Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DISKUSI JURNAL

Perbandingan Radiograf Dua Dimensi dan Tiga Dimensi Menggunakan Parameter


yang Relevan Secara Klinis

Disusun oleh:

Alya Hanifah (1506723742)


Ismiratul Maulida (1506796044)
Vinkan Priscilla A (1306481045)
Aldriyety Merdiarsy (1506690321)
Ari Stevanofiq (1506668901)
Cynthia Pratiwi (1506739476)
Denia Alya Tsary (1506725874)
Nadia Shabrina (1506668782)
Nadine Khalissya (1506668984)
Siti Nur Fajriyah (1506669116)

Pembimbing:
Drg. Heru Suryonegoro, Sp.RKG(K)

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
JULI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, sehingga makalah review jurnal yang berjudul “Perbandingan Radiograf Dua
Dimensi dan Tiga Dimensi Menggunakan Parameter yang Relevan Secara Klinis"
dapat diselesaikan. Tujuan dari penulisan review jurnal ini sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan stase radiologi di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik melalui
penulisan review jurnal ini. Namun, sebagai manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan, tentu masih banyak kesalahan yang terdapat dalam review jurnal ini yang
tentu masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari staf pengajar, teman-teman, dan siapapun yang membaca review jurnal ini.
Akhir kata kami mengharapkan review jurnal ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu radiologi kedokteran gigi.

Jakarta, Juli 2020


Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini membandingkan penilaian parameter yang relevan secara klinis melalui
radiograf 2 dimensi, yaitu radiograf intraoral satu mulut dan radiograf panoramik dan
radiograf 3 dimensi, yaitu cone beam comuted tomography (CBCT). Gambaran radiograf
yang berbeda (CBCT, intraoral, dan panoramik) dilakukan pada pasien wanita 53 tahun
dengan masalah dental dan periodontal. Total 14 parameter dental dan periodontal dinilai
oleh dua penilai independen dan membandingkan 3 gambar radiograf tersebut. Untuk 10
parameter (71%), gambaran CBCT lebih baik dibandingkan gambaran intraoral dan
panoramik. sebaliknya, CBCT menghasilkan gambaran yang tidak lebih baik dibandingkan
intraoral dan panoramik dalam penilaian restorasi dental dan karies. dibandingkan dengan
panoramik, intraoral menghasilkan gambaran yang lebih relevan secara klinis, yaitu 10 dari
14 parameter (71%). Perbedaan antara gambaran radiograf lebih terdeteksi pada gigi maksila
dibandingkan dengan gigi mandibula, yang dinilai dari keterlibatan furkasi, proksimitas akar,
dan akar fusi.
Kata Kunci: diagnosis; radiograf; cone beam computed tomography; radiograf intraoral satu
mulut, radiograf panoramik.
1. PENDAHULUAN

Radiograf konvensional dua dimensi merupakan alat diagnostik standar di kedokteran


gigi dan dapat melengkapi riwayat medis dan pemeriksaan klinis pasien. Berdasarkan
indikasi khusus, gambaran radiograf yang spesifik dari gigi yang sakit dan kondisi jaringan
periodonsium dapat diperoleh dengan radiograf panoramik, radiograf bitewing, dan/atau
radiograf periapiapikal. Pada pasien periodontitis, satu set radiograf intraoral satu mulut
dipersiapkan saat pemeriksaan awal. Dengan radiograf, diharapkan dapat menegakkan
diagnosis, prognosis, rencana perawatan, dan/atau evaluasi perawatan yang diberikan.
Selama 2 dekade terakhir, cone beam computed tomography (CBCT) telah
diperkenalkan dan digunakan secara luas di kedokteran gigi dengan berbagai multidisiplin,
seperti bedah mulut, implan, trauma dental, ortodontik, endodontik, dan periodontologi.
CBCT 3 dimensi dapat menghasilkan akurasi gambar yang lebih tinggi dan informasi yang
lebih banyak dibandingkan gambaran 2 dimensi. Pada endodontik dan periodontologi, CBCT
memiliki keuntungan pada perencanaan bedah apikal dan deteksi keterlibatan furkasi ketika
bedah periodontal yang invasif direncanakan. Namun, penggunaan CBCT terbatas
dikarenakan dosis radiasi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih mahal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan parameter yang relevan
secara klinis dengan gambaran radiograf 2 dimensi, yaitu intraoral dan panoramik, dengan
gambaran 3 dimensi, yaitu CBCT, pada pasien periodontitis.

2. ALAT DAN METODE

1.1. Karakteristik Pasien


Wanita kaukasian 53 tahun dengan perawatan periodontal dilakukan di Departemen
Periodontologi, Endodontologi, dan Kariologi (Universitas Basel, Swiss). Pasien menderita
diabetes melitus tipe 2 dengan nilai HbA1c 7.1. Pasien merupakan perokok dengan konsumsi
harian 10 rokok selama 34 tahun. Gigi 18, 17, 28, 35, 37, dan 46 telah hilang. Gigi 45 dan 47
telah diganti dengan implan. Pemeriksaan klinis menunjukan kedalaman poket yang
meningkat hingga 7 mm dan perdarahan saat probing. Restorasi yang tidak baik pada gigi 11
dan 48. Karies servikal pada gigi 37. Test sensivitas pulpa bernilai positif pada semua gigi
kecuali gigi yang telah dilakukan perawatan akar. Foto intraoral dipersiapkan untuk
diagnosis. Diagnosis periodontal adalah severe localized chronic periodontitis. Berdasarkan
klasifikasi penyakit periodontal terbaru, diagnosis pasien adalah stage III/grade B
periodontitis. Adanya karies pada gigi 37.
Gambar 1. Radiograf periapikal intraoral satu mulut

Gambar 2. Radiograf Panoramik

Gigi 48 diekstraksi dan gigi 17 dan 37 direstorasi dengan restorasi komposit. Setelah
itu, perawatan periodontal nonbedah (scaling dan root planing) dilakukan pada semua gigi
dengan alat ultrasonik dan instrumen tangan serta dilakukan juga anastesi lokal. Kondisi
periodontal setelah 3 bulan, yaitu kedalaman poket < 6mm. Pasien dirujuk untuk terapi
suportif periodontal setiap 3 bulan. Hasil pemeriksaan follow-up, yaitu kedalaman poket yang
stabil (2-5 mm) hampir 8 tahun setelah perawatan periodontal pertama.

2.2 Metode Radiograf


13 gambaran radiograf periapikal intraoral dengan teknik paralel (IP 22 Insight
Doppel SP; Kodak GmbH, Stuttgart, Germany) menggunakan film holder dengan angulasi
90o (Rinn, Dentsply Rinn, Elgin, IL, USA) pada 65 kV dan 7 mA dengan waktu eksposur
selama 0.12-0.15 detik (Dental EZ HDX, Dental EZ, Hertfordshire, UK). Informasi teknis
mengenai PANORAMIK dan CBCT, yaitu PANORAMIK dikonduksi dengan Cranex 3
system (Soredex, Orion Corporation, Finland) pada 73 kV dan 10 mA . CBCT dilakukan
dengan 3D Accuitomo 80 system (J. Morita, Kyoto, Japan) dengan volume 8 cm x 8 cm dan
pada 90 kV dan 5 mA dengan panjang voxel edge 160 mm.

Gam bar 3. Gambaran horizontal, sagital, dan transversal CBCT gigi premolar dan molar
satu dan dua kiri maksila.

2.3 Analisis Gambaran Radiograf


Gambaran radiograf intraoral, panoramik, dan CBCT dianalisis oleh dua penilai independen.
Masing-masing gambaran radiograf dinilai oleh 14 parameter dental dan periodontal yang
telah ditentukan sebelumnya, untuk mengevaluasi gigi, akar, atau implan. Berdasarkan
publikasi mengenai klasifikasi sebelumnya dan/atau sistem penilaian, semua struktur (gigi,
akar, implan) memiliki masing-masing skor. Semua gigi dinilai kecuali gigi 48 karena gigi
tersebut tidak sepenuhnya terlihat di CBCT. Waktu penilaian antara 3 set radiograf
setidaknya 1 minggu untuk masing-masing radiograf. Penilai sebelumnya telah dikalibrasi
sebelum memulai penelitian.
Tabel 1. Parameter dental dan periodontal, penilaian system/ klasifikasi dan kriteria

Parameter Sistem penilaian/ klasifikasi Kriteria penilaian/ klasifikasi


parameter

Jumlah akar 1 1 akar  Akar fusi lengap= 1 akar

2 2 akar  Akar fusi tidak lengkap= gigi akar


ganda ( ≥ akar )
3 3 akar

Dehisense 0 Tanpa gejala JJarak antara alveolar crest dan CEJ >
2mm, mengakibatkan permukaan
1 Dengan gejala
servikal akar terbuka dilihat dari sisi
bukal

Fenestrasi 0 Tanpa gejala Kurangnya tulang alveolar, tidak


mempengaruhi tulang alveolar marginal
1 Dengan gejala
dan mengakibatkan permukaan akar
terbuka, dilihat dari sisi bukal

Defek tulang 0 Tanpa gejala  Lokasi apikal dasar poket


vertikal berkaitan dengan residual alveolar
1 Defek infraboni
crest
2 crater
 Infraboni= komponen defek
infraboni mempengaruhi satu
gigi/implant

 Crater=defek mempengaruhi dua


permukaan akar dan permukaan
implant
Jumlah dinding 1 Defek 1 dinding Jumlah dinding residual tulang
tulang alveolar pada defek infraboni
2 Defek 2 dinding

3 Defek 3 dinding

4 Kombinasi

Keterlibatan 0 Tanpa bergejala  Kehilangan dalam arah horizonal


furkasi jaringan pendukung periodontal
1 Gejala ( I, II, II)
merupakan radiolusensi pada area
fungsional

 Klasifikasi yang berkaitan menurut


Hump et al

1 : kehilangan dalam arah horizonal


jaringan pendukung periodontal ≤ 3mm

II : kehilangan dalam arah horizontal >


3mm tetapi tidak terjadi kerusakan
‘through and through’

III : penghancuran “through and


through” kerusakan jaringan pada
daerah furkasi

Akar fusi 0 Tanpa gejala Kurangnya ligamen periodontal yang


memisahkan antara dua akar yang
1 Dengan gejala
berdekatan

Akar proximity 0 Tanpa gejala Memisahkan ligamen periodontal antara


dua akar yang berdekatan ≤ 8mm
1 Dengan gejala

Anatomi saluran I 1 saluran, 1 foramen  Klasifikasi yang berkaitan dengan


akar perkusi
II 2 saluran, fusi, 1
foramen  Evaluasi setiap akar secara
III
terpisah
1 saluran, divisi, fusi,1
IV
foramen

V
2 saluran, tidak fusi, 2

VI foramen

VII 1 saluran, divisi, 2


foramen
VIII
2 saluran, fusi, divisi, 2
foramen

1 kanal, divisi, fusi,


dividi, 2 foramen

3 saluran, tidak fusi,


3foramen

Penampang saluran 1 Bulat  Klafikasi yang berkaitan dengan


akar Jou et al
2 Oval
 Evaluasi setiap akar secara
3 Oval panjang
terpisah
4 Rata

5 irregural

Status periapikal 1 Sehat (PAI 1, 2)  Sistem penilaian berdasarkan


rstavik et al
2 Tidak sehat (PAI
o PAI 1: struktur periapikal normal
3,4,5)
o PAI 2: sedikit perubahan pada
struktur tulang
o PAI 3: perubahan pada struktur
tulang dengan kehilangan mineral
o PAI 4: periodontitis apical dengan
daerah radiolusen
o PAI 5: periodontitis apical severe
dengan eksersebasi

 Gigi dengan akar ganda diberikan


skor tertinggi yang terdeteksi pada
akar apapun

Pengisian saluran 0 Tidak cukup (skor>1)  Penilaian berdasarkan Weiger et al


akar
1 Cukup (skor=1) · Panjang: (1) 0-2 mm pende dari
puncak radiografi, (2)> 2 mm pendek
dari puncak radiografi, (3) diekstrusi di
luar puncak radiografi

Karies R0 · Densitas : 1) tidak ada lubang dan


adaptasi dekat ke dinding saluran akar,
R1
(2) lubang atau adaptasi tidak memadai

R2
 Sistem penilaian berdasarkan Pitts
R3
 Evaluasi setiap akar secara
R4 terpisah

 Setiap gigi diberi skor tertinggi


yang terdeteksi pada setiap
permukaan gigi

Kualitas restorasi 0  Penilaian berdasarkan Tronstad et


al
1
 Tidak utuh: tanda overhang,
kerusakan yang berkala atau
margin terbuka
 Utuh: setiap restorasi yang tampak
utuh pada gambaran radiograf

Selain semua skor N · Misalnya, karena artefak, efek yang


tumpang tindih, kapasitas resolusi dan /
atau batasan kontras

Tabel 2. Jumlah struktur yang dinilai dan distribusi skor parameter gigi dan periodontal.

Parameter Jumlah Distribusi skor parameter ( jumlah struktur)


struktur
yang
dinilai

CBCT INTRAORAL 0PT

Jumlah akar 23 gigi 1 (19) 2 (1) 3 (3) 1 (19), 2 (1), 3 (3) 1 (19), 2 (1), 3 (1), N (2)

Dehisense 27 akar 0 (16), 1 (11) N (27) N (27)

Fenestrasi 27 akar 0 (18) 1 (9) N (27) N (27)

Defek tukang 23 gigi, 2 0 (22), 1 (3) 0 (20), 1 (3), 2 (2) 0 (23), 2 (2)
vertikal implan

Jumlah 2-5 defek 3 (1), 4 (2) N (5) N (2)


dinding vertical
tulang

Keterlibatan 11 furcation 0 (11) 0 (4), N (7) 0 (1), N (10)


furkasi entrances

Akar fusi 10 pasang 0 (10) 0 (4), N (6) 0 (2), N (8)


akar

Akar 10 pasang 0 (8), 1 (2) 0 (2), 1 (2), N (6) 0 (1), 1 (1), N (8)
proximity akar

Anatomi 30 akar I (24), II (4), N (2) I (18), II (2), N (10) I (16), II (2), N (12)
saluran
akar

Penampang 34 saluran 1 (30), N (4) N (34) N (34)


saluran akar
akar

Status 30 akar, 2 1 (30), 2 (2) 1 (31), 2 (1) 1 (21), N (11)


periapikal implan

Pengisian 2 saluran 1 (2) 1 (2) 0 (1), 1 (1)


saluran akar terisi
akar

Karies 23 gigi R0 (6), R3 (1), N (16) R0 (23) R0 (16), N (7)

Kualitas 16 restorasi 0 (2), N (14) 0 (14), 1 (1), N (1) 0 (4), 1 (1), N (11)
restorasi
Tabel 3. Perbandingan hasil parameter antara metode radiografi (CBCT versus intraoral,
CBCT versus panoramik, intraoral versus panoramik), diklasifikasikan sebagai
persetujuan (CBCT = intraoral, CBCT = panoramik, intraoral = panoramik),
superioritas (CBCT> intraoral, CBCT> panoramik, intraoral> panoramik) atau
inferioritas (CBCT <intraoral, CBCT <panoramik, intraoral <panoramik). Untuk
setiap parameter, jumlah semua struktur (mis., gigi, akar) yang dinilai, jumlah
struktur rahang atas dan rahang bawah secara terpisah (dalam tanda kurung) dan
ringkasan berpasangan(persentase bagian dari kategori penentu; disorot dalam abu-
abu terang) dan perbandingan keseluruhan (CBCT versus intraoral versus panoramik;
disorot dalam abu-abu gelap) ditampilkan.
Contoh (CBCT versus intraoral): pada 23 gigi (13 gigi rahang atas dan 10 gigi rahang
bawah), jumlah akar yang sama dapat dinilai oleh CBCT dan intraoral (perjanjian, yaitu,
CBCT = intraoral). Dalam gigi adalah CBCT baik superior (CBCT> intraoral) atau inferior
(CBCT <intraoral) mengenai jumlah akar dibandingkan dengan intraoral. Dengan demikian,
kesepakatan antara CBCT dan intraoral hadir di 100% dari gigi yang dinilai. 2 Contoh
(intraoral versus panoramik): pada 22 gigi (12 gigi rahang atas dan 10 gigi rahang bawah),
kemampuan tulang untuk menilai cacat vertikal adalah sama untuk intraoral dan panoramik
(kesepakatan, yaitu, intraoral = panoramik). Pada 3 gigi (satu gigi rahang atas dan dua gigi
rahang bawah), intraoral menunjukkan keunggulan pada panoramik (intraoral> panoramik)
dan pada tanpa gigi, intraoral menunjukkan inferioritas (intraoral <panoramik) memilih.
Dengan demikian, keunggulan intraoral ke panoramik hadir pada 12% gigi yang dinilai. 3
Contoh (CBCT versus intraoral versus panoramik): CBCT menunjukkan keunggulan pada
intraoral dan panoramik, sementara intraoral memberikan lebih banyak informasi daripada
panoramik (CBCT> intraoral> panoramik).
Menurut protokol yang ditetapkan, analisis gambar panoramik dan intraoral dilakukan
menggunakan light box, dental loupe dengan faktor pembesaran 2,5 fold. Gambar-gambar
CBCT dianalisis dalam tampilan aksial, sagital dan koronal menggunakan 3D imaging
software i-Dixel-3DX (J. Morita, Dietzenbach, Jerman). Dengan menggunakan software ini,
kualitas gambar dapat dipanoramikimalkan dan analisis tambahan dilakukan dengan fungsi
yang berbeda, seperti pengukuran angulasi dan panjang. Ukuran slide dan cahaya serta
kontras juga dapat disesuaikan. Analisis gambar CBCT dilakukan menggunakan komputer
dan monitor yang sama (58,5 cm, 1920 x 1080 pixels, PanoramikiPlex 9030, Dell, Round
Rock, USA) dalam kondisi standar di ruangan yang gelap. Kemudian dibuat perbandingan
berpasangan antara gambar radiograf (CBCT versus intraoral, CBCT versus panoramik,
intraoral versus panoramik). Hasil perbandingan dikategorikan sebagai agreement (CBCT =
intraoral, CBCT = panoramik, io = panoramik), superioritas (CBCT> intraoral, CBCT>
panoramik, io> panoramik), dan inferioritas (CBCT <intraoral, CBCT <panoramik, intraoral
< panoramik). Hasil perbandingan untuk setiap parameter dirangkum dan ditentukan
distribusi persentase dari masing-masing kategori (Tabel 3).

3. HASIL
Struktur yang dinilai, yaitu gigi, implant, akar, saluran akar, furkasi, kehilangan tulang
vertikal dan restorasi. Distribusi penilaian ditunjukkan pada Tabel 2. Pada CBCT, empat dari
14 parameter (anatomi saluran akar, penampang saluran akar, karies dan restorasi) tidak
dinilai untuk setiap gigi atau akar. Pada intraoral, penilaian parameter berkurang dalam lima
dari 14 parameter, sementara empat parameter (dehiscence, fenestrasi, jumlah dinding tulang,
dan penampang saluran akar) sama sekali tidak dapat dinilai. pada panoramik, estimasi
dikurangi dalam 12 dari 14 parameter. kelemahan penilaian radiograf dua dimensi disebabkan
oleh efek yang tumpang tindih, kabur dan / atau dimensi ketiga yang hilang.
Perbandingan tiga metode radiograf (CBCT, intraoral, dan panoramik) ditunjukkan
pada tabel 3. cbct lebih unggul daripada io dalam 10 dari 14 parameter (71%), termasuk
dehiscence, fenestrasi, kehilangan tulang vertikal, dinding tulang, keterlibatan furkasi,
proksimitas akar, akar fusi, anatomi saluran akar, penampang saluran akar dan status
periapikal. Persamaan antara CBCT dan intraoral ditemukan untuk dua parameter (jumlah
akar dan pengisian saluran akar) dan inferioritas CBCT terhadap intraoral ditemukan untuk
dua parameter (karies dan kualitas restorasi). dibandingkan dengan panoramik, CBCT lebih
unggul untuk 12 dari 14 parameter (86%) dan lebih rendah untuk dua parameter (karies dan
kualitas restorasi). Perbandingan antara intraoral dan panoramik menunjukkan keunggulan io
untuk 10 dari 14 parameter (71%) dan kesamaan untuk empat parameter (29%), yaitu
dehiscence, fenestrasi, jumlah dinding tulang pada kehilangan tulang vertikal, dan
penampang saluran akar.
Perbedaan antara gambar radiograf lebih mungkin terdeteksi pada gigi rahang atas
daripada gigi mandibula (Tabel 3). Berbeda dengan gigi rahang atas, pada gigi rahang bawah,
persamaan antara CBCT dan intraoral (2 berbanding 4 parameter), CBCT dan panoramik (0
berbanding 4 parameter) dan antara intraoral dan panoramik (4 berbanding 10 parameter)
lebih tinggi.
Membandingkan ketiga metode radiograf, CBCT lebih unggul dari intraoral dan
panoramik pada 10 dari 14 parameter (71%), termasuk dehiscence, fenestrasi, kehilangan
tulang vertikal termasuk dinding tulang, keterlibatan furkasi, proksimitas akar, fusi akar,
anatomi saluran akar, penampang saluran akar dan status periapikal. Sebaliknya, CBCT
menunjukkan inferioritas terhadap intraoral dan panoramik dalam penilaian dua parameter
(14%) (karies dan kualitas restorasi).

4. DISKUSI

Dalam laporan kasus ini, penilaian parameter gigi dan periodontal. CBCT lebih
unggul dari kedua metode radiograf dua dimensi (10 dari 14 parameter), intraoral lebih
unggul dari pada panoramik (10 dari 14 parameter). perbedaan antara metode radiograf lebih
mungkin terdeteksi pada gigi rahang atas dibandingkan dengan gigi mandibula. selain itu,
akurasi diagnostik metode radiograf berbeda jika digunakan untuk mendiagnosis karies atau
menilai parameter endodontik atau periodontal.
Akurasi diagnostik perlu didiskusikan, ketika radiograf digital atau berbasis film
dipertimbangkan. intraoral (e/f-speed film) berbasis film menunjukkan resolusi spasial yang
serupa dengan sistem digital. namun, pengembangan lebih lanjut dalam teknologi digital
fokus pada pengurangan dosis dan rentang dinamis dari gambar, khususnya penyesuaian
kecerahan dan kontras, untuk meningkatkan gambar dan visibilitas struktur yang relevan,
sehingga relevan untuk diagnosis. untuk radiograf panoramik, sebuah penelitian terbaru
menunjukkan bahwa panoramik berbasis film dapat mendeteksi patologi dengan cara yang
sama seperti yang diperoleh oleh panoramik digital.
Pada diagnosis karies dan penilaian restorasi, intraoral menunjukkan akurasi tertinggi
(intraoral> panoramik> CBCT). Beberapa penelitian sebelumnya telah menyelidiki
penerapan CBCT untuk diagnosis karies. Secara keseluruhan, tidak ada bukti yang
menunjukkan manfaat CBCT dibandingkan dengan intraoral dalam mengevaluasi struktur
koronal gigi dan mendiagnosis karies. namun, beberapa penulis menemukan akurasi
diagnostik yang setara dalam deteksi karies. hasil ini mungkin dipengaruhi oleh desain studi
ex vivo dengan gigi manusia yang tidak diekstraksi atau restorasi yang minimal dan / atau lesi
karies meluas ke dentin. pada laporan kasus ini mencerminkan situasi klinis yang sebenarnya
dengan berbagai penambalan, restorasi prostetik dan implan. sesuai dengan penelitian
sebelumnya, nilai diagnostik panoramik dalam deteksi karies lebih rendah daripada intraoral.
Sesuai dengan pedoman aktual, pemeriksaan radiograf intraoral tetap menjadi standar utama
untuk mendeteksi lesi karies dalam praktik sehari-hari.
Sehubungan dengan kemampuan pendeteksian morfologi saluran akar dan lesi
periapikal, CBCT memberikan informasi yang lebih baik, sementara intraoral menunjukkan
keunggulan dibandingkan dengan panoramik (CBCT> intraoral> panoramik). temuan ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menilai anatomi akar dan morfologi saluran akar
oleh CBCT. Akar tambahan dan / atau struktur saluran akar kompleks, misalnya, saluran
akar saluran akar mesiobukal kedua molar rahang atas, dapat dideteksi menggunakan CBCT
resolusi tinggi. Dalam kasus ini, saluran akar mesiobukal kedua diidentifikasi pada molar
pertama rahang atas. Namun, kapasitas resolusi dapat membatasi deteksi saluran akar
aksesori, fraktur akar, dan perforasi akar. Selain itu, evaluasi morfologi saluran akar dan /
atau pengisian saluran akar dapat terganggu oleh artefak dari restorasi, pengisian saluran
akar, dan bahan pengisi lainnya. Dalam kasus ini, CBCT dapat menunjukkan akar dengan
lesi periapikal lebih banyak dari pada gambar dua dimensi. Temuan serupa dilaporkan dalam
penelitian sebelumnyalebih banyak lesi apikal terdeteksi dengan penggunaan CBCT dari
pada penggunaan gambar radiograf periapikal selama diagnostik pra operasi dan
pemeriksaan paska operasi. Dengan demikian, temuan radiograf lesi periapikal harus
dipertimbangkan berdasarkan temuan klinis untuk memperkirakan relevansi setiap radiolusen
apikal. Dalam kasus ini, tidak ada perawatan endodontik tambahan yang dilakukan karena
tanda-tanda patologis secara klinis kurang.
Dehiscences dan fenestrasi tidak dapat diidentifikasi pada radiograf dua dimensi
(intraoral dan panoramik). Penilaian tulang alveolar bagian bukal dapat terlihat dengan CBCT
tiga dimensi. Sementara penilaian kehilangan tulang vertikal lebih dapat terlihat pada
penggunaan CBCT dan intraoral (CBCT> intraoral> panoramik), dalam laporan kasus ini,
jumlah dinding tulang dapat dievaluasi secara eksklusif dengan metode tiga dimensi.
Kehilangan tulang vertikal merupakan faktor risiko untuk kehilangan perlekatan lebih lanjut
dan relevan untuk penilaian prognosis gigi Dalam dua seri kasus dengan total 40 pasien,
penilaian cacat tulang vertikal dibandingkan antara CBCT dan gambar radiograf
periapikalada perbedaan signifikan dalam tinggi tulang alveolar (metode 3D lebih unggul).
Namun tidak ada perbedaan mengenai kedalaman dan ukuran cacat tulang. Sampai sekarang
belum ada bukti penggunaan CBCT dalam diagnosis dan perencanaan perawatan kehilangan
tulang vertikal, sehingga CBCT tidak dianjurkan. Gambar radiograf periapikal masih
dijadikan pemeriksaan tambahan untuk saat ini dalam bidang periodontologi dan dapat
digunakan untuk membandingkan dengan gambar radiograf pemeriksaan lanjutan.
Keunggulan intraoral dari pada panoramik dalam hal ini adalah dapat mengkonfirmasi
manfaat dari gambar periapikal dalam menentukan prognosis dan perencanaan perawatan
kehilangan tulang vertikal. CBCT dan intraoral lebih unggul dalam evaluasi horizontal, yaitu,
furkasi, cacat, kedekatan akar dan akar fusi pada gigi rahang atas (CBCT> intraoral>
panoramik). Risiko kehilangan perlekatan yang progresif dan kehilangan gigi meningkat pada
gigi dengan keterlibatan furkasi. Gigi multi akar dengan keterlibatan furkasi memiliki
prognosis jangka panjang yang lebih buruk dari pada gigi berakar tunggal atau gigi tanpa
keterlibatan furkasi. Selama perawatan periodontal nonsurgical, diagnosis furkasi radiologis
biasanya dibuat dengan intraoral. Namun, setelah perawatan non-bedah, gigi dengan
keterlibatan furkasi dapat menunjukkan peningkatan kedalaman poket sehingga perlu
dilakukan operasi. Perencanaan terapi bedah membutuhkan evaluasi diagnostik yang
memadai dari kehilangan tulang di sekitar setiap akar dan morfologi akar. Efek yang
tumpang tindih dari radiograf dua dimensi dapat mengganggu analisis keterlibatan furkasi.
Sebaliknya, CBCT memungkinkan penilaian yang memadai dari situasi periodontal rahang
atas untuk perencanaan perawatan

5. KESIMPULAN

Pada laporan kasus ini menunjukkan bahwa temuan CBCT menambah informasi
penting mengenai parameter periodontal dan endodontik yang berbeda, sementara gambar
dua dimensi bermanfaat dalam diagnosis karies. Namun demikian, penerapan CBCT harus
tetap terbatas pada kasus-kasus yang sulit dan rumit. Setiap penggunaan pencitraan radiograf
harus secara kritis sehubungan dengan masalah khusus dan mengingat paparan radiasi, biaya
tambahan, serta rasio manfaat-akar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Schmidt, Julia, et al. Comparison of Two-Dimensional and Three-Dimensional


Radiographs Using Clinically Relevant Parameters. dentistry journal. 2019:50;1-13
TAMBAHAN DISKUSI
• Siti: Apakah terdapat kelebihan khusus CBCT dibandingkan dengan proyeksi lain
pada kasus Fraktur maksilofasial?
– Jawab: CBCT memiliki kelebihan dalam mengidentifikasi garis fraktur,
gambaran lebih detail, dan dapat memberikan gambaran dari 3 dimensi.
• Aldri: Teknik pengambilan lain seperti MRI atau ultrasonografi apakah bisa
digunakan untuk diagnosis trauma? & saran dalam ppt dicantumkan kelebihan
masing-masing Teknik dalam bentuk tabel untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas dalam presentasi.
– Jawab: MRI dapat memberikan gambaran yang jelas pada jaringan lunak. Dia
dapat melihat lesi periapikal pada gigi anterior
• Pertanyaan/Tambahan
• Ari: Teknik CBCT, apakah bisa digunakan juga pada kasus Periodontal, khususnya
mild perio?
– Jawab: biasanya CBCT bukan jadi pilihan utama untuk kasus CBCT, jadi
biasanya hanya menggunakan intraoral radiograf (mengurangi radiasi yang
dipaparkan pada pasien). Akan tetapi, untuk ukuran dan jumlah tulang yang
mengalami defek dapat juga digunakan proyeksi CBCT.
• Cynthia: Mengapa perbedaan radiograf lebih dapat dideteksi pada Rahang atas
– Jawab: karena cbct dapat melihat secara bukal palatal/lingual. Pada RA
terdapat akar palatal--pada penggunaan radiograf 2 dimensi, akar palatal tidak
terlalu jelas terlihat dan kemungkinan superimpos dengan akar yang lain.
Namun dengan menggunakan CBCT akar palatal lebih jelas terlihat
• Nadine: Mengapa dehiscence dan fenestrasi tidak dapat diidentifikasi dengan
radiograf intraoral dan panoramik
– Jawab: fenestrasi dan dehiscence mengalami kehilangan tulang baik di
bagian bukal atau lingual/palatal. Pada penggunaan radiograf 2 dimensi tidak
dapat diidentifikasi bagian yang terekspos karena efek yang tumpang tindih.
Sedangkan pada CBCT dapat dilihat dengan jelas.
• Denia:
– Saran: Penyajian PPT dibentuk dalam bentuk poin-poin agar dapat lebih jelas
dan lebih baik
• Nadia
– Saran: poin besar dari yang ingin disampaikan harus lebih diperjelas.

Anda mungkin juga menyukai