Anda di halaman 1dari 6

A.

WANITA SEBAGAI LANSIA


1. Pengertian menopause
Menurut arti katanya, menopause berasal dari kata ‘’men’’ berarti bulan,
‘’pause,pausis,paudo’’ berarti periode atau tanda berhenti,sehingga menopause diartikan
sebagai berhentinya secara definitif menstruasi. Menopause secara teknis menunjukan
berhentinya menstruasi, yang dihubungkan dengan berakhirnya fungsi ovarium secara
gradual, yang disebut klimakterium (kartono, 1992).

Menopause adalah suatu fase dari kehidupan seksual wanita,dimana siklus menstruasi
berhenti. Bagi seorang wanita, dengan berhentinya menstruasi ini berarti berhentinya fungsi
reproduksi (tidak dapat hamil dan mempunyai anak), namun tidak berarti peranannya
dalam melayani suami dibidang kebutuhan seksual berhenti dengan sendirinya (hawari,
1996).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menopause adalah


suatu fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya menstruasi dan
berhentinya fungsi reproduksi.
2. Periode terjadinya menopause
Menurut damayanti (2003), menopause dipacu oleh perubahan hormon dalam tubuh, yang
diawali dengan terkelupasnya pelapis rahim (endometrium) bersama dengan sedikit darah,
yang dipicu oleh kadar hormon progesteron yang rendah dalam tubuh. Pada waktu yang
sama hormon perangsang folikel (FSH = Foilicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein
(Luteinizing Hormone) yang dihasilkan kelenjar hipofise merangsang proses pematangan
telur dalam ovarium. Keadaan ini kemudian menghasilkan peningkatan kadar estrogen. Fase
ini disebut fase pengelupasan.

Fase pengelupasan akan segera diikuti fase proliferasi dimana kadar estrogen tinggi dan
membuat endometrium mengalami penebalan. Akhirnya kadar hormon perangsang folikel
dan hormon lutein mancapai puncaknya dan terjadi pelepasan sel telur dari ovarium
(ovulasi). Folikel tempat sel telur dilepaskan akan membentuk sebuah kelenjar yang disebut
corpus luteum yang menghasilkan progesteron,yang akan membuat kelenjar endometrium
mengalami fase sekresi sebagai persiapan bila terjadi perubahan, sehingga siap untuk suatu
kehamilan.jika sel telur tidak dibuahi, kadar estrogen menurun, corpus luteum mengalami
degenerasi dan kadar progesteronpun menurun.

Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis
terpakai.ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang
dimiliki sejak lahir habis,maka ovulasi akan berhenti sama sekali.jadi terdapat semacam
kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi di sekitar
menopause, yang berkembang sesudahnya. Ada tiga macam hormon penting yang
diproduksi oleh ovarium, yaitu estrogen, progesteron dan testosteron, dimana setelah
mencapai menopause hormon – hormon ini tidak diproduksi.

Santrock (2002) mengemukakan sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa tengah,
beberapa perubahan mulai tampak lebih awal diusia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik/
bagian di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa massa dewasa
tengah telah datang. Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling
menyusahkan dan paling tampak dalam massa dewasa tengah.daya akomodasi mata,
kemampuan untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami
penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59 tahun. Khususnya, individu pada usia tengah
baya mulai mengalami kesulitan melihat obyek – obyek yang dekat.

Mengenai terjadinya menopause, tidak ada batasan umur yang pasti. Sesungguhnya setiap
wanita mengalaminnya pada umur tertentu, setelah masa kesempurnaan berakhir.
Sehubungan dengan itu para ahli memberikan batasan umur pada wanita menopause
berbeda – beda antara satu dengan yang lain, karna ditinjau dari sudut yang berbeda pula.

Purwantyastuti (2005) mengatakan bahwa umumnya wanita indonesia mengalami


menopause diusia 45 – 55 tahun. Hal yang sama juga dikatakan braam dkk (1981), yang
menyatakan bahwa sebagian besar wanita,menopause terjadi pada umur antara 45 – 55
tahun. Meskipun begitu ada beberapa wanita yang mengalami menstruasi terakhir sebelum
umur 45 tahun, tetapi ada pula wanita yang sesudah berumur 57 tahun baru mendapatkan
menstruasi terakhir.

Menurut pakasi (dalam indrawati, 2000) menopause terjadi ditengah masa klimakterium,
yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada awal lanjut
usia, yaitu usia 40 – 63 tahun. Pada masa inilah menstruasi yang merupakan salah satu tanda
kewanitaan seseorang dan cerminan dari kapasitas reproduksi wanita secara berangsur –
angsur mulai berhenti.

Muhammad (1981) menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa – sisa
folikel sel telur yang berada pada indung telur untuk mulai menghilang. Saat ini tidaklah
sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, antara umur 45 tahun dan
55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada
lagi,ketika wanita itu sudah mulai memasuki usia menopause.menurut hastings (damayanti,
2003) sebagian besar wanita mengalami menopause antara umur 40 tahun dan 55 tahun
dan rata – rata pada umur 47 tahun.
3. Gejala – gejala menopause
Pada masa menopause diikuti perubahan – perubahan baik fisik maupun psikisnnya. Untuk
mengetahui masa menopause sudah datang pada wanita, ada beberapa gejala yang
mendahului meskipun tidak semua wanita akan merasakan gejala – gejala ini.
Reitz (damayanti, 2003)mengutarakan beberapa gejala yang mengawali masa menopause
yaitu :
a. Berhentinnya menstruasi secara mendadak.mulai terjadi pola haid yang tidak beraturan,
hiad dapat berubah – ubah dari banyak menjadi sedikit tanpa pola tertentu pada wanita
yang berusia sekitar 45 tahun keatas.
b. Terjadinya arus panas. Hal ini terjadi karna tidak adanya keseimbangan pada vasomotor.
c. Rasa gelisah,mudah tersinggung, ketegangan dan kecemasan,termasuk perasaan
tertekan,sedih,malas,emosi yang meluap,mudah marah,merasa tidak berdaya dan
mudah menangis.
d. Osteoporosis (pengeroposan tulang)
e. Priritis, merupakan istilah kedokteran untuk rasa gatal pada kulit di daerah vulva atau
alat kelamin.

Menurut kartono (1992) beberapa gejala yang menandai menopause yang disebut fase
preliminer yaitu :

a. Menstruasi yang tidak lancar dan tidak teratur, yang datang lebih lambat atau lebih
awal.
b. Kotoran, haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat sedikit.
c. Muncul gangguan – gangguan vasomotoris, yang berupa penyempitan atau pelebaran
pembuluh – pembuluh darah.
d. Merasa pusing, disertai sakit kepala terus – menerus.
e. Keringat berlebih, yaitu berkeringat yang tidak ada henti – hentinnya.
f. Neuralgia yaitu gangguan atau sakit syaraf dan lain – lain.
4. Psikologi lansia
Proses menua ( lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lansia.masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan
yang dibahas pada pasien – pasien geriatri dan psikogeriatri yang merupakan bagian dari
gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek
fisiologis, psikologis,sosial,kultural,ekonomi dan lain –lain (depkes RI, 1992 : 6)

Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia
yang menyangkut aspek promotof ,preventif,kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang
menyertai kehidupan lansia.

Sementara psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah
kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotif,preventif,kuratif dan
rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien geriatri dan psikogeriatri yaitu :
1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.
2. adanya akumulasi dari penyakit – penyakit degeneratif.
3. lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila:
a. ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain)
b. mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karna berbagai sebab,
diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah
kematian pasangan hidup dan lain- lain.

4. hal – hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostatis) sehingga


membawa lansia kearah kerusakan/kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik,depresif,apatis dan sebagainya. Hal itu biasanya
bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan
hidup,kematian anak keluarga dekat,terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma
psikis.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia yaitu:

1. Penurunan kondisi fisik


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda misalnya tenaga berkurang, energi menurun,kulit makin
keriput,gigi makin rontok,tulang makin rapuh dan sebagainya.hal ini dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan – kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial,
sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat
memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,
misalnya makan, tidur,istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan fungsi dan potensi seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung,gangguan metabolisme, misal diabetes
militus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karna
pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang,penggunaan obat – obat
tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid,tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:


a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karna kurang variasi dalam kehidupannya.
d. Pasangan hidup telah meninggal
e. Disfungsi seksual karna perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas,depresi,pikun dan sebagainya.
3. Perubahan aspek psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor.fungsi kognitif meliputi proses
belajar,persepsi,pemahaman,pengertian, perhatian dan lain – lain sehingga menyebabkan
reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal – hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan,tindakan,koordinasi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian konstruktif (construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak,tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe kepribadian mandiri (independent personalitiy), pada tipe ini ada kecendurungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan ( hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,banyak keinginan yang kadang –
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat – marit.
e. Tipe kepribadian kritik (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat
sengsara, karna perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat
susah dirinya.
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.meskipun tujuan ideal pensiun
adalah agar para lansia dapat menikmati, hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknyaa, karna pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi
setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya.

Menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia adalah tergantung
pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada
menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua
dan ada juga yang seolah – olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing – masing sikap
tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing – masing individu, baik positif maupun
negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
menggangu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada
masa persiapan pensiun yang benar – benar diisi dengan kegiatan – kegiatan untuk
mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan
memperoleh gaji penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing –
masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assesment untuk menentukan arah
minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan
setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya
memantapkan arah minatnya masing – masing dan bersifat praktis yang langsung terlihat
hasilnya. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak
jenis dan macamnya.
5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan.

Hal ini sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karna jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi denga orang lain dan
kadang - kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang – barang tak berguna serta merengek – rengek dan menangis bila
ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan diatas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang – orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karna anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara denga penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karna hidup membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam
perantauan sendiri, serinkali menjadi terlantar.

Anda mungkin juga menyukai