NEKROSIS PULPA
OLEH :
PEMBIMBING:
Dr. RISYA CILMIATY A.R., drg,M.Si,Sp.KG
A. DEFINISI
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan
pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh
mikroorganisme yang bersifat saprofit dan juga dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang memang bersifat patogen. Nekrosis pulpa adalah kondisi
irreversibel yang ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis pulpa dapat
terjadi secara parsial maupun total. Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi karena
komplikasi dari pulpitis akut dan kronik yang tidak ditatalaksana dengan baik dan
adekuat (Walton dan Torabinejad, 1998).
B. KLASIFIKASI
a. Nekrosis koagulasi.
Pada kondisi ini, terjadi kerusakan sel, yaitu proses fosforilasi oksidatif
terganggu sebagai respon dari kerusakan pada mitokondria. Transpor
intraseluler dan ekstraseluler juga terganggu. Sel akan mengeluarkan
proteolisat yang akan menarik granulosit ke jaringan nekrosis. Bentuk khusus
dari nekrosis koagulasi adalah gangren (dry type), yang mewakili efek dari
nekrosis, dimana terjadi proses pengeringan atau desikasi, yang menghambat
pertumbuhan bakteri dan destruksi autolitik. Pada nekrosis koagulasi,
protoplasma sel menjadi kaku dan opak. Massa sel dapat dilihat secara
histologis, dimana bagian intraselular hilang.
b. Nekrosis Liquefaksi
Nekrosis liquefaksi (wet type) disebabkan oleh kolonisasi primer atau
sekunder bakteri anaerob, dimana terjadi dekstruksi enzimatik jaringan. Area
nekrosis liquefaksi dikelilingi oleh zona leukosit PMN, dan sel inflamatori
kronik yang padat.
D. ETIOLOGI
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Tanyakan keluhan sekarang apakah ada nyeri spontan atau tidak ada
keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan, bau mulut, gigi berubah warna. Perlu
ditanyakan pula riwayat kebersihan mulut pasien, diet pasien, pulpitis yang
tidak diterapi, serta riwayat trauma. Pada gigi yang mengalami trauma, tidak
terdapat respon terhadap tes pulpa. Hal ini menyerupai tanda pada nekrosis
pulpa. Riwayat pasien menunjukkan nyeri hebat yang bisa berlangsung untuk
beberapa saat diikuti oleh berakhirnya nyeri secara total dan tiba-tiba (AAE,
2013).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Ekstraoral: tidak ditemukan adanya kelainan dan pembengkakan
b. Intraoral:
1) Gigi terlihat berubah warna seperti suram atau opak
2) Cavitas dengan kedalaman pulpa
3) Palpasi tidak teraba bengkak dan nyeri
4) Perkusi (-)
5) Sondase (-)
6) Rangsang panas atau dingin (-), bisa dilakukan dengan menggunakan
klor etil.
3. Histopatologi
Terdapat jaringan pulpa yang nekrosis, debris selular, dan
mikroorganisme terlihat di pulpa. Apabila terdapat jaringan periodontal yang
terlibat, maka akan menunjukkan gambaran inflamasi atau sel radang (Zuza et
al, 2012).
4. Radiografi
Pemeriksaan radiografi menunjukkan kavitas yang besar atau restorasi.
Pemeriksaan radiografi menunjukkan radioopacitas difus di sekitar apeks akar
(AAE, 2013).
G. Terapi
H. PRONOSIS
Prognosis untuk pulpa adalah baik bila iritan diambil cukup dini kalau tidak
kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis ireversibel dan prognosis bagi gigi
baik, bila diadakan terapi endodontik yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu
KonservasiGigi, Edisi 3. Jakarta: EGCColumbia University. (2013). Treatment
of Teeth with Necrotic Pulp.
http://www.columbia.edu/itc/hs/dental/endo/client_edit/lectures/treatment-
necrotic.html. Diakses Oktober 2017
Grossman LI, Grossmans Endodontic Practice. Edisi 12th. New delhi: Wolters Kluwer
Health: 210
Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : Widya Medika
Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsi. Jakarta : EGC.
Zuza PE, Carrareto ALV, Lia RCC, Pires JR, de Toledo BEC. (2012).
Histopathological Features of Dental Pulp in Teeth with Different Levels of
Chronic Periodontitis Severity. ISRN Dentistry, 2012:1-6