PENDAHULUAN
1.5. Hipotesis
Terdapat korelasi antara kadar CRP pada wanita menopause dengan kadar BDNF
pada wanita menopause yang menderita overactive bladder.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
2.1.3. Anatomi dan Fisiologi Vesika Urinari
Vesika urinaria adalah suatu kantong yang dapat mengempis, terletak
dibelakang simfisis pubis di dalam cavitas pelvis. Vesika urinaria yang kosong
pada orang dewasa seluruhnya terletak dibelakang pelvis, bila vesika urinaria
terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk ke region hypogastrikum.1,7,8
Dinding vesika urinaria terdiri dari 4 lapis : tunika mukosa, tunika
submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Tunika muskularis terdiri
atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling
dalam adalah otot longitudinal, (2) ditengah merupakan otot sirkuler, dan (3)
paling luar merupakan otot longitudinal. Lapisan otot ini akan menebal pada
bagian leher untuk membentuk spinchter vesicae.1,3,5,7,8,9,13,14,16
Mukosa vesika urinaria terdiri atas epitel transisional yang sama seperti
pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Mukosa ini sebagian
besar berlipat-lipat pada vesika urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan
tersebut akan menghilang bila vesika urinaria terisi penuh. Pada dasar vesika
urinaria, kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu
segitiga yang disebut trigonum buli-buli.1,8,9
Mekanisme berkemih
Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase yaitu fase pengisian dan fase
pengosongan kandung kemih.3,5,8,10,13,16,21
1. Fase pengisian
Kontraksi peristaltik yang timbul secara teratur satu sampai lima kali tiap
menit akan mendorong urin dari pelvis renalis menuju vesika urinaria, dan
akan masuk secara periodik sesuai dengan gelombang peristaltik. Ketika
vesika urinaria terisi dan tekanan dinding vesika urinaria meningkat,
kontraksi refleks involunter muskulus detrusor secara efektif dilawan oleh
aktivasi spinchter internus. Pada saat yang bersamaan terjadi penutupan
spinchter internus dan relaksasi muskulus detrusor.
2. Fase pengosongan kandung kemih (miksi)
Stimulus yang terpenting untuk mikturisi adalah regangan dinding vesika
urinaria. Urin yang memasuki vesika urinaria tidak begitu meningkatkan
tekanan intravesika sampai vesika urinaria terisi penuh. Selain itu, seperti
juga jenis otot polos lainnya, otot vesika urinaria memiliki sifat plastis;
bila diregang, ketegangan yang mula-mula dimiliki tidak akan
dipertahankan. Keinginan pertama untuk berkemih timbul bila volume
vesika sekitar 150 mL, dan rasa penuh timbul pada pengisian sekitar 400
mL. Reseptor regangan didalam vesika urinaria terangsang dan impuls
tersebut diteruskan ke sistem saraf pusat, dan timbullah kesadaran miksi.
Selama proses berkemih, otot perineum dan spinchter uretra externa
melemas; otot detrusor berkontraksi; dan urin akan mengalir melalui uretra.
Ketika miksi berakhir secara volunter, dasar panggul berkontraksi untuk
meninggikan leher vesika urinaria kearah simfisis pubis, leher vesika
urinaria tertutup dan tekanan detrusor menurun.
Zα + Zβ
𝑛= ( ) + 3
(1 + r)
0,5 In [ ]
(1 − 𝑟)
Keterangan :
N = jumlah total sampel
Zα = tingkat kemaknaan, yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 1,645
Zβ = power, ditetapkan sebesar 2,326
r = perkiraan koefisien korelasi dari kepustakaan sebelumnya.
Kesalahan tipe I (α) adalah asosiasi atau perbedaan ditemukan dalam data
sampel, sedangkan dalam populasi perbedaan tersebut tidak ada. Kesalahan tipe II
(β) adalah asosiasi atau perbedaan tidak ditemukan dalam data sampel, sementara
dalam populasi perbedaan tersebut ditemukan. Nilai dan ditetapkan sepenuhnya
oleh peneliti dengan pertimbangan perkiraan jumlah sampel dan validitas
penelitian yang dihasilkan.
Kesalahan tipe I (α) yang ditetapkan sebesar 1 %, sehingga = 1,645,
sedangkan kesalahan tipe II (β) yang ditetapkan sebesar 10 %, maka =2,326.
Untuk menentukan besar sampel tunggal minimal pada penentuan
koefisien korelasi juga digunakan penentuan nilai r. Nilai r merupakan perkiraan
koefisien korelasi yang telah ada dengan tingkat kemaknaan tertentu yang
didapatkan dari studi kepustakaan penelitian sebelumnya. Pada studi kepustakaan
diperoleh koefisien korelasi nilai CRP dan BDNF pada AOB sebesar 0,68,
sehingga nilai r inilah yang dimasukkan ke dalam rumus besar sampel.
Substitusi nilai r ke dalam rumus besar sampel akan didapatkan hasil
jumlah sampel minimal adalah 26.
2
1,645 + 2,326
𝑛= ( ) + 3
(1 + 0,68)
0,5 In [ ]
(1 − 0,68)
n = 26
KADAR BDNF
PADA WANITA
MENOPAUSE
Pasien menopause
dengan overactive
bladder
Sample penelitian
Analisa Statistik
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Penelitian ini merupakan suatu penelitian cross sectional yang menilai
korelasi antara CRP dan BDNF pada wanita menopause yang mengalami over
active bladder. Sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil secara consecutive sampling.