Anda di halaman 1dari 4

Nama : Resy Rahmalaita

Nim : 211015201134

Mata Kuliah : Askeb Remaja

Dosen : Gusmadewi, Amd.Keb, SKM, M.Keb

1. Permasalahan yang terjadi pada masa perimenopause


Menoragia.
Perimenopause merupakan periode transisi alias masa-masa sebelum seorang
wanita memasuki masa menopause, yaitu masa berakhirnya menstruasi. Menjelang
masa menopause, wanita memang lebih rentan mengalami gangguan siklus
menstruasi, salah satunya adalah menoragia.
Gejala utama dari kondisi ini adalah gangguan pada siklus menstruasi, salah
satunya memicu menoragia. Masa transisi ini bisa menyebabkan ketidakteraturan
siklus, seperti menstruasi yang tiba lebih cepat atau lambat serta menstruasi
berlangsung lebih singkat atau lebih lamas. Bahkan, semakin mendekati masa
menopause, maka menstruasi akan menjadi semakin jarang dan hanya terjadi
beberapa bulan sekali
Perimenopause tidak hanya memicu gejala gangguan siklus menstruasi, tetapi
juga ada beberapa gejala lain yang sering muncul. Kondisi ini ditandai dengan gejala
berupa:
 Hot flashes
Wanita yang mengalami perimenopause sering mengeluhkan gejala sensasi gerah
atau kepanasan alias hot flashes. Biasanya, sensai ini akan muncul secara
mendadak dan bisa sangat mengganggu.
 Insomnia
Menjelang menopause, seorang wanita rentan mengalami gangguan tidur di
malam hari alias insomnia. Biasanya, gangguan tidur juga disertai dengan rasa
resah dan keluar keringat saat tidur di malam hari.
 Perubahan Mood
Suasana hati alias mood yang berubah-ubah juga sering dialami wanita yang
mengalami perimenopause. Pada masa ini, seorang wanita cenderung menjadi
lebih mudah tersinggung, serta meningkatnya risiko wanita mengalami depresi.
 Sakit Kepala
Rasa tidak nyaman tidak hanya terasa pada perut, tetapi juga di beberapa bagian
tubuh lain. Perimenopause bisa menyebabkan wanita mengalami sakit kepala yang
tidak tertahankan.
 Masalah Seksual
Semakin mendekati masa menopause, seorang wanita biasanya akan mengalami
masalah seksual. Pada wanita yang mengalami perimenopause, rentan terjadi
penurunan gairah seksual dan kesuburan. Kondisi ini juga menyebabkan seorang
wanita mengalami nyeri saat berhubungan seksual akibat berkurangnya cairan
pelumas pada Miss V.
 Kadar Kolesterol
Perimenopause ternyata juga bisa berdampak pada kadar kolesterol dalam darah.
Wanita yang mengalami kondisi ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar
kolesterol jahat alias LDL. Sayangnya, hal ini juga dibarengi dengan menurunnya
kadar kolesterol baik atau HDL. Hal ini harus diwaspadai, sebab tingginya kadar
kolesterol jahat dalam darah bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit menular,
terutama penyakit kardiovaskular.

2. Permasalahan yang terjadi pada masa post menopause / pasca menopause


Pendarahan Post Menopause
Perdarahan pascamenopause merupakan keluhan yang cukup sering dialami
oleh wanita pascamenopause, sehingga klinisi perlu mengetahui red flag atau tanda
bahayanya untuk mengetahui kebutuhan penatalaksanaan lebih lanjut.
Perdarahan pascamenopause terjadi pada sekitar 4–11% wanita yang sudah
menopause. Meskipun kebanyakan kasus perdarahan pascamenopause merupakan
penyakit ringan, 10% kasus disebabkan oleh keganasan, yaitu kanker endometrium.
Insidensi kanker endometrium paling tinggi ditemukan pada wanita pascamenopause
yang berusia 60–79 tahun.
Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan pendarahan pasca-menopause,
di antaranya adalah:
 Atrofi vagina
Ini adalah peradangan yang disusul penipisan jaringan lapisan saluran vagina.
Kondisi ini terjadi ketika pasien memiliki kadar hormon estrogen yang rendah.
 Atrofi endometrium
Lapisan rahim meradang atau mengikis, juga disebabkan oleh kadar estrogen yang
lebih rendah.
 Polip pada rahim atau leher vagina
Polip adalah pertumbuhan tumor jinak pada rahim atau leher vagina.
 Hiperplasia endometrium
Penelitian membuktikan bahwa kondisi ini, yang melibatkan penebalan lapisan
rahim, dapat disebabkan oleh obesitas, terapi pengganti hormon, atau kadar
hormon estrogen yang tidak wajar.

3. Masalah seksual yang terjadi pada menopause


Perubahan gairah seksual wanita menopause umumnya disebabkan perubahan
kadar hormon dalam tubuh. Saat menopause, kadar hormon estrogen yang memegang
peranan penting terhadap fungsi seksual akan mengalami penurunan. Efeknya, wanita
menopause lebih sulit untuk terangsang dan mengalami orgasme. Menurunnya kadar
hormon estrogen dalam tubuh wanita menopause juga menurunkan aliran darah yang
mengalir ke vagina. Efeknya, terjadi penurunan produksi cairan pelumas vagina yang
menyebabkan vagina menjadi kering. Kondisi ini membuat hubungan seksual terasa
menyakitkan, sehingga membuat wanita menopause enggan untuk melakukan
hubungan seksual.
 Perubahan dalam menjalin hubungan
Gejala menopause sering kali berdampak pada cara wanita menjalin hubungan
dengan pasangannya. Akibatnya, tidak jarang, wanita merasa kesulitan untuk
menjaga keharmonisan dalam hubungan.
Dari sudut pandang wanita, berbagi tempat tidur dapat memperparah hot flashes
yang muncul. Kondisi ini juga bisa menimbulkan rasa malu dan tidak nyaman,
sehingga mungkin akan timbul naluri untuk pergi mencari tempat yang sejuk dan
tidur sendirian.
Hal tersebut bisa dianggap sebagai penolakan bagi pasangan dan membuatnya
merasa diacuhkan. Wanita juga bisa merasa malu dan takut untuk membicarakan
apa yang sedang dialami dengan pasangan. Jika dibiarkan, masalah di dalam
hubungan bisa terjadi tanpa penyelesaian, sehingga berisiko menimbulkan asumsi
dan kesalahpahaman dengan pasangan.
 Kesulitan menjaga suasana hati
Menjelang menopause, perubahan suasana hati bisa semakin mudah terjadi.
Gejala ini menyerupai sindrom pramenstruasi (PMS).
Wanita yang sedang mengalami gejala ini bisa bertindak secara tidak masuk akal
dan mudah marah. Namun, sebagian wanita mungkin akan lebih memilih untuk
menyembunyikan perasaannya, sehingga menutup diri dan menjauh dari
pasangannya.
Pada kondisi ini, dampak menopause bagi pria sebagai pasangan dapat berupa
kebingungan apa yang harus ia lakukan untuk membantu meredakan perubahan
suasana hati tersebut. Beberapa wanita mungkin akan merasa kecewa karena
menganggap pasangannya tidak bisa mengerti dan memberi dukungan yang ia
butuhkan.
Padahal, sering kali, pria merasa ragu apa yang sebaiknya dilakukan. Jika
ditanggapi, ia takut akan semakin memicu rasa marah. Namun, jika ia diam, jarak
di dalam hubungan mungkin akan terjadi. Akibatnya, pasangan pun mungkin akan
merasa serba salah.
 Lebih jarang berhubungan intim
Masa menopause juga akan membawa banyak perubahan pada kehidupan seksual
wanita bersama pasangan. Perubahan hormon saat menopause bisa menyebabkan
penurunan libido atau gairah seksual pada wanita.
Akibatnya, wanita merasa kehilangan minat untuk berhubungan seks. Bahkan, ia
pun mungkin akan merasa kesulitan untuk orgasme.
Dilansir dari Healthy Women, berdasarkan data dari the National Health and
Social Survey dan the Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors, sekitar
47% wanita akan mengalami kesulitan dalam berhubungan intim sebagai dampak
dari penurunan gairah seksual.
Penurunan gairah seksual setelah menopause ini lah yang umumnya diketahui
oleh pria.
Akibat hal tersebut, pasangan biasanya beranggapan bahwa masa menopause juga
akan berdampak pada kehidupan seksualnya.
Pasangan mungkin akan merasa adanya jarak dalam hubungan akibat
berkurangnya kedekatan secara fisik di antara mereka.

Anda mungkin juga menyukai