PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Data yang diperoleh dari WHO pada tahun 2010, total populasi wanita yang
memasuki masa klimakterium di seluruh dunia mencapai 894 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Mansur,2009).
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa dengan
118.010.204 jiwa adalah wanita.Dimana 27.495.303 jiwa adalah wanita yangberusia
di atas 45 tahun dan diperkirakan telah memasuki masa klimakterium.
Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap reproduksi dan
berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65 tahun. Masa ini
ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Keluhan
tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala menurunnya
fungsi ovarium adalah berhentinya menstruasi pada seorang wanita yang dikenal
sebagai menopause. Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis yang
disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada penurunan produksi
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan dari ovarium. Kekurangan
hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor, urogenital, dan
psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara keseluruhan (Chuni dkk,
2011).
Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10% lansia dimana
jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-laki. Sekitar
separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45-50 tahun
seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati sebelum usia 45 tahun
(kuswita, 2012).
Selain itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa klimakterium, yaitu
mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan sebagainya (Baziad, 2003).
Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi pada
wanita menopause (WHO, 2007). Yoga dapat menyeimbangkan perubahan
hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang dan mencegah
kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta meningkatkan daya tahan
tubuh (Francina, 2003).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dempsey pada tahun 2007, menyatakan
keluhan masalah kesehatan yang di hadapi oleh wanita klimakterium seperti:
keluhan nyeri senggama (93,3%), vagina kering (93,3%), keputihan (75,5%), gatal
pada vagina (88,8%), perasaan panas pada vagina (84,4%), nyeri berkemih
(77,7%), inkontenensia urin (68,8%), nyeri otot atau sendi (77,7 %), rasa letih dan
hilang energi (68,7%), kehilangan nafsu seksual (61,3%), kerutan di kulit (60%), sulit
konsentrasi dan hot flushes (29,5%), gangguan psikologis (64,9%), gangguan tidur
(51,2%) (Dempsey, 2007).
Hasil penelitian Wilujeng pada tahun 2008 tentang perubahan fisik dan
psikologis ibu pada masa menopause, data yang diperoleh dari perubahan fisik
adalah seperti keluhan kulit keriput 52,3% dan bertambah berat badan 50,5%.
Sedangkan yang mengalami perubahan psikologis wanita menopause sebanyak
71,0%, dan gangguan yang timbul dengan keluhan cepat marah 35,5%, mudah
tersinggung 37,4% (Wilujeng, 2008).
RUMUSAN MASALAH
Adakah hubungan perubahan fisik dan psikis dengan penerimaan wanita pada masa
klimakterium di wilayah kerja...
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Memberi masukan secara konseptual dan nyata serta menguji tentang teori-
teori yang terkait tentang hubungan perubahan fisik dan psikis dengan
penerimaan wanita pada masa klimakterium
2. Manfaat Praktik
a. Bagi Mahasiswa
b. Bagi Pembaca
KLIMAKTERIUM
Masa perkembangan anatomi dan fisiologi wanita normal melalui enam
tahapan yaitu masa prapubertas, masa pubertas, masa resproduksi, masa
klimakterium dan menapouse serta masa senile. Masa reproduksi merupakan masa
terpenting dalam kehidupan wanita yang berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada
masa ini paling teratur dan bermakna untuk kemungkinan kehamilan. Menjelang
berakhirnya masa repoduksi ini disebut dengan masa klimkaterium yang merupakan
masa peralihan dari masa reproduksi ke masa senium. Masa ini berlangsung
beberapa tahun sebelum dan setelah menopause (Prawirohardjo, 2001).
Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir
pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Masa ini ditandai
dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif (Prawirohardjo,
2001).
Klimakterium adalah masa peralihan yang berawal dari akhir tahap reproduksi
dan berakhir pada awal senium (lansia). Masa klimakterium terjadi pada usia 45-65
tahun yang meliputi pramenopause (45-55 tahun), menopause (56-60 tahun), dan
pascamenopause (≥ 60 tahun) (Pietter, 2010).
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya sekresi Gonadotropin. Kekurangan hormon estrogen ini
menyebabkan menurunnya berbagai fungsi degeneratif ataupun endokrinologik dari
ovarium. Sejumlah perubahan fisiologis yang terjadi disebabkan oleh berhentinya
fungsi ovarium dan proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala dan
keluhan akibat perubahan tersebut. Gejala dan keluhan tersebut biasanya
berangsur-angsur menghilang, walaupun tidak menyebabkan kematian, namun
menimbulkan rasa tidak nyaman dan menyebabkan gangguan dalam aktifitas
sehari-hari (Bobak, 2005).
Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan menurunnya berbagai fungsi
degeneratif ataupun endokrinologik dari ovarium yang menimbulkan rasa cemas
pada sebagian besar wanita. Keluhan-keluhan pada masa ini disebabkan oleh
sindroma klimaterik. Sindroma ini dialami oleh seluruh penduduk dunia. Tercatat di
Eropa sekitar 70-80 %, Amerika sekitar 60%, Malaysia sekitar 57 %, China 18 % dan
di Jepang serta Indonesia sekitar 10 % (Fajri, 2005). Wanita pada masa
klimakterium akan terjadi perubahan-perubahan tertentu yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan ringan sampai berat. Perubahan dan gangguan itu sifatnya
berbeda-beda. Tahap awal dari perubahan ini yaitu haid/menstruasi tidak teratur dan
sering terganggu. Periode ini disebut sebagai masa pramenopause. Masa
pramenopause sering pula dibarengi dengan meningkatnya aktifitas yang ditandai
oleh gejala meningkatnya rangsangan sexual (Kartini Kartono dalam Ayurai, 2009).
Prawirohardjo (2001) menyatakan bahwa gangguan psikis yang muncul pada
masa klimakterium ini adalah dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan,
semangat berkurang, dan susah tidur. (Prawirohardjo, 2001)
Menurut Wiknjosastro (1999), perubahan psikologis masa klimakterium tidak
sama seperti pada tiap wanita, sangat individual tergantung pada kehidupan
psikologis emosional dan pada pandangan sebelumnya terhadap masa
klimakterium. Wanita dengan keseimbangan psikologis emosional yang baik,
berpengetahuan luas dan dikelilingi keluarga yang harmonis, umumnya mengalami
hanya sedikit gangguan psikologis. Bagi wanita yang memiliki anggapan yang salah
akan diliputi kecemasan yang berlebihan. Mereka takut akan gila, takut akan
kehilangan kewanitaanya, takut dengan kurangnya kemampuan dalam melayani
suami, kemampuan coitus dan kehilangan rasa cinta suami. Perasaan-perasaan
yang demikian bila berlebihan dapat menimbulkan gejala – gejala seperti susah
tidur, mudah marah, gelisah, cemas dan lain-lainnya (Wiknjosastro, 1999).
Kecemasan atau anxietas merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Kecemasan ini merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan
tingkah laku, baik tingkah laku yang normal maupun tidak normal termasuk
didalamnya adalah perilaku menyimpang dan perasaan terganggu (Gunarsa dan
Gunarsa, 1999).
Kecemasan terhadap sindrom klimakterium ini dapat dinyatakan sebagai
adanya perasaan terganggu dengan hadirnya berbagai macam gejala yang
menyertai kondisi masa klimakterium. (Gunarsa dan Gunarsa, 1999).
Faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kecemasan wanita dibagi menjadi
dua, yaitu Faktor internal yang meliputi Jenis kelamin, Usia, dan Tingkat
kematangan seseorang dalam kehidupan (maturasi), dan Faktor eksternal meliputi
Potensi stressor, Status pendidikan, Status ekonomi, Tingkat pengetahuan, serta
Kemudahan dalam memperoleh informasi (Kaplan dan Sadock, 1997).
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari
defesiensi estrogen dapat berupa gangguan siklus haid, gangguan neurovegetatif,
gangguan psikis dan gangguan somatic. (Baziad, Ali. 2003)
1. Gangguan siklus haid: perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore,
polimenore, dan hipermenore.
2. Gangguan nerovegetatif: gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa
kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-
jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ).
3. Gangguan psikis: mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah
tidur.
4. Gangguan somatic: infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosis,
afipositas, kolpitis, ektropium uretra, inkontinensia urin, disuria, desnsus,
prolaps, penyakit kulit klimakterik, dispareumia artritis, sklerosis koroner,
adipositas, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan
gangguan libido.
Klimakterium berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause. Pada saat ini kadar
estrogen telah mencapai nilai yang rendah yang sesuai dengan keadaan senium,
dan gejala-gejala neurovegetatif telah terhenti. Dengan demikian, lamanya
klimakterium ± 13 tahun.( Baziad, Ali. 2003).
PERUBAHAN FISIK PADA MASA KLIMAKTERIUM
1. Kulit dan rambut
Pada masa klimakterium hormon estrogen menurun dan lemak menghilang.
Sehingga menyebabkan kulit keriput dan terlihat kendor. Begitu juga dengan
rambut, rambut akan mengalami kerontokan (Lestary, 2010).
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang dan mikroarsitektur dari jaringan tulang akibat
berkurangnya hormon estrogen. Dengan menurunnya kadar estrogen, maka
proses osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang akan tehambat
dan fungsi osteoclast dalam merusak tulang akan meningkat. Karena tulang tua
diserap dan dirusak oleh osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh
osteoblast, maka tulang menjadi osreoporosis (Proverawati, 2010).
3. Sakit kepala
Sakit kepala disebabkan karena syaraf pada pembuluh darah yang menuju ke
otak dan kepala melar atau mengkerut. Perubahan bulanan dalam penimbunan
air adalah penyebab sakit kepala dan pandangan kabur. Pada waktu
menopause saat melewati beberapa masa haid, ada banyak ciri yang dialami
ketika menyelesaikan siklus haid. Banyak wanita yang memproduksi
penambahan aldosteron sebelum waktu dimana biasanya mengalami haid. Hal
itu yang menyebabkan penyimpanan cairan tubuh. Saat cairan yang berlebihan
masuk tertahan di otak akan menyebabkan sakit kepala (Lestary, 2010).
4. Bengkak
Dalton seorang ahli dalam bidang siklus wanita mengatakan bahwa wanita
menopause rentan mengalami bengkak, hal ini disebabkan karena tubuh
menghasilkan progesterone yang bertindak sebagai lawan estrogen juga
menghasilkan terlalu banyak aldosteron atau tidak cukup penawarnya, sehingga
menyebabkan adanya pengaturan kimia tubuh yang tidak seimbang (Lestary,
2010).
5. Penyakit jantung koroner
Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan penurunan HDL (High Density
Lipoprotein) dan meningkatkan LDL (Low Density Lipoprotein), trigliserida dan
kolesterol total, yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.
Penimbunan lemak tubuh juga merupakan faktor resiko penyakit jantung
koroner.
6. Kanker
Penyakit lain yang dapat terjadi masa menopause adalah kanker, seperti kanker
endometrium, kanker indung telur, kanker mulut rahim, kanker payu dara dan
kanker vagina. Selain pengaruh hormon tubuh juga (Kasdu, 2004).
7. Sembelit
Seluruh proses metabolisme mulai menurun dengan bertambahnya usia. Tubuh
berusaha beradaptasi dengan ambang kadar estrogen yang baru. Hal ini yang
sering menimbulkan sembelit. Selain itu, sembelit juga dipengaruhi oleh
penambahan kalsium untuk kepentingan mengurangi resiko osteoporosis dan
pada makan yang minim serat, yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran (Lestary,
2010).
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
F. Instrumen penelitian
1. Instrumen perubahan fisik wanita klimakterium yang dialami responden
dengan menggunakan skala Guttman, terdiri dari 14 pertanyaan.
2. Instrumen perubahan psikologis wanita masa klimakterium dan masalah
psikologis wanita klimakterium pada responden menggunakan skala Likert
sebanyak 16 pertanyaan.
G. Analisis Data
Kasdu, Dini. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspa
Swara