Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti
kekurangan zat besi, asam folat ataupun vitamin B12. Anemia yang paling sering terjadi
terutama pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe), sehingga lebih
dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi (AGB).
Ekstrak daun kelor dibuat dengan daun kelor dipetik dari pohon atau tangkai kelor
yang berwarna hijau setelah itu daun kelor dicuci bersama dahan sampai bersih dan
dilakukan minimal 3 kali penggantian air bersih atau menggunakan air mengalir. Setelah itu
daun kelor yang telah bersih di blenching pada suhu ±70oC selama 1 jam, kemudian daun
kelor diangin-anginkan agar air yang melekat pada daun menguap atau mengering.Setelah
daun mengering kemudian daun dirontokkan dari dahannya kemudian daun yang telah
lepas dari dahannya di tebar di atas jaring-jaring atau rank plastik dan menggunakan lampu
pijar pada suhu ±38-39oC. selama berada di rank plastik, daun kelor dibolak-balik setiap ±12
jam, ini lakukan agar daun mengering dengan merata. Dan pengeringan dilakukan selama
±3 hari (3 kali 24 jam). Kemudian daun kelor yang telah dikeringkan tadi diblender dan
diayak. Daun kelor yang telah menjadi ekstrak daun kelor kemudian dimasukkan dalam
kapsul.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Alessandro leono dkk (2013) diperoleh
hasil pemeriksaan laboratorium diketahui komposisi zat gizi ekstrak daun kelor yaitu kadar
protein 25,25%, Besi 91,72 mg, dan vitamin A 33.991,51 ug, vitamin C 1125,71 mg dan
vitamin E 3,34 mg setiap 100 gram bahan. Daun kelor kering mengandung vitamin C 773
mg setiap 100 gram bahan kering. Suplemen ekstrak daun kelor juga dinilai lebih efisien
dalam mencegah anemia dan dapat mempertahankan kadar Hb normal (mencegah
anemia).
Penelitian ini sejalan dengan Ishaq (2015) dengan judul Effect of Moringa Oleifera
Leaf Extracts Supplementation in Preventing Maternal Anemia and Low-Birth-Weight.
Diperoleh kadar hemoglobin pada kelompok intervensi meningkat secara signifikan (p
<0,05), namun perbedaan kenaikan kadar hemoglobin tidak signifikan (p> 0,05). Kelompok
intervensi mengalami kenaikan kadar hemoglobin 0,73 gr / dl, sedangkan pada kelompok
kontrol kenaikannya hanya 0,21 gr / dl. Tingkat eritrosit dan hematokrit pada kedua
kelompok juga meningkat meski perbedaannya tidak signifikan. Anemia ibu dalam penelitian
ini dilakukan dengan pemeriksaan hitung darah lengkap, yaitu kadar hemoglobin, dan
pemeriksaan eritrosit dilanjutkan dengan penilaian nilai corpuscular rata-rata. Anemia
maternal adalah adaptasi psikologis dan fisiologis sistemik, terutama pada sistem
kardiovaskular yang spesifik dalam volume darah
Penelitian lain yang dilakukan oleh Adegbite et al (2016) dengan judul Effects of
Moringa Oleifera Leaves on Hematological Indices in Humans. Diperoleh temuan menarik
yang menunjukkan bahwa suplemen makanan dengan Moringa Oleifera berpotensi
membalikkan anemia dalam waktu singkat. Moringa Oleifera telah ditemukan mengandung
alkaloid, flavonoid, fitosterol dan saponin yang diketahui memiliki sifat hematopoietic. Selain
zat bioaktif ini di daun Moringa Oleifera, juga telah dikatakan sebagai sumber vitamin A, B, C
yang luar biasa, mineral seperti zat besi dan protein, yang semuanya dapat berkontribusi
terhadap efek yang diamati pada warna merah sel darah. Sebaliknya, kelompok 1 berarti
hemoglobin sel menurun dari 27,80 ± 0,89 menjadi 27,45 ± 0,81, serta kelompok 2, dari
26,75 ± 0,93 sampai 26,55 ± 0,98. Konsentrasi hemoglobin sel rata-rata juga turun pada
kedua kelompok.
A. KESIMPULAN
1. Kadar Hb sebelum perlakuan dengan kadar Hb sesudah perlakuan dengan ektrak daun
kelor maka dari 15 responden terdapat 3 responden dengan kadar Hb abnormal meningkat
walaupun belum sampai kadar normal ( Hb 9-10,9 gr/dl).)
2. Kadar Hb sesudah perlakuan dengan ekstrak daun kelor dari 5 responden dengan kadar
Hb berkisar antara 9-9,9 gr/dl sebelum perlakuan, sesudah perlakuan dengan ekstrak daun
kelor terdapat 2 responden yang mengalami peningkatan kadar Hb tetapi tidak mencapai
kadar normal (9-10,9 gr/dl) dan 10 responden dengan kadar Hb berkisar antara 10-10,9 gr/dl
sebelum perlakuan, sesudah perlakuan dengan ekstrak daun kelor terdapat 1 responden
yang mengalami peningkatan kadar Hb tetapi tidak mencapai kadar normal (9-10,9 gr/dl).
3. Hasil uji hipotesis komparatif dengan uji Wilcoxon antara kadar Hb sebelum dan sesudah
perlakuan diperoleh nilai significancy 0,001 (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna kadar Hb antara sebelum perlakuan dan sesudah
perlakuan.
Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan ada pengaruh peningkatan
kadar Hemoglobin sebelum dan setelah konsumsi ekstrak daun kelor pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Mapilli Kota Polman Tahun 2019.
B. SARAN
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang lebih bervariasi serta jumlah sampel
yang lebih banyak.
4. Memasyarakatkan tentang potensi daun kelor untuk dijadikan suplemen dan bahan
fortifikasi yang relative murah, mudah dan aman digunakan untuk mengatasi anemia
defisiensi zat besi bagi masyarakat pedesaan khususnya masyarakat disekitar wilayah
Puskesmas Mapilli Kota Polman.