Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1

Konsep Menopouse

2.1.1

Definisi Menopouse
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap

sebagai suatu bagian dari perubahan yang berkaitan dengan umur. Pada saat
terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak merespon terhadap hormon
gonadotropin sehingga siklus haid menjadi hilang atau merupakan suatu proses
dimana ovulasi (pelepasan sel telur) di ovarium berhenti atau mengalami burning
out (Guyton, 2007:150).
2.1.2

Klasifikasi Menopouse
Karena menopause merupakan salah satu dari tahap kehidupan reproduksi

wanita, maka masa peralihan menopause dapat dibagi menjadi beberapa tahap
menurut Baziad (2003:2-3) yaitu :
1. Premature menopause
Atau menopause dini Menopause yang terjadi sebelum
usia 40 tahun, baik secara alamiah ataupun induksi oleh
karena tindakan medis. Wanita dengan premature
menopause mempunyai gejala yang mirip dengan
menopause alami, seperti hot flashes, gangguan emosi,
kekeringan pada vagina serta penurunan gairah seksual.
Untuk beberapa wanita dengan premature menopause,
keluhan ini dialami sangat berat. Disamping itu, wanita
juga cenderung mengalami kejadian keropos tulang lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang mengalami
menopause lebih lambat. Hal inilah yang meningkatkan
terjadinya osteoporosis, yang merupakan faktor resiko
patah tulang.
2. Perimenopause
Perimenopause ditandai dengan terjadinya perubahan
kearah menopause, yang berkisar antara 2-8 tahun,
ditambah dengan 1 tahun setelah menstruasi terakhir.
Tidak diketahui secara pasti untuk mengukur berapa lama
fase perimenopause berlangsung. Hal ini merupakan
keadaan alamiah yang dialami seorang wanita dalam
kehidupannya yang menandai akhir dari masa reproduksi.
Penurunan fungsi indung telur selama masa

perimenopause berkaitan dengan penurunan estrogen dan


progesteron serta hormon androgen.
3. Menopause
Menopause adalah perubahan alami yang dialami
seorang wanita saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini
sering disebut change of life. Selama menopause, biasa
terjadi antara usia 45-55 tahun, tubuh wanita secara
perlahan berkurang menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Dikatakan menopause, jika dalam 12 bulan
terakhir tidak mengalami menstruasi dan tidak disebabkan
oleh hal patologis. Kadar estradiol 10-20 pg/ml yang
berasal dari konversi androstenedion.
4. Postmenopause
Masa setelah mencapai menopause sampai senium
yang dimulai setelah 12 bulan amenore serta rentan
terhadap osteoporosis dan penyakit jantung.
Menurut Bambang (2003:2) fase menopause melewati tiga tahapan.
Adapun tahapan menopause adalah sebagai berikut :
1. Fase Pra-Menopause (Klimakterium), yaitu fase dimana seorang wanita
akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis
atau kejiwaan dan perubahan fisik. Berlangsung selama antara 4-5 tahun.
Terjadi pada usia 30 - 55 tahun.
2. Fase Menopause, yaitu fase dimana wanita akan mengalami terhentinya
menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik makin menonjol.
Berlangsungnya sekitar 3-4 tahun. Pada usia antara 56-60 tahun.
3. Fase Pasca-Menopause (Senium), yaitu fase yang terjadi pada usia diatas
60 tahun keatas. Wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan
fisik. Keluhan makin berkurang.
2.1.3

Faktor yang Mempengaruhi Menopause


Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambat memasuki masa

menopause menurut Corwin (2009:487-488) yaitu :


1. Faktor keturunan
Sering dikatakan bahwa wanita yang ibu atau kakak
perempuannya lebih dini mengalami menopause, maka
cenderung mengalami hal yang sama, begitu pula
sebaliknya (belum didukung suatu riset).
2. Nutrisi
Wanita dengan asupan cukup dan kesehatan baik,
cenderung mendapat
menstruasi lebih dini dan
memasuki masa menopause lebih lambat.
4

3. Cepat lambatnya awal menstruasi


Wanita yang terlambat menstruasi, misal pada usia 16
atau 17 maka akan mengalami menopause lebih awal,
sedangkan jika menstruasi pada usia 10 atau 13 tahun
maka cenderung lebih lambat memasuki menopause
kira-kira usia 50 tahun.
4. Bobot tubuh
Wanita dengan bobot tubuh lebih tinggi, biasanya
memasuki masa menopause lebih lambat daripada wanita
dengan bobot lebih rendah. Karena memiliki sel-sel
lemak yang memproduksi estrogen, semakin banyak sel
yang dimiliki maka semalin lambat memasukki
menopause.
2.1. 4 Kondisi Umum Menopause
Kondisi umum yang terjadi pada menopause antara lain (Benson,
2009:656) :
1) Semburan panas (hot flashes), yang umum terjadi. Rasa panas yang
datang mendadak dimulai dari dada terus ke leher, lalu ke wajah. Pada
malam hari, semburan panas disertai keringat yang mengucur deras.
2) Sakit kepala
3) Ukuran dan kelenturan payudara mulai mengendur
4) Tonus otot perut berkurang
5) Sendi dan otot sering ngilu
6) Vagina kering, mengakibatkan rasa pedih saat berhubungan seksual
7) Hilangnya libido
8) Haid tidak teratur
9) Jantung berdetak lebih cepat, beresiko penyakit jantung.
10) Perasaan tidak berdaya sehingga menimbulkan depresi.
2.1.5

Etiologi Menopouse
Menurut Guyton (2007:106) penyebab menopause adalah matinya

(burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400
folikel primodial tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara
beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya
tinggal beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh FSH dan
LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah folikel
primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat kritis,
estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang cukup
5

untuk menyebabkan siklus ovulasi. Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH)


setelah itu dihasilkan dulu jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam
jumlah subkritis 10 dalam waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah
beberapa tahun, waktu sisa terakhir. Folikel primodial menjadi atretis,
pembentukan estrogen oleh ovarium turun sampai nol (Guyton, 2007:107).
Dari pertimbangan pediatrik, estrogen bekerja selama pubertas untuk
menimbulkan perkembangan karakteristik seks sekunder pada wanita, termasuk
perkembangan payudara serta pertumbuhan rambut ketiak dan pubis. Estrogen
juga bekerja bersama hormon androgen untuk membuat pertumbuhan skelet
selama pubertas,

dan menimbulkan penutupan lempeng tulang epifis untuk

menghentikan pertumbuhan pada organ pria dan wanita pada akhir masa pubertas
(Corwin, 2009:483).
Menurut Guyton (2007:108) sebelum haid
berhenti, pada seorang wanita telah terjadi perubahan pada
ovarium seperti sklerois pembuluh darah, berkurangnya
jumlah folikel, dan menurunnya sintesis steroid seks.
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya
kemampuan
ovarium
menjawab
rangsangan
gonadotropin. Keadaan ini mengakibatkan terganggunya
interaksi antara hipotolamus-hipofisis. Pertama-tama
terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian,
turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap
hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH
dan LH. Dari kedua gonadotropin tersebut, FSH yang
mencolok peningkatannya. Indikator ini dapat dijadikan
diagnosis adanya sindrom k limakterik.
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari
defisiensi estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis,
gangguan somatik, dan gangguan siklus haid (Baziad, 2003:8).

Gambar 2.2 Hubungan usia dengan klimakterik


6

Menopause

dianggap terjadi ketika wanita tidak mengalami periode

menstruasi selama satu tahun, menopause terjadi saat ovarium yang menua tidak
lagi berespon terhadaps inyal gonadotropin untuk mensintesis dan mengsekresi
estrogen. Ketika kadar estrogen menurun, kadar LH, FSH dan GnRH meningkat
karena semua umpanbalik negatif oleh estrogen hilang (tidak ada), meskipun
menopause merupakan tahap perkembangan normal, berkurangnya estrogen pada
wanita pascamenopause menyebabkan penurunan densitas tulang, peningkatan
resiko penyakt kardiovaskular, kulit dan membran vagina menjadi kering dan hot
flash atau kemerahan pada kulit. Menopause sebagian besar terjadi di negara
berkembang dengan usia akhir 40-an atauawal 50-an (Corwin, 2009:484).
2.1.6

Fisiologi Menopause
Fisiologi menopause menuurut Heffner (2008:56-57) :
Saat wanita memasuki usia 35 tahun terjadi penurunan
fertilitas secara drastic dan lebih cepat lagi saat usia 40
tahun. Meskipun masih terlihat folikel pada pemeriksaan
USG,
namun induksi ovulasi buatan dengan
menyuntikkan gonadotropin kemungkinan besar tidak
berhasil setelah usia lebih dari 45 tahun. Hal ini
menunjukkan adanya gangguan pada oosit atau folikel
sebelum mereka menghilang. Sekitar 3-4 tahun sebelum
menopause, kadar FSH mulai meningkat sedikit dan
produksi estrogen, inhibin, dan progesterone ovarium
menurun. Lamanya siklus ovulasi memendek seiring
dengan fase folikuler yang secara progresif memendek
hingga akhirnya ovulasi dan menstruasi benar-benar
berhenti. Selama menopause, penurunan produksi
estrogen dan inhibin ovarium mengurangi sinyal umpan
balik negative terhadap hipofisis dan hipotalamus dan
menyebabkan peningkatan progresif pada gonadotropin.
Karena inhibin bekerja secara khusus meregulasi FSH,
maka kadar FSH meningkat secara tidak proporsional
terhadap kadar LH.

2.2 Perubahan Endokrin


Kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan yang bersifat age-related
cell loss, fibrosis, infiltrasi limfosit, dan sebagainya. Perubahan karena usia pada
reseptor hormon, kerusakan permeabilitas sel dan sebagainya, dapat menyebabkan
perubahan respon inti sel terhadap kompleks hormon-reseptor (Darmojo &
Martono, 2006:33). Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan antara lain
7

produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, terjadinya pituitari yaitu pertumbuhan hormon ada tetapi lebih
rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurang produksi ACTH, TSH,
FSH, dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. Menurunnya produksi aldosteron dan
menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron (Nugroho, 2008:20).
Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia antara lain:
1. Produksi hampir semua hormon menurun
2. Penurunan kemampuan mendeteksi stres
3. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama
dibandingkan dengan orang yang lebih muda
4. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
5. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan
6. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) selama menopause, yang
menyebabkan thrombosis dan osteoporosis
7. Penurunan kadar progesterone
8. Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%
9. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin lainnya, yaitu :

Kadar glukosa darah meningkat, glukosa darah puasa 140mg/dL, dianggap

normal.
Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat, kadar glukosa darah 2 jam

PP 140-200 mg/dL dianggap normal.


Residu urin dalam kandung kemih meningkat, pemantauan glukosa urin

dalam hal ini tidak dapat diandalkan.


Kelenjar tiroid menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum
T3 dan T4 tetap stabil.
Perubahan fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu :

Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar FSH selama

menopouse, yang menyebabkan trombosis dan osteoporosis.


Penurunan produksi progesteron.
Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.
Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.
Perubahan pada struktur, fungsi dan kelenjar endokrin yaitu :
8

Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan

nodularity.
Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme

biasanya sering pada orang dewasa.


Kelenjar adrenal, kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin

buruk, fibrotik.
Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan
menjadi mati/fibrotik.

2.3

Perubahan Estrogen

2.3.1

Definisi Hormon Estrogen


Estradiol, estron dan estriol merupakan estrogen alamiah, yang adakalanya

disingkat sebagai masing-masing E2, El dan E3 sesuai jumlah gugusan-oh dalam


molekulnya. Estradiol memiliki daya estrogen terkuat dan lebih aktif daripada
kedua hormon lainnya (Tjay & Rahardja, 2007:700)..
Estrogen terutama dihasilkan oleh ovaria sebanyak 2-25 mcg sehari
pada minggu pertama sampai 25-100 mcg di pertengahan siklus haid. Dalam
jumlah lebih sedikit juga dibentuk oleh folikel dan corpus luteum, tes-tes dan
anak ginjal (pria dan wanita).Sesudah menopause produksi menurun sampai 5-10
mcg sehari. Secara oral dan dermal estrogen diabsorpsi dengan baik dan cepat,
juga secara vaginal. Seperti hormon kelamin lainnya hormon ini terikat pada
protein-transpor SHBG (sex hormone binding globulins). Dalam hati hormon ini
dirombak dengan pesat menjadi metabolic yang kurang aktif, antara lain estron,
estriol dan glukuronidanya (Tjay & Rahardja, 2007).
2.3.2 Efek fisiologi dan farmakologi
Nama

estrogen

berasal

dari

daya

kerja

hormon

ini

yang

menimbulkan oestrus pada binatang, yakni hasrat bersenggama. Pada


manusia efek-efek estrogen terpenting menurut Tjay & Rahardja (2007:701)
adalah sebagai berikut:
a. Efek feminisasi, yakni menimbulkan ciri-ciri
kelamin wanita primer dan sekunder. Terutama vagina
sangat peka bagi estrogen, yang antara lain menyebabkan
pertandukan epitelnya. Kekurangan yang sama seperti sesudah menopause dapat mengakibatkan atrofia dan
radang mukosanya (vaginitis).
9

b. Proliferasi rahim dan endometrium. Estrogen menstimulir


pertumbuhan rahim hingga dapat tumbuh besar
(hyperplasia), di samping itu juga menimbulkan fase
proliferasi dari endometrium. Sekitar pertengahan siklus
(masa fertil wanita) leher rahim dirangsang untuk
mensekresi lendir berlebihan yang cair sekali guna
mempermudah penetrasi sel-sel mani. Lagi pula
menstimulir kelenjar di dinding saluran telur untuk
mensekresi lendimya guna memperlancar transpor telur
ke rahim.
c. Menstruasi. Kadar estrogen darah harus melebihi nilai
ambang tertentu guna memelihara fase proliferasi
dan fase sekresi dari endometrium. Bila menurun di
bawah nilai itu endometrium dilepaskan dan terjadilah
perdarahan.
d. Terhadap laktasi. Estrogen membantu progesteron
memelihara kehamilan normal dan pertumbuhan buah
dada. Sesudah persalinan estrogen membantu prolaktin,
yang menstimulir keluarnya air susu dengan jalan
menghambat produksi dopamin, hingga sekresi prolaktin
meningkat. Pada dosis tinggi estrogen justru menekan
laktasi, mungkin karena menghambat efek prolaktin
terhadap mammae.
e. Efek anti-ovulasi, yang berdasarkan daya anti
gonadotropnya. Estrogen dan juga progestagen di atas
kadar tertentu menghambat GnRH di hipotalamus dan
FSH/LH di hipofisis dengan jalan feed back negatif.
Salah satu akibatnya adalah tercegahnya ovulasi.
f. Efek anabol, yang lebih lemah daripada androgen. Efek
penutupan epifisis tulang sama efektifnya dengan
androgen.
g. Efek anti androgen. Melalui hipofisis pula hormonhormon
w anita
di
atas
kadar
tertentu
menurunkan sekresi androgen, hingga efeknya
diperlemah.
h. K o l e s t e r o l . E s t r o g e n me n i n g k a t kan kadar HDL
kolesterol dan sedikit menurunkan kadar LD L, yai tu
j us tru kebalikan efek androgen. Sifat ini adalah
penyebab mengapa wanita sebelum me nopause
lebih jarang menderita penyakit ka rd io va s k ul er
d ib an di ng ka n de ng an pria. Lagi pula estrogen
memperlebar arteri jantung hingga aliran darah
lebih
deras dan risiko penciutan serta infark
menjadi lebih kecil.
i. Menghambat osteophorosis pada 5 tahun pertama
dari menopause.
2.3.3 Penggunaan
10

E s t r o g e n d i g u n a k a n p a d a b e r b a g a i g a n g guan dan
ya n g t e r p e n t i n g me n u r u t (Tjay & Rahardja, 2007:701) a d a l a h
s e b a g a i berikut:
a.
Terapi substitusi untuk mensuplesi hormon bila
produksi
alamiah
tidak
mencukupi
kebutuhan.
Umpamanya pada hipogonadisme dan sesudah
pengangkatan ovarium (ovarectomi). Begitu pula pada
keluhan serius selama klimakterium yang ti dak
dapat diatasi dengan obat-obat biasa. Suatu dosis kecil
estrogen ternyata efektif, misalnya 10-15 mcg
etinilestrailiol
sehari,
dengan
t a mb a h a n
p rog e s t a g e n p a d a h a r i ke-8 s/d hari ke-20 guna
mencegah hiperplasia endometrium dan risiko kanker.
K o m b i n a s i s e b a i k n y a d i g u n a k a n s e c a r a siklis,
artinya setiap tiga minggu diselingi istirahat 1 minggu
untuk meniru keadaan alamiah. Tetapi dapat pula
digunakan secara kontinu dengan "keuntungan" tidak
timbulnya perdarahan penarikan.
Mengenai penggunaan postmenopausal dari
terapi substitusi ini, khusus menge nai indikasi dan
jangka waktunya, hingga kini belum terdapat
kesepakatan di antara para ahli.
b.
Anti-ovulasi (pil antihamil), bersama suatu
progestagen, juga sebagai morning after-pill,
antikonseptiva oral.
c.
Menekan
laktasi.
Estrogen
seperti
p r o g e s t a g e n d a n a n d r o g e n b e r d a ya langsung
menghambat sekresi air susu secara primer, artinya
bila laktasi belum berlangs ung.
d.
Menghambat
pertumbuhan
anak-anak
perempuan sekitar usia 12 tahun yang tumbuh terlalu
pesat dan dikhawatirkan menjadi terlampau tinggi.
Estrogen menstimulasi penutupan epifisis tulang
pipa yang mengakibatkan penghentian per tumbuhan.
e.
Pada osteoporosis postmenopausal.
E s t r o g e n b e r d a ya m e m u l i h k a n k e s e imbangan
antara pembentukan dan pe rombakan sel-sel
tulang yang terganggu pada osteoporosis. Efeknya
tampak relatif cepat, sesudah 6 bulan ternyata massa
tulang naik sedikit dan kehilangan tu lang
dihentikan.
f.
Kanker prostat (tersebar) dapat diusaha kan pengobatann ya dengan es trogen atau
progestagen.
g.
A tr of ia da n c ol pi ti s (r ad an g muk os a
vagina) yang dapat terjadi sesudah menopause, dapat
11

2.3.4

efektif diobati dengan penggunaan lokal krem vaginal


dengan misalnya dienestrol atau estriol.
Penggolongan
Estrogen yang digunakan dalam terapi da pat dibagi dalam

dua kelompok berdasarkan struktur kimiawinya menurut (Tjay &


Rahardja (2007:702) :
a. Zat steroida: estradiol, estron, estriol, etinilestradiol,
mestranol dan epimestrol (sti- movid).
b. Zat non-steroida: diet ilst ilbestrol, dienestrol dan
fosfestrol (honvan). Fyto-estrogen adalah zat-zat
polifenol,
flavor
dan
flavonoida
dalam
tumbuhan. Dalam saluran cerna dikonversi
oleh flora us us menjadi zat-zat yang
menyerupai estrogen. Senyawa ini da pat
menempati reseptor estrogen dan berkhasiat
estrogen lemah. Terkandung dala m kedele,
kacang- kacangan, gan dum , buah-buahan dan
sayur-mayur. Di negara-negara di mana diet
sehari-hari dari populasinya mengandung banyak
fyto-estrogen, insidensi kanker payudara dan
prostat rendah sekali. Sebaliknya insidensi
kanker usus besar meningkat. Hal ini belum dimengerti
dengan jelas.
2.3.5 Efek samping
Es trogen dapat meni mbu lkan gangguan lambung-usus
(mual, anoreksia, diare), nyeri kepala dan pusing-pusing, serta pada
dosis tinggi mual dan muntah. Selain itu juga se jumlah efek
samping yang lebih berat, menurut (Tjay & Rahardja (2007:702) yaitu:

efek
feminis as i
pada
pria
dengan
gyne - comastia, libido berkurang, impotensi
dan hambatan spermatogenesis.
trombo-emboli, yakni penyumbatan ar teri kecil
oleh darah beku, yang terutama dapat terjadi pada
penggunaan lama dengan dosis tinggi (di atas 50
mcg schari).
Kanker endometrium. Dosis tinggi yang
diminum
untuk
jangka
waktu
lama
mengakibatkan hiperplasia endorrietrium, yang
meningkatkan
risiko
akan
berkem bangnya
menjadi kanker.
Perdarahan tak teratur terjadi bila kadar estrogen
faal menurun (breakthrough bleeding), bila
perdarahan hanya ringan disebut "spotting".
Bila terapi dengan estrogen dihentikan, timbullah
12

withdrawal bleeding.
e d e ma d a n n a i k n ya b e r a t b a d a n , j u g a nyeri
buah dada akibat retensi garam dan air,
khususnya pada dosis tinggi. Pada pasien jantung
dan manula, edema memperbesar risiko gagal
jantung (dekompensasi).
2.3.6 Kontraindikasi
Estrogen tidak boleh di berikan pada wanita hamil, pasien myoma atau
kanker serta pasien jantung dan pembuluh. Penggunaannya hendaknya berhati-hati
pada pasien diabetes, migrain dan hipertirosis. Anak perempuan di bawah usia 16
tahun sebaiknya jangan diberikan estrogen (pil antihamil) berhubung stimulasi
penutupan epifisis dan penghentian pertumbuhan memanjang (Tjay & Rahardja,
2007:703).
Perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya. Kanker
endometrium merupakan kontraindikasi absolut untuk estrogen. Estrogen
memiliki efek proliferatif yang sangat kuat sekali terhadap endometrium.
Kerusakan hati berat

tidak dibenarkan diberi steroid yang mengganggu

metabolisme hati. Porfiria merupakan gangguan salah satu enzim yang diperlukan
untuk sintesis hem pada oembentukan hemoglobin, estrogen memiliki efek negatif
terhadap

enzim

tersebut.

Kontraindikasi

pula

pada

penderita

penyakit

tromboemboli (Baziad, 2003:140)


2.3.7

Z a t An t i e s t r o g e n
Zat-zat ini dapat melawan atau mengurangi efek estrogen. Dalam arti

luas androgen dan progestagen dapat dianggap sebagai zat antiestrogen.


Dikenal dua kelompok zat dengan khasiat antiestrogen menurut Tjay & Rahardja
(2007:703), yakni estrogen lemah dan penghambat-enzim aromatase.
a. Estrogen lemah: klomifen, epimestrol, tamoksifen dan
raloksifen.
Mekanisme kerja zat-zat ini diperkirakan berdasarkan
penggeseran hormon alamiah dari reseptornya di
hipotalamus, hingga aktivitas dan kadar estradiol
darah menurun. Akibatnya ialah terhambatnya
mekanisme feedback yang mengatur produksi estrogen.
Ovaria dan folikel distimulasi dan sekresi FSH/LH
ditingkatkan, yang berefek ovulasi. Atas dasar
khasiat mendorong ovulasi ini klomifen dan
epimestrol digunakan pada infertilitas wanita akibat
hipofungsi hipofisis dan anovulasi. Tamoksifen dan
raloksifen khusus digunakan pada terapi paliatif dari
13

2.3.8

kanker mamma, raloksifen untuk mengobati


osteoporosis pada wanita pasca-menopause.
b. Penghambat-aromatase: aminoglutetimida, anastrozol
(arimidex) dan letrozol (femara).
Sebelum menopause produksi utama dari
estrogen
berlangsung
di
ovaria.
Setelah
menopaus e es tr adiol dan es tron ter utama
dibentuk oleh enzim aromatase dari masing-masing
testosteron dan androstendion di jaringan perifer
(lemak, otot, hati, tumor mammae). Penghambataromatase merintangi sintesa ini yang berakibat
menurunnya kadar estrogen dalam darah dan
jaringan tumor. Obat terbaru, yaitu anastrozol dan
letrozol menghambat aromatase secara selektif,
aminoglutetimida juga turut menghambat sintesa
glukokortikoida dan steroida lain. Pada dosis tinggi zatzat ini memperlihatkan efek estrogennya yang lemah
dan justru bekerja antigonadotrop dengan menghambat
sekresi gonadotropin.
Pengaruh Penurunan Hormon Esterogen
Estrogen merupakan salah satu hormon pada wanita yang mengatur siklus

menstruasi, kesuburan dan menopause, serta hormon yang punya andil besar
dalam tubuh manusia. Sekitar 300 jaringan dan organ dalam tubuh berhubungan
dengan estrogen, hal ini berarti jumlah estrogen dalam tubuh dapat memberikan
efek sangat luas pada organ dan jaringan lainnya. Begitu pula jika terjadi
penurunan pada estrogen (Baziad, 2003:140). Penurunan ini menimbulkan
berbagai tanda dan keluhan, yang muncul dengan bertambahnya usia. Hal ini
diperburuk dengan gaya hidup yang tidak sehat, diantaranya, kurang berolahraga,
nutrisi tidak cukup, kurang tidur, efek samping obat tertentu serta keracunan
karena lingkungan yang tidak sehat (Pangkahila, 2007:97). Salah satu dampak
yang ditimbulkan, khususnya pada wanita akibat kekurangan estrogen adalah
menopause, ditandai dengan gejala seperti munculnya gejolak panas (hot flushes),
keringat pada malam hari, berdebar-debar, cemas, gelisah, kulit menjadi lebih tipis
serta timbul banyak kerutan, payudara mengecil, fungsi seksual menurun,
perlendiran vagina menurun, osteoporosis, daya memori menurun serta kadar
kolesterol meningkat (Baziad, 2003:145).
Dampak akibat berkurangnya hormon estrogen adalah:
1. Meningkatnya risiko Osteoporosis ( patah tulang )

14

Dalam jurnal Utomo et.al (2010) dijelaskan bahwa :


osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik
yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang
disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena
tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah.
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada
pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang
mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun
sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia 65
tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan
terkena penyakit osteoporosis.
Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan
meningkatnya populasi usia lanjut. Pada tahun 2005
terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan
bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia
harapan hidup mencapai 70 tahun. Menurut data statistik
Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika
mengalami osteopenia dan osteoporosis. Di Indonesia
19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang
diantaranya menderita osteoporosis. Lima provinsi dengan
risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan
(27,75%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%),
Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%),
Kalimantan Timur (10,5%). Prevalensi wanita yang
menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur
50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun
sebesar 62%. Osteoporosis tidak hanya berhubungan
dengan menopause tetapi juga berhubungan dengan
faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil,
kurang aktifitas tubuh, kurangnya paparan sinar matahari,
obat-obatan yang menurunkan massa tulang, asupan
kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit
diabetes mellitus tipe I dan II.
2. Meningkatnya risiko penyakit jantung koroner
Dalam jurnal Tracey et al. (2012), dijelaskan bahwa penyakit jantung
koroner (PJK) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri atau arteriarteri yang memasok aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi
kekurangan suplai darah oksigen ke otot jantung. Pada saat ini penyakit
jantung koroner telah menempati angka prevalensi 7,2 % pada tahun 2007
di Indonesia (data Rikesdas 2007). Walaupun angka prevalensi PJK tidak
setinggi penyakit lain seperti penyakit infeksi, PJK masih dianggap
sebagai penyumbang angka kematian di Indonesia
15

3. Meningkatnya risiko demensia ( linglung )


Muharyani (2010) menjelaskan dalam jurnalnya bahwa
penuaan atau menjadi tua adalah suatu proses yang natural
dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Proses ini
terjadi secara alami dan disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang akan saling
berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi
pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui
tigatahap yaitu, kelemahan (impairment),keterbatasan
fungsional
(functionallimitations),
ketidakmampuan
(disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran.3 Salah
satu sistem tubuh yang mengalami kemunduran adalah
sistem kognitif atau intelektual yang sering disebut
Demensia. Demensia adalah suatu sindroma penurunan
kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan
kemunduran kognitif dan fungsional. Seorang penderita
demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan
menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari
maupun hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita
demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan
masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami
perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti
mudah marah dan berhalusinasi. Pada usia lanjut,
demensia merupakan penyebab kematian ke-4 setelah
penyakit jantung, kanker dan stroke .
4. Meningkatnya risiko katarak
Katarak merupakan suatu kelainan berupa kekeruhan lensa mata
yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dari ringan sampai berat
(kebutaan). Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (0,78%) di
antara penyebab kebutaan lainnya. Prevalensi katarak di Indonesia yang
dilaporkan oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga Survei Kesehatan
Nasional (SKRT-SURKESNAS) 2001 sebesar 4,99%. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan prevalensi katarak pada umur 30
tahun ke atas sebesar 17,4%. Banyak faktor dikaitkan dengan katarak yaitu
umur sebagai faktor utama dan faktor lainnya antara lain penyakit diabetes
mellitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultra violet (sinar matahari),
konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, asupan multivitamin, dan pekerjaan. Katarak merupakan
gangguan penglihatan yang dapat dicegah di dunia. Operasi katarak

16

merupakan pilihan yang aman dan efektif untuk memperbaiki penglihatan


(Tana et al., 2009).
7. Fungsi kognitif dan sensorik
Kemampuan kognitif, ataupun kemmapuan mengingat akan bertambah
buruk akibat penurunan hormon esterogen. Akibat kekurangan esterogen
terjadi gangguan fungsi sel-sel saraf serta terjadi pengurangan aliran darah
ke otak (Prawirohardjo, 2010: 16)
8. Seks dan libido
Akibat kekurangan hormon esterogen, aliran darah ke vagina menjadi
berkurang, cairan vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis
dan mudah cedera (Prawirohardjo, 2010: 17)
9. Gangguan Psikiatrik dan Neurologik
Dalam klimakterium, terjadi penurunan estradiol dan progesteron, maka
pada wanita tertentu terlihat peningkatan terjadinya afektif misalnya
depresi. Kejadian pobia dan skizofrenia juga meningkat pada masa
klimakterium (Prawirohardjo, 2010: 19).
10. Saluran Kemih
Kekurangan esterogen menyebbakan keluhan seperti inkonensia urin,
atrofi epitel uretra yang menyebbakan timbulnya sindrom uretra berupa
sistitis atau kolpitis (Prawirohardjo, 2010: 20).
11. Kulit
Esterogen yang kurang dapat menyebbakan menurunnya mitosis kulit
samapi atrofi, menyebabkan berkuranganya sintesis kolagen dan
meningkatkan penghancuran kolagen (Prawirohardjo, 2010: 39).
12. Mulut, hidung, telinga
Kekurangan esterogen menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput
lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah terjadi
gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan. Selain itu
kekurangan esterogen juga dapat menyebabkan gigi mudah rontok
(Prawirohardjo, 2010: 44).
13. Suara

17

Suara bereaksi sangat sensitif terhadap perubahan hormon seks. Perubahan


suara yang terjadi pada menopause merupakan masalah tersendiri bagi
penyanyi sehingga tidak jarang meraka harus mengakhiri karirnya.
Pemberian TSH sedini mungkin dapat mencegah gangguan lebih lanjut
(Prawirohardjo, 2010: 46)
2.4

Perubahan Hormon Paratiroid


Irianto (2014:135) menjelaskan bahwa proses resorpsi
tulang berada dibawah pengendalian hormon paratiroid.
Hormon ini memicu osteoklas, juga memicu aktivitas
osteoblas. Pemicuan paratiroid hormon ini menyebabkan
tingginya proses resorpsi tulang dan terjadi peningkatan
proses pembentukan tulang yang baru. Namun, proses
mineralisasi tulang tidak ikut terpengaruh oleh paratiroid
hormon. Apabila kadar hormon paratiroid tinggi, maka
terjadi penghambatan sintesis kolagen sehingga hormon
ini memobilisasi kalsium dari tulang, meningkatkan
absorbsi kalsium di usus, serta meningkatkan resorpsi
kalsium kembali di tubulus ginjal dan menghambat
resorpsi fosfat, natrium, dan kalium.
Kadar kalsium yang tinggi menekan sekresi hormon
paratiroid melalui sistem umpan balik negatif terhadap
kelenjar suprarenal. Hormon pertumbuhan dan kortisol
meningkat
sekresi
hormon
paratiroid.
Kortisol
menghambat absorbsi kalsium di usus dan ginjal, sehingga
terjadi penurunan kalsium. Penurunan ini akan memicu
sekresi hormon paratiroid. Penggunaan hormon paratiroid
sebagai obat masih dalam tahap penelitian.

2.5

Kelenjar Suprarenalis (Adrenal)


Pada manusia terletak pada ujung atas setiap ginjal, sehingga dinamkaan

kelenjar suprarenal. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks
dan bagian medula. Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan
kesejahteraan, namun hanya korteks yang essensial yang digunakan untuk
bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan kematian.
Korteks adrenal mensitesis tiga kelas hormon steroid yaitu mineralolokortikoid,
glukokortiroid dan androgen (Irianto, 2014:137).
1. Mineralokortikoid
Pada manusia terutama pada aldosteron dibentuk pada zona glomerelusa
korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan
18

meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Aktivitas fisiologik ini


selanjutnya membantu dalam mempertahankan tekadanan darah normal
dan curah jantung. Defisiensi ini dapat menyebabkan penyakit addisons
yang mengarah pada hi
potensi, hiperkalemia, penurunan curah jantung (Irianto, 2014:137).
2. Glukokortiroid
Di bentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortiroid
utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain
dalam metabolisme glukosa yang menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan cairan dan elektrolit,
inflamasi dan imunitas, dan terhadap stressor (Irianto, 2014:137).
3. Hormon seks
Korteks adrenal mensintesis sejumlah kecil steroid seks dari zona
retikularis. Umumnya adrenal menseksresi sedikit androgen dan esterogen
dibandingkan dengan sejumlah hormon seks yang disekresi oleh gonad
(Irianto, 2014:137).
2.6

Perubahan Kelanjar Timus (Kacangan)


Timus mempunyai peran sentral dalam imunitas seseorang. Dalam

kelenjar itulah limfosit yang belum dewasa dari sumsung tulang berkembang lebih
dewasa menjadi limfosit yang disebut dengan limfosit T (Irianto, 2014:139).
2.7

Perubahan Hormon DHEA dan DHEA-S

Menurut Baziad (2003:212-213), perubahan hormone DHEA


dan DHEA-S dijelaskan seperti dibawah ini:
Seiring peningkatan usia, terjadi pengurangan
hormon DHEA dan DHEA-S. Kadar DHEA-S pada
orang dewasa 500 kali lebih tinggi dibandingkan kadar
testoteron dan 10.000 kali lebih tinggi dari kadar
estrogen. DHEA dan DHEA-S merupakan androgen
lemah yang utamanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Pada laki-laki, DHEA dimetabolisasi menjadi estrogen,
sedangkan pada wanita dimetabolisasi menjadi
androgen. DHEA merupakan prekursor untuk
membentuk hormon lain yang terjadi di susunan saraf
pusat (SSP) dan perifer. Androgen dan estrogen di
ovarium berasal dari DHEA. Enzim yang merubah
DHEA menjadi estrogen dan androgen adalah 319

hidroksisteroid dehidrogenase. Inaktivasi DHEA akibat


adanya enzimsulfotransferase. Androgen menghambat
enzim ini, sedangkan kortisol dan ACTH memicu
pembentukan enzim tersebut. Kadar DHEAS yang
paling tinggi ialah di otak. Pada sore hari kadar hormon
DHEAS meningkat dan jumlahnya mencapai puncak
pada tengah malam. Efek DHEA pada otak adalah
memicu pembentukan reseptor N-metil-d-aspartat.
Reseptor ini membuka neuron agar kalsium dapat
masuk sehingga meningkatkan daya ingat. Telah
terbukti bahwa pemberian DHEA dapat meningkatkan
ingatan seseorang.
Pemberian DHEA juga dapat menurunkan
komplikasi akibat penyakit jantung. Peningkatan kadar
DHEA sebanyak 1 ng/ml dapat menurunkan
komplikasi pasca infark sebanyak 48%. Bersamaan
dengan kortison DHEA mempengaruhi konversi sel-T.
Bila rasio DHEA lebih besar daripada kortison, maka
akan lebih banyak terbentuk subpopulasi limfosit T-H
1. Pembentukan limfosit T-H 1 juga dipicu oleh
interleukin 12 (IL-12) yang dikeluarkan oleh makrofag.
Limfosit T-H 1 subpopulasi memproduksi interferon
dan IL-2 sering menimbulkan reaksi yang berlebihan.
Bila rasio kortison lebih besar dari DHEA maka akan
lebih banyak terbentuk subpopulasi limfosit T-H2.
DHEA mengubah populasi T-H1 dan T-H2 menjadi
populasi TH-1.
2.8

Penatalaksanaan Menopause
Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan untuk mengatasi Sindrom

Menopause (Wirakusumah, 2004:41 dan Manuaba, 2009:163):


1. Menyiasati arus panas (Hot flushes)
Arus panas diduga terjadinya dikarenakan fluktuasi kadar hormon estrogen.
Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan untuk menyiasati hot flushes:
-

Jangan panik, kendalikan diri, tarik napas dalam dan hembuskan secara

perlahan, buka pakaian yang menyesakkan


Meningkatkan asupan vit.B kompleks untuk menekan stres
Meningkatkan asupan konsumsi tinggi fitoestrogen seperti kacangkacangan terutama kacang kedelai dan olahannya (tahu, tempe, susu

kedelai), dan pepaya.


Menghindari alkohol, dan makanan berbumbu tajam
Menurunkan suhu ruangan

20

Meningkatkan asupan yang kaya vitamin E. Hal ini dapat memperlancar


oksigen dan mencegah pengendapan kolesterol di arteri sehingga peredaran
darah lancar

2. Kenaikan berat badan


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kegemukan:
-

Memperhatikan jumlah kalori yang masuk. Bagi yang beraktifitas rendah

diet yang dianjurkan adalah diet 1200-1500 kalori per hari


Melatih rasa ambang kenyang
Mengurangi atau menghentikan makanan olahan pabrik yang tinggi gula

seperti biskuit dan makan kecil lainnya


Menanamkan kesadaran untk melawan kegemukan demi kesehatan

3. Kulit kering dan keriput


Hal yang dapat dilakukan untuk memperlambat penuaan kulit:
-

Kesehatan kulit berkaitan dengan asupan tubuh. Dianjurkan untuk


membiasakan diri mengkonsumsi makanan yang membangun dan tidak

merusak terutama buah-buahan dan sayur-sayuran.


Melakukan perawatan kulit yang tepat. Menggunakan kosmetik yang sesuai
dengan jenis kulit ataupun melakukan perawatan kulit dengan cara

tradisional
Meningkatkan asupan vitamin E yang banyak terkandung dalam biji-bijian
terutama yang sudah berkecambah. Vitamin E berfungsi untuk menyerap

dan menghancurkan pigmen tanda-tanda ketuaan yang timbul pada kulit


Memperbanyak minum air putih dan menghindari merokok
Mengindari sinar matahari, karena ultraviolet dapat merusak kulit dan
menimbulkan kanker kulit.

4. Osteoporosis dan nyeri punggung


Osteoporosis pada menopouse terjadi akibat penurunan sejumlah estrogen
dan progesteron, yang mempengaruhi aktivitas osteoblast sebagai pembentuk
tulang. Para ahli menyarankan untuk mengkonsumsi beberapa jenis susu dan
melakukan gaya hidup yang kaya akan gerak tubuh. Hal ini telah terbukti dapat
memperlambat proses osteoporosis.
5. Insomnia
Mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat yang banyak mengandung
protein, terutama asam triptofan yang berfungsi meningkatkan serotonin otak
dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi insomnia. Mengkonsumi
21

makanan tinggi karbohidrat juga dapat menimbulkan panas, dimana panas


tersebut dapat membuat orang mengantuk.
6. Mengatasi gangguan psikis dan emosi
Hal yang dapat dilakukan diantaranya yaitu:
-

Memperbaiki pola makan. Memperbanyak makan sumber fitoestrogen dan


vitamin B6. Vitamin B6 penting untuk melanlancarkan kerja sistem saraf
dan menurunkan tingkat stres. Meningkatkan zat gizi seperti kalium dan
kalsium. Menurut Gay Geer Luce Meningkatkan asupan kalium dapat

mengurangi kesedihan dan mempengaruhi fungsi sistem saraf


Menghilangkan perasaan yang dapat merusak diri seperti underestimate

terhadap penampilan fisik


Mengatur perilaku dengan menumbuhkan rasa santai, atau melakukan

meditasi
Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari

dan masa menopause adalah sesuatu hal yang alamiah dialami wanita
Melakukan olahraga untuk mempertahankan kebugaran. Olahraga yang
teratur akan menyehatkan jantung dan tulang, mengontrol berat badan,

menyegarkan tubuh dan memperbaiki suasana hati


Menulis buku diary untuk diri sendiri untuk mengeluarkan semua perasaan
mengenai situasi perubahan fisik dan psikologis yang menimbulkan

kekhawatiran sehingga perasaan menjadi lebih tenang.


Menggunakan waktu luang untuk melakukan hal yang positif dan kreatif

7. Mempertahankan aktivitas seksual


Masa klimakterium, menopause, dan senium bukan halangan untuk
melakukan hubungan seksual. Yang menjadi perhatian dalam hubungan seksual
pada masa ini adalah kualitasnya. Oleh karena kegairahan seks sudah menurun,
kemampuan untuk memberikan rangsangan juga berkurang. Sehingga
diperlukan pengertian dari masin-masing pasangan terkait perubahan yang
tejadi. Untuk mencapai gairah seks yang baik maka bisa diatasi dengan melihat
film yang beradegan erotik.

22

Anda mungkin juga menyukai