PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kanker ovarium masih menjadi masalah kesehatan di dunia terkait dengan
insiden dan mortalitasnya. Insiden kanker ovarium menempati urutan ke-6 akan
tetapi angka kematian menempati urutan pertama diantara seluruh jenis kanker. Di
dunia, diperkirakan insiden kanker ovarium adalah 250.000 kasus baru dan
menempati urutan ke enam. Di Amerika Serikat, neoplasma ini menempati urutan
kedua di antara kanker ginekologi dan cenderung meningkat. Pada tahun 2004,
terdapat lebih dari 25.580 kasus baru dengan jumlah kematian sekitar 16.090
wanita tiap tahunnya dan merupakan yang paling mematikan dimana terhitung
lebih dari 15.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2010 akan
terdiagnosis kasus baru sebesar 21.880, dengan angka kematian ± 63,30%.1
Di Indonesia, kanker ovarium menduduki urutan ke-6 terbanyak dari
tumor ganas pada wanita setelah kanker serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit
dan limfoma.2 Sementara, di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, pada
tahun 2005 diperoleh angka kejadian kanker ovarium sebesar 35% dari seluruh
kanker ginekologis dengan angka harapan hidup selama lima tahunnya hanya
sebesar 15%.3
Kanker ovarium epitel invasif terdiri dari lima jenis histopatologi utama
yang secara fenotipik, secara molekuler dan secara etiologi berbeda: high grade
serous carcinoma (HGSC), low grade serous carcinoma (LGSC), karsinoma
musinosum, karsinoma endometrioid, dan clear cell carcinoma (CCC).4
Terdapat bukti epidemiologis yang kuat bahwa etiologi, patogenesis, dan
perkembangan kanker ovarium sangat tergantung pada aktivitas estrogen. Paparan
estrogen berkelanjutan dan aktivasi ER-α dapat meningkatkan risiko dan / atau
perkembangan berbagai kanker, termasuk kanker di payudara dan endometrium.
Bukti bahwa estrogen berperan dalam perkembangan kanker ovarium adalah
adanya overekspresi STS akan menyebabkan peningkatan level E2 dan ini dapat
berkontribusi terhadap perkembangan kanker. Tingginya kadar estrogen
menyebabkan adanya risiko yang relatif lebih tinggi untuk berkembang menjadi
epithelial ovarium carcinoma (EOC) daripada Mucinous carcinoma (MC),
Endometrioid cancer (EC), atau Clear-cell carcinoma (CCC). Dan subtipe dari
kanker jenis EOC terbanyak adalah high grade serous ovarian carcinoma.4
Reseptor estrogen memediasi banyak efek estrogenik pada regulasi gen
dan, oleh karena itu, ER penting untuk berbagai proses perkembangan dan
fungsional di beberapa jaringan/sel.4 Salah satu target terapi yang menjanjikan
tetapi belum banyak dipelajari untuk HGSOC adalah estrogen receptor-alpha
(ERα). ERα diekspresikan dalam >80% HGSOC. Studi praklinis telah
menunjukkan bahwa estrogen dapat mempromosikan proliferasi dan migrasi sel
HGSOC dan model tikus dan sebagian efek ini diblokir oleh antiestrogen.11
Andersen et al. melakukan penelitian untuk mengidentifikasi fitur yang
terkait dengan fungsi ERα dan respons endokrin pada HGSOC.71 Beberapa
penelitian lain juga telah meneliti fungsi reseptor estrogen dan reseptor
progesterone terhadap kanker ovarium. Namun belum ada penelitian yang
membandingkan ekspresi reseptor estrogen pada HGSOC dan pada kanker
ovarium jenis lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
perbandingan ekspresi reseptor estrogen pada HGSOC dan pada kanker ovarium
jenis lain sehingga dapat menjadi penanda prognostik dan dapat digunakan untuk
menentukan target terapi yang tepat.
1.2.Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan antara ekspresi reseptor estrogen pada high
grade serous ovarian carcinoma dengan tipe kanker ovarium lain?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Membandingkan ekspresi reseptor estrogen pada high grade serous
ovarian carcinoma dengan tipe kanker ovarium lain.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan data karakteristik penderita high grade serous ovarian
carcinoma.
2. Untuk dapat menjadi penanda prognostik yang tepat
3. Untuk dapat menentukan target terapi yang tepat
1.4.Manfaat
Menilai perbandingan ekspresi reseptor estrogen pada high grade serous
ovarian carcinoma dengan tipe kanker ovarium lainnya sehingga dapat menjadi
penanda prognostik dan dapat digunakan untuk menentukan target terapi yang
tepat.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu mengetahui ekspresi
reseptor estrogen pada high grade serous ovarian cancer dan pada tipe
kanker ovarium lainnya.
lebih dari 20.000 kasus baru kanker ovarium ditemukan dan neoplasma ini
merupakan yang paling mematikan. Sampai saat ini penyebab pasti dari kanker
timbulnya kanker ovarium antara lain: adanya riwayat keluarga penderita kanker
ovarium, mamae, dan kolon, mutasi pada gen BRCA 1 dan BRCA 2, umur di
atas 50 tahun, wanita yang tidak memiliki anak pada umur lebih dari 35 tahun.4
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe epitelial yang merupakan 90-95% dari tumor
ganas ovarium, kemudian tumor ovarium tipe germinal (germ cell) serta tipe
tipe serus, musinus, endometrioid, clear cell, Brenner, dan tipe karsinoma
undifferentiated.4,5
merupakan tipe bordeline ovarian tumor (BOT) dan 85% adalah tipe epithelial
ovarium cancer (EOC). Pada stroma ovarium BOC dan EOC mempunyai sifat
yang berlawanan, dimana pada BOT terjadi pada wanita yang lebih muda, gejala
akan tampak pada stadium yang lebih dini dan kemampuan untuk metastasis
Berdasarkan histologi, 75% dari kanker ovarium tipe epitelial adalah jenis
serosa, sedangkan jenis musinosa 20%, endometrioid 2%, clear cell 1%, Brenner
adalah jenis epitelial, kanker ovarium berasal dari sel lain yang terdapat di
teratoma, dan dari sel folikel dikelompokkan sebagai sex tumor cord-stromal.
Angka kejadian kanker ovarium non epitelial kecil sekali sehingga angka kejadian
Saat ini, kanker ovarium adalah kanker paling umum kelima pada wanita
lebih dari 80% dari semua kasus didiagnosis pada wanita yang lebih tua dari 50
tahun. Meskipun tingkat penurunan kasus kanker ovarium baru sebesar 1,1%
setiap tahun dan peningkatan waktu kelangsungan hidup 5 tahun relatif dari
33,6% pada tahun 1975 menjadi 45,2% pada tahun 2010 diamati di negara-negara
industri, kanker ovarium masih merupakan yang paling mematikan dari semua
dikaitkan dengan diagnosis penyakit yang pada umumnya terlambat. Lebih dari
80% dari semua kasus yang baru terdeteksi adalah kanker ovarium epitel lanjut
(EOC) dengan metastasis dan metastasis peritoneum pada organ yang jauh.4
Sistem staging FIGO dibuat oleh FIGO dan paling sering digunakan dalam
diagnosis kanker ovarium epitel. Tindakan pencegahan yang efektif dan alat
skrining yang handal untuk deteksi dini belum tersedia. Meskipun mayoritas
penyakit ini tidak umum dikenal sampai tumor mencapai stadium lanjut. Masalah
jelas bahwa alat diagnostik yang dapat diandalkan untuk deteksi dini kanker ini
menunjukkan bahwa sel-sel kanker ovarium berbagi sejumlah jalur yang diatur
oleh estrogen dengan kanker yang tergantung hormon lainnya seperti kanker
tumor membentuk area epitel berlapis-lapis yang besar, yang dikelilingi oleh
tumor stroma. Sel mononuklear dengan inti besar biasanya ditemukan pada tumor
ini.11 Berbeda dengan LGSCs, HGSCs memiliki tingkat mitosis yang sangat
tinggi dan biasanya membawa mutasi pada gen p53. HGSC ditandai oleh
ketidakstabilan kromosom yang tinggi. Hilangnya fungsi mutasi pada gen dengan
tipe kerentanan kanker payudara 1 dan 2 (BRCA1/2) juga terkait dengan HGSC.
dari inklusi kista pada epitel ovarium, sekarang disepakati bahwa HGSC muncul
dari karsinoma intraepitel tuba serosa (STICs). Yang terakhir berkembang dari sel
di persimpangan epitel tuba fallopi dengan mesothelium dari tuba serosa. Sel-sel
sebagian besar memiliki mutasi p53 yang sama, mengekspresikan onkogen yang
sama dan juga memiliki karakteristik fenotipik yang sama seperti HGSC.15
dengan mutasi BRCA1/2.17 Tumor kanker ovarium serous bermutu tinggi pada
pasien dengan BRCA1/2 bermutasi memiliki perilaku yang lebih agresif dan
Dalam banyak kasus, kepekaan mereka yang tinggi terhadap rejimen berbasis
membaik.18
Kanker serous ovarium tingkat rendah agak jarang dengan <5% dari
semua EOC. LGSC diperkirakan berkembang secara bertahap dari kistresoma
adalah baik. Bahkan untuk pasien dengan tumor stadium lanjut, kelangsungan
hidup 5 tahun lebih lama daripada untuk pasien HGSC, meskipun LGSC cukup
terbentuk dari sel tumor nekrotik) sering terlihat. Sel LGSC memiliki nuklei yang
lebih seragam dan tingkat mitosis yang jauh lebih rendah daripada sel tumor
HGSC. Secara genetik, ada kurang instabilitas chro- mosomal di LGSC daripada
di HGSC. Namun, kehadiran mutasi BRAF dan KRAS, serta mutasi pada gen lain
menurun 10-16% dan kehamilan pada usia 35 tahun dua kali lebih protektif
kontrasepsi oral selama lebih dari 3 tahun menyebabkan penurunan risiko kanker
ovarium sebesar 30-50%.27 Berbeda dengan faktor protektif ini, wanita dengan
periode awal pertama dan menopause terlambat serta wanita yang menerima obat
ovarium. Sekitar 22% peningkatan risiko kanker ovarium selama 5 tahun terlihat
HRT. Risiko masih meningkat secara signifikan (sekitar 10%) oleh penerapan
HRT yang lebih lama, terutama jika HRT digunakan selama 10 tahun atau lebih.
Ada risiko relatif lebih tinggi untuk berkembang menjadi EOC daripada MC, EC,
atau CCC. Tetapi komposisi HRT tidak mempengaruhi risiko.31 Sebuah penelitian
yang lebih baru mengungkapkan bahwa wanita yang menggunakan terapi oral
tanpa hambatan memiliki peningkatan risiko HGSCs, LGSCs, dan ECs. Hanya
risiko untuk MC berkurang. Mirip, peningkatan risiko untuk karsinoma serosa dan
sebagai HRT.32
lebih baik ketika didiagnosis dengan kanker ovarium. Mereka lebih mungkin
didiagnosis pada usia yang lebih muda dan tahap tumor yang lebih rendah
Pada tingkat sel, efek estrogen dalam mempromosikan tumor terjadi dalam
myc, dan HER2 / neu; siklus sel yang mengatur siklometer, faktor
menyebabkan mutasi. Akumulasi mutasi pada berbagai gen dalam sel di tuba
(Gambar 1).35,36
Gambar 1. Persiapan untuk estrogen untuk mengubah efek tumor yang mendorong
sel di tuba fallopi dan ovarium. (a.) Aktivasi reseptor estrogen-a (ER- a) mengarah
pada aktivasi transkripsi gen-gen responsif estrogen, yang menstimulasi proliferasi
sel. (b.) Mengikat ke reseptor estrogen G-protein-coupled terikat-membran (GPER)
mengaktifkan sistem messenger kedua. Dalam sel kanker, estrogen menginduksi
kinase yang diatur sinyal ekstraseluler (ERK), phosphoinositide 3-kinase (PI3K),
dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) yang mengarah ke
peningkatan proliferasi sel. (c.) Pembentukan metabolit reaktif mengarah pada
generasi adisi DNA mutagenik. Radikal bebas dari aktivasi metabolisme estrogen
akan menyebabkan mutasi. Akumulasi mutasi akan menyebabkan transformasi
neoplastik sel-sel yang berproliferasi34,35,36
ESTROGEN
Reseptor
Estrogen
Serous ovarian
cancer
BAB 3
METODE PENELITIAN
N= Z2α p q N
d2(N-1) + Z2α p q
dimana :
N = Besar sampel
Zα = Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α
yang ditentukan (α = 0,05) Zα = 1,96
p = Proporsi sampel yang menunjukkan high grade serous ovarian ca
q (1-p)= proporsi sampel yang tidak menunjukkan high grade serous ovarian ca
d = limit dari error atau presisi absolut
Jika ditetapkan = 0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2
N= Z2α p q N
d2(N-1) + Z2α p q
N= (1,96)2 0,1 x 0,9 x 29
(0,05)2x20 + (1,96)2 0,1x 0,9
N= 25,36 26 sampel tiap kelompok
dibulatkan 1 orang, sehingga total besar sampel minimal pada penelitian ini adalah n
= 26 orang
Dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekspresi reseptor estrogen.
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah munculnya HGSOC.
Pasien HGSOC
Sample penelitian
Analisa Statistik
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Penelitian ini merupakan suatu penelitian cross sectional yang menilai
perbandingan reseptor estrogen pada high grade serous ovarian cancer (HGSOC)
dengan kanker ovarium jenis lainnya. Sampel penelitian adalah bagian dari
populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil
secara consecutive sampling.
20-35 Tahun
>35 Tahun
Tekanan darah
<100
Sistolik
100-130
140-160
>160
Diastolik <60
70-80
90-100
>100
Pekerja aktif
Paritas Primigravida
Sekundi-Multigravida
Grandemultigravida
Riwayat Merokok Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Normal
Overweight
Obesitas
LGSOC
EC
MC
CCC
30.Pearce CL, Near AM, Van Den Berg DJ, Ramus SJ, Gentry-Maharaj A,
Menon U, et al. Validating genetic risk associations for ovarian cancer
through the interna-tional ovarian cancer association consortium. Br J Cancer
(2009) 100:412–20. doi:10.1038/sj.bjc.6604820
31.Beral V, Bull D, Green J, Reeves G. Ovarian cancer and hormone replace-ment
therapy in the million women study. Lancet (2007) 369:1703–10.
doi:10.1016/S0140-6736(07)60534-0
44. Kumar R, Zakharov MN, Khan SH, Miki R, Jang H, Toraldo G, et al. The
dynamic structure of the estrogen receptor. J Amino Acids (2011)
2011:812540. doi:10.4061/2011/812540
45. Byers M, Kuiper GG, Gustafsson JA, Park-Sarge OK. Estrogen receptor-beta
mRNA expression in rat ovary: down-regulation by gonadotropins. Mol
Endocrinol (1997) 11:172–82. doi:10.1210/me.11.2.172
46. Couse JF, Lindzey J, Grandien K, Gustafsson JA, Korach KS. Tissue
distribu-tion and quantitative analysis of estrogen receptor-alpha (ERalpha)
and estro-gen receptor-beta (ERbeta) messenger ribonucleic acid in the wild-
type and ERalpha-knockout mouse. Endocrinology (1997) 138:4613–21.
doi:10.1210/en. 138.11.4613
47. Brandenberger AW, Lebovic DI, Tee MK, Ryan IP, Tseng JF, Jaffe RB, et al.
Oestrogen receptor (ER)-alpha and ER-beta isoforms in normal endometrial
and endometriosis-derived stromal cells. Mol Hum Reprod (1999) 5:651–5.
doi:10.1093/molehr/5.7.651
48. Bardin A, Hoffmann P, Boulle N, Katsaros D, Vignon F, Pujol P, et al.
Involve-ment of estrogen receptor beta in ovarian carcinogenesis. Cancer Res
(2004) 64:5861–9. doi:10.1158/0008-5472.CAN-04-0552
49. Kuiper GG, Gustafsson JA. The novel estrogen receptor-beta subtype:
potential role in the cell- and promoter-specific actions of estrogens and anti-
estrogens. FEBS Lett (1997) 410:87–90. doi:10.1016/S0014-5793(97)00413-
4
50.Okuda T, Saito H, Sekizawa A, Shimizu Y, Akamatsu T, Kushima M, et al.
Steroid sulfatase expression in ovarian clear cell adenocarcinoma:
immunohistochem-ical study. Gynecol Oncol (2001) 82:427–34.
doi:10.1006/gyno.2001.6322
51.Chura JC, Blomquist CH, Ryu HS, Argenta PA. Estrone sulfatase activity in
patients with advanced ovarian cancer. Gynecol Oncol (2009) 112:205–9.
doi:10.1016/j.ygyno.2008.08.037
56.Park SH, Cheung LW, Wong AS, Leung PC. Estrogen regulates snail and slug
in the down-regulation of E-cadherin and induces metastatic potential of
ovarian cancer cells through estrogen receptor alpha. Mol Endocrinol (2008)
22:2085–98. doi:10.1210/me.2007-0512
57. Al Sarakbi W, Mokbel R, Salhab M, Jiang WG, Reed MJ, Mokbel K. The
role of STS and OATP-B mRNA expression in predicting the clinical
outcome in human breast cancer. Anticancer Res (2006) 26:4985–90.
58.Fujimoto J, Hirose R, Sakaguchi H, Tamaya T. Clinical significance of expres-
sion of estrogen receptor alpha and beta mRNAs in ovarian cancers.
Oncology (2000) 58:334–41. doi:10.1159/000012121
59.Li AJ, Baldwin RL, Karlan BY. Estrogen and progesterone receptor subtype
expression in normal and malignant ovarian epithelial cell cultures. Am J
Obstet Gynecol (2003) 189:22–7. doi:10.1067/mob.2003.328