Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Kelainan kongenital adalah suatu kelainan pada struktur maupun fungsi yang ditemukan
pada bayi ketika dilahirkan. Salah satu kelainan yang dapat terjadi pada bagian lidah bayi
adalah ankyloglossia atau yang biasanya disebut dengan tounge tie. Kelainan ini ditandai
dengan frenulum yang pendek yang dapat mengganggu gerak dari lidah, sehingga
mengakibatkan terbatanya gerakan lidah. Selain gangguan gerakan lidah, ankyloglossia juga
menyebabkan kurang efektifnya kemampuan bayi dalam menyedot ASI yang dapat
mengakibatkan gagal tumbuh dikarenakan kurangnya nutrisi yang diasup dan juga kesulitan
lain seperti anak mudah lelah, ketika menyusu serta seringkali melukai payudara ibu.
Hasil studi epidemiologis menunjukan kejadian ankyloglossia terjadi sekitar 1,7-4,3%
pada bayi baru lahir. Mayoritas penderita ankyloglossia adalah anak laki-laki, dengan
perbandingan 3:1 dengan anak perempuan. Ankyloglossia terjadi karena gagalnya proses
apoptosis frenulum lingual dalam masa pertumbuhan yang mengakibatkan frenulum tetap
menempel dengan kuat pada bagian bawah lidah. Di lihat dari keparahannya ankyloglossia
dibagi menjadi 4 kategori, yaitu kategori 1 yaitu ankyloglossia ringan, dengan fungsi lidah
yang dapat ditoleransi, biasanya dilkukan observasi dan diharapkan seiring dengan
bertumbuhnya anak maka frenulum tersebut diharapkan akan menyusut dengan sendirinya,
sedangkan kategori 4 adalah ankyloglossia berat dimana fungsi dari lidah sangat terganggu
dimana perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk mengembalikan fungsi lidah.
Anak dengan ankyloglossia cenderung tidak dating dengan keluhan dari anak tetapi
lebih sering keluhan ibu akan adanya lecet pada puting susu dikarenakan cara menyusu dari
anak. Terapi yang diberikan pada bayi dengan ankyloglossia tidak sama tergantung dari
derajat keparahannya dan usia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ankyloglossia
Ankyloglossia atau yang dikenal sebagai tounge tie, adalah anomali kongenital yang
ditandai dengan frenulum lingual lebih pendek dari normal sehingga dapat menggangu
mobilitas dan fungsi dari lidah.1 Klasifikasi ankyloglossia adalah sebagai berikut :
-

Tipe 1 : Penempelan frenulum ke ujung lidah, 0-3 mm dari ujung lidah. Biasanya di

depan alveolar ridge pada sulcus bibir bagian bawah


Tipe 2 : Ujung frenulum pada 2-4 mm dibelakang ujung lidah dan menempel persis di

belakang alveolar ridge


Tipe 3 : Penempelan ke bagian tengah lidah 3-7 mm dari ujung lidah dan bagian

tengah dasar lidah, biasanya kaku dan tidak elastis


Tipe 4 : Penempelan pada posterior lidah 10-12 mm dari ujung lidah dengan
konsistensi tebal, dan sangat tidak elastis
Dari ke empat tipe diatas, 75% kasus merupakan tipe 1 dan 2 yang biasanya disebut

dengan ankyloglossia tipe klasik. Tipe 3 dan 4 lebih jarang dan lebih sulit divisualisasi
sehingga lebih sering tidak mendapat pengobatan.2,3

2.2 Etiologi
Tidak diketahui kemungkinan ada peranan dari genetika. 1

2.3 Epidemiologi
Tingkat insidensi 1,7-4.3% pada bayi baru lahir dan prevalensi pria: wanita adalah
3:1. Pada beberapa kasus, ankyloglossia berhubungan dengan beberapa sindrom seperti Xlinked cleft palate syndrome, Kindler syndrome, van der Woude syndrome, and Opitz
syndrome.4 Sebagian besar kasus ankyloglossia tidak berhubungan dengan sindrom-sindrom
tertentu. Selain itu,

penelitian membuktikan bahwa kasus ankyloglossia meningkat

prevalensinya pada ibu yang mengkonsumsi kokain.


2.4 Embriologi
2

Lidah mulai terbentuk pada minggu ke 4 saat gestasi. Lidah berkembang dari
lengkung faring 1,2, dan 3 dan 4. Bagian anterior lidah berkembang dari lengkung faring 1
yang merupakan proliferasi dari mesenkim yang akan membentuk 3 pembengkakan lingual, 2
pembengkakan lateral lingul dan 1 tuberculum impar dari processus mandibular. Kedua
pembengkakan lateral lingual akan membesar dan menjadi satu dan menutupi tuberculum
impar. 1/3 dari bagian posterior dibentuk dari fusi dari lengkung faring 2 dan 3, sedangkan
2/3 sisanya dibentuk dari lengkung faring 4.
Sulkus yang berbentuk U akan berkembang di depan dan di sebelah kiri dan kanan
sehingga memberikan kebebasan lidah untuk berkembang, kecuali pada regio frenulum
lingual. Pada daerah ini lidah tetap menempel. Seiring dengan pertumbuhan lidah, sel
frenulum mengalami apoptosis, menjauhi ujung lidah, sehingga meningkatkan mobilitas dari
lidah.5 Kegagalan dari tahap ini akan menyebabkan terjadinya tongue tie atau ankyloglossia.6

Development of the tongue


1. Lateral lingual swelling
2. Tuberculum impar
3. Foramen cecum
4. Copula
5. Eppiglottal swelling
6. Laryngeal orifice
7. Arytenoid swellings
8. Pharyngeal arches

Development of the tongue


1. Body of tongue
2. Terminal sulcus
3. Foramen cecum
4. Root of tongue
5. Palatine tonsil
6. Laryngeal orifice
7. Arytenoid swellings
8. Epiglottis

Gambar 1. Embriologi Lidah (Sumber dari : Chronolab : Atlas Of Human Embriology)

2.5 Patofisiologi
Sebelum lahir, frenulum lingual memandu perkembangan struktur mulut agar tetap
berada di tengah. Setelah lahir, frenulum lingual terus memandu posisi gigi yang akan
tumbuh. Ketika kita tumbuh, frenulum lingual akan mengecil dan menipis. Pada beberapa
anak, frenulum sangat ketat, berotot atau adanya pembuluh darah yang menyebabkan
frenulum gagal mengecil dan dapat menyebabkan masalah mobilitas dari lidah.7
Kejadian ankyloglossia dapat menyebabkan kesulitan pada saat pemberian ASI,
penelitian membuktikan bahwa pergerakan lidah menjadi komponen mayor dari refleks
menghisap. Secara umum, fungsi dari lidah adalah untuk membantu memposisikan payudara
ibu kedalam mulut bayi pada inisiasi menyusui. Lidah akan membentuk lekukan yang
berguna menyanggah posisi dari payudara ibu. Pada saat menghisap, ujung lidah akan
terelevasi dan mengunci pengeluaran susu di depannya. Tekanan lalu akan mulai turun ketika
bagian belakang lidah jatuh ke dasar dari mulut, memungkinkan susu untuk keluar dari puting
dengan pemberian tekanan dan penghisapan.
Oleh karena hal ini, efektifitas menyusui sangat dipengaruhi oleh panjang dari ujung
lidah yang bebas dari frenulum, pergerakan yang bebas dari lidah, dan fleksibilitas dari dasar
mulut. Bayi dengan ankyloglossia akan mencoba menkompensasi dengan beberapa cara,
pertam mereka akan menggunakan rahang untuk meningkatkan kompresi terhadap payudara,
hal ini akan menyebabkan luka pada payudara yang mengakibatkan penurunan dari reflex
ejeksi susu, sehingga bayi akan mengkompensasi dengan menggunakan penekanan
menggunakan rahang lebih keras lagi. Selain itu, bayi akan menggunakan bibir untuk
menggantikan fungsi lidah yang tidak efektif, bibir tidak dapat mengunci posisi dari payudara
sehingga akan terjadi pelepasan berulang kali.8
Ketika anak mulai dpat berbicara dapat terjadi kesulitan berbicara, karena ujung lidah
tidak bisa naik cukup tinggi untuk membuat beberapa suara dengan jelas. Kebersihan oral
yang kurang juga dapat terjadi dikarenakan kesulitan membersihkan bibir dan gigi dengan
lidah. Masalah psikologi juga kerap kali timbul dari seorang anak dengan ankyloglossia,
mereka cenderung dilecehkan oleh teman sebayanya karena kesulitan mengucapkan beberapa
kata.7

2.6 Manifestasi Klinis


Pada ankyloglossia, dapat terjadi beberapa keterbatasan, antara lain kesulitan
menempel dan mengisap ke payudara ibu, sehingga menyusui menjadi kurang adekuat. Hal
ini dapat dibantu dengan pemakaian botol bayi yang mempermudah penghisapan sehingga
dapat menyelesaikan masalah kesulitan minum. Penggunaan botol susu membuat bayi lebih
mudah karena posisi dan ukuran dari dot dapat disesuaikan. Kesulitan minum dari payudara
ibu juga dapat melukai puting susu ibu, sehingga terjadi lecet pada payudara ibu.
Terjadi perbedaan pergerakan mulut saat pemberian ASI dibandingkan pemberian
dengan botol susu. Dengan menggunakan botol susu, bayi tidak perlu membuka mulut
dengan lebar, selain itu juga tidak dibutuhkan penghisapaan yang konstan seperti pada saat
pemberian ASI dari payudra ibu. Ketika bayi dengan ankyloglossia tidak dapat memfiksasi
bagian bawah payudara ibu menggunakan lidahnya, akan terjadi refleks mengiggit
menggunakan gusi. Refleks ini dapat mencukupi kebutuhan ASI untuk bayi namun
menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu akibat rasa sakit yang dihasilkan. Pada pemberian
susu menggunakan botol, susu akan menetes dengan sendirinya tanpa perlu usaha dari bayi,
sehingga memerlukan usaha dari otot lidah yang lebih sedikit.2
Selain masalah kesulitan menyusu, biasanya juga terdapat ruang antara gigi bawah
depan, dikarenakan posisi dari frenulum yang akhirnya membentuk celah gigi. Pada anak
yang lebih dewasa, dapat terjadi kesulitan berbicara, karena ujung lidah tidak bisa naik cukup
tinggi untuk membuat beberapa suara dengan jelas, seperti t, d, z, s, th, n, dan l. Kebersihan
bibir yang kurang juga dapat terjadi dikarenakan kesulitan membersihkan bibir dari debris.
Selain itu juga, dapat timbul masalah kebersihan gigi karena kesulitan pembersihan
menggunakan lidah.
Masalah psikologi juga kerap kali timbul dari seorang anak dengan ankyloglossia,
mereka cenderung dilecehkan oleh teman sebayanya karena kesulitan mengucapkan beberapa
kata. Selain itu, ankyloglossia juga dapat menimbulkan masalah sosial seperti
ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik, ketidakmampuan bermain alat musik tiup. 4,6,7,9
2.7 Diagnosa
Pemeriksaan fisik didapat frenulum lingual yang tebal dan pendek dan dilakukan
pemeriksaan fisik serta observasi saat pemberian ASI perlu dilakukan :

Memeriksa pergerakan dari lidah dan derajat ekstensi melewati dental ridge bagian
bawah dan bibir. Elevasi lidah ke palatum saat mulut terbuka, pergerakan ini sangat
penting pada saat menyusui. Selain itu juga dilihat pergerakan lidah dari sudut bibir

ke sudut lainnya.
Melakukan penimbangan berat badan sebelum dan setelah menyusui untuk melihat

apakah bayi menyusu dengan adekuat


Mengkaji efisiensi dari menyusu bayi, harus terjadi sinkronasi dari menghisap,

menelan dan bernafas.


Menilai kelelahan dari bayi setelah menyusui dan iritabilitas. Bayi dengan
ankyloglossia biasanya akan terdpat tremor pada bibir dan rahang, serta memerlukan

penyapihan yang berkali-kali dlam waktu yang sempit


Mencari kelainan lain yang terjadi bersamaan dengan ankyloglossia.2
Pengukuran kelas dari ankyloglossia melihat dari panjangnya ujung lidah yang bebas,

penilaian dilakukan mengukur dari ujung lidah sampai frenulum yang terfiksasi kedasar
mulut. Normalnya, daerah lidah yang bebas lebih dari 16 mm. Ankyloglossia dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan penilaian Kotlow sebagai berikut :
-

Kelas I: Ankyloglossia ringan: 12 sampai 16 mm


Kelas II : Ankyloglossia sedang: 8 sampai 11 mm
Kelas III: Ankyloglossia berat: 3 sampai 7 mm
Kelas IV : Ankyloglossia sempurna : kurang dari 3 mm.

Klasifikasi berdasarkan fungsi:


1. Ujung lidah harus dapat menonjol di luar mulut tanpa menekuk
2. Ujung lidah harus mampu menyapu bibir atas dan bawah mudah, tanpa melelahkan
3. Ketika lidah ke belakang, seharusnya tidak membuat jaringan lingual pada gigi
anterior memucat
4. Lidah tidak memberi tekanan berlebihan pada anterior mandibula
5. Frenulum lingual harus memungkinkan menelan normal
6. Frenum lingual tidak membuat diastema antara gigi seri tengah mandibula Pada bayi,
bagian bawah lidah seharusnya tidak mengalami abrasi
7. Frenulum seharusnya tidak mengganngu bayi untuk melekat pada puting susu ibu saat
menyusui.
8. Anak-anak tidak menunjukkan kesulitan berbicara terkait dengan keterbatasan
gerakan10
Selain itu metode yang baik dalam menentukan ankyloglossia dapat dilakukan dengan
metode table Hazelbaker, dimana tabel tersebut menilai penampilan dan fungsi dari lidah.
Maksimal skor dari tabel ini adalah 24, angka batasan normal adalah lebih dari 14 sedangkan
6

bila kurang dari 8 perlu diindikasikan untuk frenotomi. Ankyloglossia yang signifikan dapat
disimpulkan bila skor total appearance <8 atau bila skor total function <11

Skor total
14

: fungsi lidah sempurna

11 13

: fungsi lidah dapat diterima, tidak perlu tindakan apapun

< 11

: fungsi lidah terganggu, bila dengan tata laksana perbaikan proses menyusui
7

tidak membantu, frenotomi dapat dipikirkan


: frenotomi (pemotongan tali lidah) perlu segera dilakukan. 5,6,7

<8

Gambar 2. Ankyloglossia yang memerlukan frenotomi7

2.8 Terapi
Apabila ankyloglossia ringan belum diperlukan terapi signifikan seperti frenektomi,
pada sebagian penelitian di sebutkan juga bahwa frenulum yang pendek dapat memanjang
spontan seiring perjalanan usia dan penggunaan lidah dapat memberi penarikan dan penipisan
frenulum lidah. Sehingga pada ankyloglossia ringan cukup di beriakan konsultasi laktasi yaitu
pemempatan posisi dan pelekatan bayi pada saat menyususi. Apabila ankyloglossia berat
dapat dilakukan operasi z-plasty flap closure untuk mencegah pembentukan jaringan ikat.
Pada sebagaian kasus dimana frenulum berbentuk tipis dapat dilakukan frenotomi.
Frenotomi merupakan sebuah prosedur penguntingan dan pemisahan dari frenulum.
Prosedur ini dapat dilakukan tanpa anestesi lokal, namun disarankan untuk menggunakan
anestesi topikal untuk mengkontrol rasa sakit dan kekhawatiran dari orang tua. Berikut adalah
gambar dari prosedur frenotomi:

Pemberian anestesi topikal pada frenulum

Frenulum dipisahkan dengan menggunakan gunting berujung tumpul steril pada bagian yang tertipis
di atas saluran kelenjar ludah submandibula7

Hasil post operasi setelah dilakukan pemisahan7

Hasil dari frenulotomi.


Pendarahan yang terjadi dapat di kontrol dengan penekanan menggunakan kassa7

Pada ankyloglossia dimana frenulum sangat tebal dan terdapat pembuluh darah
sehingga meningkatkan resiko pendarahan, maka dilakukan prosedur frenektomi. Selain itu
juga dibutuhkan terapi bicara.
Berikut adalah prosedur dilakukannya frenektomi :

Frenektomi dilakukan pada kasus ankyloglosia dengan frenulum tebal, setelah itu dilakukan
penjahitan dengan teknik z plasty flap closure7

Komplikasi dari terapi invasif seperti frenotomi dan frenektomi dapat menyebabkan
infeksi, perdarahan masif, ankyloglossia rekuren yang disebakan pembentukan jaringan ikat
yang berlebih, gangguan biacara yang muncul setelah operasi, glossoptosis (perubahan posisi
dari lidah ke belakang yang terkadang dapat menutup jalan nafas dikarenakan mobilitas lidah
yang berlebihan7,9
10

BAB III
PENUTUP
Ankyloglossia adalah kelainan kongenital yang dikarenakan frenullum lingual lebih
pendek dari

normal yang disebabkan gagalnya penyusutan dari frenulum pada masa

embriologi. Hal ini akan berdampak pada kurang efektifnya bayi dalam menyedot ASI.
Apabila ankyloglossia dibiarkan, maka kesulitan dalam berbicara menjadi masalah bagi anak
tersebut dikarenakan lidah tidak dapat cukup tinggi untuk menyebutkan beberapa huruf
seperti t, d, z, s, th, n, dan l, hal ini dapat berimbas pada masalah psikologi anak.
Tingkat keparahan dari ankyloglossia dapat di ukur dengan menggunakan kriteria
Kotlow dan Tabel Hazelbaker, dimana Tabel Hazelbaker menilai dari segi penampilan dan
fungsi dari lidah sedangkan Kotlow meninjau dari panjang frenulum. Keparahan dari
ankyloglossia tergantung pada derajat dan usia dari penderita itu sendiri.
Pada ankyloglossia ringan dengan selaput membran tipis indikasi untuk operasi
belum diperlukan karena kemungkinan untuk kembali normal masih dapat terjadi. Dengan
pemberian konsultasi laktasi masalah pemberian ASI yang tidak efektif dapat teratasi.
Sedangkan pada derajat yang berat dapat dilakukan frenektomi dan dilanjutkan dengan terapi
berbicara.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy Of Otolaryngology Head And Neck Surgery. Fact Sheet :


Tongue Tie (Ankyloglossia). 2012. [diakses tamggal : 20 Maret 2013 dari
http://www.entnet.org/HealthInformation/Ankyloglossia.cfm]
2. Elizabeth Coryllos. Congenital Tongue Tie And Its Impact On Breastfeeding,
Breastfeeding Best For Baby And Mother . 21 October 2004: 1-4.
3. L. Kotlow. Diagnosis And Treatment of Ankyloglossia And Tied Maxillary Fraenum
In Infants Using Er:YAG and 1046 Diode Lasers. European Academy of Pediatrics
Dentistry 2011; 12(2): 106-111.

[diakses tanggal 23 Marer 2013 dari

http://kiddsteeth.com/articles/drkotlowarticlemay2011.pdf]
4. PubMed Health. Tongue Tie. 2012. [diakses tanggal : 21 Maret 2013 dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002606/]
5. Emedicine Medscape. Head and Neck Embriology. 2013.[diakses tanggal 20 Maret
2013 dari http://emedicine.medscape.com/article/1289057-overview#a3
6. Chaubal, Tanay V., and Mala B. Dixit. Ankyloglossia And Its Management. J Indian
Soc Periodonto 15.3 (2011): 270-72.
7. Kupietzky, Ari, and Eyal Botzer. Ankyloglossia in the Infant and Young Child:
Clinical Suggestions for Diagnosis and Management. Hebrew University-Hadassah
School of Dental Medicine (2004).
8. Paul RV Jhonson. Tongue-tie exploding the myths. Infant 2006; 2(39): 96-99.
9. Ballard, Jeanne L., and Chris E. Anner. Ankyloglossia: Assessment, Incidence, and
Effect of Frenuloplasty on the breast feeding dyad. Pediatrics 110.e63 (2002): 63
10. L. Kotlow. Ankyloglossia (tongue-tie):A diagnostic and treatment quandary.
Quintessence International 1999; 30: 259-262.

12

Anda mungkin juga menyukai