SOSIAL
1. Tahap Pertama
Tahap pertama difokuskan kepada pemberian pengetahuan kepada masyarakat yang
bersifat kognitif, belief, dan healing. Masyarakat harus mengerti bahwa mereka perlu
diberdayakan dan hal tersebut harus dimulai dari kesadaran diri sendiri.
2. Tahap kedua
Selanjutnya, pada tahap kedua masyarakat akan ditingkatkan kapasitasnya dalam 3 jenis
capacity building yaitu manusia, organisasi, dan system nilai. Pada peningkatan kapasitas
manusia dapat dilakukan dengan lokakarya, pelatihan, seminar, sosialisasi, dan sebagainya.
Peningkatan kapasitas organisasi dapat dilakukan dengan membuat organisasi dengan
kegiatan yang spesifik. Lalu, peningkatan system nilai dilakukan agar masyarakat dapat
membuat kesepakatan/norma-norma pada diri mereka sendiri dan lingkungan.
3. Tahap ke tiga
Tahap yang terakhir adalah pemberian daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang kepada
masyarakat untuk mengidentifikasi masalah dan strategi yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut. Masyarakat juga diberi ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat pada tahap ketiga ini muncul dalam
bentuk perencanaan partisipatif. Perencanaan partisipatif merupakan penentuan tujuan dan
penyusunan kegiatan untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh masyarakat
Bakti Sosial
Bakti sosial merupakan salah satu kegiatan wujud dari ras kemanusiaan antara sesama
manusia. Tujuannya antara lain untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
sebagai sarana aktualisasi diri mahasiswa untuk membantu sesama, memberikan motivasi kepada
masyarakat tentang pentingnya kesadaran dalam meningkatkan wawasan, dan menjalin
hubungan silaturahmi dengan mempererat hubungan antar manusia.
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dalam pola hidup bersih dan
sehat maupun kesadaran dalam kesehatan gigi dan mulut, FKG UI mengadakan bakti sosial
bernama Jambore Bakti Sosial (Jambaksos) yang dilaksanakan setiap tahunnya. Mata acara
Jambaksos beragam. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemberdayaan masyarakat diantaranya
PHBS dan workshop, Sosial Project, penyuluhan, dan pengobatan gigi.
Pada kegiatan PHBS dan workshop, sejumlah ibu-ibu desa diberikan penyuluhan
mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Selanjutnya, pada kegiatan workshop,
ibu-ibu peserta diberikan pelatihan untuk mengolah sumber daya desa yang dapat dijadikan
sesuatu yang berguna dan memiliki daya jual.
Kegiatan Sosial Project, salah satunya yang dilakukan pada tahun 2017, menargetkan
warga sekolah (pelaku kegiatan : jajaran guru, target kegiatan : siswa-siwi SD dan TK) untuk
membiasakan diri menyikat gigi sebelum kegiatan sekolah dimulai. Pertama, guru-guru
diberikan penyuluhan mengenai pentingnya menyikat gigi, cara menyikat gigi yang benar,
strategi waktu untuk melaksanakan kegiatan, dan daya yang diperlukan (laci penyimpanan sikat
gigi beserta sikat gigi). Selanjutnya, diadakan kegiatan Sigiber (sikat gigi bersama) bersama
siswa-siswi SD sebagai gambaran kegiatan yang diajarkan kepada pihak sekolah.
Lalu, diadakan kegiatan pengobatan gigi. Kegiatan ini bukan hanya kegiatan pengobatan
gigi biasa, namun melibatkan peran ibu-ibu kader desa untuk membantu mempromosikan
kegiatan ini. Ibu-ibu kader yang sebelumnya telah diberikan sosialisasi dan pengarahan
mengenai pentingnya pengobatan penyakit gigi, akan mengajak masyarakat sekitar untuk ikut
berpartisipasi. Melibatkan peran ibu-ibu kader sangat efektif untuk menarik simpatisan
masyarakat, dibandingkan dengan peran promosi dari panitia sendiri.
Sumber :
Oktaberti, Selly. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat pada Program Bakti Sosial.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34158/1/SELLY%20OKTABERTI-
FDK.pdf [ diakses pada 25 Maret 2018 ]
Teori Pemberdayaan Masyarakat. http://www.indonesian-publichealth.com/pemberdayaan-
kesehatan-masyarakat/ [ diakses pada 25 Maret 2018 ]