Anda di halaman 1dari 29

Referat

ILEUS PARALITIK
Disusun oleh :

Anis Azizah Rahma G99161016


Prima Canina G99161076
Dessy Rachmawati G99161031
Lulut Khoridatur Rosida G99161056
Naila Izzatus Sa’adah G99162132

Pembimbing :
dr. Didik Prasetyo, Sp. PD., M.Kes.
Pendahuluan

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.

Ileus paralitik bukan penyakit primer usus melainkan akibat dari penyakit
primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin
dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus

Gerakan peristaltik merupakan suatu aktifitas otot polos usus yang terkoordinasi
baik, dipengaruhi keadaan otot polos usus, hormon-hormon intestinal, sistem
saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

Total angka kejadian dari obstruksi usus yang disebabkan oleh mekanik dan
non mekanik mencapai 1 kasus diantara 1000 orang
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
USUS HALUS

Terdiri dari :
a. Duodenum
Bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini terdapat pankreas.
Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat bermuaranya saluran empedu
(duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus), disebut papilla vateri.
Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejunum.
b. Jejunum
Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas intestinum minor.
c. Ileum
Ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m. Ileum merupakan
usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum
ANATOMI
USUS BESAR
Terdiri dari :
a. Sekum
Kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal apendiks. Pada sekum
terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
b. Kolon
Bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga divisi.
Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan
membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke
tepi lateral ginjal kiri, memutar ke bawah fleksura splenik.
Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid
berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum
Bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada
saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
FISIOLOGI
USUS HALUS
 Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi, air, elektrolit dan mineral.
 Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida,
dan pepsin,dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas
yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih
sederhana. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemu
lsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase
pancreas (Livingstone, 1995)
 Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon (Schuffer,
1993)
 Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan mendorong isi
dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi
optimal dan suplai kontinu isi lambung.
USUS HALUS
FISIOLOGI
 Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta.
 Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis. Enzim protea
se pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptid
ase, eksopeptidase) mencerna protein menjadi asam amino dan 2 sampai 6 residu peptida.
Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk diabsorpsi
 Metabolisme karbohidrat dimulai dengan menghidrolisis pati menjadi maltosa, laktosa dan s
ukrosa yang merupakan disakarida. Kemudian dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera diabsorpsi ke dalam darah porta.
 Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum menyokong
sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.
 Air diabsorpsi secara osmotik dan secara hidrostatik atau melalui difusi pasif.
 Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau secara tra
nsport aktif.
 Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum, dipercepat ol
eh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D.
 Kalium diabsorpsi secara difusi pasif.
FISIOLOGI
USUS BESAR

 Fungsi usus besar : mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses y
ang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
 Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluark
an kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit
serta mencegah dehidrasi.
 Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10¹¹-10¹²/gram dimana bakteri anaerob lebih
banyak dari bakteri aerob. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan
produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat
yang tidak tercerna (Livingstone, 1995)
DEFINISI

Ileus paralitik atau adinamik usus


merupakan kondisi dimana usus gagal
atau tidak mampu melakukan kontraksi
peristaltik untuk menyalurkan isinya.

(Daniels et al, 2013).


EPIDEMIOLOGI
Kejadian pasca operasi
15-20%
saluran cerna

Post prosedur
5-12%
pembedahan spinal
Di Amerika, insiden ileus
pasca operasi mayor 8,5% Kolesistektomi

50% Appendektomi
6%

4% Histerektomi
(Hyun et al, 2015; Elizabeth, 2009)
ETIOLOGI
Aktivasi sel radang

Disfungsi otonom

Narkotik eksogen

Modulasi aktivitas hormon


gastrointestinal

Gangguan elektrolit
ETIOLOGI

• Pasca operasi
• Kerusakan medula spinalis
Neurologik •

Iritasi persarafan splanknikus
Trauma pada tulang belakang

• Gangguan elektrolit
• Uremia
Metabolik •

Komplikasi DM
Penyakit sistemik
ETIOLOGI

• Psikotropika
• Anestesi
Obat-obatan • Antikolinergik
• analgesik opioid

• Urosepsis
• Peritonitis
Infeksi • Sepsis
• Pneumonia
Patofisiologi
Mekanisme yang terlibat bersifat :
1. Neurogenik menghambat aktivitas otot
2. Miogenik pada usus atau
kurangnya rangsangan
3. Humoral
Beberapa penyakit yang mendasari terjadinya ileus paralitik:
1. Hipokalemi
2. Diabetes mellitus
3. Hipotiroid
4. Hipoparatiroid
5. SLE
6. Ileus paralitik post operatif
7. Pankreatitis akut
Patofisiologi
Ileus paralitik menyebabkan beberapa perubahan pada fungsi dan keadaan usus
yaitu:
1. Perubahan Flora Normal Usus
Normalnya motilitas usus dapat membersihkan lumen usus dari organisme. bila
ada gangguan, terjadilah pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan malabsorbsi
-> mukosa usus rusak dan pembentukan gas berlebih.
2. Perubahan isi lumen usus
Volume gas bertambah (nitrogen) -> kurang diabsorbsi di dalam usus -> distensi
usus dan rasa tidak nyaman pada perut
3. Efek Metabolik dan Efek Sistemik
Menyebabkan imbalance asam basa, elektrolit, dan cairan.
Manifestasi Klinis
- perut kembung dan tidak disertai kolik abdomen
- perasaan tidak nyaman pada perut
- anoreksia
- mual
- obstipasi
-distensi abdomen
- bising usus lemah
Diagnosis
•Anamnesis
kembung, mual, muntah, tidak bisa BAB, tidak bisa kentut,
•Pemeriksaan Fisik
inspeksi : distended abdomen, tanda dehidrasi
auskultasi: bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
palpasi : perut sebah (tetapi tidak dapat menunjuk lokasi)
perkusi : hipertympani
•Pemeriksaan Penunjang
laboratorium darah : darah lengkap, elektrolit,
radiologi : foto polos abdomen (air fluid level)
Diagnosis Banding
Ileus Pseudo-obstruksi Obstruksi Mekanis
Gejala sakit perut, kembung nyeri kram perut,konstipasi nyeri kram perut,
mual, muntah, , obstipasi, mual, muntah, konstipasi, obstipasi,
konstipasi anoreksia mual, muntah, anoreksia

Temuan Silent abdomen, Borborygmi, timpani, Borborygmi, timpani,


Pemeriksaan kembung, timpani gelombang peristaltik, gelombang peristaltik,
Fisik bising usus hiperaktif bising usus hiperaktif
atau hipoaktif, distensi, atau hipoaktif, distensi,
nyeri terlokalisasi nyeri terlokalisasi

Gambaran Dilatasi usus kecil dilatasi usus besar yang Bow-shaped loops in
Radiografi dan besar, diafragma terlokalisir, diafragma ladder pattern,
meninggi meninggi berkurangnya gas kolon
di distal, diafragma agak
tinggi, air fluid level.
Diagnosis Banding
Macam ileus Nyeri Usus Distensi Muntah Bising usus Ketegangan
borborigmi abdomen
Obstruksi ++ + +++ Meningkat -
simple tinggi (kolik)

Obstruksi +++ +++ + Meningkat -


simple (Kolik) Lambat,
rendah fekal
Obstruksi ++++ ++ +++ Tak tentu +
strangulasi (terus-menerus biasanya
, terlokalisir) meningkat

Paralitik + ++++ + Menurun -


Oklusi +++++ +++ +++ Menurun +
vaskuler
PENANGANAN
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif.

Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan


dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer dan pemberian
nutrisi yang adekuat.

Tindakan operatif dilakukan bila terjadi perforasi dengan laparotomi,


atau bila terjadi iskemik dan gangren dengan cara reseksi usus
kemudian end to end anastomose.
(Syam, 2006; Djumhana, 2006)
Tindakan dekompresi abdomen mempunyai beberapa
tujuan yaitu:

Mengurangi keluhan
Mengurangi kesulitan Untuk dekompresi dilakukan
01 nyeri atau tidak nyaman 02 bernapas
pada abdomen pemasangan pipa nasogastrik
(bila perlu dipasang juga rectal
tube).
Mencegah aspirasi
Mengurangi perasaan
03 mual dan muntah
04 muntah ke saluran
respirasi

(Nicolas, 2002)
Farmakologis
PENANGANAN • Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan
aerob.
Konservatif • Analgesik apabila nyeri.
• Penderita dirawat di rumah sakit. • Prokinetik: obat –obat seperti dopamine antagonis
• Penderita dipuasakan dan koliergik agonis seperti metaklopromide secara
• Cari kausa penyakit teoritis dapat meningkatkan fungsi pencernaan. Obat
• Kontrol status airway, breathing and circulation. seperti cisapride yang merupakan agonis reseptor
• Dekompresi dengan nasogastric tube serotonin juga dapat digunakan walaupun sudah
• Intravenous fluids and electrolyte jarang digunakan di Amerika karena efek samping
• Puasa dan nutrisi parenteral total sampai bising usus kardiovaskularnya.
positif atau dapat buang angin melalui dubur • Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin
• Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. • Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

(Syam, 2006; Djumhana, 2006; Nicolas, 2002) (Elizabeth,2009)


PENANGANAN
Operatif
-Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
-Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture usus.
-Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

(Syam, 2006; Djumhana, 2006; Nicolas, 2002)


KOMPLIKASI

Komplikasi dari ileus ini yaitu adanya dehidrasi, timbunan makanan, kotoran, distensi,
vasa terjepit, iskemik, gangrene sampai nekrosis usus. Pada keadaan vasa terjepit dapat
terjadi toksemia, bakteremia sampai sepsis dan syok. Komplikasi lain dapat terjadinya
nekrosis usus, gangguan elektrolit, atau bila tidak tertangani dengan baik juga
menyebabkan kematian

(Nicolas,2002)
PROGNOSIS

Prognosis dari ileus berbeda tergantung dari penyebab ileus itu sendiri. Bila ileus akibat
kondisi operasi perut biasanya bersifat sementara dan berlangsung sekitar 24-72 jam.
Prognosis memburuk pada kasus dengan kematian jaringan usus, operasi menjadi
pertimbangan untuk menghilangkan jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus
cepat tertangani maka prognosis menjadi lebih baik. Prognosis juga membaik bila ileus
cepat terdiagnosa dan cepat tertangani.

(Nicolas,2002)
KESIMPULAN
Ileus paralitik termasuk salah satu kondisi kegawatan akut abdomen. Pada
bagian penyakit dalam, ileus paralitik lebih sering diakibatkan peritonitis atau
sepsis. Penegakan diagnosis pada illeus meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pasien ileus paralitik dapat ditemukan keluhan
perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan
bising usus yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien
hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya..
KESIMPULAN
Salah satu pemeriksaan penunjang pada illeus adalah pemeriksaan radiologi yaitu
foto abdomen 3 posisi, gambaran radiologi berupa dilatasi dinding usus menebal
membentuk gambaran herring bone appearance dan terdapat gambaran Air fluid
level yang segaris (line up).
Penanganan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa
dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan
penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Prognosis dari ileus berbeda
tergantung dari penyebab ileus.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai