Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Selain fisik, perubahan psikis juga mempengaruhi kualitas hidup seseorang wanita dalam
menjalani masa menopause. Perubahan psikis pada masa menopause sangat tergantung
pada masing-masing individu. Pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-
masing wanita terhadap menopause.

Menopause sering menimbulkan gejal-gejala yang dirasakan tidak menyenangkan. Oleh


karena itu sangat penting bagi setiap wanita untuk benar-benar memahaminya. Sekitar
separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45 dan 50 tahun sekitar
seperempat berhenti sebelum umur 45 tahun, dan seperempat lainnya terus menstruasi
sampai melewati umur 50 Tahun.

Menjadi tua sering kali menjadi menjadi momok yang menakutkan bagi wanita.
Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak
sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Sakit atau masa mudahnya masa menopause
pada sifatnya sangat individual. Wanita menopause akan mengalami berbagai fungsi
tubuh yang menurun sehingga akan berdampak pada ketidak nyamanan dalam menjadi
kehidupan.

Gangguan kesehatan yang dirasakan kaum perempuan berkaitan erat dengan organ
kewanitaannya. Proses perkembangan seseorang perempuan membawanya pada suatu
tahapan tertentu yang mempengaruhi kondisi tubuhnya. Keadaan ini menimbulkan
berbagai masalah gangguan kesehatan yang cukup khas.

Salah satu masalah yang sering dialami oleh perempuan adalah gangguan menstruasi
yang terjadi setiap bulan. Gangguan-gangguan menstruasi yang dialami oleh perempuan
adalah Hipomenorhea, Hipermenorhea, Polimenorhea, Oligomenorhea, Kriptomenorhea,
dan Amenorhea.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. KLIMAKTERIUM

Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.
Berlangsung 6 tahun sebelum menopouse dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause Fase
klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif
ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai
akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse. Periode ini dapat
berlangsung antara 5 sebelum dan sesudah menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi
wanita menurun.

Fase Klimakterium Fase klimakterium berlangsung bertahap sebagai berikut :

1. Sebelum menopause

Masa sebelum berlangsungnya saat menopouse, yaitu fungsi reproduksinya mulai


menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.

2. Saat menopause

Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-tahun sesudah
menopouse. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama
sekali. Pada masa ini menopouse masih berlangsung.

3. Setelah menopause
Masa setelah perimenopouse sampai munculnya perubahan-perubahan patologic secara
permanen disertai dengan kondisi memburuknya kondisi badan pada usia lanjut
(Senilitas).

 Tanda Dan Gejala

Menurut Helena (1973), klimakterium ini diawali dengan satu fase pendahuluan atau fase
preliminer yang menandai satu proses “pengahiran”. Munculah tanda-tanda antara lain :

1. Menstruasi menjadi tidak lancar atau tidak teratur, datang dalam interval waktu yang
lebih lambat atau lebih awal.
2. Haid yang keluar banyak sekali, atau malah sedikit sekali.
3. Muncul gangguan vasotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah.
4. Merasa pusing-pusing, sakit kepala terus menerus.
5. Berkeringat terus-terusan.
6. Neuralgia atau nyeri syaraf terus-terusan.

Semua gejala ini adalah fenomena klimakteris, akibat perubahan fungsi kelenjar
hormonal. Terjadi pula erosi kehidupan spikis, sehingga terjadilah krisis yang terwujud
dalam gejala-gejala psikologis seperti : depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan
meledak marah, banyak kecemasan, sulit tidur, sukar tidur karena bingung dan gelisah.
Gejala-gejala ini dapat dianggap sebagai “jeritan minta tolong” agar wanita tersebut
masih diperbolehkan meneruskan aktivitasnya

 Gejala Psikologis pada  masa klimakterimum :

1. Kemurungan
2. Mudah tersinggung / mudah marah
3. Mudah curiga
4. Insomnia
5. Tertekan
6. Kesepian
7. Tidak sabar
8. Tegang dan cemas

 Syndrome Menopouse pada masa klimakterimum :

1. Berhentinya menstruasi, makin jarang dan makin sedikit


2. Mengalami atropi pada sistem reproduksi
3. Penampilan kewanitaan menurun
4. Keadaan fisik kurang nyaman
5. Kemerah-merahan pada leher, dahi, bagian atas dada, berkeringat, pusing, iritasi, frigid
6. Berat badan
7. Perubahan kepribadian

 Perubahan Kejiwaan pada masa klimakterimum

1. Merasa tua
2. Tidak menarik lagi
3. Rasa tertekan karena takut menjadi tua
4. Mudah tersinggung
5. Mudah kaget
6. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami
7. Rasa takut karena suami menyeleweng

 Gangguan psikologis pada masa klimakterium pada wanita lansia

1. Ketakutan

 Ketergantungan fisik dan ekonomi


 Sakit-sakitan yan kronis
 Kesepian
 Kebosanan karena tidak diperlukan
1. Perubahan mental

 Belajar : kurang mampu belajar yang baru


 Berfikir : terlalu berhati-hati dalam mengungkapkan alas an
 Kreatifitas berkurang
 Berkurang rasa humor
 Perbendaharaan kata semakin menurun

1. Gangguan mental

 Agresi : menyerang disertai kekuatan


 Kemarahan dan rasa tidak senang yang kuat
 Kecemasan yang tidak berobyektif
 Kacau & sering bingung
 Penolakan ; ketidakmampuan untuk mengakui secara sendiri terhadap keinginan, fikiran,
perasaan pada kejadian nyata
 Ketergantungan : meletakakkan kepercayaan terhadap orang lain
 Depresi : perasaan sedih & pesimis
 Ketakutan : reaksi emosional terhadap sumber luar
 Manipulasi : proses bertingkah laku untuk memuaskan diri sendiri / orang lain dengan
cara serdik, tidak jujur / tipu muslihat
 Rasa sakit yang tidak berpenyebab
 Beberapa Gangguan Pada Periode Klimakterium
Seperti juga pada usia pubertas, pada periode klimakterium ini sering terjadi gangguan
lambung dan alat pencernaan, kepekaan kelenjar gondok (hyperthyroidisme), gangguan
pigmentasi kulit, gangguan penyempitan/pelebaran pembuluh darah, dermatis (eksim),dll

1. MENOPAUSE

 
Masa menopause adalah waktu dimana seseorang mengalami sel telur tidak lagi di
produksi secara rutin bahkan terhenti. Pada pembahasan ini masa menopause hanya di
fokuskan pada masa menopause wanita.

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata
men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk
menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah
sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-
an (Sarwono P, 2008).

Produksi hormon estrogen menurun disebabkan oleh folikel indung telur (kantong indung telur)
akan mengalami tingkat kerusakan yang lebih cepat sehingga pasokan folikel akhirnya habis.
Percepatan kerusakan folikel ini terjadi pada usia 37 dan 38 tahun. Inhibin (suatu zat yang
dihasilkan volikel) yang berkurang sehingga meningkatkan kadar FSH (Folokel Stimulating
Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis. Kadar estrogen perempuan akan meningkat pada masa
pra menopause.

Kadar tersebut tidak berkurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi
berakhir. Estrogen utama yang dihasilkan dalam tubuh wanita adalah estradiol. Namun selama
pra menopause, estrogen yang dihasilkan lebih banyak dari jenis berbeda yaitu estrogen yang
dihasilkan didalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar progesteron mulai menurun
tajam selama pra menopause.

Meskipun tujuan reproduksi tidak lagi menjadi hal utama di usia ini, peran hormon – hormon
tersebut yang berkaitan dengan kesehatan tetap diperlukan. Estrogen dan androgen tetap penting,
misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat. Selain itu juga bermanfaat untuk
mempertahankan jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun
progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kalogen yang sehat pada kulit.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan suatu masa ketika
persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang
mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan
(Angila, 2010).

 PeriodeMenopause
Menurut Sarwono P (2003) ada tiga periode menopause, yaitu:

1. Klimaterium

 Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 40 tahun,
ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang
dan relatif banyak.

1. Menopause

 Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila sesudah
menopause disebut paska menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai
menuju ke senium umumnya terjadi pada usia 50-an tahun.

1. Senium

 Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan
kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun. Beberapa
wanita juga mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan hormon. Bagian-
bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya tetap
aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti sebelumnya.
Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang yang berbeda umur yang
umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada
umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur
50-an.
 Tahap-tahapdalamMenopause
Menurut Sarwono P (2003), menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai
berikut:

1. Pra Menopause

Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala-gejala yang timbul
pada fase pra menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang
memanjang, jumlah darah yang banyak, serta nyeri haid.

1. Peri Menopause

Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa menopause. Gejala-gejala yang
timbul pada fase peri menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, dan siklus haid
yang panjang.

2. Menopause

Haid di alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menurut Luciana
(2005), keluhan-keluhan yang timbul pada menopause antara lain keringat malam hari,
mudah marah, sulit tidur, siklus haid tidak teratur, gangguan fungsi seksual, kekeringan
vagina, perubahan pada indera perasa, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi, mudah
lupa, sering tidak dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, serta depresi.

 Perubahan pada masa menopause

Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang bersifat


drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ reproduksi,
perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada
pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah
masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini.

Menurut Lastiko (2004), perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah:

 Perubahan Organ Reproduksi

Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai reproduksi akan
mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga juga akan mempengaruhi
komposisi hormon dalam organ reproduksi.

 Perubahan Hormon

Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada
kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi
berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi
perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi,
juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini
menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, dan bahkan siklus haidnya
mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat
rendahnya hormon estrogen.

 Perubahan Fisik

Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa menopause
mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan
ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

 Perubahan Emosi

Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita
dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada masing-masing individu,
pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap
menopause, termasuk pengetahuannya tentang masa menopause.

 Tanda-tanda dan gejala menopause

Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala
menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala
menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi
ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron
dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala,
sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal
ini adalah normal.

Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan


menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan
kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal
ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium (Proverawati,
2009).

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila, 2010):

 Ketidakteraturan siklus haid

Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini
terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu
beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.

 Gejolak rasa panas (hot flash)

Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami menopause
mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami rasa
panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama
terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna
kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai
dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena hipotalamus dan terkait dengan
pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon
estrogen. Seperti diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah
menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan
mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat
thermoregulasi dan neuron pelepas LH.

Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum ada hasil riset
mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seorang
wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun.
Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab.
Selain itu, juga berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas.
Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan di tubuhnya,
juga keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman.

Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang
rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai
lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi
dalam meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus.

 Keluar keringat di malam hari

Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua wanita akan
mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak
diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara
tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh
tubuh anda. Arus ini tidak membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah
tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit.

 Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina.
Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar
estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi
adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka
wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan
menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit
sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat
kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010).

 Perubahan kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi berhenti maka kulit
akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan
(Hurlock, 2002).

 Sulit tidur

Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada
kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.

 Perubahan pada mulut

Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka,
sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.

 Kerapuhan tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang).


Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi
yang telah berumur. Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.
Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah
menopause kita kehilangan 2% setahunnya.

 Badan menjadi gemuk

Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa
menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan.

 Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang
medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya
kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di
dalam tulang (osteoporosis).

 Linu dan nyeri otot sendi

Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya
penyerapan kalsium yang telah ditemukan sebelumnya.

 Perubahan pada indra prasa

Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapnya.
Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya
akan lebih cepat tanggal ( Angila, 2010).
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila, 2010).

 Ingatan menurun

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami
menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.

 Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.

 Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu
ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat
menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.

 Stress

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia
menopause. Di tingkat psikologis, respon orang erhadap sumber stress tidak bisa di
ramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi.

 Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan
untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih
karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

1. GANGGUAN MENSTRUASI

1. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan terjadi menurut siklusnya dari rahim
yang menggambarkan rangsangan hormonal pada endometrium karena tidak terjadi
kehamilan. Menstruasi menggambarkan kedewasaan biologis seorang perempuan. Masa
menstruasi terjadi karena menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron.
Menurunnya hormon-hormon tersebut mengakibatkan kerusakan lapisan endometrium.
Akibatnya, terjadi perdarahan dan pelepasan lapisan endometrium yang disebut darah
menstruasi.
Lamanya siklus darah menstruasi yang normal dihitung dari jarak antara tanggal
mulainya menstrusai sebelumnya dengan mulainya menstruasi berikutnya, yaitu berkisar
antara 25-32 hari. Lama menstruasi antara 3 – 7 hari. Ada juga perempuan yang
mengalami menstruasi 1-2 hari, kemudian perdarahan sedikit demi sedikit mengikutinya.
Sebagian lagi mengalami menstruasi yang lebih lama, yaitu 7-10 hari. Jumlah darah yang
dikeluarkan saat menstruasi sekitar 20 – 40 ml. Oleh karena itu, wajar jika beberapa
perempuan merasa sangat lemas saat menstruasi dan membutuhkan 2 – 5 pembalut untuk
menampung darah menstruasi setiap harinya.
Sebagian perempuan mengalami nyeri saat menstruasi (dismenorhea). Hal ini
dikarenakan saluran rahim yang masih sempit sehingga bersifat normal. Namun perlu
diwaspadai kemungkinan nyeri tersebut karena endometriousis.

Akan tetapi kondisinya belum tentu sama antara wanita satu dengan yang lainnya.
Beberapa dari mereka mengalami kondisi yang normal, namun sebagian yang lain
memiliki masalah-masalah seputar darah haid yang cukup mengganggu aktivitasnya. Ada
baiknya para pembaca (khususnya wanita) mengetahui apa saja masalah-masalah dan
gangguan-gangguan seputar darah haid. Sehingga kita bisa memiiliki pengetahuan
tentangnya dan berharap bisa mencari solusinya.

 Klasifikasi

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:

 Kelainan siklus : Amenorea, Oligomenorea, Polimenorea


 Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea
 Perdarahan di luar haid : Metroragia

1. Amenorea
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal tersebut
normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah
menopause. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:

1. Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita usia 16 tahun.
2. Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus (pada kasus
oligomenorea/jumlah darah haid sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan
siklus haid biasa.

 Penyebab

Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

 Pubertas terlambat
 Kegagalan dari fungsi indung telur
 Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
 Gangguan pada susunan saraf pusat
 Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid, dapat
dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan,


menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. Jika sebab-sebab tersebut bisa
disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:

 Obat-obatan
 Stres dan depresi
 Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan,
obesitas
 Gangguan hipotalamus dan hipofisis
 Gangguan indung telur
 Penyakit kronik
 Tanda dan Gejala
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis),
atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah
pernah mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan
terjadinya amenorea.

1. Oligomenorea

Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang lebih dari 35
hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea
akan mengalami haid yang lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika berhentinya
siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai
amenorea sekunder.

 Penyebab

Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada


aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya
siklus haid normal menjadi memanjang, sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi.
Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun
beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-
masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama dan menjelang
terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh.
Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada:

 Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)


 Stres dan depresi
 Sakit kronik
 Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
 Penurunan berat badan berlebihan
 Olahraga berlebihan, misal atlit
 Adanya tumor yang melepaskan estrogen
 Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat pengeluaran
darah haid
 Penggunaan obat-obatan tertentu

Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada beberapa kasus, dapat
menyebabkan gangguan kesuburan. Pemeriksaan ke dokter kandungan harus dilakukan
ketika oligomenorea berlangsung lebih dari 3 bulan dan mulai menimbulkan gangguan
kesuburan.

1. Polimenorea

Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus haid yang lebih
singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan
polimenorea akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola
yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia merupakan suatu


perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi
dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.

 Penyebab

Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran pada
wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi
(pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
suatu siklus haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan
keseimbangan hormon dapat terjadi pada:

 3-5 tahun pertama setelah haid pertama


 Beberapa tahun menjelang menopause
 Gangguan indung telur
 Stress dan depresi
 Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
 Penurunan berat badan berlebihan
 Obesitas
 Olahraga berlebihan, misal atlit
 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID, dll

Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus
menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan
hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan
hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel
telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan
keturunan.

1. Menoragia atau Hipermenorea

Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal
(lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai
dengan bekuan darah sewaktu haid. Siklus haid yang normal berlangsung antara 21-35
hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari.

 Gejala
Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala seperti:

 Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari berturut-turut
 Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di malam hari
 haid berlangsung lebih dari 7 hari
 Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah
 Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang terlalu banyak
untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak
darah sehingga memicu terjadinya anemia. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas
lebih pendek, mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.
 Penyebab

Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid (menoragia) dapat terjadi
akibat beberapa hal, diantaranya:

 Adanya kelainan organik, seperti:


 infeksi saluran reporduksi
 kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von willebrand
disease, kekurangan protrombin, idiopatik trombositopenia purpura (ITP), dll
 Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal
hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam
menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
 Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan
kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS),
kegemukan, dll
 Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip, endometrium,
hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain sebagainya.
 Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan
kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan.

1. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari
biasa. Penyebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang
akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal

 
 

1. Metroragia

Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid.
Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang
dikeluarkan lebih sedikit. Metroragia tidak ada hubungannya dengan haid, namun
keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak

 Klasifikasi

1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus, kehamilan ektopik.


2. Metroragia diluar kehamilan

 Penyebab
 Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh,
carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis, peradangan dari haemorrhagis
(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia), hormonal.
 Perdarahan fungsional:
 Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser,
ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,
penyakit akut maupun kronis.
 Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan
endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.

Anda mungkin juga menyukai