BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obstructive jaundice adalah salah satu jenis ikterus yang terjadi ketika aliran
empedu ke usus terblokir dan menetap dalam aliran darah. Hal ini mungkin
disebabkan karena saluran empedu terblokir yang dapat disebabkan oleh batu
empedu, atau tumor dari saluran empedu yang memblokir area di mana saluran
empedu bertemu dengan duodenum.5
2.2 Epidemiologi
Obstructive jaundice dapat ditemukan pada semua kelompok umur.
Peningkatan prevalensi kasus ini terjadi pada middle-age yakni mulai meningkat
pada usia > 40 tahun. Tidak ada perbedaan gender terhadap prevalensi kejadian
pada kasus ini. Pada satu studi di Pakistan menyatakan bahwa koledokolitiasis
adalah penyebab tersering yang terjadi pada wanita dan neoplasia adalah
penyebab tersering yang terjadi pada laki-laki.4
Insiden di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 5 kasus per 1000 pasien.
Hafield et al, melaporkan bahwa kasus obstructive jaundice terbanyak adalah
70% dikarenakan oleh kanker kaput pancreas, 8% pada batu common bile duct,
dan 2% adalah karsinoma kandung empedu.4
Obstructive jaundice merupakan kelainan yang sering terjadi akibat adanya
gangguan dari transport bilirubin yang disebabkan oleh sumbatan atau obstruksi.
Obstruksi yang terjadi bisa intrahepatik ataupun ekstrahepatik. Penyebab paling
sering pada obstructive jaundice adalah batu saluran empedu dan karsinoma
pankreas.4
2.3 Etiologi
Secara garis besar, penyebab obstructive jaundice terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu kondisi intrahepatik dan ekstrahepatik. Obstructive jaundice intrahepatik
pada umumnya terjadi pada tingkat hepatosit atau membran kanalikuli bilier,
3
2.4 Patofisiologi
Ikterus terjadi karena peningkatan kadar bilirubin dalam sirkulasi darah. Hal
ini disebabkan karena terjadinya gangguan metabolisme bilirubin pada
mekanisme berikut, diantaranya adalah produksi yang berlebihan, penurunan
ambilan hepatik, penurunan konjugasi hepatik, dan penurunan ekskresi bilirubin
ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik
ekstrahepatik).9,10,11
1. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi/indirek
a. Produksi yang berlebihan
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang
sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi
bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia
paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan autoimun,
4
2. Hiperbilirubinemia konjugasi/direk
Hiperbilirubinemia konjugasi/direk dapat terjadi akibat penurunan ekskresi
bilirubin ke dalam empedu. Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh
kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik. Ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh
hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam sirkulasi
sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelainan hepatoseluler yang dapat
berkaitan dengan terjadinya hal ini, diantaranya: hepatitis, sirosis hepatis, alkohol,
zat yang meracuni hati, tumor dan lain-lain.9,10
Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia
5
2. Fase Intrahepatik
Ikterus yang terjadi menyangkut peradangan atau karena adanya kelainan pada
hati yang mengganggu proses pembuangan bilirubin.7,11
a. Liver uptake. Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan
berjalan cepat, namun tidak termasuk pengambilan albumin.9,10,11
b. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami
konjugasi dengan asam glukoronik membentuk bilirubin
diglukuronida/bilirubin konjugasi/bilirubin direk. Bilirubin tidak
terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak larut dalam air kecuali bila
jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti
albumin. Karena albumin tidak terdapat dalam empedu, bilirubin harus
dikonversikan menjadi derivat yang larut dalam air sebelum diekskresikan
oleh sistem bilier. Proses ini terutama dilaksanakan oleh konjugasi bilirubin
pada asam glukuronat hingga terbentuk bilirubin glukuronid/bilirubin
terkonjugasi/bilirubin direk.9,10,11
ginjal akan meningkat sehingga urin akan menjadi gelap dengan bilirubin urin
positif. Sedangkan karena bilirubin yang diekskresikan ke feses berkurang, maka
pewarnaan feses menjadi berkurang dan feses akan menjadi berwarna pucat
seperti dempul (akolik).4,6,9,12,13,14
Anamnesis
Anamnesis ditujukan pada riwayat timbulnya ikterus, warna urin dan feses,
rasa gatal, keluhan saluran cerna, nyeri perut, nafsu makan berkurang,
alkoholisme, riwayat transfusi, obat-obatan, suntikan atau tindakan pembedahan.
17,18,19
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi perabaan hati, kandung empedu, dan limpa.Pada
pemeriksaan fisik, ditemukan beberapa kelainan dari setiap penyebab obstructive
jaundice.Seperti pada kolangitis, ditemukan adanya demam, ikterus dan nyeri
tekan pada epigastrium.Ikterik tanpa adanya nyeri ataupun hanya ditemukan nyeri
pada bagian punggung biasa dijumpai pada kelainan pankreas. Anoreksia,
penurunan berat badan, dan anemia yang diiringi dengan adanya ikterik,
menandakan bahwa terjadinya ikterik tersebut karena adanya proses malignansi.
10
Selain itu, dengan adanya kandung empedu yang dapat dipalpasi juga
mengindikasikan proses malignansi yang sedang terjadi pada kandung empedu.
Pada kolestasis kronik akan dijumpai tanda bekas garukan pada lengan dan
tungkai, xantelasma dan jari tabuh. Pada pemeriksaan fisik ikterus karena sirosis
hepatis akan ditemukan beberapa kelainan seperti spidernevi, eritema palmaris,
white nails, vena kolateral dan asites.17,18,19
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium4,6,7,17,18
a. Pemeriksaan rutin
Darah : Perlu diperhatikan jumlah leukosit, bila jumlahnya meningkat, maka
berarti terdapat infeksi. Perhatikan juga apakah terdapat peningkatan
prothrombin time (PT).
Urin : Penting untuk mengetahui apakah warna urin merah kecoklatan seperti
teh secara makroskopis, serta terdapat kandungan bilirubin dalam urin atau
tidak
Feses : untuk mengetahui apakah feses berwarna dempul atau tidak.
11
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit yang
menyebabkan obstructive jaundice, dan merupakan langkah awal sebelum
melangkah ke pemeriksaan yang lebih lanjut apabila diperlukan. Yang perlu
diperhatikan adalah:4,6,15,17,18
a. Besar, bentuk, dan ketebalan dinding kandung empedu.
b. Saluran empedu yang normal mempunyai diameter 3 mm. bila saluran empedu
lebih dari 5 mm berarti terdapat dilatasi. Apabila terjadi sumbatan pada daerah
duktus biliaris, yang paling sering terjadi adalah pada bagian distal, maka akan
terlihat duktus biliaris komunis melebar dengan cepat kemudian diikuti
pelebaran bagian proksimal. Perbedaan obstruksi letak tinggi atau letak rendah
dapat dibedakan. Pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal, tidak tampak
pelebaran duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus biliaris
intra dan ekstra hepatal, maka ini disebut dengan obstruksi letak rendah
(distal).
c. Ada atau tidaknya massa padat di dalam lumen yang mempunyai densitas
tinggi disertai bayangan akustik (acoustic shadow), dan ikut bergerak pada
perubahan posisi, hal ini menunjukan adanya batu empedu. Pada tumor, akan
terlihat masa padat pada ujung saluran empedu dengan densitas rendah dan
heterogen.
d. Apabila terdapat kecurigaan penyebab obstructive jaundice adalah karena
karsinoma pankreas, dapat terlihat adanya pembesaran pankreas lokal maupun
menyeluruh, perubahan kontur pankreas, penurunan ekhogenitas, serta dapat
ditemukan adanya pelebaran duktus pankreatikus.
saluran empedu utama (common bile duct) dan saluran intrahepatik dan dibagian
distal duktus koledokus terlihat ireguler oleh tumor.4,6,18
Stone in CBD
Carcinoma caput pancreas
Pancreatic pseudocyst
Chronic pancreatitis
Posthepatik Sclerosing cholangitis
Bile duct stricture
Ascariasis in the bile duct
Ampullary Stenosis
Ampullary Carcinoma
2.8 Tatalaksana
Pengobatan ikterussangat tergantung penyakit dasar penyebabnya. Jika
penyebabnya adalah penyakit hati (misalnya hepatitis virus), biasanya ikterusakan
menghilang sejalan dengan perbaikan penyakitnya.1,4
Untuk penatalaksanaan penderita obstructive jaundice sendiri bertujuan untuk
menghilangkan penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu.Jika
penyebabnya adalah sumbatan bilier ekstra-hepatik biasanya membutuhkan
tindakan pembedahan, ekstraksi batu empedu di duktus, atau insersi stent, dan
drainase via kateter untuk striktura (sering keganasan) atau daerah penyempitan
sebagian. Bila penyebabnya adalah batu, dilakukan tindakan pengangkatan batu
dengan cara operasi laparotomi atau papilotomi dengan endoskopi/laparoskopi.
Bila penyebabnya adalah tumor dan tindakan bedah tidak dapat menghilangkan
penyebab obstruksi karena tumor tersebut maka dilakukan tindakan drainase
untuk mengalihkan aliran empedu tersebut.6,8,21
Terapi pembedahan untuk mengembalikan fungsi aliran empedu dari hepar ke
duodenum adalah melakukan drainase interna yang dilakukan secara langsung
dengan menyambungkan kembali saluran empedu ke usus halus.Bila hal ini tidak
memungkinkan karena keadaan penderita terlalu lemah untuk dilakukan
pembedahan besar, maka dalam keadaan darurat dapat dilakukan drainase
eksterna dengan melakukan pemasangan pipa saluran melalui kulit ditembuskan
ke hepar sampai ke saluran empedu (Percutaneous Transhepatal
15
Kriteria Merujuk
Tabel 2.3. Kriteria Merujuk
Virus hepatitis Kompetensi
-Hep A 4A
-Hep B 3A
Intra Hepatik
-Hep C 2
Tumor hati 2
Sirosis Hepatis 2
Intra Luminal :
-Ascariasis 4A
-Batu empedu 2
Intra Mural :
Ekstra
-Kolesistitis 3B
Hepatik
-Atresia bilier 2
-Kolangiokarsinoma 2
Ekstra Luminal :
-Tumor kaput pancreas 2
2.9 Prognosis
Bahaya akut dari obstructive jaundice adalah terjadinya infeksi saluran
empedu (kolangitis akut), terutama apabila terdapat nanah di dalam saluran
empedu dengan tekanan tinggi seperti kolangitis piogenik akut atau kolangitis
supuratif.Kematian terjadi akibat syok septik dan kegagalan berbagai organ.
Selain itu, sebagai akibat obstruksi kronis dan atau kolangitis kronis yang
berlarut-larut pada akhirnya akan terjadi kegagalan faal hati akibat sirosis biliaris.
Obstructive jaundice yang tidak dapat dikoreksi baik secara medis, kuratif
maupun tindakan pembedahan mempunyai prognosis yang jelek diantaranya akan
timbul sirosis biliaris.
Bila penyebabnya adalah tumor ganas yang mempunyai prognosis jelek,
penyebab morbiditas dan mortalitas adalah:
1. Sepsis, khususnya akibat kolangitis
2. Gagal hati, akibat obstruksi kronis saluran empedu
3. Gagal ginjal
4. Perdarahan gastrointestinal
18
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT DAN FOLLOW UP
Nomor RM : 00.68.89.57
Tanggal Masuk Dokter Ruangan : dr. Fuji
: 14 Oktober 2016
ANAMNESA PRIBADI
Nama : TIURMA MANIK
Umur : 64 TAHUN
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Status Perkawinan : SUDAH MENIKAH
Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA
Suku : BATAK
Agama : KRISTEN PROTESTAN
Alamat : PARMONANGAN KEC. PANGURURAN
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Mata kuning
Telaah : Hal ini telah dialami os sejak ± 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Kuning berawal dari mata kemudian menyebar
ke seluruh tubuh.Riwayat demam sebelum munculnya
19
ANAMNESIS ORGAN
Lain-lain :-
Haid :- Lain-lain :-
Polifagi :- Lain-lain :-
Lain-lain :-
Lain-lain :-
Temperatur : 36,5oC
Keadaan gizi :
= 70 %
IMT : BB / (TB)2
: 42 / (1,57)2
: 17,03underweight
KEPALA
Mata : Konjungtiva palp. inf. pucat (-/-), ikterus (+/+), pupil isokor,
reflex cahaya direk (+/+) / indirek (+/+), kesan: ikterik
Lain-lain :-
LEHER
Pembesaran kelenjar limfa (-), lokasi (-), jumlah (-), konsistensi (-),mobilitas (-),
nyeri tekan (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Nyeri tekan :-
Perkusi
Paru
Peranjakan : 1 cm
Auskultasi
Paru
Suara tambahan :-
Jantung
M1>M2, P2>P1, T1>T2, A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-), lain-lain(-),
THORAX BELAKANG
Perkusi : Sonor
ST : -
24
ABDOMEN
Inspeksi
Gerakan Lambung/usus :-
Vena kolateral :-
Caput medusa :-
Palpasi
HATI
Pembesaran :-
Permukaan :-
Pinggir :-
Nyeri Tekan :-
LIMFA
GINJAL
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
25
Perkusi
Pekak hati :-
Pekak beralih :+
Undulasi :+
Auskultasi
PINGGANG :-
Deformitas sendi :-
Lokasi :-
26
Jari tabuh :-
Sianosis :-
Eritma Palmaris :-
Lain-lain :-
Edema - -
Arteri femoralis + +
Reflex KPR + +
Refleks APR + +
Refleks Fisiologis + +
Refleks Patologis - -
Lain-lain - -
LED: 14 mm/jam
Kalium : 2.0
Albumin : 2.1
RESUME
Telaah :
Nadi : 88 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Temperatur : 36,5oC
Pemeriksaan Fisik
Thoraks :
Inspeksi : simetris fusiformis, spider nevi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor, batas paru hati Relatif ICS V /
Absolut VI
Auskultasi : SP vesikuler, ST (-)
Abdomen :
Inspeksi : simetris membesar, vena kolateral (-),
caput medusa (-)
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba
Perkusi : shifting dullness (+), undulasi (+)
Auskultasi : Double sound (+)
Medikamentosa :
3.2. Follow Up
Tanggal S O A P
17/10/16 Kuning (+) Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
06.00 dan perut TD : 120/70 mmHg jaundice ec CBD - Diet hati III
WIB membesar HR : 82 x/i stone dd Ca caput - IVFD D 5% 10
(+) RR : 18 x/i pancreas dd Ca gtt/i mikro
Temp : 36,8C ampula vateri - Spironolactone
UOP : 1000cc/24 jam - Asites non sirotik 1x100mg
LPB : 77cm dd sirotik - Inj. Cefotaxime
LPD : 78cm - Hipoalbuminemia 1 gr/8 jam
Mata :Conj. Anemis (-/-), (2,1) Kalium : (4-2) x 50
sclera ikterik (+/+) - Hipokalemia x 0,14
Leher : TVJ R-2 cmH2o (2,0) 40/25 = 1,6
Thorax : SP : vesikuler - 2 Flc KCl
ST : Ronki -/- dalam 500 cc
Abdomen : Hepar teraba NaCl 0,9% (20
5cm bawah arcus costae gtt/i mikro)
,peristaltik (+) normal
Hasil Lab (13/10/16) R/ Cek Kalium
Hb/Leu/Plt : postsubstitusi,CE
11,5/10.580/316.000 A, CA 19-9
Albumin : 2,1 - CT Scan whole
Bil. Total : 26,1 abdomen dengan
Bil. Direct : 19,1 IV kontras
Ur/Cr : 17/0,47 - Analisa, sitologi,
kultur cairan asites
- Rencana tapping
cairan (besok,18-
10-16)
- DR, RFT, LFT,
32
Albumin,
Globulin, HST, D-
dimer, fibrinogen,
elektrolit.
- USG
18/10/16 Kuning (+), Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
06.00 lemas (+) TD : 120/70 mmHg jaundice ec CBD - Diet hati III
WIB HR : 80 x/i stone dd Ca caput - IVFD D 5% 10
RR : 16 x/i pancreas dd Ca gtt/i mikro
Temp : 36,8C ampula vateri - Spironolactone
UOP : 1000cc/24 jam - Asites non sirotik 1x100mg
LPB : 79cm dd sirotik - Inj. Cefotaxime 1
LPD : 75cm - Hipoalbuminemia gr/8 jam
Mata :Conj. Anemis (-/-), (2,1)
sclera ikterik (+/+) - Hipokalemia R/ - Tapping cairan
Leher : TVJ R-2 cmH2o (2,0) hari ini alat
Thorax : SP : vesikuler - CEA = 54.88 sudah disiapkan
ST : Ronki -/- - Rencana CT-
Abdomen : Peristaltik (+) Scan
normal memastikan hasil
Edema : -/- lab terbaru
terlebih dahulu
- Sub . kalium
- Konsul HOM
untuk status
19/10/16 Kuning (+), Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
05.30 perut terasa TD : 120/80 mmHg jaundice ec CBD - Diet hati III
WIB tidak HR : 88x/i stone dd Ca caput - IVFD D 5% 10
nyaman RR : 24 x/i pancreas dd Ca gtt/i mikro
Temp : 36,8C ampula vateri - Inj. Cefotaxime 1
33
USG (18/10/16)
IHBD dilatasi + asites
non sirotik
20/10/16 Lemas (+), Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
05.30 kuning (+) TD : 120/70 mmHg jaundice ec CBD - Diet hati III
WIB HR : 83 x/i stone dd Ca caput - IVFD D 5% 10
RR : 27 x/i pancreas dd Ca gtt/i mikro
Temp : 37 oC ampula vateri - Spironolakton 1
34
- ST : -
Abdomen : Tampak
membesar simetris.
Hepar teraba 5 jari
bawah arkus kosta,
pinggir rata, permukaan
reguler.
Ekstremitas : Oedem
sup/inf (-/-)
22/10/16 Kuning (+), Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
05.30 lemas (+) TD : 110/70 mmHg jaundice ec CBD - Diet hati III
wib HR : 83 x/i stone dd Ca caput - IVFD D 5% 10
RR : 27 x/i pancreas dd Ca gtt/i mikro
Temp : 37 oC ampula vateri - Spironolakton 1
LPB : 76 cm - Asites non sirotik x 100 mg
LPD : 80 cm dd sirotik - Inj. Cefotaxime 1
Mata : Conj. Anemis (-/- - Hipoalbuminemia gr / 8 jam
), sclera ikterik (+/+) (2,1) - KSR 2x60 mg
Leher : TVJ R-2 cmH2o - Hipokalemia
Thorax : (2,0)
- SP : Vesikuler
- ST : -
Abdomen : Tampak
membesar simetris.
Hepar teraba 5 jari
bawah arkus kosta,
pinggir rata, permukaan
reguler.
Ekstremitas : Oedem
36
sup/inf (-/-)
23/10/16 Kuning (+), Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
05.30 lemas (+) TD : 120/80 mmHg jaundice ec CBD - Diet hati III
wib HR : 83 x/i stone dd Ca caput - IVFD D 5% 10
RR : 27 x/i pancreas dd Ca gtt/i mikro
Temp : 37 oC ampula vateri - Spironolakton 1
LPB : 76 cm - Asites non sirotik x 100 mg
LPD : 80 cm dd sirotik - Inj. Cefotaxime 1
Mata : Conj. Anemis (-/- - Hipoalbuminemia gr / 8 jam
), sclera ikterik (+/+) (2,1) - KSR 2x60 mg
Leher : TVJ R-2 cmH2o - Hipokalemia
Thorax : (2,0)
- SP : Vesikuler
- ST : -
Abdomen : Tampak
membesar simetris.
Hepar teraba 5 jari
bawah arkus kosta,
pinggir rata, permukaan
reguler.
Ekstremitas : Oedem
sup/inf (-/-)
CA 19-9 >1200
24/10/16 Jaundice Sens: CM - Obstructive - Tirah baring
05.30 (+), perut TD : 120/70 mmHg jaundice ec Ca - Diet hati III
wib membesar HR : 83 x/i caput pancreas dd - IVFD D 5% 10
(+), RR : 27 x/i Ca ampula vateri gtt/i mikro
Temp : 37 oC dd CBD Stone - Spironolakton 1
LPB : 76 cm - Asites non sirotik x 100 mg
LPD : 80 cm - Hipokalemia - Inj. Cefotaxime 1
37
BAB 4
DISKUSI KASUS
NO TEORI KASUS
1. Definisi
Istilah jaundice berasal dari Pasien mengeluhkan kuning pada
bahasa Perancis “jaune”, yang mata kemudian menyebar ke seluruh
berarti “kuning” atau ikterus tubuh
(berasal dari bahasa Yunani,
icteros) menunjukkan pewarnaan
kuning pada kulit, sklera atau
membran mukosa sebagai akibat
penumpukan bilirubin yang
berlebihan pada jaringan.
2. Etiologi
Penyebab paling sering pada Pada pasien didapatkan hasil CT
ikterus obstruksi atau obstructive SCAN kontras IV dengan dd Ca
jaundice adalah adanya batu caput pancreas dan Ca ampula vateri.
saluran empedu dan keganasan Pada USG didapati multiple CBD
yang terjadi pada pankreas. stone. Pada hasil pemeriksaan lab
Penyebab lain yang relatif jarang didapati peningkatan CEA serta CA
adalah pankreatitis, kolangitis, 19-9. Hal ini lebih mengarahkan
karsinoma ampula vateri, dan kepada etiologi Ca caput pankreas.
lain-lain.
3. Manifestasi Klinis Pada pasien ini dijumpai :
1. Ikterus 1. Kuning seluruh tubuh
2. Nyeri perut 2. Nyeri perut
3. Warna urin pekat seperti teh 3. Warna urin seperti teh pekat
4. Penurunan berat badan
4. Feces seperti dempul
5. Penurunan nafsu makan
(pucat/akholis)
39
5. Pruritus
6. Anoreksia, nausea dan
penurunan berat badan
7. Demam
8. Pembesaran hepar dan
kandung empedu
4. Pemeriksaan fisik Anorexia dijumpai pada os sejak
Pada pemeriksaan fisik, 1 bulan terakhir
ditemukan beberapa kelainan Penurunan berat badan juga
dari setiap penyebab obstructive ditemukan ± 6 kg dalam 1 bulan
jaundice. Anoreksia, penurunan
berat badan, dan anemia yang
diiringi dengan adanya jaundice,
menandakan bahwa terjadinya
jaundice tersebut karena adanya
proses malignansi. Selain itu,
dengan adanya kandung empedu
yang dapat dipalpasi juga
mengindikasikan proses
malignansi yang sedang terjadi
pada kandung empedu.
40
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA