Anda di halaman 1dari 16

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn.T UMUR


22 TAHUN DI PUSKESMAS SLOGOHIMO
KABUPATEN WONOGIRI

Tanggal Pengkajian : 5 April 2022, pukul 09.00 WIB


Tempat Pengkajian : Puskesmas Slogohimo Wonogiri
A. Subjektif
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. T Nama : Tn. D
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tunggur Rt 02/07,
Tunggur
2. Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan
3. Keluhan Utama
Tidak ada keluhan
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b Siklus : 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±4-5 hari
.
c. Banyaknya : ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal
pertama, hari berikutnya 2-3 kali ganti
pembalut
d Dismeorhe : Tidak ada.
.
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah
menstruasi, tidak gatal, tidak berbau
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Klien dan pasangan belum mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi dan
perencanaan kehamilan
6. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS.
b. Catin Laki- : Tidak sedang ataupun pernah menderita
laki penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Ayah menderita hipertensi, tidak ada keluarga
yang pernah atau sedang menderita jantung,
asma, alergi, DM, ginjal, hemophilia,
thalassemia, cacat bawaan, hepatitis, dan TBC
b Catin Laki-laki : Ibu menderita DM, tidak ada keluarga yang
. pernah atau sedang menderita asma, alergi,
hemofillia, thalassemia, cacat bawaan,
preeklampsia, hepatitis, dan TBC
8. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Laki-laki : Merokok
9. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi,
ayam, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur
(khususnya Nn. T). Minum air putih 8-9 gelas sehari, suka
mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi.
Tidak ada pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi :
(a) Catin Wanita : BAB 1 kali sekali, kadang-kadang keras,
warna kuning khas, tidak ada keluhan sakit
saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri
saat berkemih
(b Catin Laki-laki : BAB 1 kali sehari. BAK 4-6 kali sehari,
) tidak nyeri saat berkemih
c. Istirahat : jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam
d. Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK
atau BAB dikeringkan menggunakan tisu.
f. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 29 April 2022
1) Catin Wanita : pernikahan yang pertama
2) Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama
g. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon
pengantin mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak
menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak.
Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan pernikahan.
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki-laki
a. Keadaan Umum : baik Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 53 kg BB : 56 kg
TB : 155 cm TB : 160 cm
IMT : 22,06 kg/m2 IMT : 21,87 kg/m2
LILA : 24 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg TD : 120/70 mmHg
N : 79 x/menit N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
1) Catin Wanita
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada
kelainan yang berkenaan dengan
genetic seperti sindrom down
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera
putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak
kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
(6) Dada : tidak dilakukan
(7) Abdomen : tidak dilakukan
(8) Anogenital : tidak dilakukan
2) Catin Laki-laki
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
berkenaan dengan genetic seperti sindrom
down
(3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak terkaji
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 5 April 2022
Catin Wanita
1) Golongan Darah :B
2) Rhesus : (+)
3) HB : 13,7 g/dL ( Normal 12 – 15 g/dL)
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)
6) IMS (Sifilis) : Non Reaktif (-)
C. Analisa Data
Pasangan usia subur Nn. T Usia 22 tahun dan Tn.D usia 25 Tahun calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.

D. Penatalaksanaan
Tanggal/ Tindakan
Jam
5 April 2022 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon
09.00 WIB pengantin bahwa secara umum keadaan mereka baik,
tanda- tanda vital dalam batas normal, hasil
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, kedua
catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi nya dalam
keadaan baik akan membuat psikologis pasangan
tenang dan tidak khawatir sehingga keadaannya tetap
dalam keadaan baik.
Hasil : pasangan mengetahui bahwa kondisinya
sekarang dalam keadaan baik
2. Menjelaskan dampak buruk merokok terhadap
kesehatan catin laki- laki dan catin wanita serta bahaya
dari kandungan zat adiktif dan karsinogenik dari rokok
yang dapat mengurangi kualitas sperma,
membahayakan kehamilan bila saat hamil terpapar asap
rokok. Serta menganjurkan catin laki-laki untuk mulai
mengurangi merokok, serta menyarankan merokok di
luar rumah sehingga keluarga terhindar dari paparan
asap rokok; kedua catin memahami apa yg disampaikan
bidan.
Rasionalisasi : Agar catin laki-laki termotivasi berhenti
merokok dan pasangan mengetahui informasi
mengenai bahaya merokok
Hasil : Pasangan mengetahui bahaya merokok terhadap
kualitas sperma dan bahaya pada kehamilan
3. Menjelaskan kepada kedua catin bahwa keduanya
memiliki risiko terkena DM dan catin perempuan
memiliki lebih besar risko mengalami hipertensi
dikarenakan catin perempuan memiliki keturunan
penyakit hipertensi serta kedua calon memiliki
keturunan penyakit DM dan dampak buruk dari
hipertensi dan diabetes mellitus, kedua catin mengerti
penjelasan yang diberikan
Rasionalisasi : Agar pasangan berpola hidup sehat
Hasil : Pasangan mengetahui informasi terkait penyakit
keturunan yang berpotensi pada diri pasangan, akan
menjaga pola makan dan pola sehat kehidupan
4. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan
seimbang, mengurangi makanan yang mengandung
kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi,
mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress
berlebihan, menghentikan kebiasan merokok,
melakukan olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan
secara rutin dikarenakan kedua catin berisiko
mengalami DM dan khususnya catin wanita berisiko
mengalami hipertensi, kedua catin mengerti dan
bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
Rasionalisasi : Agar pasangan berpola hidup sehat
Hasil : Pasangan mengetahui informasi terkait penyakit
keturunan yang berpotensi pada diri pasangan, akan
menjaga pola makan dan pola sehat kehidupan
5. Menganjurkan catin wanita untuk lebih banyak
mengkonsumsi makanan berserat seperti buah, sayur,
dan agar untuk membantu melancarkan BAB, catin
wanita mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : Untuk persiapan perencanaan
kehamilan dan pola hidup sehat
Hasil : Pasangan mengetahui informasi menu gizi
seimbang tinggi sehat untuk kebutuhan tubuh catin dan
perencanaan kehamilan
6. Memberikan konseling kelas catin tentang kesehatan
reproduksi pranikah, yaitu :
a. Konsep pernikahan
b. Hak reproduksi dan seksual
c. Persiapan pranikah
d. Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
e. Solusi mengatasi tindakan kekerasan
f. Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
g. Organ reproduksi perempuan dan organ reproduksi
laki-laki
h. Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi, Proses
kehamilan
i. Informasi tentang kehamilan, termasuk tanda-tanda
kehamilan, memeriksakan kehamilan, menjaga
kehamilan, menu makanan selama kehamilan,
tanda bahaya kehamilan, kondisi emosional ibu
hamil, tips relaksasi ibu hamil.
j. Masa subur seorang perempuan, yaitu dekat dengan
pertengahan siklus haid (14 hari sebelum haid
berikutnya atau antara kedua waktu dari siklus
terpanjang dikurang 11 dan siklus terpendek
dikurangi 18, jadi perkiraan masa subur Nn. T pada
siklus hari ke- 9 s.d. 22) atau terdapat tanda-tanda
kesuburan, diantaranya:
1) Peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C.
2) Pembesaran pada payudara, dapat disertai rasa
nyeri/tidak nyaman.
3) Perubahan cairan serviks menjadi lebih
banyak, bening dan teksturnya licin.
k. Tanda-tanda persalinan, persalinan di tolong tenaga
kesehatan, perawatan pasca persalinan, IMD dan
ASI eksklusif, manfaat ASI
l. IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan
HIV/AIDS, Kanker pada perempuan, kehidupan
seksual suami istri
Kedua catin mengerti penjelasan yang diberikan.
Rasionalisasi : menginformasikan kepada tentang
masalah potensial yang dapat terjadi setelah, menikah,
dan informasi serta sumber daya untuk secara efektif
mencegah atau, mengatasi masalah-masalah tersebut,
dan untuk menambah wawasan serta kesiapoan
perencanaan kehamilan
Hasil : Pasangan mengetahui informasi terkait
kehidupan pernikahan dan perencanaan kehamilan
7. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status
imunisasi TT saat ini sudah T1 ,catin wanita masih
perlu diberikan suntik imunisasi TT tiga kali lagi, catin
wanita mengerti keadaannya.
Rasionalisasi : Melakukan skrining TT untuk
menentukan status TT
Hasil : Catin wanita mengetahui status TT nya yaitu
TT4
8. Menjelaskan tujuan dan efek samping dari imunisasi
TT, catin perempuan setuju dilakuakan penyuntikkan
imunisasi TT
Rasionalisasi : Agar Catin wanita mengetahui efek dan
maanfaat dari pemberian imunisasi TT pada WUS
Hasil : Catin wanita sudah mengetahui efek samping
dan tujuan pemberian imunisasi TT
9. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada
lengan kiri catin wanita
Rasionalisasi : Memberikan kekebalan pada catin
wanita terhadap racun tetanus
Hasil : Sudah diberikan imunisasi TT pada lengan kiri
atas, sebanyak 0,5 ML disuntikan secara IM
10. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan, kedua
catin sepakat untuk merencanakan kehamilan segera
setelah menikah, berencana memiliki 2 anak dengan
jarak 3 tahun.
Rasionalisasi : Perencanaan yang di lakukan di awal
akan menghasilkan kehamilan yang optimal dan sehat
Hasil : Pasangan sepakat tidak menggunakan alat
kontrasepsi dan ingin segera memiliki keturunan
11. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak
mengkonsumsi makanan mengandung asam folat
seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum susu
yang terdapat kandungan asam folat, meminum
suplemen asam folat 0,4 mg setiap hari minimal 1 bulan
sebelum menikah untuk persiapan kehamilan.
Rasionalisasi : kebutuhan penting pada masa
kehamilan dan membantu mencegah cacat lahir pada
bagian otak dan sumsum tulang belakang pada bayi,
sehingga tercapai kehamilan yang optimal dan sehat
Hasil : Catin wanita bersedia mengikuti saran yang
dianjurkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini Nn. T dan Tn. D sedang melakukan persiapan pernikahan.
Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. T berusia 22 Tahun dan
Tn. D berusia 25 tahun. Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria. Sehingga Nn. T dan Tn. D termasuk pasangan dengan usia yang sudah
sangat matang atau terbilang sudah berumur untuk menikah. Walupun umur meraka
telah melewati umur ideal untuk menikah, namun Prawirohardjo mengatakan bahwa
usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang
memungkinkan berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin
terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik
mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai komplikasi pada kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. Begitupun pria, disarankan untuk menikah pada usia
kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume
seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013). Dalam riwayat psikososial
didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap secara mental untuk menikah
dan tidak menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak.
Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin sudah tepat, karena usia Nn. T
yang telah memasuki usia 26 tahun dimana menurut American Society for
Reproductive Medicine (2012) kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30
tahun. Sehingga sangat dianjurkan untuk segera merencakan memiliki anak jika
menikah pertama kali pada usia kurang dari 30 tahun.
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki siklus
haid 27 – 33 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 4 – 5 hari, ada nyeri haid 1 – 2 hari
tapi tidak mengganggu aktivitas, dan ada nyeri pinggang dan mood swing 1-2 hari
sebelum menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari
dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh,
2009). Sedangkan untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari (Ramaiah,
2006), sementara itu menurut Proverawati dan Misaroh (2009) lama mestruasi
berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian tidak ada
gangguan pada Nn. T terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan menstruasi, baik
siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat berakibat pada gangguan
kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Adapun fluor albus yang kadang-
kadang dialami Nn. T memiliki sifat bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak
gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal. Sebagaimana diungkapkan oleh
Saifuddin (2010) bahwa keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan
tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi
alat genital.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ayah Nn. T memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, begitupun ibu Tn. D memiliki penyakit
diabetes melitus. Beberapa penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan
diabetes mellitus. Riwayat keluarga dengan hipertensi dan diabetes mellitus akan
meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit tersebut (Cunningham, 2012).
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran
seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah
menghindarai penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin.
Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin. Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah
gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat (Varney,
2007). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko hipertensi dan diabetes mellitus
diharapkan keturunan penderita dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi
diet/gaya hidup, seperti pola makan seimbang, olahraga rutin, menghindari stress,
olahraga rutin, dan cek kesehatan secara rutin sehingga dapat terhindar dari hipertensi
dan diabetes mellitus maupun komplikasinya (Kemenkes, 2014). Oleh karena itu,
kedua catin dianjurkan untuk pola makan seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi
makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok,
melakukan olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan secara rutin
Data pola fungsional kesehatan, diketahui bahwa Nn. T jarang makan buah dan
sayur, sehingga pada pola eliminasi didapatkan kebiasaan BAB Nn. T adalah 3 – 5
hari sekali. Padahal idealnya adalah BAB 1x sehari (Prawirohardjo, 2010). Rata-rata
konsumsi serat penduduk Indonesia secara umum yaitu 10,5 g/hari (Depkes 2008).
Nilai ini hanya mencapai setengah dari kecukupan serat yang dianjurkan. Kebutuhan
serat yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi untuk orang dewasa usia
19—29 tahun adalah 38 g/hari untuk laki-laki dan 32 g/hari untuk perempuan
(WNPG, 2012). Serat makanan memiliki kemampuan mengikat air di dalam kolon
membuat volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada rektum
sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian feses lebih
mudah dieliminir. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan adalah bertambahnya
volume feses, melunakkan konsistensi feses dan memperpendek waktu transit di usus
(Kusharto 2006). Buah dan sayur merupakan sumber serat dan antioksidan bagi tubuh
Apalagi Nn. T jarang mengkonsmsi sayur dan buah sehingga bisa jadi kebutuhan
seratnya sangat kurang sehingga mengurangi kemampuan mengikat air di dalam
kolon sehingga Nn. T mengalami frekuensi BAB yang tidak lancar (3 – 5 hari sekali).
Selain serat, faktor lain yang dapat memperlancar proses defekasi adalah asupan
air. Air memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi air adalah media eliminasi sisa
metabolisme. Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan
termasuk toksin. Berbagai sisa metabolisme tersebut dikeluarkan melalui saluran
kemih, saluran nafas, kulit dan saluran cerna yang memerlukan media air (Santoso,
dkk. 2011). Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2005 merekomendasikan
cairan, terutama air minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2 liter
atau setara 8 gelas setiap hari. Hal ini disebebakan karena proses defekasi dapat
berjalan dengan lancar apabila minimal mengonsumsi air putih 2 liter per hari
(Ambarita, dkk, 2014). Pada kasus diperoleh bahwa kebiasaan minum Nn. T adalah
8-9 gelas/hari, sehingga kebutuhan cairan Nn. T telah terpenuhi dan bukan menjadi
penyebab frekuensi BAB yang tidak teratur.
Pada pola kebiasaan, Tn. D memiliki kebiasaan merokok. Padahal, asap rokok
yang dihirup seorang perokok mengandung beberapa komponen yang berpotensi
menimbulkan radikal bebas ke dalam tubuh, diantaranya karbon monoksida, karbon
dioksida, oksida dan nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Komponen partikel dalam
asap rokok diantaranya nikotin, tar dan kadmiun. Kelebihan produksi radikal bebas
atau oksigen yang reaktif (ROS, reactive oxygen species) dapat merusak sperma, dan
ROS merupakan salah satu faktor penyebab infertilitas. Pada perokok terdapat
peningkatan level 8-hydroxydeoxyguanosine, penanda biokimia dan kerusakan
oksidatif DNA sperma, yang menyebabkan terjadinya kerusakan DNA pada sperma.
Spermatozoa tersebut mengalami kelainan struktur kromatin berupa
single/doublestrand DNA breaks (Budiman, 2011). Amaruddin (2012) menyebutkan
bahwa pria yang merokok 10-20 batang per hari memiliki kecenderungan 7,2 kali
untuk mengalami kualitas sperma abnormal dibandingkan pria yang tidak merokok.
Pria yang merokok sebanyak 21–40 batang per hari memiliki kecenderungan
mengalami kualitas sperma abnormal 27,7 kali dibandingkan pria yang tidak
merokok. Pada wanita yang mengonsumsi rokok, ditemukan kadar estradiol yang
rendah dalam darah dan cairan folikular. Respons ovarium terhadap clomifen pada
wanita yang merokok juga rendah, selain menyebabkan infertilitas juga menyebabkan
aborsi dan angka keberhasilan kehamilan rendah. Hal tersebut diakibatkan efek
negatif dari asap rokok seperti nikotin dan PAH terhadap gonadotropin, pembentukan
corpus luteum, interaksi gamet, fungsi tuba, dan implantasi hasil konsepsi, sehingga
bisa terjadi disfungsi tuba, abortus, kehamilan ektopik dan infertilitas (Sa’adah, dkk,
2016). Dengan demikian Tn. D dianjurkan untuk menghentikan konsumsi rokok
secara bertahap dan jangan merokok didalam rumah jika sudah menikah dan tinggal
satu atap dengan Nn. T.
Pada data objektif, Nn. T memiliki IMT 23,88 kg/m 2 dan Lila 26 cm yang
termasuk dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m 2 (Depkes, 2011).
Sedangkan, ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5
cm. Apabila LILA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m2 , artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014). Status nutrisi pada
wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Kegagalan mengkonsumsi diet yang adekuat dalam masa remaja pranikah dapat
menyebabkan kematangan seksual terlambat yang berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi ketika wanita memasuki fase pernikahan. Mempertahankan status nutrisi
yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan
mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu
mempertahankan kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010). Jika IMT > 30
kg/m2, dapat meningkatkan komplikasi pada kehamilan seperti preeklamsi, diabetus
gestasional, kelainan kongenital,persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk, 2015).
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratoriun dan diperoleh
hasil Hb Nn. T 12,4 g/dL dan Tn. D 17, 1 g/dL. Menurut kriteria WHO anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Sementara
pada kasus ini, kadar hemoglobin kedua calon pengantin berada dalam batas normal,
sehingga tidak menunjukkan adanya tanda penyakit serius lainnya.
Selain itu, hasil laboratorium Nn. T dan Tn.D menunjukkan HIV Non Reaktif
(-),HbSAg Non Reaktif (-), dan IMS (sifilis) Non Reaktif. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk deteksi dini ada /tidaknya penyakit menular seksual yang nantinya dapat
ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk hamil. Sesuai dengan panduan dari
CDC (center for Disease Control and Prevention) US bahwa deteksi dini HIV dapat
rutin pada wanita dengan sex tidak aman, dan semua wanita yang tidak memiliki
risiko virus HIV, sedangkan untuk deteksi dini hepatitis B dilakukan pada wanita
yang memiliki risiko, dan belum pernah vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat
ditularkan saat didalam kandungan melalui aliran darah plasenta yang dapat
menyebabkan abortus spontan, IUGR, kelainan kongenital (Lisa, dkk. 2015).
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan analisis
terhadap Nn. T dan Tn. D yaitu pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan
perencanaan kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. T diantaranya
dengan pemberian konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan
reproduksi, khususnya persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan tentang
masa subur pada pasangan calon pengantin dengan perencanaan kehamilan sangatlah
penting. Karena masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di
mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut
melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan (Indriarti, dkk,
2013).
Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. T. Hal tersebut dilakukan dalam
upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan
memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5
hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status
imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan,
maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017).
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi asam folat atau suplemen asam folat 0,4 gram minimal 1 bulan
sebelum kehamilan. Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah
janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf
sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup
setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah
kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2014).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nn. T usia 22 Tahun dan Tn. D usia 25 tahun dengan dengan persiapan
pernikahan dan perencanaan kehamilan. Keputusan untuk merencanakan
kehamilan segera setelah menikah merupakan keputusan yang tepat mengingat
usia Nn. T. Menurut American Society for Reproductive Medicine (2012)
kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun. Apalagi pada usia ≥35
tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai komplikasi
pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan
objektif pada Nn. T dan Tn. D sebagai calon pasangan pengantin, yaitu pasangan
usia subur dengan persiapan pernikahan dan perencanaan kehamilan
(prakonsepsi). Sehingga, tata laksana yang diberikan, selain persiapan pernikahan
sesuai panduan calon pengantin yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga
diberikan tambahan konseling dan anjuran terkait dengan perencanaan
kehamilan, seperti KIE persiapan kehamilan, masa subur, dan anjuran konsumsi
asam folat 0,4 mg minimal satu bulan sebelum kehamilan. Sehingga, dengan tata
laksana yang sesuai diharapkan dapat membantu pasangan calon pengantin
mencapai tujuan secara optimal yakni segera memperoleh keturunan yang sehat
atau generasi platinum dalam ikatan pernikahan yang sah.

B. Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga
kesehatan agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus
ditingkatkan,dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena
melahirkan generasi yang cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan
pemberian vaksin sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B.

Anda mungkin juga menyukai