TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Menopouse
2.1.1
Definisi Menopouse
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap
sebagai suatu bagian dari perubahan yang berkaitan dengan umur. Pada saat
terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak merespon terhadap hormon
gonadotropin sehingga siklus haid menjadi hilang atau merupakan suatu proses
dimana ovulasi (pelepasan sel telur) di ovarium berhenti atau mengalami burning
out (Guyton, 2007:150).
2.1.2
Klasifikasi Menopouse
Karena menopause merupakan salah satu dari tahap kehidupan reproduksi
wanita, maka masa peralihan menopause dapat dibagi menjadi beberapa tahap
menurut Baziad (2003:2-3) yaitu :
1. Premature menopause
Atau menopause dini Menopause yang terjadi sebelum
usia 40 tahun, baik secara alamiah ataupun induksi oleh
karena tindakan medis. Wanita dengan premature
menopause mempunyai gejala yang mirip dengan
menopause alami, seperti hot flashes, gangguan emosi,
kekeringan pada vagina serta penurunan gairah seksual.
Untuk beberapa wanita dengan premature menopause,
keluhan ini dialami sangat berat. Disamping itu, wanita
juga cenderung mengalami kejadian keropos tulang lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang mengalami
menopause lebih lambat. Hal inilah yang meningkatkan
terjadinya osteoporosis, yang merupakan faktor resiko
patah tulang.
2. Perimenopause
Perimenopause ditandai dengan terjadinya perubahan
kearah menopause, yang berkisar antara 2-8 tahun,
ditambah dengan 1 tahun setelah menstruasi terakhir.
Tidak diketahui secara pasti untuk mengukur berapa lama
fase perimenopause berlangsung. Hal ini merupakan
keadaan alamiah yang dialami seorang wanita dalam
kehidupannya yang menandai akhir dari masa reproduksi.
Penurunan fungsi indung telur selama masa
Etiologi Menopouse
Menurut Guyton (2007:106) penyebab menopause adalah matinya
(burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400
folikel primodial tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara
beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya
tinggal beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh FSH dan
LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah folikel
primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat kritis,
estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang cukup
5
menghentikan pertumbuhan pada organ pria dan wanita pada akhir masa pubertas
(Corwin, 2009:483).
Menurut Guyton (2007:108) sebelum haid
berhenti, pada seorang wanita telah terjadi perubahan pada
ovarium seperti sklerois pembuluh darah, berkurangnya
jumlah folikel, dan menurunnya sintesis steroid seks.
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya
kemampuan
ovarium
menjawab
rangsangan
gonadotropin. Keadaan ini mengakibatkan terganggunya
interaksi antara hipotolamus-hipofisis. Pertama-tama
terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian,
turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap
hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH
dan LH. Dari kedua gonadotropin tersebut, FSH yang
mencolok peningkatannya. Indikator ini dapat dijadikan
diagnosis adanya sindrom k limakterik.
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari
defisiensi estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis,
gangguan somatik, dan gangguan siklus haid (Baziad, 2003:8).
Menopause
menstruasi selama satu tahun, menopause terjadi saat ovarium yang menua tidak
lagi berespon terhadaps inyal gonadotropin untuk mensintesis dan mengsekresi
estrogen. Ketika kadar estrogen menurun, kadar LH, FSH dan GnRH meningkat
karena semua umpanbalik negatif oleh estrogen hilang (tidak ada), meskipun
menopause merupakan tahap perkembangan normal, berkurangnya estrogen pada
wanita pascamenopause menyebabkan penurunan densitas tulang, peningkatan
resiko penyakt kardiovaskular, kulit dan membran vagina menjadi kering dan hot
flash atau kemerahan pada kulit. Menopause sebagian besar terjadi di negara
berkembang dengan usia akhir 40-an atauawal 50-an (Corwin, 2009:484).
2.1.6
Fisiologi Menopause
Fisiologi menopause menuurut Heffner (2008:56-57) :
Saat wanita memasuki usia 35 tahun terjadi penurunan
fertilitas secara drastic dan lebih cepat lagi saat usia 40
tahun. Meskipun masih terlihat folikel pada pemeriksaan
USG,
namun induksi ovulasi buatan dengan
menyuntikkan gonadotropin kemungkinan besar tidak
berhasil setelah usia lebih dari 45 tahun. Hal ini
menunjukkan adanya gangguan pada oosit atau folikel
sebelum mereka menghilang. Sekitar 3-4 tahun sebelum
menopause, kadar FSH mulai meningkat sedikit dan
produksi estrogen, inhibin, dan progesterone ovarium
menurun. Lamanya siklus ovulasi memendek seiring
dengan fase folikuler yang secara progresif memendek
hingga akhirnya ovulasi dan menstruasi benar-benar
berhenti. Selama menopause, penurunan produksi
estrogen dan inhibin ovarium mengurangi sinyal umpan
balik negative terhadap hipofisis dan hipotalamus dan
menyebabkan peningkatan progresif pada gonadotropin.
Karena inhibin bekerja secara khusus meregulasi FSH,
maka kadar FSH meningkat secara tidak proporsional
terhadap kadar LH.
produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, terjadinya pituitari yaitu pertumbuhan hormon ada tetapi lebih
rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurang produksi ACTH, TSH,
FSH, dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. Menurunnya produksi aldosteron dan
menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron (Nugroho, 2008:20).
Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia antara lain:
1. Produksi hampir semua hormon menurun
2. Penurunan kemampuan mendeteksi stres
3. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama
dibandingkan dengan orang yang lebih muda
4. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
5. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan
6. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) selama menopause, yang
menyebabkan thrombosis dan osteoporosis
7. Penurunan kadar progesterone
8. Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%
9. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin lainnya, yaitu :
normal.
Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat, kadar glukosa darah 2 jam
Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan
nodularity.
Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme
buruk, fibrotik.
Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan
menjadi mati/fibrotik.
2.3
Perubahan Estrogen
2.3.1
estrogen
berasal
dari
daya
kerja
hormon
ini
yang
E s t r o g e n d i g u n a k a n p a d a b e r b a g a i g a n g guan dan
ya n g t e r p e n t i n g me n u r u t (Tjay & Rahardja, 2007:701) a d a l a h
s e b a g a i berikut:
a.
Terapi substitusi untuk mensuplesi hormon bila
produksi
alamiah
tidak
mencukupi
kebutuhan.
Umpamanya pada hipogonadisme dan sesudah
pengangkatan ovarium (ovarectomi). Begitu pula pada
keluhan serius selama klimakterium yang ti dak
dapat diatasi dengan obat-obat biasa. Suatu dosis kecil
estrogen ternyata efektif, misalnya 10-15 mcg
etinilestrailiol
sehari,
dengan
t a mb a h a n
p rog e s t a g e n p a d a h a r i ke-8 s/d hari ke-20 guna
mencegah hiperplasia endometrium dan risiko kanker.
K o m b i n a s i s e b a i k n y a d i g u n a k a n s e c a r a siklis,
artinya setiap tiga minggu diselingi istirahat 1 minggu
untuk meniru keadaan alamiah. Tetapi dapat pula
digunakan secara kontinu dengan "keuntungan" tidak
timbulnya perdarahan penarikan.
Mengenai penggunaan postmenopausal dari
terapi substitusi ini, khusus menge nai indikasi dan
jangka waktunya, hingga kini belum terdapat
kesepakatan di antara para ahli.
b.
Anti-ovulasi (pil antihamil), bersama suatu
progestagen, juga sebagai morning after-pill,
antikonseptiva oral.
c.
Menekan
laktasi.
Estrogen
seperti
p r o g e s t a g e n d a n a n d r o g e n b e r d a ya langsung
menghambat sekresi air susu secara primer, artinya
bila laktasi belum berlangs ung.
d.
Menghambat
pertumbuhan
anak-anak
perempuan sekitar usia 12 tahun yang tumbuh terlalu
pesat dan dikhawatirkan menjadi terlampau tinggi.
Estrogen menstimulasi penutupan epifisis tulang
pipa yang mengakibatkan penghentian per tumbuhan.
e.
Pada osteoporosis postmenopausal.
E s t r o g e n b e r d a ya m e m u l i h k a n k e s e imbangan
antara pembentukan dan pe rombakan sel-sel
tulang yang terganggu pada osteoporosis. Efeknya
tampak relatif cepat, sesudah 6 bulan ternyata massa
tulang naik sedikit dan kehilangan tu lang
dihentikan.
f.
Kanker prostat (tersebar) dapat diusaha kan pengobatann ya dengan es trogen atau
progestagen.
g.
A tr of ia da n c ol pi ti s (r ad an g muk os a
vagina) yang dapat terjadi sesudah menopause, dapat
11
2.3.4
efek
feminis as i
pada
pria
dengan
gyne - comastia, libido berkurang, impotensi
dan hambatan spermatogenesis.
trombo-emboli, yakni penyumbatan ar teri kecil
oleh darah beku, yang terutama dapat terjadi pada
penggunaan lama dengan dosis tinggi (di atas 50
mcg schari).
Kanker endometrium. Dosis tinggi yang
diminum
untuk
jangka
waktu
lama
mengakibatkan hiperplasia endorrietrium, yang
meningkatkan
risiko
akan
berkem bangnya
menjadi kanker.
Perdarahan tak teratur terjadi bila kadar estrogen
faal menurun (breakthrough bleeding), bila
perdarahan hanya ringan disebut "spotting".
Bila terapi dengan estrogen dihentikan, timbullah
12
withdrawal bleeding.
e d e ma d a n n a i k n ya b e r a t b a d a n , j u g a nyeri
buah dada akibat retensi garam dan air,
khususnya pada dosis tinggi. Pada pasien jantung
dan manula, edema memperbesar risiko gagal
jantung (dekompensasi).
2.3.6 Kontraindikasi
Estrogen tidak boleh di berikan pada wanita hamil, pasien myoma atau
kanker serta pasien jantung dan pembuluh. Penggunaannya hendaknya berhati-hati
pada pasien diabetes, migrain dan hipertirosis. Anak perempuan di bawah usia 16
tahun sebaiknya jangan diberikan estrogen (pil antihamil) berhubung stimulasi
penutupan epifisis dan penghentian pertumbuhan memanjang (Tjay & Rahardja,
2007:703).
Perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya. Kanker
endometrium merupakan kontraindikasi absolut untuk estrogen. Estrogen
memiliki efek proliferatif yang sangat kuat sekali terhadap endometrium.
Kerusakan hati berat
metabolisme hati. Porfiria merupakan gangguan salah satu enzim yang diperlukan
untuk sintesis hem pada oembentukan hemoglobin, estrogen memiliki efek negatif
terhadap
enzim
tersebut.
Kontraindikasi
pula
pada
penderita
penyakit
Z a t An t i e s t r o g e n
Zat-zat ini dapat melawan atau mengurangi efek estrogen. Dalam arti
2.3.8
menstruasi, kesuburan dan menopause, serta hormon yang punya andil besar
dalam tubuh manusia. Sekitar 300 jaringan dan organ dalam tubuh berhubungan
dengan estrogen, hal ini berarti jumlah estrogen dalam tubuh dapat memberikan
efek sangat luas pada organ dan jaringan lainnya. Begitu pula jika terjadi
penurunan pada estrogen (Baziad, 2003:140). Penurunan ini menimbulkan
berbagai tanda dan keluhan, yang muncul dengan bertambahnya usia. Hal ini
diperburuk dengan gaya hidup yang tidak sehat, diantaranya, kurang berolahraga,
nutrisi tidak cukup, kurang tidur, efek samping obat tertentu serta keracunan
karena lingkungan yang tidak sehat (Pangkahila, 2007:97). Salah satu dampak
yang ditimbulkan, khususnya pada wanita akibat kekurangan estrogen adalah
menopause, ditandai dengan gejala seperti munculnya gejolak panas (hot flushes),
keringat pada malam hari, berdebar-debar, cemas, gelisah, kulit menjadi lebih tipis
serta timbul banyak kerutan, payudara mengecil, fungsi seksual menurun,
perlendiran vagina menurun, osteoporosis, daya memori menurun serta kadar
kolesterol meningkat (Baziad, 2003:145).
Dampak akibat berkurangnya hormon estrogen adalah:
1. Meningkatnya risiko Osteoporosis ( patah tulang )
14
16
17
2.5
kelenjar suprarenal. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks
dan bagian medula. Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan
kesejahteraan, namun hanya korteks yang essensial yang digunakan untuk
bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan kematian.
Korteks adrenal mensitesis tiga kelas hormon steroid yaitu mineralolokortikoid,
glukokortiroid dan androgen (Irianto, 2014:137).
1. Mineralokortikoid
Pada manusia terutama pada aldosteron dibentuk pada zona glomerelusa
korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan
18
kelenjar itulah limfosit yang belum dewasa dari sumsung tulang berkembang lebih
dewasa menjadi limfosit yang disebut dengan limfosit T (Irianto, 2014:139).
2.7
Penatalaksanaan Menopause
Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan untuk mengatasi Sindrom
Jangan panik, kendalikan diri, tarik napas dalam dan hembuskan secara
20
tradisional
Meningkatkan asupan vitamin E yang banyak terkandung dalam biji-bijian
terutama yang sudah berkecambah. Vitamin E berfungsi untuk menyerap
meditasi
Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari
dan masa menopause adalah sesuatu hal yang alamiah dialami wanita
Melakukan olahraga untuk mempertahankan kebugaran. Olahraga yang
teratur akan menyehatkan jantung dan tulang, mengontrol berat badan,
22