
sehari dan setelah BAB/ BAK selalu cebok sampai bersih.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Ibu mengatakan sebelum mengeluhkan hal tersebut ibu tidur malam 5-6
jam dan tidur siang 2 jam. Sekarang ibu tidur malam 4-5 jam, tetapi
sering terbangun karena sering berkeringat dan merasakan rasa panas
pada wajah serta leher. Tidur siang l/2-l jam.
e) Pola Aktivitas
Ibu mengatakan setiap hari melakukan pekerjaan rumah tangga dibantu
oleh anaknya seperti menyapu, memasak dan mencuci.
f) Pola Hubungan Seksual
Ibu mengatakan dulu melakukan hubungan seksual 1 kali dalam 1
bulan. Sekarang, ibu mengatakan pola seksual menurun, kadang
dilakukan 1 kali dalam 2 bulan atau tidak teratur
10. Data Psikososial
Ibu mengatakan hubungan dengan tetangga dan keluarga baik, dan tidak
mengkonsumsi obat – obatan terlarang, alkohol dan merokok

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Keadaan umum : Baik

Vital Sign :

Tekanan darah : 140/90 mmHg Respirasi :20x/menit Suhu

Suhu : 385C Nadi : 80 x/menit

BB : 51 kg TB : 158 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Kemerahan
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam lurus, mudah dicabuti ada ketombe.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Muka : Pucat, tidak ada jerawat, tidak oedema, tampak berkeringat,
tampak cemas, tampak kemerahan.
Hidung : Simetris, tidak ada secret.
Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen.
Mulut/gigi : Bibir ada stomatitis, gigi tidak caries, gusi tidak berdarah
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun thyroid,
tampak kemerahan.
Dada : Simetris kanan dan kiri, payudara mulai mengendor dan terlihat
menggantung, puting susu menjadi kecil, pigmentasi berkurang serta
konsistensi melunak, terasa berdebar – debar.
Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat lipatan lemak.
Genetalia : Tidak dilakukan karena pasien tidak bersedia.
Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak terdapat oedema maupun varises.
Anus : Tidak ada haemorhoid
Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hb : 10,8 gr% (normal 11 - 12,5 gr%)
Golongan darah :B

INTERPRETASI DATA
Tanggal : 18 Maret 2018 Jam : 08. 45 WIB

Diagnosa Kebidanan
Ny. H P3A0 umur 50 tahun pada masa menopause dengan hot flush

Dasar
Data Subjektif :
a) Ibu mengatakan berumur 50 tahun
b) Ibu mengatakan sering berkeringat pada malam hari dan rasanya panas pada
wajah serta leher sejak 1 minggu yang lalu
c) Ibu merasakan cemas pada kondisinya

Data Objektif :
a) Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Keadaan umum : Baik

Vital Sign :

Tekanan darah : 140/90 mmHg Respirasi :20x/menit Suhu

Suhu : 385C Nadi : 80 x/menit


BB : 51 kg TB : 158 cm

b) Masalah
Ibu mengatakan merasakan cemass dengan keadaanya sekarang

c) Kebutuhan
Memberikan informasi tentang Menopause

DIAGNOSA POTENSIAL
Gangguan Psikologis

TINDAKAN SEGERA
a) Berikan obat klonidin 0,1 mg 2x sehari 3 tablet untuk mengurangi hot flush
b) Vitamin B kompleks 12 tablet 3x sehari
c) Vitamin E 12 tablet 3x sehari
d) CTM 4 mg 6 tablet 1x sehari

INTERVENSI
Tanggal 18 Maret 2014 Pukul : 09.00 WIB
a) Berikan penjelasan pada ibu tentang menopause
b) Beritahu ibu tentang gejala serta masalah yang sering muncul pada
masa menopause.
c) Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang
mengandung kalsium dan vitamin B Kompleks, vitamin E dan
fitoestrogen.
d) Anjurkan ibu untuk mengurangi konsumsi minum teh atau kopi serta
menghindari asap rokok.
e) Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya, terutama
daerah genetalia.
f) Anjurkan pada ibu untuk berolah raga secara teratur.
g) Anjurkan ibu untuk menggunakan pakaian tipis dan penutup alas
tidur dari bahan katun.
h) Beri ibu klonidin, CTM, vitamin E dan vitamin B Kompleks.
IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Maret 2018 Jam : 09.20 WIB
a) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu
b) Menjelaskan tentang menopause merupakan masa berhentinya menstruasi
secara permanen atau akhir dari masa reproduksi.
c) Memberi tahu tentang gejala serta masalah yang sering muncul pada masa
menopause seperti rasa panas, sering berkeringat, susah tidur, nyeri otot,
mudah tersinggung, merasa tertekan
d) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yang
mengandung vitamin B kompleks untuk menekan stres dan kalsium untuk
mengurangi osteoporosis. makanan yang banyak mengandung kalsium dan
B kompleks misalnya susu, daging, hati dan fitoesterogen seperti kacang -
kacangan, terutama kacang kedelai dan olahannya seperti tahu, tempe dan
susu kedelai serta papaya, kemudian mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin E untuk mengurangi kolestrol dan mengurangi hot
flush misalnya gandum, kacang, belut, minyak ikan, kuning telur, buncis,
selada, brokoli dan ubi jalar.
e) Menganjurkan ibu untuk mengurangi konsumsi minum teh atau kopi
karena minuman ini banyak mengandung kafein yang dapat memperlambat
penyerapan kalsium serta memicu hot flush. Asap rokok dapat membuat
wajah kering dan kusam.
f) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya, terutama daerah
genetalia dengan membersihkan daerah genetalia setelah BAB / BAK dan
dikeringkan serta mengganti celana dalam.
g) Menganjurkan ibu untuk berolah raga secara teratur karena dengan olah
raga dapat membantu meningkatkan kekuatan otot. Seperti : jalan-jalan
pagi, gerakan tidur terlentang miring, gerak naik sepeda, gerakan
punggung.
h) Menganjurkan ibu untuk menggunakan pakaian tipis dan penutup alas
tidur dari bahan katun karena akan memberi rasa lebih dingin dan nyaman
dibandingkan bahan kain yang lain.
i) Berikan Vitamin E 3 x 1 perhari sebanyak 12 tablet untuk memperlancar
oksigen dan untuk mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga
peredaran darah mcnjadi lancar dan mengurangi rasa panas pada wajah
dan leher serta vitamin B Kompleks sebanyak 12 tablet 3 x 1 per hari
untuk mencegah stress. Ctm 1 x 1 sebanyak 12 tablet agar ibu bisa
beristirahat.
j) Memberitahu pada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada hari
rabu Tanggal 20 Maret 2014 dan kunjungan rumah dilakukan selama 2
hari.

EVALUASI
Tanggal : 18 Maret 2014 Jam : 12.05 WIB
a) Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 140/90 mmHg, respirasi 20 x/menit, nadi 80
x/menit, suhu 38,5 oC, BB 51 kg, TB 158 cm
b) Ibu sudah mengerti dan memahami bahwa menopause merupakan proses
yang alami.
c) Ibu masih merasakan cemas dengan keadaannya.
d) Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yang kaya akan
vitamin B kompleks, vitamin E dan fitoestrogen.
e) Ibu bersedia mengurangi konsumsi minum teh atau kopi dan menghindari
asap rokok
f) Ibu akan menjaga kebersihan tubuhnya dan ibu bersedia menggunakan
pakaian tipis dan alas tidur dari bahan katun.
g) Ibu akan berusaha akan berolah raga secara teratur.
h) Ibu sudah diberi obat, vitamin dan bersedia mengkonsumsinya sesuai
anjuran
i) Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pengkajian, dikaji untuk masalah yang dihadapi yang berkaitan


dengan menopause dengan hot flash ataupun yang dikeluhkan pada pasien.
Keluhan hot flush (rasa panas) yang sering terjadi pada wajah, dada, kepala,
insomnia (sulit tidur), gelisah (Varney, 2006). Pemeriksaan fisik Keadaan
umum : Mengetahui keadaan umum ibu menopause dengan hot flush yaitu
cukup Kesadaran : Menilai status kesadaran umum menopause dengan hot
flush yaitu composmentis (Varney, 2004). Pada kasus ini setelah dilakukan
pengkajian berdasarkan data subjektif keadaan Ny. H mengalami keluhan rasa
panas dari wajah menyebar keseluruh tubuh, serta diikuti dengan timbulnya
warna kemerahan pada wajah dan leher dan berkeringat pada malam hari sejak
1 minggu yang lalu, Data Objektif pada Ny. H keadaan ibu cemas. TD :
140/90 mmHg, nadi : 80x/menit, suhu : 385 °C, R : 20x/menit. Masalah yang
berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari pengkajian atau
yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien yaitu pasien sering
berkeringat pada malam hari dan rasa panas pada wajah dan leher sejak 1 minggu
yang lalu pasien Masalah yang sering ditemukan pada menopause dengan hot
flush adalah ibu merasakan cemas dengan keadaannya (Saifudin, 2004).
Kebutuhan yang merupakan hal – hal yang dibutuhkan oleh pasien dan yang
belum teridentifikasi dalam diagnose masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data. Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu menopause
dengan hot flush adalah memberikan konseling mengenai perubahan yang
terjadi selama menopause dan masalah yang sering muncul pada masa
menopause (Purwoastuti, 2008).

Dari data yang didapat pada pengkajian data maka dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan yaitu Ny. H P3 A0 umur 50 tahun dengan hot flush. Data
dasar untuk menegakan data diatas yaitu Data Subyektif Ny. H sering
berkeringat pada malam hari dan rasa panas pada wajah serta leher, Data
Obyektif TD : 140/90 mmHg, R : 20x/menit, S : 385 °C, N : 80x/menit.
Masalah yang timbul adalah susah tidur dan merasakan cemas dengan
keadaannya. Sedangkan kebutuhan yang diberikan adalah memberikan
dukungan memberikan konseling mengenai bahwa keadaan itu normal dialami
menopause.

Pada diagnose potensial, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa


potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi
(Ambarwati, 2008). Pada kasus ibu menopause dengan hot flush diagnosa
potensialnya terjadi gangguan psikologis (Depresi) (Purwoastuti, 2008). Pada
kasus Ny. H diagnosa potensial tidak muncul karena adanya antisipasi yang
baik, kasus menopause lebih dianggap sebagai suatu proses alami dari
penuaan seorang wanita dan bukan merupakan suatu keadaan patologi.

Pada langkah tindakan segeria mengidentifikasi perlunya melakukan


konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi klien (Soepardan, 2007). Pada kasus ibu menopause dengan hot
flush tindakan segera di berikan clonidine 0,1 mg 2x sehari sebanyak 3 tablet
(Purwoastuti, 2008). Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada Ny. H
dengan hot flush adalah memberikan obat clonidine 0,1 mg 2x sehari
sebanyak 3 tablet, CTM 4 mg 6 tablet, Vitamin B Kompleks, Vitamin E.

Menurut Purwoastuti (2008), rencana tindakan yang dapat dilakukan


untuk asuhan kebidanan pada ibu menopause dengan hot flush yaitu beritahu
ibu tentang menopause, beritahu ibu tentang gejala serta masalah yang muncul
pada menopause, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin dan kalsium, anjurkan pada ibu untuk mengurangi
konsumsi minum kopi atau the serta menghindari asap rokok, anjurkan pada
ibu untuk menjaga kebersihan dirinya, anjurkan pada ibu untuk olah raga
teratur, anjurkan pada ibu untuk menggunakan pakaian tipis dan penutup alas
tidur dari bahan katun, beri ibu vitamin E dan vitamin B Kompleks. Pada
kasus ini perencanaan yang dilakukan pada Ny. H dengan hot flush yaitu
memberikan konseling tentang menopause, gejala menopause, olahraga
teratur, makanan bergizi dan perawatan genetalia memberikan vit. E 12 tablet
3x sehari, Vit B Kompleks 12 tablet 3x sehari, CTM 6 tablet 1x sehari dan
Terapi obat Klonidin 0,1 mg 2x sehari sebanyak 6 tablet selama 1 minggu.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek yaitu
bahwa pada praktek nya memberikan terapi yang berupa vit. E, Vit B
Kompleks, CTM 4 mg 1x 1 hari dan obat klonidin 0,1 - 0,2 mg 2x sehari dan
kesenjangan tersebut tidak menjadi masalah karena antisipasi yang tepat

Pada langkah implementasi pelaksaan dibuat sesuai dengan


perencanaan yang telah disusun. Pada implementasi kasus tersebut pelaksaan
yang dilakukan lebiih banyak untnuk cara penangannya.

Pada evaluasi langkah terakhir, guna mengetahui apa yang telah


dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang
belum terlaksana (Ambarwati, 2008). Evaluasi setelah dilakukan tindakan
yaitu keadaan umum ibu baik, ibu dapat mengatasi sendiri keluhan rasa panas
yaitu dengan berfikir positif dan tidak panik, ibu mampu menerapkan pola
hidup sehat dengan olah raga teratur dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi, rasa panas pada wajah dan leher semakin berkurang, ibu merasa
istirahat malamnya sekarang tidak terganggu dan tidak merasakan cemas lagi.
Pada kasus ini asuhan yang dilakukan berhasil dengan baik karena
sehubungan dengan adanya antisipasi dan tindak lanjut yang baik.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menopause adalah berhentinya masa menstruasi secara permanen atau
periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Diagnosa
ditegakkan secara retrospektif setelah amenorrhea selama 12 bulan pada
umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 45-55 tahun. Pada masa
premenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, tetapi semakin
rendah ketika memasuki masa peri/menopause dan postmenopause. Keadaan
ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin
meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada
kedua ovarium. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga
sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan
akhirnya berhenti bekerja. Fase Menopause yaitu, fase Pra-menopause,
Perimenopause, Menopause, dan Pasca Menopause. Ada dua jenis menopause
yaitu menopause alami karna menurunnya produksi hormone estrogen dan
ovarium, dan menopause karna sebab tertentu seperti bedah pengangkatan
kedua ovarium, obat-obatan, dan histrektomi.
Tanda dan gejala menopause antara lain, terjadinya perdarahan,
vagina kering dan kurang elastis, saluran uretra mengering dan kurang elastis,
payudara kendur, serta hampir semua alat reproduksi mengecil dan
mengalami penurunan fungsi karena berkurangnya hormone reproduksi
tersebut. Gejala klinis menopause antara lain seperti, Rasa panas (hot flush)
dan kekeringan di malam hari, Insomnia (sulit tidur), Perubahan pada indra
perasa, Muncul gangguan vasomotorik yang berupa penyempitan atau
pelebaran pembuluh- pembuluh darah., Pusing dan sakit kepala terus-
menerus, Gangguan sembelit, Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit saraf,
Perubahan payudarah bentuknya dan mulai kendur, ini merupakan akibat
kadar esterogen yang menurun, ingatan menurun, perubahan emosional,
bahkan sampai depresi. Menopause tidak dapat dicegah dan diobati, tetapi
dapat dilakukan perawatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan.
Beberapa hal yang mempengaruhi usia menopause antara lain pola hidup,
status gizi, lemak tubuh, keturunan, serta usia menarche.
Patofisiologi menopause terjadi ketika ovarium tidak merespon FSH
dan LH, kemudian terjadi penurunan jumlah folikel, penurunan sel telur yang
dilepaskan, sehingga lapisan rahim berhenti menebal, proses menstruasi
berhenti, rahim dan ovarium mengkerut, terjadilah menopause. Ada berbagai
cara untuk menghadapi dan mengatasi masa menopause antara lain dengan
menerapkan pola makan yang sehat, olahraga teratur, berhenti merokok, dan
tindakan akupuntur untuk menopause.
Pada kasus diatas seorang klien dengan keluhan utama sering
berkeringat pada malam hari dan rasa panas pada wajah dan leher sejak 1
minggu lalu. Berdasarkan pengkajian klien tersebut di diagnose mengalami
hot flush. Hot flush adalah salah satu gejala klinis dari menopause. Pada
kasus tersebut yang dilakukan bidan adalah dengan memberikan dukungan
melalui konseling. Menjelaskan ke klien bahwa hot flush adalah keadaan
yang normal dialami ketika masa menopause, sehingga klien tidak perlu
khawatir dengan keadannya tersebut. Bidan juga memberikan konseling
tentang konsep menopause, gejala menopause, anjuran untuk olahraga teratur,
makanan bergizi, dan cara-cara mengurangi keluhan hot flush ibu. Bidan juga
bekersama dengan dokter untuk pemberian obat kepada klien.

5.2 Saran
a. Diharapkan bagi mahasiswa dan petugas kesehatan agar meningkatkan
pengetahuan tentang menopause untuk meningkatkan kompetensi dalam
melakukan konseling terhadap klien agar klien dapat mengatasi masa
menopause dengan baik.
b. Diharapkan bagi masyarakat khususnya kaum perempuan untuk
meningkatkan daya baca agar pengetahuan tentang menopause dapat
meningkat. Jika seorang perempuan telah paham dengan proses terjadinya
menopause maka diharapkan perempuan tersebut akan siap dalam
menghadapi menopause, dan dapat menjalankan masa menopause dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A


Plus Books.
Ali Baziad. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawihardjo.
Curran, D. Menopause. 2009. University of Michigan Health Systems
Grady, Deborah.Management of Menopausal Systoms, http:/nejm.org.vol
355;2338-2347 No 22 published 30 nov 2006.
Kasdu, D. 2004. Kiat Sehat dan Bahagia Di usia Menopause. Jakarta: Puspa
Swara Gramedia.
Nirmala.2003. Hidup Sehat dengan Menopause. Jakarta: Buku Populer Nirmala.
Purwoastuti, E. 2008.Menopause, Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rebecca and Pam. 2007.Menopause. Jakarta: Erlangga.
Smart, Aqila.2010. Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta: A Plus Books
Shimp, L.A., & Smith, M.A. 2000.Common Problems in Women’s Health Care
International Edition 2000.Singapore : McGraw-Hill Book Co.

Anda mungkin juga menyukai