Anda di halaman 1dari 17

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Epidemiologi Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4 %. Walaupun angka ini menurun dibandingkan hasil Susenas tahun 2005 (8,8%). Tetapi menunjukkan bahwa anak balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. DR. Sutomo Surabaya mendapatkan 47 % dan Barus di RS.Pirngadi Medan sebanyak 42 %. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang didaerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Keadaan gizi kurang, lebih lebih gizi buruk menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi , juga akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia. 1.2 Etiologi Marasmus adalah bentuk kurang kalori protein berat yang merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Dari data antropometri didapatkan BB/TB -3 SD WHO. Secara garis besar sebab sebab marasmus adalah sebagai berikut : 1) Masukan makanan yang kurang Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak. Misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. 2) Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital. 3) Kelainan struktur bawaan (nelson) Misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas. 4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada keadaan keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek menghisap yang kurang kuat. 5) Gangguan metabolik Misalnya : renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. 6) Tumor hipotalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan. 7) Penyapihan Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus. 8) Urbanisasi Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus. Meningkatnya arus urbanisasi diikuti pola perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akbiat dari tidak mampu membeli susu dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh ke dalam marasmus. 1.3 Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan serta riwayat penyakit yang lalu. Marasmus sering dujumpai pada usia 0 2 tahun. keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya adalah wajah anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerk terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60 % berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang. 1.4 Pencegahan Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. 1. . Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. 2. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan. 3. Pemberian imunisasi 4. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap. 5. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang. 6. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan 1.5 Penyakit penyerta Pada anak gizi buruk, sering ditemukan penyakit lain yang menyertai. Misalnya ; diare persisten, ditemukan cacing/telur cacing dalam tinja penderita, tuberkulosis paru, malaria, dan pneumonia.

1.6 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pada penderita gizi buruk adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Terdapat 10 langkah tatalaksana pada anak gizi buruk : 1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi 2. Mencegah dan mengatasi hipotermi 3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi 4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit 5. Mengobati infeksi 6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro 7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi 8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar 9. Memberikan stimulasi tumbuh kembang 10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah Penderita tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik, sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Fase stabilisasi (hari 1 7) Perawatan awal Pemeriksaan Berat Badan + + + + + Suhu tubuh (axila) + + + + + Tindakan Memberikan oksigen + Menghangatkan tubuh + + + + + Pemberian cairan dan Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana makanan sesuai dengan I II III IV V Antibotika sesuai umur + + + + + Rencana I (renjatan/syok, letargis dan muntah/diare/dehidrasi) Segera : Pasang oksigen 1 2 liter/menit Pasang infuse Ringer Laktat dan Dekstrosa/glukosa 10 % dengan perbandingan 1:1 (RLG 5 %) Berikan glukosa 10 % iv bolus, dosis 5 ml/KgBB bersamaan dengan Resomal 5 ml/kgBB melalui NGT (Nasogastric Tube) Jam I : Teruskan pemberian RLG 5 % sebanyak 15 ml/KgBB selama 1 jam atau 5 tetes/menit/kgBB

Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 30 menit selama 1 jam Jam II : Bila nadi menguat dan frekuensi nafas turun, teruskan pemberian cairan dengan tetes yang sama selama 1 jam Berikan resomal sesuai kemampuan anak Catat nadi dan frekuensi nafas setiap 30 menit selama 1 jam II Jika denyut nadi tetap lemah dan frekuensi nafas tetap tinggi teruskan pemberian cairan iv dengan dosis diturunkan menjadi 1 tetes makro/menit/KgBB (4ml/KgBB/jam). Bila tidak mampu rujuk ke RSU 10 jam berikutnya : Catat nadi, frekuensi nafas setiap 1 jam Bila pemberian iv selesai (jangan dulu dicabut). Berikan resomal (5 10 ml/kgBB/pemberian) dan F 75 selama 10 jam berikutnya, secara berselang seling setiap 1 jam. Berikan ASI setelah pemberian F 75 10 jam berikutnya : Bila sudah rehidrasi, berikan resomal, teruskan F 75 setiap 2 jam Bila diare/ muntah berkurang, edema berkurang, anak dapat menghabiskan F 75, berikan F 75 tiap 3 jam (sisanya lewat NGT ) Bila tidak ada diare/muntah/edema minimal dan anak dapat menghabiskan F 75, ubah pemberian menjadi 4 jam Rencana II (letargis dan muntah/diare/dehidrasi) Segera berikan bolus glukosa 10 % iv, 5 ml/kgBB Lanjutkan dengan glukosa/larutan gula pasir 10 % melalui NGT, 50 ml 2 jam pertama Resomal oral/NGT setiap 30 menit, 5 ml/kgBB/pemberian Catat denyut nadi, frekuensi nafasdan pemberian resomal setiap 30 menit 10 jam berikutnya : Bila membaik, teruskan pemberian resomal selang seling dengan F 75 setiap 1 jam, dan bila memburuk (syok) segera infuse sesuai rencana I, tanpa pemberian bolus glukosa

Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap 1 jam Bila sudah rehidrasi dan tidak ada diare, hentikan resomal, teruskan F 75 setiap 2 jam 10 jam berikutnya : Berikan resomal setiap anak diare Berikan ASI diantara pemberian F 75 Bila diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian besar F 75, berikan F 75 setiap 3 jam. Bila tidak ada diare/muntah dan anak dapat menghabiskan F 75, ubah pemberian F 75 menjadi setiap 4 jam. Rencana III (muntah dan atau diare/dehidrasi) Segera berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10 % (oral/NGT) 2 jam pertama : berikan resomal oral/NGT setiap 30 menit, 5 ml/kgBB/pemberian catat nadi, frekuensi nafas dan beri resomal setiap 30 menit 10 jam berikutnya : Bila membaik, teruskan resomal selang seling dengan F 75 setiap 1 jam, bila memburuk (syok) segera infuse sesuai rencana I (tanpa bolus glukosa) Catat denyut nadi, frekuensi nafas Bila sudah rehidrasi dan tidak ada diare, hentikan resomal, teruskan F 75 setiap 2 jam Bila sudah dan ada diare, beri resomal tiap diare Berikan ASI antara pemberian F 75 10 jam berikutnya: Bila diare/ muntah berkurang, F 75 dapat dihabiskan, ubah pemberian F 75 menjadi setiap 3 jam Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F 75, ubah pemberian F 75 menjadi setiap 4 jam. Rencana IV (letargis) Segera berikan bolus glukosa 10 % iv, 5 ml/kgBB Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT, 50 ml 2 jam pertama : F 75 setiap 30 menit, dosis setiap 2 jam (NGT) Catat nadi, frekuensi nafas Bila belum sadar 2 jam kedua:

Ulangi pemberian F 75 setiap 30 menit (NGT) catat nadi, frekuensi nafas, kesadaran dan masukan F 75 setiap 30 menit Bila sudah sadar, 10 jam berikutnay : F 75 setiap 2 jam (oral/NGT) Catat nadi, frekuensi nafas, kesadaran, beri F 75 setiap 1 jam Anak dapat menghabiskan sebagian besar F 75, ubah menjadi setiap 3 jam pemberian Berikan ASI antara pemberian F 75 Anak dapat menghabiskan F 75, ubah menjadi setiap 4 jam Rencana V (tidak menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu) Segera berikan 50 ml glukosa/larutan gula pasir 10 % oral Catat nadi, frekuensi nafas, kesadaran 2 jam pertama : F 75 setiap 30 menit, dosis selama 2 jam sesuai BB Catat nadi, frekuensi nafas, kesadaran dan asupan F 75 setiap 30 menit 10 jam berikutnya: Teruskan F 75 setiap 2 jam Catat nadi, frekuensi nafas, asupan F 75 Berikan ASI antara pemberian F 75 Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F 75, ubah menjadi setiap 3 jam Bila anak dapat menghabiskan F 75, ubah menjadi setiap 4 jam

Perawatan lanjutan Anamnesis lanjutan Konfirmasi kejadian campak dan TB paru Pemeriksaan fisik Umum Khusus Tinggi Mata badan Kulit Torak THT Abdomen Otot Jaringan lemak Pemeriksaan laboratorium Gula darah Hemoglobin Tindakan Vitamin A Asam folat Multivitamin Tanpa Fe Pengobatan penyakit penyulit Stimulasi

2. fase transisi ( hari 8 14) Jika pada tahap akhir fase stabilisasi dosis F 75 yang diberikan dengan interval 4 jam dapat dihabiskan maka : F 75 diganti dengan F 100. Sebelum pemberian F 100, berikan dulu 1 hari F 100 dengan volume sperti F 75, lihat kondisi anak apakah sudah stabil. Berikan ASI antara pemberian F 100. F 100 diberikan setiap 4 jam dengan dosis sesuai berat badan, dipertahankan selama 2 hari. Ukur dan catat nadi, nafas, dan asupan F 100 setiap 4 jam. Pada hari ke 3, mulai berikan F 100 dengan dosis sesuai berat badan. Pada 4 jam berikutnya dosisnya dinaikkan 10 ml, hingga anak tidak mampu menghabiskan jumlah yang diberikan, dengan catatan tidak melebihi dosis maksimal. Pada hari ke 4, diberikan F 100 setiap 4 jam dengan dosis sesuai berat badan berkisar antara dosis minimal dan dosis maksimal dengan ketentuan tidak boleh melampaui dosis maksimal F 100. Pemberian F 100 dengan dosis seperti ini dipertahankan sampai hari ke 7 14 (hari terakhir fase transisi) sesuai kondisi anak. Perawatan lanjutan Pemeriksaan Berat badan Tindakan - Makanan tumbuh kejar - Multivitamin tanpa Fe - Stimulasi - Pengobatan penyakit penyulit

3. fase rehabilitasi (minggu ke 3 6) Pada fase ini diberikan F 100 dan makanan padat sesuai dengan berat badan anak. Bila berat badan < 7 kg, berikan F 100 ditambah dengan makanan anak/lumat serta buah. Terus berikan makanan tahap rehabilitasi ini sampai tercapai BB/TB-PB - 2 SD WHO 2005 (criteria sembuh) Perawatan lanjutan Pemeriksaan Monitoring tumbuh kembang Tindakan - Makanan tumbuh kejar - Multivitamin dengan Fe - Pengobatan penyakit penyulit - Persiapan ibu - Stimulasi

4. fase tindak lanjut (minggu ke 7 26)

kriteria pemulangan anak gizi buruk dari ruang rawat inap : 1. Selera makan sudah bagus, makanan yang diberikan dapat dihabiskan 2. Ada perbaikan kondisi mental 3. Anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri, atau berjalan sesuai umurnya 4. Suhu tubuh berkisar antara 36,5 37, 5 5. Tidak ada muntah atau diare 6. Tidak ada edema 7. Terdapat kenaikan berat badan 5 gram/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut atau kenaikan sekitar 50 gram/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut turut 8. Sudah berada di kondisi gizi kurang (BB/TB > -3 SD) dan tidak ada gejala klinis gizi buruk 9. Ibu sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di rumah 10. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar kepada anak 1.7 Prognosis Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progresif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari sel sel tubuh akibat undernutrition.

BAB II ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN Nama MR Umur :R : 670765 : 1 2/12 tahun

Jenis Kelamin : perempuan Tanggal Masuk : 21 Januari 2011 Alloanamnesis (diberikan oleh ibu kandung) Seorang pasien anak perempuan berumur 1 tahun 2 bulan dirawat di Bangsal Anak RSUP DR. M. Djamil Padang sejak tanggal 21 Januari 2011 dengan Keluhan utama : Berak berak encer sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Sekarang : Berak berak encer sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 5 10 kali/hari, banyak 1/3 gelas, berlendir, tidak disertai darah. Muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3 5 kali/ hari, banyak 2 sdm sampai 1/3 gelas perkali, berisi sisa makanan dan minuman yang diminum, muntah tidak menyemprot. Demam tidak ada Batuk dan pilek tidak ada Riwayat kontak dengan penderita batuk batuk lama dan penderita campak tidak ada. Anak kurang mau makan dan minum sejak sakit. Berat badan terakhir 5, 4 kg ( 1 bulan yang lalu). Anak saat ini diberi makan bubur susu, frekuensi 2 3 kali/ hari sebanyak 2 3 sendok takar susu/ hari Nasi tim 1x/hari, 2 sendok takar susu/kali, susu formula 4 5 x/hari sebanyak 80 cc/ kali, dan anak masih menyusu ke ibu hingga saat ini. Buang air besar warna biasa, jumlah berkurang dari biasa Buang air kecil terakhir 4 jam yang lalu.

Riwayat penyakit dahulu : Anak pernah menderita higroma colli kongenital, telah mendapat kemoterapi sejak umur 21 hari hingga umur 7 bulan (pengobatan selesai) di RS M. Djamil Padang.

Anak pernah menderita berak berak encer sebelumnya 5 bulan yang lalu, tidak dirawat.

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Riwayat pekerjaan, sosek, kejiwaan dan kebiasaan: Anak ke 7 dari 7 bersaudara, lahir sc atas indikasi higroma colli congenital, cukup bulan, ditolong dokter, langsung menangis. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan terganggu Riwayat imunisasi dasar belum ada Hygiene dan sanitasi cukup

Pemeriksaan fisik Tanda vital Keadaan umum Kesadaran Frekuensi nadi Frekuensi nafas Suhu Berat badan Tinggi badan Status gizi BB/U TB/U BB/TB Kesan : gizi buruk Pemeriksaan sistemik : Kulit : teraba hangat, turgor kembali lambat, lemak subkutis tipis : 5,7/ 10,2 x 100% = 55, 8 % : 69/75,5 x 100% = 91,4 % : 5,7/8,2 x 100 % = 69, 5 % : sakit sedang : sadar : 140 x/ menit : 30x/menit : 37 C : 5,7 kg : 69 cm

Kelenjar getah bening : Kepala : bulat, simetris, ubun ubun besar sudah menutup. Lingkar kepala 42 Cm, (kurang dari 2 SD standar nellhous)

Rambut Mata

: hitam dan tidak mudah dicabut : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan : mukosa mulut dan bibir basah : tonsil T1 T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis : JVP sukar dinilai

Telinga Hidung Mulut Tenggorokan Leher Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi

: normochest, simetris : fremitus kiri = kanan : sonor : suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

: iktus kordis tidak terlihat : iktus kordis teraba 1 jari medial linea mid klavikula sinistra RIC V : batas jantung atas : RIC II Kanan : linea sternalis dextra Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Punggung

: irama teratur, bising tidak ada

: distensi tidak ada : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali lambat : timpani : bising usus (+) normal : tidak ditemukan kelainan Bokong : baggy pant ada

Alat kelamin

: tidak ada kelainan, status pubertas A1M1G1

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, udem pretibia tidak ada, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-

Pemeriksaan Laboratorium Darah : Hb Leukosit : 11 gr/dl : 8700

Hitung jenis : 0/0/2/41/51/6 Urine : albumin (-) Reduksi (-) Sedimen eritrosit (-) Sedimen leukosit (-) Sedimen epitel (-) Feses : Makroskopis : kuning Mikroskopis : eritrosit (-), leukosit (-), Diagnosis kerja : - gizi buruk tipe marasmik - Diare akut dengan dehidrasi - Mikrocephal Terapi : 2 jam I : resomal 25 cc/ 30 menit 10 jam berikutnya resomal 30 cc/ 2 jam F 75 60 cc/ 2 jam Asam folat 1 x 5 mg Vit. A 1 x 200.000 SI Vit B complex 1 x 1 tablet Vit C 1 x 100 mg Kotrimoksazol 2 x 28 mg

Rencana tindakan selanjutnya Pemeriksaan elektrolit, kolesterol, mantoux test, kontrol vital sign.

Follow Up 22/1/2011 S/ - Berak berak encer ada, frekuensi 6 x jumlah tiap kali mencret 1 2 sendok makan tidak berlendir dan tidak berdarah Muntah 1x jumlah 2 sendok makan isi sisa cairan, tidak tersedak Demam tidak ada Batuk pilek tidak ada Cairan masuk melalui NGT BAK ada

O/ sadar, nadi 130 x, nafas 30 x, suhu 36,8 C Mata : tampak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Dada : jantung irama teratur, bising tidak ada Pulmo : vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada Abdomen : distensi tidak ada, turgor kembali lambat, bising usus (+) normal Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Thy/ F 75 60 cc/ 2 jam Zink 1 x 20 mg ASI OD Kotrimoksazol 2 x 30 mg Oralit 50 100 ml/ BAB encer 23/1/2011 S/ - berak berak encer ada, frekuensi 6 7 x, jumlah 2 sdm, tidak berlendir dan tidak berdarah Muntah ada, 1x jumlah 2 sdm Batuk pilek tidak ada Cairan masuk melalui NGT BAK ada

O/ sadar, nadi 135x, nafas 32x, suhu 37, 2 C Mata : tampak cekung, air mata ada. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thorak : jantung irama teratur, bising tidak ada, pulmo vesikuler, wheezing tidak ada, rhonkhi tidak ada Abdomen : distensi tidak ada, turgor kembali lambat, bising usus (+) normal S/ Resomal 30 cc/ 2 jam F 75 60 cc/ 2 jam Kotrimoksazol 2 x 30 mg Asam folat 1 x 1 mg Zink 1 x 20 mg ASI OD 24/1/2011 S/ Berak berak encer tidak ada Demam tidak ada Muntah tidak ada Cairan masuk melalui NGT Batuk tidak ada Sesak nafas tidak ada BAK biasa O/ sadar, nadi 120x , nafas 20 x, suhu 37 C, Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung Dada : paru dan jantung dalam batas normal Perut distensi tidak ada, turgor kembali cepat, bising usus (+) normal Ekstremitas akral hangat perfusi baik K/ tidak dehidrasi Thy / F 75 60 cc/ 2 jam Asam folat 1 x 1 mg Zink 1 x 20 mg Kotrimoksazol 2 x 30 mg

ASI OD Resomal 100 cc/BAB encer

25/1/2011 S/ Berak berak encer tidak ada Demam tidak ada Muntah tidak ada Cairan masuk melalui NGT Batuk tidak ada Sesak nafas tidak ada BAK biasa

O/sadar, nadi 120x , nafas 20 x, suhu 37 C, Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung Dada : paru dan jantung dalam batas normal Perut distensi tidak ada, turgor kembali cepat, bising usus (+) normal Ekstremitas akral hangat perfusi baik Thy/ F 100 12x 60 cc/ 2 jam Asam folat 1 x 1 mg Zink 1 x 20 mg Kotrimoksazol 2 x 30 mg Resomal 100 cc/BAB encer 26/1/2011 S/ Berak berak encer tidak ada Demam tidak ada Muntah tidak ada Cairan masuk melalui NGT

Batuk tidak ada Sesak nafas tidak ada BAK biasa

O/sadar, nadi 125x , nafas 24 x, suhu 37 C, Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung Dada : paru dan jantung dalam batas normal Perut distensi tidak ada, turgor kembali cepat, bising usus (+) normal Ekstremitas akral hangat perfusi baik Thy/ F 100 12x 60 cc/ 2 jam Asam folat 1 x 1 mg Zink 1 x 20 mg Kotrimoksazol 2 x 30 mg ASI OD Resomal 100 cc/BAB encer

Laporan Kasus

GIZI BURUK TIPE MARASMIK

Oleh : Karniela Ayuni Putri

Preceptor : Dr. Afdal, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

Anda mungkin juga menyukai