Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERIMENOPAUSE

MASALAH YANG TERJADI PADA PERIMENOPAUSE


(PENGERTIAN, PENYEBAB, TANDA dan GEJALA, PATOFISIOLOGIS dan
PENATALAKSANAN CA CERVIK)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II KALSEL

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Mata Kuliah Perimenopause ini
dengan baik dan tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Masalah yang Terjadi pada Masa
Premenopause”. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan masalah yang terjadi pada masa
premenopause yang terdiri dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologis dan
penatalaksanaan Ca Cervik. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Perimenopause. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perimenopause adalah keadaan dimana terjadinya perpindahan dari siklus
dan ketentuan hormon seks normal menuju masa menopause. Kondisi ini dipengaruhi dan
disertai oleh perubahan hormon seks. perimenopause berlangsung beberapa tahun sampai
12 tahun atau lebih sampai menopause (Welch, 2012:134). Pra menopause adalah masa
4-5 tahun sebelum menopause, masa menopause umumnya terjadi pada usia 45-55 tahun
sedangkan pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause (Purwoastuti dan
Walyani, 2015:157). Telah diketahui bahwa hampir semua wanita menopause mengalami
defesiensi estrogen. Kurangnya hormon menjadi sebab menurunnya fungsi organ tubuh
berkaitan dengan estrogen. Akibat dari kurangnya estrogen pasti akan timbul seperti
naiknya kadar kolesterol dan trigliserida, berkurangnya jaringan tulang yang mengarah
kepada osteoporosis, kelelahan, depresi dan gangguan psikis (Purwoastuti dan Walyani,
2015:158).
Pada tahun 2030, jumlah perempuan diseluruh dunia yang memasuki masa
menopause diperkirakan mencapai 1,2 milyar orang (WHO, 2014).
Gejala dan tanda masa menopause telah mulai sejak masa perimenopause. Pada
masa ini, ovarium bertahap akan mulai memproduksi estrogen tidak sebanyak biasanya.
Selain perubahan siklus menstruasi, salah satu tanda dan gejala gangguan psikiS
menopause adalah insomnia (Ayuningtyas, 2019:215). Sepertiga dari waktu kita gunakan
untuk tidur. Hal ini berdasarkan pada bahwa tidur dapat memulihkan fisik setelah
seharian beraktivitas, kecemasan dan mengurangi stres, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsentrasi saat akan melakukan aktivitas sehari-hari (Haswita dan
Sulistyowati, 2017:68).
Patofisiologis Perimenopause adalah Proses penuaan ovarium dimulai dengan
aktivasi folikel primordial, maturasi, dan regresi. Fase folikuler dari siklus menstruasi
normal akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia, dimana akan mulai terjadi
pada tahap late reproductive.Pada tahap early menopausal transition, siklus menstruasi
menjadi ireguler akibat fluktuasi sekresi hormon gonadotropin, penurunan jumlah folikel
yang berfungsi dengan baik, dan terjadi penurunan hormon inhibin B yang bekerja secara
negatif menghambat hipofisis anterior mensekresi follicle stimulating hormone (FSH)
pada awal siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan peningkatan FSH pada awal siklus
menstruasi, lalu akan terjadi rekruitmen folikel yang lebih awal, periode fase folikuler
yang lebih lambat, dan pada akhirnya akan membuat siklus menstruasi menjadi lebih
pendek sehingga mempercepat terjadinya deplesi folikel.
Penatalaksanaan Kanker serviks adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat
menyerang wanita. Meskipun begitu, tak banyak yang mengenali tanda-tanda awal
penyakit ini sehingga gejala kanker serviks sering kali terabaikan. Kanker serviks adalah
salah satu penyebab kematian tertinggi wanita di Indonesia, selain kanker payudara.
Bahkan, menurut Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, kanker serviks merupakan
jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia yakni sebanyak 32.469 kasus
atau 9,3% dari total kasus kanker. Fakta ini mendorong masyarakat, khususnya wanita,
untuk mengenali penyakit ini lebih dalam agar lebih waspada.

B. RUMUSAN MASALAH
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam Makalah ini
antara lain:
1. Apa Pengertian Perimenopause?
2. Apa Penyebab Perimenopause?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Perimenopause?
4. Apa Patofisiologis Perimenopause?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Ca Cervik pada Perimenopause?

C. TUJUAN MASALAH
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga
tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian perimenopause
2. Untuk mengetahui penyebab perimenopause
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala perimenopause
4. Untuk mengetahui patofisiologis perimenopause
5. Untuk mengetahui penatalaksanaam Ca Cervik pada perimenopause
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERIMENOPAUSE
Perimenopause adalah keadaan dimana terjadinya perpindahan dari siklus dan
ketentuan hormon seks normal menuju masa menopause. Kondisi ini dipengaruhi dan
disertai oleh perubahan hormon seks. perimenopause berlangsung beberapa tahun
sampai 12 tahun atau lebih sampai menopause (Welch, 2012:134). Pra menopause
adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, masa menopause umumnya terjadi pada
usia 45-55 tahun sedangkan pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah
menopause (Purwoastuti dan Walyani, 2015:157). Telah diketahui bahwa hampir
semua wanita menopause mengalami defesiensi estrogen. Kurangnya hormon
menjadi sebab menurunnya fungsi organ tubuh berkaitan dengan estrogen. Akibat dari
kurangnya estrogen pasti akan timbul seperti naiknya kadar kolesterol dan
trigliserida, berkurangnya jaringan tulang yang mengarah kepada osteoporosis,
kelelahan, depresi dan gangguan psikis (Purwoastuti dan Walyani, 2015:158).

B. PENYEBAB PERIODE PERIMENOPAUSE


Penyebab dan Faktor Risiko Perimenopause Perimenopause terjadi karena kadar
hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh wanita mengalami penurunan
seiring pertambahan usia. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita yang memasuki usia
30–40 tahun. Seiring dengan pertambahan usia, produksi estrogen dan progesteron
naik dan turun secara tidak beraturan. Perubahan pada tubuh selama perimenopause
merupakan hasil dari peningkatan dan penurunan estrogen yang tidak beraturan.
Penyebab masalah pada masa premenopause adalah perubahan hormonal yang
terjadi dalam tubuh wanita. Hormon yang terlibat dalam proses ini antara lain:
1. Estrogen
2. Progesteron
3. Folikel-stimulating hormone (FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mempercepat ataupun
memperlambat datangnya masanya premenopause.
Adapun beberapa faktor tersebut adalah:
1. Faktor biologis dan genetik: Riwayat keluarga dapat mempengaruhi kapan
premenopause dimulai.
2. Gaya hidup: Diet dan tingkat aktivitas fisik memainkan peran penting.
3. Faktor lingkungan: Paparan zat kimia tertentu.

C. TANDA DAN GEJALA PERIMENOPAUSE


Gejala dan tanda masa menopause telah mulai sejak masa perimenopause. Pada
masa ini, ovarium bertahap akan mulai memproduksi estrogen tidak sebanyak
biasanya. Selain perubahan siklus menstruasi, salah satu tanda dan gejala gangguan
psikiS menopause adalah insomnia (Ayuningtyas, 2019:215). Sepertiga dari waktu
kita gunakan untuk tidur. Hal ini berdasarkan pada bahwa tidur dapat memulihkan
fisik setelah seharian beraktivitas, kecemasan dan mengurangi stres, serta dapat
meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat akan melakukan aktivitas sehari-hari
(Haswita dan Sulistyowati, 2017:68). Pada masa perimenopause, ovarium secara
bertahap akan muai memproduksi estrogen lebih sedikit (Ayuningtyas, 2019:214).
Tanda-tanda ini sifatnya individual dan beberapa tanda gejala tersebut :
1. Pendarahan Gejala ini terutama muncul pada masa awal menopause.
Pendarahan ini datangnya tidak teratur dan akan muncul beberapa kali
dalam rentang beberapa bulan lalu berhenti sama sekali.
2. Rasa panas (hot flashes) dan keringat malam, rasa panas ini
berlangsung selama setengah menit sampai beberapa menit. Wanita
yang mengalami menopause juga akan berkeringat di malam hari
(night sweat). Hal ini akan mengganggu tidur sehingga dalam jangka
waktu tertentu akan mengakibatkan wanita tersebut menderita
insomnia.
3. Gejala vagina mengering akibat penurunan kadar estrogen yang
dibarreng dengan rasa gatal bahkan rasa sakit pada saat berhubungan
seksual.
4. Perubahan mood Gejala emosional umum dialami oleh wanita yang
memasuki masa menopause. Kadar hormon estrogen yang rendah
menjadikan wanita tersebut cepat lelah, memburuknya memori ingatan
dan mood yang cepat berubah-ubah setiap saat.
5. Sembelit Gejala ini muncul pada wanita yang biasanya mengalami
sembelit pada masa haid atau sebelum haid. Karena tubuh sedang
membutuhkan hormon estrogen.
6. Pembengkakan kemungkinan terjadi ketika masa menopause, jika hal
ini terjadi pada wanita yang mengalaminya ketika masa haid. Wanita
yang berkulit gelap dan memiliki buah dada yang besar berpotensi
mengalaminya saat menopause.
7. Gangguan tidur juga merupakan gejala menopause, karena hormon
estrogen juga memengaruhi reseptor tidur yang terletak di otak. Dan
gangguan tidur ini adalah gangguan yang paling banyak dialami oleh
para wanita ketika memasuki masa menopause karena selain reseptor
terganggu, night sweat juga terjadi dan jika tidak diatasi akan meniadi
hypersomnia sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup (Hidayah,
2018:100-101). Jika hal ini terjadi, disarankan untuk elakukan
relaksasi dengan mengatur pernapasan, pada posisi yang nyaman untuk
tidur. Anda juga bisa berolahraga di siang hari, Seningga merasa lelah
di waktu malam. Disarankan pula untuk menjauhkan ponsel saat akan
tidur agar tidak tergoda menggunakannya. Imbangi dengan pola hidup
sehat dan menghindari minuman berkafein dan alkohol.
8. Sering Buang Air Kecil dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Sering
dialami wanita yang sedang menopause. Sementara itu, rasa sakit saat
sedang buang air kecil mungkin akan terjadi akibat jaringan di vagina
dan uretra menipis dan kehalingan elastisitas. Beberapa wanita juga
akan lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih (Ayuningtyas,
2019:214).
9. Gairah seks menurun saat menopause, penurunan estrogen dapat
membuat gairah seks menurun. Perubahan yang terjadi akibat dari
penurunan estrogen meliputi klitoris kurang peka terhadap rangsangan,
vagina yang kering, dan respon orgasme yang lambat atau tidak ada
sama sekali. Jika ini dialami, jangan ragu untuk berkomunikasi pada
pasangan, kemudian konsultasilah kepada dokter untuk mendapatkan
solusinya (Ayuningtyas, 2019:215).

Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem
poros hipotalamus hipofisisgonad. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin
releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH
dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. Masa pramenopause atau
sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada masa
ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh
darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks.
Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara
hipotalamus-hipofisis terganggu
Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum.
Turunnya produksi steroid ovariun menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik
negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi dan
sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling
baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. klimakterik ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi,
estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-
200 ng, dan pada pasca menopause menjadi 20-150ng. Turunnya kadar estrogen
mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa ganguan
neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik, dan gangguan siklus haid.
Beratnya gangguan tersebut di setiap wanita berbeda-beda bergantung pada penurunan
aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium,
Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak panas, keringat
banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik
yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis). Sosio-budaya menentukan dan
memberikan penampilan yang berbeda dari keluhan klimakterik Psikologık yang
mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan memberikan penampilan yang
berbeda dalam keluhan klimakterik.
Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyaikeluhan.
Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas
merupakan sensasi seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan
muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa takut,
tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap.
Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di
tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari. Gangguan psikogenik,
ini mencakup peningkatan rasa gelisah, depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit
kepala. Keadaan lain yang dapat diperberat oleh gejala menopause mencakup masalah
psikosomatik yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu
oleh keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang mengakibatkan
dispareunia. Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang tulang
trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga mengakibatkan tulang
keropos. Meskipun kedua jenis kelamin mengalami kehilangan massa tulang dengan
proses menua, jarang bagi pria mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70.
Masalah Psikologis yang timbul pada masa klimakterik seperti rasa takut, tegang,
rasa sedih, mudah tersinggung dan depresi sebenarnya sangat bergantung pada perubahan
hormonal tubuh wanita itu sendiri. Pemberian estrogen dengan dosis rendah dapat
mengatasi masalah tersebut. Ada penyebab lain yang menimbulkan gangguan psikis.
Seorang ibu rumah tangga yang memusatkan kehidupannya hanya untuk membesarkan
anak-anak- nya lebih mudah mengalami gangguan psikis. Tetapi ada juga di antara wanita
tersebut justru dengan bekerja keluhan-keluhannya bertambah berat. Disfungsi seksual
pada wanita menopause, lama dianggap oleh ahli psikologi dan ahli psikoterapi sebagai
gangguan psikogenik, telah menunjukkan respons terhadap pengobatan hormonal.
Penyembuhan dapat dilakukan dengan estrogen, meliputi krim estrogen vaginal, untuk
keluhan seperti vagina kering dam dispareunia dan dengan androgen untuk keluhan
kehilangan gairah seksual. (Purwoastuti dan Walyani, 2015:162).

D. PATOFISIOLOGIS PREMENOPAUSE
Patofisiologis Perimenopause adalah Proses penuaan ovarium dimulai dengan
aktivasi folikel primordial, maturasi, dan regresi. Fase folikuler dari siklus menstruasi
normal akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia, dimana akan mulai terjadi
pada tahap late reproductive.Pada tahap early menopausal transition, siklus
menstruasi menjadi ireguler akibat fluktuasi sekresi hormon gonadotropin, penurunan
jumlah folikel yang berfungsi dengan baik, dan terjadi penurunan hormon inhibin B
yang bekerja secara negatif menghambat hipofisis anterior mensekresi follicle
stimulating hormone (FSH) pada awal siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan
peningkatan FSH pada awal siklus menstruasi, lalu akan terjadi rekruitmen folikel
yang lebih awal, periode fase folikuler yang lebih lambat, dan pada akhirnya akan
membuat siklus menstruasi menjadi lebih pendek sehingga mempercepat terjadinya
deplesi folikel.
Patofisiologi masalah pada masa premenopause terkait dengan perubahan
hormonal yang terjadi dalam tubuh wanita. Perubahan hormonal ini dapat
mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh, seperti:
a. Sistem reproduksi
b. Sistem saraf
c. Sistem kardiovaskular
d. Sistem tulang
Perubahan sistem reproduksi pada masa premenopause diantaranya, beberapa
Wanita akan mengalami peningkatan nyeri haid selama premenopause
Penatalaksanaan premenopause bertujuan untuk mengurangi gejala yang dialami
oleh wanita selama fase ini, serta menjaga kesehatan secara keseluruhan. Penanganan
premenopause dapat melibatkan berbagai pendekatan, yaitu:
1) Gaya Hidup Sehat:
 Diet Seimbang
 Olahraga Teratur:
 Tidur yang Cukup:
2) Terapi Hormon (Hormone Replacement Therapy - HRT):
 HRT melibatkan pemberian hormon seperti estrogen dan progesteron
dalam dosis yang diresepkan dokter.
 Hal ini bisa membantu mengurangi gejala seperti hot flashes,
gangguan tidur, dan nyeri sendi.
3) Manajemen Stres:
 Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat
membantu mengurangi stres.
 Terapi psikologis atau konseling juga dapat membantu mengatasi
gejala seperti perubahan mood.
4) Konsultasi dengan Dokter:
 Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan opsi
terbaik berdasarkan gejala dan kesehatan individu.
 Dokter dapat memberikan nasihat mengenai pengobatan, perubahan
gaya hidup, dan manajemen gejala premenopause.
Penting untuk diingat bahwa penatalaksanaan premenopause harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing wanita. Konsultasi
dengan dokter adalah langkah penting dalam menentukan strategi terbaik untuk
mengatasi gejala premenopause

E. PENATALAKSANAAN CA CERVIK
Penatalaksanaan Kanker serviks adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat
menyerang wanita. Meskipun begitu, tak banyak yang mengenali tanda-tanda awal
penyakit ini sehingga gejala kanker serviks sering kali terabaikan. Kanker serviks
adalah salah satu penyebab kematian tertinggi wanita di Indonesia, selain kanker
payudara. Bahkan, menurut Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, kanker
serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia yakni
sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus kanker. Fakta ini mendorong
masyarakat, khususnya wanita, untuk mengenali penyakit ini lebih dalam agar lebih
waspada.
Terapi yang paling umum untuk kanker ginekologi yang parah dan berulang
adalah terapi hormon dan kemoterapi, dan respons terhadap terapi merupakan
komponen kunci dalam prognosis dan kemampuan bertahan hidup. Terapi hormon
baru-baru ini terbukti menjadi pendekatan pengobatan kanker yang sangat baik.
Perawatan hormon untuk kanker ginekologi adalah penggunaan obat-obatan yang
menurunkan kadar hormon atau menghambat aktivitas biologisnya, menghentikan
atau memperlambat perkembangan kanker. Terapi hormon bekerja dengan cara
menekan perbanyakan sel kanker yang dipicu oleh hormon. Terapi hormonal, seperti
progestogen atau tamoxifen, sering direkomendasikan untuk pasien dengan kanker
ginekologi berulang atau metastasis yang sensitif terhadap hormon, namun tingkat
respons dan efek terapeutik tidak konsisten.
1. Faktor Risiko Kanker Serviks
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita mengalami kanker
serviks adalah sebagai berikut:
 Memiliki banyak pasangan seksual.
 Memiliki pasangan seksual laki-laki yang telah memiliki banyak pasangan
seksual
 Berhubungan seks di bawah usia 18 tahun.
 Riwayat displasia serviks, vagina, atau vulva.
 Riwayat keluarga mengidap kanker serviks.
 Merokok.
 Infeksi menular seksual (IMS) tertentu, seperti klamidia.
 Masalah dengan sistem kekebalan tubuh.
 Memiliki ibu yang mengonsumsi obat diethylstilbestrol selama kehamilan.
 Mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan
HPV negatif atau positif).

Cara Mendiagnosis Kanker Serviks


Diagnosis pasti kanker serviks ditegakkan setelah didapatkan hasil histopatologi serviks
yang diambil dengan cara biopsi setelah terlebih dahulu melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila menjadi kanker invasif, gejala
kanker serviks yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat
berhubungan intim) dan keputihan. Jika sudah stadium lanjut, gejala kanker serviks dapat
berkembang menjadi nyeri pinggang atau nyeri perut bagian bawah karena desakan tumor di
daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala
kanker serviks lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terdampak,
misalnya fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, dan edema tungkai.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi,
USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan, CT Scan atau MRI, serta PET Scan. Kecurigaan
metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik.
Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik.
Stadium Kanker Serviks
1. Stadium I
Stadium I terjadi saat karsinoma terbatas pada serviks uteri (ekstensi ke korpus harus
diabaikan).
a. IA karsinoma invasif yang dapat didiagnosis hanya dengan mikroskop, kedalaman
invasi maksimum < 5 mm.
b. IA1 invasi stroma terukur < 3 mm kedalaman.
c. IA2 invasi stroma terukur ≥ 3 mm dan kedalaman < 5 mm.
d. IB karsinoma invasif dengan invasi terukur ≥ 5 mm (lebih besar dari stadium IA),
lesi terbatas pada uterus.
e. IB1 karsinoma invasif ≥ kedalaman invasi stroma dan < 2 cm dalam dimensi
terbesar.
f. IB2 karsinoma invasif ≥ 2 cm dan < 4 cm dalam dimensi terbesar.
g. IB3 karsinoma invasif ≥ 4 cm dalam dimensi terbesar.
2. Stadium II
Stadium II terjadi saat karsinoma menyebar ke luar serviks, tetapi belum meluas hingga
sepertiga bagian bawah dari vagina atau dinding panggul.
a. IIA Keterlibatan terbatas pada dua pertiga bagian atas vagina tanpa keterlibatan
parametrium.
b. IIA1 Karsinoma invasif < 4 cm dalam dimensi terbesar.
c. IIA2 Karsinoma invasif ≥ 4 cm dalam dimensi terbesar.
d. IIB dengan keterlibatan parametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.
3. Stadium III
Stadium III terjadi saat karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina dan/atau
meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi dan/atau melibatkan limfa pelvis dan/atau kelenjar getah bening paraaorta.
a. IIIA karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina, tanpa ekstensi ke
dinding panggul.
b. IIIB ekstensi ke dinding panggul dan/atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi (kecuali diketahui disebabkan oleh penyebab lain).
c. IIIC keterlibatan panggul dan/atau kelenjar getah bening paraaorta, terlepas dari
ukuran dan luas tumor (dengan notasi r dan p).
d. IIIC1 hanya metastasis hingga kelenjar getah bening panggul.
e. IIIC2 metastasis hingga kelenjar getah bening paraaorta.
4. Stadium IV
Stadium IV terjadi saat karsinoma telah meluas melampaui panggul atau telah meluas
hingga (terbukti dengan biopsi) mukosa kandung kemih atau dubur. Edema bulosa, tidak
memungkinkan kasus untuk dialokasikan ke stadium IV.
a. IVA penyebaran hingga organ yang berdekatan.
b. IVB menyebar ke organ jauh.
Pengobatan Kanker Serviks
Upaya pengobatan kanker serviks bisa dilakukan melalui tindakan operasi maupun terapi.
Standar operasi pada kanker serviks adalah histerektomi radikal pada organ uterus, serviks,
vagina, parametrium kanan dan kiri, salpingo-ooforektomi bilateral, serta limfadenektomi
kelenjar getah bening regional.
Untuk pilihan terapi terdiri atas tindakan operatif (pada stadium IA2, IB1, IIA1, IB 2,
IIA2, IIB), radiasi yang terdiri atas EBRT dan brakiterapi (IA2, IB1, IIA1, IIB, III A & III B),
neoadjuvant kemoterapi (Stadium IB 2, IIA2, IIB), kemoradiasi (IIB, III A & III B), paliatif baik
radiasi maupun kemoradiasi (Stadium IV A dengan maupun tanpa CKD).
Pencegahan Kanker Serviks
Beberapa cara pencegahan kanker serviks adalah sebagai berikut:
a. Skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan
dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila didapatkan
temuan IVA positif dan direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan
pemeriksaan kolposkopi. Pada wanita usia 21-29 tahun, yang memiliki dua atau lebih
hasil sitologi negatif berturut-turut, skrining dapat dilakukan dalam interval waktu yang
lebih besar ( > 3 tahun).
b. Wanita berusia antara 21-29 tahun harus pap smear setiap 3 tahun sekali.
c. Lakukan vaksin HPV dan vaksin kuadrivalen.
Walaupun termasuk penyakit yang sangat berbahaya, kanker serviks dapat dicegah. Maka
dari itu, pastikan Anda menerapkan pola hidup sehat seperti rajin olahraga dan konsumsi
makanan bergizi. Imbangi juga kebiasaan tersebut dengan melakukan vaksinasi HPV di Siloam
Hospitals. Jangan lupa pula untuk memeriksakan kesehatan Anda secara rutin, seperti skrining
kanker di RS terdekat di kota Anda.
BAB III
KESIMPULAN

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah diatas maka bisa disimpulkan Masalah yang
terjadi pada masa premenopause banyak sekali dari penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologis dan penatalaksanaan Ca Cervik pada perimenopause.

Anda mungkin juga menyukai