BAB I
PENDAHULUAN
pada tahun 2011 jumlah penduduk menjadi 241 juta jiwa lebih dengan 118
juta jiwa di antaranya adalah perempuan, termasuk 14,3 juta orang perempuan
berusia 50 tahun ke atas, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah perempuan
menopause terus bertambah jumlahnya menjadi 30,3 juta jiwa (Badan Pusat
selanjutnya akan terjadi banyak perubahan pada fungsi tubuh manusia. Pada
proses menua akan terjadi perubahan fisik dan psikologis. Salah satu
1
2
perubahan dari haid menjadi tidak haid lagi, otomatis terjadi perubahan organ
umumnya. Tidak heran apabila kemudian muncul berbagai keluhan fisik, baik
antara lain gaya hidup, etnis, status menstruasi, status sosial ekonomi,
berkeringat, nyeri otot dan sendi, gangguan tidur, kecemasan, dan gangguan
kualitas tidur, serta ketergantungan obat yang dialami oleh seorang individu.
Hal ini tentunya sesuai dengan konsep sehat WHO yang mendefinisikan
bahwa sehat merupakan keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, sosial yang
tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat secara fisik tetapi mampu merasa
dimensi, yaitu dimensi fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan umum,
fungsi sosial, energi, peranan emosi, dan kesehatan jiwa. Delapan dimensi
Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat di usia yang tidak muda lagi ini,
pelatihan yoga. Yoga merupakan salah satu latihan pernafasan. Salah satu
ketenangan juga kepuasan. Hasil penelitian dari beberapa peneliti dalam jurnal
kualitas hidup terkait kesehatan masih jarang dilakukan dan ditemui. Dengan
menopause.
B. Perumusan Masalah
menopause?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
menopause.
2. Manfaat Aplikatif
olah tubuh dan napas terhadap kualitas hidup terkait kesehatan wanita
menopause.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Menopause
a. Definisi
haid lagi atau mati haid, sedangkan kata menopause tersebut berasal dari
Bahasa Yunani yang terbagi dalam dua kata men yang berarti
et al., 2005).
6
7
1) Fase Premenopause
2) Fase Perimenopause
3) Fase Menopause
4) Fase Pascamenopause
b. Tipe Menopause
1) Menopause fisiologis
estrogen. Ada dua faktor utama yang berperan dalam hal ini. Pertama
diproduksi selama dua minggu pertama siklus. Karena tidak ada telur
yang akan melekat pada korpus luteum. Bila ovulasi tidak terjadi,
juga tidak akan ada progesteron yang akan dikeluarkan oleh korpus
luteum pada paruh kedua siklus. Ini berarti estrogen akan terus
progesteron, dan ini akan mengakibatkan haid yang berat di luar yang
9
(Wirakusumah, 2003).
c. Fisiologi Menopause
dari fase reproduksi menuju usia tua (senilis) yang terjadi akibat
10
memasuki usia 40 tahun. Jumlah sel telur yang diproduksi oleh ovarium
primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH. Perubahan signifikan
pada aksis HPO yang tidak adekuat sehingga estrogen tidak lagi dapat
jumlah besar dan kontinyu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa
menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi
1) Faktor fisik
2) Faktor psikis
perubahan emosi dalam bentuk, antara lain rasa tegang dan cemas,
3) Faktor pengetahuan
4) Jumlah Paritas
pada usia yang lebih cepat, di mana wanita dengan IMT yang rendah
e. Gejala Menopause
1) Gejala Fisik
a) Gejala vasomotor
Hot flushes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan
tubuh bagian atas (seperti leher dan dada). Kulit di daerah tersebut
detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung sampai satu jam
(Baziad, 2003).
mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta
sulit tidur. Pada kebanyakan wanita, hal ini berakhir 1-2 tahun, tetapi
pada 25% wanita berakhir lebih lama dari 5 tahun (Kasdu, 2004).
15
sinus urogenital dan duktus Muller. Selain itu, di uretra dan vagina
c) Perubahan kulit
2) Gangguan somatik
3) Gangguan seksual
4) Gangguan psikologi
(Varney, 2007).
b) Kecemasan
(Varney, 2007).
c) Stres
lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita
d) Depresi
2. Yoga
a. Definisi
terbentuk dari kebudayaan India kuno sejak 5000 tahun lalu. Yoga atau yuj
erat dengan pola gerak, napas, serta pikiran yang memungkinkan terjadinya
fisik yang cermat dan penuh konsentrasi. Seorang yang melakukan yoga
b. Unsur-unsur yoga
hidup lainnya. Hal ini berarti juga tidak melakukan kekerasan kepada
menyembunyikan kebenaran.
2) Niyama Cara hidup dan berperilaku pada diri-sendiri. Ini juga terbagi
lima:
alam semesta atau dalam diri. Tanpa menyebut Tuhan, pasal ini
mengajak untuk berpasrah kepada yang lebih tinggi dari realitas yang
terlihat di mata.
duduk, namun dalam tradisi Hatha Yoga, asana diartikan sebagai postur
(pencerahan).
cabang berikutnya. Hal ini merupakan tahap awal menuju Dhyana atau
objek. Hal ini merupakan perjalanan untuk lebih jauh masuk ke dalam
(Asmarani, 2011).
c. Manfaat yoga
1) Pernafasan
2) Kekuatan otot
Gaya pada saat latihan yoga seperti: downward dog, upward dog,
dan plank, membangun kekuatan tubuh bagian atas. Hal ini menjadi
3) Fleksibilitas
Salah satu bagian dari yoga disebut asana bekerja secara aman
untuk strerching otot seseorang. Proses ini melepaskan asam laktat yang
4) Mengatasi insomnia
karena beberapa hal, ada yang disebabkan oleh bergesernya waktu tidur
(tidur larut malam dan bangun siang) dan ada pula yang sama sekali
tidak bisa tidur karena banyak pikiran atau sedang mengalami masalah
ketegangan dan membuat tubuh jadi cukup letih dan mudah tertidur
(Sindhu, 2009a).
5) Mengurangi kecemasan
kecemasan diambil dari kitab suci tradisional yoga (Patanjali yoga sutra,
untuk manajemen kesehatan. Praktek ini terdiri dari asana (postur yoga),
kualitas hidup yang lebih baik bahkan selama periode stres. Praktek
Bhattacharjee, 2008).
jika dilakukan dengan teratur, aliran darah dan oksigen yang menuju ke
25
otak menjadi lancar, pikiran akan menjadi lebih jernih, terang, fokus,
otak, selain tentunya pikiran yang sehat, pikiran yang tidak ambisius,
adalah darah yang segar yang membawa oksigen. Latihan asana yang
tubuh
c) Membentuk postur tubuh yang lebih tegap, serta otot yang lebih
positif
26
d. Aliran-aliran yoga
Menurut Sierra (2007), ada sembilan bentuk aliran yoga yang sesuai
kebutuhan:
Sri Yoga; 10) Ananda Marga; 11) Yogalates, dan lain sebagainya
(Widyantoro, 2010).
27
Yoga merupakan sebuah seni kuno dan intervensi holistik yang meliputi
fisik, mental, moral dan spiritual. Gaya hidup Yoga merupakan cara hidup
dari 6 wanita peri dan pasca menopause yang menyelesaikan program yoga 8
Yoga nantinya akan membuat tubuh menjadi rileks, tenang, dan fokus.
produksi dari ACTH. Penurunan ACTH akan mengurangi sintesis kortisol dari
2013).
Latihan yoga memiliki efek yang baik pada sistem endokrin. Sistem
respon stres selama menopause dapat menjadi lebih buruk ketika tingkat
hormon mulai berfluktuasi. Pola tidur dapat terganggu dan stres yang
2001).
Tujuh Chakra utama adalah energi untuk sistem endokrin, dan masing-
masing Chakra sesuai dengan kelenjar endokrin tertentu. Menurut sistem ini,
Cakra mengambil energi dalam bentuk prana (energi universal) yang masuk
untuk sistem energi tubuh untuk tetap sehat. Ketika Chakra ditutup atau
melakukan fungsi ini secara efisien. Disfungsi yang dapat terwujud dalam
keyakinan yang menyebabkan kebiasaan, pilihan gaya hidup dan pola perilaku
2001).
a. Adrenal
bahkan ketika terancam atau takut. Pose dalam yoga ini yang merangsang
b. Gonad
2001).
c. Pankreas
2001).
d. Timus
e. Tyroid
f. Pituitary
2001).
digunakan secara khusus dirancang sehingga sisi tulang rusuk terbuka. Ketika
Gambar 2.1. Supported Lying Down Bound-Angle Pose -The Goddess Pose (Supta
Baddha Konasana) (Fransina, 2005).
Pose ini membuat abdomen, uterus, ovarium dan vagina dalam posisi
Gambar 2.2. Supported Childs Pose (Adho Mukha Virasana) (Fransina, 2005).
33
Pose ini membantu melepaskan ketegangan saraf dan emosi serta dapat
Gambar 2.3. Supported Downward Facing Dog Pose (Adho Mukha Svanasana)
(Fransina, 2005).
Pose ini dapat meningkatkan aliran darah ke otak, membantu
adalah pose kunci untuk mengurangi hot flushes. Beban tubuh bagian atas
bertumpu pada tangan sehingga pose ini dapat memperkuat tulang tangan,
osteoporosis. Posisi kepala pada pose ini juga dapat membantu merilekskan
menenangkan pikiran, dan meredakan emosi yang berlebihan. Ini adalah pose
Gambar 2.5. Supported Half Plow Pose with Chair (Ardha Halasana) (Fransina,
2005).
Salah satu pose penting untuk mengurangi gejala menopause seperti hot
flushes. Pose ini berefek pada sistem saraf simpatik (Fransina, 2005).
35
Gambar 2.6. Supported Bridge Pose-The Menopausal Bridge Pose (Setu Bandha
Sarvangasana)(Fransina, 2005).
Pose ini dapat mengistirahatkan jantung, membantu menyeimbangkan
rendah dari bagian tubuh dan dengan membuka dada dapat menenangkan dan
B. Kerangka Pemikiran
Menopause
1) Pola hidup
Persepsi kualitas hidup terkait
2) Tingkat stres
kesehatan
C. Hipotesis
Ada pengaruh yoga terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada menopause.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
bulan.
2. Sampel
a. Kriteria Inklusi:
Surakarta
38
39
b. Kriteria Ekslusi:
ataupun androgen)
D. Teknik Sampling
sampel berdasarkan status paparan subyek, yaitu terpapar atau tak terpapar
E. Rancangan Penelitian
Populasi
Sampel
SF-36 SF-36
MRS MRS
Kesimpulan
3. Variabel Luar :
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : pola hidup, dan tingkat
stres.
1. Variabel Bebas
dalam kehidupan sehari-hari (Vaze dan Joshi, 2010). Aliran yoga yang
dari yoga yang diambil adalah Nidra. Yoga Nidra termasuk ke dalam
bagian tubuh baik secara fisik dan psikologis. Rutin latihan yoga adalah
melakukan latihan yoga selama 4 kali dan lamanya setiap latihan kurang
lebih 60 menit.
42
b. Skala : Kategorik
2. Variabel terikat
psikologis, dan sosial (Fayers dan Machin, 2007). Variabel ini diukur
(Harmaini, 2006).
2) Skala : Numerik
4) Skala : Ordinal
H. Instrumen Penelitian
1. Informed Consent
2. Fomulir biodata
3. Kuesioner yoga
43
7. Kuesioner L-MMPI
I. Cara Kerja
pada menopause.
sebagai berikut:
Keterangan:
0 = Konstanta
kesehatan.
45
kesehatan.
Kemaknaan statistik dari diuji dengan uji t dengan hasil ditunjukkan dengan
nilai p.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
menopause yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga. Khusus wanita
menopause yang melakukan yoga, penelitian dilakukan di tempat Yoga Ganeps pada
September 2015.
1. Umur
47 - 57 tahun 5 11,11 22 48,89 27
58 - 67 tahun 10 22,22 8 17,78 18
2. Pendidikan
Lulus SD 0 0 9 20 9
Lulus SMP/SMA 9 20 7 15,56 16
Lulus Diploma 6 13,33 14 31,11 20
/Sarjana
3. Status Pekerjaan
Ya 7 15,56 24 53,33 31
Tidak 8 17,78 6 13,33 14
4. Lama Menopause
1-5 tahun 7 15,56 20 44,44 27
6-10 tahun 8 17,78 10 22,22 18
(Sumber: Data primer, 2015)
46
47
didapatkan jumlah subjek wanita menopause yang melakukan yoga sesuai kriteria
sebanyak 15 orang dan subjek wanita menopause yang tidak melakukan yoga
menopause. Rata-rata umur subjek yang melakukan yoga adalah 59 tahun, sedangkan
yang tidak melakukan yoga adalah 55,6 tahun. Untuk mengetahui homogenitas
dalam tiap karakteristik. Pada kelompok umur, pendidikan, status pekerjaan, dan
test. Hasil analisis statistik pada kelompok lama menopause dan pendidikan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna, sehingga subjek penelitian pada
kelompok ini homogen. Sedangkan pada kelompok umur dan status pekerjaan
Tabel 4.2 Analisis Bivariat tentang Umur dan Kualitas Hidup Terkait Kesehatan
dengan Uji Mann-Whitney
Median Mean SD
N p
(minimum-maksimum)
Umur kelompok yoga 15 60(47-67) 59 5,28
0,101
Umur kelompok tidak yoga 30 54(50-67) 55,6 5,43
(Sumber:Data primer, 2015)
48
Tabel 4.2 menunjukkan uji statistik analisis bivariat yang dilakukan untuk
melihat signifikansi data secara statistik. Uji normalitas pada variabel umur,
didapatkan data tidak terdistribusi secara normal sehingga selanjutnya dilakukan uji
Mann-Whitney. Dari hasil uji statistik tersebut didapatkan nilai p adalah 0,101, karena
p > 0,05 maka didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur
wanita menopause yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga terhadap skor
Tabel 4.3 Analisis Bivariat tentang Status Pekerjaan dan Kualitas Hidup Terkait
Kesehatan dengan Uji Mann-Whitney
N Mean SD p
Status Pekerjaan kelompok yoga 15 0,47 0,52
0,697
Status Pekerjaan kelompok tidak yoga 30 0,8 0,41
(Sumber: Data primer,2015)
Tabel 4.3 menunjukkan uji statistik analisis bivariat yang dilakukan untuk
melihat signifikansi data secara statistik. Uji normalitas pada variabel status pekerjaan
didapatkan data tidak terdistribusi secara normal sehingga selanjutnya dilakukan uji
Mann-Whitney. Dari hasil uji statistik tersebut didapatkan nilai p adalah 0,697, karena
p > 0,05 maka didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara status
pekerjaan wanita menopause yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga
Tabel 4.4 Analisis Bivariat aantara Total Skor Kualitas Hidup Terkait Kesehatan dan
Status Yoga Dengan Uji t
Status Yoga N Mean SD T P
Yoga 15 3089,3 249,9
-4,032 < 0,001
Tidak Yoga 30 2627,5 405,4
(Sumber: Data primer,2015)
Tabel 4.4 menunjukkan uji statistik yang dilakukan untuk melihat signifikansi
data secara statistik. Uji normalitas pada total skor kualitas hidup terkait kesehatan
parametrik t test. Dari hasil uji statistik tersebut didapatkan nilai p adalah 0,000,
karena p < 0,05 maka didapatkan perbedaan yang bermakna antara total skor kualitas
hidup terkait kesehatan pada menopause yang melakukan yoga dan tidak melakukan
yoga.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linier Berganda tentang Pengaruh
Yoga, Umur, dan Status Pekerjaan terhadap Skor Kualitas Hidup Terkait Kesehatan
Koefisien regresi
Variabel Confidence Interval
B T P
(Batas bawah- batas atas)
Konstanta 3296,41 5,687 < 0,001
Yoga 435,6 (-692,77)-(1230,82) 3,480 0,001
Umur (tahun) -9,504 -0,935 0,355
Bekerja -175,54 -1,429 0,160
N observasi = 45
R2adjusted = 32,2 %
P = 0,001
(Sumber: Data primer,2015)
Tabel 4.5 menunjukkan rata-rata skor kualitas hidup terkait kesehatan pada
kelompok yoga : 435,6 lebih tinggi daripada kelompok tidak yoga. Perbedaan ini
50
secara statistik signifikan (b = 435,6 ; p = 0,001). Hal ini berarti terdapat perbedaan
yang bermakna antara skor kualitas hidup terkait kesehatan pada wanita menopause
yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga. Namun pada kelompok umur dan
menopause yang dialami subjek yang mengikuti yoga dan tidak mengikuti yoga,
didapatkan hasil gejala menopause banyak dialami subjek yang tidak melakukan
yoga. Dilakukan uji normalitas, didapatkan hasil distribusi tidak normal sehingga
yang berarti signifikan, ada perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup subjek
yang melakukan yoga dan tidak melakukan yoga yang diukur menggunakan
kuesioner MRS.
51
BAB V
PEMBAHASAN
Menopause
Uji analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji parametrik t test dan
menggunakan uji Saphiro-Wilk pada total skor kualitas hidup terkait kesehatan
sehingga dilakukan uji t test dengan hasil yang didapat nilai p = 0,000, yaitu
didapatkan koefisien regresi (1) yaitu 435,6 , hal ini menunjukkan dengan
melakukan yoga dapat menambah skor kualitas hidup terkait kesehatan sebanyak
hidup terkait kesehatan. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian bahwa ada
Total skor kualitas hidup terkait kesehatan pada kelompok yang melakukan
melakukan yoga, ditunjukkan pada dimensi fungsi fisik, energi, kesehatan jiwa,
rasa nyeri, kesehatan umum, total skor dan perbedaan skor antara kedua
kelompok. Sedangkan pada dimensi peranan fisik, peranan emosi dan fungsi
51
52
kualitas hidup menopause dilihat dari gejala-gejala yang dialami yaitu terdapat
melakukan yoga.
regulasi respon stres, fungsi seksual, tekanan darah, imun, metabolik, emosi dan
adanya perbedaan kualitas hidup terkait kesehatan pada wanita menopause yang
produksi ACTH akan mengurangi sintesis kortisol dari kelenjar adrenal. Kortisol
GnRH.
juga sebagai pengatur fungsi ekstra hipotalamik seperti persepsi nyeri dan mood.
Secara fisik, relaksasi dari latihan yoga akan menimbulkan rasa nyaman
atau relaks. Dalam keadaan relaks, tubuh melalui otak akan memproduksi
endorphrine yang berfungsi sebagai analgesik alami tubuh dan dapat meredakan
negatif seperti rasa marah, cemas, dan lain yang merupakan implikasi dari
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vera (2004) mendukung penlitian ini
dimana efek relaksasi dari yoga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
nyeri dan sakit kepala yang diderita selama ini. Setelah dilakukan relaksasi,
sakit kepala dan kelelahan fisik serta tidak mengalami kesulitan dan gangguan
55
pada saat tidur. Istirahat yang cukup, tidak mudah mengalami kelelahan fisik.
dalam lingkungannya. Semua perubahan yang terjadi baik dari aspek fisik,
wanita peri dan pasca menopause yang menyelesaikan program yoga 8 minggu
faktor perancu yang digolongkan dalam variabel luar tak terkendali seperti
faktor pengetahuan, pola hidup, tingkat stres, tingkat sosial dan ekonomi. Faktor-
56
yang dialami yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup
terkait kesehatan wanita menopause (Kasdu, 2004; Potter dan Perry, 2005;
B. Keterbatasan Penelitian
Responden yang dipilih adalah wanita usia 45-67 tahun yang telah
keparahan gejala menopause, begitu juga rentang usia subjek yang juga terlalu
lebar dapat memengaruhi perbedaan aktivitas fisik dan mental yang dialami
subjek penelitian. Seharusnya rentang waktu dan usia subjek dapat dipersempit
sehingga penelitian ini dapat lebih akurat. Pengambilan sampel yang dilakukan
hanya pada Ganeps Surakarta juga merupakan keterbatasan dalam penelitian ini
karena setiap tempat yoga memiliki intensitas dan beratnya aktivitas yang
karena pertanyaan telah ditentukan dan peneliti tidak diberi jawaban yang
waktu yang lama. Selain itu pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner
57
terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas akan sulit untuk
BAB VI
A. SIMPULAN
B. SARAN
yoga sendiri di rumah atau di sanggar yoga sebagai upaya efektif dalam
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan tempat penelitian yang lebih
luas dan sampel kasus yang lebih beragam agar dapat dibuat simpulan
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Asmarani D (2011). Yoga Untuk Semua Panduan Berlatih Yoga yang Lengkap dan
Aman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, pp: 16, 72, 83.
Baune BT, Aljeesh YI, Adrian I (2005). Predictores of Quality of Life Among
Hypertensive Patients With And Without Stroke. Journal of The Islamic
University of Natural Sciences Series, 13(2) 91-107.
Baziad A (2003). Menopause, Andropause, dan Terapi Sulih Hormon. In: Baziad A
ed. Menopause dan Andropause. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, pp: 82-84.
Dahlan MS (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta:
Salemba Medika, hal 60-65.
59
60
Fayers PM, Machin D (2007). Quality of life: the assessment, analysis, and
interpretation of patiet-reported outcomes. Edisi ke-2. England: Jhon
Wiley & Sons Ltd, hal: 4-5.
Francina S (2005). Seven Essential Poses for Crossing the Menopausal Bridge.
Health Communications, Inc, pp: 42-46.
Gibbs EA (2001). Menopause, Stress and Your Heart: A Yoga Program for Health
and Healing. University of Cambridge, Massachusetts, pp: 231-234.
Greene JG (2002). Measuring the symptom dimension of quality of life: General and
menopause-specific scales and their subscale structure. In Hormone
replacement therapy and quality of life. The Parthenon Publishing
Group. Edited by Schneider HPG. Boca Raton, London, New York,
Washington;35-43.
Guyton AC, Hall JE (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, pp:
1065-1079.
Harmaini F (2006). Uji keandalan dan kesahihan formulir European quality of life
5 dimensions (EQ-5D) untuk mengukur kualitas hidup terkait Kesehatan
pada usia lanjut di RSUPNCM. Depok. Universitas Indonesia. Tesis.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA (2010). Sinopsis Psikiatri. Terjemahan Widjaja
Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kasdu D (2004). Kiat Sehat Dan Bahagia Diusia Menopause. Jakarta: Puspa Swara.
61
Mahan LK, Stump SE (2004). Krauses: Food, Nutrition & Diet Therapy. 13th ed.
Pennsylvania: Elsevier.
Potter PA, Perry AG (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
RAND (2009). Scoring Instructions for The 36-item Short Form Survey (SF-36).
Sherwood L (2011). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 6. Jakarta: EGC.
Sierra S (2007). Yoga Beauty for Girls. Bekasi: Eviexena Mediatama, pp: 2-4.
Sindhu P (2006). Hidup Sehat dan Seimbang dengan Yoga. Jakarta. Qanita, p: 201.
Sindhu P (2009a). Hidup Sehat dan Seimbang dengan Yoga: Daily Practice.
Bandung: Qanita.
Sindhu P (2009b). Yoga untuk Kehamilan: Sehat, Bahagia, dan Penuh Makna.
Bandung: Qanita, pp:1-2.
Spencer FR and Brown P (2007). Simple Guides: Menopause. Jakarta: Erlangga, pp:
20-23.
Telles S, Gaur V, Balkrishna A (2009). Effect of a yoga practice session and a yoga
theory session on state anxiety. Percept Mot Skills, 109(3): 924-30.
Vaze N, Joshi S (2010). Yoga and menopausal transition. Journal of Mid-life Health,
1 (2): 56-58.
Vera MPG (2004). Blood Pressure Vari-ability and stress Management Train-ing for
Essnetial Hypertension. Behav-ioral Medicine, 30(2), 53-62.
63
Widyantoro Y (2010). Yoga yuk, Biar Fit: Fit Pikiran, Tubuh, dan Jiwa. Jakarta:
Raketindo Primamedia Mandiri.
Wirakusumah ES (2004). Agar Tetap Sehat Cantik dan Bahagia di Masa Menopause
dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.