Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause
2.1.1. Definisi
Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam seumur
hidup wanita, yang menunjukkan berakhirnya kemampuan bereproduksi dan
berhenti haid atau menstruasi. Wanita dapat dikatakan sudah mencapai
menopause jika sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12 bulan secara
berurutan atau tidak dan disertai dengan tanda gejala.34
Menopause diartikan sebagai suatu keadaan ketika wanita berhenti
mendapatkan menstruasi karena mencapai akhir kehidupan reproduktif alami. Hal
ini tidak terjadi langsung, namun melalui proses bertahap dimana wanita akan
mengalami peri-menopause sebelum sampai pada post-menopause.34
Fase transisi dikenal dengan sebutan peri-menopause yang merupakan
waktu ketika wanita mencapai menstruasi terakhir, dan secara endokrionologikal,
biologikal dan klinis mendekati menopause. Durasi panjangnya fase transisi ini
biasanya 4 tahun, namun akan lebih pendek pada perokok dibanding non
perokok.35 Rerata usia untuk menopause adalah 51 tahun, dengan rentang usia
antara 39 – 59 tahun.35

Gambar 2.1. Fase Klimakterium35


2.1.2. Patogenesis
Ketika seorang wanita mencapai usia pertengahan, akan terjadi penurunan
oocyte yang disimpan yang mengakibatkan penurunan produksi hormone
esterogen. Berbalik dengan hal tersebut, akan terjadi peningkatan produksi
gonadotrophin; hormon yang diproduksi kelenjar pituitari untuk menstimulasi
ovarium menghasilkan estrogen.35
Beberapa tahun sebelum periode menstruasi terhenti, ovarium wanita
menjadi kurang respon dengan gonodotropin. Hal ini menyebabkan penurunan
hormon estrogen yang berkelanjutan, namun secara bertahap terjadi peningkatan
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dalam darah,
kedua hormone tersebut dihasilkan kelenjar pituitari untuk menstimulasi ovarium.
Ketidakresponan ovarium menyebabkan anovulatory cycles, keadaan dimana
tidak ada oocyte yang diproduksi ovarium. Selama terjadi transisi menstruasi ini,
kadar hormon data berubah sewaktu-waktu terutama dari pre menopause hingga
post menopause.35
Ketika folikel (kantung tempat berkembangnya oocyte dan estrogen),
produksi estrogen yang tidak sesuai kebutuhan gagal menstimulasi endometrium
(womb lining), periode menstruasi terhenti dan kadar FSH & LH persisten
tinggi.35

2.1.3. Manifestasi Klinis


Penurunan kadar estrogen yang terjadi saat menopause dapat
menyebabkan berbagai gejala. Walaupun tampaknya banyak gejala, namun hanya
beberapa wanita yang mengalami hal ini dan beberapa wanita sangat beruntung
tidak mengalami gejala tersebut. Secara klinis, gejala awal tidak membahayakan
tapi konsekuensi jangka panjang dari defisiensi estrogen menyebabkan
kegelisahan. Penelitian baru-baru ini, menyimpulkan bahwa wanita muda yang
mengalami hal tersebut lebih beresiko mengalami penyakit kardiovaskular.35
2.1.3.1.Perubahan Pola Menstruasi
Siklus anovulasi mengawali dominasi, durasi siklus menstruasi
mulai bervariasi dan dapat terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa
bulan diantara periode menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami
menstruasi yang lebih ringan pada peri-menopause, tetapi ada beberapa
yang mengalami peningkatan frekuensi dan pendarahan hebat. Karena
kemungkinan pembaruan aktivitas folikular, wanita dapat hamil walaupun
pada kondisi seperti ini dan mereka dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi.35
2.1.3.2.Pengaruh Defisiensi Estrogen
a. Pengaruh Langsung
Diperkirakan 75% wanita mengalami gejala vasomotor. Gejala
tersebut berupa hot flushes, keringat malam, palpitasi, dan sakit kepala.
Gejala vasomotor biasanya lebih parah pada 2-3 tahun sebelum periode
berhenti, namun gejalanya akan berlanjut untuk beberapa tahun.35
Perubahan psikologi seperti stress kehidupan pada usia tersebut
diiringi dengan masalah lalu adalah penyebab terjadinya masalah ini.
Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa gejala psikologi ini normal
terjadi pada usia tersebut dan merasa ada di ambang masalah kejiwaan :
kehilangan percaya diri, depresi, iritabilitas, gangguan ingatan,kesulitan
berkonsentrasi, serangan panik.35
b. Pengaruh Jangka Menengah
Gejala urogenital : Vagina dan uretra distal adalah jaringan yang
bergantung pada hormon estrogen. Penurunan kadar estrogen pada wanita
post-menopause menyebabkan penurunan suplai darah kapiler vagina dan
vulva; kulit tampak kemerahan dan kering (vaginitis atrofi). Selain itu,
terjadi kehilangan kolagen pada jaringan terkait. Kedua faktor tersebut
menyebabkan epitel vagina menipis dan kurang elastis serta vagina
menjadi sempit dan pendek. Karena penurunan sekresi, perubahan kadar
pH, vagina lebih rentan mengalami infeksi (vaginitis atrofi). Kebanyakan
wanita akan mengalami hal sebagai berikut:
 Vaginal dryness –dyspareunia –vaginitis
 Masalah berkemih – frekuensi,urgensi, dan disuria
Estrogen membantu memelihara kesehatan epidermis, sehingga
perubahan kulit, kuku, dan rambut biasanya terjadi ketika kadar estrogen
turun. Wanita akan menemukan kulitnya kering, kurang elastis, mudah
terluka atau memar. Kehilangan ketebalan dan elastisitas dikarenakan
penurunan kadar kolagen. Gejala lainnya berupa atrofi jaringan ikat, kuku
rapuh, rambut rontok, nyeri otot & tulang, serta nyeri sendi.35
c. Jangka Panjang
Penyakit kardiovaskular sangat bergantung pada usia. Jarang
terjadi pada wanita premenopause, prevalensinya meningkat setelah
menopause. Dilaporkan bahwa wanita dengan prematur menopause,
terutama yang menjalani ooferektomi, memiliki resiko yang lebih tinggi
mengidap penyakit jantung koroner. Saat seorang wanita mencapai usia 60
tahun, penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian.Ketika
ovarium berhenti membentuk estrogen, tulang akan menjadi lebih tipis dan
memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteoporosis dan tulang lebih
mudah patah.34
Penurunan konsentrasi estrogen pada usia menopause
menyebabkan penurunan penyerapan kalsium pada usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium pada serum dan
meningkatkan resorpsi osteoklastik pada tulang. Baik peningkatan
perombakan tulang maupun faktor resiko yang terlibat, keduanya
menyebabkan penyakit osteoporosis.36

2.1.4.Faktor- faktor yang mempengaruhi usia menopause36,37


1) Usia saat haid pertama kali (menarche)
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama
kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause.
Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua
atau lama ia memasuki masa menopause.
2) Faktor psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja dapat
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.Wanita akan
mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang
menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak
bekerja.
3) Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin sering seorang wanita
melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa
menopause. Pengaruh jumlah paritas dengan nusia menopause
disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron pada saat akhir
kehamilan dan sesudah melahirkan sehingga akan memperlambat usia
menopause.
4) Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai
memasuki usia menopause. Wanita yang masih melahirkan di atas usia
40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi
karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja
organ reproduksi, bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh.
5) Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi jenis hormonal memiliki pengaruh dalam usia
menopause. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua
memasuki usia menopause.
6) Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.
Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa merokok
mempengaruhi usia wanita menopause. Wanita yang mengkonsumsi
rokok lebih banyak (16 batang perhari) akan mempercepat usia
menopause. Hal ini disebabkan merokok mempengaruhi cara tubuh
memproduksi dan membuang hormone esterogen. Banyaknya rokok
yang dihisap tiap harinya berpengaruh terhadap ovarium yang
disebabkan efek toksik asap rokok. Efek nikotin terhadap regulasi dan
metabolism hormone seks menimbulkan menopause 2 tahun lebih awal.
7) Sosial ekonomi
Usia menopause seorang wanita juga dipengaruhi faktor social
ekonomi. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa hal yang
mempengaruhi persepsi seorang perempuan antara lain faktor sosial
ekonomi. Tingkat ekonomi akan berhubungan dengan pengetahuan,
apabila tingkat ekonomi rendah akibatnya pengetahuan yang didapat
juga rendah atau tidak tahu sama sekali mengenai premenopause yang
sedang dialami. Berdasarkan ketidaktahuan ini banyak wanita banyak
mengamai keluhan yang dirasakan sebagai tanda gejala menopause.
8) Beban Kerja
Berdasarkan penelitian Sintania tahun 2014 tentang faktor faktor yang
berhubungan dengan kejadian menopause dinibeban kerja dengan usia
menopause didapatkan bahwa semakin berat beban kerja seorang
wanita maka akan lebih cepat mengalami menopause, karena
berpengaruh ke perkembangan psikis seorang wanita.

2.2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah gangguan skeletal yang paling sering terjadi,
ditandai oleh massa tulang yang rendah, perubahan struktur tulang
mikroskopis, dan peningkatan fraktur tulang. Fraktur osteoporosis paling
sering terjadi di pergelangan tangan, panggul, panggul, dan tulang
belakang. Osteoporosis adalah masalah perawatan kesehatan paling umum
kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskular. Osteoporosis terutama
mempengaruhi wanita setelah menopause.37
Osteoporosis ditandai dengan berkurangnya massa tulang tanpa
perubahan rasio mineralisasi menjadi tulang non-mineral. Penurunan
massa tulang dan kepadatan tulang dikaitkan dengan peningkatan
kerapuhan tulang dan risiko patah tulang. Osteoporosis adalah proses
umum yang mempengaruhi seluruh kerangka tetapi beberapa tulang lebih
terpengaruh dan lebih mungkin patah daripada yang lain. Tulang
trabekular memiliki persentasi mengalami pengeroposan yang lebih tinggi
daripada tulang kortikal dan karena itu lebih beresiko osteoporosis dan
fraktur kerapuhan.37
Kekuatan tulang bergantung pada kepadatan mineral tulang
(BMD), arsitektur tulang dan total massa tulang. BMD menyumbang 70 -
80% dari kekuatan dan kompresi tulang. Oleh karena itu, BMD adalah
faktor penentu utama kekuatan tulang dan ini dapat diukur secara akurat
dan dapat diandalkan, diagnosis osteoporosis dilakukan dengan
pengukuran BMD bersama dengan fitur klinis. Risiko patah tulang pada
orang tua tidak hanya tergantung pada kepadatan tulang tetapi juga faktor-
faktor lain, seperti ketidakstabilan postural, kecenderungan jatuh,
gangguan kekuatan otot dan koordinasi neuromuskular. Sebagian besar
dari faktor-faktor ini meningkat seiring bertambahnya usia dan patah
tulang dapat terjadi karena salah satu dari faktor-faktor ini yang mungkin
juga disebabkan oleh penurunan kekuatan tulang dan geometri pinggul.
Oleh karena itu, meskipun scan DEXA adalah penyelidikan paling penting
untuk menilai BMD dan untuk menggambarkan osteoporosis tetapi
perannya terbatas hanya untuk memprediksi diagnosis individu dan
pemantauan respon pengobatan. 38
Osteoporosis terbagi menjadi dua kategori yaitu osteoporosis
primer dan sekunder. Osteoporosis primer terjadi karena faktor penuaan
yang menyebabkan penurunan kepadatan tulang, sedangkan osteoporosis
sekunder terjadi karena penggunaan obat – obatan jangka panjang seperti
glukokortikoid dan penyakit tertentu seperti malabsorpsi.40 Osteoporosis
primer paling umum terjadi dan sering disebut juga “age-related
Osteoporosis” atau osteoporosis pascamenopause karena biasanya
osteoporosis ini terdiagnosa pada usia lanjut dan wanita
pascamenopause.41 Menopause dikaitkan dengan pembentukan tulang,
ketidakseimbangan resorpsi, dan akhirnya tulang keropos. Prevalensi
osteoporosis dan komplikasi yang terkait meningkat dengan harapan hidup
dan dapat menjadi perhatian kesehatan yang penting.39
Gambar 2.8. Tulang Trabekular Terkena Osteoporosis (Kanan) 37

2.2.1. Patogenesis
Pada kondisi normal, pada tulang kerangka akan terjadi suatu
proses yang berlangsung secara terus menerus dan terjadi secara
seimbang, yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang
(remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya
apabila proses resorbsi lebih besar daripada proses pembentukan tulang,
maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang
kita jumpai pada osteoporosis.37

2.2.2. Klasifikasi Osteoporosis42


a. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer terdapat pada wanita menopause (post menopause
osteoporosis) karena berkurangnya hormon estrogen. Pada pria usia lanjut
(senile osteoporosis) akibat berkurangnya kalsium.
b. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai penyakit primer seperti
penyakit Cushing, hipertiroid, hiperparatiroid, hipogonadisme, gagal ginjal
kronis, kurang aktivitas, alkoholisme, pemakaian obat golongan
kortikosteroid, perokok dan kelebihan kafein.
2.2.3. Faktor Risiko Terjadinya Osteoporosis39
Banyak faktor yang menjadi fisiko timbulnya osteoporosis, ialah :
a. Umur, setiap peningkatan umur 1 dekade akan meningkatkan
risiko terjadinya osteoporosis 1,4 - 1,8 kali.
b. Ras, kulit putih lebih banyak yang menderita osteoporosis
dibandingkan orang kulit berwarna.
c. Jenis kelamin, wanita lebih banyak menderita dibanding laki-
laki.
d. Makanan, karena defisiensi kalsium
e. Obat-obatan seperti kortikosteroid
f. Rokok dan alkohol
g. Defisiensi hormon androgen dan estrogen (menopause)
h. Penyakit kronik pada hati, ginjal atau saluran cerna
i. Imobilisasi dalam jangka lama
j. Lingkungan kerja seperti kilang, karena paparan Benzene,
Cadmium (Cd) dan Plumbun (Pb).

2.2.4. Diagnosis Osteoporosis


a. Tanda dan gejala37
Sangat jarang penderita datang ke dokter dengan keluhan
osteoporosis. Biasanya penderita datang setelah terjadi komplikasi
setelah patah tulang karena trauma yang ringan, bungkuk ataupun dengan
keluhan nyeri pinggang terutama bagian bawah. Fraktur yang terjadi pada
leher femur dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mobilitas
penderita baik yang bersifat sementara maupun menetap. Fraktur pada
distal radius akan menimbulkan rasa nyeri dan terdapat penurunan
kekuatan genggaman, sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi
gerak. Sedangkan tanda dan gejala fraktur vertebra adalah nyeri
punggung, penurunan gerakan spinal, Spasme otot di daerah fraktur dan
penurunan berat badan.
Semua keadaan di atas menyebabkan adanya keterbatasan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari, misalnya untuk mandi, makan dan
berganti pakaian.

b. Pemeriksaan dengan alat Densitas Mineral Tulang


Umumnya didasarkan pada pemeriksaan radiologi namun prosedur ini
tidak dapat dipakai untuk deteksi dini dari osteoporosis. Diperkirakan
osteoporosis baru akan tampak pada pemeriksaan radiologi jika kalsium
tulang sudah hilang 30-50%. Keadaan seperti ini sangat tidak menguntungkan
karena seperti diketahui bahwa hasil akhir osteoporosis adalah fraktur yang
disebabkan ole trauna ringan atau terjadi secara spontan. Dengan
berkembangnya teknologi mutakhir, sekarang dapat digunakan alat canggih
untuk mendeteksi osteoporosis secara dini baik kualitatif maupun kuantitatif.
Alat-alat tersebut yang sekarang banyak digunakan adalah:38
1) Single Photon Absorptiometry (SPA)
menggunakan iodine 125, biasanya dilakukan pemeriksaan pada tuang
radius. Pada subyek yang normal terdapat korelasi yang baik antara
kandungan mineral tulang dipertengahan tulang radius dengan batang
tulang femur. Tetapi korelasi antara kandungan mineral yang diukur pada
sisi appendikular ini dengan massa trabekular tulang pada kolum femoris
atau korpus vertebra tidak adekuat untuk tujuan prediksi karena tak
menggambarkan peningkatan risiko patah tulang di sisi tersebut.
Keuntungan utama SPA adalah relatif mudah dan adekuat untuk melihat
penurunan massa korteks tulang. Waktu yang diperlukan untuk penerapan
alat ini adalah 10 - 15 menit, dengan tingkat presisi 1-3 % dan paparan
radiasi 5-10 mrem.38
2) Dual Photon Ahsorptiometry (DPA)
Pengukuran DPA menggunakan Gadolinium 153 dengan 2 energi
penyerapan oleh jaringan lunak. Pengukuran kandungan mineral tulang
biasanya dilakukan pada korpus vertebra lumbalis, kolum femoris dan
seluruh tubuh. Metode ini mempunyai presisi 2-4 % dan mampu
mengukur material radio-opak yang dilalui sinar misalnya osteofit,
perkapuran dalam aorta atau ligamen. Karena harganya yang mahal dan
membutuhkan waktu lama, alat ini tidak dipakai untuk skrining rutin
masyarakat. Waktu peneraan alat ini 15-30 menit dengan paparan radiasi 5-
10 rnrem.38
3) Quantitative Computed tomography (QCT)
Mengukur massa trabekular tulang secara selektif tanpa superposisi
dengan korteks tulang maupun jaringan lainnya dengan membuat irisan
aksial pada vertebra L I, L2 dan L3. Keterbatasan penggunaan adalah
karena dosis radiasi yang tinggi hanya mengukur bagian vertebra dan
memerlukan teknik yang canggih. Waktu yang dibutuhkan untuk
peneraprm 10-20 menit, tingkat presisi 3-15 % (rata-rata 7 %) dan
paparan radiasi 100-1000 rnrem.38
4) Dual Energy X ray Absorptiometry (DEXA)
Prinsip pengukuran sama dengan DPA hanya sumber radiasi memakai
sinar foton yang dihasilkan oleh tabung sinar X (paparan radiasi < 3
mrem), sedangkan energi yang digunakan adalah 70 dan 140 kv.
Dikatakan ketepatannya melebihi pemeriksaan DPA, waktu
pemeriksaan singkat dan dosis radiasi rendah. Pengukuran dilakukan
pada tulang vertebra lumbal, femur bagian proksimal, radius, ulna dan
seluruh tubuh. DEXA saat ini telah banyak menggantikan DPA untuk
skrining karena presisi yang lebih tinggi (1 %), mudah dipakai, bebas
dari berbagai dampak teknis dan dapat dipakai untuk anak-anak. Waktu
yang diperlukan untuk peneraan 5- 10 menit.38
5) Ultrasonography
Adalah cara diagnostik yang tidak menggunakan sinar X atau bentuk
radiasi lain, bisa digunakan untuk mengetahui adanya osteoporosis.
Prinsipnya adalah berdasarkan gelombang eko (echo sounding) dengan
frekuensi 200-1000 KHz. Saat ini penggunaan ultrasonography (USG)
adalah untuk skrining osteoporosis dan umumnya yang diperiksa
adalah tulang kalkaneus. Pemeriksaan ini berdasarkan pada intensitas
eko yang telah menembus dan dipantulkan kembali oleh tulang
kalkaneus. Dengan USG pengukuran DMT dilaksanakan dengan cara
yang tidak berbahaya (tidak ada paparan radiasi), relatif murah, dengan
sensitivitas 90,2% dan spesifisitas 87.7 %. Pantulan gelombang ultra
(ultrasound) mungkin juga memberikan petunjuk tentang keadaan
jaringan sekitar tulang yang jarang diteliti secara mendalam. Beberapa
cara telah dikembangkan untuk mengukur kecepatan ultrasound dalam
tulang, dimana tempat yang diteliti antara lain tibia, radius, patella,
yang semuanya mudah dicapai. Menurut Lewellyn-Jones, sekalipun
kecepatan sinar X di tulang dapat menilai baik fungsi, massa maupun
bentuk kelenturan tulang namun tidak pernah ada penelitian yang
meneliti apakah kecepatan suara dapat mengukur kualitas tulang dan
merupakan bentuk penilaian yang lebih tepat tentang kerapuhan tulang
dibandingkan dengan densitometri tulang.38
6) Osteokalsin
DEXA adalah alat yang berharga untuk diagnosis dan pemantauan respons
terhadap pengobatan osteoporosis; Namun, meskipun penting, nilainya
terbatas karena waktu yang diperlukan untuk menilai efek pengobatan
dengan DEXA [9]. Untuk mengatasi masalah ini, pengukuran penanda
biokimia pembentukan tulang dan degradasi telah disarankan. Osteocalcin
serum telah muncul sebagai biomarker pembentukan tulang yang
menjanjikan untuk evaluasi respon terhadap pengobatan pada osteoporosis
pascamenopause. Osteocalcin diproduksi oleh osteoblas selama
pembentukan tulang dan berikatan dengan residu asam karboksil glutamat
(Gla) karena afinitasnya yang tinggi terhadap kalsium. Fenomena ini
mendorong penyerapan kalsium ke hidroksiapatit dalam matriks tulang
dan mengarah ke mineralisasi tulang. Penurunan mineralisasi tulang pada
wanita pascamenopause osteoporosis menyebabkan osteokalsin bebas
beredar di dalam darah dan urin.37
Osteocalcin merupakan protein nonkolagen yang terdapat paling banyak
dalam tulang dan diproduksi sel osteoblas. Osteocalcin berperan penting
dalam proses mineralisasi dan proses homeostasis ion kalsium. Maka
pemeriksaan osteocalcin merupakan parameter yang baik untuk
menentukan gangguan metabolisme tulang pada saat pembentukan tulang
dan penggantian tulang (bone turn over). Pemeriksaan osteocalcin sering
dipakai sebagai biomarker awal pada pengobatan obat pembentuk tulang
dan untuk menilai efektivitas hasil pengobatan. Hasil pemeriksaan
osteocalcin cukup akurat dan stabil dalam menilai proses pembentukan
tulang. Metode pemeriksaan osteocalcin adalah enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA). Nilai normalnya adalah: 10,1 ± 9,4 ng/
ml.42

Pemeriksaan khusus osteoporosis:37


Pemeriksaan untuk memastikan osteoporosis dapat dilaksanakan dengan:
1. Pengukuran massa tulang
2. Pengukuran bone remodeling:
a. Penanda pembentukan tulang
b. Penanda resorpsi tulang

Pengukuran massa tulang, dapat dilaksanakan dengan:37,42


1. X-ray, tetapi memerlukan pengurangan massa tulang minimal 30%
kondisi sudah berat
2. DEXA (Dual X-ray Absorptiometry) kurang cocok untuk pemeriksaan
awal.
3. BMD (Bone Mass Density)
Kepadatan tulang didefinisikan sebagai nilai kepadatan tulang subjek
yang diperoleh dengan mengukur Bone Mineral Density (BMD) pada
tumit dan dinyatakan dalam T-score (SD). Kepadatan tulang dinilai
rendah jika T-score < -1,0 (osteopenia -1 >T-score > -2,5; osteoporosis
T-score ≤ -2,5), dan normal jika T-score ≥ -1,0 (17).42
4. Pemeriksaan kadar osteokalsin di darah dan/atau di urin.37
Gambar 2.2. Indikasi dilakukannya pemeriksaan densitas tulang.43

c. Pemeriksaan biokimia
Pada masa lalu untuk menentukan tingkat aktivitas OBL (bone
formation) dipergunakan parameter biokimiawi kadar alkali fosfatase serum,
sedangkan untuk aktivitas OKL (bone resorption) adalah hidroksiprolin.
Pengembangan dan pemahaman kemudian mengenai metabolisme tulang
menunjukkan bahwa kedua parameter tersebut ternyata memiliki spesifitas dan
sensitivitas yang rendah. Alkali fosfatase temyata selain diproduksi oleh OBL
(50 %) temyata dibuat pula di hati (50 %) dan usus (minimal). Teknologi saat
ini telah mampu untuk menera keberadaan alkali fosfatase yang hanya
diproduksi OBL dan oikenal sebagai BAP (bone specific alkaline
phosphatase) serta osteokalsin serum. Kedua zat terakhir ini merupakan
materi penguat ikatan mekanik antara molekul kolagen dan serat kolagen.37
Dari penelitian yang intensif saat ini telah ditemukan parameter yang
dapat diandalkan, yang merupakan produk kolagen tulang yang akan
dilepaskan ke dalam sirkulasi darah bila terjadi gangguan coupling secara dini.
Parameter ini adalah deoxypyndinoline dan pyndinolme cross links (rasio
pyndinolin/kreatinin dalam urin menunjukkan nilai cross links). Parameter ini
relatif spesifik untuk kolagen tulang, dan dilepaskan setelah terjadi degradasi
kolagen, dan tidak dimetabolisme oleh hati.37
Saat ini pemeriksaan hidroksiprolin sudah tidak dilakukan lagi,
sedangkan pemeriksaan kadar deoxypyndinoline atau pyndinoline crost links
sulit dilakukan oleh karena mahal.37
Saat ini, penanda biokimia dari perombakan tulang digunakan untuk
memperkirakan persentasi kehilangan tulang dan menilai resiko fraktur pada
wanita pascamenopause. Perkiraan persentase perombakan tulang dapat
didapatkan melalui determinasi konsentrasi serum maupun urin dari protein
spesifik yang merupakan representatif dari proses perombakan tulang. Protein ini
terbagi atas penanda pembentukan tulang dan penanda resorpsi tulang. Penanda
pembentukan tulang yang paling spesifik dan sensitif adalah osteocalcin dan
alkaline phospatase, yang merupakan indikasi aktivitas osteoblastik, dimana
penanda resorpsi tulang; tartrate resistant acid phospatase dan cross-linked
telopeptides, merefleksi aktivitas osteoklastik.44

2.2.5. Tatalaksana Osteoporosis


Terapi farmakologi terklasifikasi menjadi dua bagian yaitu antiresorptif
(targeting osteoclast – mediated bone resorption) atau anabolik (menstimlasi
pembentukan tulang oleh osteoblas).45
Kriteria untuk dilakukannya penatalaksaan pada osteoporosis
 Fraktur Pinggul atau Tulang Belakang
 T-score <-2,5
 T-score antara -1 hingga -2,5 dengan probabilitas fraktur yang dihitung
dengan FRAX tool.46
Gambar 2.2. Obat-obatan yang disetujui untuk pengobatan osteoporosis.43

2.3. Osteoporosis pada Wanita Menopause


Terdapat 2 penyebab utama osteoporosis pada wanita pascamenopause
 Menurunnya puncak massa tulang (low peak bone mass)
 Meningkatnya bone loss, atau kedua peak bone mass 70-80%
dideterminasi oleh faktor genetik.
Faktor penyebab peak bone mass termasuk faktor nutrisi, aktivitas dan
keterlibatan hormonal.43
Setelah puncak massa tulang tercapai, regulasi tulang dilakukan
denganperombakan lokal yang diatur oleh RANK, protein RANKL dan OPG.
Aktivitas RANK atau reseptor dari faktor-kb nuklir terdapat pada osteoklas dan
menyebabkan peningkatan aktivitas osteoklas. RANKL atau Ligan RANK
disintesis oleh osteoblas dan berikatan dengan reseptor RANK pada osteoklas.
OPG atau Osteoprotegerin juga disintesis oleh osteoblas dan mencegah
pengikatan RANK ke Ligan RANK dan dengan sendirinya mengikat RANKL.43
Pada wanita pascamenopause, ada perubahan hormonal yang
menyebabkan peningkatan RANKL yang menyebabkan peningkatan aktivitas
osteoklastik dan oleh karena itu, terjadi penggeserankeseimbangan remodeling
tulang yang lebih mengarah pada penyerapan tulang sehingga terjadi
osteoporosis.43
Telah tercatat bahwa kehilangan tulang terjadi maksimum 3-5
tahun sebelumnyamenopause dan juga 3-5 tahun setelahmenopause. Hal
ini berkaitan pada penyebab langsung dan tidak langsung dari kehilangan
tulangmenyebabkan osteoporosis. Pengeroposan tulang pada wanita
menopause lebih cepat daripada rata-ratakehilangan tulang yang terlihat
pada osteoporosis senilis pada laki-laki. Terdapat penelitian sebelumnya
yang menunjukkan adanya perubahan di mikro pada strukturar tulang yang
berpengaruh pada munculnya osteoporosis. Namun pada penelitian
tersebut, kuantifikasi dari perubahannya masihdalam tahap percobaan dan
tidak digunakan secara komersial.43

2.3.1. Pencegahan
Nutrisi umum yang baik: Diet seimbang diperlukan untuk pengembangan
massa tulang yang baik. Puncaknyamassa tulang juga tergantung pada asupan
protein dan jugatingkat aktivitas.43
Dianjurkan untuk kebutuhan hariankalsium dalam berbagai situasi
ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan
adalah bahwa penyerapan kalsium lebih baik dengan makanan dan efek samping
gastrointenstinalkalsium sitrat paling sedikit dibandingkan dengan kalsium
senyawa lainnya.43
Pada pasien dengan osteoporosis penting dilakukan penilaian dari serum
Vitamin D. Vitamin D ditemukan pada makanan seperti minyak ikan, susu UHT,
sereal dan roti. National Osteoporosis Foundation merekomendasi dosis vitamin
D sebesar 800-1000 IU untuk pasien diatas 50 tahun. Namun, pada ahli sepakat
bahwa dosis seharusnya adalah 1000-2000 IU (maks. 4000IU/hari).47 Saat ini,
kadar normal adalah 30-32 ng/ml (maks. 60ng/ml).43
Mengurangi konsumsi alcohol, kafein,dan merokok juga dapat mencegah
terjadinya bone loss yang berlebihan. Latihan Fisik: Latihan fisik regular rutin
selama 30-40 menit/hari meningkatkan kekuatan otot dan juga terbukti
meningkatkan kekuatan tulang. Namun pasien dengan osteoporosis parah harus
menghindari latihan fisik berat seperti mengangkat beban atau latihan menolak
dan menarik berlebihan.43
2.4. Osteocalcin
2.4.1. Definisi
Osteocalcin (OC) adalah protein non-kolagen mayoritas dan paling sering
dikarakterisasi dari tulang manusia dewasa. Osteocalcin memiliki afinitas tinggi
untuk kalsium dan menunjukkan konformasi kompak calcium dependent alpha
helical, di mana residu -carboxyglutamic acid (Gla) mengikat dan
mempromosikan penyerapan hydroxyapatite dalam matriks tulang, dengan cara
ini terjadi mineralisasi tulang. OC, protein spesifik-tulang yang disintesis oleh
osteoblas dalam tulang., memiliki berat molekul 5.800 Da dan mengandung 49
asam amino, termasuk 3 residu gamma karboksil asam glutamat yang
memfasilitasi pengikatan OC ke hydroxyapatite dalam tulang.12
Fraksi OC, yang mengalami gamma-carboxylation yang tidak sempurna,
disebut sebagai undercarboxylated osteocalcin (ucOC). Konsentrasi serum ucOC
adalah penanda pergantian tulang (bone turnover) dan status vitamin K dalam
tulang. Selain itu, osteocalcin juga dilepaskan dari matriks tulang ke dalam darah
selama resorpsi tulang, yang menunjukkan bahwa osteocalcin juga merupakan
penanda pergantian tulang.13
Kadar OC serum dapat dideteksi dengan berbagai tes, seperti tes
menggunakan antibodi monoklonal terhadap fragmen OC N-mid dan OC N-
terminal. Kekurangan kalsium dan fosfor pada wanita osteoporosis menurunkan
pembentukan kristal hydroxyapatite, yang membuat osteokalsin bebas beredar di
dalam darah. Ini mungkin menjelaskan peningkatan konsentrasi kadar OC serum
pada wanita pasca menopause yang mengalami osteoporosis.12
Pada manusia, berbagai bentuk osteocalcin bersirkulasi. Sintesis
osteoblastik berkontribusi terhadap osteocalcin yang bersirkulasi. Studi selama
tahun 1990 menegaskan bahwa fragmen yang lebih kecil berasal dari aksi
cathepsin K dan matriks metalloproteinase selama resorpsi tulang juga telah
diidentifikasi. Fragmen ini dengan cepat dibersihkan oleh ginjal. ucOC telah
dianggap sebagai pengukur nutrisi vitamin K. Vitamin K adalah kofaktor pasca-
translasi untuk --carboxylationdari protein yang tergantung pada vitamin K,
termasuk osteocalcin.Selain itu, peningkatan kadar serum ucOC telah terbukti
berhubungan dengan peningkatan risiko patah tulang pinggul, dan densitas massa
tulang yang rendah (BMD) dari pinggul dan tulang belakang pada wanita pra dan
pascamenopause.12

2.4.2. Metabolisme osteocalcin


Setelah karboksilasi, carboxylated osteocalcin (cOC) dihasilkan oleh
osteoblas dan terutama tersimpan dalam matriks tulang. Jenis cOC pada matriks
tulang memiliki kemampuan untuk merekrut pre-osteoklas dan menstimulasi
pematangan dan migrasinya. Jenis ucOC yang tidak terkaboksilasi dalam
osteoblas atau dekarboksilasi dari cOC dengan asidifikasi osteoklastik pada
matriks tulang secara langsung dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Dilaporkan
bahwa sirkulasi ucOC dapat meningkatkan sekresi insulin dan proliferasi sel β
pankreas, dan sintesis testosteron melalui reseptor presumed GPRC6A. Terdapat
umpan balik positif diantara tulang dan pankreas melalui ucOC dan insulin. Jenis
ucOC dapat meningkatkan kadar neurotransmitter otak dengan cara GPRC6A-
independent kemudian memperbaiki lokomosi, dan menghambat kegelisahan dan
depresi. OC juga mempromosi transformasi fibroblas menjadi miofibroblas.
Kedua bentuk OC memiliki persamaan struktur dimensi tertiar namun memiliki
perbedaan fungsi biologis. Jenis cOC dipertimbangkan menjadi protein pengganti
dari matriks tulang, sedangkan ucOC merupakan hormon endokrin dan berperan
penting dalam regulasi metabolism energy, fertilitas pria, fungsi otak dan
perkembangan.32

Gambar 2.3. Diagram fungsi osteocalcin dan kemungkinan metabolism pada


tulang, pankreas, otak, pembuluh darah dan testis.32
2.4.2.1. Peran carboxylated osteocalcin pada kesehatan tulang
Peran vitamin K dalam karboksilasi osteocalcin secara tidak
langsung meningkatkan aktivitas osteoblastik; perubahan total osteocalcin
secara tidak langsung menunjukkan manfaat pembentukan tulang dalam
menanggapi vitamin K. Temuan yang berbeda ini mencerminkan
perubahan keseimbangan antara osteocalcin yang terikat tulang dan yang
berada dalam sirkulasi karena mencapai karboksilasi yang lebih besar
dalam menanggapi suplementasi vitamin K. Beberapa penelitian meneliti
efek dari manipulasi diet vitamin K pada penanda resorpsi tulang, yang
bersama dengan penanda pembentukan tulang, seperti osteocalcin total;
memungkinkan pengukuran pembentukan dan resorpsi tulang.Beberapa
laporan menunjukkan bahwa persentase ucOC yang tinggi berhubungan
dengan risiko penurunandensitas massa tulang (BMD) lebih besar.
OC terbentuk dari 3 α-helices, 2 β-turns dan aβ sheet, dimana
membentuk hydrophobic core dan struktur globular yang ketat, terlihat
dalam Gambar 2.1. Helixα1 (H1) dan helix α2 (H2) dihubungkan aβ turn
dari Asn26 to Cys29 and membentuk susunanV-shapeddimana distabilisasi
oleh jembatan disulfide di antara Cys23dan Cys29. Helix α3 (H3) tersusun
membentukV-shape dari H1 dan H2. 3 α-helices berasal dari
hydrophobiccoredan secara ektensif mengarah kearah sentral padaH1.
Ketiga residu Gla residues mengimplikasi pada ikatan
hydroxyapetite(HA)yang berlokasi di permukaan H1. Perbedaan kekuatan
negatif and property ikatan Ca2+ diantara ucOC dan cOC menghasilkan
perbedaan dalam fungsi biolosnya.31

2.4.2.2. Osteocalcin sebagai hormon


Telah diketahui dengan baik bahwa osteoblas merespon berbagai
sinyal hormonal dan mensekresikan faktor-faktor yang mempengaruhi
populasi sel lain baik di dalam tulang maupun sistem organ lainnya.
Bentuk hormonal dari osteocalcin adalah yang tidak terkarbosilasi (ucOC)
dan bentuk karboksilasi adalah bentuk tidak aktif.12
Gambar 2.4. Proses sintesis osteocalcin pada osteoblas.18

Osteocalcin diproduksi secara khusus oleh osteoblas dan memiliki


beberapa fitur hormon. Ini adalah molekul sel-spesifik, disintesis sebagai
prepromolecule, dan disekresikan ke sirkulasi umum. Karena osteocalcin
secara khusus diekspresikan dalam osteoblas, osteocalcin tinggi dikaitkan
dengan persentase proses pembentukan dan perombakan tulang yang
tinggi. Temuan bahwa menurunnya osteocalcin plasma dalam jumlah
sedikit setelah pemberian makan menunjukkan hal itu mungkin menjadi
sasaran regulasi metabolik.12Selain itu, protein osteotesticular tyrosine
phosphatase (OST-PTP) telah ditemukan terlibat dalam aktivasi
osteocalcin. Meskipun awalnya dipahami bahwa OST-PTP terlibat dalam
pengaturan enzim dari siklus vitamin K.15Hal ni memfasilitasi resorpsi
tulang osteoklas, menghasilkan lingkungan asam yang menginduksi
dekarboksilasi, dan dengan demikian mengaktifkan osteocalcin yang utuh.
Awalnya, sejumlah kecil osteocalcin utuh dilepaskan selama pengasaman
diikuti oleh fragmen protein yang diproduksi secara enzimatis. Observasi
ini konsisten dengan studi klinis yang menunjukkan fragmen osteokalsin
urin dikaitkan dengan resorpsi tulang.16
Gambar 2.5. Metabolisme osteocalcin.12
Sebagian kecil dari OC memasuki darah, di mana ia dapat
dideteksi, dan sirkulasi OC telah secara luas diukur untuk menilai
perombakan tulang. Selain OC yang baru disintesis yang berasal dari
osteoblas, kemungkinan OC yang bersirkulasi juga termasuk molekul
yang berasal dari . proses resorpsi ketika OC yang tertanam dalam matriks
tulang dilepaskan.Rute utama katabolisme OC sirkulasi adalah filtrasi ginjal
dan degradasi, dan OC immunoreaktif terdeteksi dalam urin. Urine OC (U-OC)
adalah kumpulan heterogen dari berbagai fragmen OC yang mencerminkan
tingkatan degradasi yang sangat beragam dan yang terutama terdiri dari bagian
tengah molekul yang terpotong pada kedua terminal amino dan karboksi.12

2.4.3. Fungsi osteocalcin pada perombakan tulang (bone remodeling)


Osteocalcin adalah hormon endokrin dan berpartisipasi dalam pengaturan
positif dari beberapa jaringan dan organ, seperti pankreas, gonad dan otak.
Namun, meskipun merupakan protein non-kolagen yang paling banyak dalam
matriks tulang, fungsi dan mekanisme yang tepat dalam pembentukan dan resorpsi
tulang masih tidak jelas.19
2.4.3.1.Proses pembentukan tulang
Modifikasi pasca-translasi dari daerah pengikatan OCuntuk 5 Ca2 +
menyebabkanOC memiliki afinitas tinggi untuk hydroxyapatite (HA). Secara luas
dianggap bahwa OC diekspresikan secara kuat dalam tahap maturasi osteoblas
dan digunakan sebagai penanda awal dalam proses pembentukan tulang. Oleh
karena itu, OC memainkan peran penting dalam pengembangan dan remodeling
tulang.19
2.4.3.2.Proses resorpsi tulang
Jumlah sel multinuklear dan resorpsi tulang relatif berkurang masing-
masing sebesar 54 dan 40%, dalam partikel-partikel tulang defisiensi OC ketika
partikel-partikel tulang ditanam secara subkutan pada tikus normal.19
Fragmen OC yang diekstraksi dari tulang sapi oleh EDTA memiliki
aktivitas memicu kematangan osteo-kloning dan menstimulasi erosi sel-sel
calvaria embrio tikus yang berusia 14 hari pada irisan tulang sesuai dengan dosis.
Hasil ini menunjukkan bahwa fragmen OC dalam matriks tulang terlibat dalam
pematangan osteoklas.20 Selain itu, OC menginduksi chemotaxis sesuai dengan
dosis dan memfasilitasi adhesi, penyebaran dan migrasi sel-sel seperti osteoklas
yang diikuti oleh sintesis dan sekresi protein endogen. Selain itu, OC menginduksi
perekrutan praosteoklas dan memfasilitasi diferensiasi dan pematangan pra-
osteoklas.19

2.4.3.3.Pada perombakan tulang (remodelling tulang)


Semakin banyak bukti telah menunjukkan bahwa jaringan ekstra-skeletal
mengekspresikan dan melepaskan OC. Untuk waktu yang lama sejak
penemuannya, OC dianggap sebagai protein spesifik-tulang yang secara unik
disintesis oleh sel-sel osteoblas. Namun, Thiede dkk. menemukan bahwa mRNA
OC diekspresikan pada tingkat yang sangat rendah dalam trombosit darah perifer
dan megakariosit pada manusia dan tikus. Trombosit melepaskan OC ke dalam
serum selama pembekuan darah. Karena jaringan yang sakit dan nekrotik dapat
menjadi kalsifikasi, Fleet et al. juga mendeteksi rendahnya ekspresi basal mRNA
OC di duodenum, hati, ginjal, paru-paru, testis, otak dan otot tikus menggunakan
reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) atau Northern
blotting. Ekspresi dan produksi OC juga diidentifikasi dalam jaringan sumsum
tulang belakang (terutama di jalur adiposit) dan sel otot polos vascular.19
Ekspresi OC tampaknya diatur secara ketat dengan cara perkembangan
tahap spesifik selama osteoblastikberdiferensiasi. OC tidak diekspresikan pada
awal tahap diferensiasi osteoblastik, tetapi menonjol sebagai penanda akhir,
osteoblas dewasa. Ekspresi OC meningkat hingga 200 kali lipat dengan
mineralisasi matriks ekstraseluler yang dihasilkan oleh osteoblas. Dengan
demikian, OC dianggap sebagai penanda khusus dari fase akhir pembentukan
tulang. Selain itu, Clemens dkk., memberikan bukti yang menunjukkan perbedaan
spesies dalam pola regulasi gen OC antara tikus dan manusia oleh 1,25-
dihydroxyvitamin D3 (VD3). VD3 meningkatkan ekspresi OC melalui jalur
VDR-VDRE pada osteoblas tikus dan manusia, tetapi memiliki aksi inhibisi pada
tikus. Pada tikus, mRNA OCtidak diregulasi oleh VD3 di jaringan non-osteoid.
Namun, pengobatan VD3 yang menginduksi kalsifikasi vaskular, yang disertai
dengan peningkatan sginifikan pada mRNA (25 kali lipat) dan sekresi protein dri
OC. Hasil di atas menunjukkan ekspresi yang kompleks dan model regulasi gen
OC.22

2.4.3.4.Studi Klinis
Peran baru OC dalam pemberian sinyal endokrin telah menyediakan
peluang dalam penelitian klinis. OC dianggap sebagai penanda penting aktivitas
tulang, dan telah digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan mengevaluasi efek
farmakologi pada metabolisme tulang. Selain itu, ditunjukkan bahwa tulang
adalah organ endokrin yang melepaskan ucOC, yang berpartisipasi dalam regulasi
metabolik internal dan berkorelasi erat dengan beberapa penyakit.19

2.4.4. Urinary osteocalcin (U-OC)


Fragmen besar OC terdegradasi dalam sirkulasi atau organ perifer,
sedangkan fragmen OC yang lebih kecil lebih tahan terhadap degradasi dan
terakumulasi dalam urin. Urin, oleh karena itu berpotensi terbukti menjadi sumber
yang lebih baik untuk fragmen OC asal resorptif. Masalah yang terkait dengan
ketidakstabilan sirkulasi osteocalcin (S-OC) setelah pengambilan sampel
cenderung kurang berat untuk U-OC, yang diduga merupakan produk akhir dari
fragmentasi.17
Ketika tulang diresorpsi, osteoklas melepaskan fragmen osteocalcin.
Dengan fungsi ginjal normal, osteocalcin dan fragmen ini dengan cepat
dibersihkan oleh ginjal dan berkontribusi pada Gla bebas urin. Pada gagal ginjal,
fragmen-fragmen ini terakumulasi dan dapat dideteksi. U-OC dapat menjadi
penanda baru dari perombakan tulang meskipun terdapat keterbatasan seperti
kerusakan ginjal yang berkaitan dengan usia dan kecenderungan untuk
menunjukkan variabilitas pra-analitis yang lebih tinggi daripada tes serum. Urin
sebagai bahan sampel, bagaimanapun lebih menarik karena secara tradisional
telah digunakan untuk pengukuran penanda resorpsi namun bukan penanda asal
osteoblastik.12

2.4.5. Osteocalcin dan status menopause


Menopause memiliki efek yang penting pada fisiologi wanita, terutama
pada penumpukan lemak, metabolisme glukosa, osteoporosis dan penyakit
jantung. Sebagai penanda yang sensitif untuk produksi tulang, kadar serum OC
dikaitkan dengan tingkat perombakan tulang yang tinggi, densitas tulang (BMD)
dan histomorphometric sebagai indeks pembentukan tulang dan peningkatan
kadae uc- OC terkait dengan peningkatan risiko patah tulang pinggul dan densitas
tulang pinggal dan tulang belakang yang rendah pada wanita pra- dan pasca
menopause.23
Baru-baru ini, ditemukan bahwa serum OC berhubungan negatif dengan
indeks massa tubuh dan glukosa darah puasa (FPG) dalam kesehatan chi-wanita,
termasuk wanita pascamenopause.24,25 Hubungan antara konsentrasi serum OC
dan penanda darah dari fenotip dismetabolik yang menyarankan bahwa OC tidak
hanya penting untuk tulang, tetapi juga untuk glukosa dan metabolisme lemak
sedini masa kanak-kanak.26 Namun, Choudhury dkk. Menemukan hubungan
negatif yang kuat antara OC dan HOMA-IR yang hanya diamati pada wanita
diabetes pra-menopause.27Disebutkan bahwa kadar total OC, baik c OCmaupun uc
OC tertinggi pada anak perempuan dan terendah pada ibu dalam studi berbasis
keluarga tiga generasi.28Wanita pascamenopause memiliki risiko obesitas dan
penyakit jantung yang lebih tinggi, hubungan yang signifikan antara serum OC,
glukosa puasa dan HOMA-IR ditemukan pada wanita pascamenopause, tetapi
tidak ditemukan pada wanita premenopause, yang menyarankan bahwa aksi
potensial dari OC mungkin berfungsi sebagai biomarker metabolisme pada
menopause.29 Baik karakteristik dasar maupun faktor risiko metabolik berkorelasi
dengan OC atau kadar adiponektin. Tidak ada hubungan antara total OC dan FPG,
insulin puasa dan parameter resistensi insulin ditemukan pada wanita
pascamenopause nondiabetes.30
Penelitian sebelumnya menunjukkan kadar serum OC secara signifikan
lebih tinggi pada osteopenik pasca-menopause (p <0,005) dan wanita osteoporotik
(p <0,001), densitas tulang (BMD) pada tulang femoral dan tulang belakang
lumbalis secara signifikan lebih rendah (p <0,001) dibandingkan pada wanita
dengan BMD normal (p <0,001).33

Gambar 2.6. Kadar OC pada control, osteopenia dan osteoporosis.33

2.4.6. Hubungan Densitas Tulang dengan Osteocalcin pada wanita


Menopause
Penelitian sebelumnya tentang serum osteocalcin dan densitas tulang pada
wanita pasca menopause menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan berbalik
yang signifikan antara serum osteocalcin dan densitas (BMD) tulang femoral.45
Namun penelitian sebelumnya di Pakistan yang melibatkan 50 wanita
pascamenopause dengan usia rata-rata 54.36 ± 0.81 tahun, menunjukkan
kesimpulan yang tidak jelas yang mengindikasi kurangnya hubungan yang
signifikan dari densitas tulang dan konsentrasi serum osteocalcin.46Studi kasus
control pada 90 wanita pascamenopause dengan usia rata-rata 66 ± 8 tahun
menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan berbalik (inverse correlation) antara densitas
tulang proksimal femur dengan osteocalcin.47

Anda mungkin juga menyukai