Anda di halaman 1dari 7

Masalah Fisik dan Psikis serta Cara Penanganan

Sindrom Perimenopause dan Menopause


(Tugas Komprehensif Kespro)
Oleh : Sri Fitri
NIM : 2141A0320
Kelas : DB2
Dosen Pengampuh : Eri Puji Kumalasari, SST, Bd, M.Kes

A. Pengertian
Seiring bertambahnya usia wanita, pada usia tertentu, wanita akan
mengalami menopause. Menopause alami merupakan akhir menstruasi yang
bukan disebabkan karena terapi medis maupun kondisi kesehatan tertentu.
Terdapat 3 fase yang terjadi, yaitu:

1. Perimenopause atau transisi menopause


Perimenopause terjadi 8 hingga 10 tahun lebih awal sebelum terjadi
menopause, ketika ovarium mulai memproduksi lebih sedikit estrogen
secara gradual. Umumnya dimulai saat wanita berusia 40 tahun, namun
juga dapat terjadi lebih awal. Perimenopause akan bertahan hingga terjadi
menopause, saat dimana ovarium benar – benar berhenti melepaskan sel
telur. Pada satu hingga dua tahun terakhir masa perimenopause,
kecepatan turunnya kadar estrogen akan semakin bertambah. Pada saat
inilah, wanita umumnya mengalami gejala menopause. Pada saat ini,
wanita masih mengalami menstruasi yang artinya masih berpotensi untuk
hamil.

2. Menopause
Menopause merupakan saat dimana wanita sama sekali tidak mengalami
menstruasi. Pada fase ini, ovarium berhenti melepaskan sel telur dan
berhenti memproduksi estrogen. Menopause didiagnosis ketika seorang
wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut – turut.

3. Postmenopause
Fase ini terjadi setelah fase menopause, yaitu apabila seorang wanita sudah
melalui menopause, dimana tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan
secara berturut – turut. Pada fase ini, gejala – gejala yang dialami misalnya
sering merasa kepanasan dapat hilang. Namun pada beberapa kasus, gejala
menopause dapat bertahan lebih lama. Sebagai akibat dari menurunnya
kadar estrogen, wanita pada fase postmenopause dapat berisiko tinggi
terhadap beberapa masalah kesehatan misalnya osteoporosis dan penyakit
jantung. Pepngobatan dengan terapi hormon disertai dengan perubahan
gaya hidup dapat menurunkan risiko penyakit – penyakit tersebut.

B. Penyebab
Menopause merupakan proses alami yang terjadi saat seorang wanita
bertambah tua. Seiring bertambahnya usia, indung telur akan semakin sedikit
memproduksi hormon kewanitaan. Akibatnya, indung telur tidak lagi
melepaskan sel telur dan menstruasi akan berhenti.
Namun, menopause juga dapat terjadi lebih dini, yaitu sebelum usia 40
tahun. Menopause dini dapat terjadi akibat:

1. Primary ovarian insufficiency


Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau penyakit autoimun, yang
membuat indung telur berhenti berfungsi.

2. Operasi pengangkatan rahim (histerektomi)


Setelah histerektomi, seorang wanita memang tidak akan langsung
mengalami menopause, namun cenderung akan mengalami menopause
lebih awal. Menopause dapat langsung terjadi setelah histerektomi bila
indung telur ikut diangkat.

3. Pengobatan kanker
Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker rahim dapat
merusak indung telur, sehingga memicu menopause dini.

4. Merokok
Wanita yang memiliki kebiasaan merokok dapat mengalami menopause
1-2 tahun lebih awal daripada wanita yang tidak merokok.
5. Faktor keturunan
Wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat menopause dini
akan lebih berisiko untuk mengalami kondisi serupa.
C. Masalah Fisik dan Psikis
 Masalah Fisik
Gejala utama dari fase perimenopause adalah siklus menstruasi yang
tidak beraturan. Kondisi ini terjadi karena ovulasi (pengeluaran sel telur) tidak
dapat diprediksi. Lamanya waktu menstruasi dapat lebih lama atau lebih
pendek dan menstruasi dapat datang lebih cepat atau lebih lama dari siklus
normalnya. Saat mendekati fase menopause, siklus menstruasi makin
memanjang atau menstruasi semakin jarang. Apabila selama 12 bulan
berturut-turut tidak terjadi periode menstruasi, maka menopause telah terjadi,
dan periode perimenopause berakhir.

1. Perubahan Fisik

Seiring bertambahnya usia, semua orang memang akan mengalami


perubahan pada bentuk fisiknya. Lebih lagi pada perempuan pada masa
menopause, tandanya terlihat dari kulit yang mengering dan menjadi
kendur. Ini karena tubuh sudah tidak lagi memproduksi kolagen sehingga
kulit tidak lagi bisa sekencang di kala muda.
 
Selain itu, perubahan fisik juga terlihat dari rambut yang menipis. Tidak
hanya memutih, rambut yang menipis juga bisa menyebabkan kerontokan.
Terakhir, perubahan fisik terlihat dari berat badan yang bertambah. Lemak
akan menumpuk di sekitaran pinggang sehingga berat badan naik.
 
2. Haid Tidak Teratur Seperti Biasanya

Siklus menstruasi yang tidak teratur menjadi gejala yang paling umum
dialami perempuan yang memasuki masa perimenopause. Perubahan
hormone membuat frekuensi menstruasi yang biasanya terjadi sebulan
sekali, kini terjadi lebih jarang atau bahkan lebih sering dari biasanya.

3. Sulit Tidur
Ciri-ciri menopause pada wanita juga dapat dilihat dari sulitnya untuk
tidur atau biasa disebut insomnia. Insomnia memang bisa menjadi tanda
dari suatu penyakit atau gangguan pada tubuh. Namun dalam kasus gejala
menopause, kesulitan tidur terjadi karena kadar estrogen dan progesterone
dalam tubuh yang terus berangsur turun. Insomnia juga dipengaruhi rasa
tidak nyaman ketika tidur karena sering berkeringat di malam hari,
sehingga kesulitan untuk memejamkan mata lagi.
 
Gejala ini bisa membuat kualitas tidur jadi berkurang dan membuat
tubuh terus merasa lelah dan kurang bertenaga setelah bangun tidur. Jika
gejala ini dirasa sudah mengganggu kualitas hidup, Anda bisa mengatasinya
dengan rajin berolahraga. Hindari minuman mengandung kafein yang bisa
membuat Anda semakin sulit tidur.

4. Sering Berkeringat dan Mengalami Hot Flashes


Rasa panas dan sering berkeringat secara tiba-tiba tanpa ada alasan
yang jelas juga menjadi tanda memasuki masa menopause. Biasa
disebut hot flashes, rasa panas terjadi pada bagian atau seluruh tubuh,
wajah, leher, dada, hingga merubah warna kulit menjadi kemerahan dan
berkeringat. Pada beberapa kasus, rasa panas juga disertai dengan detak
jantung yang berdebar-debar. Ada yang merasakannya sebentar, lama,
ringan, atau bisa parah. Ada juga yang kerap mengalaminya hingga
beberapa tahun setelah menopause.
 
5. Penurunan Daya Ingat
Seiring bertambahnya usia, Anda akan semakin kesulitan untuk
mengingat sesuatu. Gejala ini biasanya terjadi setelah terlalu sering
kesulitan tidur yang membuat Anda menjadi stress hingga mempengaruhi
memori ingatan. Tidak hanya itu, kemampuan berpikir juga akan melambat.

6. Mudah Mengalami Nyeri Sendi dan Otot


Ciri-ciri menopause pada wanita yang juga biasa dialami adalah nyeri
sendi dan otot. Gejala ini dapat membuat Anda kesulitan untuk bergerak
karena persendian yang kaku dan terasa sakit. Anda yang rentan terhadap
penyakit migrain juga akan merasakan dampak yang signifikan. Tidak
jarang juga wanita yang sudah menopause merasakan nyeri pada bagian
payudaranya.

Gejala-gejala lain yang dapat terjadi pada fase perimenopause yang


disebabkan karena penurunan hormon estrogen yang mulai terjadi antara
lain:
1. Vagina menjadi lebih kering, lubrikasi dan elastisitas vagina berkurang.
Hal ini dapat membuat hubungan seksual terasa menyakitkan;
2. Infeksi saluran kemih. Kadar estrogen yang rendah juga membuat
kandung kemih lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih;
3. Menurunnya libido. Selama perimenopause, gairah dan keinginan
seksual dapat menurun. Pengeroposan tulang. Seiring dengan
menurunnya kadar estrogen, kehilangan tulang lebih cepat daripada
proses pembentukannya dan dapat meningkatkan risiko osteoporosis;
dan
4. Peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dan penurunan kadar kolesterol
baik (HDL) yang meningkatkan risiko penyakit jantung

 Masalah Psikis
Adapun, dampak psikologisnya bisa berupa gejala depresi seperti
kecemasan berlebihan, paranoia, mudah marah dan tersinggung oleh hal-hal
sepele, merasa dirinya adalah beban, sedih berlebihan, tertekan, dan selalu
berpikiran negatif hingga sulit tidur. Nah, dampak psikologis tersebut harus
benar-benar dipantau agar perempuan yang memasuki periode menopause
tidak kehilangan semangat hidupnya dan berujung pada keinginan untuk
mengakhiri hidup atau penyakit fisik seperti kanker, jantung koroner, dan
hipertensi. Psikolog RS Awal Bros Tangerang Cecilia Setiawan mengungkapkan
lebih dari 50% perempuan mengidentikkan menopause sebagai proses negatif.
Akibat perubahan hormonal, perempuan menopause cenderung mengalami
peralihan suasana hati yang drastis.
Menurut Cecilia, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gejala stres saat menopause. Salah satunya adalah melakukan
tindakan medis seperti pemberian suntik hormon estrogen untuk terapi
meredakan stres. Cara lainnya adalah memenuhi pikiran dengan bayangan-
bayangan positif. Jangan menghantui diri dengan pikiran bahwa proses
menopause adalah penghambat perempuan untuk mencapai kebahagiaan.
Anda dapat mengalihkan pikiran negatif dengan bergaul bersama sahabat-
sahabat, sharing ide dengan orang-orang terkasih, maupun melakukan
perjalanan wisata agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah memperhatikan gaya hidup
dan asupan makanan. Hal-hal kecil seperti berkebun, bertamasya, memasak
sajian favorit keluarga, yoga, mengikuti kegiatan organisasi, keagamaan, dan
bersosial akan membantu meredakan stres menopause. Sebuah penelitian
yang dihelat oleh Physical Fitness Research Institute, Meiji Yasuda Life
Foundation of Health and Welfare di Tokyo mengungkapkan bahwa melakukan
peregangan (stretching) setidaknya 10 menit/hari bisa meredakan gejala
depresi saat menopause. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 40
perempuan paruh baya usia 40—61 tahun. Dua puluh di antara perempuan
tersebut ditugaskan untuk melakukan peregangan selama 10 menit per hari
sebelum tidur selama tiga pekan. Sisanya ditugaskan untuk diam saja
sebelum tidur.
Untuk diketahui, dua pertiga dari partisipan peneiltian tersebut
mengaku mengalami gejala depresi menopause. Sebagian besar dari mereka
mengaku cenderung tidak aktif secara fisik selama hidupnya. Dari percobaan
itu didapatkan hasil bahwa para perempuan yang melakukan peregangan
selama 10 menit setiap sebelum tidur membuahkan kemajuan dalam
mengatasi gejala depresi dibandingkan mereka yang tidak. “Perempuan yang
kurang gerak cenderung bermasalah dengan kesehatan fisik dan mental, serta
mengalami hot flashes. Sebaliknya, gaya hidup aktif terbukti bisa mengurangi
dampak hot flashes, meningkatkan mood, dan mencegah risiko penurunan
kemampuan kognitif,” jelas Direktur Eksekutif North American Menopause
Society JoAnn Pinkerton, dikutip dari Reuters.

=_=_=_=_=_=_=_=_=_=_=_=_=_ S F _=_=_=_=_=_=_=_=_

Anda mungkin juga menyukai