Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan


status kesehatan dan gizi masyarakat antara lain meningkatnya usia harapan hidup
(UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, Usia Harapan hidup
secara keseluruhan di Indonesia adalah 70 tahun. Dimana UHH pada pria 68 tahun
dan wanita 73 tahun (Data Statistik Indonesia, 2011).

Data yang diperoleh dari WHO pada tahun 2010, total populasi wanita yang
memasuki masa klimakterium di seluruh dunia mencapai 894 juta jiwa dan
diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Mansur,2009).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa dengan
118.010.204 jiwa adalah wanita.Dimana 27.495.303 jiwa adalah wanita yangberusia
di atas 45 tahun dan diperkirakan telah memasuki masa klimakterium.

Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap reproduksi dan
berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65 tahun. Masa ini
ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Keluhan
tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala menurunnya
fungsi ovarium adalah berhentinya menstruasi pada seorang wanita yang dikenal
sebagai menopause. Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis yang
disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada penurunan produksi
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan dari ovarium. Kekurangan
hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor, urogenital, dan
psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara keseluruhan (Chuni dkk,
2011).

Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10% lansia dimana
jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-laki. Sekitar
separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45-50 tahun
seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati sebelum usia 45 tahun
(kuswita, 2012).

Keluhan-keluhan klimakterik yang dapat timbul pada masa klimakterium adalah


panas pada kulit (hot flushes), keringat pada malam hari, kelelahan, sakit kepala,
vertigo, jantung berdebar-debar, berat badan bertambah, sakit dan nyeri pada
persendian, osteoporosis, kekeringan kulit dan rambut, kulit genitalia dan uretra
menipis dan kering (Hillegas, 2005).

Selain itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa klimakterium, yaitu
mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan sebagainya (Baziad, 2003).
Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi pada
wanita menopause (WHO, 2007). Yoga dapat menyeimbangkan perubahan
hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang dan mencegah
kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta meningkatkan daya tahan
tubuh (Francina, 2003).

Menurut Nina (2007), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas


aerobik, kekuatan, flexibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga dapat
meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara
sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat
banyak teman dan meningkatkan produktivitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dempsey pada tahun 2007, menyatakan
keluhan masalah kesehatan yang di hadapi oleh wanita klimakterium seperti:
keluhan nyeri senggama (93,3%), vagina kering (93,3%), keputihan (75,5%), gatal
pada vagina (88,8%), perasaan panas pada vagina (84,4%), nyeri berkemih
(77,7%), inkontenensia urin (68,8%), nyeri otot atau sendi (77,7 %), rasa letih dan
hilang energi (68,7%), kehilangan nafsu seksual (61,3%), kerutan di kulit (60%), sulit
konsentrasi dan hot flushes (29,5%), gangguan psikologis (64,9%), gangguan tidur
(51,2%) (Dempsey, 2007).
Hasil penelitian Wilujeng pada tahun 2008 tentang perubahan fisik dan
psikologis ibu pada masa menopause, data yang diperoleh dari perubahan fisik
adalah seperti keluhan kulit keriput 52,3% dan bertambah berat badan 50,5%.
Sedangkan yang mengalami perubahan psikologis wanita menopause sebanyak
71,0%, dan gangguan yang timbul dengan keluhan cepat marah 35,5%, mudah
tersinggung 37,4% (Wilujeng, 2008).

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil perumusan masalah yaitu :

Adakah hubungan perubahan fisik dan psikis dengan penerimaan wanita pada masa
klimakterium di wilayah kerja...

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini di bagi menjadi 2 yaitu

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan perubahan fisik dan psikis dengan penerimaan


wanita pada masa klimakterium di wilayah kerja...
2. Tujuan Khusus

Mengetahui Problematika kesehatan wanita tentang hubungan perubahan


fisik dan psikis dengan penerimaan wanita pada masa klimakterium di wilayah
kerja...

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Memberi masukan secara konseptual dan nyata serta menguji tentang teori-
teori yang terkait tentang hubungan perubahan fisik dan psikis dengan
penerimaan wanita pada masa klimakterium

2. Manfaat Praktik
a. Bagi Mahasiswa

Bahan realisasi mahasiswa Fisioterapi dalam membina dan menambah


ilmu pengetahuan tentang mata kuliah kesehatan reproduksi pada wanita.

b. Bagi Pembaca

Menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai


klimakterium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KLIMAKTERIUM
Masa perkembangan anatomi dan fisiologi wanita normal melalui enam
tahapan yaitu masa prapubertas, masa pubertas, masa resproduksi, masa
klimakterium dan menapouse serta masa senile. Masa reproduksi merupakan masa
terpenting dalam kehidupan wanita yang berlangsung kira-kira 33 tahun. Haid pada
masa ini paling teratur dan bermakna untuk kemungkinan kehamilan. Menjelang
berakhirnya masa repoduksi ini disebut dengan masa klimkaterium yang merupakan
masa peralihan dari masa reproduksi ke masa senium. Masa ini berlangsung
beberapa tahun sebelum dan setelah menopause (Prawirohardjo, 2001).
Klimakterium merupakan masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir
pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. Masa ini ditandai
dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif (Prawirohardjo,
2001).
Klimakterium adalah masa peralihan yang berawal dari akhir tahap reproduksi
dan berakhir pada awal senium (lansia). Masa klimakterium terjadi pada usia 45-65
tahun yang meliputi pramenopause (45-55 tahun), menopause (56-60 tahun), dan
pascamenopause (≥ 60 tahun) (Pietter, 2010).
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya sekresi Gonadotropin. Kekurangan hormon estrogen ini
menyebabkan menurunnya berbagai fungsi degeneratif ataupun endokrinologik dari
ovarium. Sejumlah perubahan fisiologis yang terjadi disebabkan oleh berhentinya
fungsi ovarium dan proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala dan
keluhan akibat perubahan tersebut. Gejala dan keluhan tersebut biasanya
berangsur-angsur menghilang, walaupun tidak menyebabkan kematian, namun
menimbulkan rasa tidak nyaman dan menyebabkan gangguan dalam aktifitas
sehari-hari (Bobak, 2005).
Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan menurunnya berbagai fungsi
degeneratif ataupun endokrinologik dari ovarium yang menimbulkan rasa cemas
pada sebagian besar wanita. Keluhan-keluhan pada masa ini disebabkan oleh
sindroma klimaterik. Sindroma ini dialami oleh seluruh penduduk dunia. Tercatat di
Eropa sekitar 70-80 %, Amerika sekitar 60%, Malaysia sekitar 57 %, China 18 % dan
di Jepang serta Indonesia sekitar 10 % (Fajri, 2005). Wanita pada masa
klimakterium akan terjadi perubahan-perubahan tertentu yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan ringan sampai berat. Perubahan dan gangguan itu sifatnya
berbeda-beda. Tahap awal dari perubahan ini yaitu haid/menstruasi tidak teratur dan
sering terganggu. Periode ini disebut sebagai masa pramenopause. Masa
pramenopause sering pula dibarengi dengan meningkatnya aktifitas yang ditandai
oleh gejala meningkatnya rangsangan sexual (Kartini Kartono dalam Ayurai, 2009).
Prawirohardjo (2001) menyatakan bahwa gangguan psikis yang muncul pada
masa klimakterium ini adalah dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan,
semangat berkurang, dan susah tidur. (Prawirohardjo, 2001)
Menurut Wiknjosastro (1999), perubahan psikologis masa klimakterium tidak
sama seperti pada tiap wanita, sangat individual tergantung pada kehidupan
psikologis emosional dan pada pandangan sebelumnya terhadap masa
klimakterium. Wanita dengan keseimbangan psikologis emosional yang baik,
berpengetahuan luas dan dikelilingi keluarga yang harmonis, umumnya mengalami
hanya sedikit gangguan psikologis. Bagi wanita yang memiliki anggapan yang salah
akan diliputi kecemasan yang berlebihan. Mereka takut akan gila, takut akan
kehilangan kewanitaanya, takut dengan kurangnya kemampuan dalam melayani
suami, kemampuan coitus dan kehilangan rasa cinta suami. Perasaan-perasaan
yang demikian bila berlebihan dapat menimbulkan gejala – gejala seperti susah
tidur, mudah marah, gelisah, cemas dan lain-lainnya (Wiknjosastro, 1999).
Kecemasan atau anxietas merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya. Kecemasan ini merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan
tingkah laku, baik tingkah laku yang normal maupun tidak normal termasuk
didalamnya adalah perilaku menyimpang dan perasaan terganggu (Gunarsa dan
Gunarsa, 1999).
Kecemasan terhadap sindrom klimakterium ini dapat dinyatakan sebagai
adanya perasaan terganggu dengan hadirnya berbagai macam gejala yang
menyertai kondisi masa klimakterium. (Gunarsa dan Gunarsa, 1999).
Faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kecemasan wanita dibagi menjadi
dua, yaitu Faktor internal yang meliputi Jenis kelamin, Usia, dan Tingkat
kematangan seseorang dalam kehidupan (maturasi), dan Faktor eksternal meliputi
Potensi stressor, Status pendidikan, Status ekonomi, Tingkat pengetahuan, serta
Kemudahan dalam memperoleh informasi (Kaplan dan Sadock, 1997).
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari
defesiensi estrogen dapat berupa gangguan siklus haid, gangguan neurovegetatif,
gangguan psikis dan gangguan somatic. (Baziad, Ali. 2003)
1. Gangguan siklus haid: perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore,
polimenore, dan hipermenore.
2. Gangguan nerovegetatif: gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa
kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-
jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ).
3. Gangguan psikis: mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah
tidur.
4. Gangguan somatic: infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosis,
afipositas, kolpitis, ektropium uretra, inkontinensia urin, disuria, desnsus,
prolaps, penyakit kulit klimakterik, dispareumia artritis, sklerosis koroner,
adipositas, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan
gangguan libido.
Klimakterium berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause. Pada saat ini kadar
estrogen telah mencapai nilai yang rendah yang sesuai dengan keadaan senium,
dan gejala-gejala neurovegetatif telah terhenti. Dengan demikian, lamanya
klimakterium ± 13 tahun.( Baziad, Ali. 2003).
PERUBAHAN FISIK PADA MASA KLIMAKTERIUM
1. Kulit dan rambut
Pada masa klimakterium hormon estrogen menurun dan lemak menghilang.
Sehingga menyebabkan kulit keriput dan terlihat kendor. Begitu juga dengan
rambut, rambut akan mengalami kerontokan (Lestary, 2010).
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang dan mikroarsitektur dari jaringan tulang akibat
berkurangnya hormon estrogen. Dengan menurunnya kadar estrogen, maka
proses osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang akan tehambat
dan fungsi osteoclast dalam merusak tulang akan meningkat. Karena tulang tua
diserap dan dirusak oleh osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh
osteoblast, maka tulang menjadi osreoporosis (Proverawati, 2010).
3. Sakit kepala
Sakit kepala disebabkan karena syaraf pada pembuluh darah yang menuju ke
otak dan kepala melar atau mengkerut. Perubahan bulanan dalam penimbunan
air adalah penyebab sakit kepala dan pandangan kabur. Pada waktu
menopause saat melewati beberapa masa haid, ada banyak ciri yang dialami
ketika menyelesaikan siklus haid. Banyak wanita yang memproduksi
penambahan aldosteron sebelum waktu dimana biasanya mengalami haid. Hal
itu yang menyebabkan penyimpanan cairan tubuh. Saat cairan yang berlebihan
masuk tertahan di otak akan menyebabkan sakit kepala (Lestary, 2010).
4. Bengkak
Dalton seorang ahli dalam bidang siklus wanita mengatakan bahwa wanita
menopause rentan mengalami bengkak, hal ini disebabkan karena tubuh
menghasilkan progesterone yang bertindak sebagai lawan estrogen juga
menghasilkan terlalu banyak aldosteron atau tidak cukup penawarnya, sehingga
menyebabkan adanya pengaturan kimia tubuh yang tidak seimbang (Lestary,
2010).
5. Penyakit jantung koroner
Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan penurunan HDL (High Density
Lipoprotein) dan meningkatkan LDL (Low Density Lipoprotein), trigliserida dan
kolesterol total, yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.
Penimbunan lemak tubuh juga merupakan faktor resiko penyakit jantung
koroner.
6. Kanker
Penyakit lain yang dapat terjadi masa menopause adalah kanker, seperti kanker
endometrium, kanker indung telur, kanker mulut rahim, kanker payu dara dan
kanker vagina. Selain pengaruh hormon tubuh juga (Kasdu, 2004).
7. Sembelit
Seluruh proses metabolisme mulai menurun dengan bertambahnya usia. Tubuh
berusaha beradaptasi dengan ambang kadar estrogen yang baru. Hal ini yang
sering menimbulkan sembelit. Selain itu, sembelit juga dipengaruhi oleh
penambahan kalsium untuk kepentingan mengurangi resiko osteoporosis dan
pada makan yang minim serat, yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran (Lestary,
2010).

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA KLIMAKTERIUM


Selain perubahan fisik yang dialami wanita menopause, perubahan psikologis juga
sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa
menopause. Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah mudah merasa
tegang dalam kehidupan wanita seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki
masa pensiun, melihat anak-anak tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah serta
penyesuaian lain dalam kehidupan. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala pada
fisik dan psikis, termasuk menjadi pelupa, kurang dapat memusatkan perhatian,
mudah cemas, mudah marah dan depresi (Sri Palupi, 2012).

Tanda Awal Klimakterium


Masa ini ditandai denngan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif,
yaitu, terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid.
Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran
gonadotropin.( Baziad, Ali. 2003)
Gangguan pada klimakterium
Gangguan neurovegetatif, yang disebut juga gangguan vasomotorik dapat muncul
sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala,
desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas,
jari-jari atrofi dan gangguan usus. Gangguan psikis muncul dalam bentuk mudah
tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur. Gangguan
somatic, selain gangguan haid atau amenorea, mencakup pulakolpitis atrofikans,
ektropium treter, osteoporosis, atritis, aterosklerosis, sclerosis koroner, dan
adipositas.( Cris Brooker. 2008)
Kelainan haid sering juga terjadi pada pramenopause. Kelainan tersebut dapat
bersifat oligomenorea, atau polimenorea. Sering juga banyaknya darah waktu haid
berubah, sehingga dapat terjadi hipomenorea atau hipermenorea. Yang paling
mengganggu adalah metroragia yang disebabkan oleh tidak lagi teraturnya ovulasi
dalam pramenopause, jadi siklus sering bersifat anovulatoar yang dapat
menimbulkan perdarahan disfungsional. Dalam hal ini endometrium yang
dipengaruhi oleh estrogen tanpa pengaruh progesterone member gambaran
hyperplasia glandularis sistika. Metroragia ini paling sering terjadi dalam tahun-tahun
terakhir pramenopause.( Cris Brooker. 2008)

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA LIMAKTERIUM


Bagaimana bidan menghadapi masalah klimaterium di tengah masyarakat. Seperti
dikemukakan bahwa hanya sekitar 25 % wanita mengeluh karena terjadi penurunan
estrogen tubuh dan memerlukan tambahan hormon sebagai substitusi. Pemberian
substitusi hormon tanpa diikuti pengawasan ketat adalah berbahaya, karenanya
bidan dapat mengambil langkah untuk melakukan anjuran pada wanita dengan
keluhan menopause dapat memeriksakan diri ke dokter puskesmas. Bidan
berkonsultasi dengan dokter puskesmas atau dokter ahli. Setelah pengobatan, bidan
dapat meneruskan pengawasan.( Kasdu, Dini. 2002)

Pencegahan Terhadap Sindrom Klimakterium:


1. Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C, D, E dan
cukup serat ).
2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti :
a. Isoflavon, terdapat pada kacang-kacangan,
b. Lignan; terdapat pada padi, sereal dan sayur-sayuran,
c. Caumestran ; terdapat pada daun semanggi. Mengkonsumsi makanan
dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan.
3. Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.
4. Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ). (Doenges, E, Marilyn. 1999)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain


korelatif. Sedangkan teknik pengambilan data menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia 45-
55 tahun yang sedang masa klimakterium.

B. Teknik Pengambilan sampel

Teknik sampling proposional random sampling dengan memperhatikan


kriteria inklusi dan eksklusi

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di kelurahan ...... Kota Polman pada bulan .... ̶ ....
2019.
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Arikunto, 2010) pada penelitian ini populasi yang dimaksud adalah seluruh
perempuan premenopause di ............
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
E. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi
a. Wanita dengan rentang usia 46-57 tahun yang sudah memasuki masa
menopause.
b. Mampu membaca dan menulis.
c. Bersedia menjadi responden dan bersedia mengikuti jalannya penelitian
hingga selesai.
2. Kriteria ekslusi
a. Ibu yang pada saat penelitian berlangsung sedang bepergian dalam
waktu yang lama.

F. Instrumen penelitian
1. Instrumen perubahan fisik wanita klimakterium yang dialami responden
dengan menggunakan skala Guttman, terdiri dari 14 pertanyaan.
2. Instrumen perubahan psikologis wanita masa klimakterium dan masalah
psikologis wanita klimakterium pada responden menggunakan skala Likert
sebanyak 16 pertanyaan.

G. Analisis Data

Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan rumus (X 2) / chi-square (Sugiyono,


2013).
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Pramihardjo
Brunner & Suddarth.2001.  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Cris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Kasdu, Dini. 2002. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta : Puspa
Swara

Anda mungkin juga menyukai