PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perimenopouse merupakan fase peralihanan antara fase premenopouse dan
pasca menopause. Periode perimenopouse ini dapat berlangsung antara 5-10
tahun sebelum menopause. Pada periode ini banyak terjadi tanda dan gejala yang
timbul. Perimenopause merupakan bagian dari masa klimakterium yang terjadi
sebelum menopause, terjadi pada rentang usia 40-50 tahun (Pranoto, 2011).
Pada tahun 2030, jumlah perempuan di seluruh dunia yang memasuki masa
menopause diperkirakan mencapai 1,2 miliar orang (WHO, 2014). Berdasarkan
data dari World Health Organization (WHO) menunjukan pertambahan jumlah
wanita yang memasuki fase klimakterium yang diperkirakan meningkat hingga
lebih satu miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan mengalami
peningkatan dari 107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut
Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah setiap tahunnya mencapai 5,3 juta
orang dari jumlah total penduduk perempuan Indonesia yang berjumlah
118.010.413 juta jiwa (Pusat data dan Informasi Kesehatan RI, 2013).
Pada periode perimenopouse mulai terjadi penurunan kadar hormone
tertentu yang terkait dengan reproduksi wanita, yaitu hormone eterogen dan
progesterone. Sehingga kemungkinan terjadi kehamilan menghilang dan siklus
haid menjadi tidak teratur. Menurut Aqila, 2010 gejala-gejala perimenopause ada
3 gangguan, yaitu gangguan vaso motorik (hot flushes, keringat banyak, sakit
kepala dan berdebar-debar), gangguan psikis (mudah tersinggung, depresi,
kelelahan, semangat berkurang dan susah tidur), gangguan somatic (gangguan
menstruasi dan kekeringan vagina).
Menurut Baziad (2010), tidak semua perempuan yang memasuki usia
perimenopouse dan menipouse mengalami keluhan. Ada juga yang tidak
mengalami keluhan, akan tetapi meskipun begitu, penurunan hormone eterogen
dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit lainnya. Bagi
sebagian wanita, masamenopause merupakan masa yang menyedihkan dalam
hidup. Ada banyak kekhawatiran yang menyelubungi pikiran wanita ketika
memasuki fase ini. Oleh karena itu, perlu disiapkan dari awal masa
perimenopouse agar ibu dapat melalui masa menopause dengan baik. Bidan,
sebagai tenaga kesehatan yang professional memiliki tugas untuk mendampingi
wanita sampai akhir masa reproduksi. Bidan diharapkan mampu memberikan
penjelasan dan dapat melakukan asuhan yang tepat pada wanita yang akan
memasuki masa perimenopouse agar ibu dapat melalui masa menopause dengan
baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan permasalahan
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada perimenopause ?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Ibu Perimenopause dengan pendekatan manajemen
kebidanan dan melakukan dokumentasi secara SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, pengumpulan data subjektif
asuhan kebidanan perimenopouse.
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, pengumpulan data objektif
asuhan kebidanan perimenopouse.
c. Mahasiswa dapat melakukanan alisa data asuhan kebidanan
perimenopouse.
d. Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
perimenopouse.
D. Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat berguna untuk menambah referensi wawasan
pengetahuan, dan sekaligus mengembangkan pengetahuan tentang asuhan
kebidanan perimenopouse.
2. Bagi Lahan Praktek
Hasil dari laporan kasus ini dapat digunakan sebagai masukan mengenai
bagaimana pemberian asuhan berdasarkan evidence basedpractice pada ibu
perimenopouse.
3. Bagi Klien dan Masyarakat
Diharapkan agar klien dan masyarakat dapat mendapatkan pelayanan
perimenopouse yang berkualitas sehingga dapat berperan dalam
meningkatkan kualitas kesehatan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Clinical Pathway
C. Implikasi Hasil Penelitian
1. Aromaterapi untuk mengatasi gejala menopause
Dari hasil penelitian Choi, dkk yang berjudul “Aromatherapy for
managing menopausal Symptoms A protocol for systematic review and
meta-analysis” tahun 2018 menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
efektif dari aromaterapi untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami oleh
wanita perimenopouse maupun menopause. Gejala yang dialami salah
satunya adalah sulit tidur atau insomnia. Aromaterapi merupakan esensial oil
yang berasal dari tumbuhan herbal, bunga maupun tumbuhan lainnya yang
berguna untuk meningkatkan kondisi tubuh agar rileks. Menurut Buckle
(2015), aromaterapi bisa digunakan dalam bentuk sabun, minyak yang diuap
kemudian dihirup, maupun untuk memijat. Banyak studi penelitian yang
mengemukakan bahwa aromaterapi efektif dalam mengurangi stress, sakit,
dan dapat membuat tubuh lebih rileks dengan memproduksi hormone
endorphin. Pada penelitian ini, disebutkan bahwa metode penggunaan
aromaterapi yang digunakan adalah dalam bentuk inhalasi atau dihirup dan
dalam bentuk pemijatan menggunakan minyak aromaterapi.
Menurut penelitian NickJou et, al (2017), Membandingkan tingkat
gejala sebelum dan sesudah menggunakan lavender pada kelompok
percobaan menunjukkan bahwa tingkat gejala menopause telah menurun
secara signifikan (P 1/4 0.000). Perbandingan rata-rata gejala menopause
setelah intervensi antara dua kelompok menunjukkan bahwa gejala
menopause pada kelompok percobaan mengalami penurunan yang signifikan
dibandingkan kelompok kontrol (P 1/4 0.000). Maka dari itu, Menggunakan
aromaterapi lavender mengurangi gejala menopause. Menurut efek yang
tidak diinginkan dari gejala menopause pada kualitas hidup wanita
menopause, intervensi ini dapat diinstruksikan oleh bidan di pusat perawatan
dan perawatan sebagai kegiatan kesehatan.
2. Peran Bidan dalam Konseling Perimenopouse
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Faraji, dkk (2018) yang berjudul
“Could a Midwife Leading Health Behavior Counseling Improve Self-Care
of Women During Perimenopause? A Quasi-Experimental Study”
menyatakan bahwa bidan berperan penting dalam memberikan konseling
untuk wanita perimenopouse. Konseling pada perimenopouse secara
significant berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku serta
memperbaiki body image dan pola tidur.
3. Efek Aromaterapi Massage untuk Gejala Menopouse
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Darsareh, dkk (2012) yang
berjudul “Effect of aromatherapy massage on menopausal symptoms: a
randomized placebo-controlled clinical trial” menyatakan bahwa pijatan
biasa tanpa menggunakan aromaterapi dan pijatan dengan menggunakan
aromaterapi bermanfaat untuk mengurangi gejala ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh wanita menopause. Akan tetapi, pijatan dengan menggunakan
aromaterapi lebih efektif disbanding yang tidak menggunakan aromaterapi.