NEKROSIS PULPA
Pembimbing :
drg. Anny Rufaida, Sp.KG
Disusun oleh :
Wahyu Rhomadon
(21401101076)
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah,
inayah, serta fadlol-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus Nekrosis Pulpa.
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi laporan kasus serta tinjauan
pustaka dari kasus Nekrosis Pulpa.
Dengan selesainya tugas laporan kasus ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, masih banyak
kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Identitas...................................................................................................................
3
2.6 Pengobatan..............................................................................................................
7
2.9 Prognosis.................................................................................................................
8
2.10 Komplikasi............................................................................................................
8
3.4 Penatalaksanaan......................................................................................................
23
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut
pada khususnya.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan
klinik bagian ilmu gigi dan mulut.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. I
Alamat : Bantur, Malang
Umur : 19 tahun
Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal periksa : 9 April 2019
2. INTRA ORAL :
a. Mukosa labial atas : dalam batas normal
Mukosa labial bawah : dalam batas normal
b. Mukosa pipi kiri : dalam batas normal
Mukosa pipi kanan : dalam batas normal
c. Bukal fold atas : dalam batas normal
Bukal fold bawah : dalam batas normal
d. Labial fold atas : dalam batas normal
Labial fold bawah : dalam batas normal
e. Ginggiva rahang atas : hiperemi 6
Ginggiva rahang bawah : hiperemi 7 5 1 2 4
f. Lidah : dalam batas normal
g. Dasar mulut : dalam batas normal
h. Palatum : dalam batas normal
i. Tonsil : T1
j. Pharynx : dalam batas normal
c c c c c
Gambar 1. Peta Gigi
Keterangan
651 16 Inspeksi : Karies 5 Inspeksi : tumpatan
74 Sondase : (-)
Perkusi : (-)
CE : (-)
6 Inspeksi : kalkulus
75 124 CE : Tidak dilakukan
6 : kalkulus
75 124
6 : scaling
75 124
2.6 Pengobatan
-
6 : kalkulus
75 124
LEMBAR PERAWATAN
3.1.1 Email
Email merupakan bagian terluar dari gigi yang kelihatan dalam mulut.
Dibandingkan dengan bahan keras dalam tubuh seperti kuku, rambut, tulang semen
dan dentin, email merupakan bahan yang terkeras tetapi getas (mudah patah). Email
merupakan bahan yang tidak mempunyai sel, pembuluh darah, saraf dan limf
sehingga jika patah atau sakit, email tidak dapat mengadakan regenarasi atau tidak
mempunyai daya reparatif. Jadi, pencegahan kerusakan email dari proses karies
ataupun fraktur sangat penting.6
Email terdiri dari 97% bahan anorganik yang terdiri atas apatit dan karbonat.
Apatit menambah resistensi email terhadap serangan asam, sebaliknya karbonat
mengurangi resistensi email terhadap serangan asam. Kandungan 1% lainnya
merupakan bahan organik, yang terdiri dari bahan yang tidak dapat larut, misalnya
keratin, dan bahan yang dapat larut, misalnya mukopolisakarida. Keratin juga
terdapat dalam rambut, kuku dan kulit. Zat ini mudah mengambil air sehingga
menyebabkan email bersifat permeabel (dapat ditembus oleh air). Sisanya, 2% dari
komposisi email adalah air.6
3.1.2. Dentin
Dentin merupakan jaringan termineralisasi yang membentuk sebagian besar
massa gigi. Di daerah mahkota, dentin ada di lapisan dasar email dan di daerah akar,
dentin ditutup oleh sementum. Warnanya kuning pucat, kekerasannya lebih keras dari
pada tulang maupun sementum, tapi kurang keras dibanding email. Secara klinis
dentin sensitif terhadap rangsang. Rangsang diterima oleh cabang odontoblas (serat
Tome’s) kemudian dilanjutkan ke dalam badan sel odontoblas terus ke pulpa. Pada
odontoblas banyak ujung serat saraf yang berasal dari pulpa.6
3.1.3. Pulpa
Pulpa merupakan jaringan ikat lunak vaskuler yang menempati pertengahan gigi.
Bentuk pulpa mendekati bentuk permukaan luar gigi. Pulpa dibentuk oleh kamar
pulpa di bagian mahkota gigi dan saluran akar yang memanjang sepanjang gigi.
Bentuk dan jumlah saluran akar dapat bervariasi. Pada bagian apeks masing-masing
akar terdapat foramen apikal yang dilalui pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
Tonjolan pulpa yang disebut tanduk pulpa atau koruna terletak di bagian bawah
masing-masing tonjol (cusp) gigi.6 Fungsi pulpa3:
a. Induktif
Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang bila
terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. b. Formatif
Odontblas membentuk dentin. Sel ini berpartisipasi dalam pembentukan dentin dalam
tiga cara: 1) melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik; 2) melalui pengangkutan
komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk; 3) melaluipenciptaan lingkungan
yang memungkinkan mineralisasi matriks. Odontoblasdapat pula membentuk dentin
sebagai respons atas cedera, yaitu jika ada karies,t rauma, atau prosedur restorasi.
c. Nutritif
Jaringan pulpa memasok nutrient yang sangat penting bagi pembentukan dentin
(misalnya dentin peritubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
d. Defensif
Odontoblas membentuk dentin sebagai respons terhadap cedera, terutama jika ketebalan
dentin yang asli telah berkurang akibat karies, atrisi, trauma, atau prosedur restoratif.
Dentin dapat juga terbentuk pada lokasi yang kontinuitasnya terputus, seperti pada
tempat terbukanya pulpa. Hal ini terjadi melalui induksi, diferensiasi dan migrasi
odontoblas baru atau sel-sel mirip odontoblas pada lokasi terbuka tersebut.
e. Sensatif
Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau dentin
ke pusat saraf yang lebih tinggi. Stimulus ini biasanya diekspresikan secara klinis
sebagai nyeri. Jaringan pulpa juga mentransmisikan sensasi dari nyeri dalam, yang
timbul karena adanya penyakit, terutama penyakit inflamasi.
Gigi dengan pulpa normal tidak menunjukkan gejala spontan. Pulpa akan
merespon tes pulpa, gejala yang dihasilkan dari tes tersebut ringan dan hasilnya
dalam sensasi sementara yang dapat menghilang dalam beberapa detik. Pada
pemeriksaan radiografi, tidak ada bukti resorpsi, karies, atau terbukanya pulpa
3
secara mekanik. Tidak diindikasikan untuk dilakukan perawatan endodontik.
- Definisi
Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal.
Rangsangan ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, dan
fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-faktor yang
3
dapat mengakibatkan pulpitis reversibel.
- Gejala
- Perawatan
- Definisi
- Gejala
Jadi, dengan adanya nyeri parah, respons pulpa yang tidak terinflamasi
berbeda dengan respons pulpa dengan pulpitis reversibel. Aplikasi panas pada gigi
dengan pulpitis ireversibel dapat menghasilkan respons yang cepat; juga, kadang-
kadang dengan aplikasi dingin, responsnya tidak hilang dan berkepanjangan.
Adakalanya, aplikasi dingin pada pasien pulpitis ireversibel yang disertai nyeri
akan menyebabkan vasokonstriksi, menurunnya tekanan pulpa, dan diikuti
kemudian dengan redanya nyeri. Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan
pulpitis ireversibel mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi
elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang
3
terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama.
- Perawatan
Jika inflamasi hanya pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapeks,
respon gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas normal. Penjalaran
inflamasi hingga mencapai ligamen peridontium akan mengakibatkan gigi peka
terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah ditentukan tempatnya. Untuk gigi
dengan tanda dan gejala pulpitis ireversibel, indikasi perawatannya adalah
3
perawatan saluran akar atau pencabutan.
Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi irreversibel yang
ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara
parsial maupun total. Etiologi primer dari nekrosis pulpa adalah iritan akibat
infeksi bakteri. Luasnya proses nekrosis berkaitan langsung dengan besarnya
invasi bakteri.4
Pada kondisi ini, terjadi kerusakan sel, yaitu proses fosforilasi oksidatif
terganggu sebagai respon dari kerusakan pada mitokondria. Transpor intraseluler
dan ekstraseluler juga terganggu. Sel akan mengeluarkan proteolisat yang akan
menarik granulosit ke jaringan nekrosis.
Bentuk khusus dari nekrosis koagulasi adalah gangren (dry type), yang
mewakili efek dari nekrosis, dimana terjadi proses pengeringan atau desikasi, yang
menghambat pertumbuhan bakteri dan destruksi autolitik. Pada nekrosis koagulasi,
protoplasma sel menjadi kaku dan opak. Massa sel dapat dilihat secara histologis,
2. Nekrosis Liquefaksi
Nekrosis liquefaksi (wet type) disebabkan oleh kolonisasi primer atau sekunder
bakteri anaerob, dimana terjadi dekstruksi enzimatik jaringan. Area nekrosis
liquefaksi dikelilingi oleh zona leukosit PMN, dan sel inflamatori kronik yang
padat.4
(4) jumlah sirkulasi, dan yang paling penting, (5) drainase limfatik.4
Pulpa biasanya tidak mampu mengeliminasi iritan yang terjadi, yang dapat
dilakukan sementara adalah mencegah penyebaran infeksi dan dekstruksi jaringan
yang lebih luas. Namun, jika iritan ini tetap ada dan tidak diatasi, maka kerusakan
pulpa.4
2. Riwayat dari pasien, seperti oral hygiene, pulpitis yang tidak diterapi, serta
riwayat trauma. Pada gigi yang mengalami trauma, tidak terdapat respon
terhadap tes pulpa. Hal ini menyerupai tanda pada nekrosis pulpa. Riwayat
pasien menunjukkan nyeri hebat yang bisa berlangsung untuk beberapa saat
4
diikuti oleh berakhirnya nyeri secara total dan tiba-tiba.
3. Gejala pada gigi biasanya asimtomatik. Tidak terdapat nyeri pada
nekrosis total. Pada nekrosis sebagian dapat simptomatik atau ditemui
4,9
nyeri.
Pemeriksaan didapatkan hasil :
1. Radiografi
Pemeriksaan radiografi menunjukkan kavitas yang besar atau restorasi,
atau juga bisa ditemui penampakan normal kecuali jika ada
4
periodontitis apikal atau osteitis.
Gambar 3.3. Gambaran radiografi tampak restorasi yang besar
2. Tes vitalitas
Gigi tidak merespon terhadap tes vitalitas, namun gigi dengan akar
ganda dapat menunjukkan respon campuran, bila hanya satu saluran
akar yang mengalami nekrosis. Gigi dengan nekrosis pulpa
memberikan respon negatif terhadap stimulasi elektrik maupun
rangsang dingin, namun dapat memberikan respon untuk beberapa saat
d. Pemeriksaan fisik
Gigi menunjukkan perubahan warna seperti suram atau opak yang
e. Histopatologi
Terdapat jaringan pulpa yang nekrosis, debris selular, dan
mikroorganisme terlihat di pulpa. Apabila terdapat jaringan
periodontal yang terlibat, maka akan menunjukkan gambaran
- Kunjungan pertama
Penilaian secara keseluruhan dari pasien
Dari pertemuan pertama dokter gigi mencoba untuk menilai secara keseluruhan dari
pasien. Hal-hal ini mencakup pertimbangan-pertimbangan dari mental pasien, keadaan
emosionalnya, watak, attitude, dan umur fisiologisnya.7
Riwayat kesehatan
Hal-hal yang perlu diketahui:
Apakah pasien dari perawatan dari dokter umum bila iya perlu diketahui sifat dan
durasi dari masalah dari pasien tersebut dan apa bentuk perawatannya, selain itu perlu
diketahui nama, alamat, dan nomor telepon dari dokter yang memberikan perawatan
tersebut.
Jenis operasi: meliputi diagnosis, jenis operasi, jenis anastesi, hemoragik, komplikasi
infeksi
Jenis perawatan atau obat yang diterima, antara lain untuk menghindari pemberian
obat yang dapat menimbulkan interaksi merugikan.
Riwayat problem medik (cardiovaskuler, hematologik, endokrin)
Kemungkinan penyakit yangg berhubungan dengan pekerjaan
Tendensi pendarahan abnormal
Riwayat alergi: makanan dan obat
Kondisi pubertas. Untuk perempuan: menopause, mensturasi, histerektomi, pregnansi,
keguguran
Riwayat medik keluarga (kelainan perdarahan dan DM).
Riwayat kesehatan gigi
Kunjungan ke dokter gigi: meliputi frekuensi, tanggal kunjungan terakhir, oral
profilaksis
Keadaan oral hygiene meliputi frekuensi menyikat gigi, berapa kali menyikat gigi
dalam sehari, metode penyikatan gigi, tipe sikat gigi dan pasta gigi
Perawatan ortodonsi: mencakup durasi dan perkiraan tanggal pemakaiannya
Rasa sakit pada gigi atau gusi, ketika pasien mengalami sakit pada giginya atau pada
gusi yang mana sakitnya sangat menghawatirkan, maka dokter gigi harus mengetahui
bagaimana pasien mengatasi rasa sakit giginya tersebut.
Pendarahan gusi: kapan mulai, apakah spontan atau pada saat sikat gigi atau makan,
atau berhubungan dengan periode menstruasi, atau faktor lain yang lebih spesifik dan
durasai dari pendarahan itu harus di ketahui serta dokter gigi harus mengetahui bagaimana
cara pasien meghentikan pendarahannya sendiri
Rasa tidak enak dalam mulut
Mengetahui adanya gigi yang goyang atau tidak
Kebiasaan buruk dari pasien seperti mengasah gigi, atau mengunyah sepanjang hari
atau malam.
Riwayat masalah periodontal sebelumnya juga harus diketahui.7
Radiografi intraoral
Peninjauan secara radiografi terdiri dari minum:
Radiografi Intraoral,
Minimal 14 intraoral dan 4 bite-wing film posterior
Radiografi panoramik: merupakan metode yang simpel
Bermanfaat untuk mendeteksi anomali, lesi patologik pd gigi dan rahang dan fraktur,
pemeriksaan gigi dalam kelompok besar
Pemeriksaan intraoral/periapikal tetap dibutuhkan untuk diagnosis dan rencana
perawatan
Informasi yang dapat diperoleh dari radiografi adalah :
a. Panjang akar & morfologi
b. Rasio mahkota dan akar
c. Perkiraan destruksi tulang
d. Hubungan dengan sinus maxillaris
e. Kondisi crest tulang interproximal, resorpsi horizontal dan vertikal. Tulang interseptal
normal biasanya 1-2 mm apikal garis CEJ.
f. Pelebaran space ligamentum periodontal pada aspek mesial dan distal.
g. Keterlibatan furkasi tingkat lanjut
h. Kelainan periapikal
i. Kalkulus
j. Restorasi overhanging
k. Fraktur akar
l. Karies
- Kunjungan Kedua
Pemeriksaan Oral
Tingkat kebersihan dari rongga mulut dinilai dari banyaknya akumulasi sisa-sisa
makanan, plak, bakteri alba, dan stain pada permukaan gigi. Disclosing solution dapat
digunakan untuk mendeteksi plak yang kemungkinan tidak diketahui.7
a) Tahap 1
Mahkota gigi di-bur untuk mendapatkan jalan masuk ke kamar pulpa. Semua
tambalan dan jaringan rusak pada gigi (karies) dibuang.
b) Tahap 2
Pulpa dikeluarkan dari kamar pulpa dan saluran akar. Suatu instrumen kecil
yang disebut “file” digunakan untuk membersihkan saluran akar. Gigi ditutup
dengan tambalan sementara untuk melindungi kamar pulpa dan saluran akar
agar tetap bersih. Tambalan sementara akan dibongkar pada kunjungan
selanjutnya
c) Tahap 3
Saluran akar diisi dan dibuat kedap dengan suatu bahan yang mencegah bakteri
masuk. Kamar pulpa sampai dengan permukaan mahkota gigi ditutup dengan
tambalan sementara.
d) Tahap 4
Tambalan sementara dibongkar dan diganti dengan tambalan tetap atau
dibuatkan “crown” (sarung gigi).
e) Tahap 5
Saluran akar, tambalan tetap, atau “crown” dievaluasi untuk melihat ada /
tidaknya masalah. Setelah PSA selesai, gigi akan disuplai nutrisinya oleh tulang
dan gusi di sekitarnya.
2.Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan indikasi gigi yang mengalami fokal
infeksi, gigi yang mengalami nekrosis dan infeksi periapikal serta tidak dapat
dilakukan terapi endodontal, gigi yang terlibat kista dan tumor, gigi yang terlibat
fraktur rahang, gigi yang impaksi dan gigi yang supernumerary.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi irreversibel yang ditandai
dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total.
Etiologi primer dari nekrosis pulpa adalah iritan akibat infeksi bakteri. Luasnya proses
nekrosis berkaitan langsung dengan besarnya invasi bakteri. Manifestasi Klinis dari nekrosis
pulpa adalah diskolorisasi gigi, tes vitalitas yang negative, adanya riwayat pulpitis ataupun
trauma, serta pada pemeriksaan penunjang didapatkan dekomposisi gigi.
Penatalaksanaan dari Nekrosis Pulpa dapat dilakukan tindakan perawatan saluran akar
yang bertujuan untuk mempertahankan gigi agar tetap berfungsi, dan apabila tidak dapat
dilakukan perawatan saluran akar maka gigi yang mengalami nekrosis dapat dilakukan
ekstraksi atau pencabutan.
DAFTAR PUSTAKA