DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II KALSEL
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Mata Kuliah Perimenopause ini
dengan baik dan tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Masalah yang Terjadi pada Masa
Premenopause”. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan masalah yang terjadi pada masa
premenopause yang terdiri dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, patofisiologis dan
penatalaksanaan Ca Cervik. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Perimenopause. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perimenopause adalah keadaan dimana terjadinya perpindahan dari siklus
dan ketentuan hormon seks normal menuju masa menopause. Kondisi ini dipengaruhi dan
disertai oleh perubahan hormon seks. perimenopause berlangsung beberapa tahun sampai
12 tahun atau lebih sampai menopause (Welch, 2012:134). Pra menopause adalah masa
4-5 tahun sebelum menopause, masa menopause umumnya terjadi pada usia 45-55 tahun
sedangkan pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause (Purwoastuti dan
Walyani, 2015:157). Telah diketahui bahwa hampir semua wanita menopause mengalami
defesiensi estrogen. Kurangnya hormon menjadi sebab menurunnya fungsi organ tubuh
berkaitan dengan estrogen. Akibat dari kurangnya estrogen pasti akan timbul seperti
naiknya kadar kolesterol dan trigliserida, berkurangnya jaringan tulang yang mengarah
kepada osteoporosis, kelelahan, depresi dan gangguan psikis (Purwoastuti dan Walyani,
2015:158).
Pada tahun 2030, jumlah perempuan diseluruh dunia yang memasuki masa
menopause diperkirakan mencapai 1,2 milyar orang (WHO, 2014).
Gejala dan tanda masa menopause telah mulai sejak masa perimenopause. Pada
masa ini, ovarium bertahap akan mulai memproduksi estrogen tidak sebanyak biasanya.
Selain perubahan siklus menstruasi, salah satu tanda dan gejala gangguan psikiS
menopause adalah insomnia (Ayuningtyas, 2019:215). Sepertiga dari waktu kita gunakan
untuk tidur. Hal ini berdasarkan pada bahwa tidur dapat memulihkan fisik setelah
seharian beraktivitas, kecemasan dan mengurangi stres, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsentrasi saat akan melakukan aktivitas sehari-hari (Haswita dan
Sulistyowati, 2017:68).
Patofisiologis Perimenopause adalah Proses penuaan ovarium dimulai dengan
aktivasi folikel primordial, maturasi, dan regresi. Fase folikuler dari siklus menstruasi
normal akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia, dimana akan mulai terjadi
pada tahap late reproductive.Pada tahap early menopausal transition, siklus menstruasi
menjadi ireguler akibat fluktuasi sekresi hormon gonadotropin, penurunan jumlah folikel
yang berfungsi dengan baik, dan terjadi penurunan hormon inhibin B yang bekerja secara
negatif menghambat hipofisis anterior mensekresi follicle stimulating hormone (FSH)
pada awal siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan peningkatan FSH pada awal siklus
menstruasi, lalu akan terjadi rekruitmen folikel yang lebih awal, periode fase folikuler
yang lebih lambat, dan pada akhirnya akan membuat siklus menstruasi menjadi lebih
pendek sehingga mempercepat terjadinya deplesi folikel.
Penatalaksanaan Kanker serviks adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat
menyerang wanita. Meskipun begitu, tak banyak yang mengenali tanda-tanda awal
penyakit ini sehingga gejala kanker serviks sering kali terabaikan. Kanker serviks adalah
salah satu penyebab kematian tertinggi wanita di Indonesia, selain kanker payudara.
Bahkan, menurut Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, kanker serviks merupakan
jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia yakni sebanyak 32.469 kasus
atau 9,3% dari total kasus kanker. Fakta ini mendorong masyarakat, khususnya wanita,
untuk mengenali penyakit ini lebih dalam agar lebih waspada.
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam Makalah ini
antara lain:
1. Apa Pengertian Perimenopause?
2. Apa Penyebab Perimenopause?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Perimenopause?
4. Apa Patofisiologis Perimenopause?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Ca Cervik pada Perimenopause?
C. TUJUAN MASALAH
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga
tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian perimenopause
2. Untuk mengetahui penyebab perimenopause
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala perimenopause
4. Untuk mengetahui patofisiologis perimenopause
5. Untuk mengetahui penatalaksanaam Ca Cervik pada perimenopause
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERIMENOPAUSE
Perimenopause adalah keadaan dimana terjadinya perpindahan dari siklus dan
ketentuan hormon seks normal menuju masa menopause. Kondisi ini dipengaruhi dan
disertai oleh perubahan hormon seks. perimenopause berlangsung beberapa tahun
sampai 12 tahun atau lebih sampai menopause (Welch, 2012:134). Pra menopause
adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, masa menopause umumnya terjadi pada
usia 45-55 tahun sedangkan pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah
menopause (Purwoastuti dan Walyani, 2015:157). Telah diketahui bahwa hampir
semua wanita menopause mengalami defesiensi estrogen. Kurangnya hormon
menjadi sebab menurunnya fungsi organ tubuh berkaitan dengan estrogen. Akibat dari
kurangnya estrogen pasti akan timbul seperti naiknya kadar kolesterol dan
trigliserida, berkurangnya jaringan tulang yang mengarah kepada osteoporosis,
kelelahan, depresi dan gangguan psikis (Purwoastuti dan Walyani, 2015:158).
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem
poros hipotalamus hipofisisgonad. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin
releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH
dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. Masa pramenopause atau
sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada masa
ini sebenarnya telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh
darah, berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks.
Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk
menjawab rangsangan gonadotropin, Hal ini akan mengakibatkan interaksi antara
hipotalamus-hipofisis terganggu
Pertama-pertama yang mengalami kegagalan adalah fungsi korpus luteum.
Turunnya produksi steroid ovariun menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik
negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi dan
sekresi FSH dan LH. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling
baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. klimakterik ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi,
estrogen yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-
200 ng, dan pada pasca menopause menjadi 20-150ng. Turunnya kadar estrogen
mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa ganguan
neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik, dan gangguan siklus haid.
Beratnya gangguan tersebut di setiap wanita berbeda-beda bergantung pada penurunan
aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks ovarium,
Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak panas, keringat
banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut akibat perubahan metabolik
yang berpengaruh pada organ sasaran (osteoporosis). Sosio-budaya menentukan dan
memberikan penampilan yang berbeda dari keluhan klimakterik Psikologık yang
mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan memberikan penampilan yang
berbeda dalam keluhan klimakterik.
Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik mempunyaikeluhan.
Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak panas dan keringat banyak. Gejolak panas
merupakan sensasi seperti gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan
muka. Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa takut,
tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap.
Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur, berdebar-debar, rasa kesemutan di
tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan otot. Keringat malam hari. Gangguan psikogenik,
ini mencakup peningkatan rasa gelisah, depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit
kepala. Keadaan lain yang dapat diperberat oleh gejala menopause mencakup masalah
psikosomatik yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, pola tidur yang diganggu
oleh keringat malam, penurunan libido karena vaginitis atrofikans yang mengakibatkan
dispareunia. Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang tulang
trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga mengakibatkan tulang
keropos. Meskipun kedua jenis kelamin mengalami kehilangan massa tulang dengan
proses menua, jarang bagi pria mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70.
Masalah Psikologis yang timbul pada masa klimakterik seperti rasa takut, tegang,
rasa sedih, mudah tersinggung dan depresi sebenarnya sangat bergantung pada perubahan
hormonal tubuh wanita itu sendiri. Pemberian estrogen dengan dosis rendah dapat
mengatasi masalah tersebut. Ada penyebab lain yang menimbulkan gangguan psikis.
Seorang ibu rumah tangga yang memusatkan kehidupannya hanya untuk membesarkan
anak-anak- nya lebih mudah mengalami gangguan psikis. Tetapi ada juga di antara wanita
tersebut justru dengan bekerja keluhan-keluhannya bertambah berat. Disfungsi seksual
pada wanita menopause, lama dianggap oleh ahli psikologi dan ahli psikoterapi sebagai
gangguan psikogenik, telah menunjukkan respons terhadap pengobatan hormonal.
Penyembuhan dapat dilakukan dengan estrogen, meliputi krim estrogen vaginal, untuk
keluhan seperti vagina kering dam dispareunia dan dengan androgen untuk keluhan
kehilangan gairah seksual. (Purwoastuti dan Walyani, 2015:162).
D. PATOFISIOLOGIS PREMENOPAUSE
Patofisiologis Perimenopause adalah Proses penuaan ovarium dimulai dengan
aktivasi folikel primordial, maturasi, dan regresi. Fase folikuler dari siklus menstruasi
normal akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia, dimana akan mulai terjadi
pada tahap late reproductive.Pada tahap early menopausal transition, siklus
menstruasi menjadi ireguler akibat fluktuasi sekresi hormon gonadotropin, penurunan
jumlah folikel yang berfungsi dengan baik, dan terjadi penurunan hormon inhibin B
yang bekerja secara negatif menghambat hipofisis anterior mensekresi follicle
stimulating hormone (FSH) pada awal siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan
peningkatan FSH pada awal siklus menstruasi, lalu akan terjadi rekruitmen folikel
yang lebih awal, periode fase folikuler yang lebih lambat, dan pada akhirnya akan
membuat siklus menstruasi menjadi lebih pendek sehingga mempercepat terjadinya
deplesi folikel.
Patofisiologi masalah pada masa premenopause terkait dengan perubahan
hormonal yang terjadi dalam tubuh wanita. Perubahan hormonal ini dapat
mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh, seperti:
a. Sistem reproduksi
b. Sistem saraf
c. Sistem kardiovaskular
d. Sistem tulang
Perubahan sistem reproduksi pada masa premenopause diantaranya, beberapa
Wanita akan mengalami peningkatan nyeri haid selama premenopause
Penatalaksanaan premenopause bertujuan untuk mengurangi gejala yang dialami
oleh wanita selama fase ini, serta menjaga kesehatan secara keseluruhan. Penanganan
premenopause dapat melibatkan berbagai pendekatan, yaitu:
1) Gaya Hidup Sehat:
Diet Seimbang
Olahraga Teratur:
Tidur yang Cukup:
2) Terapi Hormon (Hormone Replacement Therapy - HRT):
HRT melibatkan pemberian hormon seperti estrogen dan progesteron
dalam dosis yang diresepkan dokter.
Hal ini bisa membantu mengurangi gejala seperti hot flashes,
gangguan tidur, dan nyeri sendi.
3) Manajemen Stres:
Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat
membantu mengurangi stres.
Terapi psikologis atau konseling juga dapat membantu mengatasi
gejala seperti perubahan mood.
4) Konsultasi dengan Dokter:
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan opsi
terbaik berdasarkan gejala dan kesehatan individu.
Dokter dapat memberikan nasihat mengenai pengobatan, perubahan
gaya hidup, dan manajemen gejala premenopause.
Penting untuk diingat bahwa penatalaksanaan premenopause harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing wanita. Konsultasi
dengan dokter adalah langkah penting dalam menentukan strategi terbaik untuk
mengatasi gejala premenopause
E. PENATALAKSANAAN CA CERVIK
Penatalaksanaan Kanker serviks adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat
menyerang wanita. Meskipun begitu, tak banyak yang mengenali tanda-tanda awal
penyakit ini sehingga gejala kanker serviks sering kali terabaikan. Kanker serviks
adalah salah satu penyebab kematian tertinggi wanita di Indonesia, selain kanker
payudara. Bahkan, menurut Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018, kanker
serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia yakni
sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus kanker. Fakta ini mendorong
masyarakat, khususnya wanita, untuk mengenali penyakit ini lebih dalam agar lebih
waspada.
Terapi yang paling umum untuk kanker ginekologi yang parah dan berulang
adalah terapi hormon dan kemoterapi, dan respons terhadap terapi merupakan
komponen kunci dalam prognosis dan kemampuan bertahan hidup. Terapi hormon
baru-baru ini terbukti menjadi pendekatan pengobatan kanker yang sangat baik.
Perawatan hormon untuk kanker ginekologi adalah penggunaan obat-obatan yang
menurunkan kadar hormon atau menghambat aktivitas biologisnya, menghentikan
atau memperlambat perkembangan kanker. Terapi hormon bekerja dengan cara
menekan perbanyakan sel kanker yang dipicu oleh hormon. Terapi hormonal, seperti
progestogen atau tamoxifen, sering direkomendasikan untuk pasien dengan kanker
ginekologi berulang atau metastasis yang sensitif terhadap hormon, namun tingkat
respons dan efek terapeutik tidak konsisten.
1. Faktor Risiko Kanker Serviks
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita mengalami kanker
serviks adalah sebagai berikut:
Memiliki banyak pasangan seksual.
Memiliki pasangan seksual laki-laki yang telah memiliki banyak pasangan
seksual
Berhubungan seks di bawah usia 18 tahun.
Riwayat displasia serviks, vagina, atau vulva.
Riwayat keluarga mengidap kanker serviks.
Merokok.
Infeksi menular seksual (IMS) tertentu, seperti klamidia.
Masalah dengan sistem kekebalan tubuh.
Memiliki ibu yang mengonsumsi obat diethylstilbestrol selama kehamilan.
Mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan
HPV negatif atau positif).
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah diatas maka bisa disimpulkan Masalah yang
terjadi pada masa premenopause banyak sekali dari penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologis dan penatalaksanaan Ca Cervik pada perimenopause.