Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

NEKROSIS PULPA

Pembimbing :
drg. Anny Rufaida, Sp.KG

Disusun oleh :
Wahyu Rhomadon
(21401101076)

LAB. KESEHATAN GIGI DAN MULUT


RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah,
inayah, serta fadlol-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus Nekrosis Pulpa.

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi laporan kasus serta tinjauan
pustaka dari kasus Nekrosis Pulpa.
Dengan selesainya tugas laporan kasus ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, masih banyak
kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

` Kepanjen, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................


1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................
1
1.3 Tujuan....................................................................................................................
2
1.4 Manfaat..................................................................................................................
2

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Identitas...................................................................................................................
3

2.2 Riwayat Kasus.........................................................................................................


3

2.3 Pemeriksaan Klinis..................................................................................................


4

2.4 Diagnosa sementara.................................................................................................


6

2.5 Rencana Perawatan..................................................................................................


6

2.6 Pengobatan..............................................................................................................
7

2.7 Pemeriksaan penunjang...........................................................................................


7
2.8 Diagnosa akhir.........................................................................................................
7

2.9 Prognosis.................................................................................................................
8

2.10 Komplikasi............................................................................................................
8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Struktur Gigi...........................................................................................................


9

3.2 Kelainan Pulpa ........................................................................................................


11

3.3 Penegakan Diagnosis...............................................................................................


19

3.4 Penatalaksanaan......................................................................................................
23

BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................
26

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia penyakit gigi dan mulut masuk dalam 10 besar penyakit yang
banyak dikeluhkan masyarakat. Prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut adalah
25,9%.1 Dalam International Dental Jurnal menyatakan bahwa di beberapa negara,
penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit ke-4 yang paling mahal biaya
penyembuhannya. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia
adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi. Berdasarkan Survei Depkes
RI, prevalensi karies di Indonesia mencapai 71%. 2 Karies gigi yang tidak dirawat
lambat laun akan mencapai bagian pulpa dan mengakibatkan peradangan pada pulpa,
yang kemudian menyebabkan nekrosis pulpa.3

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan


pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme
yang bersifat saprofit dan juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang memang
bersifat pathogen.3 Nekrosis pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total dan
berdasarkan klasifikasinya terbagi menjadi nekrosis pulpa koagulasi dan nekrosis
liquefaksi.4

Penatalaksanaan utama pada nekrosis pulpa adalah dengan Root Canal


Therapy (RCT) atau perawatan saluran akar. Tujuan keseluruhan dari terapi ini adalah
mengeliminasi infeksi saluran akar gigi, yang meliputi pembersihan seluruh jaringan
nekrosis dari saluran akar gigi, irigasi untuk mengeradikasi bakteri dan substratnya
dari saluran akar gigi, serta pengisian materi filling ke dalam saluran akar gigi untuk
mencegah terjadinya reinfeksi.4,10,11

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Nekrosis Pulpa?
2. Bagaimana etiologi dan patogenesis dari Nekrosis Pulpa?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Nekrosis Pulpa?
4. Apa saja klasifikasi dari Nekrosis pulpa?
5. Bagaimana penegakan diagnosis dari Nekrosis pulpa?
6. Bagaimana penanganan dari Nekrosis pulpa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi Nekrosis Pulpa
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dan patogenesis dari Nekrosis Pulpa
3. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Nekrosis Pulpa
4. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Nekrosis Pulpa
5. Untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosis dari Nekrosis Pulpa
6. Untuk mengetahui dan memahami penanganan dari Nekrosis Pulpa

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut
pada khususnya.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan
klinik bagian ilmu gigi dan mulut.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. I
Alamat : Bantur, Malang
Umur : 19 tahun
Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal periksa : 9 April 2019

2.2 RIWAYAT KASUS


1. Keluhan Utama : Menambal gigi sebelah kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poli gigi RSUD Kanjuruhan
Kepanjen karena ingin menambal gigi yang berlubang, pasien merasakan gigi kanan
atas runcing dan terasa tidak enak.
3. Riwayat perawatan
a. Gigi : pasien terakhir kali periksa gigi satu hari yang lalu ke
puskesmas untuk cabut gigi bagian bawah
b. Jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya : Pasien belum pernah
memeriksakan jaringan lunak rongga mulut
4. Riwayat kesehatan
 Kelainan darah : (-)
 Kelainan endokrin : (-)
 Gangguan nutrisi : (-)
 Kelainan jantung : (-)
 Kelainan kulit/ kelamin : (-)
 Gangguan pencernaan : (-)
 Gangguan respiratori : (-)
 Kelainan imunologi : (-)
 Gangguan TMJ : (-)
 Tekanan darah : (-)
 Diabetes mellitus : (-)
 Lain-lain : (-)
5. Obat-obatan yang telah /sedang dijalani : tidak sedang mengkonsumsi obat apapun
6. Keadaan sosial/kebiasaan : cukup, kebiasaan gosok gigi 1-2x/hari, makan 3x/hari,
tidak merokok, tidak konsumsi alkohol.
7. Riwayat Keluarga :
a. Kelainan darah : (-)
b. Kelainan endokrin : (-)
c. Diabetes melitus : (-)
d. Kelainan jantung : (-)
e. Kelainan syaraf : (-)
f. Alergi : (-)
g. lain-lain : (-)

2.3 PEMERIKSAAN KLINIS


1. EKSTRA ORAL :
a. Muka : simetris
b. Pipi kiri : dalam batas normal
Pipi kanan : dalam batas normal
c. Bibir atas : dalam batas normal
bibir bawah : dalam batas normal
d. Sudut mulut : dalam batas normal
e. Kelenjar submandibularis kiri : tidak teraba pembesaran
kanan : tidak teraba pembesaran
f. Kelenjar submentalis : tidak teraba pembesaran
g. Kelenjar leher : tidak teraba pembesaran
h. Kelenjar sublingualis : tidak teraba pembesaran
i. Kelenjar parotis : tidak teraba pembesaran

2. INTRA ORAL :
a. Mukosa labial atas : dalam batas normal
Mukosa labial bawah : dalam batas normal
b. Mukosa pipi kiri : dalam batas normal
Mukosa pipi kanan : dalam batas normal
c. Bukal fold atas : dalam batas normal
Bukal fold bawah : dalam batas normal
d. Labial fold atas : dalam batas normal
Labial fold bawah : dalam batas normal
e. Ginggiva rahang atas : hiperemi 6
Ginggiva rahang bawah : hiperemi 7 5 1 2 4
f. Lidah : dalam batas normal
g. Dasar mulut : dalam batas normal
h. Palatum : dalam batas normal
i. Tonsil : T1
j. Pharynx : dalam batas normal

c c c c c
Gambar 1. Peta Gigi
Keterangan
651 16 Inspeksi : Karies 5 Inspeksi : tumpatan
74 Sondase : (-)
Perkusi : (-)
CE : (-)

6 Inspeksi : kalkulus
75 124 CE : Tidak dilakukan

6 6 Inspeksi : kehilangan gigi


2.4 DIAGNOSIS SEMENTARA
Keterangan :
51 16 : pulpitis reversibel 6 : Nekrosis pulpa
74

6 : kalkulus
75 124

2.5 RENCANA PERAWATAN


51 16 : tumpatan 6 : perawatan saluran akar
74

6 : scaling
75 124

2.6 Pengobatan
-

2.7 Pemeriksaan Penunjang :


Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi
: (+) regio 6
Lab.Patologi anatomi : (-)
• Sitologi : (-)
• Biopsi : (-)
Lab.Mikrobiologi : (-)
• Bakteriologi : (-)
• Jamur : (-)
Lab.Patologi Klinik : (-)
3. Rujukan :
Poli Penyakit Dalam : (-)
Poli THT : (-)
Poli Kulit & Kelamin : (-)

2.6 DIAGNOSA AKHIR

51 16 : pulpitis reversibel 6 : Nekrosis pulpa


74

6 : kalkulus
75 124
LEMBAR PERAWATAN

Tanggal Elemen Diagnosa Therapi Keterangan

09-04- 51 16 Pulpitis Tumpatan KIE:


2019 74 Reversible  Menyarankan untuk
memasang tumpatan
gigi
6 Nekrosis Pulpa Perawatan  Menyarankan untuk
saluran akar mencabut gigi yang
sudah rusak dan
6 kalkulus scalling diganti dengan gigi
75 124 prostetik
 Pasien diedukasi cara
menggosok gigi yang
benar
 Menyarankan untuk
melakukan perawatan
saluran akar
 Kontrol rutin gigi 6
bulan sekali
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Struktur Gigi

Gambar 3.1 Struktur Gigi

3.1.1 Email

Email merupakan bagian terluar dari gigi yang kelihatan dalam mulut.
Dibandingkan dengan bahan keras dalam tubuh seperti kuku, rambut, tulang semen
dan dentin, email merupakan bahan yang terkeras tetapi getas (mudah patah). Email
merupakan bahan yang tidak mempunyai sel, pembuluh darah, saraf dan limf
sehingga jika patah atau sakit, email tidak dapat mengadakan regenarasi atau tidak
mempunyai daya reparatif. Jadi, pencegahan kerusakan email dari proses karies
ataupun fraktur sangat penting.6

Email terdiri dari 97% bahan anorganik yang terdiri atas apatit dan karbonat.
Apatit menambah resistensi email terhadap serangan asam, sebaliknya karbonat
mengurangi resistensi email terhadap serangan asam. Kandungan 1% lainnya
merupakan bahan organik, yang terdiri dari bahan yang tidak dapat larut, misalnya
keratin, dan bahan yang dapat larut, misalnya mukopolisakarida. Keratin juga
terdapat dalam rambut, kuku dan kulit. Zat ini mudah mengambil air sehingga
menyebabkan email bersifat permeabel (dapat ditembus oleh air). Sisanya, 2% dari
komposisi email adalah air.6

3.1.2. Dentin
Dentin merupakan jaringan termineralisasi yang membentuk sebagian besar
massa gigi. Di daerah mahkota, dentin ada di lapisan dasar email dan di daerah akar,
dentin ditutup oleh sementum. Warnanya kuning pucat, kekerasannya lebih keras dari
pada tulang maupun sementum, tapi kurang keras dibanding email. Secara klinis
dentin sensitif terhadap rangsang. Rangsang diterima oleh cabang odontoblas (serat
Tome’s) kemudian dilanjutkan ke dalam badan sel odontoblas terus ke pulpa. Pada
odontoblas banyak ujung serat saraf yang berasal dari pulpa.6

Dentin mengandung 70% bahan anorganik yang komposisi utamanya adalah


hidroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2). Bahan organiknya merupakan 20% dari berat
dentin yang komponen utamanya adalah serat-serat kolagen yang terpendam dalam
bahan dasarnya yang amorf. Komposisi lainnya yaitu 10% terdiri dari air.6

3.1.3. Pulpa

Pulpa merupakan jaringan ikat lunak vaskuler yang menempati pertengahan gigi.
Bentuk pulpa mendekati bentuk permukaan luar gigi. Pulpa dibentuk oleh kamar
pulpa di bagian mahkota gigi dan saluran akar yang memanjang sepanjang gigi.
Bentuk dan jumlah saluran akar dapat bervariasi. Pada bagian apeks masing-masing
akar terdapat foramen apikal yang dilalui pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
Tonjolan pulpa yang disebut tanduk pulpa atau koruna terletak di bagian bawah
masing-masing tonjol (cusp) gigi.6 Fungsi pulpa3:

a. Induktif

Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang bila
terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. b. Formatif

Odontblas membentuk dentin. Sel ini berpartisipasi dalam pembentukan dentin dalam
tiga cara: 1) melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik; 2) melalui pengangkutan
komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk; 3) melaluipenciptaan lingkungan
yang memungkinkan mineralisasi matriks. Odontoblasdapat pula membentuk dentin
sebagai respons atas cedera, yaitu jika ada karies,t rauma, atau prosedur restorasi.

c. Nutritif

Jaringan pulpa memasok nutrient yang sangat penting bagi pembentukan dentin
(misalnya dentin peritubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
d. Defensif
Odontoblas membentuk dentin sebagai respons terhadap cedera, terutama jika ketebalan
dentin yang asli telah berkurang akibat karies, atrisi, trauma, atau prosedur restoratif.
Dentin dapat juga terbentuk pada lokasi yang kontinuitasnya terputus, seperti pada
tempat terbukanya pulpa. Hal ini terjadi melalui induksi, diferensiasi dan migrasi
odontoblas baru atau sel-sel mirip odontoblas pada lokasi terbuka tersebut.

e. Sensatif
Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau dentin
ke pusat saraf yang lebih tinggi. Stimulus ini biasanya diekspresikan secara klinis
sebagai nyeri. Jaringan pulpa juga mentransmisikan sensasi dari nyeri dalam, yang
timbul karena adanya penyakit, terutama penyakit inflamasi.

3.2 Kelainan Pulpa


3.2.1. Pulpa normal

Gigi dengan pulpa normal tidak menunjukkan gejala spontan. Pulpa akan
merespon tes pulpa, gejala yang dihasilkan dari tes tersebut ringan dan hasilnya
dalam sensasi sementara yang dapat menghilang dalam beberapa detik. Pada
pemeriksaan radiografi, tidak ada bukti resorpsi, karies, atau terbukanya pulpa
3
secara mekanik. Tidak diindikasikan untuk dilakukan perawatan endodontik.

3.2.2. Pulpitis reversibel

- Definisi

Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal.
Rangsangan ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, dan
fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-faktor yang
3
dapat mengakibatkan pulpitis reversibel.

- Gejala

Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik (tanpa gejala). Akan tetapi, jika


muncul, gejala biasanya berbentuk pola yang khusus. Aplikasi stimulus seperti
cairan dingin atau panas atau bahkan udara, dapat menyebabkan sakit sementara
yang tajam. Jika stimulus ini yang secara normal tidak menimbulkan nyeri atau
ketidaknyamanan, dihilangkan, nyeri akan segera reda. Rangsangan panas dan
dingin menimbulkan respons nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas
diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respons awal yang
langsung terjadi (tertunda); intensitas nyeri akan meningkat bersamaan dengan
naiknya temperatur. Sebaliknya, respons nyeri terhadap dingin pada pulpa normal
akan segera terasa; intensitas nyerinya cenderung menurun jika stimulus dingin
dipertahankan. Berdasarkan pada observasi ini, respons dari pulpa sehat maupun
yang terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam
3
tekanan intrapulpa.

- Perawatan

Menghilangkan iritan, menutup dan melindungi dentin yang terbuka atau


pulpa vital biasanya akan menghilangkan gejala dan memulihkan proses inflamasi
jaringan pulpa. Akan tetapi, jika iritasi pulpa berlanjut atau intensitasnya
meningkat, inflamasi akan berkembang menjadi sedang bahkan buruk yang
3
akhirnya akan menjadi pulpitis ireversibel bahkan nekrosis.

3.2.3. Pulpitis ireversibel

- Definisi

Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari


pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang
luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma
atau penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan
pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel tidak akan bisa pulih walau penyebabnya
3
dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis.

- Gejala

Pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan


gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis ireversibel dapat juga diasosiasikan
dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus.
Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat atau difus (menyebar) dan
bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri
pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit
ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi rangsangan eksternal seperti dingin atau
3
panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.

Jadi, dengan adanya nyeri parah, respons pulpa yang tidak terinflamasi
berbeda dengan respons pulpa dengan pulpitis reversibel. Aplikasi panas pada gigi
dengan pulpitis ireversibel dapat menghasilkan respons yang cepat; juga, kadang-
kadang dengan aplikasi dingin, responsnya tidak hilang dan berkepanjangan.
Adakalanya, aplikasi dingin pada pasien pulpitis ireversibel yang disertai nyeri
akan menyebabkan vasokonstriksi, menurunnya tekanan pulpa, dan diikuti
kemudian dengan redanya nyeri. Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan
pulpitis ireversibel mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi
elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang
3
terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama.

- Perawatan

Jika inflamasi hanya pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapeks,
respon gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas normal. Penjalaran
inflamasi hingga mencapai ligamen peridontium akan mengakibatkan gigi peka
terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah ditentukan tempatnya. Untuk gigi
dengan tanda dan gejala pulpitis ireversibel, indikasi perawatannya adalah
3
perawatan saluran akar atau pencabutan.

3.2.4 Nekrosis Pulpa

- Definisi dan Klasifikasi Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi irreversibel yang
ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara
parsial maupun total. Etiologi primer dari nekrosis pulpa adalah iritan akibat
infeksi bakteri. Luasnya proses nekrosis berkaitan langsung dengan besarnya

invasi bakteri.4

Nekrosis pulpa dibagi menjadi dua tipe :


1. Nekrosis koagulasi

Pada kondisi ini, terjadi kerusakan sel, yaitu proses fosforilasi oksidatif
terganggu sebagai respon dari kerusakan pada mitokondria. Transpor intraseluler
dan ekstraseluler juga terganggu. Sel akan mengeluarkan proteolisat yang akan
menarik granulosit ke jaringan nekrosis.

Bentuk khusus dari nekrosis koagulasi adalah gangren (dry type), yang
mewakili efek dari nekrosis, dimana terjadi proses pengeringan atau desikasi, yang
menghambat pertumbuhan bakteri dan destruksi autolitik. Pada nekrosis koagulasi,
protoplasma sel menjadi kaku dan opak. Massa sel dapat dilihat secara histologis,

dimana bagian intraselular hilang.4

2. Nekrosis Liquefaksi

Nekrosis liquefaksi (wet type) disebabkan oleh kolonisasi primer atau sekunder
bakteri anaerob, dimana terjadi dekstruksi enzimatik jaringan. Area nekrosis
liquefaksi dikelilingi oleh zona leukosit PMN, dan sel inflamatori kronik yang

padat.4

- Patogenesis Nekrosis Pulpa

Iritasi terhadap jaringan pulpa dapat menyebabkan terjadinya reaksi


inflamasi. Iritan dapat berupa iritan mekanis, kimia, namun yang paling sering
3
menjadi etiologi penyakit pulpa adalah iritan oleh mikroorganisme.

Iritan oleh mikroorganisme disebabkan karena terpaparnya pulpa ke


lingkungan oral. Pulpa secara normal dilindungi dari infeksi mikroorganisme oral
oleh enamel dan sementum. Ada beberapa situasi yang menyebabkan lapisan
pelindung yang terdiri dari enamel dan sementum ini dapat ditembus, diantaranya
adalah karies, fraktur akibat trauma, penyebaran infeksi dari sulkus gingivalis,
periodontal pocket dan abses periodontal, atau trauma akibat prosedur operatif.
Sebagai konsekuensi dari tembusnya lapisan pelindung pulpa, kompleks pulpa-
dentin menjadi terpapar ke lingkungan oral, dan memiliki risiko terhadap infeksi
oleh mikroorganisme oral. Bakteri dan atau produk-produk nya akhirnya dapat

bermigrasi menuju pulpa melalui tubulus dentin.4

- Patofisiologi Nekrosis Pulpa

Bakteri dan produk toksin nya bertanggungjawab terhadap respon inflamasi


yang terjadi. Bakteri dan produk toksin nya masuk ke pulpa melalui tubulus dentin.
Ketika pulpa terpapar oleh bakteri dan produk toksin nya, jaringan pulpa diinfiltrasi
secara lokal oleh leukosit polimorfonuklear (PMN), membentuk area nekrosis
liquefaksi. Bakteri dapat mengkolonisasi dan bertahan pada area nekrosis. Jaringan
pulpa akan tetap mengalami inflamasi untuk jangka waktu yang lama dan nekrosis
cepat atau lambat dapat terjadi. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain
: (1) virulensi dari bakteri, (2) kemampuan untuk mengeluarkan cairan inflamasi
untuk menghindari akibat dari peningkatan tekanan intrapulpal, (3) host resistance,

(4) jumlah sirkulasi, dan yang paling penting, (5) drainase limfatik.4

Sebagai konsekuensi dari pelepasan mediator-mediator inflamasi dalam


jumlah yang banyak, terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah, stasis
pembuluh darah, dan migrasi leukosit ke sisi dimana iritasi berlangsung.
Peningkatan tekanan dan permeabilitas pembuluh darah membuat cairan bergerak
dari pembuluh darah menuju ke jaringan interstitial, menimbulkan edema dan
peningkatan tekanan jaringan. Pulpa terletak di dalam dinding yang kaku, dimana
tidak terdapat sirkulasi kolateral, maka dari itu peningkatan kecil dari tekanan
jaringan dapat menyebabkan kompresi pasif, bahkan kolapsnya pembuluh venul dan
limfe secara total di sekitar lokasi iritasi pulpa berlangsung. Kolapsnya pembuluh
venul dan limfe akibat peningkatan tekanan jaringan, serta kurangnya sirkulasi
akhirnya menyebabkan eksudat atau cairan inflamasi tidak dapat diabsorbsi atau

didrainase, sehingga proses nekrosis dapat terjadi.4,9

Pulpa biasanya tidak mampu mengeliminasi iritan yang terjadi, yang dapat
dilakukan sementara adalah mencegah penyebaran infeksi dan dekstruksi jaringan
yang lebih luas. Namun, jika iritan ini tetap ada dan tidak diatasi, maka kerusakan

dapat meluas dan menjadi lebih parah.4,9

- Diagnosis Nekrosis Pulpa


Gejala dan tanda dari nekrosis pulpa adalah :

1. Diskolorisasi gigi, merupakan indikasi pertama terjadinya kematian jaringan

pulpa.4

Gambar 3.2. Tampak diskolorasi pada gigi dengan nekrosis pulpa

2. Riwayat dari pasien, seperti oral hygiene, pulpitis yang tidak diterapi, serta
riwayat trauma. Pada gigi yang mengalami trauma, tidak terdapat respon
terhadap tes pulpa. Hal ini menyerupai tanda pada nekrosis pulpa. Riwayat
pasien menunjukkan nyeri hebat yang bisa berlangsung untuk beberapa saat
4
diikuti oleh berakhirnya nyeri secara total dan tiba-tiba.
3. Gejala pada gigi biasanya asimtomatik. Tidak terdapat nyeri pada
nekrosis total. Pada nekrosis sebagian dapat simptomatik atau ditemui
4,9
nyeri.
Pemeriksaan didapatkan hasil :
1. Radiografi
Pemeriksaan radiografi menunjukkan kavitas yang besar atau restorasi,
atau juga bisa ditemui penampakan normal kecuali jika ada
4
periodontitis apikal atau osteitis.
Gambar 3.3. Gambaran radiografi tampak restorasi yang besar

pada gigi molar dengan infeksi saluran akar

Gambar 3.4 Dekomposisi gigi sebagai akibat nekrosis pulpa

2. Tes vitalitas
Gigi tidak merespon terhadap tes vitalitas, namun gigi dengan akar
ganda dapat menunjukkan respon campuran, bila hanya satu saluran
akar yang mengalami nekrosis. Gigi dengan nekrosis pulpa
memberikan respon negatif terhadap stimulasi elektrik maupun
rangsang dingin, namun dapat memberikan respon untuk beberapa saat

terhadap rangsang panas.4

d. Pemeriksaan fisik
Gigi menunjukkan perubahan warna seperti suram atau opak yang

diakibatkan karena kurangnya translusensi normal.4

Gambar 4. Kurangnya translusensi normal pada gigi

e. Histopatologi
Terdapat jaringan pulpa yang nekrosis, debris selular, dan
mikroorganisme terlihat di pulpa. Apabila terdapat jaringan
periodontal yang terlibat, maka akan menunjukkan gambaran

inflamasi atau sel radang.4

3.3 Penegakan Diagnosis


Diagnosis adalah suatu ketetapan tentang kelainan yang terjadi pada jaringan
berdasarkan pemeriksaan subjektif, objektif, dan pemeriksaan penunjang lainnya bila perlu.
Diagnosis harus mencakup evaluasi umum dari pasien dan pertimbangan dari keadaan rongga
mulut pasien itu sendiri. Prosedur diagnosis harus sistematik dan terorganisir untuk tujuan
yang spesifik. Dari penemuan-penemuan tersebut harus berhubungan untuk meningkatkan
penjelasan yang sesungguhnya dari masalah periodontal pasien.7

- Kunjungan pertama
Penilaian secara keseluruhan dari pasien
Dari pertemuan pertama dokter gigi mencoba untuk menilai secara keseluruhan dari
pasien. Hal-hal ini mencakup pertimbangan-pertimbangan dari mental pasien, keadaan
emosionalnya, watak, attitude, dan umur fisiologisnya.7
Riwayat kesehatan
Hal-hal yang perlu diketahui:
 Apakah pasien dari perawatan dari dokter umum bila iya perlu diketahui sifat dan
durasi dari masalah dari pasien tersebut dan apa bentuk perawatannya, selain itu perlu
diketahui nama, alamat, dan nomor telepon dari dokter yang memberikan perawatan
tersebut.
 Jenis operasi: meliputi diagnosis, jenis operasi, jenis anastesi, hemoragik, komplikasi
infeksi
 Jenis perawatan atau obat yang diterima, antara lain untuk menghindari pemberian
obat yang dapat menimbulkan interaksi merugikan.
 Riwayat problem medik (cardiovaskuler, hematologik, endokrin)
 Kemungkinan penyakit yangg berhubungan dengan pekerjaan
 Tendensi pendarahan abnormal
 Riwayat alergi: makanan dan obat
 Kondisi pubertas. Untuk perempuan: menopause, mensturasi, histerektomi, pregnansi,
keguguran
 Riwayat medik keluarga (kelainan perdarahan dan DM).
Riwayat kesehatan gigi
 Kunjungan ke dokter gigi: meliputi frekuensi, tanggal kunjungan terakhir, oral
profilaksis
 Keadaan oral hygiene meliputi frekuensi menyikat gigi, berapa kali menyikat gigi
dalam sehari, metode penyikatan gigi, tipe sikat gigi dan pasta gigi
 Perawatan ortodonsi: mencakup durasi dan perkiraan tanggal pemakaiannya
 Rasa sakit pada gigi atau gusi, ketika pasien mengalami sakit pada giginya atau pada
gusi yang mana sakitnya sangat menghawatirkan, maka dokter gigi harus mengetahui
bagaimana pasien mengatasi rasa sakit giginya tersebut.
 Pendarahan gusi: kapan mulai, apakah spontan atau pada saat sikat gigi atau makan,
atau berhubungan dengan periode menstruasi, atau faktor lain yang lebih spesifik dan
durasai dari pendarahan itu harus di ketahui serta dokter gigi harus mengetahui bagaimana
cara pasien meghentikan pendarahannya sendiri
 Rasa tidak enak dalam mulut
 Mengetahui adanya gigi yang goyang atau tidak
 Kebiasaan buruk dari pasien seperti mengasah gigi, atau mengunyah sepanjang hari
atau malam.
 Riwayat masalah periodontal sebelumnya juga harus diketahui.7
Radiografi intraoral
Peninjauan secara radiografi terdiri dari minum:
 Radiografi Intraoral,
 Minimal 14 intraoral dan 4 bite-wing film posterior
 Radiografi panoramik: merupakan metode yang simpel
 Bermanfaat untuk mendeteksi anomali, lesi patologik pd gigi dan rahang dan fraktur,
pemeriksaan gigi dalam kelompok besar
 Pemeriksaan intraoral/periapikal tetap dibutuhkan untuk diagnosis dan rencana
perawatan
Informasi yang dapat diperoleh dari radiografi adalah :
a. Panjang akar & morfologi
b. Rasio mahkota dan akar
c. Perkiraan destruksi tulang
d. Hubungan dengan sinus maxillaris
e. Kondisi crest tulang interproximal, resorpsi horizontal dan vertikal. Tulang interseptal
normal biasanya 1-2 mm apikal garis CEJ.
f. Pelebaran space ligamentum periodontal pada aspek mesial dan distal.
g. Keterlibatan furkasi tingkat lanjut
h. Kelainan periapikal
i. Kalkulus
j. Restorasi overhanging
k. Fraktur akar
l. Karies
- Kunjungan Kedua
Pemeriksaan Oral
Tingkat kebersihan dari rongga mulut dinilai dari banyaknya akumulasi sisa-sisa
makanan, plak, bakteri alba, dan stain pada permukaan gigi. Disclosing solution dapat
digunakan untuk mendeteksi plak yang kemungkinan tidak diketahui.7

Pemeriksaan Rongga mulut


Pemeriksaan ini meliputi bibir, dasar mulut, lidah, palatum dan regio orofaring, juga
kualitas dan kuantitas dari saliva, meskipun sebenarnya yang dilihat tidak begitu
berhubungan dengan masalah periodontal namun seorang dokter gigi harus mendeteksi
seluruh perubahan patologis yang terjadi pada mulut.

Gambar 3.5 Kondisi oral hygiene yang buruk


Keterangan gambar:
Gambar 2.1 menunjukkan kondisi oral hygiene yang buruk yang ditandai dengan adanya
inflamasi pada gingiva yang terdapat plak, materia alba, dan kalkulus.
- Pemeriksaan dari Limfa Nodus
Karena periapikal dan penyakit mulut lainnya biasanya dihasilkan dari perubahan limfa
nodus, dokter gigi harus secara rutin memeriksa dan mengevaluasi kepala dan leher. Limfo
nodus dapat membesar oleh infeksi (periapikal dan periodontal) metastase maligna,
perubahan fibrotic residual. Nodus imflamatori bisa menjadi besar dapat dipalpasi, lunak,
dan sedikit kaku.8
- Pemeriksaan gigi
Gigi diperiksa dari kariesnya, perkembangan kerusakan yang terjadi, membentuk anomaly
dari bentuk gigi, hipersensifitas, dan hubungan kontak proksimal. Meliputi:
1. Erosi
2. Abrasi
3. Atrisi
4. Dental stain (deposit yang mengalami pigmentasi pada gigi)
5. Hipersensitif
6. Relasi kontak proksimal
- Pemeriksaan periodontal
Dilakukan secara sistematis, dimulai dari regio molar regio atas atau Regio bawah denga
melihat sebagai berikut:
1. Plak dan Kalkulus
– Kalkulus supragingiva dapat diobservasi secara langsung & jumlahnya diukur
dengan probe terkalibrasi.
– Kalkulus subgingival dideteksi dengan eksplorer (no 17 atau no 3A)
2. Gingiva
– Gingiva harus dikeringkan untuk observasi yg akurat
– Tanda yang harus diperhatikan:
– Tanda yang harus diperhatikan:
• Warna
• Ukuran
• Kontur
• Konsistensi
• Tekstur permukaan
• Posisi
• Pendarahan
• Rasa sakit
• Periodontal poket ; distribusi pada permukaan gigi, kedalaman, level of
attachment, tipe poket (supra/infraboni).8
3.4 Penatalaksanaan
Pada kasus pasien dengan nekrosis pulpa, berikut adalah tatalaksana yang dapat
dilakukan, diantaranya :
1. Perawatan Endodontal
Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar
antara lain: preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan
(biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan
saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,
terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan
mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan
pengisian yang kurang baik.3

Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-


organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi
mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam
pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan
lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil
pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi
dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan
pengisi saluran akar. Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan
untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding
saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak.3 Tahapannya adalah
sebagai berikut :

a) Tahap 1

Mahkota gigi di-bur untuk mendapatkan jalan masuk ke kamar pulpa. Semua
tambalan dan jaringan rusak pada gigi (karies) dibuang.

b) Tahap 2
Pulpa dikeluarkan dari kamar pulpa dan saluran akar. Suatu instrumen kecil
yang disebut “file” digunakan untuk membersihkan saluran akar. Gigi ditutup
dengan tambalan sementara untuk melindungi kamar pulpa dan saluran akar
agar tetap bersih. Tambalan sementara akan dibongkar pada kunjungan
selanjutnya
c) Tahap 3
Saluran akar diisi dan dibuat kedap dengan suatu bahan yang mencegah bakteri
masuk. Kamar pulpa sampai dengan permukaan mahkota gigi ditutup dengan
tambalan sementara.

d) Tahap 4
Tambalan sementara dibongkar dan diganti dengan tambalan tetap atau
dibuatkan “crown” (sarung gigi).

e) Tahap 5
Saluran akar, tambalan tetap, atau “crown” dievaluasi untuk melihat ada /
tidaknya masalah. Setelah PSA selesai, gigi akan disuplai nutrisinya oleh tulang
dan gusi di sekitarnya.

2.Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan indikasi gigi yang mengalami fokal
infeksi, gigi yang mengalami nekrosis dan infeksi periapikal serta tidak dapat
dilakukan terapi endodontal, gigi yang terlibat kista dan tumor, gigi yang terlibat
fraktur rahang, gigi yang impaksi dan gigi yang supernumerary.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi irreversibel yang ditandai
dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total.
Etiologi primer dari nekrosis pulpa adalah iritan akibat infeksi bakteri. Luasnya proses
nekrosis berkaitan langsung dengan besarnya invasi bakteri. Manifestasi Klinis dari nekrosis
pulpa adalah diskolorisasi gigi, tes vitalitas yang negative, adanya riwayat pulpitis ataupun
trauma, serta pada pemeriksaan penunjang didapatkan dekomposisi gigi.
Penatalaksanaan dari Nekrosis Pulpa dapat dilakukan tindakan perawatan saluran akar
yang bertujuan untuk mempertahankan gigi agar tetap berfungsi, dan apabila tidak dapat
dilakukan perawatan saluran akar maka gigi yang mengalami nekrosis dapat dilakukan
ekstraksi atau pencabutan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. 2013. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI
2. Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta. 2007.
3. Walton RE, Torabinejad M. prinsip dan praktik ilmu endodonsia edisi 3. Jakarta:
EGC; 2008, hal.36-45
4. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontics. JP Medical Ltd; 2013.
https://books.google.com/books?id=996LAgAAQBAJ&pgis=1. Accessed 9 April
2019
5. Dian Hendra. Perawatan Saluran Akar Konvensional Pada Gigi Dens
Invaginatus Dengan Lesi Periapeks.2007.
6. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan
keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC;
2010, hal. 15,19,21-2
7. Newman G.Michael, Henry H. Takei, Fermin A.Carranza. 2002. Carranza’s Clinical
Periodontology.10th edition.Sounders Company. Philadelphia
8. Rateitschak E.M and K.H, H.F. Wolf, T.M. Hassel.1985. Color Atlas Of
Periodontology.Thieme Inc. New York.
9. Fouad AF. Endodontic Microbiology. wiley-blackwell; 2009.
10. Bergenholtz G, Hørsted-Bindslev P, eds. Textbook of Endodontology. 2nd ed. John
Wiley & Sons; 2013.
11. Hargreaves, Kenneth M.;Cohen S. Cohen’s Pathway of The Pulp. 10th ed. St. Louis,
Missouri: Mosby Elsevier; 2011

Anda mungkin juga menyukai